BAB I
MANAJEMEN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
1
Melayu S.P Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian Masalah, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001).
2
Sonadi, “Manajemen Pembiayaan Pendidikan Bersumber dari Masyarakat: Studi Pada MTs
Darul Ulum Palangka Raya”, Jurnal Fenomena, Vol.9, No. 1, 2017, hlm. 29.
3
Sonadi, “Manajemen Pembiayaan Pendidikan Bersumber dari Masyarakat: Studi Pada MTs
Darul Ulum Palangka Raya”, Jurnal Fenomena, Vol.9, No. 1, 2017, hlm. 29.
1
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
manajemen pendidikan anak usia dini adalah suatu proses yang terdiri dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan
untuk mencapai tujuan dalam pendidikan anak usai dini yaitu jenjang
pendidikan yang ditujukan bagi anak usia 0 hingga 6 tahun.
dilaksanakan pada masa yang akan datang dan harus ada sebelum
kegiatan berlangsung.7
4
Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 146 tahun 2014 pasal 1 tentang kurikulum
2013.
5
Simanis, Pengertian Manajemen Pendiidikan, Fungsi, dan Ruang Lingkup Manajemen
Pendidikan. http://www.plajar.id/2017/25. Diakses pada tanggal 09 Januari 2019.
6
Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 Butir 14.
7
Baihaqi dkk, “Manajemen pembiayaan Pendidikan Pada SMK Negeri di Kabupaten Aceh Besar”,
Jurnal Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Vol. 1, No. 1, Agustus
2012, hlm. 33.
2
2. Pengorganisasian (organizing)
Nanang Fatah dalam buku landasan manajemen pendidikan,
mengatakan bahwa pengorganisasian merupakan proses membagi
kerja ke dalam tugas-tugas kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada
orang sesuai dengan kemampuannya, dan mengalokasikan sumber
daya, serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektifitas pencapaian
tujuan organisasi.8
3. Pelaksanaan (actuating)
Pelaksanaan merupakan suatu tindakan atau pelaksanaan dari
sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci.
Pelaksanaan ini dilakukan apabila perencanaan sudah dianggap siap. 9
4. Pengendalian (controlling).
Pengawasan diartikan sebagai usaha menentukan apa yang
sedang dilaksanakan dengan cara menilai hasil atau prestasi dan kalau
terdapat penyimpangan dari standar yang telah ditentukan, maka
segera akan diadakan usaha perbaikan, sehingga hasil atau prestasi
yang dicapai sesuai dengan rencana.10
3
Berdasarkan paparan diatas, fungsi manajemen pendidikan
anak usia dini adalah Mengenalkan peraturan dan menanamkan
disiplin, Mengembangkan keterampilan, kreativitas dan kemampuan
yang dimiliki anak, serta Menyiapkan anak untuk memasuki jenjang
pendidikan melalui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan.
09 Januari 2019.
12
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007), hlm. 20.
4
diprioritaskan untuk kelangsungan pendidikan sehingga menghasilkan out-put
yang diinginkan. Walaupun masih terdapat institusi pendidikan yang belum
memiliki manajemen yang bagus dalam pengelolaan pendidikannya.
Manajemen yang digunakan masih konvensional, sehingga kurang bisa
menjawab tantangan zaman dan terkesan tertinggal dari modernitas.
Jika manajemen pendidikan sudah tertata dengan baik dan membumi,
niscaya tidak akan lagi terdengar tentang pelayanan sekolah yang buruk,
minimnya profesionalisme tenaga pengajar, sarana-prasarana tidak memadai,
pungutan liar, hingga kekerasan dalam pendidikan. Manajemen dalam sebuah
organisasi pada dasarnya dimaksudkan sebagai suatu proses (aktivitas)
penentuan dan pencapaian tujuan organisasi melalui pelaksanaan empat
fungsi dasar: planning, organizing, actuating,dan controlling dalam
penggunaan sumberdaya organisasi. Karena itulah, aplikasi manajemen
organisasi hakikatnya adalah juga amal perbuatan SDM organisasi yang
bersangkutan.
5
2. Penanaman dasar aqidah dan keimanan.
3. Pembentukan dan pembiasaaan prilaku-prilaku yang diharapkan.
4. Pengembangan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan.
5. Mengembangkan mativasi dan sikap belajar yang positif.13
13
Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usia Dini (Konsep dan Teori), (Jakarta: Bumi Aksara, 2017),
hlm. 17.
6
F. REFERENSI
Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 146 tahun 2014 pasal 1
tentang kurikulum 2013.
Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 Butir 14.
Susanto, Ahmad, Pendidikan Anak Usia Dini (Konsep dan Teori), Jakarta: Bumi
Aksara, 2017.
Usman, Nurdin, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2002.
7
BAB II
MANAJEMEN PENDIRIAN PAUD
Mutia Rahayu, S.Pd.
14
Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
8
mendirikan PAUD tersebut haruslah lebih menguasai dan memahami
manajemen pendiriannya.
15
Suyadi, Manajemen PAUD TPA-KB-TK/RA, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2011) hlm.67
9
proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-
usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.16
Istilah pendirian juga dapat diartikan sebagai proses atau cara
mengadakan suatu lembaga atau bangunan di tempat yang telah ditentukan.
Pendirian yang dimaksud disini adalah proses atau langkah-langkah
mendirikan suatu lembaga PAUD. Kemudian PAUD itu sendiri adalah
singkatan dari Pendidikan Anak Usia Dini. Sebagaimana telah kita ketahui
pendidikan adalah proses interaksi anatara pendidik dan anak didik atau
lingkungan secara sadar, teratur, terencana dan sistematis untuk membantu
perkembangan potendi anak didik secara maksimal. Sedangkan anak usia dini
adalah anak yang berusia 0-6 tahun.17
Dari pengertian-pengertian sebagaimana dikemukakan di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan manajemen pendirian
PAUD adalah suatu upaya mengelola, mengatur, mengarahkan dan
mengontrol jalannya proses pendirian atau pelaksanaan lembaga PAUD guna
untuk memfasilitasi proses interaksi edukatif antara anak didik dengan guru
dan lingkungan secara teratur, terencana dan sistematis untuk mencapai
tujuan pendidikan anak usia dini.
Adapun untuk mendirikan suatu lembaga PAUD harus pula diperhatikan
tempat atau lingkungan yang akan dijadikan tempat berdirinya PAUD.
Diantaranya harus aman bagi anak, memiliki ruang atau halaman yang cukup
untuk bermain, mudah dijangkau, tersedia air, tempat cuci tangan, dan kamar
kecil.18
10
Sebuah yayasan yang ingin mendirikan lembaga PAUD harus memenuhi
syarat-syarat pendirian PAUD seperti yang telah diatur dalam UUD.
Berdasarkan pasal 62 ayat 2, persyaratan umum yang harus dipenuhi untuk
dapat mendirikan lembaga pendidikan adalah sebagai berikut.19
1. Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat panduan yang mengatur isi
program dan proses pendidikan sebagai acuan dalam proses
pembelajaran dan penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum ini dapat
merujuk pada PKB-TK (Program Kegiatan Belajar TK). Atau bisa juga
merujuk pada kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu
kurikulum 2013. Kemudian yayasan yang akan mendirikan lembaga
PAUD harus menyiapkan kurikulum secara lengkap yang nantinya akan
dilampirkan dalam proposal pendirian PAUD.
2. Peserta Didik/Siswa/Anak Didik
Sebelum mendirikan PAUD, yayasan yang akan menyelenggarakan
PAUD harus melakukan survei tentang jumlah anak didik yang ada di
wilayah tersebut, sehingga keberadaan PAUD secara jelas sangat
dibutuhkan. Survei ini dapat dilakukan pada Posyandu di masing-
masing wilayah, karena tentunya Posyandu memiliki data jumlah anak
lengkap dengan usia dan berat badannya. Yayasan yang akan
mendirikan PAUD dapat memanfaatkan data ini sebagai penguat data
hasil survei.
3. Tenaga Kependidikan
Selain jumlah anak didik yang menjadi sasaran pendirian PAUD,
pihak pendiri juga harus memperhatikan jumlah tenaga kependidikan
(guru dan staf administrasi) lengkap dengan latar belakang keilmuan
para guru yang dicantumkan. Hal ini dimaksudkan agar kelak jika
lembaga PAUD berdiri benar-benar diampu oleh para guru yang
mempunyai basic keilmuan yang sesuai. Sebagaimana yang telah
19
Fari Ulfah, Manajemen PAUD Pengembangan Jejaring Kemitraan Belajar, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2015), hlm.37-40.
11
ditetapkan pada UU sistem pendidikan Nasional 2003, guru yang akan
mengajar di lembaga PAUD harus berlatar belakang S1 PG-PAUD atau
S1 PG-TK.
4. Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung proses pembelajaran berdasarkan kurikulum
yang telah dicantumkan, yayasan pendiri PAUD harus memenuhi
standar minimal sarana dan prasarana yang telah ditentukan.
5. Pembiayaan Pendidikan
Setiap lembaga pendidikan yang sebagian besar dikelola oleh
pihak swasta atau yayasan perlu menyertakan pembiayaan pendidikan
bagi peserta didik maupun dana awal yang dimiliki untuk
penyelenggaraan pendidikan.
6. Sistem Evaluasi
Setiap lembaga pendidikan, termasuk PAUD, harus mempunyai
sistem evaluasi, baik evaluasi program, proses, maupun hasil tumbuh-
kembang anak didik. Evaluasi ini dilaksanakan sebagai upaya
pengendalian mutu pendidikan, sekaligus sebagai upaya akuntabilitas
penyelenggara pendidikan.20
20
Ibid., hlm. 22.
21
Ibid., hlm. 31.
12
ditampung pada tahun ini, tahun depan, dan beberapa tahun mendatang.
Data tersebut hanya bisa diperoleh dengan survei jumlah anak-anak dan
keluarga di suatu wilayah. Sebab, tanpa keberadaan anak-anak, sebuah
lembaga PAUD tidak akan mendapatkan izin. Akan tetapi hal ini
mustahil terjadi, karena setiap wilayah pasti ada keluarga yang akan
terus melahirkan anak-anak mereka.
Data hasil survei yang berupa jumlah anak-anak maupun
keluarga juga dapat dimanfaatkan untuk mendesain bangunan atau
gedung lembaga PAUD yang akan didirikan. Contoh, jika di wilayah
yang disurvei ternyata banyak anak-anak dan keluarga baru yang masih
produktif melahirkan, maka lembaga PAUD yang akan didirikan harus
mampu menampung keberadaan mereka semua.
13
tidak boleh terlalu dekat dengan jalan raya. Sebab, kelengahan
pengawasan, baik orang tua maupun guru, akan beresiko sangat tinggi.
Selain lokasi yang strategis, sarana prasarana yang akan
digunakan juga perlu dipertimbangkan. Seperti, area mainan, area pasir
dan air, area cerita, area seni, area musik dan area outdoor. 22 Hal ini
akan menjadi komponen penting dalam proposal, sehingga kelengkapan
sarana prasarana akan memengaruhi mudah tidaknya proses perizinan.
4. Menghimpun Dana
Berkaitan dengan sarana prasarana yang akan disediakan,
harus sebanding dengan dana yang tersedia. Dana tersebut bisa
bersumber dari swadaya masyarakat, orang tua, pemerintah maupun
organisasi nonpemerintah.23 Fasilitas maupun sarana prasarana yang
akan digunakan harus mempertimbangkan kemampuan masyarakat
untuk memberikan dana sumbangan.
14
membantu pemahaman pendiri mengenai hakikat pendidikan anak usia
dini secara mendalam. Maka dari itu pendiri sebagai inisiasi atas
berdirinya PAUD, dituntut untuk lebih banyak tau tentang dunia PAUD
daripada guru maupun staf yang lain.
15
Judul proposal merupakan ungkapan tersurat secara ringkas,
padat dan jelas mengenai maksud dan tujuan pengusul. Walaupun
demikian, bahasa yang digunakan haruslah baku agar setiap pembaca
dapat memahami dengan mudah maksud dan tujuan pangusul.
2. Latar Belakang Persoalan atau Dasar Pemikiran
Latar belakang persoalan biasanya terletak setela judul. Pada
latar belakang ini pengaju mengemukakan ide atau gagasan yang
melatari diajukannya proposal. Dengan demikian, latar belakang dalam
proposal PAUD adalah alasan mengapa didirikan PAUD.
3. Visi dan Misi lembaga
Bagian lain yang perlu dikemukakan dalam proposal pendirian
PAUD adalah Visi dan Misi. Isi visi adalah idealitas di masa depan
lembaga PAUD yang ingin didirikan. Dengan kata lain, visi ini
menggambarkan cita-cita lembaga PAUD yang igin dicapai dalam
jangka panjang sebagai bentuk lembaga yang sangat ideal.
Adapun Misi adalah bentuk penjabaran dari visi yag berupa
langkah-langkah operasional atau strategi-strategi unggulan guna
merealisasikan visi sebuah lembaga.
4. Tujuan
Tujuan pendirian PAUD adalah untuk memberikan layanan
pendidikan yang memadai sehingga tumbuh kembang anak dapat
berjalan secara maksimal. Namun, tujuan ini adalah tujuan pada batas
minimal yang bisa ditambah dan dibuat lebih baik.
5. Kurikulum atau Program yang Diusulkan
Kurikulum dapat diartikan sebagai seperangkat mata pelajaran atau
ilmu yang harus dipelajari anak-didik agar mnuasai ilmu tertentu untuk
memperoleh kelulusan. Dalam konteks anak usia dini, maka
seperangkat mata pelajaran tersebut adalah berbagai aktivitas bermain,
bernyanyi, dan bercerita untuk menstimulasi tumbuh kembang fisik,
psikis, moral maupun moral sosialnya sehingga mereka mencari
kematangan kepribadian.
16
6. Sumber Daya Manusia (Tenaga Kependidikan)
Tenaga kependidikan, seperti guru, staf administrasi, dan staf
pembantu harus dicantumkan dalam proposal pendirian PAUD. Masing-
masing tenaga kependidikan harus dijelaskan latar belakang
kependidikan dan profesionalisme yeng ditekuninya.
7. Calon Anak-Didik yang Menjadi Sasaran Lembaga PAUD
Hal lain yang perlu dicantumkan dalam proposal pendirian PAUD
yaitu calon anak didik yang akan direkrut. Perekrutan calon anak didik
harus berdasarkan usia kronologis atau usia mentalnya. Secara
kronologis perekrutan anak didik dapat merujuk pada UU yakni untuk
TK 4-6 tahun, KB 3-4 tahun dan TPA 0-3 tahun. Sedangkan perekrutan
berdasarkan usia mental dapat menggunakan bantuan psikolog, apakah
anak dengan usia kronologis tertentu perkembangan mentalnya normal
atau termasuk anak berkebutuhan khusus.
8. Sarana dan Prasarana yang Direncanakan
Proposal pendirian PAUD juga harus menyampaikan berbagai
sarana prasarana dan fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung
program pembelajaran dan suksesnya kurikulum yang telah ditetapkan.
Adapun sarana prasarana lembaga PAUD hampir semuanya didominasi
oleh alat-alat permainan edukatif, baik indoor maupun outdoor.
9. Jenis Pelayanan yang Diberikan
Layanan pendidikan lembaga PAUD juga akan menjadi daya tarik
bagi orang tua anak-didik. Semakin bagus layanan di suatu lembaga
PAUD maka semakin besar kemungkinan untuk mendapatkan tambahan
anak didik setiap tahunnya. Di sisi lain, jenis layanan pendidikan juga
merupakan konsekuensi logis dari kurikulum pendidikan yang telah
ditetapkan. Oleh sebab itu, layanan pendidikan harus dicantumkan
dalam proposal pendirian PAUD.
Beberapa bentuk layanan yang dimaksud adalah layanan
kesehatan, layanan perbaikan gizi, layanan konsultasi psikologi,
layanan antar-jemput anak-didik atau transportasi, dan lain sebagainya.
17
Hal ini juga akan menjadi pertimbangan utama bagi lembaga yang
berwenang untuk mengabulkan atau tidak proposal yang anda ajukan
tersebut.
10. Sumber Biaya dan Pembiayaan
Hal yang tidak kalah pentingnya harus disampaikan dalam
proposal pendirian PAUD adalah pembiayaan. Bagian terpenting dari
komponen ini adalah sumber biaya yang berasal dari orang tua calon
anak-didik atau wali siswa. Sumber dana dan pembiayaan tersebut
hendaklah berdasarkan pada kurikulum, proses pembelajaran, jenis
layanan dan sarana prasarana yang ditawarkan.27
F. REFERENSI
27
Suyadi, Manajemen PAUD..., hlm. 38-49
18
Suyadi, 2011 Manajemen PAUD TPA-KB-TK/RA, Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Amirul Mukminin, 2011Manajemen Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia
Dini, Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Martuti. A, ,2010 Mendirikan dan Mengelola PAUD Manajemen Administrasi dan
Strategi Pembelajaran, Bantul: Kreasi Wacana.
Fari Ulfah, 2015Manajemen PAUD Pengembangan Jejaring Kemitraan Belajar,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
PAUD Jateng, 2015. Persyaratan, Cara Mendirikan, Membuka TK, KB, TPA dari
Nol, Jateng: www.paud.id.
http://referensi.elsam.or.id/2014/11/uu-nomor-20-tahun-2003-tentang-sistem-
pendidikan-nasional
Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
19
BAB III
MANAJEMEN KURIKULUM PAUD (Dokumen 1)
Mhd. Habibu Rahman, S.Pd.
28
Yuliani Nurani Sudjiono, Konsep dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Indeks, 2011),
hlm. 7.
20
Manajemen itu sendiri adalah kemampuan dan keterampilan khusus
untuk melakukan suatu kegiatan baik bersama orang lain atau melalui orang
lain dalam mencapai tujuan organisasi.29 Manajemen sangat diperlukan dalam
suatu kegiatan, karena dengan manajemen yang baik, tujuan dari kegiatan
tersebut akan tercapai dengan baik. Dengan tidak adanya manajemen, suatu
kegiatan tidak akan berjalan dengan lancar dan tujuan-tujuan yang diinginkan
sulit untuk dicapai. Begitu juga dalam lembaga pendidikan, agar tujuan dari
lembaga pendidikan tersebut dapat tercapai maka diperlukan manajemen yang
baik.
Manajemen sebagai suatu disiplin ilmu sangat erat kaitannya dengan
disiplin ilmu-ilmu lainnya, seperti filsafat, psikologi, sosial budaya, sosiologi,
dan teknologi, bahkan ilmu manajemen banyak mendapat kontribusi dari
ilmu-ilmu lain. Banyak teori, konsep dan pendekatan dalam ilmu manajemen
memberikan masukan teoritik dan fundamental bagi pengembangan
kurikulum. Itu sebabnya secara konseptual teoritik ilmu manajemen harus
menjadi landasan penting dalam pengembangan kurikulum. Inti manajemen
berkisar pada perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan
yang membuat program pendidikan berjalan dengan sukses, baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Di sinilah pentingnya manajemen profesional
agar tujuan dari PAUD berhasil secara maksimal. Manajemen pendidikan
sebagai pendekatan pengembangan sumber daya manusia kompetitif, sarana
pembaharuan sosial yang berkeadilan, serta pembaharuan dunia pendidikan
yang konstektual sangat penting bagi eksistensi semua lembaga pendidikan
termasuk lembaga PAUD.
Dalam upaya pembinaan terhadap pendidikan anak usia dini,
diperlukan adanya sebuah kerangka dasar kurikulum dan standar
kompetensi anak usia dini. Kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi
adalah rambu-rambu yang dijadikan acuan dalam penyusunan kurikulum dan
silabus (rencana pembelajaran) pada masing-masing tingkat satuan
pendidikan. Kurikulum PAUD harus mengacu pada penggalian potensi
29
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensido Offset,
2004), hlm. 17.
21
kecerdasan yang dimiliki anak, sehingga peran guru hanya untuk
mengembangkan, menyalurkan, dan mengarahkannya saja. Dari permasalahan
tersebut penulis tertarik membahas tentang manajemen kurikulum pendidikan
anak usia dini.
30
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara,2006), hlm. 5.
31
ohiat, Manajemen Sekolah Teori Dasar dan Praktik, (Bengkulu:Aditama,2009), hlm.14.
32
George R.Terry dalam Malayu S.P Hasibuan, Manajemen dasar, Pengertian dan Masalah,
(Jakarta: Bumi Aksara,2007), hlm. 1-2.
33
Henri L Sisk, Principles of Management, (Ohio: South Western Publishing Company,1969),
hlm. 10.
22
telah ditetapkan. Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian
inilah yang kemudian disebut prinsip-prinsip manajemen.
Manajemen juga dapat didefinisikan sebagai proses yang berbeda
terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengontrolan,
penentuan, dan pemenuhan tujuan dengan menggunakan sumber daya manusia
dan sumber daya lainnya.34
Dari beberapa definisi manajemen yang telah dikemukakan, maka dapat
disimpulkan bahwa manajemen adalah serangkaian proses kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya untuk mencapai suatu
tujuan.
Sedangkan Kurikulum dalam Kamus Bahasa Inggris- Indonesia adalah
curriculum yang berarti rencana pelajaran.35 Dalam buku Curicullum
Development a guide to prasctice, arti kurikulum adalah “a plan of
learning consisting of two major dimensions, vision and structure”.36 Dalam
perspektif kebijakan pendidikan nasional pengertian kurikulum dapat dilihat
dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS,
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.37
Sedangkan PAUD memiliki pengertian sesuai dengan Undang-undang
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 14
dijelaskan pengertian pendidikan anak usia dini yaitu sebagai berikut :
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan untuk membantu
34
rita Marini, Manajemen Sekolah Dasar , (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), cet.I, hlm. 2.
35
ohn M Echols dan Hasan Shadly, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta : Gramedia, 1992), hlm.
186.
36
on Wiles and Joseph Bondi, Curriculum Development A Guide to Practice, (New York:
Macmillan Publishing Company, 1979), hlm. 3.
37
ndang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
23
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.38
38
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU No. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, (Jakarta: Visimedia), hlm. 45.
