Anda di halaman 1dari 7

Tugas Pendidikan Kewarganegaraan

Nama : Hadist Syaffiah


NIM : 210701007
Prodi :Sastra Indonesia
Fakultas : Ilmu Budaya

Hak Konstitusionil Warga Negara


1. Pendidikan
 Warga negara yang mengenyam Pendidikan dasar.
 Sesuai dengan pasal 31 UUD 1945, mengamanatkan bahwa
Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara tetapi Pendidikan
dasar merupakan kewajiban harus diikuti setiap warga negara dan
pemerintah wajib membiayai kegiatan itu.
Menurut saya, dalam hal ini hak konstitusional sudah
terimplementasikan dengan sangat baik, namun masih ada saja dari
teman kita yang belum dapat mengenyam Pendidikan dasar. Hal ini
disebabkan jauhnya jarak sekolah dari rumah hal ini disebabkan juga
minimnya jumlah sekolah bagi daerah pelosok yang bahkan sulit juga
menemukan kendaraan sebagai sarana menuju sekolah tersebut.
 Sesuai Pasal 6 ayat (1): “Setiap warga negara yang berusia tujuh
sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar”.11
Bahwa setiap anak dengan usia 7 s/d 15 tahun wajib
mendapatkan pendidikan di tingkat dasar dan pendidikan di tingkat
pertama.
 Menurut saya hal ini juga sudag terimplementasikan dengan baik,
namun masih ada saja dari setiap warga negara saat ini belum
mengenyam pendidikan dasar itu sendiri, terkhusus bagi wanita.
Banyak daerah-daerah diluar sana yang menganggap pendidikan tidak
terlalu penting karena kurangnya edukasi pentingnya pendidikan, dan
juga menganggap bahwa kodrat wanita adalah sebagai ibu rumah
tangga yang tidak memperlukan pendidikan. Sehingga banyak teman
kita terkhusus wanita di usia 7-15 tidak bersekolah bahkan mereka
menikah diusia yang masih muda.
 Kualitas pendidikan.
 Pendidikan merupakan tangga mobalitas kelas, dengan pendidikan kita
dapat merubah nasib menjadi lebih baik, mengenal dunia, dan mampu
berpikir luas serta kreatif, pendidikan juga jalan bagi kemajuan negara.
Semua itu juga tergantung dengan kulitas pendidikan yang di sediakan.
Di lansir dari kesatria.id, menurut survei dari PERC (Politic and
Economic Risk Consultan), kualitas pendidikan di Indonesia berada
pada urutan terakhir yaitu urutan ke-12 dari 12 negara di Asia.
Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia ini tentu akan memberi
dampak buruk bagi kehidupan bangsa, sebab salah satu faktor majunya
sebuah negara di awali dengan pendidikan yang maju. Sarana yang
harus di berikan dalam bidang pendidikan adalah tenaga pendidik yang
berkulitas juga. Hasil dari UKG atau Uji Kompetensi Guru dari tahun
2012 sampai 2015, sekitar 81% guru di Indonesia nilainya bahkan
tidak mecapai nilai minimum. UKG sendiri merupakan salah satu
evaluasi untuk mengukur kompetensi guru dan yang dinilai adalah
penguasaan kompetensi pedagogik, kompetensi profesional,
kemampuan guru dalam menyiapkan strategi belajar untuk siswa dan
mengelola kelas, pemahaman atas mata pelajaran yang diampu serta
kemampuan guru dalam mengevaluasi pembelajaran.
 Anggaran untuk pendidikan.
 Proyeksi pendanaan fungsi pendidikan minimal sebesar 20 persen telah
diatur secara jelas kedalam payung hukum dan konstitusi negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yakni Undang-Undang Dasar
1945 Pasal 31 Ayat 4 termasuk Anggaran Pendidikan sekurang-
kurangnya 20% dari APBN dan APBD.
Amanat dalam konstitusi di atas dapat dipahami sebagai landasan bagi
pemerintah, bahwa Negara melalui pemerintah pusat dan pemerintah
daerah wajib memprioritaskan anggaran pendidikan dalam APBN dan
APBD. Prioritas yang dimaksud haruslah sekurang-kurangnya 20%
dari APBN dan APBD.
Dengan adanya anggaran pendidikan dari pemerintah ini, diharapkan
kebutuhan sarana belajar hingga kualitas pendidikan terpenuhi dan
dengan harapan dimulai dari pendidikan yang berkualitas dapat
melahirkan anak bangsa yang berkulitas sehingga membentuk negara
yang maju dan berkualitas juga.
 Regulasi memadai atau belum dan penegakannya.
 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 mengatur Standar
Nasional Pendidikan. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar
isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang
harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.
 Begitu banyak regulasi pendidikan yang di bentuk sehingga kita harus
bijak dan cerdas dalam bertindak. Untuk regulasi pendidikan yang
berdasarkan UU menurut saya sudah memadai. Namun, dalam
penegakannya masih kurang terpenuhi seperti, standar tenaga pendidik.
Jika dilihat saat ini banyak sekali lulusan sarjana siap menjadi tenaga
pendidik namun, hanya sebatas tamat sarjana mendapat pekerjaan,
tidak dengan kopetensi yang sesai di harapkan. Seperti bagian yang
sudah di jelaskan sebelumnya untuk bisa mendapatkan pendidikan
yang berkualitas kita harus memiliki tenaga pendidik yang juga
berkulitas, bahkan jumlah tenaga pendidik saat ini masih belum cukup
untuk memenuhi regulas pendidikan di daerah terpencil karena
banyaknya tenaga pendidik yang tersebar hanya di daerah perkotaan.
Saat ini sudah menjadi rahasia umum jika banyak tenaga pendidik
yang menerima suap dalam penerimaan peserta didik dan itu sudah
membuktikan personalitas tenaga pendidik belum berkualitas untuk
mendidik peserta didik, karena menurut saya semua itu berawal dari
diri sendiri. Dalam sarana dan prasarana juga belum memadai bahkan
masih sangat kurang dalam penegakannya. Bisa kita lihat Indonesia
adalah negara yang luas sehingga masih banyak teman kita di daerah
pelosok sana yang tidak dapat menerima pendidikan seperti teman kita
yang berada di perkotaan. Hal ini disebabkan masih kurang jumlah
sekolah-sekolah yang tersebar di daerah pelosok, sarana belajar seperti
meja, kursi , papan tulis juga seadanya yang diterima oleh mereka,
bahkan untuk menuntut ilmu mereka harus menempuh perjalanan yang
amat curam dan jauh dikarenakan tidak adanya fasilitas bus sekolah
seperti sekolah di perkotaan. Menurut sya hal ini harus menjadi
perhatian besar bagi kita terutama pemerintah, mengingat pendidikan
adalah hak yang paling dasar dan pendidikan juga kunci dari kemajuan
sebuah bangsa. Untuk bagian pengelola pembiayaan sudah di jelaskan
di dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat 4
termasuk Anggaran Pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN
dan APBD. Di lansir dari artikel bem.rema.upi.edu menyatakan
Beberapa daerah yang termasuk paling kecil dalam mengalokasikan
dana APBN-nya untuk pendidikan adalah Papua sekitar 1,4%, Jawa
Timur 1,7%, Sumatera Selatan 2%, Kalimantan Utara 22%, dan Papua
Barat 2,3%. Hal ini membuktikan pemerintah kurang peduli terhadap
pendidikan yang merupakan kunci untuk membentuk pemimpin
bangsa yang berkualitas.

