NIM : 180810201189
Mata Kuliah : Manajemen Sumber Daya Manusia Lanjutan / D
2. Angka keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum
ternyata masih rendah. Berdasarkan data ILO, Indonesia menduduki peringkat ke–26 dari
27 negara. Sumber: Rudi Suardi, "Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan
Kerja". Dimana bidang kontruksi ternyata masih menjadi peringkat pertama penyumbang
tingginya angka kecelakaan kerja. Beberapa diantaranya adalah kasus ambruknya crane
proyek double – double track (DDT) kereta api di Jatinegara Jakarta Timur pada tahun
2018 akibat kelalaian operator (human error) dan Standar Operasional Prosedur (SOP)
tidak dijalankan dengan semestinya sehingga menewaskan 4 pekerjanya. Menyikapi
kasus tersebut, bagaimana sikap dan argumentasi anda mengenai masih buruknya
implementasi dan rendahnya kesadaran dari perusahaan maupun tenaga kerja
terhadap K3 serta berikan teori yang memadai!
Jawab:
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan proses perlindungan pekerja dalam
kegiatan yang dilakukan pekerja pada suatu perusahaan atau tempat kerja yang
menyangkut risiko baik jasmani dan rohani para pekerja. Undang – undang tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia sudah memadai, hal ini telah tercantum
dalam undang – undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja. Namun dalam
penerapannya, masih banyak perusahan yang belum menerapkan undang – undang
tersebut terhadap pekerjanya, sehingga dalam melakuan pekerjaan masih banyak pekerja
yang mengalami kecelakaan. Padahal, perlindungan kerja merupakan kewajiban
perusahaan demi menjaga lingkungan dan mencegah kecelakaan kerja.
Kecelakaan biasanya timbul sebagai hasil gabungan dari beberapa faktor. Dari
beberapa teori tentang faktor penyebab kecelakaan yang ada, salah satunya yang sering
digunakan adalah teori tiga faktor utama (Three Main Factor Theory). Menurut teori ini
disebutkan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Ketiga
faktor tersebut adalah faktor manusia, faktor lingkungan, dan faktor peralatan. Dari kasus
yang terjadi, dapat dilihat bahwa faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja tersebut
berasal dari faktor manusia. Memang, dari data statistik kecelakaan didapatkan bahwa
85% sebab kecelakaan adalah karena faktor manusia. (Suma’mur PK., 1989:3). Didalam
Teori Tiga Faktor Utama, faktor manusia juga mencakup variabel perilaku sebagai faktor
individual yang mempengaruhi tingkat kecelakaan. Hal ini menyangkut pada sikap
ceroboh pekerja hingga menimbulkan terjadinya kecelakaan dalam kerja. Akan tetapi,
meskipun kepribadian, sikap karyawan, dan karakteristik individual karyawan tampaknya
berpengaruh pada kecelakaan kerja, namun hubungan sebab akibat masih sulit dipastikan
(Robert L. Mathis, 2002:226).
Rendahnya pemahaman / kesadaran K3 baik dari perusahaan maupun tenaga kerja
karena seringkali K3 dianggap sebagai cost atau beban biaya, bukan sebagai investasi
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Oleh karena itu, menyikapi hal tersebut
menurut saya upaya membangun kesadaran akan pentingnya K3 harus terus ditanamkan
sejak dini. Para pengusaha, pekerja, dan masyarakat umum harus dilibatkan secara terus
menerus sehingga keselamatan kerja menjadi hal yang diutamakan. Pelaksanaan pelatihan
K3 juga sebaiknya diadakan secara rutin atau teratur dengan mengikut sertakan seluruh
elemen perusahaan. Selain itu, mengontrol dan memperbaiki sarana prasarana yang telah
menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja juga harus diutamakan guna meminimalisir
terjadinya kecelakaan kerja. Peralatan standar keselamatan dan kesehatan kerja pada
proyek konstruksi sangatlah penting dan wajib digunakan untuk melindungi seseorang dari
kecelakaan ataupun bahaya yang mungkin terjadi dalam proses konstruksi. Mengingat
pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja maka semua perusahaan kontraktor
berkewajiban menyediakan semua keperluan peralatan / perlengkapan perlindungan diri
atau Personal Protective Equipment (PPE) untuk semua karyawan yang bekerja (Ervianto,
2005).