Anda di halaman 1dari 5

BIAYA PENDIDIKAN YANG MAHAL DAN KURANGNYA PEMERATAAN

BEASISWA MENJADI PENGHAMBAT MOTIVASI BELAJAR DAN PRESTASI


PESERTA DIDIK
Ikhsan Sanusi (2021006)
Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah Suryalaya , Fakultas Tarbiyah,
Prodi Pendidikan Agama Islam, UTS Sosiologi Pendidikan
Email : ikhsansanusi21@gmail.com

LATAR BELAKANG :
Permasalan dalam dunia pendidikan masih banyak di peerbincangkan, kejanggalan kejangalan
dalam sistem pendidikan masih berserakan, peserta didik yang terhambat oleh mahalnya dan
kurangnya biaya pendidikan menjadi suatu hambatan semangat belajar para peserta didik. Prestasi
da motivasi belajar menurun karena mahalnya pembiayaan dalam pendidikan. Minimnya alokasi
pemerataan beasiswa yang seharusnya di salurkan kepada peserta didik yang berhak mendapatkan
namun banyak di alokasi kan dengan tidak merata. Pengumplan data yang dilakukan dengan
literlatur yang didapatkan darI jurnal-jurnal yang merupakan hasil penelitian. Dari analisis yang
dilakukan dan melihat fakta di setiap lembaga pendidikan yaitu mahalnya biaya pendidikan dan
kurangnya pemerataan dalam pembagian beasiswa, yang menjadikan hambatan masyarakat untuk
mendapatkan pendidikan yang layak. Serta prestasi berkurang dan motivasi belajar semakin
menurun.

Kata Kunci : Biaya Pendidikan , Peserta didik

PENDAHULUAN :
Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, 1889 - 1959) menjelaskan
tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan
budi pekerti ( karakter, kekuatan bathin), pikiran (intellect) dan jasmani anak-anak selaras dengan
alam dan masyarakatnya. John Dewey, mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu proses
pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau
pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan
dilembagakan untuk untuk menghasilkan kesinambungan social. Proses ini melibatkan
pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.
Pendidikan merupakan salah satu hal wajib di dapatkan oleh setiap kalangan masyarakat,
setiap periodisasi di awal tahun pendidikan dimana para calon peserta didik mulai mendaftarkan
ke satuan lembaga pendidikan sesuai dengan keinginannya. Namun yang selalu menjadi hambatan
orang tua peserta didik ketika akan di daftarkan ke satuan lembaga pendidikan terhambat dengan
mahalnya biaya pendidikan di awal daftar peserta didik. Mahalnya biaya pendidikan sangatlah
membebani masyarakat Indonesia yang kebanyak adalah lapsan menengah kebawah. Tak sedikit
orang lebih memilih tidak sekolah dibandingkan harus mengeluarkan biaya yang besar.
Adapula anak yang ingin bersekolah namun terkendala biaya sehingga terpaksa untuk
berhenti sekolah. Perlu diketahui bahwa biaya pendidikan yang mahal akan membuat
ketidakmerataannya pendidikan di Indonesia dan akan berdampak tidak baik terhadap berbagai
aspek di kehidupan. Menurut Idris, permasalahn pendidikan ini akan berdampak terhadap segala
aspek di kehidupan, akan merajalelanya pengangguran, marak kriminalitas,kemiskinan yang
semakin meningkat, dan sebagainya.
Padahal pendidikan adalah hal yang wajib di dapatkan serta pihak pemerintah wajib
membiayai masyarakat dalam pendidikan. UUD Negara Republik Indonesia 1945 (Amandemen
IV) menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, setiap warga negara
wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya, pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam angka mencerdaskan kehidupan bangsa, negara
memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional; pemerintah
memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan
persatuan bangsa untuk kemajuan perada . dari UU tersebut pemerintah harus mampu membiayai
masyarakatnya dengan sesuai keadaan masyarakat itu sendiri. Serta kurangnya pemerataan dalam
beasiswa pendidikan yang tidak sesuai terhadap objek yang harus diberikan bantuan beasiswa
tersebut, banyak hambatan – hambatan dalam prestasi peserta didik yang kurang di perhatikan
sehingga menurun motivasi belajarnya.
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 11 Ayat 2
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya
pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun Pasal 12, Ayat 1
Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan beasiswa bagi yang
berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya dan mendapatkan biaya
pendidikan bagi mereka yang orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.
Setiap peserta didik berkewajiban ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan,
kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Namun pemeraaan dalam memberikan bantuan terhadap
masyarakat yang membutuhkan tidak merata, banyak orang yang tidak mampu lebih memilih tidak
untuk mengikuti pendidikan, maka dari itu penting untuk memajukan keadan masyarakat
indonesia salah satunya itu dengan majunya di bidang pendidikan. Serta kurangnya analisis satuan
pendidikan dalam meneliti peserta didik yang memiliki persyaratan untuk mendapatkan beasiswa
seperti program PIP masih banyak kejanggalan dalam pemerataan pembagianya. Dalam
Permendikbud Nomor 45 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Pasal 7 ayat 2 “Dalam hal data anak usia 6 (enam) tahun sampai dengan usia 21
(dua puluh satu) tahun dan Mahasiswa dari keluarga miskin atau rentan miskin tidak terdapat pada
data sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri dapat menggunakan data sejenis yang
bersumber dari usulan satuan pendidikan.”
Pada UU Bab VIII Wajib Belajar Pasal 34 Setiap warga negara yang berusia 6 (enam)
tahun dapat mengikuti program wajib belajar; Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin
terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya,
wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan
Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat. Dalam UU tersebut di jelaskan bahwa pemerintah
harus mampu membiayai masyarakat tidak mampu untuk bisa mendapatkan pendidikan minimal
pada jenjang pendidikan dasar tanpa pemungutan biaya.
Karena wajib belajar merupakan tanggung jawab dari pemerintah dan masyarakat ber hak
wajib mendapatkan pendidikan guna meningkatkan mutu kualitas masyarakat indonesia dalam
berbagai aspek. Namun haln tersebut belum banyak terealisasikan tapi masih banyak permasalahan
biaya pendidikan yang mahal dan kurang meratanya pemberian beasiswa sehingga menjadikan
motivasi belajar dan prestasi belajar terhambat bahkan banyak orang yang lebih baik tidak untuk
memasukan anak – anaknya ke pendidikan.