2. KESEHATAAN
 Angka kualitas hidup manusia Indonesia.
 Pasal 28 H Ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.
Dilihat dari isi undang-undang diatas sudah jelas setiap warga negara mau
dari kalangan manapun memiliki hak yang sama dalam pelayanan
kesehatan. Namun kenyataannya, Dikutip dari situs Human Development
Index Ranking 2019, Indonesia berbagi tempat di peringkat 111 dengan
Samoa. Angka harapan hidup Indonesia pada usia 71,5 tahun sementara
Samoa 73,2 tahun. Di lansir dari artikel dunia.tempo.co.

IPM dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar:

1. Umur panjang dan hidup sehat


2. Pengetahuan
3. Standar hidup layak.

Jika kita lihat dari posisi Indonesia dalam situs Human Development
Index Ranking 2019, kualitas hidup manusia Indonesia terbilang
rendah, sebab tingkat Kesehatan yang tidak merata yang dirasakan oleh
warna negara Indonesia. Sama halnya dengan pendidikan sarana dan
prasarana di bidang Kesehatan juga belum memadai untuk daerah
pelosok di Indonesia, warga harus menempuh jarak jauh ke rumah sakit
yang ada di kota sebab sarana dan prasarana klinik ataupun rumah sakit
di daerah pelosok belum selengkap dan sememadai rumah sakit di kota.
Untuk tingkat Kesehatan juga warga negara Indonesia kurang perhatian
terhadap dirinya sendiri, seperti lebih sering memakan makanan instan
atau cepat saji di banding dengan makanan olahan yang terbebas dari
pengawet dan penyedap. Kurangnya makan buah hingga kurangnya
kebutuhan vitamin juga menjadi pemicu rendahnya tingkat Kesehatan
dan juga mempengaruhi angka kualitas hidup manusia di Indonesia.