39
Jamal Ma’mur Asmani, Manajemen Strategis Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Diva
Press, 2009), hlm. 154-156.
24
7. Mewadahi layanan anak berkebutuhan khusus.
8. Menjalin kemitraan dengan keluarga dan masyarakat.
9. Memerhatikan kesehatan dan keselamatan anak.
10. Menjabarkan prosedur pengelolaan lembaga kepada masyarakat.
11. Manajemen sumber daya manusia (SDM).
12. Penyediaan sarana dan prasarana. Kurikulum dapat menggambarkan
penyediaan sarana dan prasarana yang dimiliki lembaga.
40
Suyadi, Manajemen PAUD TK-KB-TK/RA Mendirikan, Mengelola, dan Mengembangkan PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 95.
41
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014
tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini.
25
lembaga berdasarkan masukan dari seluruh warga lembaga pendidikan
anak usia dini. Visi tersebut harus mampu memberikan inspirasi,
motivasi, dan kekuatan pada warga satuan pendidikan dan segenap pihak
yang berkepentingan. Visi dapat ditinjau dan dirumuskan kembali secara
berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat.
b. Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan sebagai penjabaran visi
yang telah ditetapkan dalam kurun waktu tertentu untuk menjadi rujukan
bagi penyusunan program serta memberikan keluwesan dan ruang gerak
pengembangan kegiatan satuan pendidikan yang terlibat, dengan
berdasarkan saran dari seluruh warga satuan pendidikan anak usia dini.
Misi sifatnya tidak abadi, bisa di tinjau dan dirumuskan kembali sesuai
dengan kebutuhan dan tantangan di masyarakat.
2. Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum merupakan pengorganisasian muatan kurikul
um, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan lama belajar.
a. Muatan Kurikulum
Berisikan pengembangan nilai agama dan moral, pengembangan
fisik-motorik, pengembangan kognitif, pengembangan bahasa,
pengembangan sosial-emosional, dan pengembangan seni. Semuanya
diaplikasikan dalam konteks bermain.
b. Kompetensi Inti
Merupakan gambaran pencapaian Standar Tingkat Pencapaian
Perkembangan Anak pada akhir layanan PAUD. Kompetensi inti
mencakup:
1) Kompetensi Inti 1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual,
seperti menerima ajaran agama yang dianutnya.
2) Kompetensi Inti 2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial, seperti
memiliki perilaku hidup sehat, rasa ingin tahu, percaya diri,
mandiri, peduli, menghargai orang lai, mampu menyesuaikan diri,
26
tanggung jawab, jujur, dan santun dalam berinteraksi dengan
keluarga, pendidik, dan teman.
3) Kompetensi Inti 3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan,
seperti mengenaili diri, keluarga, teman, pendidik, agama,
teknologi, seni, budaya di rumah, dan tempat bermain dengan cara
mengamati dengan indera, menanya, mengumpulkan informasi
melalui kegiatan bermain.
4) Kompetensi Inti 4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan,
seperti menunjukkan yang diketahui, dirasakan, dibutuhkan dan
dipikirkan melalui bahasa, musik, gerakan, dan karya secara
produktif, kreatif, serta mencerminkan perilaku anak berakhlak
mulia.
c. Kompetensi Dasar
Merupakan tingkat kemampuan dalam konteks muatan
pembelajaran, tema pembelajaran, dan pengalaman belajar yang
mengacu pada kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar
dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik dan kemampuan
awal anak serta tujuan setiap program pengembangan.
d. Lama Belajar
Merupakan keseluruhan waktu untuk memperoleh pengalaman
belajar yang harus diikuti anak dalam satu minggu, satu semester dan
satu tahun. Lama belajar pada PAUD dilaksanakan melalui
pembelajaran tatap muka. Kegiatan tatap muka di PAUD dengan lama
belajar sebagai berikut:
1) Kelompok usia lahir sampai 2 tahun dengan lama belajar paling
sedikit 120 menit per minggu.
2) Kelompok usia 2 tahun sampai 4 tahun dengan lama belajar paling
sedikit 360 menit per minggu.
3) Kelompok usia 4 tahun sampai 6 tahun dengan lama belajar paling
sedikit 900 menit per minggu.
27
4) Satuan PAUD untuk kelompok usia 4-6 tahun yang tidak dapat
melakukan pembelajaran 900 menit per minggu wajib
melaksanakan pembelajaran 540 menit dan ditambah 360 menit
pengasuhan terprogram.
42
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, cet. 3, (Jakarta: Kencana, 2010),
hlm. 52.
28
untuk menata materi secara logis, sistematis, mendistribusikan alokasi
waktu untuk setiap pokok bahasan, mendorong proses pembelajaran
menjadi efektif dan efisien.43 Langkah-langkah penyusunan Program
tahunan yaitu:44
a. Menelaah kalender pendidikan, ciri khas satuan pendidikan
b. Menandai hari-hari libur, permulaan tahun pelajaran, minggu efektif
belajar, waktu pembelajaran efektif, hari-hari libur.
c. Menghitung jumlah minggu efektif setiap bulan dan semester dan
memasukkan dalam format matrix yang tersedia.
d. Mendistribusikan alokasi waktu yang disediakan untuk suatu mata
pelajaran, pada setiap KD dan topik bahasannya pada minggu efektif.
2. Program Semester (Prosem)
Program semester (Prosem) merupakan rancangan pembelajaran
yang berisi jaringan tema, bidang pengembangan, tingkat pencapaian
perkembangan, indikator yang ditata secara urut dan sistematis, alokasi
waktu yang diperlukan untuk setiap jaringan tema dan sebarannya ke dalam
tiap semester.45 Prosem berisi daftar tema satu semester dan alokasi waktu
setiap tema. Penyusunan prosem dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Membuat daftar tema satu semester
b. Menentukan alokasi waktu untuk setiap tema
c. Menentukan KD pada setiap tema
d. Memilih, menata, dan mengurutkan tema berdasarkan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1) Tema dipilih dari lingkungan yang terdekat dengan kehidupan anak.
2) Tema dimulai dari hal yang sederhana.
3) Tema ditentukan dengan mempertimbangkan minat anak.
4) Ruang lingkup tema mencakup semua aspek perkembangan.
43
Wawan S. Suherman, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Jasmani, (Yogyakarta, FIK UNY,
2001), hlm. 120.
44
Ahmad sodiqy dan Djunaidatul Munawwarah, Modul Pengembangan Perangkat Pembelajaran
PAI, (Samarinda: T.tp, 2011), hlm. 22.
45
E. Mulyasa, Manajemen PAUD, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 126.
29
e. Menjabarkan tema ke dalam sub tema dan dikembangkan lebih rinci
menjadi sub-sub tema untuk setiap semester.
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM)
RPPM disusun sebagai acuan pembelajaran selama satu minggu.
RPPM dapat berbentuk jaringan tema atau format lain yang dikembangkan
oleh satuan PAUD yang berisi projek-projek yang akan dikembangkan
menjadi kegiatan pembelajaran. Pedoman pengembangan RPPM dapat
dilakukan sebagai berikut:46
a. Menentukan tema dan memerinci sub tema.
b. Menentukan kegiatan sesuai dengan bidang pengembangan.
c. Membuat matrix hubungan antara tema, bidang pengembangan dan
kegiatan.
d. Menentukan pelaksanaan kegiatan dalam satu minggu dari hari
senin sampai jumat.
30
AKU anggota tubuh dengan tulisan
3.2.2. dan 4.2.2. Memberi 8.Menulis nama-nama anggota
&membalas salam tubuh
3.3.1. dan 4.3.1.Anggota 9.Menunjukkan anggota tubuh
tubuhku anak
3.3.3. dan 4.3.3.Kegunaan 10.Menyisir rambut sendiri,
anggota tubuh memakai sepatu sendiri
3.6.3. dan 4.6.3.Perbedaan 11.Membedakan ukuran
tubuh anak kecil dan anak tubuh,warna rambut
dewasa
3.6.4.dan,4.6.4. Urutan pola 12.Mengurutkan bilangan
dengan benda- benda
3.6.7.dan,4.6.7. Konsep 13.Menghitung jari tangan dan
bilangan jari kaki
3.10.5.dan,4.10.5. Ciri-ciri 14.Meminta maaf dengan jabat
tubuh tangan yang benar
3.11.1.dan 4.11.1 Pengenalan 15.Menunjuk teman yang
expresi wajah sedang senang,sedih,marah
3,12.3. dan 4.12.3.Gambar / 16.Bermain bola, menendang
cerita bola, dll
3,12.4. dan 17.Berjalan dg satu
4.12.4.Menggerakkan jari-jari kaki/engklek,berjalan di atas
tangan papan titian
3.14.2. dan 4.14.2.Menyisir 18.Mengurutkan gambar anak
rambut dari ukuran kecil-besar
19.Kolase gambar pita, dll
20.Menirukan 2-3 urutan kata
21.Mencari perbedaan tubuh
anak laki-laki dan perempuan
22.Melakukan 3-4 perintah
23.Menjiplak jari – jari tangan
24.Bercerita tentang gambar
25.Tepuk tangan dengan pola
26.Meneruskan pola : pita, sisir,
bando
27.Membuat topi dari kertas
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Kelas
__________________________ __________________________
31
RPPH disusun sebagai acuan pembelajaran harian. Komponen
RPPH meliputi tema/sub tema/sub-sub tema, kelompok usia, alokasi waktu,
kegiatan belajar (pembukaan, inti, makan dan istirahat serta penutup),
indikator pencapaian perkembangan, penilaian perkembangan anak, serta
media dan sumber belajar.
a. Pendahuluan merupakan kegiatan pemanasan dan dilaksanakan secara
klasikal. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain berdoa/mengucap
salam, serta membicarakan tema atau subtema.
b. Inti merupakan kegiatan yang dapat mengaktifkan perhatian,
kemampuan, sosial, spiritual, dan emosional anak. kegiatan ini dapat
dicapai dengan memberi kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi
dan bereksperimen sehingga dapat memunculkan inisiatif, kreativitas,
dan kegiatan yang dapat meningkatkan pemahaman, konsentrasi serta
mengembangkan kebiasaan bekerja dengan baik.
c. Makan dan istirahat merupakan kegiatan yang digunakan untuk mengisi
kemampuan anak yang berkaitan dengan makan, misalnya mengenalkan
kesehatan, makanan yang bergizi, tata tertib makan yang diawali dengan
cuci tangan kemudian makan dan berdoa sebelum dan sesudah makan.
Kegiatan ini disesuaikan dengan kemauan anak. anak makan kemudian
bermain atau sebaliknya anak bermain terlebih dahulu baru kemudian
makan.
d. Penutup adalah kegiatan penenangan yang dilaksanakan secara klasikal,
kegiatan ini merupakan kegiatan akhir, yang dapat dilakukan dengan
cara misalnya bercerita, menyanyi, dan berdoa.
48
Dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) Kurikulum 2013 PAUD Jateng
Kota Semarang.
32
3.12 – 4.12
Materi Kegiatan : - Aku ciptaan Tuhan
- Menyayangi diri sendiri
- Berani tampil di depan umum
- Mengurus diri sendiri
- Menyanyi lagu Aku
- Fungsi identitas diri
- Menggerakkan jari-jari tangan
B. KEGIATAN INTI
1. Mewarnai gambar anak laki-laki / perempuan
2. Menghitung teman yang laki-laki dan yang perempuan lalu ditulis sesuai
angka
3. Meniru menulis namanya sendiri sesuai kartu nama
4. Menggambar bebas dengan krayon
C. RECALLING
1. Merapikan alat-alat yang telah digunakan
2. Diskusi tentang perasaan diri selama melakukan kegiatan bermain
3. Bila ada perilaku yang kurang tepat harus didiskusikan bersama
4. Menceritakan dan menunjukkan hasil karyanya
5. Penguatan pengetahuan yang didapat anak
D. KEGIATAN PENUTUP
1. Menanyakan perasaannya selama hari ini
2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkannya hari ini, mainan apa
yang paling disukai
3. Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan
4. Menginformasikan kegiatan untuk besok
5. Penerapan SOP penutupan
33
E. RENCANA PENILAIAN
1. Sikap
a. Mensyukuri bahwa aku sebagai ciptaan Tuhan
b. Menggunakan kata sopan pada saat bertanya
2. Pengetahuan dan ketrampilan
a. Menunjukkan diri anak
b. Menyebutkan identitas diri dengan lengkap
c. Dapat menyayangi dirinya sendiri
d. Dapat mewarnai gambar dengan rapi
e. Dapat menghitung teman sesuai jenis kelamin
f. Dapat menggambar anak sesuai jenis kelamin
g. Dapat meniru menulis namanya sendiri
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Kelompok
……………………………… ………………………………
34
E. REFERENSI
35
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU No. 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Jakarta: Visimedia.
Wiles, Jon and Joseph Bondi, Curriculum Development A Guide to Practice,
New York: Macmillan Publishing Company, 1979.
36
BAB IV
MANAJEMEN KURIKULUM PAUD (Dokumen 2)
Puti Lestari, S.Pd.
49
E. Mulyasa,Manajemen PAUD, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 2.
50
Suyadi,Manajemen PAUD, TPA-KB-TK/RA, Mendirikan, Mengelola, dan Mengembangkan
PAUD, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 69.
37
sempit adalah semua pelajaran baik teori maupun praktek yang diberikan
kepada siswa selama mengikuti sutau proses pendidikan tertentu. Sedangkan
dalam arti luas manajemen Pendidikan Anak Usia Dini adalah semua
pengalaman yang diberikan oleh lembaga pendidikan kepada anak didik
selama mengikuti pendidikan51.
Manajemen mencangkup segala aspek yang berbeda di dalam sistem
pembelaaran, salah satunya adalah kurikulum. Adanya manajemen dalam
kurikulum sebab kurikulum merupakan acuan atau pedoman yang akan
menjadikan berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran di sekolah tersebut.
Diharapkan dengan adanya manajemen kurikulum ini dapat memaksimalkan
sekolah atau lembaga dalam pelaksanaan pembelajaran.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen
kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini adalah mengatur proses pembelajaran
dengan sistematis untuk mencapai tujuan Kurikulum Pendidikan Anak Usia
Dini. Menyusun kurikulum memerlukan keterampilan, ketelitian, dan
ketepatan. Sehingga suatu keniscayaan bahwa kemampuan mendesain dan
mengembangkan kurikulum dengan fungsi-fungsi manajemen yang baik
adalah suatu keharusan. Manajemen kurikulum yang dilakukan dalam
pengelolaan kurikulum melalui fungsi-fungsi manajemen kurikulum. Mulai
dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi. Dari hal-hal
tersebut diharapkan kurikulum mampu menjawab tujuan sekolah.52
38
adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
tertentu.53
Secara etimologis, istilah kurikulum berasal dari bahasa yunani, yaitu
curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Istilah
kurikulum sendiri sebenarnya berasal dari dunia olah raga, terutama dalam
bidang atletik pada zaman romawi kuno. Dalam bahasa prancis, istilah
kurikulum berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum
juga berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis
start sampai dengan finish untuk memperoleh medali atau penghargaan54
Kurikulum dapat pula diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta bahan yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu55 Sedangkan di dalam UU. No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa, kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.
Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
pendidikan dasar yang merupakan suatu pembinaan yang ditujukan bagi anak
sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal dan
informal.56
53
Sanjaya, Wina, Dr., M.Pd, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009)
hlm.4
54
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011) hlm. 2.
55
Rusman, Manajemen Kurikulum, Seri II, (Jakarata: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 3.
56
Maimunah Hasan, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) , (Yogyakarta: Diva Persada,
2009), hlm. 15.
39
Kurikulum PAUD adalah seperangkat rencana dan pengetahuan
mengenai bahan ajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran pendidikan anak usia dini.57
Sedangkan Kurikulum pendidikan anak usia dini menurut Soemiati
Patmonodewo adalah seluruh usaha atau kegiatan sekolah untuk merancang
anak supaya belajar baik di dalam maupun di luar kelas. Seluruh
pengembangan aspek fisik, intelektual, sosial maupun emosional.58
Kurikulum merupakan inti dari sebuah lembaga pendidikan. Kurikulum
yang benar akan menghasilkan pengajaran dan kegiatan yang terpadu dan
holistik yang mengarah kepada visi, misi lembaga pendidikan yang
dicanangkan. Di sinilah pentingnya menyusun kurikulum yang visoner dan
prospektif.59 Jadi kurikulum PAUD adalah kurikulum yang digunakan sebagai
pedoman atau acuan dalam melaksanakan proses belajar mengajar di kelas
maupun di luar kelas, guna merangsang daya pikir anak agar lebih mampu
berpikir kreatif, efektif dan emosional dalam jenjang Pendidikan Anak Usia
Dini.
Sehingga yang dimaksudkan manajemen kurikulum disini adalah
kegiatan mengkontrol seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.
57
Ibid, hlm. 41.
58
Soemartin Pramonodawo, Pendidikan Anak Prasekolah, Cet. II, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),
hlm. 56.
59
Jamal Ma’mun Asmani, Manajemen Strategi Pendidikan Anak Usia Dini, Memahami Sistem
Kelembagaan, Metode Pengajaran, Kurikulum, Keterampilan dan Pelatihan-pelatihannya,
(Jogyakarta: Diva Press, 2009), hlm. 145-146.
40
mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi
sasaran dalam manajemen kurikulum.
2. Demokratisasi, dimana pelaksanaan manajemen kurikulum harus
berasaskan demokrasi, yang menempatkan pengelola, pelaksana dan
subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas
dengan penuh tanggung jawab untuk mencapai tujuan kurikulum.
3. Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan
manajemen kurikulum, perlu adanya kerja sama yang positif dari
berbagai pihak yang terlibat.
4. Efektivitas dan efisiensi, dalam rangkaian kegiatan manajemen
kurikulum hendaknya mempertimbngkan efektivitas dan efisiensi untuk
mencapai tujuan kurikulum sehingga kegiatan manajemen kurukulum
tersebut sehingga memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga,
dan waktu yang relative singkat.
5. Mengarahkan visi, misi dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum,
proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan
visi, misi, dan tujuan kurikulum60
60
Rusman, Manajemen Kurikulum..., hlm. 4.
41
pengalaman belajar, maupun komponen kurikulum. Ada beberapa fungsi dari
manajemen kurikulum di antaranya sebagai berikut :
1. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum,
pemberdayaan sumber maupun komponen kurikulum dapat ditingkatkan
melalui pengelolaan yang terencana dan efektif.
2. Meningkatkan keadilan (equality) dan kesempatan pada siswa untuk
mencapai hasil yang maksimal, kemampuan yang maksimal dapat
dicapai peserta didik tidak hanya melalui kegiatan intrakurikuler, tetapi
juga perlu melalui kegiatan ekstra dan kokurikuler yang dikelola secara
integritas dalam mencapai tujuan kurikulum.
3. Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan peserta didik maupun lingkungan, kurikulum yang dikelola
secara efektif dapat memberikan kesempatan dan hasil yang relevan
dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar.
4. Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran, pengelolaan kurikulum yang
professional, efektif, dan terpadu dapat memberikan motivasi pada
kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam belajar.
5. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, proses
pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara
desain yang telah direncanakan dengan pelaksanaan pembelajaran.
Dengan demikian, ketidaksesuaian antara desain dengan implementasi
dapat dihindarkan. Disamping itu, guru maupun siswa selalu termotivasi
untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien karena adanya
dukungan kondisi positif yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan
kurikulum.
6. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu pengembangan
kurikulum, kurikulum yang dikelola secara professional akan melibatkan
masyarakat, khususnya dalam mengisi bahan ajar atau sumber belajar
perlu disesuaikan dengan ciri khas dengan kebutuhan pembangunan
daerah setempat.
42
E. Proses Manajemen Kurikulum
Tahapan proses manajemen kurikulum di sekolah dilakukan melalui
empat tahap: perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pelaksanaan,
pengendalian”. Sedangkan dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) tentang siklus proses manajemen kurikulum yang terdiri
dari empat tahap:
1. Tahap perencanaan.
Tahap perencanaan kurikulum adalah keahlian “managing” dalam
arti kemampuan merencanakan dan mengorganisasikan kurikulum. Hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan kurikulum adalah
siapa yang bertanggung jawab dalam perencanaan kurikulum, dan
bagaimana perencanaan kurikulum itu direncanakan secara professional.
Ada beberapa pendekatan dalam tahap perencanaan kurikulum. Pada
pendekatan yang bersifat “administrative approach” kurikulum
direncanakan oleh pihak atasan kemudian diturunkan kepada instansi-
instansi bawahan sampai kepada guru-guru. Jadi bisa dikatakan form the
top down, dari atas ke bawah atas inisiatif administrator. Dalam kondisi
ini guru-guru tidak dilibatkan. Mereka lebih bersifat pasif yaitu sebagai
penerima dan pelaksana di lapangan.semua ide, gagasan dan inisiatif
berasal dari pihak atasan.61 Sebaliknya pada pendekatan yang bersifat
“grass roots approach” yaitu yang dimulai dari bawah, yakni dari pihak
guru-guru atau sekolah-sekolah secara individual dengan harapan bias
meluas ke sekolah-sekolah lain. Kepala sekolah serta guru-guru dapat
merencanakan kurikulum atau perubahan kurikulum karena melihat
kekurangan dalam kurikulum yang berlaku. Mereka tertarik oleh ide-ide
baru mengenai kurikulum dan bersedia menerapkannya di sekolah
mereka untuk meningkatkan mutu pelajaran.
61
Oemar H Malik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Cet. IV; Bandung: Remaja
Rosdakarya : 2010), hlm. 150.
43
Dengan bertindak dari pandangan bahwa guru adalah manager (the
teacher as manager) J.G Owen sangat menekankan perlunya keterlibatan
guru dalam perencanaan kurikulum. Guru harus ikut bertanggung jawab
dalam perencanaan kurikulum. Sebab nantinya para guru jugalah yang
berada dalam praktek, mereka adalah pelaksana-pelaksana kurikulum
yang sudah disusun bersama.62 Dalam tahap perencanaan, meliputi
langkah-langkah sebagai:
a. Analisis kebutuhan
b. Merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis
c. Menentukan disain kurikulum
d. Membuat rencana induk master-plan pengembangan, pelaksanaan,
dan penilaian.
