Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan
belum menunjukkan hasil yang menggembirakan, bahkan masih banyak kegagalan dalam
dalam implementasinya di lapangan. Kegagalan demi kegagalan antara lain disebabkan oleh
manajemen yang kurang tepat, penempatan tenaga pendidikan tidak sesuai dengan bidang
keahliannya, dan penanganan masalah bukan oleh ahlinya, sehingga tujuan pendidikan
nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui peningkatan mutu pada setiap jenis
dan jenjang pendidikan belum dapat diwujudkan. Upaya dalam meningkatkan kualitas sumber
daya manusia menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan. Mengingat hal tersebut,
maka pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencetak generasi yang
berkualitas untuk meneruskan kehidupan berbangsa dan bernegara di masa yang akan datang.
Peranan pendidikan diantaranya adalah mempersiapkan siswa agar memiliki pengetahuan,
keterampilan dan sikap untuk disumbangkan bagi kesejahteraan umum sebagai warga negara
yang aktif.
Kebijakan pemerintah mengenai wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun (wajar 9
tahun) merupakan upaya pemerintah dalam mencapai tujuan Pendidikan Nasional, dan
program tersebut menunjukkan adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan. Masalah
pemerataan pendidikan mengarah kepada kebijakan pendanaan atau pembiayaan yang
dikeluarkan untuk semua kebutuhan dalam proses belajar mengajar, misalnya pemberian
beasiswa langsung kepada siswa yang tidak mampu dan siswa yang berprestasi, pemberian
subsidi bagi sekolah untuk membiayai siswa dari keluarga tidak mampu. Pencanangan wajar 9
tahun saat ini mengalami berbagai hambatan. Fenomena yang ada, masih banyak anak-anak
bangsa yang masih berusia sekolah tidak dapat mengenyam pendidikan yang disebabkan oleh
beberapa faktor, terutama faktor ekonomi. Kondisi ekonomi masyarakat Indonesia saat ini
sebagian besar berada pada golongan ekonomi menengah ke bawah. Salah satu penyebab
rendahnya partisipasi pendidikan dari masyarakat adalah tingginya biaya pendidikan, baik
biaya langsung maupun tidak langsung. Biaya langsung seperti iuran sekolah, buku, seragam,
alat tulis dan lain-lain. Sedangkan biaya tidak langsung seperti biaya transportasi, biaya
kursus, uang saku dan biaya lain-lain.
Sejak tahun 2005, seluruh anak sekolah di Indonesia memperoleh dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) dari pemerintah pusat sebagai dampak dari pengurangan subsidi
bahan bakar minyak (BBM) pada tahun 2005 sebesar Rp 6,2 triliun dan sehubungan dengan
penuntasan wajar 9 tahun yang kemudian pemerintah memprogramkan pemberian
kompensasi di bidang pendidikan yaitu dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tersebut.
Oleh karena itu, untuk anak-anak SD sudah bisa dikatakan langsung gratis karena dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sudah mencukupi. Sehingga sejak tahun 2005 sudah
tidak lagi ditarik iuran sekolah, baik SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan) maupun BP3
(Badan Pembinaan Penyelenggaraan Pendidikan) yang dikelola oleh Komite Sekolah.
Selanjutnya untuk jenjang SMP dan SMA. Ternyata walaupun sudah dikurangi oleh dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS), biaya untuk menggratiskan mereka hanya Rp 39.5
miliar. Itu di lihat dari indeks kebutuhan siswa dikalikan setahun untuk seluruh anak. Jadi,
bagi peserta didik tingkat SMP dan SMA masih perlu adanya bantuan keuangan lagi di bidang
pendidikan tersebut di samping dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) agar pendidikan
mereka berjalan dengan lancar.
Pendidikan merupakan hak warga negara, idealnya diterima secara gratis. Meski
demikian, tentu tidak semua biaya pendidikan itu gratis dan tidak semua orang bisa
menikmati fasilitas itu. Dalam perkembangan dunia pendidikan di Indonesia, berbagai
program pendidikan telah diluncurkan oleh pemerintah sendiri seperti program wajib belajar 9
tahun. Pemerintah kota Palembang juga berkomitmen pendidikan di Palembang tetap akan
digratiskan, melalui program bantuan pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis akan menguraikan tentang
problematika pelaksanaan sekolah gratis di kota palembang.