 Angka kematian bayi, dan ibu serta angka harapan hidup.


 Dilansir dari sehatq.com Berdasarkan data Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB), angka kematian bayi di Indonesia pada 2019 lalu
adalah 21,12. Angka ini menurun dari catatan pada 2018 ketika angka
kematian bayi di Indonesia masih mencapai 21,86 atau pada 2017 yang
mencapai 22,62. Faktanya, grafik angka kematian bayi di Indonesia
memang memperlihatkan penurunan setiap tahun. Sebagai gambaran,
pada 1952 lalu angka kematian bayi di Indonesia mencapai 192,66 dan
pada 1991 masih sekitar 61,94.
 Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah kematian ibu
mencapai 4.627 jiwa pada 2020. Angka tersebut meningkat 10,25%
dibandingkan dengan tahun sebelumnya hanya 4.197 jiwa.
 Mengutip data dari BPS pada tahun 2020, rata-rata angka harapan
hidup penduduk dari 34 provinsi di Indonesia ialah 71,52 tahun.
 Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan masih banyak pr bagi kita
dan pemerintah menyadari, betapa pentingnya kesehtan selain
pendidikan. Hal ini disebabkan bayi yang sehat serta pendidikan yang
cukup akan menghasilkan pemimpin bangsa yang berkualitas.

 Kualitas hidup manusia Indonesia (bebas stunting,angka penderita penyakit


non genesis).
 Dilansir dari kominfo.go.id . Hasil dari Survei Status Gizi Balita
Indonesia (SSGBI) menunjukkan bahwa terjadi penurunan
angka stunting berada pada 27,67 persen pada tahun 2019. Walaupun
angka stunting ini menurun, namun angka tersebut masih dinilai tinggi,
mengingat WHO menargetkan angka stunting tidak boleh lebih dari 20
persen.
 Dilansir dari pusdatin.kemkes.go.id Osteoporosis sampai saat ini masih
menjadi masalah dalam kesehatan masyarakat di dunia terutama di
negara berkembang. Data statistik pada tahun 2009 menyebutkan
bahwa terdapat 200 juta penderita osteoporosis di seluruh dunia
(Tandra, 2009 dalam Limbong, 2015). Laporan Asia Pasific Regional
Audit: Epidemiology, Costs and Burden of Osteoporosis pada tahun
2013 menunjukkan bahwa prevalensi osteoporosis pada perempuan
berusia 5080 tahun adalah sebanyak 23% dan usia 7080 tahun sebesar
53%.
3. Jaminan Sosial
 Angka Penduduk Miskin
 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah penduduk miskin pada
bulan September 2021 sebanyak 26,50 juta orang atau turun 1,04 juta
orang dari data Maret 2021 yang sebanyak 27,54 juta orang.
 GAP antara gaji tertinggi dan terendah
 Di kutip dari investor.id Rata-rata peningkatan gap atau kesenjangan
gaji antara manajer level tertinggi dan karyawan level terendah sejak
2008 hingga sekitar saat ini di Indonesia adalah sebesar 12,7%.
Demikian hasil riset perusahaan konsultan global Korn Ferry.
 Faktanya masih banyak kesenjangan gaji antara dikota dan di daerah
pelosok lainnya, pemicu antara lain adalah jumlah kebutuhan dan
harga kebutuhan pokok di kota lebih besar dibanding di daerah pelosok
lainnya. Sehingga untuk para pekerja di daerah pelosok menerima gaji
yang babhkan dibawah UMR, hal inilah yang memicu kesenjangan
yang jauh.
 Anggaran untuk bantuan sosial
 Dalam kondisi pandemik seperti ini, banyak masyarakat yang
membutuhkan bantual sosial terlebih banyaknya korban PHK yang
mengakibatkan setiap kepala keluarga kesulitan menghidupi
keluarganya di masa pandemic seperti ini. Di kutip dari kemensos.go.id
pagu anggaran bansos PEN 2021 sebesar Rp101.404.926.150.000, per
tanggal 30 Desember 2021, Kementerian Sosial telah merealisasikan
sebesar Rp100.290.493.900.000 (97,83%).
Kontribusi Kemensos dalam program PEN tahun 2021 diwujudkan
dalam lima program yakni Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu
Sembako/BPNT Reguler, Kartu Sembako/BPNT PPKM
(Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) atau Bansos Usulan
Daerah, Bantuan Sosial Tunai (BST) dan Bantuan Sembako
Kemiskinan Ekstrem.