2. Tahap pengembangan
Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh manajemen
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan multidimensional, yaitu :
a. Manajemen sebagai suatu disiplin ilmu sangat erat kaitannya dengan
disiplin ilmu-ilmu lainnya, seperti filsafat, psikologi, social budaya,
sosiologi dan teknologi, bahkan ilmu manajemen bayak mendapat
konstribusi dari ilmu-ilmu yang lain. Banyak teori, konsep dan
pendekatan dalam ilmu manajemen memberikan masukan teoritik
dan fundamental bagi pengembangan kurikulum. Itu sebabnya secara
konseptual teoritik ilmu manajemen harus menjadi landasan penting
dalam pengembangan kurikulum. Hal ini tampak jelas konstribusi
pengembangan fungsi-fungsi manajemen dalam proses
pengembangan kurikulum, yang pada dasarnya sejalan dengan
proses manajemen itu sendiri.
b. Para pengembang kurikulum mengikuti pola dan alur pikir yang
singkron dengan pola dan struktur berpikir dalam manajemen. Proses
pengembangan tersebut sejalan dengan proses manajemen yakni
62
Ibid., hlm. 151.
44
kegiatan pengembangan dimulai dari proses perencanaan,
pengorganisasian, implementasi dan control serta perbaikan. Oleh
sebab itu setiap tenaga pengembang kurikulum seyogyanya
menguasai ilmu manajemen.
c. Implementasi kurikulum sebagai bagian integral dalam
pengembangan kurikulum yang membutuhkan konsep-konsep
prinsip-prinsip dan prosedur serta pendekatan dalam manajemen.
Implementasi kurikulum menuntut pelaksanaan pengorganisasian,
koordinasi motivasi, pengawasan, system penunjang serta system
komunikasi dan monitoring yang efektif, secara berasal dari ilmu
manajemen. Dengan kata lain, tanpa memberdayakan konsep-konsep
manajemen secara tepat guna, maka implementasi kurikulum tidak
berlangsung secara efektif.
d. Pengembangan kurikulm tidak lepas bahkan sangat erat kaitannya
dengan kebijakan dibidang pendidikan, yang bersumber dari
kebijakan pembangunan nasional, kebijakan daerah, serta berbagai
kebijakan sektoral.
e. Kebutuhan manajemen di sector bisnis dan industry, misalnya
kebutuhan tenaga terampil yang mampu meningkatkan produktivitas
perusahaan, kebutuhan demokratisasi di lingkungan semua bentuk
dan jenis organisasi, adanya perspektif yang menitikberatkan pada
sector manusiawi dalam proses manajemen, serta berbagai perspektif
lainnya. Pada gilirannya, memberikan pengaruh penting dalam
kegiatan pengembangan kurikulum. Adapun dalam pengembangan
kurikulum, meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1) Perumusan rasional atau dasar pemikiran
2) Perumusan visi, misi, dan tujuan
3) Penentuan struktur dan isi program
4) Pemilihan dan pengorganisasian materi
5) Pengorganisasian kegiatan pembelajaran
6) Pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar
45
7) Penentuan cara mengukur hasil belajar.
46
informasi yang meliputi siswa, guru, program pendidikan, dan proses
belajar mengajar untuk mengetahui tingkat perubahan siswa dan
ketepatan keputusan tentang gambaran siswa dan efektivitas program.
Sedangkan menurut tyler, evaluasi berfokus pada upaya untuk
menentukan tingkat perubahan yang terjadi pada hasil belajar. Hasil
belajar tersebut biasanya diukur dengan tes. Tujuan evaluasi menurut
tyler, untuk menentukan tingkat perubahan yang terjadi, baik secara
statistic, maupun secara edukatif.63
63
Evelyn J. Sowell, Curriculum An Integrative introduction, (Edisi III; New York: Pearso
Education,Inc), hlm.135.
47
F. REFERENSI
BAB V
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)
Aulia Rahma, S.Pd.
48
A. Pengantar Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia diperlukan untuk meningkatkan
efektivitas sumber daya manusia dalam organisasi. Tujuannya adalah
memberikan kepada organisasi satuan kerja yang efektif. Untuk itu, dalam
lembaga PAUD dibutuhkan manajemen atau pengelolaan yang efektif dan
efisien. Tujuannnya agar ketika penggelolaan lembaga PAUD dapat
berlangsung dengan baik maka sumber daya manusia didalam kelembagaan
akan dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi pendidikan anak usia
dini.
Fenomena yang kurang baik banyak terjadi pada lembaga PAUD,
seperti buruknya manajemen keuangan, terlihat dari pengelolaan dana
bantuan dari pemerintah sering tidak tepat sasaran. Hal tersebut sangat
mempengaruhi kinerja pelayanan pendidikan anak usia dini. Sehingga,
banyak lembaga pendidikan anak usia dini tidak lagi berfungsi sesuai dengan
tujuan pendiriannya. Permasalahan lain yang ada pada pengelolaan sumber
daya manusia, seperti moral para staff (tenaga pendidikan dan tenaga
kependidikan). Moral para anggota staf adalah pokok pembicaraan yang
utama bagi setiap pengelola sebuah lembaga PAUD, maka dari itu, ketika
prinsip moral yang dimiliki manajemen itu baik, maka akan memotivasi para
staff untuk lebih lebih baik lagi.
Oleh karena itu ilmu mengenai manajemen dilembaga PAUD sangat
dibutuhkan oleh setiap lembaga PAUD yang ada agar proses pelayanan
terhadap masyarakat dalam bidang PAUD terlayani dengan baik. Khususnya
bagi orang yang memimpin pada sebuah lembaga PAUD diharapkan dapat
memahami ilmu manajemen dilembaga PAUD terutama dalam mengelola
SDM nya.
49
pikir adalah kecerdasan yang dibawa lahir (modal dasar) sedangkan
kecakapan adalah diperoleh dari usaha pendidikan. Daya fisik adalah
kekuatan dan ketahanan seseorang untuk melakukan pekerjaan atau
melaksanakan tugas yang diembannya. Dengan demikian, SDM bidang
pendidikan adalah kompetensi fungsional yang dimiliki tenaga kependidikan
dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Menurut A.f Stoner yang dikutip oleh Mesiono, manajemen suber
daya manusia adalah suatu prosedur berkelanjutan yang bertujuan untuk
memasok suatu organisasi dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan
pada posisi dan jabatan yang tepat. Manajemen sumber daya manusia
merupakan suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup
karyawan, pegawai, buruh, manajer, dan tenaga kerja lainnya untuk dapat
meujang aktivitas organisasi demi mencapai tujuan yang telah ditentukan.65
65
Mesiono, Manajemen Penddikan Raudhatul Atfal (RA), (Depok: Prenadamedia Group, 2017),
Hlm.47.
66
Firman Ashadi, Pengembangan Sumber daya Manusia Dalam Lembaga Pendidikan Anak Usia
Dini dalam Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 5 No.4, Maret, 2017, hlm.416.
50
pendidik (asisten guru), staf administrasi (staf tata usaha), dan staf-staf
pendukung lainnya, seperti psikolog, dokter anak, pelayan makan dan
pelayan transportasi.
Seorang kepala atau direktur PAUD mempunyai otoritas untuk
melaksanakan dan membina kegiatan PAUD, termasuk membina tenaga
kependidikan PAUD dibawahnya. Namun demikian, pembinaan tersebut
harus disesuaikan dengan model pengembangan lembaga PAUD yang
bersangkutan. Kepala atau direktur PAUD wajib melakukan pembinaan
kepada guru-guru dan staf-staf lembaga PAUD yang lainnya. Jika
pembinaan terhadap guru lebih menekankan kepada keilmuan, pedagogi,
sosial, dan profesionalitas dalam mengajar, maka pembinaan terhadap staf
PAUD lebih kepada keterampilan teknis, untuk menyelesaikan persoalan
operasional secara praktis.
Peningkatan kemampuan staf kelemangaan PAUD merupakan hak
yang harus didapatkan. Artinya setiap staf berhak mendapatkan
pembinaan secara kontinu, apakah dalam bentuk supervisi, studi
banding, tugas belajar, maupun dalam bentuk lainnya. Demikian pula,
guru pendidikan anak usia dini berhak mendapatkan pembinaan. Guru
pendidikan anak usia dini di swasta berhak mendapatkan pembinaan
profesional dari yayasan, sedangkan guru pendidikan anak usia dini negeri
berhak mendapat pembinaan profesional dari departemen atau dinas
yang berwenang. Oleh karena pembinaan itu merupakan hak setiap guru
di pendidikan anak usia dini, maka peningkatan SDM guru juga dapat
dianggap sebagai pemenuhan hak.67
Upaya ini bermanfaat bagi pembina PAUD untuk menyusun dan
melaksanakan berbagai program pendidikan, memperbaiki manajemen,
dan meningkatkan kualitas semua staf, baik kualitas pribadi, profesi, dan
67
Ardipal, Peningkatan Kualitas Guru Anak Usia Dini dalam Upaya Pengembangan Sumber Daya
Manusia Berkualitas di Masa Depan, dalam Jurnal Bahasa Dan Seni, Vol. 10 No. 2, tahun 2009,
hlm. 68.
51
sosial. Adapun usaha yang bisa dilakukan oleh kepala PAUD dalam upaya
pembinaan staf dibawahnya yaitu sebagai berukut:68
a. Observasi pembelajaran
Observasi pembelajaran dalam konteks pembinaan yaitu
pembina mengajak staf dibawahnya untuk bersama-sama mengamati
lembaga atau staf lain yang dipandang lebih berkualitas dan lebih
profesional secara langsung. Dari pengamatan tersebut dapat diketahui
dimana letak kelemahan staf yang bersangkutan dapat diinimalisir
sekaligus mengetahui letak kelebihan yang diperdayakan. Model
pengamatan seperti ini dikenal sebagai istilah studi banding.
Selanjutnya, hasil studi banding dapat ditindak lanjuti dengan diskusi
yang lebih aplikatif. Artinya, hasil pengamatan dapat direfleksikan,
sehingga memungkinkan untuk mengaplikasikan kedalam staf masing-
masing.
b. Diskusi
Pembinaan juga dapat dilakukan dengan cara diskusi yang bisa
dilakukan antara staf yang satu dengan staf yang lain atau antara staf
dengan pembina secara langsung. Diskusi dalam konteks pembinaan
dimaksudkan untuk mengembangkan wawasan bagaimana caranya
seorang staf dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, skaligus
meningkatkan kinerjanya secara profesional.
c. Konverensi individual
Konverensi individual adalah kegiatan dalam menyampaikan
sesuatu yang menjadi pemahaman seseorang terhadap kegiatan
profesionalismenya. Dalam koverensi individual, seorang kepala atau
direktur paud dapat memberikan umpan balik tentang kegiatan
observasi maupun diskusi yang diikuti oleh anggota staf dibidangnya
masing-masing. Pada saat konverensi berlagsung itulah kesempatan
68
Suyadi, Manajemen PAUD, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 125-133.
52
yang tepat kepala atau direktur paud menyampaikan beberapa saran
atau masukan sebagai bahan pembinaan.
d. Workshop
Workshop merupakan unjuk kerja profesi, baik yang berkaitan
dengan konsep maupun penerapannya dalam berbagai aktifitas.
Melalui kegiatan ini, staf dapat mempelajari berbagai praktik dalam
pelaksanaan tugas-tugas profesinya. Workshop sebaiknya diberikan
oleh narasumber yang berasal dari luar lembaga penyelenggara.
Workshop juga diarahkan pada topik-topik tertentu sebagai bagian dari
pelaksanaan tugas-tugas profesi. Model-model workshop seperti itulah
yang dapat dijadikan wahana untuk pembinaan. Semakin sering
diselenggarakan workshop semakin cepat tingkat profesionalisme staf
yang mengikutinya.
e. Konsultasi
Konsultasi yang maksud dalam rangka pembinaan ini adalah
kegiatan yang memberikan alternatif bantuan dalam memecahkan
berbagai permasalahan, khususnya permasalahan yang berkaitan
dengan tugas-tugas profesionalisme kelembagaan PAUD. Konsultasi
PAUD tidak harus kepala atau direktur PAUD secara langsung tetapi,
bisa orang lain yang telah diakui kapabilitasnya dibidang tumbuh
kembang anak baik secara akademis maupun teknis.
53
Berikut ini dikemukakan sejumlah persyaratan untuk menjadi
kepala PAUD baik persyaratan secara umum maupun secara khusus.
1) Persyaratan umum
a) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b) Berkedudukan sebagai guru PAUD lebih diutamakan memiliki
pengalaman mengajar di PAUD dalam kurun waktu tertentu
c) Sehat jasmani dan rohani
d) Menguasai program kegiatan PAUD
e) Memiliki dedikasi dan loyalitas tinggi
f) Kreatif, inovatif dan menyenangkan anak-anak
g) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
h) Mampu menyusun program pendidikan di PAUD
2) Persyaratan khusus
a) Berijazah serendah-rendahnya S1-PGTK/S1-PGRA/S1-
PGPAUD atau yang sederajat
b) Berpengalaman mengajar di PAUD sekurang-kurangnya 5 tahun
54
i) Membuat perencanaan sekolah dan memberikan berbagai
alternatif inovasi dan pengembangan pembelajaran PAUD
j) Menjalin kerjasama dengan orang tua dan lembaga lain
k) Membuat kegiatan promosi lembaga PAUD yang
dipimpinnya.69
b. Guru PAUD
2) Persyaratan Khusus
69
Ibid., hlm. 133-136.
70
Dedi Supriyadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa,1999),
h. 176.
71
Suyadi, Manajemen PAUD..., hlm. 137-138.
55
a) Berijazah serendah-rendahnya S1-PGTK/S1-PGRA/S1-
PGPAUD atau sederajat
b) Mampu bernyanyi, bercerita dan bermain, dan memainkan alat
musik
56
2. Kompetensi: memahami dasar-dasar pengasuhan, terampil
mlaksanakan pengasuhan, dan berpriaku sesuai kebutuhan
psikologis anak.74
1) Tenaga administrasi
a) Berijazah SLTA atau sederajat
b) Mampu mengerjakan tugas surat menyurat
c) Usia minimal 18 tahun
d) Sehat jasmani dan rohani
2) Pesuruh
a) Berijazah minimak SLTP
b) Umur minimal 18 tahun
c) Sehat jasmani dn rohani
3) Penjaga sekolah
a) Berijazah minimak SLTP
b) Umur minimal 18 tahun
c) Sehat jasmani dn rohani
d) Diutamakan laki-laki
d. Staf Pendudukung
74
Suharti, Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dalam Ragka Meningkatkan Mutu
Pembelajaran, dalam Jurnal Tadbir Studi Mnajemen Pendidikan, Vol. 2, No. 1, Juni, 2018, hlm. 65.
57
Selain staf-taf yang yang yang telah disebutkan di atas, lembaga
paud juga harus memiliki staf pendukung seperti, dokter anak, dan
psikolog. Syarat minimal seorang psiklog adalah berijazah S1 jurusan
psikologi atau konseling. Tugas utama dari staf pendukung ini adalah
memeriksa kesehatan dan tumbuh kembang anak yang dilakukan secara
berkala dan berkelanjutan (dokter anak). Sedangkan psikolog bertugas
melayan konsultasi tumbuh kembang mental anak secara berkala dan
berkesinambungan.75
75
Suyadi, Manajemen PAUD..., hlm. 141-143.
58
Dengan bukti kemampuan awal tersebut, guru PAUD dapat mengelola
tumbuh kembang anak secara periodik. Guru akan mempunyai kesadaran
bahwa berbagai pogram kegiatan belajar tidaak bisa berlangsung secara
klasikal dan penyeragaman. Dengan adanya hasil assemment tesebut
dihrapkan pengelolaan atau manajemen terhadap anak didik bisa berjalan
dengan efektifdan efiseien.
b. Bernyayi/Musik
Hampir disetiap hari di lembaga PAUD selalau terdapat kegiatan
bernyayi atau bermain musik. Hampir tidak ada anak yang tidak menyukai
aktivitas ini. Hal ini menunjukan bahwa aktivitas bernyayi sesuai dengan
kebutuhan dasar setiap anak. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa
bernyanyi termasuk musik dapat membantu prestasi anak. Berbagai
penelitian tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Dee
Dickinson menyatakan bahwa sekolah yang mengintergrasikan pelajaran
musik dalam kurikulum TK mampu meningkatkan kecerdasan spasial dan
logika.
c. Bercerita/berkisah
Bercerita/berkisah sangat disenangi oleh anak-anak, dalam setiap
aktifitas bercerita hampir tidak ada anak yang tidak memperhatikan
59
bahkan, banyak anak yan tidak bisa tidur sebelum dibacakan cerita. Hal ini
menunjukkan bahwa cerita /dongeng menjadi kebutuhan dasar bagi anak-
anak.
60
1) Pembelajaran yang baik dimulai dengan pertemuan in-formal antara
guru dengan anak didik. Guru sebaiknya menciptakan suasana
pembicaraan pada setiap anak secara individual untuk beberapa saat
sebelum session dimulai. Setiap mengawali aktivitas pembelajaran
sebaiknya dibuka dengan kegiatan kelompok seperti bernyanyi
bersama, berdoa bersama, atau mengucap salam bersama, sehingga
dalam hati anak-anak ada perasaan diterima.
2) Kebutuhan fisik anak, seperti ke toilet, makan snack, bermain
sejenak, dan lain sebagainya harus selalu diperhatikan. Pada saat
interval kegiatan.
3) Sistematika aktivitas pembelajaran harus mengembangkan antara
aktivitas fisik dan istirahat.
4) Urutan kegiatan pembelajaran hendakya mengacu pada kurikulum
yang disusun sebelumya. Sebab, kurikulum telah disusun
berlandaskan pada filosofi dan psikologi serta kebutuhan anak
secaara individu maupun kelompok. Disamping itu, yang lebih
penting adalah menjaga keseimbangan antara aktivitas pembelajaran
didalam kelas dengan aktivitas pembelajaran diluar kelas.
5) Urutan kegiatan disusun secara fleksibel, luwes, dan kontekstual.
6) Setiap aktivitas atau kegiatan pembelajaran harus menjamin rasa
aman dan nyaman setiap anak didik.
7) Setiap mengakhiri sesi pembelajaran sebaiknya guru mengadakan
evaluasi sederhana mengenai kegiatan yang baru saja selesai
dilakukan didalam maupun di luar kelas.76
76
Ibid., hlm. 146-173.
61
E. REFERENSI
Ardipal, Peningkatan Kualitas Guru Anak Usia Dini dalam Upaya Pengembangan
Sumber Daya Manusia Berkualitas di Masa Depan, dalam Jurnal Bahasa
Dan Seni, Vol. 10 No. 2, tahun 2009.
Dedi Supriyadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, Yogyakarta: Adicita
Karya Nusa,1999.
Dyah Filin Fatimah, Nur Rohmah, Pola Pengelolaan Pendidikan Anak Usia Dini
di PAUD Ceria Gondang Sari Jawa Tengah, Dalam Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, Vol. 1, No. 2, November, 2016.
Firman Ashadi, Pengembangan Sumber daya Manusia Dalam Lembaga
Pendidikan Anak Usia Dini dalam Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 5
No.4, Maret, 2017.
Hasibuan, Malayu, S. P., Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi
Aksara, 2007.
Mesiono, Manajemen Penddikan Raudhatul Atfal (RA), Depok: Prenadamedia
Group, 2017.
Novan Ardy Wiyani, Manajemen PAUD Bermutu, Yogyakarta: Gava Media, 2015.
Suharti, Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dalam Ragka
Meningkatkan Mutu Pembelajaran, dalam Jurnal Tadbir Studi Mnajemen
Pendidikan, Vol. 2, No. 1, Juni, 2018.
Suyadi, Manajemen PAUD, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2011.
62
BAB VI
MANAJEMEN SARANA PRASARANA PAUD
Wahyu Purwasih, S.Pd.
63
pendistribusian, perawatan, penghapusan, dan pengawasan. Dalam rangka
menyukseskan pelaksanaan manajemen sarana prasarana, perlu adanya peran
serta dari pihak lembaga, pendidik, dan wali murid.
79
Fred C. Lunenburg, “School Facilities Management”, National Forum Educational
Administration & Supervision Journal, Vol. 27, No. 4, 2010, hlm. 6.
80
Rohiat, Manajemen Sekolah, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hlm. 26.
81
Barnawi & M. Arifin, Manajemen Sarana & Prasarana Sekolah, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media,
2014), hlm. 48.
82
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, Yogyakarta: Ar Ruzz Media,
2016), hlm. 185.
83
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, Pedoman Prasarana…, hlm. 8.
64
Sedangkan manfaat sarana dan prasarana PAUD yaitu menumbuhkan
rasa aman dan nyaman, memotivasi anak dalam kegiatan pembelajaran,
terselenggaranya layanan PAUD dengan baik, proses pembelajaran PAUD
menjadi lebih optimal.84
65
1. Lokasi pendirian PAUD. Hendaklah memilih lokasi yang strategis,
memohon persetujuan dan dukungan dari tokoh masyarakat, serta
memilih lokasi dengan jalur transportasi yang memadai.
2. Tanah. Tidak ada standar baku ketentuan luas tanah yang harus dimiliki
untuk mendirikan sebuah lembaga PAUD. Akan tetapi, luas bangunan
dalam sebidang tanah maksimal ¾ dari luas tanah. Terdapat beberapa
syarat tanah sebagai prasarana pendidikan yaitu cukup luas, mudah
kering jika digenangi air dan bukan merupakan tanah yang konstruksinya
hasil buatan, subur, cukup air dan merupakan air bersih, memperoleh
sinar matahari yang cukup, tidak terletak di tempat-tempat yang dapat
memberikan pengaruh negatif, harganya tidak terlalu mahal.87
3. Bentuk bangunan PAUD. Sebaiknya bangunan PAUD memiliki ciri khas
tersendiri, berbeda dari bangunan-bangunan pada umumnya. Syarat
pedagogis yang harus dipenuhi dalam mendirikan bangunan sekolah,
yaitu: (a) Ukuran dan bentuk setiap ruangan disesuaikan dengan
kebutuhan; (b) Memperhatikan arah masuknya sinar matahari, yaitu
sebelah kiri; (c) Tinggi rendahnya dinding, letak jendela, dan kusen
disesuaikan dengan kondisi anak-anak; (d) Menggunakan warna yang
cocok; (e) Aman; (f) Menyenangkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan
pendidikan dan tak saling mengganggu; (g) Fleksibel; (h) Memenuhi
syarat keindahan: (i) Ekonomis.88
4. Pola tata ruang. Pola tata ruang PAUD hendaklah fleksibel, dapat dirubah
sesuai dengan keinginan anak.89 Jill juga menyatakan bahwa terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyiapkan ruang kelas.