1.3 Tujuan dan Manfaat


Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dan manfaat dari dibuatnya makalah
ini yaitu untuk mengetahui problematika dalam pengimplementasian kebijakan sekolah gratis
di kota palembang.
BAB 2
PEMBAHASAN

Dari sekian banyak kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah


hingga saat ini, kebijakan di bidang pendidikan merupakan salah satu yang sangat menjadi
perhatian oleh sebagian pihak karena kebijakan di bidang pendidikan merupakan kebijakan
mendasar yang sangat sentral dalam proses bernegara dengan pertimbangan tujuan akhir dari
kebijakan pendidikan itu sendiri. Dalam perkembangan dunia pendidikan di Indonesia,
berbagai program pendidikan telah diluncurkan oleh pemerintah sendiri seperti program wajib
belajar 9 tahun. Pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota
bersinergi menganggarkan untuk program ini. Hasilnya, mulai tahun 2009 pemerintah telah
melakukan perubahan tujuan, pendekatan dan orientasi program BOS, dari perluasan akses
menuju peningkatan kualitas dan gratis. Artinya, ada beberapa komponen pendidikan diambil
alih tanggung jawabnya oleh negera dalam ini pemerintah daerah. Program Sekolah Gratis di
Sumsel ini berlaku bagi semua siswa Sekolah Dasar (SD) hingga SMU (SMA/SMK) negeri
dan swasta, Gubernur Sumsel juga telah menerapkan kebijakan tersebut sejak menjadi Bupati
Musi Banyuasin. Oleh karena itu ia berani menjamin pendidikan gratis tidak menurunkan
mutu pendidikan. Menurutnya, dialokasikannya anggaran untuk membuat pendidikan gratis,
tidak akan mengganggu pelaksanaan program-program pembangunan. Hal itu sudah
dibuktikan dengan kesuksesan beberapa pemerintah daerah menyelenggarakan pendidikan
gratis. Untuk menyelenggarakan pendidikan gratis, tidak tergantung pada besarnya APBD.
Program sekolah gratis di Sumsel dimaknai sebagai bebasnya orang tua dari
kewajiban membayar biaya operasional sekolah yang selama ini dipungut oleh sekolah
kepada orang tua murid setiap bulan. Selanjutnya biaya tersebut diganti/dibayar oleh
pemerintah dengan besaran tertentu berdasarkan kebutuhn dasar setiap anak per bulan dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar di suatu jenjang pendidikan. Sedangkan Pelaksanaan
sekolah gratis itu ditopang oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel dan pemda
kabupaten/kota yang bekerjasama memberikan bantuan dana operasional sekolah. Jadi dana
pendidikan sekolah gratis ini dianggarkan di APBD provinsi dan APBD kabupaten/kota.
Besaran dana Bantuan Operasional Siswa (BOS) tahun 2012 untuk :
1. SD sebesar Rp10.000 per siswa per bulan atau Rp 120.000 per tahun
2. SMP sebesar Rp 15.000 per siswa per bulan atau Rp 180.000 per tahun
3. SMA/MA sebesar Rp 100.000 per siswa per bulan atau Rp 1.200.000 per tahun
4. SMK nonteknologi Rp 150.000 per siswa perbulan atau Rp 1.800.000 per tahun
5. SMK teknologi Rp 200.000 per siswa perbulan atau Rp 2.400.000 per tahun.
Dana program sekolah ini dibiayai sharing Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Daerah (APBD) Sumatera Selatan (Sumsel) dan APBD kabupaten/kota.
Pada tahun 2017 fasilitas Sekolah Gratis yang menjadi salah satu program utama
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mulai dialihkan ke kabupaten/kota.
Pemerintah Kota Palembang pun kebagian tugas melanjutkan program unggulan yang
dicanangkan Pemprov Sumsel. Menurut Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
(Disdikpora) Palembang, tahun 2016 kucuran anggaran untuk pendidikan melebihi target
nasional. Untuk itu, mereka membantu menjalankan program tersebut. Tahun 2016
Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang melalui Disdikpora Palembang mendapatkan sharing
dana dari Pemprov Sumsel sebesar Rp 20 miliar. Namun 2017 ini Disdikpora akan
menganggarkan langsung sebesar Rp 31 miliar tanpa ada sharing dana lagi. Anggaran untuk
memuluskan program ini bisa dikucurkan. Sebab, Disdikpora Palembang mendapatkan 38
persen alokasi dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) murni Kota Palembang.
Padahal di tahun lalu pihaknya hanya mendapatkan kucuran dana sebesar 16 persen dari
APBD murni Pemkot Palembang. Dana dari APBD murni itu tidak termasuk anggaran gaji
tenaga pengajar, terkhusus yang masih berstatus honorer. Disdikpora Palembang juga sudah
menganggarkan dana lain untuk guru honor. Namun sejak 2017, gema sekolah gratis itu
makin redup, terutama di jenjang pendidikan SMA/SMK. Ironisnya, fakta itu seiring
berpindahnya pengelolaan SMA dari Pemkab/Pemkot ke Pemprov.
Pemkot Palembang sangat konsen dengan dunia pendidikan untuk mencetak generasi
mudah yang baik yang handal untuk ke depannya. Alokasi dana yang disiapkan Kota
Palembang untuk dunia pendidikan sudah melebihi dari yang diamanatkan UUD 45 yang
hanya 21 persen dari total anggaran. Dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) kota
Palembang Rp 3,2 triliun atau 38 persennya dialokasi untuk dunia pendidikan. Tapi sekarang
SMAN dan SMKN diambil alih provinsi. Untuk sekarang inipun program sekolah gratis
ditiadakan, namun Pemkot Palembang tetap konsen untuk menberikan pendidikan gratis bagi
sekolah tingkat SD dan SMP. Sejak diambil alih subsidi sebesar Rp 21,3 miliar sekolah
gratispun ditiadakan, namun pemkot Palembang tetap komitmen pendidikan di Palembang
tetap akan digratiskan, melalui program bantuan pembelajaran.
Sekolah gratis begitu menggema di Sumsel sejak sembilan tahun terakhir, mulai dari
jenjang pendidikan SD,SMP, dan SMA. Bahkan dijadikan program nasional, bersamaan
dengan peluncuran program dana BOS (Biaya Operasional Sekolah). Namun sejak 2017,
gema sekolah gratis itu makin redup, terutama di jenjang pendidikan SMA/SMK. Ironisnya,
fakta itu seiring berpindahnya pengelolaan SMA dari Pemkab/Pemkot ke Pemprov. Bahkan
sejak enam bulan terakhir dana Pendidikan Sekolah Gratis untuk menutupi kebutuhan
sekolah, seluruh Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri (SMKN) memungut bayaran.
Program Sekolah gratis (PSG) adalah program Pemerintah Provinsi Sumsel melalui
peraturan daerah (Perda). Pemprov akan tetap pertahankan sekolah gratis yang selama ini
berjalan dengan menghitung indeks pembiayaan di sekolah per siswa, karena biaya yang
dikeluarkan sekolah di tiap daerah pasti berbeda, indeks pembiayaan ini akan dikalkulasikan
berdasarkan dana bantuan operasional sekolah (BOS) dari pemerintah pusat dan dana
Program Sekolah gratis (PSG) dari APBD Sumsel lalu dikurangi dengan biaya operasional
per siswa selama setahun. Misalnya seorang siswa biayanya Rp 4 juta per anak, dana BOS Rp
1,4 juta dan ditambah dana Program Sekolah gratis (PSG) Rp 700 ribu. Sisanya Rp 1,9 juta
kemudian ditambah dengan 20 persen, karena membantu anak yang miskin yang tidak bayar,
nanti dibagi 12 bulan itulah yang menjadi biaya spp perbulannya. Setelah memeroleh hasil
perhitungan indeks pembiayaan tersebut, maka sekolah boleh menarik iuran melalui izin
Gubernur Sumsel dengan peraturan daerah terlebih dahulu untuk menarik iuran tersebut.
Rincian Sharing dana Program Sekolah Gratis per siswa melalui APBD Provinsi
Sumatera Selatan dan APBD Kota Palembang Tahun Anggaran 2017 adalah sebagai berikut :