PKH menjangkau 10 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dengan


anggaran Rp28.310.134.350.000 telah mencapai realisasi
Rp27.931.277.200.000 (98,66%). Kartu Sembako/BPNT Reguler
menjangkau 18,8 juta KPM dengan anggaran Rp48.691.904.400.000
telah mencapai realisasi Rp47.875.833.000.000 (98,69%).

Untuk program Kartu Sembako/BPNT PPKM (Usulan Daerah) yang


menjangkau 5,9 juta KPM dengan anggaran Rp7.080.000.000.000 telah
direalisasikan Rp6.809.648.400.000 (96,18%). Program Bantuan Sosial
Tunai (BST) menjangkau 10 juta KPM dengan anggaran
Rp17.322.887.400.000 telah mencapai realisasi Rp16.631.319.300.000
(96,01%). Selanjutnya, untuk Bantuan Sembako Kemiskinan Ekstrem
yang menjangkau 1.236.895 KPM dengan pagu anggaran
Rp1.113.025.500.000, telah salur sebesar Rp1.042.416.000.000
(93,66%).

 Tingkat Anak Terlantar


 Berdasarkan data Kementerian Sosial yang diambil dari
Dashboard Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) SIKS-
NG per-15 Desember 2020, jumlah anak terlantar di Indonesia
sebanyak 67.368 orang. Asisten Deputi Pemenuhan Hak dan
Perlindungan Anak Kementerian Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK)
Femmy Eka Kartika Putri menegaskan bahwa penanganan anak
terlantar butuh komitmen kuat dari semua pihak.
 Berdasarkan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS)
tercatat hingga 2019 sebanyak 183.104 anak dengan rincian
6.572 AMPK, 8.320 Anjal, 8.507 Balita, 92.861 AMPFS dan
64.053 Anak Terlantar. Berdasarkan keberadaannya, dari
183.104 anak tersebut terdiri dari 106.406 Anak di Dalam
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) dan 76.698 Anak
di dalam Keluarga.
 Melihat data di atas dengan kondisi yang di alami dunia saat ini
ialah pandemik, dapat disimpulkan banyaknya factor penyebab
banyaknya jumlah anak yang terlantar.
 Dari hasil analisis temuan penelitian didapatkan gambaran
bahwa faktor pemicu yang menyebabkan anak terlantar adalah
perceraian orang tua dan perlakuan salah yang diterima anak,
serta ekonomi keluarga dan pendidikan orang tua yang rendah.
Di kutip dari harianakyatim.com
Tak hanya itu, factor sosial budaya, pendidikan juga menjadi
factor pemicu anak terlantar.
1. Pendidikan
Dikutip dari detik.com, hak warga negara dalam bidang pendidikan
yaitu setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar, dan
biaya pendidikan di tanggung oleh pemerintah.
Menurut saya hal ini sudah terimplementasikan dengan baik bahkan
pemerintah tidak berhenti di pendidikan tingkat dasar saja, tingkat
SMA ataupun Mahasiswa pemerintah turut mendukung dengan
berbagai macam program, misal pertukaran pelajar, KIP, macam-
macam beasiswa dan lain-lain.
Untuk kualitas, dikutip dari kastara.id Menurut survei dari PERC
(Politic and Economic Risk Consultan), kualitas pendidikan di
Indonesia berada pada urutan terakhir yaitu urutan ke-12 dari 12
negara di Asia. Salah satu yang menyebabkan kualitas pendidikan di
Indonesia rendah adalah rendahnya kualitas guru.
 Bisa kita simpulkan kualitas pendidikan di Indonesia sangat rendah.
Apakah sudah terimplementasi? Jabawaban saya sudah namun
belum sempurna, Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia ini
tentu akan memberi dampak buruk bagi kehidupan bangsa, sebab
salah satu faktor majunya sebuah negara di awali dengan pendidikan
yang maju. Sarana yang harus di berikan dalam bidang pendidikan
adalah tenaga pendidik yang berkulitas juga. Masih dengan sumber
yang sayma Hasil dari UKG atau Uji Kompetensi Guru dari tahun
2012 sampai 2015, sekitar 81% guru di Indonesia nilainya bahkan
tidak mecapai nilai minimum. UKG sendiri merupakan salah satu
evaluasi untuk mengukur kompetensi guru dan yang dinilai adalah
penguasaan kompetensi pedagogik, kompetensi profesional,
kemampuan guru dalam menyiapkan strategi belajar untuk siswa dan
mengelola kelas, pemahaman atas mata pelajaran yang diampu serta
kemampuan guru dalam mengevaluasi pembelajaran.
 Dikutip dari dprd-dkijakartaprov.go.id,

Anda mungkin juga menyukai