Antara lain kualitas udara, temperatur dan kelembapan, ventilasi,
kenyamanan suhu, pencahayaan, alunan musik, usia dan kualitas
87
Endang Herawan & Sukarti Nasihin, “Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan”, dalam
Pengantar Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan UPI,
2001), hlm. 115.
88
Ibid., 116.
89
Suyadi, Manajemen PAUD TK/KB/RA, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 176-182.
66
bangunan, ukuran sekolah, ukuran kelas, desain kelas, kesehatan dan
keamanan. 90
67
b. Sarana pendidikan yang tidak bergerak. Seperti, tanah, bangunan,
sumur, menara, saluran air PDAM, dan sebagainya.
94
Keputusan Menteri P dan K No. 079/1975.
95
Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Makro, (Jakarta: Rineka Cipta,
1996), hlm. 115.
96
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, Pedoman Sarana… hlm. 7.
68
a. Bahan belajar. Yaitu semua bentuk informasi yang disediakan oleh
pendidik, baik dalam proses belajar maupun tidak, baik pesan dalam
buku maupun tidak, baik direncanakan maupun tidak.
b. Media belajar. Yaitu sarana fisik yang digunakan untuk emnyampaikan
bahan belajar. Adapun macam-macam media belajar yaitu:
1) Alat permainan edukatif. Alat permainan edukatif dibedakan
menjadi:
a) Alat main eksplorasi. Yaitu alat main yang mmbantu anka
untuk menemukan pengalaman dan hal baru. Seperti, balok,
pasir, playdough, dan lain-lain.
b) Alat main manipulatif. Yaitu alat main yang digunakan sesuai
keinginan anak tanpa aturan bermain dan sifatnya tidak
terstruktur.
c) Alat main sensorimotor. Yaitu alat main yang dapat
menstimulasi perkembangan panca indra dan gerakan anak.
Seperti, benda dengan berbagai warna, bunyi, bentuk, aroma,
benda yang dapat diremas, dipukul, dan sebagainya.
d) Alat main sosial. Yaitu alat main yang dapat mengembangkan
kemampuan anak dalam berinteraksi dengan orang lain.
Seperti, peralatan untuk bermain peran, mengenal profesi, dan
sebagainya.
e) Alat main motorik kasar. Seperti permainan luar ruangan
(seluncuran, papan titian, dan sebagainya).
2) Alat peraga edukatif. Yaitu alat bantu pendidikan yang berupa
perbuatan atau benda yang mengkonkretkan materi pembelajaran,
sehingga siswa lebih mudah menerima pelajaran.
3) Literatur. Berupa media cetak maupun eletronik.97
97
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, Pedoman Sarana… hlm. 9.
69
prasarana pendidikan dapat menunjang pelaksanaan pembelajaran dan tepat
guna. Reza berpendapat bahwa Standart Operational Procedur (SOP) sangat
diperlukan dalam proses pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan.98
Adapun standar sarana dan prasarana pendidikan anak usia dini yaitu:
1. Standar sarana yang harus dimiliki, meliputi: perabot, peralatan
pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai serta
perlengkapan yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran
yang teratur dan berkelanjutan.99
2. Standar prasarana yang harus dimiliki, meliputi:
a. Prasarana utama, yang meliputi area kegiatan/bermain baik di dalam
maupun di luar ruangan yang dapat mengembangkan berbagai
konsep pengetahuan, ruang pendidik, ruang administrasi atau ruang
kepala sekolah, ruang pemeriksaan kesehatan (UKS), kamar mandi
anak dan dewasa, meubel (seperti; meja, kursi, lemari, loker, tempat
hasil karya, dan lain-lain).
b. Prasarana pendukung yang meliputi, dapur, area ibadah, ruang
perpustakaan, ruang konsultasi, area parkir, ruang serbaguna, area
cuci, gudang, jaringan telekomunikasi dan IT, transportasi. 100
70
Prosedur pemilihan prasarana PAUD dilakukan melalui analisis
dan skala prioritas kebutuhan yang didasarkan pada (1) Usia anak; (2)
kurikulum yang dilaksanakan; (3) jumlah anak; (4) Standar Nasional
Indonesia (SNI); (5) kegiatan penggunaan prasarana; (6) kemudahan
dalam pengadaan; (7) efektifitas dan efisiensi; dan (8) luas lahan dan
bangunan.103 Basilius menambahkan bahwa dalam penyusunan daftar
kebutuhan sarana dan prasarana sekolah hendaklah didasarkan pada
berkembangnya kebutuhan, mengganti barang-barang yang rusak atau
hilang, dan untuk persediaan.104 Selain itu, pendapat dari wali murid juga
baik untuk dipertimbangkan.105
Adapun langkah-langkah perencanaan sarana dan prasarana
pendidikan anak usia dini yaitu:
a. Menampung semua usulan pengadaan perlengkapan sekolah.
b. Menyusun rencana kebutuhan untuk periode tertentu.
c. Memadukan rencana kebutuhan dengan anggaran sekolah.
d. Menetapkan rencana pengadaan akhir.106
103
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, Pedoman Prasarana…, hlm. 23.
104
Basilius R. Werang, Manajemen … hlm. 142.
105
Bongani Khumalo, “Exploring Educator’s Perceptions of the Impact of Poor Infrastructure on
Learning and Teaching in Rural South African Schools”, Mediterranean Journal of Social
Sciences, Vol. 5, No. 20, September 2014, hlm. 1530.
106
Mohammad Mustari, Manajemen Pendidikan, (Depok: Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 123.
107
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, Pedoman Prasarana…, hlm. 24.
108
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 137 tahun 2014, Standar Nasional
Pendidikan Anak usia Dini, BAB VIII Pasal 31.
71
Beberapa alternatif pengadaan sarana dan prasarana pendidikan
yaitu dengan pembelian, pembuatan sendiri, penerimaan hibah atau
bantuan, penyewaan, pinjaman, pendaur-ulangan, penukaran,
perbaikan.109
109
Sri Minarti, Manajemen…, hlm. 262.
110
Nurbaiti, Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah, Jurnal Manajer Pendidikan, Vol. 9, No. 4,
Juli 2015, hlm. 543.
111
Ibid.,
112
Mesiono, Manajemen Pendidikan Raudhatul Athfal, (Depok: Prenadamedia Group, 2017), hlm.
88.
113
Basilius R. Werang, Manajemen…, hlm. 146.
114
Sri Minarti, Manajemen…, hlm. 264.
72
a. Pencatatan sarana dan prasarana dilakukan dalam buku penerimaan
barang, buku inventaris, dan buku stok barang.
b. Pembuatan kode khusus.
c. Melaporkan semua inventaris sekolah.115
Dalam buku Pedoman Administrasi PAUD terdapat beberapa buku
inventaris yang hendaknya dimiliki oleh lembaga PAUD, antara lain buku
inventaris buku perpustakaan guru, buku inventaris buku perpustakaan
anak, buku inventaris buku perpustakaan umum, buku inventaris APE
dalam ruang, buku inventaris APE luar ruang, buku inventaris bangunan
dan ruang yang dimiliki, buku inventaris perlengkapan sekolah.116
73
pengorganisasian, pelaksanaan, pendataan.120 Pendidik dapat
mengikutsertakan anak dalam kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana
pendidikan seperti, membuat peraturan untuk menghemat air, tidak
mencoret-coret dinding, dan sebagainya. Namun, sekolah juga harus
memperhatikan bahwa jangan membuat peraturan jika sekolah tidak dapat
konsekuen menyediakan fasilitas. Misalkan, ada aturan “hematlah air”,
akan tetapi sekolah tidak pernah mengontrol bahwa kran air di kamar
mandi rusak.121
120
Barnawi Arifin, Manajemen…, hlm. 229-255.
121
Suharsimi Arikunto & Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media, 2008),
hlm. 279.
122
Sri Minarti, Manajemen…, hlm. 273.
74
a. Pemilihan barang dilakukan setiap tahun bersamaan dengan waktu
memperkirakan kebutuhan.
b. Memperhitungkan faktor-faktor penghapusan ditinjau dari segi
pendanaan.
c. Membuat perencanaan.
d. Membuat surat pemberitahuan kepada yang akan diadakan
penyingkiran dengan menyebutkan barang-barang yang akan dihapus.
e. Melaksanakan penghapusan dengan cara mengadakan lelang,
menghibahkan kepada badan lain, membakar, menghapus disaksikan
oleh atasan.
f. Membuat berita acara tentang pelaksanaan penghapusan.123
123
Suharsimi Arikunto & Lia Yuliana, Manajemen…, hlm. 282.
124
Basilius R. Werang, Manajemen…, hlm. 148.
75
G. REFERENSI
76
Minarti, Sri, Manajemen Sekolah: Pengelolaan Lembaga Pendidikan Secara
Mandiri, Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2016.
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, Yogyakarta: Ar
Ruzz Media, 2016.
Mustari, Mohammad, Manajemen Pendidikan, Depok: Raja Grafindo Persada,
2014.
Nurbaiti, Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah, Jurnal Manajer Pendidikan,
Vol. 9, No. 4, Juli 2015.
Pahlevi dkk, Reza, Manajemen Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan Mutu
Pembelajaran, Jurnal Manajemen Pendidikan Vol. 25 No. 1, Maret 2016.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 137 tahun 2014, Standar
Nasional Pendidikan Anak usia Dini, BAB VIII Pasal 31.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar
Sarana dan Prasarana.
Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Bab VII
pasal 42 ayat 1 dan 2.
Prastyawan, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, Jurnal Studi
Keislaman: Al Hikmah, Vol. 6, No. 1, maret 2016.
Rohiat, Manajemen Sekolah, Bandung: Refika Aditama, 2010.
Suyadi, Manajemen PAUD TK/KB/RA, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Werang, Basilius R. Manajemen Pendidikan di Sekolah, Yogyakarta: Media
Akademi, 2015.
77
BAB VII
125
Mulyasa, Menejemen PAUD, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 2.
126
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pendidikan Anak Usia Dini No.20 tahun 2003,
pasal 1 butir 14.
78
aspek kognitif, psikomotorik, sosial emosional, moral keagaman, bahasa dan
seni melalui kurikulum terpadu untuk anak usia dini.
Menurut Mulyasa kurikulum merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan yang mencakup tujuan, isi, dan bahan belajar serta cara yang
digunakan sebagai pedomn penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapau tujuaan pendidikan tertentu.127 Badrudin menambahkan, bahwa
tujuan tertentu dalam kurikulum ini meliputi tujuan pendidikan nasional,
institusional, dan kurikuler atau mata pelajaran. Oleh sebab itu, kurikulum
harus disusun sesuai dengan kebutuhan, karakteristik dan potensi satuan
pendidikan (internal) serta lingkungan daerah setempat.128
Setiap anak memiliki potensi, bakat dan kecerdasan yang berbeda-beda.
Lembaga PAUD perlu menyediakan wadah untuk mengembangkan potensi,
bakat dan minat anak melalui kegiatan di luar jam pelajaran, yaitu kegiatan
ekstrakurikuler. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di PAUD terkadang
dihadapkan beberapa kendala, antara lain, kegiatan ekstrakurikuler di PAUD
yang cenderung membosankan, kurangnya minat anak dalam mengikuti
ekstrakurikuler, kurangnya dukungan dari pihak sekolah maupun yayasan,
sarana dan prasarana yang kurang memadahi, dan ketersediaan SDM yang
kurang. Hal ini mengakibatkan pelaksanaan ekstrakurikuler di PAUD tidak
berjalan secara efektif dan efisien. Dampak lain adalah berpengaruh pada
menurunnya kualitas/mutu dari sekolah dan prestasi anak. Oleh karena itu
diperlukan manajemen ekstrakurikuler PAUD yang baik dan aplikatif.
127
Suyadi, Manajemen PAUD,TPA-KB-TK/RA, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm.92.
128
Badrudin, Manajemen Peserta Didik, (Jakarta: Indeks, 2014), hlm. 139.
79
Badrudin berpendapat bahwa Menurut Badrudin, kegiatan ekstrakurikuler
merupakan wadah yang disediakan oleh satuan pendidikan untuk
menyalurkan minat, bakat, hobi, kepribadian dan kreativitas peserta didik
yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mendeteksi talenta peserta didik. 129
Program tersebut berisi rumusan rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, bahan pelajaran, dan cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.130 Adapun pengertian kegiatan ekstrakurikuler dalam
Permendikbud nomor 62 tahun 2014 adalah kegiatan kurikuler yang
dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan
kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan pengawasan satuan
pendidikan.131
Menurut Badrudin, pengertian ekstrakurikuler adalah kegiatan
pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta
didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat melalui kegiatan
yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik atau tenaga
kependidikan yang memiliki kemampuan dan wewenang di sekolah.132 Eka
Prihatin menyebutkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan
yang dilakukan di luar jam pelajaran biasa dan pada waktu libur sekolah
yang dilakukan baik di sekolah maupun di luar sekolah, dengan tujuan
untuk memperluas pengetahuan siswa, mengenal hubungan antara
berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi
upaya pembinaan manusia indonesia seutuhnya.133 Jadi, dapat disimpulkan
bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran
dengan tujuan untuk meningkatkan potensi siswa, menyalurkan bakat dan
minat yang diselenggarakan pihak sekolah, dalam rangka pembinaan
manusia seutuhnya.
129
Ibid., hlm. 140.
130
Ibid., hlm. 146.
131
Permendikbud nomor 62 tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler unuk Pendidikan Dasar
dan Menengah
132
Ibid, hlm.147.
133
Eka Prihatin, Manajemen Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm 164.
80
2. Tujuan Ekstrakurikuler
Tujuan kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidik adalah :134
1) Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik.
2) Kegiatan ekstrakurikulerharus dapat mengembangkan bakat dan minat
peserta didik dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan
manusia seutuhnya.
3. Manfaat Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler bermanfaat bagi siswa dan sekolah yang
menyelenggarakan kegiatan tersebut. Adapun manfaatnya adalah :
1) Mengembangkan nilai-nilai karakter siswa135
2) Meningkatkan perilaku sosialemosional dan prestasi sekolah136
3) Sebagai bentuk partisipasi keterlibatan orang tua dengan sekolah137
4) Meningkatkan mutu sekolah melalui menejemen ekstrskurikuler138
5) Sebagai ciri khas sekolah139
6) Sebagai wahana pengembangan diri 140
134
Lampiran III Permendikbud RI Nomor 81A tahun 2013 tntang Pedoman Kegiatan
Ekstrakurikuler
135
Noor Yanti, at. al. “Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Dalam Rangka Pengembangan
Nilai-Nilai Karakter Siswa Untuk Menjadi Warga Negara Yang Baik Di SMA Korpri
Banjarmasin”, Program Studi PPKn FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan: Volume 6, Nomor 11, Mei 2016.
136
Riitta-Leena Metsäpelto & Lea Pulkkinen, The benefIts of extracurricular activities for
socioemotional behavior and school achievementin middle childhood: Journal for Educational
Research Online, Volume 6 No. 3, 2014 https://www.researchgate.net/publication/272479625,
diakses tanggal 24 Oktober 2018.
137
Jian Xu, Students’ Engagement and Parents’ Involvement in Extracurricular Activities, Master
of Education In the Department of Curriculum and Instruction,University of Victoria, 2017.
138
Siti Ubaidah, Menejemem Ekstrakurikuler dalam meningkatkan Mutu Sekolah. . Pdf.
https://media.neliti.com>publications, diakses tanggal 25 Oktober 2018
139
Eka Prihatin, Manajemen Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 166.
140
Ibid, hlm. 172.
81
7) Sebagai layanan khusus dalam pendidikan di sekolah141
4. Fungsi Ekstrakurikuler
Fungsi Ekstrakurikuler tercantum dalam Panduan Teknis Kegiatan
Ekstrakurikuler di SD tahun 2016 yang dikeluarkan oleh Kemendikbud,
menyatakan bahwa fungsi dari kegiatan ekstrakurikuler adalah142 :
1) Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai
dengan potensi, bakat dan minat mereka.
2) Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan
kemampuan dan rasa tanggungjawab sosial peserta didik.
3) Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan
suasana rileks, menggembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik
yang menunjang proses perkembangan.
4) Persiapan karier yaitu kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan
kesiapan karier peserta didik.
5. Prinsip Ekstrakurikuler
Adapun prinsip-prinsip dari kegiatan ekstrakurikuler dalam
Panduan Teknis Kegiatan Ekstrakurikuler di SD tahun 2016 adalah143 :
1) Individual, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan
potensi, bakat dan minat peserta didik masing-masing.
2) Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan
keinginan dan diikuti secara sukarela oleh peserta didik.
3) Keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang menuntut
keikutsertaan peserta didik secara penuh.
4) Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler dalam suasana
yang disukai, menggembirakan peserta didik.
5) Etos kerja, yaitu prisip kegiatan ekstrakurikuler yang membangun
semangat peserta didik untuk bekerja dengan baik dn berhasil.
6) Kemanfaatan sosial, yaitu prinsip ekstrakurikuler yang dilaksanakan
untuk kepentingan masyarakat.
82
1) Individual, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti peserta
didik secara perorangan.
2) Kelompok, yaitu format kegiatan ketrakurikuler yang diikuti oleh
kelompok–kelompok peserta didik.
3) Klasikal, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti peserta
didik dalam satu kelas.
4) Gabungan, yaitu kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti peserta didik
antar kelas/antarsekolah/madrasah.
5) Lapangan, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti seorang
atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau kegiatan
lapangan.
145
Badrudin, Manajemen Peserta..., hlm.20.
146
Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan (Yogyakarta: Aditya Media,
2012), hlm.2.
147
Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas, Teori dan aplikasi Untuk Menciptakan Kelas Yang
Kondusif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 49.
83
sebagai pengelolaan dan pengaturan dalam suatu instansi atau lembaga,
agar dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Pengertian ekstrakurikuler yaitu program yang disiapkan suatu
lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan tertentu pada lembaga
pendidikan. Program tersebut berisi rumusan rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran, dan cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapau tujuan
pendidikan tertentu.148 Sedangkan dalam Permendikbud nomor 62 tahun
2014 Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan
oleh peserta didik di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan
kokurikuler, di bawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan. Dari
pernyataan di atas, pengertian ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan
di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai
dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat melalui kegiatan yang secara
khusus diselenggarakan oleh pendidik atau tenaga kependidikan yang
memiliki kemampuan dan wewenang di sekolah.149
Adapun pengertian dari PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dalam
UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2013 pada bab 1 pasal 1 ayat 14 150
ditegaskan bahwa pendidikan adak usia dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujuan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Mursyid
menyebutkan bahwa PAUD merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan
pendiidkan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah
pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan
kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta kecerdasan emosi, kecerdasan
spiritual), sosial emosional (sikap perilaku serta beragama), bahasa dan
148
Badrudin, Op.cit, hlm.146.
149
Ibid, hlm.147.
150
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 Tahun 2013 tentang PAUD
84
komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang
dilalui oleh anak usia dini.151
Dari ketiga pengertian tiga kata di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa manajemen ekstrakurikuler PAUD adalah pengelolaan kegiatan di
luar jam belajar yang diselenggarakan oleh tenaga kependiidkan PAUD
yang ditujukan kepada anak usia dini untuk membantu pengembangan
anak sesuai kebutuhan, potensi, bakat dan minat anak melalui kegiatan
khusus yang terencana dan terprogram untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di lembaga PAUD.
Pentingnya mempelajari manajemen secara umum menurut
Mesiono adalah bahwa seseorang atau sekelompok orang akan lebih
mudah terarah dan sistematis dalam merealisasikan implementasi konsep
pada dunia empirik.152 Hal ini berarti, penyelenggara ekstrakurikuler
PAUD dituntut kemampuan memahami konsep manajemen
ekstrakurikuler. Tujuannya, supaya lebih efektif memberdayakan
komponen yang ada serta memprioritaskan program ekstrakurikuler.
Implikasinya adalah, orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan
ekstrakurikuler memiliki arti penting dalam mekanisme tersebut, sehingga
ekstrakurikuler dapat terlaksana secara efektif sesuai tujuan yang telah
ditetapkan.
151
Mursyid, Pengembangan Pembelajaran PAUD, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), hlm.2-3.
152
Mesiono, Manajemen Pendidikan Raudhatul Athfal (RA), Pengantar Teori dan Praktik,
(Jakarta,:Prenadamedia Group, 2017), hlm. 5.
85
(controling).153 Adapun rincian setiap tahapan manajemen ekstrakurikuler
PAUD adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan (planning) adalah proses kegiatan yang menyiapkan
secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan tertentu.154. Menurut Burhanudin (dalam Imam Machali dan Ara
Hidayat) istilah perencanaan sebagai suatu proses kegiatan pemikiran
yang sistematis mengenai apa yang akan dicapai, kegiatan yang harus
dilakukan, langkah-langkah, metode, pelaksana yang dibutuhkan untuk
menyelenggarakan kegiatan pencapaian tujuan yang dirumuskan secara
rasional dan logis serta berorientasi ke depan. Koontz menyatakan
bahwa, “planning is decision making it involvesselecting the courses of
action that a compeny or other enterprise, and every departement of it,
will follow.” Perencanaan adalah pengambilan keputusan yang meliputi
seluruh yang akan dilakukan oleh organisasi.155
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
pengelolaan ekstrakurikuler di PAUD hendaknya diawali dengan
perencanaan yang matang oleh para guru, dan kepala sekolah sebagai
pengambil keputusan dalam hasil musyawarah tentang hal-hal yang akan
dilakukan dalam kegiatan ekstrakurikuler PAUD. Dalam tahaap
perencanaan ekstrakurikuler PAUD, ada beberapa hal yang menjadi
pertimbangan sebelum menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler,
antara lain :156
1) Menentukan jenis kegiatan ekstrakurikuler
2) Mempertimbangkan latar belakang diadakannya ekstrakurikuler
3) Mempertimbangkan kemanfaatan dari kegiatan ekstrakurikuler
4) Menentukan tujuan spesifik dalam kegiatan ekstrakurikuler.