Sumber: nota kepakatan antara pemerintah provinsi dengan pemerintah kota 12 april 2016
Biaya operasional sekolah adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembiayaan kegiatan
proses belajar mengajar yang terdiri dari:
a. biaya personal meliputi biaya untuk kesejahteraan guru, pegawai, pengembangan
profesi guru dan
b. biaya non personal yang meliputi penerimaan siswa baru daftar ulang siswa, penunjang
kegiatan belajar-mengajar, evaluasi penilaian perawatan/pemeliharaan ringan, daya dan
jasa, pembinaan kesiswaan dan alat tulis kantor.

Pihak yang terlibat pada pengelolaan dana PSG:


1. Tim Pengarah, mempunyai tugas dan tanggung jawab memberikan arahan dalam
pelaksanaan PSG.
2. Tim Manajemen, mempunyai tugas dan jawab berikut:
a. menetapkan alokasi bantuan PSG yang bersumber dari APBD
b. membentuk Sekretariat Kota dan kelengkapannya
c. merencanakan dan melakukan sosialisasi di tingkat Kota
d. pendataan sosialisasi tingkat Kota
e. menyalurkan dana ke sekolah
f. melakukan koordinasi dengan Lembaga Penyalur dan Tim manajemen Sekolah dalam
penyaluran dana
g. merencanakan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi
h. memberikan pelayanan pengaduan masyarakat
i. menyelesaikan permasalahan/penyimpangan di tingkat Kota
j. melaporkan pelaksanaan kegiatannya kepada Walikota.
3. Tim Manajemen Sekolah, mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. menyusun dan menyampaikan data jumlah siswa
b. melaksanakan penyelenggaraan PSG sesuai pedoman pelaksanaan dan arahan Tim
Manajemen
c. mengadakan evaluasi dan monitoring penyelenggaraan PSG

Prosedur pelaksanaan dan penggunaan dana bantuan:


