Anda di halaman 1dari 2

NAMA : NI PUTU BUDI ASTITI SUWARTINI

NIM : 031183296
UPBJJ : DENPASAR,BALI
TUGAS TUTORIAL KE-3
HUBUNGAN INDUSTRIAL

1 .Konflik dalam hubungan industrial kerap kali terjadi di Indonesia. Salah satunya kasus
pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sepihak. Sebagai contoh, sengketa PHK antara PT
Besmindo dan karyawannya. Tindakan manajemen PT Besmindo yang memecat tanpa
pemberitahuan dianggap sewenang-wenang. Untuk menyimak inti permasalahan dan
konklusinya, simak ulasan berikut ini.

2, Jenis perselisihan ini termasuk jenis perselisihan


Sengketa Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) merupakan hal paling sensitif bagi pekerja. Jika eksekusi PHK
tidak sesuai aturan yang berlaku, bisa menimbulkan perselisihan. Sebagai contoh, PHK
dilakukan secara sepihak oleh perusahaan kepada karyawannya. Hal ini mungkin menyinggung
hati karyawan sehingga menuntut keadilan dari perusahaan.
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, PHK hanya bisa
dilakukan dengan syarat tertentu. Misalnya,  pekerja meninggal dunia, memasuki umur
pensiun, atau melakukan pelanggaran. Pekerja pun boleh mengajukan PHK jika ada hak-hak
yang tidak dipenuhi, seperti pemberian upah standar dan perlakuan baik

Alasan saya “ karena perselisihan ini melibatkan tempat kerja yang mananya perselisihan ini
melibatkan karyawan dengan atasan

IDENTIFIKASI MASALAH

 Penjelasan Masalah
Tepat pada bulan November tahun 2011, PT Besmindo memutuskan hubungan kerja dengan
empat orang karyawannya. Namun, keputusan PHK tersebut dilakukan secara sepihak. Hal ini
membuat para karyawan geram sehingga melaporkan tindakan PT Besmindo ke polisi. Dugaan
sementara, perusahaan mengintimidasi karena penggabungan beberapa karyawan ke Serikat
Buruh Cahaya Indonesia (SCBI).
Namun, manajemen PT Besmindo memilih bungkam atas kasus ini. Bahkan, ketika dihubungi
tim HRD, manajemen tidak memberikan respon. Baik panggilan lewat ponsel, maupun pesan
singkat (SMS), diabaikan oleh petinggi perusahaan.
 Analisis Inti Permasalahan dari Sudut Pandang Hukum
Untuk menyelesaikan kasus PT Besmindo, terlebih dahulu harus menganalisis permasalahan
berdasarkan hukum. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan telah
mencantumkan aturan berakhirnya perjanjian kerja atau PHK dalam pasal 61. Berikut ini bunyi
pasal 61 ayat 1.
“Perjanjian kerja berakhir apabila :
1. pekerja meninggal dunia;
2. berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja;
3. adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau penetapan lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; atau
4. adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian kerja,
peraturan kerja perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan
berakhirnya hubungan kerja.”
Selain itu, pasal 151 juga menegaskan, bahwa tindakan PHK harus dirundingkan dengan
pekerja, serikat pekerja, atau pengusaha. Berikut ini bunyi kutipan pasal 151 ayat 2.
“Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan kerja tidak dapat
dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib dirundingkan oleh pengusaha dan
serikat pekerja/serikat buruh atau dengan pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang
bersangkutan tidak menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh.”
Jika ditinjau dari undang-undang tersebut, PT Besmindo telah melakukan tindakan yang
melanggar hukum. Pertama, perusahaan ini mengabaikan keberadaan serikat pekerja atau
pekerja dengan memutuskan hubungan kerja secara sepihak. Dalam kasus tersebut,
manajemen tidak pernah mengadakan perundingan sebelum mengeluarkan keputusan PHK.
Kedua, jika terbukti ada intimidasi, PT Besmindo terjerat pasal 104 ayat 1 yang berbunyi :
“Setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh.”
Sesuai pasal di atas, seharusnya, PT Besmindo tidak memiliki hak untuk mencegah atau
mengintimidasi karyawannya yang bergabung di SCBI. Supaya masalah ini bisa diselesaikan,
manajemen perusahaan dan karyawan tersebut harus melakukan perundingan bipartit. Jika
belum mencapai kesepakatan, selanjutnya melewati tahap mediasi hingga ke Pengadilan
Hubungan Industrial.

3.Penyelesaian masalahnya menurut saya “


Sebenarnya, perkara PT Besmindo dan karyawannya bisa dicegah dengan komunikasi yang baik.
Artinya, sebelum bergabung di serikat pekerja, karyawan mengungkapkan kepada manajemen
perusahaan. Sebaliknya, manajemen perusahaan pun tidak boleh memutuskan hubungan kerja
secara sepihak. Apalagi Indonesia memiliki aturan khusus mengenai ini. Korporasi mana pun
dilarang melakukan tindakan sewenang-wenang terhadap pekerja/buruh.
Itulah ulasan seputar penyelesaian sengketa di Pengadilan Hubungan Industrial. Sebagai negara
hukum, Indonesia memiliki aturan yang jelas tentang ketenagakerjaan. Jadi, tidak ada salahnya,
pengusaha mematuhi peraturan
Sumber : https://bplawyers.co.id › 2017/10/24 › penyelesaian-sengketa-di-
pengadilan
Sumber : BMP EKMA 4367 / MODUL 5.4 – 5.12

Anda mungkin juga menyukai