153
Imam Machali&Ara Hidayat, The Handbook of Education Management, Teori dan Praktik
Pegelolaan Sekolah/Madrasah di Indonesia, (Jakarta: Prenamedia, 2016), hlm. 16.
154
Ibid, hlm. 19.
155
Ibid, hlm.20.
156
Ria Nuraida, Manajemen Kegiatan Ekstrakurikuler di TK Muslimat Hajjah Mariyam Batu,
hlm. 5, Pdf, dalam http//:ap.fip.um.ac.id diakses tanggal 22 Oktober 2018
86
5) Menentukan anggaran biaya kegiatan ekstrakurikuler
6) Menenukan kisi-kisi materi yang akan diberikan
7) Menentukan capaian kompetensi yang diharapkan
8) Menentukan kriteria pembina atau pelatih/ guru ekstrakurikuler.
b. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian merupakan lanjutan dari fungsi perencanaan
dalam sistem manajemen. Pengorganisasian bisa dikatakan sebagai “urat
nadi” bagi seluruh organisasi atau lembaga. Oleh karena itu
pengorganisasian sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya suatu
organisasi atau lembaga, termasuk di dalmnya lembaga pendidikan.157
Tahap pengorganisasian terdiri dari struktur organisasi,
pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab yang jelas dan
terperinci pada setiap anggota organisasi. Masing-masing bagian
memiliki tugas dan wewenang yang terintegrasi dan saling
memperngaruhi satu dengan yang lainnya. Begitu pula dalam
pengorganisasian ekstrakurikuler PAUD, biasanya ditentukan koordinator
(penanggungjawab) bidang ekstrakurikuler tertentu, pelatih serta guru
pendamping. Masing-masing memiliki jobsdesk yang jelas dan wajib
dilaksanakan. Tujuan pengorganisasian ini agar semua kegiatan
ekstrakurikuler dapat berjalan secara efektif, efisien serta tercapai target
kompetensi.
c. Pelaksanaan/Penggerakan (Actuating)
Penggerakan (actuating) adalah salah satu fungsi manajemen yang
berfungsi untuk merealisasikan hasil perencanaan dan pengorganisasian.
Actuating adalah upaya untuk menggerakkan atau mengarahkan tenaga
kerja (man power) serta mendayagunakan fasilitas yang ada untuk
melaksanakan pekerjaan secara bersama. Tahap actuating mencakup di
157
Imam Machali&Ara Hidayat, Op.cit. hlm.21.
87
dalamnya kepemimpinan, motivasi, dan komunikasi.158 Pelaksanaan juga
berkaitan dengan implementasi perencanaan dan pengorganisasian.
Adapun tahap pelaksanaan meliputi :159
1) Penentuan jadwal kegiatan ekstrakurikuler (hari/waktu)
2) Penyediaan peralatan dan sarana kegiatan ekstrakurikuler
3) Pelaksanaan materi dan strategi pembelajaran
4) Penentuan alat penilaian dan evaluasi kegiatan ekstrakurikuler
5) Setting tempat/lingkungan kegiatan ekstrakurikuler.
d. Pengendalian/Pengawasan (controling)
Pengawasan adalah proses pengamatan dan pengukuran suatu
kegiatan operasional dan hasil yang dicapai dibandingkan dengan standar
yang telah ditetapkan sebelumnya yang terlihat dalam rencana. Koontz
menyebutkan bahwa, “controling is measuring and correcting objectives
of subordinates to assure that events conform to plants.” Pegawasan
adalah pengukuran dan koreksi pencapaian tujuan untuk meyakinkan
bahwa semua kegiatan sesuai dengan rencana.160
Dalam kegiatan ekstrakurikuler, pengawasan dilakukan oleh guru
pendamping yang bertugas memberikan evaluasi, mengamati, mengukur,
apakah kegiatan tersebut telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Dengan kata lain, sebagaimana yang disampaikan Imam Machali dan Ara
Hidayat, bahwa pengawasan adalah pengukuran dan koreksi terhadap
segenap aktivitas anggota organisasi guna meyakinkan bahwa semua
tingkatan tujuan dan rancangan yang dibuat benar-benar dilaksanakan.161
158
Ibid, hlm.23.
159
Ria Nuraida, Op.cit, hlm.6.
160
Imam Machali&Ara Hidayat, Op.cit. hlm.21.
161
Ibid.
88
peraturan tersebut dari Permendikbud Nomor 62 tahun 2014 tentang Kegiatan
Ekstrakurikuler pada pendidikan dasar dan menengah. Pada dasarnya kegiatan
ekstrakurikuler di PAUD bertujuan untuk meningkatkan aspek perkembangan,
kecerdasan, bakat dan potensi anak. Dalam pelaksanaannya, kegiatan
ekstrakurikuler di PAUD tidak lepas dari prinsip-prinsip PAUD, antara lain
berorientasi pada perkembangan anak dan kebutuhan anak, menggunakan
pendekatan bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain dan stimulasi
terpadu, dilakukan dalam ingkungan kondusif, menggunakan pendekatan
tematik, suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif dan
menyenangkan, menggunakan media dan sumber belajar, mengembangkan
kecakapan hidup, serta pemanfaatan teknologi informasi.162
Adapun implementasi manajemen pelaksanaan ekstrakurikuler di
PAUD juga mengacu pada Panduan Teknis Kegiatan Ekstrakurikuler SD,
melalui tahapan163 :
1. Analisis Kebutuhan
Lembaga PAUD sebelum membuat program ekstrakurikuler,
hendaknya melakukan analisis kebutuhan terlebih dahulu. Analisis
kebutuhan berfungsi untuk mengidentifikasi kebutuhan dan minat anak
didik, sarana yang dimiliki PAUD, ketersediaan sumber daya manusia dan
lain-lain. Pada tahapan ini lembaga PAUD dapat melibatkan kepala PAUD,
guru, pengawas, tenaga kependidikan, komite/orang tua atau pemangku
kepentingan lainnya. Tahapan ini penting dilakukan untuk mengetahui daya
dukung yang dimiliki lembaga PAUD sebelum menentukan jenis
ekstrakurikuler. Pelibatan pemangku kepentingan, misalnya pengurus
yayasan, diperlukan sampai dengan tahapan monitoring dan evaluasi.
89
pertimbangan dalam menentukan jenis kegiatan ekstrakurikuler. Dalam hal
ini perlu ada komunikasi dengan orang tua/wali untuk mengetahui bakat dan
minat anak. Penelusuran ini dapat dilakukan melalui wawancara atau
penawaran secara langsung kepada orangtua/wali. Selanjutkan lembaga
PAUD melakukan pengelompokan anak didik dengan jumlag tertentu
(sesuai kuota) yang dipandang layak mengikuti jenis kegiatan
ekstrakurikuler yang akan diselenggarakan.
Penentuan jenis ekstrakurikuler ini secara langsung juga menentukan
siapa yang bertanggungjawab untuk menjadi pembina dan atau pelatih. Hal
ini penting dilakukan supaya sumber daya manusia yang ada dapat
didistribusikan secara merata. Penetapan jenis kegiatan ekstrakurikuler
melibatkan kepala PAUD, guru, pengawas, tenaga kependidikan,
komite/orang tua atau pemangku kepentingan. Hal ini diperlukan agar
kegiatan ekstrakurikuler mendapat dukungan dari berbagai pihak, sehingga
dalam pelaksanaannya dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Ada dua alternatif yang bisa dilakukan untuk menetapkan jenis
ektrakurikuler pilihan yang akan dikembangkan oleh lembaga PAUD, yaitu:
1) Top-Down, Lembaga PAUD menyediakan program kegiatan
ekstrakurikuler dalam bentuk paket-paket yang diperkirakan dibutuhkan
oleh anak didik. Dalam konteks ini lembaga PAUD menetapkan jenis
ekstrakurikuler yang wajib diikuti anak didik, misalnya TPA (Taman
Pendidikan Al-Qur’an), drumband, dan atau Calistung bagi anak
kelompok B.
2) Bottom-Up, lembaga PAUD mengakomodasi keragaman potensi,
keinginan, minat, bakat motivasi dan kemampuan anak untuk kemudian
menetapkan program kegiatan ekstrakurikuler pilihan. Jenis kegiatan
ekstrakurikuler pilihan misalnya: melukis/menggambar, tahfidz, menari,
drumband, musik, angklung, karate, renang, jarimatika, prakarya, dan
lain sebagainya. Biasanya dalam satu lembaga PAUD, dapat
menyelanggarakan 2-3 jenis kegiatan ekstrakurikuler.
90
Kegiatan ekstrakurikuler perlu dibuat deskripsi tanggung jawab
(jobsdesk) bagi masing-masing komponen, seperti :
1. Kepala PAUD
a) Bertanggungjawab secara formal operasional dalam keseluruhan
program melalui kegiatan ekstrakurikuler.
b) Menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan
ekstrakurikuler.
c) Memberikan arahan kepada pembimbing ekstrakurikuler dan
stakeholder sekolah terkait dengan kegiatan ekstrakurikuler.
d) Memantau pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler.
e) Memantau pelaksanaan pembimbingan kegiatan ekstrakurikuler.
f) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan program kegiatan
ekstrakurikuler kepada stakeholder.
3. Pengawas PAUD
a) Memantau dan melakukan pengawasan terhadap program kegiatan
ekstrakurikuler di lingkungan PAUD binaannya.
b) Melakukan pembinaan terhadap terhadap kepala PAUD dan guru di
lingkungan lembaga PAUD binaannya, terkait dengan pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuler.
c) Mempertanggungjawabkan kegiatan pemantauan, pengawasan, dan
pembinaan dalam kegiatan ekatrakurikuler di lingkungan lembaga
91
PAUD binaannya kepada dinas PNF atau dinas pendidikan atau
kemenag kota/kabupaten.
4. Komite Sekolah/Orang tua murid
a) Mengawal proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan
ekstrakurikuler yang dilakukan oleh kepala PAUD, wakil kepala PAUD
dan guru ekstrakurikuler.
b) Menjembatani aspirasi orang tua dan mansyarakat terkait kegiatan
ekstrakurikuler.
92
F. Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler khususnya di lembaga PAUD antara lain :
1. Peserta didik harus mengikuti kegiatan ekstrakurikuler wajib (kecuali
bagi peserta didik dengan kondisi tertentu yang tidak memungkinkan
untuk mengikuti ekstrakurikuler tersebut), dan dapat mengikuti suatu
kegiatan ekstrakurikuler pilihan baik yang terkait maupun yang tidak
terkait dengan materi pembelajaran di lembaga PAUD.
2. Penjadwalan waktu kegiatan ekstrakurikuler sudah dirancang pada awal
tahun atau semester dan di bawah bimbingan kepala PAUD . Peserta
didik diatur sedemikian rupa sehingga tidak menghambat pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar di sekolah.
3. Kegiatan esktrakurikuler dilakukan di luar jam pelajaran kurikuler yang
terencana, dan dapat dilakukan setiap hari atau waktu tertentu (blok
waktu).
4. Kegiatan ekstrakurikuler wajib maupun pilihan dilakukan di luar jam
sekolah, diatur agar tidak bersamaan dengan waktu belajar/KBM rutin.
Dalam melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler di lembaga PAUD
setidaknya memuat tentang :
Nama Kegiatan sesuai dengan program kerja yang telah disusun.
Penyiapan perlengkapan dan peralatan sesuai dengan tahap-
tahap kegiatan.
Penyiapan pelaksana kegiatan.
Kegiatan awal: menyiapkan peserta untuk dapat melaksanakan
kegiatan inti.
Kegiatan inti: disesuaikan dengan substansi untuk mencapai
tujuan kegiatan.
Kegiatan akhir: dilakukan sebagai bentuk penguatan, recalling
dan penutupan kegiatan.
Penilaian: dilakukan pada hasil dan proses penyelenggaraan
kegiatan. Dalam penilaian dideskripsikan proses dan kualitas
93
pencapaian peserta didik yang berkenaan dengan kegiatan
tersebut.
94
Peserta didik diusahakan mendapatkan nilai memuaskan pada kegiatan
ekstrakurikuler wajib maupun pilihan. Penilaian didasarkan pada
keikursertaan peserta didik. Penilaian diberikan dan dinyatakan dalam buku
raport. Peserta didik yang memiliki prestasi cemerlang dalam ekstrakurikuler
tersebut diberi penghargaan atau hadiah sebagai bentuk menghargai prestasi.
Sedangkan perserta didik yang memiliki prestasi di bawahnya diberikan
motivasi dan apresiasi supaya lebih semangat dalam mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler. Penghargaan dapat diberikan pada akhir tahun pembelajaran.
2. Menari
Ekstrakurikuler menari bermanfaat untuk mengembangkan
kecerdasan kinestetik, kefokusan dalam gerakan dan sarana komunikasi
melalui gerakan dasar. Selain itu menari dapat meningkatkan nilai karakter
164
Nurul Hikmah, Manfaat Lima Kegiatan Ekstrakurikuler Untuk Anak Usia Dini. dalam,
https://www.kompasiana.com, diakses tanggal 29 Oktober 2018.
95
kedisiplinan, kebersamaan (kekompakan) serta filosifis (makna yang
tersirat dalam tarian tersebut). Menari dapat menambah wawasan tentang
kekayaan budaya negeri maupun mancanegara.165
4. Renang
Kegiatan ekstrakurikuler renang bermanfaat untuk meningkatkan
perkembangan fisik melatih ketangkasan, kemampuan konsentrasi, gerak
refleks, kecerdasan kinestetik, serta kemampuan bersosialisasi.Selain itu,
berenang dapat membangun rasa percaya diri dan kemandirian melalui
pengalaman treatment fisik aktifitas berenang.167
5. Karate
Ekstrakurikuler karate dapat melatih kedisiplinan, kontrol emosi,
serta mengembangkan kecerdasan kinestetik. Apabila dalam
pelaksanaannya, ada anak yang berbakat/memiliki potensi yang bagus,
maka dapat direkomendasikan untuk mengikuti klub beladiri agar talenta
anak dapat terbina dengan baik.168
165
Ibid
166
“Program Ekskul Sekolah Islam Al-Iklhas YMAI”, dalam http://alix.sch.id, diakses tanggal 9
November 2018
167
Duabelas Pilihan Ekstrakurikuler di SD Islam Daarunnajah, dalam http://darunnajah.com,
diakses tanggal 29 Oktober 2018.
96
6. Calistung
Ekstrakurikuler calistung atau baca tulis hitung bertujuan
meningkatkan kompetensi anak dalam membaca, menulis dan berhitung,
serta mempersiapkan anak untuk memasuki jenjang pendidikan sekolah
dasar. Melalui kegiatan ini diharapkan anak dapat menguasai/ mahir
membaca latin, menulis dengan rapi dan benar, serta berhitung. 169 Kegiatan
ini biasanya dibimbing oleh guru kelas secara langsung, di luar jam
pelajaran.
7. Prakarya
Ekstrakurikuler prakarya bermanfaat dalam mengembangkan
imajinasi dan kreativitas anak, melatih kemampuan motorik halus serta
menambah pengetahuan tentang perubahan bentuk benda dari barang
mentah menjadi barang jadi yang memiki nilai seni. Melalui kegiatan
prakarya, anak dapat dilatih menuangkan gagasan atau ide yang dimiliki.
Anak juga dapat memanfaatkan barang bekas menjadi barang yang bisa
digunakan lagi dan bernilai seni170. Kegiatan ini cukup menyenangkan bagi
anak-anak dan memberikan kepuasan tersendiri bagi anak terhadap hasil
karyannya. Nilai karakter yang dapat dibangun adalah menghargai hasil
karya, mencintai lingkungan serta kemampuan sosialisasi. Kegiatan ini
biasanya dibimbing oleh guru kelas secara langsung.
8. Jarimatika
Jarimatika adalah salah satu cara melakukan operasi hitung dengan
memanfaatkan jari-jari tangan untuk menyelesaikan aritmatika (perkalian,
pembagian, penjumlahan dan pengurangan).171 Ekstrakurikuler jarimatika
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung agar lebih mudah
168
Contoh Pilihan Ekstrakurikuler untuk PAUD dan TK, dalam
https.//amidjuwadi.blogspot.com/diakses tanggal 29 Oktober 2018.
169
Dwi Istiyani, Model Pembelajaran Membaca Menulis Berhitung Pada Anak Usia Dii di
Kabupaten Pekalongan, pdf, http://scholar.google.co.id, diakses pada tanggal 9 November 2018.
170
Nurul Hikmah, Op.cit., http://kompasiana.com, diakses tanggal 29 Oktober 2018.
171
Hasna Wijayati, “Mengenal Jarimatika dan Manfaatnya”, dalam https://portal-ilmu.com,
diakses tanggal 9 November 2018.
97
dan mengasyikkan. Kegiatan ini biasanya dibimbing oleh guru khusus dari
luar yang menguasai jarimatika. Setiap peserta mendapatkan modul
jarimatika untuk berlatih mengerjakan soal-soal berhitung metode
jarimatika.
10. Angkung
Ekstrakurikuler angklung, memiliki tujuan sama dengan
ekstrakurikuler musik, hanya saja instrumennya yang berbeda, yaitu
angklung. Tujuan lain dari ekstrakurikuler angklung adalah untuk
melestarikan alat musik tradisional indonesia,melatih kekompakan dan
harmonisasi.173 Kegiatan ini biasanya dibimbing oleh guru yang mahir
memainkan angklung atau mendatangkan guru angklung dari luar.
11. Menyanyi/Nasyid
Ekstrakurikuler menyanyi bertujuan untuk membina dan
mengembangkan mental dan keyakinan diri anak dalam bidang olah
vokal.174 Selain itu, menari dapat meningkatkan kepercayaan diri tampil di
172
Asolihin, “Manfaat Ekstrakurikuler Seni untuk Anak Usia Dini”, dalam https://paud-
anakbermainbelajar.blogspot.com, diakses tanggal 9 November 2018.
173
Syilviani, “Kegiatan Ekstrakurikuler Angklung Pada Anak Usai Dini di TK YKA (Yayasan
Kesejahteraan Anak) Banda Aceh”, abstrack, dalam etd.unsyiah.ac.id, diakses tanggal 9
November 2018.
174
http://tkplusaliman.wordpress.com, diakses tanggal 29 Oktober 2018.
98
depan umum, dan meningkatkan sosioemosional anak dan adaptasi serta
kerjasama 1 group olah vokal ketika harus tampil bersama-sama.175
12. Drumband
Ekstrakurikuler drumband bertujuan untuk mengembangkan bakat
di bidang musik, melatih koordinasi otot, keindahan nada, konsentrasi dan
kerjasama tim.176 Dalam ekskul ini juga dilatih tanggungjawab dan
komitmen terhadap alat musik yang dipiilih guna memberikan tampilan
yang terbaik untuk kelompok, karena mereka akan saling membutuhkan
satu sama lain.177 Kegiatan ini biasanya dibimbing oleh guru drumband
dari luar.
175
“Contoh Pilihan Ekstrakurikuler untuk PAUD dan TK”, dalam
https.//amidjuwadi.blogspot.com/diakses tanggal 29 Oktober 2018.
176
Joel Franky Situmeang, “Pembelajaran Ekstrakurikuler Drumband di TK Charitas Batam”, pdf,
dalam http://digilib.isi.ac.id, diakses tanggal 9 November 2018.
177
Nurul hikmah, Op.cit., http://kompasiana.com, diakses tanggal 29 Oktober 2018.
178
Extrakurikuler PG & TK Yayasan Harapan Mulia, dalam
http://pgtk.harapanmulia.sch.id/program-pg-tk/extra-kurikuler.html, diakses tanggal 29 Oktober
2018.
99
H. REFERENSI
Ardy Wiyani, Novan, Manajemen Kelas, Teori dan aplikasi Untuk Menciptakan
Kelas Yang Kondusif, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.
Arikunto, Suharsimi, dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, Yogyakarta:
Aditya Media, 2012.
Badrudin, Manajemen Peserta Didik, Jakarta: Indeks, 2014.
Jian Xu, Students’ Engagement and Parents’ Involvement in Extracurricular
Activities, Master of Education In the Department of Curriculum and
Instruction,University of Victoria, 2017.
Kemendikbud, Panduan teknis Kegiatan Ekstrakurikuler di SD, Dirjen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Dirjen Pendidikan Dasar, Jakarta,
2016.
Machali Imam&Ara Hidayat, The Handbook of Education MANAJEMENt, Teori
dan Praktik Pegelolaan Sekolah/Madrasah di Indonesia, Jakarta:
Prenamedia, 2016.
Mesiono, Manajemen Pendidikan Raudhatul Athfal (RA), Pengantar Teori dan
Praktik, Jakarta: Prenadamedia Group, 2017.
Mulyasa, Manajemen PAUD, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.
Mursid, Pengembangan Pembelajaran PAUD, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2015.
Mursyid, Pengembangan Pembelajaran PAUD, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2015.
Permendikbud No. 62 tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler untuk
Pendidikan Dasar dan Menengah
Prihatin, Eka, Manajemen Peserta Didik, Bandung: Alfabeta, 2011
Riitta-Leena Metsäpelto & Lea Pulkkinen, The benefIts of extracurricular
activities for socioemotional behavior and school achievementin middle
childhood: Journal for Educational Research Online, Volume 6 No. 3,
2014.
Suyadi, Manajemen PAUD,TPA-KB-TK/RA, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 tentang
Pendidikan Anak Usia Dini
Yanti, Noor, at. al. “Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Dalam Rangka
Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Siswa Untuk Menjadi Warga
Negara Yang Baik Di SMA Korpri Banjarmasin”, Program Studi PPKn
FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan: Volume 6, Nomor 11, Mei 2016.