1. Penetapan Alokasi Dana, mekanisme pengalokasian dana PSG dilaksanakan sebagai
berikut:
a. Tim Manajemen Kota merekapitulasi data jumlah siswa tiap sekolah melalui Tim
Manajemen Sekolah
b. Tim Manajemen Kota dan Tim Manajemen Sekolah melakukan verifikasi ulang data
jumlah siswa tiap sekolah sebagai dasar dalam menetapkan alokasi pada tiap sekolah.
c. Penetapan sekolah penerima PSG ditetapkan dengan Keputusan Dinas.
2. Mekanisme penyaluran dana PSG dilaksanakan dengan syarat:
a. bagi sekolah yang belum memiliki rekening harus membuka rekening atas nama
lembaga, dilarang atas nama rekening pribadi dan tidak sama dengan rekening dana
Bantuan Operasional Sekolah dan/atau dana Pendidikan Menengah Universal
b. sekolah menyampaikan nomor rekening tersebut kepada Tim Manajemen Kota
c. Tim Manajemen Kota melakukan verifikasi dan menyusun rekapitulasi nomor rekening
sekolah
3. Penyaluran dana PSG yang bersumber dari APBD Kota dilakukan dengan ketentuan:
a. dana disalurkan setiap tiga bulan sekali
b. dana disalurkan pada akhir bulan dari setiap periode.
Dana PSG harus diterima secara utuh sesuai dengan alokasi dana yang telah
ditetapkan, dan dilarang adanya pemotongan atau pemungutan biaya apapun, dengan alasan
apapun dan oleh pihak manapun. Dana Program Sekolah Gratis yang bersumber dari APBD
Provinsi atau Kabupaten/Kota disalurkan oleh Pemerintah Provinsi atau Pemerintah
Kabupaten/Kota dengan cara mentransfer langsung ke rekening sekolah/madrasah penerima
baik negeri maupun swasta. Penyaluran dilaksanakan oleh Tim melalui Bank pemerintah,
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengambilan dana dilakukan oleh Kepala Sekolah dan
dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan dengan menyisakan saldo minimum sesuai
dengan ketentuan lembaga penyaluran dana. Pengambilan dana dilakukan secara bertahap dan
penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan sekolah sesuai dengan rencana kegiatan dan
anggaran sekolah.
4. Ketentuan penggunaan dana PSG:
a. Penggunaan dana PSG di sekolah harus didasari oleh rencana kegiatan dan anggaran
sekolah tahun berjalan.
b. Rencana kegiatan dan anggaran sekolah disusun berdasarkan kesepakatan bersama
antara Kepala Sekolah dengan Dewan Komite sekolah.
c. Rencana kegiatan dan anggaran sekolah disahkan oleh Pemerintah Kota.

Pelaporan atas penggunaan dana PSG:


1. Sekolah penerima dana PSG wajib menyusun dan menyampaikan laporan penggunaan
dana PSG kepada Tim Manajemen Kota.
2. Tim Manajemen Kota wajib menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan kepada
Walikota.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Selatan (Sumsel) saat ini sedang
menggodok untuk merevisi peraturan Program Sekolah Gratis (PSG). Hal ini dilakukan untuk
mengatur dan memastikan program yang sudah diterapkan sejak tahun 2008 tersebut tetap
berjalan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen)
terkait sumbangan masyarakat dalam meningkatkan mutu sekolah, sarana dan prasarana,
kapasitas guru, hubungan sekolah luar negeri dan inovasi lainnya. Meski sekolah
membolehkan pungutan, namun menurut Gubernur Sumsel 20 persen kursi di sekolah tetap
diperuntukkan kepada siswa miskin dan prasejahtera. Gubernur Sumsel juga akan
memberikan sanki yang tegas terkait kepala sekolah yang melakukan pungutan kepada siswa
miskin dan prasejahtera. Sebab, jika kepala sekolah memaksakan sumbangan sehingga
mengakibatkan anak putus sekolah, pihaknya akan segera mencopot kepala sekolah
bersangkutan.
Oleh sebab itulah, dalam peraturan yang sedang direvisi tersebut, pihaknya akan
membenahi aturan yang lama seperti memberikan payung hukum, arahan dan langkah yang
bisa mengakomodasi sumbangan orang tua. Dengan begitu sekolah tidak bisa sewenang-
wenang untuk meminta sumbangan kepada siswanya. Dia menyebutkan, bantuan pemerintah
baik pusat maupun daerah beragam, seperti tingkat SMA Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
sebesar Rp1,4 juta/tahun sedangkan PSG Rp500ribu/tahun. Sementara tingkat SMK Bisnis
total dana yang diterima siswa Rp2,2 juta/tahun sedangkan SMK teknik Rp2,7 juta/tahun.
Keterbatasan dana itulah yang membolehkan sekolah meminta sumbangan kepada orang tua.
Selain berhasil merealisasikan program ini, program sekolah gratis ini juga menuai
kendala dalam penerapannya. Diantaranya yaitu:
1. Keterlambatan pencairan dana sekolah gratis. Hal ini disebabkan diantaranya perubahan
mekanisme penganggaran dan penyaluran dana yang semula hibah ke belanja langsung.
Pencairan dana Program Sekolah Gratis (PSG) untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)
dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) periode triwulan kedua kembali terlambat dari
jadwal yang telah ditentukan. Menurut Kepala Dinas Pendidikan Sumsel, pembayaran hutang
dana PSG tahun 2016 triwulan 3 dan 4 telah dibayarkan pada Maret 2017 lalu. Sedangkan
pembayaran dana PSG triwulan pertama tahun 2017 telah dibayarkan dengan pola hibah
langsung ke satuan pendidikan SMA dan SMK. Untuk triwulan kedua tahun 2017 masih
tertunda karena ada perubahan mekanisme penganggaran yang semula hibah ke belanja
langsung. Untuk pembayaran, ada permintaan dari BAPPEDA dan BPKAD agar merevisi
Pergub No 17 Tahun 2014 tentang PSG, terkait mekanisme pencairan anggaran dan
penggunaan dana PSG. Setelah dikeluarkannya Pergub maka pembayaran akan segera
dilaksanakan.
2. Anggapan masyarakat dengan adanya kebijakan sekolah gratis adalah gratis sepenuhnya,
beberapa pemahaman yang harus dimengerti sekolah Karena proses pembayaran iuran
sekolah yang selama ini dilakukan merupakan sumbangan yang dilakukan berjangka,
bukan iuran sekolah. Menurutnya, tidak mungkin gratis disini dipukul rata untuk seluruh
siswa. Bagi siswa yang mampu atau bisa dikatakan dari keluarga kaya sudah sepantasnya
memberikan sumbangan ke sekolah demi menerima hak fasilitas yang memadai.
Sementara bagi siswa prasejahtera (miskin) tidak dipaksa untuk membayar. Jika
memang tidak sanggup membayar maka akan diberikan Kartu Indonesia Pintar (KIP) atau
surat keterangan tidak mampu ke sekolah sebagai buktinya. PSG sendiri harus dimengerti
oleh masyarakat, karena program ini memberikan kesempatan bagi seluruh anak di Sumsel
untuk mengenyam bangku pendidikan. Artinya, sangat wajar jika sekolah meminta
sumbangan guna menambah fasikitas bagi siswa itu sendiri. Namun komite sekolah tidak
boleh memaksakan kepada siswa Jika tak mampu membayar. Oleh karena itu, pembayaran
sumbangan tersebut tidak boleh dipukul rata. Hendaknya orangtua siswa yang lebih mampu
dan tergolong kaya agar tidak komplain ketika komite sekolah membebankan biaya
sumbangan. Karena biaya tersebut digunakan untuk menunjang kenyamanan siswa .
Kebanyakan orangtua tetap igin gratis, padahal ia dikatakan masih mampu.
Terkait adanya penerimaan KIP yang tidak merata, hal itu dikarenakan
pendistribusian KIP itu sebelumnya tidak melalui Dinas Pendidikan. Jadi dari Kementrian
langsung dikirim ke kecamatan. Sedangkan terkait adanya bantuan PSG dari provinsi juga
masih ada ketersendatan dan belum dievaluasi Kemendagri terkait APBD perubahan. Jadi
belum bisa dipastikan besarnya bantuan dari APBD tersebut untuk PSG. Sementara
operasional sekolah jalan terus. Maka dibutuhkan bantuan keuangan berupa sumbangan dari
orangtua siswa karena hal tersebut juga ditetapkan dengan peraturan daerah. Apalagi
sebelumnya orang tua sudah menyepakati terlebih dahulu besarannya. Sehinnga siswa bisa
dapat fasilitas lebih dari sekolah.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Faktor pendukung dari pelaksanaan kebijakan program bantuan dana tersebut:
1. Adanya komunikasi antara pemerintah pusat dengan daerah dalam penyaluran dana
bantuan tersebut. Karena komunikasi sangat penting dalam penyaluran informasi agar
lebih efektif untuk mewujudkan implementasi, karena jika komunikasi yang ditujukan
secara jelas dan benar maka pihak atau pelaku kebijakan akan dapat mengetahui dan
memahami apa yang disampaikan, seperti isi, tujuan dan arah sasaran yang dituju.
2. Kerja sama yang baik antara pemerintah, dinas pendidikan, sekolah dan masyarakat
sehingga penggunaan dana bantuan tersebut menjadi transparan dan terarah sesuai dengan
aturan yang ditetapkan dan peningkatan kualitas mutu pendidikan, seperti penambahan
koleksi buku di perpustakaan dan pengembangan sarana prasarana semakin meningkat.
3. Sumber daya yang ada pada sekolah, yakni terkait dengan sumber daya manusia dan
sumber daya anggaran berupa dana. Pada sumber daya manusia untuk pelaksana program
dana bantuan
Menurut Walikota Palembang kebijakan program dana bantuan belajar di kota
palembang sudah berhasil hal ini dapat dilihat dari gambaran Angka Partisipasi Kasar (APK)
SD 112.05, SMP 97.08 dan SMA 84.32. sedangkan untuk Angka Partisipasi Murni (APM)
SD 92.7, SMP76.18, SMA 58.27.