TUJUAN PENULISAN :
Biaya pendidikan yang mahal dan kurangya pemerataan dalam pemberian beasiswa
menimbulkan banyak- nya keluh kesah orang tua peserta didik ketika akan mendaftarkan ke
lembaga pendidikan dan menjadi suatu penurunan motivasi belajar peserta didik yang berprestasi.
Sehingga tanggapan posistif dan kepercayaan masyarakat menurun terhadap pendidikan. Karena
masyarakat yang tidak mengetahui akan sistem pendidikan selalu memiliki pandangan
materialistis, serta menginginkan kemudahan dalam mendapatkan pendidikan.
Serta dengan masalah tersebut tidak sedikit orang tua yang akhirnya pesimis dalam
memberikan pendidkan kepada anak-anaknya, serta menjadikan apatisme di lingkungan
masyarakat meningkat terhadap pendidikan, permasalahan ini pbanyak dirasakan oleh kalangan
masyarakat ekonomi tingkat menengah kebawah, yang dimana segla keterbatasan selalu ada dan
tidak ada pembeda antara sekolah Negeri dan sekolah swasta sama-sama mahalnya biaya
pendidikan dan kurangnya pemerataan beasiswa kepada peserta didik. Memang tak sedikit juga
lembaga pendidikan yang sudah baik dalam masalah pembiayaan dan bisa mewadahi berbagai
golongan masyarakat.
Tanggung jawab masalah ini menjadi tugas bagi pihak pemerintah baik pusat ataupun
daerah untuk lebih memperhatikn keadaan masyarakatnya, tidak memerlukan hal sulit untuk
menjadikan masyarakat damai tentran dan tidak apatis dalam kegiaan pemerintah, salah satunya
dalam sistem pendidikan pemerintah lebih fokus dalam ranah pendidikan selain memperhatikan
fokus perekonomian masyarakat. Maka dilihat dari sisi geografis masyarakat pemerintah perlu
memperhatikan dari mayoritas mata pencaharian masyarakat sekitar dari lembaga pendidkan yang
ada, penjaluran APBN dan APBDS lebih di peerhatikan kepada pendidikan dari 20% untuk
pendidikan minimal 5% untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam meningkatkan
pendidikan. Sehingga menjadikan kualitas masyarakat meningkat dan apatisme masyarakat
menurun.
HIPOTESIS :
a. Pemerintah harus lebih banyak melakukan penelitian terhadap lembaga pendidikan dan
keadaan masyarakat.
b. Biaya pendidikan yang mahal lebih di perhatikan dan di tinjau kembali oleh orang – orang
yang bertanggung jawab, dan pemerataan beasiswa lebih banyak dialokasikan kepada
peserta didk yang berprestasi dan yang tidak mampu.
c. Pemerintah belum maksimal dalam pemerataan biaya pendidikan dan beasiswa
pendidikan, serta selalu melakukan pengawasan kepada lembaga pendidikan.
d. Menurunya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, dan meningkatnya apatisme
masyarkat terhadap pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
UUD Negara Republik Indonesia 1945 (Amandemen IV)
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional :
Pasal 11 Ayat 2
Pasal 12, Ayat 1
Bab VIII Wajib Belajar Pasal 3
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2019 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan :
Pasal 7 Ayat 2
Idris, R. (2010). Apbn Pendidikan Dan Mahalnya Biaya Pendidikan. Jurnal Lentera Pendidikan,
13 (1), 3 - 10.

Anda mungkin juga menyukai