100
BAB VIII
MANAJEMEN EKSTRAKULIKULER PAUD (II)
Nurhidayati, S.Pd.I.
179
Sch. Danar Santi, Pendidikan Anak Usia Dini Antara Teori dan Praktik, (Jakarta : PT. Indeks
Permata Puri Media, 2009), hlm. 2.
180
A. Martuti, Mendirikan dan Mengelola PAUD: Manajemen Administrasi dan Strategi
Pembelajaran, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2010), hlm. 9.
101
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.”181
181
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Jakarta, 2003), hlm. 2
182
Rohiat, Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik (Dilengkapi dengan contoh Rencana
Strategis dan Rencana Operasional), (Bandung: Refika Aditama, 2010), hlm. 21.
183
Novan Ardy Wiyani, Kapita Selekta PAUD: Alternatif-Solusi Problematika Penyelengaraan
PAUD), (Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2016), hlm. 152-157.
102
dilakukan oleh seorang kepala PAUD dalam mengarahkan kinerja pendidik
dan staf PAUD untuk mencapai tujuan lembaga dengan saling bekerjasama
dan memanfaatkan berbagai fasilitas yang di milikinya. 184 Karena tujuan
dari manajemen di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah
agar sistem pendidikan anak usia dini berjalan secara efektif dan efisien.185
Berdasarkan hal tersebut maka penulis bermaksud mengulas beberapa
materi seputar tentang manjemen ektrakurikuler dan bentuk-bentuk
kegiatannya di PAUD.
184
Novan Ardy Wiyani, Manajemen PAUD Bermutu: Konsep dan Praktik MMT di KB, TK/RA,
(Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2015), hlm. 122-123.
185
Ibrahim Bafadal, Dasar-dasar Manajemen dan Supervisi Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2004), hlm. 5.
186
Maman Ukas, Manajemen, Konsep, Prinsip dan Aplikasi, (Bandung: Agnini, 2004), hlm. 1.
187
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 4.
188
Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), hlm. 2.
189
Novan Ardy Wiyani, Manajemen Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: Pedagogia, 2012), hlm.
38.
190
Agus Wibowo, Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2013), hlm. 31.
103
Sebenarnya, kata manajemen ini cenderung lebih akrab dengan
dunia ekonomi-bisnis dibandingkan dengan manajemen dalam dunia
pendidikan. Namun, dalam hal ini, berdasarkan objeknya ada perbedaan
antara manajemen ekonomi-bisnis dengan manajemen pendidikan. Jika
dalam ekonomi-bisnis objeknya harta dan keuntungan, maka dalam dunia
pendidikan objeknya adalah manusia dengan segenap kompetensinya.191
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen
pada intinya adalah suatu kegiatan pengelolaan atau pendayagunaan yang
dilakukan secara efektif dan efisien untuk mencapaian suatu tujuan, dalam
hal ini tujuan yang ingin dicapai tentu tak lepas dari visi misi lembaga.
Dan agar tujuan tersebut dapat tercapai secara maksimal, maka diperlukan
adanya kemampuan atau keterampilan penguasaan ilmu
manajemen.Setelah mengetahui definisi dari manajemen, maka berikut
akan dipaparkan definisi dari ekstrakurikuler, agar dapat disimpulkan
pengertian dari kedua istilah ini, yaitu manajemen ekstrakurikuler.
Manajemen ekstrakurikuler dapat dipahami secara jelas.
Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar kelas dan di
luar jam pelajaran dalam rangka menumbuhkembangkan potensi peserta
didik baik berkaitan aplikasi ilmu pengetahuan yang diperolehnya maupun
dalam pengertian khusus untuk membimbing peserta didik dalam
mengembangkan potensi bakat yang ada dalam dirinya melalui kegiatan
yang wajib maupun pilihan.192 Dengan kata lain bahwa kegiatan
ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan pada saat di luar jam
pelajaran dengan tujuan agar siswa dapat memperluas wawasan ilmu
pengetahuannya dan mendorong pembinaan nilai dan sikap demi untuk
mengembangkan minat dan bakatnya.193
Adapun Menurut Menteri Agama dalam keputusannya
menyebutkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah sebuah upaya
191
Suyadi, Manajemen PAUD: TPA-KB-TK/RA (Mendirikan, Mengelola, dan Mengembangkan
PAUD), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), hlm. 67-68.
192
Depag Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler
Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: 2005), hlm. 9.
193
Sulistryorini, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 110.
104
pemantapan dan pengayaan nilai-nilai, dan norma serta pengembangan
kepribadian, bakat dan minat peserta didik khususnya pendidikan agama
yang dilaksanakan di luar jam intrakurikuler dalam bentuk tatap muka atau
non tatap muka.194 Selanjutnya, Siti Ubaidah dalam Manajemen
Ekstrakurikuler dalam Meningkatkan Mutu Sekolah menuturkan bahwa
ekstrakurikuler sebagai wadah yang tepat dalam pelestarian budaya mutu
sekolah, selain itu keberadaan ekstrakurikuler sangat menunjang banyak
dalam tercapainya tujuan pendidikan sekolah, manakala pengelolaannya
dilakukan dengan baik. Konsep lain faktor keberhasilan manajemen
ekstrakurikuler adalah peran dan fungsi kepala sekolah dalam mengelola
keberlangsungan ekstra, serta adanya pembinaan dari guru agar kegiatan
tidak mengganggu kegiatan akademik.195
Berdasarkan paparan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa
kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengembangkan potensi, minat, bakat, dan hobi yang dimiliki peserta
didik, serta berperan dalam menyukseskan pencapaian tujuan program
dan visi misi sebuah lembaga dimana peserta didik tersebut berada.
Sedangkan yang dimaksud manajemen ekstrakurikuler adalah seluruh
proses kegiatan pengelolaan yang dilakukan secara terorganisir terkait
dengan program kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan pada
suatu lembaga.
194
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan
Pendidikan Agama pada Sekolah, (Jakarta, 2010), hlm. 3.
195
Siti Ubaidah, Manajemen Ekstrakurikuler dalam Meningkatkan Mutu Sekolah, Skripsi, dalam
http://e-journal.iainjambi.ac.id/index.php/alfikrah/article/viewFile/806/736 diakses 29 November
2018.
105
pada satuan pendidikan memiliki empat fungsi, yaitu fungsi
pengembangan, sosial, rekreatif, dan persiapan karir.196
1. Fungsi Pengembangan.
Fungsi ini bertujuan untuk mengembangkan kreatifitas, sesuai potensi,
bakat, dan minat peserta didik.
2. Fungsi Sosial.
Fungsi ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan rasa
tanggung jawab sosial yang dimiliki peserta didik.
3. Fungsi Rekreatif.
Fungsi ini bertujuan untuk mengembangkan suasana rileks,
menggembirakan, dan menyenangkan sebagai penunjang pada proses
perkembangan bagi peserta didik.
4. Fungsi Persiapan karir.
Fungsi ini bertujuan untuk mengembangkan persiapan karier peserta
didik.197
Adapun tujuan diadakannya kegiatan ekstrakurikuler sebagaimana
mengutip dari Menteri pendidikan dan Kebudayaan adalah sebagai
berikut:
1. Kegiatan ekstrakurikuler harus bisa meningkatkan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik.
2. Mampu mengembangkan minat dan bakat peserta didik dalam upaya
pembinaan menjadi manusia seutuhnya.198
Sedangkan manfaat dari kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai
berikut:
1) Sebagai ciri khas suatu lembaga sekolah.199
196
Dadang JSN. 2014. “Pedoman Kegiatan Ekstrakurikuler Kurikulum 2013-Pramuka Sebagai
Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib Bagi SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK, dalam
http://www.salamedukasi.com/2014/06/pedoman-kegiatan-ekstrakurikuler.html?m=1 diakses pada
24 November 2018.
197
Muhaimin, dkk, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada Sekolah
dan Madrasah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 75.
198
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI tentang Implementasi Kurikulum, lampiran
III :Pedoman kegiatan ekstra kurikuler, (Jakarta, 2013), hlm. 3-4.
199
Eka Prihatin, Manajemen Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 166.
106
2) Sebagai wahana pengembangan diri.200
3) Sebagai layanan khusus dalam pendidikan di sekolah.201
4) Mengembangkan nilai-nilai karakter pada peserta didik.202
5) Meningkatkan perilaku sosial emosional dan prestasi sekolah.203
6) Sebagai bentuk partisipasi keterlibatan orang tua dengan sekolah204
7) Sebagai cara untuk meningkatkan mutu sekolah.205
200
Ibid., hlm. 172.
201
Ibid., hlm. 159.
202
Noor Yanti, at. al. “Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Dalam Rangka Pengembangan
Nilai-Nilai Karakter Siswa Untuk Menjadi Warga Negara Yang Baik Di SMA Korpri
Banjarmasin”, Program Studi PPKn FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan: Volume 6, Nomor 11, Mei 2016.
203
Riitta-Leena Metsäpelto & Lea Pulkkinen, The benefIts of extracurricular activities for
socioemotional behavior and school achievementin middle childhood: Journal for Educational
Research Online, Volume 6 No. 3, 2014 https://www.researchgate.net/publication/272479625,
diakses tanggal 24 Oktober 2018.
204
Jian Xu, Students’ Engagement and Parents’ Involvement in Extracurricular Activities, Master
of Education In the Department of Curriculum and Instruction,University of Victoria, 2017.
205
Siti Ubaidah, Manajemen Ekstrakurikuler dalam..., hlm. 76.
206
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI tentang Implementasi Kurikulum, lampiran
III (Pedoman kegiatan ekstra kurikuler..., hlm. 41.
107
Selain beberapa prinsip di atas, Mohamad Mustari menyebutkan ada
beberapa hal yang juga harus diperhatikan dalam melaksanakan
kegiatan ekstrakurikuler sebagai berikut207:
a. Menentukan waktu pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler.
b. Kegiatan yang diadakan hendaknya dapat meningkatkan aspek
pengetahuan dan keterampilan peserta didik.
c. Kegiatan yang diadakan hendaknya dapat mendorong bakat dan
minat peserta didik.
d. Sesuai dengan kondisi lingkungan suatu lembaga dan dimana
peserta didik berada.
207
Mohamad Mustari, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014), hlm. 116
208
Kemendikbud, Panduan Teknis Kegiatan Ekstrakurikuler di SD, (Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah, Dirjen Pendidikan Dasar, Jakarta 2016), hlm. 6.
108
Kegiatan ekstrakurikuler adalah suatu kegiatan di luar dari jam
pelajaran, namun pada kegiatan ini juga perlu dilakukan melalui manajemen
yang teratur dan terarah, agar dapat berjalan dengan optimal. Ada empat
pokok fungsi manajemen yang mutlak harus diterapkan dalam suatu kegiatan
manajemen, yaitu fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan.
Adapun rincian setiap tahapan manajemen ekstrakurikuler PAUD adalah
sebagai berikut :
1. Perencanaan (planning)
Perencanaan (planning) adalah proses kegiatan tahap pertama yang
menyiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan tertentu.209
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
pengelolaan ekstrakurikuler di lembaga PAUD hendaknya diawali dengan
perencanaan yang matang oleh para guru, dan kepala sekolah sebagai orang
yang berperan dalam mengambil keputusan dalam menentukan kegiatan yang
akan dilaksanakan pada kegiatan ekstrakurikuler. Pada tahap perencanaan
kegiatan ekstrakurikuler PAUD, ada beberapa hal yang menjadi suatu
pertimbangan sebelum menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler,
diantaranya adalah :
a. Menentukan jenis atau bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang akan
dilaksanakan.
b. Mempertimbangkan latar belakang diadakannya suatu kegiatan
ekstrakurikuler.
c. Mempertimbangkan kemanfaatan diadakannya suatu kegiatan
ekstrakurikuler.
d. Menentukan tujuan spesifik dalam kegiatan ekstrakurikuler.
e. Menentukan anggaran biaya diadakannya kegiatan ekstrakurikuler.
209
Imam Machali & Ara Hidayat, The Handbook of Education Management, Teori dan Praktik
Pegelolaan Sekolah/Madrasah di Indonesia, (Jakarta: Prenamedia, 2016), hlm. 19.
109
f. Menenukan kisi-kisi materi yang akan diberikan pada kegiatan
ekstrakurikuler.
g. Menentukan capaian kompetensi yang diharapkan
h. Menentukan kriteria pembina atau pelatih/ guru ekstrakurikuler.
2. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian merupakan tahap lanjutan dari fungsi
perencanaan dalam sistem manajemen. Adapun tahap pengorganisasian
terdiri dari struktur organisasi, pembagian tugas, wewenang dan
tanggung jawab yang jelas dan terperinci pada setiap anggota organisasi.
Begitu pula dalam pengorganisasian ekstrakurikuler PAUD, biasanya
ditentukan koordinator (penanggungjawab) bidang ekstrakurikuler
tertentu, pelatih serta guru pendamping. Masing-masing memiliki
jobsdesk yang jelas dan wajib dilaksanakan.
3. Pelaksanaan/Penggerakan (Actuating)
Penggerakan (actuating) adalah salah satu fungsi manajemen yang
berfungsi untuk merealisasikan hasil perencanaan dan pengorganisasian.
Actuating adalah upaya untuk menggerakkan atau mengarahkan tenaga
kerja (man power) serta mendayagunakan fasilitas yang ada untuk
melaksanakan pekerjaan secara bersama. Pelaksanaan juga berkaitan
dengan implementasi perencanaan dan pengorganisasian. Adapun tahap
pelaksanaan meliputi :210
a. Penentuan jadwal, terkait hari dan waktu pelaksanan kegiatan
ekstrakurikuler
b. Penyediaan peralatan dan sarana kegiatan ekstrakurikuler.
c. Pelaksanaan materi dan strategi pembelajaran.
d. Penentuan alat penilaian dan evaluasi kegiatan ekstrakurikuler
e. Setting tempat/lingkungan kegiatan ekstrakurikuler.
Ria Nuraida, Manajemen Kegiatan Ekstrakurikuler di TK Muslimat Hajjah Mariyam Batu, hlm.
5, Pdf, dalam http//:ap.fip.um.ac.id diakses tanggal 24 Oktober 2018.
210
Ibid, hlm.6.
110
4. Pengendalian/Pengawasan (controling)
Pengawasan adalah proses pengamatan dan pengukuran suatu
kegiatan operasional, terkait dengan hasil yang dicapai dan target pada
rencana awal diadakannya suatu kegiatan. Kegiatan pengendalian/
pengawasan dalam hal ini, dilakukan oleh guru pendamping yang bertugas
memberikan evaluasi, mengamati, mengukur, apakah kegiatan tersebut telah
sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
111
G. REFERENSI
112
Rohiat. Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik (Dilengkapi dengan contoh
Rencana Strategis dan Rencana Operasional). Bandung: Refika
Aditama, 2010.
Santi, Sch. Danar. Pendidikan Anak Usia Dini Antara Teori dan Praktik. Jakarta :
PT. Indeks Permata Puri Media, 2009.
Sulistryorini. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Teras, 2009.
Suyadi. Manajemen PAUD: TPA-KB-TK/RA (Mendirikan, Mengelola, dan
Mengembangkan PAUD). Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017.
Ubaidah, Siti. Skripsi. Manajemen Ekstrakurikuler dalam Meningkatkan Mutu
Sekolah, dalam
http://e-journal.iainjambi.ac.id/index.php/alfikrah/article/viewFile/
806/736 diakses 1 November 2018.
Ukas, Maman. Manajemen, Konsep, Prinsip dan Aplikasi. Bandung: Agnini,
2004.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Usman, Husaini. Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara, 2006.
Wibowo, Agus. Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2013.
Wulandari, Rina. Estetika Instrumental Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Penerbit
Ombak, 2012.
Machali, Imam & Ara Hidayat. The Handbook of Education MANAJEMENt, Teori
dan Praktik Pegelolaan Sekolah/Madrasah di Indonesia. Jakarta:
Prenamedia, 2016.
Kemendikbud. Panduan Teknis Kegiatan Ekstrakurikuler di SD. Dirjen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Dirjen Pendidikan Dasar, Jakarta 2016.
Xu, Jian. Students’ Engagement and Parents’ Involvement in Extracurricular
Activities, Master of Education In the Department of Curriculum and
Instruction,University of Victoria, 2017.
Yanti, Noor. at. al. “Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Dalam Rangka
Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Siswa Untuk Menjadi Warga
Negara Yang Baik Di SMA Korpri Banjarmasin”, Program Studi PPKn
FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan: Volume 6, Nomor 11, Mei 2016.
Nuraida, Ria. Manajemen Kegiatan Ekstrakurikuler di TK Muslimat Hajjah
Mariyam Batu, hlm. 5, Pdf, dalam http//:ap.fip.um.ac.id diakses tanggal
24 Oktober 2018.
Metsäpelto Riitta-Leena & Lea Pulkkinen. The benefIts of extracurricular
activities for socioemotional behavior and school achievementin middle
113
childhood: Journal for Educational Research Online, Volume 6 No. 3,
2014 https://www.researchgate.net/publication/272479625, diakses
tanggal 24 Oktober 2018.
WEBSITE
114
BAB IX
MANAJEMEN PEMBIAYAAN PAUD
Dina Khairiah, S.Pd.
115
Namun demikian hal itu sudah tentu memerlukan penyesuaian agar dapat
sejalan dengan misi lembaga pendidikan sebagai lembaga nirlaba. Dari ke enam
unsur tersebut, salah satu yang penting, baik dalam lembaga bisnis maupun
lembaga pendidikan adalah masalah uang/dana. Adalah tidak mungkin lembaga
pendidikan dapat berjalan dengan baik tanpa ada ketersediaan dana untuk
melaksanakan kegiatannya dalam menyelenggarakan proses pendidikan. Oleh
karena itu, dalam dunia pendidikan kajian mengenai pendanaan/pembiayaan
pendidikan menduduki posisi penting sebagai suatu upaya untuk memahami dan
mengelola hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan/manajemen dana/keuangan
dalam lembaga pendidikan, termasuk pendidikan yang diselenggarakan oleh
sekolah.
213
Siti Farikhah, Manajemen Lembaga Pendidikan , Yogyakarta: 2015, Aswaja Pressindo, hlm. 3
214
Ibid., hlm. 91
116
produktif, baik menggunakan uang atau tidak dalam memperoleh pendidikan.
Dalam hubungan ini pendidikan dipandang sebagai barang yang langka di
mana perolehannya memerlukan pengorbanan, baik dalam bentuk dana
maupun tenaga. Pemahaman ini pada dasarnya merupakan pemahaman pokok
dalam ilmu ekonomi yakni masalah kejarangan/kelangkaan.
Dalam menjalankan sebuah sekolah tidak terlepas dari sebuah
manajemen pembiayaan, dimana dalam menjalankan suatu kegiatan adanya
pembiayaan yang mendukung keberlangsungan pendidikan. Berikut
terhimpun konsep Manajemen Pembiayaan pada Sekolah.
215
Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, Bandung: Refika Aditama, 2013, hlm. 287.
216
Ibid., hlm. 92.
117
keuangan untuk mewujudkan kegiatan kerja yang berupa perencanaan,
pengurusan dan pertanggungjawaban lembaga terhadap penyandang dana,
baik individual maupun lembaga.
Perencanaan
Pelaporan Pelaksanan
Money
Gambar1.2 manajemen Keuangan dan pembiayaan Lembaga Pendidikan diadaptasi dari sumber Kemendiknas
DBE1-USAID, pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah di Bali 12-14 juli 2012)
217
Arwildayanto, dkk. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Pendidkan, (Bandung: Ikapi Jabar,
2017), hlm. 6
118
Selain asa-asas diatas tersebut manajemen keuangan sekolah perlu
memerhatikan sejumlah prinsip yang juga merupakan prinsip manajemen
keuangan secara umum. Undang-undang No 20 Tahun 2003 pasal 48
menyatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip
keadilan, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas publik.di samping itu prinsi
efektivitas juga perlu mendapat penekanan.218 Berikut dijelaskan lebih detail
mengenai masing-masing prinsip tersebut.
1. Transparansi
Berarti adanya keterbukaan. Keterbukaan dalam mengelola kegiatan.
Keterbukaan yang dimaksudkan adanya keterbukaan dsumber keuangan
dan jumlahnya, rincian penggunaan, dan petanggungjawabannya harus
jelas sehingga memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan ntuk
mengetahuinya.
Adapun beberapa informasi keuangan yang bebas diketahui oleh
semua warga sekolah dan orangtua siswa misalnya Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS). Bisa ditempel dipapan
pengumuman/madding.
2. Akuntabilitas
Yakni kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain karena
kualitas performansinya dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai
tujuan yang menjadi tanggung jawabnya. Akuntabilitas dalam manajemen
keuangan penggunaan uang sekolah dapat dipertanggungjawabkan sesuai
dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
3. Efektivitas
Efektif sering kali diartikan sebagai pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Gardner dalam Mustari mengartikan efektifitas lebih dalam
lagi, karena sebenarya efektivitas tidak berhenti sampai pada kualitatif
hasil yang dikaitkan dengan pencapaian visi lembaga.
4. Efisiensi
218
Muhammad Mustari, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2014), hlm.
165.
119
Efisiensi berkaitan dnegan kuantitas hasil suatu kegiatan. Gardner:
efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara masukan (input) dengan
keluaran (output) atau antara daya dan hasil. Daya yang dimaksud
meliputi: tenaga, pikran waktu dan biaya. Perbandingan tersebut dapat
dilihat dari dua hal:
a. Dilihat dari segi penggunaan waktu, tenaga dan biaya. Kegiatan
dapat dikatakan efisien kalau penggunaan waktu, tenaga dan biaya
yang sekeci-kecilnya dapat mencapai hasil yang ditetapkan.
b. Dilihat dari segi hasil. Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau
dengan penggunaan waktu, tenaga dan biaya tertentu memberikan
hasil sebanyak-banyaknya baik kuantitas maupun kualitasnya.
Tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi memungkinkan
terselenggaranya pelayanan terhadap masyarakat secara
memuaskan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia
secara optimal dan bertanggung jawab.