3.2 Saran
Perlu peningkatkan partisipasi masarakat melalui pemberdayaan komite sekolah dan
seluruh pengelola sekolah untuk ikut terlibat aktif mengawasi penggunaan dan bantuan
tersebut Bagi pemerintah selaku pembuat kebijakan. Program dana bantuan tersebut yang
sudah dilaksanakan hendaknya dapat terus dilanjutkan tetapi tetap dengan mempertimbangkan
upaya peningkatan partisipasi masarakat. Petunjuk teknis tentang pengunaan dana bantuan
tersebut hendaknya lebih disempurnakan sehingga tercipta partisipasi yang tinggi masalah
pendidikan dan pendanaan dari masyarakat tetapi tetap berkeadilan sosial. Disamping itu
monitoring dan evaluasi berkala juga harus dilakukan dengan melibatkan elemen masyarakat
yang concern terhadap masalah dana bantuan tersebut.
KEBIJAKAN PUBLIK SEKOLAH

GRATIS DI KOTA PALEMBANG

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3

1.DWI LESTARI (061440511769)


2.EVELIN PUTERI LESTARI (061440511771)
3. ELSYA EKA PAMELA (061440511772)
4.IKHSAN BUDIMAN (061440511774)
5. RANITA YULIANISA (061440512039)
Kelas : 7 Ap.C

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

TAHUN 2017
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan daerah provinsi Sumatera Selatan No 17 Tahun 2014 tentang sekolah gratis

Peraturan walikota Palembang No.12 tahun 2017 tentang pedoman penyelenggaraan sekolah
gratis

Peraturan walikota Palembang No.22 tahun 2011 tentang penetapan besaran/satuan biaya
dana bantuan/komite sekolah

Kesepakatan bersama antara Pemerintah provinsi sumatera selatan dengan Pemerintah kota
palembang tentang Penyediaan sharing dana program sekolah gratis dan program
jamsoskes sumsel semesta Tahun anggaran 2017

m.liputan6.com 12 mei 2017 13.33 WIB Disdikpora Palembang Tanggung Program Sekolah
Gratis. Diakses tanggal: 9 Desember 2017

PALEMBANG, GLOBALPLANET.news 25 September 2017 16:16:48 WIB Dana PSG


Triwulan Kedua Kembali 'Ngaret', Ini Penyebabnya. Diakses tanggal: 9 Desember
2017

Palembang.tribunnews.com Senin, 18 September 2017 22:47 WIB Dilema Program Sekolah


Gratis dan Iuran Komite Yang di Sebut Sumbangan Berjangka. Diakses tanggal: 10
Desember 2017

www.palembang.go.id/berita/297/pendidikan-jadi-prioritas-harnojoyo-fitri. Diakses tanggal:


9 Desember 2017

Anda mungkin juga menyukai