120
b) Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan
c) Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang
lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain
sebagainya.
5. Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan
Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP.219
121
7. Membangun sistem pengelolaan keuangan yang sehat, mudah diakses
dan memiliki sistem pengamanan yang terjamin dari tindakan-tindakan
yang tidak terpuji
8. Meningkatkan partisipasi stakeholders pendidikan dalam pembiayaan
pendidikan
220
Ibid, Arwildayanto dkk, hlm. 7.
122
Sedangkan private cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh keluarga untuk
membiayai sekolah anaknya, dan termasuk di dalamnya forgone
opportunities (biaya kesempatan yang hilang)221.
123
Besarnya dana yang diterima dari orang tua siswa berupa sumbangan
pembinaan pendidikan (SPP), dana yang langsung diterima sekolah
didasarkan atas kemampuan orang tua/wali siswa atau ditentukan oleh
pemerintah atau yayasan (bagi swasta). SPP disetor ke kas Negara,
pengalokasiannya kembali oleh pemerintah ke sekolah-sekolah atau
lembaga pendidikan melalui dana penunjang pendidikan (DPP). Dana
tersebut merupakan dana penunjang anggaran rutin yang pada
dasarnya diperuntukkan bagi pembiayaan kegiatan penyelenggaraan
dan pembinaan pendidikan pada tingkat menengah dan pendidikan
tinggi. Sedangkan biaya penerimaan dari masyarakat baik dari
perorangan maupun lembaga, yayasan berupa uang tunai, barang,
hadiah atau pinjaman bergantung pada kemampuan masyarakat
setempat dalam memajukan pendidikan.
c. Dana dari alumni
Dana alumni diserahkan sebagai ucapan terimakasih atau sebagai
pengingat pada sekolah.
d. Dana dari peserta kegiatan
Dana peserta kegiatan adalah dana yang dikutip dari peserta didik
dalam kegiatan-kegiatan hari besar.
e. Dana dari kegiatan wirausaha sekolah223
Dana dari kegiatan wirausaha sekolah dapat disebut dana dari koperasi
sekolah yang dijalankan dari siswa, oleh siswa dan untuk siswa, .
223
Ibid., Mesiono, hlm. 148.
124
3. Ruang Lingkup Manajemen Keuangan/Pembiayaan
Pada Manajemen keuangan yang menjadi kajian utama pada manajemen
keuangan pendidikan, yaitu penyusunan perencanaan anggaran (budgeting),
pembukuan (accounting) dan pemeriksaan (auditing).
Pada dasarnya rencana keuangan adalah penjabaran pembiayaan dari
program kerja. Pembiayaan yang direncanakan, baik penerimaan maupun
penggunaannya selama satu tahun itulah yang dituangkan dalam Rencana
Anggaran belanja Sekolah:
a. Penyusunan
1) Penyusunan RABS adalah:
a) Menginventarisasi program/kegiatan sekolah selama 1 tahun
mendatang
b) Menyusun program/kegiatan tersebut berdasarkan jenis dan
perioritas
c) Menghitung volume, harga satuan, dan kebutuhan dana untuk
setiap komponen kegiatan.
d) Membuat kertas kerja dan lembaran kerja, menentukan sumber
dana dan pembebanan anggaran, serta meuangkannya ke dalam
format baku RAPBS.
e) Menghimpun data pendukung yang akurat untuk bahan acuan
guna mempertahankan anggaran yang diajukan.
125
uang. Pengurusan ini dikenal dengan istilah pengurusan
ketatausahaan. Pengurusan kedua menyangkut tindak lanjut dari
urusan pertama yakni menerima, menyimpan dan menegluarkan uang.
Sebagai manajer pendidikan hendaknya benar-benar memahami dan
dapat menjelaskan fungsi, tujuan dan manfaat pembukuan kepada staf
yang menangani masalah keuangan, antara lain:
a. Buku pos (vatebook)
Buku pos pada prinsipnya memuat informasi beberapa dana
yang masih tersisa untuk tiap pos anggaran kegiatan pendidikan.
Juga mencatat berbagai peristiwa pembelanjaan uang harian. Dari
buku pos para manajer pendidikan dengan mudah dapat melihat
apakah lembaga pendidikan yang dipimpinnya telah
membelanjakan uang secara berlebihan atau sudah sesuai dengan
rencana anggaran.
b. Faktur
Faktur disini dapat berupa buku atau lembaran lepas yang dapat
diarsipkan. Faktur berisi rincian tentang: 1. Maksud pembelian, 2.
Tanggal pembelian, 3. Jenis pembelian, 4. Rincian barang yang
dibeli, 5. Jumlah pembayaran, dan 6. Tanda tangan pemberi kuasa
anggaran (PKA). Adapun dalam pembukuan keuangan pendidikan,
hal-hal yang perlu diperhatikan 1. Harus ada nomor untuk
digandakan; 2. Kwitansi pembelian harus dilampirkan; 3. Faktur
untuk mempertanggung jawabkan.
c. Buku kas
Buku kas mencatat rincian tentang penerimaan dan pengeluaran
uang di lembaga pendidikan serta sisa saldo secara harian dan pada
hari yang sama, misalnya pembelian spidol, LCD dan kebutuhan
lainnya.
126
d. Lembar cek
Merupakan alat bukti bahwa pembayaran yang dikeluarkan
adalah sah. Lembar cek dikeluarkan menyangkut tagihan atas
pelaksanaan suatu transaksi. Misalnya barang yang dipesan sudah
dikirimkan dan catatab transaksinya benar.
e. Jurnal
Manajer pendidikan bisa mengetahui secara detail arus kas (cas
flaw) karena seluruh transaksi dan akuntansi keuangan dicatat di
Jurnal. Sebelum di klasifikasikan ke buku besar. Jurnal mengatur
informasi secara kronologis dan sesuai dengan jenis transaksi.
f. Buku besar
Dalam buku besar dimuat data keuangan yang berisi informasi
dan jurnal hendaknya dipindahkan ke buku besar atau buku kas
induk pada setiap akhir bulan. Buku besar mencatat kapan
terjadinya transaksi keuangan, keluar masuknya uang pada saat itu
dan neraca saldonya.
127
i. Neraca percobaan
Dalam kegiatan manajemen keuangan pendidikan dokumen
neraca percobaan bertujuan untuk mengetahui secara tepat
keadaan neraca pertanggungjawaban keuangan lembaga
pendidikan secara cepat, misalnya periodisasi mingguan atau dua
mingguan. Hal ini memungkinkan para manajer pendidikan
sewaktu-waktu (selama tahun anggaran) menentukan hal yang
harus didahulukan dan menangguhkan penegluaran dan skala
perioritas kegiatan yang dibiayai bisa dilaksanakan dengan baik.
225
Moh Jamaluddin Imron, Manajemen Pembiayaan Sekolah, Al Ibrah, Vol. 1 No. 1 Juni 2016.
128
Pemeriksaan (auditing) adalah kegiatan yang harus menyangkut
pertanggungjawaban penerimaan, penyimpanan dan pembayaran atau
penyerahan uang yang dilakukan bendahara kepada pihak-pihak yang
berwenang. Untuk melaksanakan audit, diperlukan informasi yang dapat
diverifikasi dan sejumlah standar (kriteria) yang dapat digunakan sebagai
pegangan pengevaluasian informasi tersebut. Agar dapat diverifikasi,
informasi harus dapat diukur. Ada beberapa jenis pemeriksaan (audit)
keuangan, pertama pemeriksaan (audit) laporan keuangan, bertujuan
menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan merupakan
informasi yang terukur dan sudah diverifikasi, disajikan sesuai kriteria-
kriteria tertentu.
Kegiatan lain yang terkait dengan manajemen keuangan adalah
memuat laporan pertanggungjawaban keuangan kepada kalangan internal
lembaga atau eksternal yang menjadi stakeholder lembaga pendidikan.
Pelaporan dapat dilakukan secara periodik seperti laporan tahunan dan
laporan pada masa akhir jabatan pimpinan. Pelaksanaan pertanggungjawaban
ini juga bagian dari pengawasan yang dapat dilakukan berdasarkan kebutuhan
dan kewenangan. Hal ini dilakukan mulai dari proses pengeluaran, pos
anggaran pembelanjaan, perhitungan dan penyimpangan barang oleh petugas
yang ditunjuk.
G.
129
H. REFERENSI
Arwildayanto, dkk. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Pendidkan, Bandung:
Ikapi Jabar, 2017.
Imron, Moh Jamaluddin, Manajemen Pembiayaan Sekolah, Al Ibrah, Vol. 1 No. 1
Juni 2016
Peraturan Pemerintah No.19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pada Bab IX:
Standar Pembiayaan Pasal.
Mesiono, Manajemen Pendidikan Raudhatul Athfal (RA) Pengantar Teori dan Praktik,
Medan: Perdana Publishing, 2013.
Mustafah, Jejen, Manajemen Pendidikan Teori, Kebiajakn dan Praktik, Jakarta:
PrenadaMedia, 2015.
Mustari, Muhammad, Manajemen Pendidikan, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2014.
Samani, Muchlas, Manajemen Sekolah panduan praktis pengelolaan sekolah,
Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2009.
Siti, Farikhah, Manajemen Lembaga Pendidikan , Yogyakarta:, Aswaja Pressindo2015.
Suharsaputra,Uhar, Administrasi Pendidikan, Bandung: Refika Aditama, 2013.
130
BAB X
MANAJEMEN PEMASARAN PAUD
Yuning Eka Rahmawati, S.Pd. dan Muhammad Azam Muttaqin, S.H.
226
E. Mulyasa, Manajemen PAUD, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 2.
227
Ishak Abdulhak dan Ugi Suparyogi, Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Nonformal,
(Jakarta: PT Raja Garfindo Persada, 2013), hlm. 21.
228
E. Mulyasa, Manajemen PAUD..., hlm. 2.
131
jalur pendidikan formal, nonformal melalui pemberian rangsangan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.229
Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan terbagi menjadi dua
yaitu: formal dan non formal. Formal berbentuk Taman Kanak-kanak,
Raudhatul Atfal, sedangkan pendidikan anak usia dini pada jalur nonformal
berbentuk Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak.230
Lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini mengalami
perkembangan dan peningkatan yang sangat pesat dalam kurun waktu
terakhir. Lembaga sejenis tidak saja muncul di perkotaan, tetapi juga
merambah ke daerah-daerah pedesaan. Indikator tersebut menunjukkan
kesadaran orang tua akan pentingnya memberikan rangsangan lebih awal
pada anak untuk membantu tumbuh dan perkembangan berbagai potensi
anak. Persaingan dalam dunia pendidikan menjadi tidak dapat terelakan lagi,
banyak lembaga pendidikan yang ditinggalkan oleh pelanggannya, sehingga
lembaga mengalami kekurangan peserta didik. Agar bisa mempertahankan
eksistensinya lembaga pendidikan dituntut untuk dapat memasarkan
sekolahnya, karena betapapun bagusnya suatu sekolah jika tidak
dipromosikan secara maksimal akan berdampak pada minimnya jumlah
peserta didik dan tidak dikenalnya sekolah tersebut dikalangan masyarakat.
Pemasaran pada lembaga pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah
proses sosial dan manajerial untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dan
diinginkan melalui penciptaan (creation) penawaran, pertukaran produk yang
bernilai dengan pihak lain dalam bidang pendidikan. Etika pemasaran dalam
dunia pendidikan adalah menawarkan mutu layanan intelektual dan
pembentukan watak secara menyeluruh. Sebuah lembaga pendidikan agar
229
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
230
Maskub Abrori,” Strategi Pemasaran Lembaga Pendidikan Untuk Meningkatkan Jumlah Peserta
Didik Di Pg/Tk Samarinda”. Jurnal Syamil pISSN: 2339-1332, eISSN: 2477-0027, Vol. 3 No. 2,
2015. hlm. 3.
132
diminati oleh para konsumen harus memiliki manajemen pemasaran yang
baik.231
Pemasaran tidak hanya dilakukan oleh corporate dalam memasarkan
produknya, melainkan juga perlu dilakukan oleh lembaga pendidikan.
Lembaga pendidikan memerlukan pemasaran untuk memenangkan kompetisi
diantara lembaga pendidikan lainnya. Pemasaran menjadi sesuatu yang
mutlak yang harus dilaksanakan oleh sekolah, selain ditujukan untuk
memperkenalkan, pemasaran di lembaga pendidikan berfungsi untuk
membentuk citra baik terhadap lembaga dan menarik minat sejumlah calon
peserta didik. Menghadapi persaingan jasa pendidikan anak usia dini semakin
ketat, maka dalam hal ini penyelenggara pendidikan dituntut untuk kreatif
dalam menggali keunikan dan keunggulan sekolahnya agar dibutuhkan dan
diminati oleh pelanggan jasa pendidikan.
Menghadapi persaingan jasa pendidikan anak usia dini, maka
pengelola lembaga harus merencanakan strategi pemasaran. Strategi
pemasaran mempunyai peran yang sangat penting untuk mencapai tujuan
lembaga pendidikan yang ingin dicapai. Strategi pemasaran harus didasarkan
pada analisis internal sekolah dan disesuaikan dengan perubahan yang ada.
Dengan demikian, strategi pemasaran harus dapat memberi gambaran yang
jelas dan terarah tentang apa yang akan dilakukan sekolah dalam
menggunakan setiap kesempatan atau peluang pada pasar sasaran.232
Pemasaran lembaga pendidikan agar berhasil sesuai dengar harapan perlu
didukung juga dengan menawarkan produk yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang dilakukan melalui pengelolaan pemasaran jasa pendidikan.
Dengan demikian, apa yang ditawarkan saat melakukan pemasaran sesuai
dengan apa yang diterima oleh pengguna jasa bahkan melebihi harapan
stakeholder.233
231
Imam Machali & Ara Hidayat, The HandBook of Education Manajemen:Teori dan praktik
pengelolaan madrasah/sekolah di Indonesia, (Jakarta:Prenadamedia, 2016), hlm. 283.
232
Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 168.
233
Suvidian Elytasari, “Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan untuk Meningkatkan Kepercayaan
Stakeholders di TK Amal Insani Depok”, Jurnal Warna, Volume 1, No. 1, Juni 2017, hlm. 3.
133
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa Menejemen Pemasaran
Pendidikan Anak Usia Dini lebih menekankan pada gagasan untuk memenuhi
kebutuhan konsumen melalui produk yang dihasilkan dengan segala
keunggulan. Pemasaran pendidikan selalu menekankan pada perbaikan mutu
pendidikan, evaluasi program, pembelajaran, peningkatan layanan tumbuh
kembang anak.234
134
menawarkan produk, menentukan harga dan mendistribusikannya kepada
para konsumen.
Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
pendidikan dasar yang merupakan suatu pembinaan yang ditunjukan bagi
anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan pada jalur formal,
nonformal dan informal.237
Manajemen pemasaran ialah kegiatan menganalisa,merencanakan,
mengimplementasi, dan mengawasi segala kegiatan, guna memperoleh
tingkat pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran dalam
rangka mencapai tujuan organisasi dalam bidang pendidikan.238 Sedangkan
kalau dihubungkan dengan PAUD, promosi kelembagaan PAUD adalah
sosialisasi program dan pentingnya memberi layanan edukasi pada anak-anak
sejak usia dini.239
Dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa manajemen pemasaran dalam
jasa PAUD adalah proses sosialisasi dan managerial yang menawarkan
program dan keunggulan lembaga dalam bidang memberi pelayanan edukasi
pada anak-anak usia dini.
Manajemen dilembaga PAUD sangat dibutuhkan oleh setiap lembaga
PAUD agar proses pelayanan terhadap masyarakat dalam bidang PAUD
terlayani dengan baik. Khususnya bagi orang yang memimpin pada sebuah
lembaga PAUD diharapkan dapat memahami ilmu manajemen lebih
menekankan pada gagasan untuk memenuhi kebutuhan konsumen melalui
produk yang dihasilkan dengan segala keunggulannya. Sedangkan penjualan
lebih menekankan pada mencari untung dari barang dagangan yang diambil
dari produsen yang kemudian dijual kepada konsumen. Pemasaran lembaga
237
Maimuna Hasan, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), (Yogyakarta:Diva Persada,2009),
hlm.15.
238
Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa (Bandung: Alfabeta, 2014),
hlm.130..
239
Suyadi, Manajemen PAUD TPA-KB-TK/RA, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011), hlm. 51.
135
PAUD selalu menekankan pada perbaikan mutu pendidikan, evaluasi progam
pembelajaran, peningkatan layanan tumbuh kembang anak. Dengan
demikian, semakin tinggi partisipasi masyarakat, membuktikan semakin
tinggi tingkat profesionalisme sebuah lembaga PAUD. Sebaliknya,
menurunnya partisipasi masyarakat terhadap lembaga menjadi pertanda
bahwa lembaga PAUD tersebut sedang mengalami penurunan profesionalitas.
Pemasaran lembaga pendidikan sangatlah penting untuk mengenalkan
lembaganya kemasyarakat, supaya masyarakat tau tujuan visi dan misinya,
kelebihan mutu sekolahnya, sehingga mendapatkan anak didik dan
memenangkan kompetisi diantara lembaga pendidikan lainnya.240 Jika
pemasaran jasa pendidikan terus dilakukan maka lembaga pendidikan
tersebut akan dikenal dan dipahami oleh masyarakat luas. Sehingga akan
lebih mudah untuk mendapatkan input peserta didik.
Pemasaran lembaga PAUD bukan dimaksudkan untuk semata-mata
mencari keuntungan finansial yang pada akhirnya berujung pada
komersialisasi pendidikan. Tetapi, semata-mata agar layanan pendidikan sejak
usia dini di wilayah tersebut terpenuhi. Oleh karena itu, orientasi dari
pemasaran kelembagaan PAUD adalah sosialisasi progam dan pentingnya
memberi layanan edukasi pada anak-anak sejak usia dini.241
Sasaran pemasaran atau promosi lembaga PAUD adalah para orang
tua yang memiliki anak usia dini dan sedangmencari lembaga PAUD. Mereka
adalah konsumen atau calon pembeli jasa edukasi di lembaga PAUD yang
sangat potensial. Konsep dasar PAUD selalu diawali dengan pemahaman
secara utuh tentang tujuan kelembagaan PAUD yang telah ditetapkan jauh-
jauh hari sebelumnya. Tujuan itu sendiri telah dirumuskan dari visi misi
kelembagaan yang disusun pendiri lembaga PAUD yang bersangkutan.242
Visi dan misi lembaga PAUD merupakan media paling sederhana
untuk mengenalkan PAUD kepada konsumen (orang tua yang memiliki anak
240
David Wijaya,”Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Daya Saing
Sekolah”, Jurnal Pendidikan Penabur vol.02.No 11/Tahun ke 7/2008, hlm. 42.
241
Jamal Ma’ruf Asmani, Manajemen Efektif Marketing Sekolah (Yogyakarta: Diva Press, 2015),
hlm. 18.
242
Suyadi,Manejemen..., hlm. 53.
136
usia dini). Setelah konsumen mengenal lembaga PAUD yang dipromosikan,
maka mereka akan tertarik untuk menelisik lebih dalam tentang lembaga
PAUD yang bersangkutan mulai dari sarana prasarana, kurikulum, tenaga
kependidikan, dan lain-lain. Semua komponen PAUD tersebut akan
meyakinkan konsumen bahwa lembaga PAUD yang bersangkutan benar-
benar berbeda dengan lembaga-lembaga yang lain, bahkan memiliki nilai
lebih. Perbedaan dan nilai lebih inilah yang akan meyakinkan para konsumen
untuk memilih lembaga PAUD yang dipromosikan tersebut.243
Ketika seluruh komponen PAUD yang tercermin dalam visi dan misi
berhasil meyakinkan hati konsumen, maka manajemen pemasarn PAUD bisa
disebut berhasil. Sebab, mereka telah menjatuhkan pilihannya untuk membeli
jasa edukasi lembaga PAUD yang dipromosikan tersebut.244
243
Suyadi, Manajemen..., hlm. 54.
244
Ibid., hlm. 55.
245
Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa............, hlm.136.
137
Jadi, yang ingin dicapai dari pemasaran pendidikan adalah
mendapatkan pelanggan yang disesuaikan dengan target, baik itu yang
berkaitan dengan kualitas maupun kuantitas dari calon pelanggan (siswa).
Sedangkan fungsi dari pemasaran lembaga pendidikan adalah sebagai
langkah pembaharuan ketika sebuah lembaga pendidikan harus mengikuti
atau mengimbangi ketatnya persaingan dalam memperoleh pelanggan
(customer).246 Oleh sebab itu pemasaran lembaga pendidikan berguna sebagai
suatu langkah dalam mengimbangi posisi pendidikan di era persaingan
global.
246
Aditya Nirwana,” Perancangan Situs Jaringan dan Media Promosi TK Al-Azhar”’ Jurnal
JITIKA, Vol. 6, No. 1, Februari 2012, hlm.15.
138
dan keunikan yang berbeda dibandingkan dengan lembaga-lembaga PAUD
yang lain.247 Sehingga konsumen lebih percaya dan tertarik untuk
menyekolahkan anaknya ke lembaga PAUD yang dipromosikan
tersebut.Ketika seluruh komponen PAUD yang tercermin dalam visi-misi
berhasil menyakinkan hati konsumen, maka manajemen marketing atau
pemasaran PAUD bisa dikatakan berhasil.
247
Suyadi, Manajemen PAUD TPA-KB-TK/RA...............,hlm.53.
248
Ibid.
139
yang membedakan ukuran. Poster lebih besar sedangkan brosur lebih
kecil. Satu hal lagi poster di tempelkan di tempat umum dan strategis
sehingga banyak orang yang mengetahui dan membacanya, sedangkan
brosur hanya didapatkan di kantor lembaga PAUD yang bersangkutan.249
3. Baliho atau Spanduk
Baliho atau spanduk merupakan media informasi dan promosi
dengan menggunakan kain atau banner yang berukuran besar contoh
dengan ukuran PxL 3x1,5 M yang dibentang di tengah jalan, di depan
sekolah dan di tempat strategis lainnya. Isi dan kalimat dalam banner lebih
simpel, menggunakan bahasa mudah dicerna, hurufnya lebih besar,
sehingga mudah dibaca dan difahami oleh semua kalangan menjadikan
banner ini salah satu media promosi yang efektif.
4. Iklan Cetak
Iklan cetak adalah media promosi dalam media massa yang dicetak
dalam jumlah besar dan beredar luas di masyarakat. Tentunya dari biaya
lebih mahal dibandingkan biaya promosi media lain. Informasi yang
terpublikasikan dalam iklan tersebut sangat minim, oleh karena itu, iklan
harus dikemas seefektif dan seefisien mungkin. Tanpa mengurangi daya
tarik minat pembacanya.250
5. Elektronik
Pemasaran jasa menggunaan media elektronik sasarannya lebih luas
semua bisa mengetahui lewat informasi yang dipromosikan lewat
elektronik, seperti menggunakan media webste, fb, sosial media, radio,
tv.251 Biaya yang dikeluarkan lebih sedikit bila menggunakan webste, fb,
sosial media, tetapi bila menggunakan radio dan TV ini mahal tergantung
249
Ibid, hlm, 56.
250
Suvidian Elytasari,”Strategi Pemasaran Pendidikan untuk Meningkatkan Kepercayaan
Stakeholders”, Jurnal Pendidikan, Institut Agama Islam Imam Ghozali Cilacap, Volume, 1 No.1,
2017, hlm.8.
251
Afidatun khasanah,”Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai Peningkatan Mutu sekolah”, Jurnal
Pendidikan Islam, UIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta, Volume VII, No.2, 2015, hlm.6.
140
panjang pendeknya durasi promosi tayangannya, berapa kali tayang, dan
tingkat keunikan menariknya. Semakin menarik tampilannya semakin
banyak pula peminatnya untuk menyekolahkan anaknya di lembaga PAUD
tersebut.
Berdasarkan berbagai macam media pemasaran di atas, sebuah lembaga
pendidikan harus selektif dalam menggunakan media pemasaran
menyesuaikan dengan anggaran yang ada di lembaga tersebut. Sehingga
lembaga tersebut tetap efektif dalam pemasukan ataupun pengeluaran biaya
pendidikan.
252
Suyadi, Manajemen PAUD TPA-KB-TK/RA..., hlm. 65.
141
Adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh konsumen untuk
mendapatkan suatu produk. Harga dalam konteks jasa pendidikan adalah
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan jasa pendidikan yang
ditawarkan. Biaya atau harga pendidikan di lembaga PAUD harus bersifat
fleksibel. Artinya, pihak manajemen hendaknya dapat mengestimasi dana,
sehingga biaya pendidikan di lembaga PAUD dapat terjangkau oleh
konsumen (orang tua yang mempunyai anak usia dini). 253 Tetapi biaya
tersebut harus bisa mencukupi seluruh biaya operasional seluruh
kelembagaan PAUD.
3. Lokasi
Lokasi berarti berhubungan dengan dimana perusahaan jasa harus
bermarkas dan melakukan aktivitas kegiatannya. Dalam konteks jasa
PAUD adalah lokasi sekolah berada. Lokasi sekolah sedikit banyak
menjadi prefensi calon pelanggan dalam menentukan pilihannya.254 Lokasi
yang strategis, nyaman dan mudah dijangkau akan menjadi daya tarik
tersendiri, sehingga semakin besar potensi keberhasilan strategi pemasaran
yang dihasilkan.
4. Kreativitas dan Perlombaan
Strategi lain dalam mencari anak didik baru lembaga PAUD bisa
menyelenggarakan berbagai ajang kreativitas yang diminati banyak anak
di lingkungan PAUD. Seperti, lomba mewarnai, menyanyi, doa, hafalan
surat pendek, dan lain sebagainya.
Waktu di tengah-tengah ajang kreativitas dalam perlombaan itulah
lembaga PAUD mempunyai kesempatan seluas-luasnya untuk
mengenalkan program-program unggulan lembaga PAUD.255 Tentu, acara-
acara seperti ini dapat menarik perhatian orang tua dan anak sekaligus.
Bila ingin lebih efektif dilakukan setiap awal tahun ketika akan musim
penerimaan anak didik baru.
5. Promosi
253
Ibid.hlm. 66.
254
David Wijaya, Pemasaran Jasa Pendidikan, (Jakarta: Salemba Empat, 2012), Cet. I, hlm. 55.
255
Suyadi, Manajemen PAUD TPA-KB-TK/RA...,hlm. 66.
142
Promosi adalah kegiatan mengkomunikasikan penjualan produk
dipasaran yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Promosi
bertujuan untuk memberikan informasi dan meyakinkan konsumen akan
manfaat produk yang dihasilkan. Kegiatan promosi yang dapat dilakukan
adalah dengan cara advertising melalui media TV, radio, surat kabar,
buletin, dan lain-lain. Promosi penjualan juga dapat dilakukakan melalui
pameran pendidikan, bazar pendidikan dan investasi, melakukan kontak
langsung dengan siswa dan juga melakukan kegiatan hubungan dengan
masyarakat. 256
6. Sumber Daya Manusia
Dalam konteks pendidikan adalah orang-orang yang terlibat dalam
proses pelayanan jasa pendidikan seperti tata usaha, kepala sekolah, guru
dan karyawan.257 Sumber daya pendidik dan kependidikan ini sangat
penting bahkan menjadi ujung tombak dalam proses pemberian layanan
pendidikan kepada para peserta didik di lembaga PAUD. Semakin baik
pelayanannya semakin banyak pula orang tua tertarik untuk
menyekolahkan anaknya ke lembaga PAUD tersebut.
7. Bukti Fisik
Bukti fisik yang dimaksud disini adalah lingkungan fisik tempat jasa
diciptakan dan langsung berinteraksi dengan konsumennya. Terdapat dua
macam bukti fisik yakni,258 pertama merupakan keputusan-keputusan yang
dibuat oleh pemberi jasa mengenai desain dan tata letak gedung seperti
desain kelas, gedung sekolah, perpustakaan, lapangan olahraga dan lain-
lain. Kedua, bukti pendukung merupakan nilai tambah yang bila berdiri
sendiri tidak akan berdiri sendiri dan memiliki peran yang sangat penting
dalam proses jasa seperti raport, catatan peserta didik dan lain-lain.
8. Proses
Proses adalah prosedur atau mekanisme dalam rangkaian aktivitas
untuk menyampaikan jasa dari produsen ke konsumen. Dalam konteks jasa
256
Suvidian Elytasari, Strategi Pemasaran Pendidikan..., hlm. 9.
257
David Wijaya, Pemasaran Jasa Pendidikan..., hlm. 117.
258
Ibid, hlm. 117.
143
pendidikan proses adalah proses pendidikan yang mendukung
terselanggaranya proses kegiatan belajar mengajar guna terbentuknya
produk/ lulusan yang diinginkan.259
9. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud disini adalah masyarakat. mempererat
hubungan silaturahmi dengan masyarakat dengan menjalin kerjasama
akan mendapatkan keuntungan pemilik jasa tersebut. Tanpa kita sadari ini
sangat meringankan pemilik jasa dalam proses promosi, pembangunan
maupun proses belajar mengajar.
10. Menumbuhkan Citra Baik
Konsumen dalam membeli sesuatu sebenarnya bukan hanya sekedar
membutuhkan barang tersebut, melainkan ada hal lain yang diharapkan di
balik barang tersebut. Sesuatu tersebut sesuai dengan citra yang terbentuk
dalam dirinya. Oleh sebab itu, penting sekali sebuah lembaga pendidikan
memberikan informasi kepada publik agar dapat membentuk citra yang
baik.
Banyak cara dapat dilakukan untuk menarik perhatian publik dalam
rangka pembentukan image terhadap lembaga pendidikan, baik melalui
daya tarik fisik bangunan maupun melalui daya tarik yang bersifat
akademik, religius, dan sebagainya:
1. Membenahi gedung sekolah yang mengahadap ke jalan secara
dengan desain yang baik, sehingga menarik perhatian masyarakat.
2. Memasang lampu kuning kedip-kedip (perhatian hati-hati/ pelan-
pelan) bagi pengemudi.
3. Kerja sama dengan media
4. Kepala sekolah gencar mengadakan pidato-pidato, menghadiri
pertemuan-pertemuan, dan menginformasikan lembaganya dengan
baik.
259
Imam Machali dan Ara Hidayat. The Handbook of Education Management. (Yogyakarta:
Magister Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2015). Hlm.408-412.
144
5. Memberikan konsultasi dan nasihat-nasihat yang diperlukan sebagai
layanan masyarakat.
6. Mengadakan peringatan-peringatan hari besar keagamaan.260
260
David Wijaya, Pemasaran Jasa Pendidikan..., hlm. 242.
261
Suvidian Elytasari, “Strategi Pemasaran Jasa..., hlm. 10.
145
G. REFERENSI
146
Suyadi, Manajemen PAUD, Yogyakarta:Pustaka Belajar, 2011.
Undang-undang Republik Indonesia, Tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor
20 Tahun 2003.
Wijaya, David, Pemasaran Jasa Pendidikan, Jakarta: Salemba Empat, 2012.
Wijaya, David,”Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan
Daya Saing Sekolah”, Jurnal Pendidikan Penabur vol.02.No 11/Tahun ke
7/2008.
147
BAB XI
MANAJEMEN PERPUSTAKAAN PAUD
Rita Kencana, S.Pd.I. dan Eca Gesang Mentari, S.Pd.
262
Fitwi Lutfiyah, Manajemen Perpustakaan dalam meningkatkan Layanan Perpustakaan, PG-
PAUD FKIP Universitas PGRI Palembang.
263
Suci Lestari dan Malta Nelisa, Peran Pustakawan dalam Memotivasi Anak Usia Dini
Memanfaatkan Layanan Anak di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat,
Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan, Vol. 4, No. 1, September 2015, Seri A, hlm.
25.
264
I Ketut Widiasa, Manajemen Perpustakaan Sekolah, Jurnal Perpustakaan Sekolah, Vol. 1, No. 1,
Apri 2007, hlm. 14.
148
Perpustakaan di lembaga PAUD adalah salah satu sarana yang penting
digunakan sebagai sumber belajar yang memungkinkan para pendidik dan peserta
didik meningkatkan kualitasnya. Hal yang sangat penting dalam
mengoptimalkan fungsi perpustakaan adalah minat baca yang harus dimiliki
peserta didik dan juga manajemen perpustakaan yang dapat meningkatkan minat
baca tersebut.
Departemen Pendidikan dan sekolah di Australia menumbuhkan minat
baca sejak anak-anak belum bisa membaca. Sekolah menerapkan Reading Journal,
yaitu catatan harian masing-masing anak tentang buku apa yang telah dibacanya
setiap hari. Catatan tersebut akan diperiksa oleh guru pada akhir bulan dan anak
yang berhasil membaca 25 buku dalam sebulan akan mendapatkan penghargaan.
Penghargaan yang dimaksud bukan berupa materi, hanya sebuah stiker kecil
bertuliskan “25 Night Reading Certifi cate” yang ditandatangani sang guru.
Penghargaan sederhana ini sudah sangat membuat anak-anak gembira dan
semangat untuk membaca. Kebiasaan membaca sejak dini ternyata dapat
menggali bakat dan potensi anak. Membaca juga memacu daya nalar dan melatih
konsentrasi.265 Pada pendidikan anak usia dini, manajemen perpustakaan sekolah
yang baik sangat diperlukan, untuk memperkenalkan budaya membaca pada usia
dini. Melalui manajemen perpustakaan yang baik diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan anak usia dini sehingga dapat tertanam didalam
diri anak kebiasaan membaca.
265
Shofaussamawati, Menumbuhkan Minat baca dengan Pengenalan Perpustakan Sejak Dini,
Jurna Libraria, Vol.2, No. 1, Januari-Juni 2014, hlm. 51.
266
Fitwi Lutfiyah, Manajemen Perpustakaan dalam meningkatkan Layanan Perpustakaan, PG-
PAUD FKIP Universitas PGRI Palembang.
149
prinsip-prinsip manajemen. Teori manajemen yaitu suatu konsep pemikiran atau
pendapat yang dikemukakan mengenai bagaimana ilmu manajemen diterapkan
dalam suatu organisasi/perpustakaan. Semenara prinsip manajemen adalah dasar
atau asas kebenaran yang menjadi pokok pikiran dalam manajemen.267
Manajemen perpustakaan sekolah pada dasarnya adalah proses mengoptimalkan
kontribusi manusia, materia, anggaran untuk mencapai tujuan perpustakaan. 268
Jadi manajemen perustakaan sekolah merupakan upaya pengelolaan perpustakaan
upaya pencapaian tujuan dengan memanfaatkan sumber daya manusia, informasi,
sistem dan sumber dana dengan didasarkan pada teori dan prinsip-prinsip
manajemen.
Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang tergabung pada sebuah
sekolah, dikelola sepenuhnya oleh sekolah yang bersangkutan, dengan tujuan
utama membantu sekolah untuk mencapai tujuan khusus sekolah dan tujuan
pendidikan pada umumnya. Yang termasuk Perpustakaan sekolah adalah,
perpustakaan Taman Kanak-Kanak (TK), perpustakaan Sekolah Dasar (SD),
perpustakaan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan perpustakaan
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA).269
Perpustakaan yang ada di lembaga PAUD berfungsi untuk meningkatkan
kecerdasan dan keberdayaan bangsa, memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Wahana Pendidikan
2. Penelitian
3. Pelestarian
4. Informasi
5. Rekreasi.270
267
Sutarno NS., Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : Samitra Media
Utama, 2004), hlm. 16.
268
M. Reza Rokan, Manajemen Perpustakaan Sekolah, Jurnal Iqra’, Vol. 11, No. 01, Mei 2017,
hlm. 91.
269
Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakan, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama), hlm.
50-51
270
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Pasal 3.
150
Secara umum tujuan dari perpustakaan dijelaskan dalam UU No. 43 tahun
2007 pasal 4, yaitu untuk memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan
kegemaran membaca, serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa.271Manajemen perpustakaan PAUD harus
berpedoman pada lima aspek, yaitu sebagai berikut:272
1. Perencanaan (Planning) merupakan salah satu aspek yang sangat penting
dalam proses pengelolaan perpustakaan sekolah. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam tahap perencanaan, yaitu:
a. Menentukan tujuan perpustakaan sekolah
b. Mengidentifikasi pemakai dan kebutuhannya
151
berdasarkan kemampuan dan bidang keterampilan yang dimiliki. Dalam
kegiatan staffing ini, seorang pustakawan sekolah harus mengetahui teknik
dan proses yang diperlukan dalam seleksi dan penerimaan staf, training atau
pelatihan staf, berkomunikasi dengan staf, dan pelayanan kepada staf.
4. Pengarahan (Directing)
Dalam konteks perpustakaan di lembaga PAUD, pengarahan
merupakan tanggung jawab pimpinan perpustakaan. Dengan kata lain peran
seorang pimpinan benarbenar diperlukan dalam mendorong staf yang
dipimpinnya sehingga mereka dapat bekerja seoptimal mungkin untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
5. Pengendalian (Controlling)
Pustakawan sekolah harus menyadari pentingnya kontrol di suatu
organisasi, termasuk perpustakaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
a. Selalu menyadari tujuan yang sedang dilaksanakan
b. Menghindari kegiatan yang tidak efisien
c. Evaluasi terhadap pelayanan yang telah dilakukan.
152
b. Kelengkapan. Koleksi perpustakaan diusahakan tidak hanya terdiri dari
buku teks, tetapi juga bidanng ilmu yang berkaitan dengan program yang
ada dalam kurikulum.
c. Kemutakhiran, unsur-unsur dalam Kemuktahiran bahan pustaka dapat
dilihat dari tahun terbit.
d. Kerjasama. Unsur-unsur yang terkait dalam pembinaan koleksi, harus ada
kerjasama yang harmonis, sehingga pelaksanaan pembinaan koleksi dapat
berjalan dengan baik.273
273
Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Gramedia, 2001), hlm.
49-50.
274
Lasa Hs, Membina Perpustakaan Madrasah dan Sekolah Islam, (Yogyakarta : Adicita Karya
Nusa, 2002), 10-11.
153
f. Bahan pandang dengar.275
154
3) Bahan yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan pengguna.
4) Memilih buku-buku yang berkualitas
5) Sesuai dengan dana yang ada.280
155
4) Inventarisasi. Berikut ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
sehubungan dengan inventaris buku yang ada diperpustakaan:
a) Setiap bahan yang diterima dibubuhi cap perpustakaan pemilik
b) Setiap bahan dicatat dalam Buku Induk dengan kolom-kolom
antara lain:
Nomor urut buku
Tanggal Pendaftaran
Pengarang
Judul
Edisi dan Tahun
Penerbit
Harga (kalau dibeli)
Sumber (kalau hadiah atau tukar menukar).282
282
Ibid., hlm. 62-63.
283
Tjiptono, Pemasaran Jasa, (Malang: Banyumedia, 2007), hlm. 11.
284
Wijayanti, dkk. Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman, (Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional RI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2004), hlm. 71.
156
4. Sistem yang dikembangkan mudah, cepat, dan tepat.285
Para Pustakawan agar dalam melakukan pelayanan dengan
menggunakan prinsip-prinsip pelayanan prima. Prinsip-prinsip itu antara
lain adalah:
1. Attentiveness, penuh perhatian. Dalam hubungannya dengan kehidupan
sosial, sifat penuh perhatian ini diperlukan sebagai bentuk kepedulian
terhadap orang lain, terutama ketika seseorang membutuhkan bantuan.
2. Responsibility, tanggung jawab. Suatu bentuk kesalehan sosial dalam
rangka menerima konsekuensi dari apa yang dilakukan.
3. Competence, kemampuan. Merupakan keahlian yang dimiliki oleh setiap
individu dalam rangka mempertahankan hidup.
4. Responsiveness, kemampuan menanggapi. Merupakan bentuk kemampuan
bereaksi untuk menanggapi sesuatu hal yang muncul dan menggugah
keinginan untuk merespon keberadaannya.286
157
perlengkapan baca yang memadai akan sangat membantu dalam
memberikan layanan yang baik.
4. Pengunjung, Anggota, dan Masyarakat Pengunjung, Anggota, dan pemakai
perpustakaan adalah sasaran utama penyelenggaraan perpustakaan.
Kunjungan mereka ke perpustakaan menjadi salah satu kunci keberhasilan
dari layanan perpustakaan. Kehadiran mereka ke perpustakaan adalah bukti
bahwa mereka merasa membutuhkan perpustakaan, merasa dilayani dengan
baik, dan menemukan apa yang mereka cari.
5. Lingkungan Perpustakaan Lokasi strategis, mudah dikenal dan terjangkau,
bebas banjir, bersih, tenang, sehat, dan kemudahan akses kendaraan.
6. Mitra Kerja Mitra kerja adalah organisasi atau lembaga yang dapat diajak
bekerja sama. Diantaranya adalah, Perpustakaan pemerintah maupun
umum, penerbit, toko buku, agen, distributor dan penyedia sumber-sumber
informasi dan koleksi bahan pustaka lainnya.
7. Anggaran Anggaran yang memadai dan terencana sangat dibutuhkan
pengembangan perpustakaan.287
1. Inventarisasi
Kegiatan inventarisasi ini terdiri atas beberapa pekerjaan yang
antara lain sebagai berikut:
a. Pemeriksaan
Koleksi buku atau bahan pustaka yang sampai di perpustakaan harus
diperiksa, apakah sudah sesuai dengan yang diminta atau tidak, setelah
itu periksa juga bentuk fisik buku, judul, pengarang, dan ciri-ciri lain
287
Wiji Suwarno, Ilmu Perpustakaan dan Kode Etik Pustakawan, hlm. 108-113.
158
yang dianggap perlu. Dan yang paling penting adalah kelengkapan isi
dari buku yang dipesan.
b. Pengecapan atau Pemberian Stempel
Tindakan selanjutnya adalah tindakan pengecapan/pemberian stempel
pada buku yang telah diperiksa. Pembubuhan cap/stempel bisa
dilakukan pada bagian atau halaman tertentu pada setiap buku milik
perpustakaan. Minimal, tiga cap harus dibubuhkan pada setiap buku.
c. Pendaftaran ke Buku Induk
Setiap buku yang masuk ke perpustakaan harus didaftarkan ke dalam
buku induk berdasarkan urutan masuknya buku tersebut ke
perpustakaan, tanpa mempertimbangkan apakah buku tersebut buku
lama atau buku baru. Hal ini gunanya untuk mengetahui seberapa
banyak koleksi buku yang dimiliki perpustakaan. Adapun hal yang
harus dicatat dalam inventarisasi adalah : tanggal, nomor buku, judul
buku, pengarang, penerbit, tahun terbit, tempat terbit, harga, dan
keterangan.288
288
Perpustakaan Nasional RI.. Perpustakaan Sekolah: Suatu Petunjuk Membina,
Memakai, dan Memelihara Perpustakaan di Sekolah. (Jakarta : Perpusnas RI 2014)hlm. 94.
159
buku lain, koleksi buku kanak-kanak atau buku bacaan ringan. Akan tetapi
yang menjadi dasar utama penggolongan koleksi perpustakaan yang paling
banyak dipakai adalah penggolongan isi atau subyek buku. Ini berarti
bahwa buku-buku yang membahas subyek yang sama akan dikelompokkan
bersama-sama.
Ada beberapa macam sistem klasifikasi yang digunakan oleh
perpustakaan di dunia, seperti : Deway Decimal Classification (DDC),
Universal Decimal Classification (UDC), Library of Congress
Classification (LCC), Colon Classification (CC), dan lain-lain. Sistem
klasifikasi yang paling banyak digunakan di beberapa Negara di dunia
termasuk negara Indonesia adalah Deway Decimal Classification
(DDC).289
160
Kelas Utama Divisi Seksi
290
Hamakonda, Towa..Pengantar Klasifikasi Perpsepuluhan Deway. (Jakarta: Gunung Mulia2008)
hlm. 57.
161
F. REFERENSI
162
Wijayanti, dkk. Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman, Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional RI Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, 2004.
Wiji Suwarno, Ilmu Perpustakaan dan Kode Etik Pustakawan, Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2014.
163