Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERJANJIAN KERJA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Terstruktur

Mata kuliah Hukum Ketenagakerjaan pada Semester III

Tahun Akademik 2020/2021

Nama : Decky Pratama Priyadi

NPM : 157420165419

SEMESTER/KELAS : III/B

FAKULTAS : Ilmu Hukum

FAKULTAS ILMU HUKUM

UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah menciptakan kami
dalam keadaan mencintai agama-Nya dan berpegang pada syariat-Nya,
sehingga kamidapat menyelesaikan dan menyusun makalah HUKUM
KETENAGAKERJAAN mengenai “ Perjanjian Kerja”.
Makalah ini tidak akan terbentuk suatu laporan yang baik dan benar
jika tidak ada orang-orang yang demikian sabar membantu dan
membimbing kami, maka dari itu kami ingin mengucapkan terima kasih

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan


ketidak sempurnaan seperti yang diinginkan dan diharapkan. Oleh karena
itu, kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca dan berbagai pihak demi kelengkapan dan penyempurnaan
segala kekurangan dari makalah ini. Dengan mengharapkan Ridho dari
Allah SWT semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
umumnya dan bagi kami khususnya. Akhirnya, mudah-mudahan upaya
kami dalam membuat makalah ini dicatat oleh Allah SWT sebagai amal
yang shaleh. Amin.

Selong, November 2020

Penyusun

DECKY PRATAMA PRIYADI

2
DAFTAR ISI

JUDUL..................................................................................................................1

KATA PENGANTAR .............................................................................................2

DAFTAR ISI ...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................4

A. Latar Belakang Masalah..............................................................................4


B. Rumusan Masalah.......................................................................................6
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................7

BAB III PEMBAHASAN.........................................................................................8

A. Pengertian....................................................................................................8
B. Ketentuan Hukum Perjanjian Kerja..............................................................10
C. Unsur-Unsur Perjanjian Kerja......................................................................12
D. Bentuk dan Jangka Waktu Perjanjian Kerja ...............................................13
E. Kewajiban Pihak-Pihak Dalam Perjanjian Kerja..........................................15

BAB III PENUTUP..................................................................................................18

Kesimpulan........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangMasalah

Hubungan kerja adalah hubungan antara pekerja atau buruh


dengan pengusaha/ pemberi kerja yang terjadi setelah adanya
perjanjian kerja atau berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai
unsur pekerjaan, upah dan perintah. Oleh karena itu hubungan
kerja merupakan hubungan hukum antara pekerja dan pemberi
kerja, yang terikat dengan adanya perjanjian kerja.

Hubungan kerja terjadi setelah adanya perjanjian kerja


antara pengusaha dengan pekerja atau buruh. Pekerja atau buruh
adalah setiap orang yang
bekerjadenganmenerimaupahatauimbalandalam bentuk
lain.Perjanjian kerja yaitu perjanjian antara pekerja atau buruh
dengan pengusaha atau pemberi pekerja yang memuat syarat-
syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak, perjanjian kerja bisa
dibuat secara tertulis maka harus dibuat sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Perjanjian kerja sebagai sarana pendahulu sebelum


berlangsungnya hubungan kerja, harus diwujudkan dengan sebaik-
baiknya, dalam arti mencerminkan keadilan baik bagi pengusaha
maupun bagi buruh, karena keduanya akan terlibat dalam suatu
hubungan kerja.

Di dunia barat kehidupan masyarakat seperti halnya


merupakan arena pertarungan antara kepentingan-kepentingan
perseorangan yang saling bertentangan, sedangkan didalam

4
lingkungan masyarakat Indonesia adalah tempat kerjasama dimana
anggota melakukan tugas tertentu menurut pembagian kerja yang
tertatur menuju tercapainya cita-cita bersama, yaitu masyarakat adil
dan makmur.

Dalam masyarakat Indonesia yang demikian itu, misalnya


dicerminkan dalam asas pokok yang mengatakan bahwa
perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas
asas kekeluargaan, soal pemburuhan nanti bukan lagi semata-
mata soal melindungi pihak yang perekonomiannya lemah terhadap
pihak yang perekonomiannya kuat untuk mencapai adanya
keseimbangan antara kepentingan yang berlainan, melainkan juga
soal menemukan jalan dan cara yang sebaik-baiknya, dengan tidak
meninggalakan sifat kepribadian dan kemanusiaan, bagi setiap
orang yang melakukan pekerjaan, untuk mendapatkan hasil yang
sebaik-baiknya dari tiap pekerjaan yang sudah ditentukan menjadi
tugasnya dan sebagai imbalan atas jerih payanhnya itu
mendapatkan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Oleh
karena itu harus diatur dan perlu adanya suatu ikatan antara
pekerja dan majikan.

Masa pembangunan nasional sekarang ini faktor tenaga


kerja merupakan sarana sangat dominan di dalam kehidupan
bangsa. Landasan Konstitusional yang mengatur ketenagakerjaan
telah dituangkan pada pembukaan dan batang tubuh undang-
undang dasar 1945. Perihal isi ketentuan dalam batang tubuh yang
ada relevansinya dengan masalah ketenagakerjaan, terutama
ditentukan dalam pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan
“tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan”.

5
Di negara kita Republik Indonesia didalam segi kehidupan
ketenagakerjaan terbentang berbagai masalah dan kendala.
Misalnya tentang kesenjangan antara semakin membengkaknya
jumlah pencari kerja dengan sedikitnya kesempatan kerja yang
tersedia, kurang tersedianya tenaga kerja yang terampil dan
berpengalaman

Bentuk kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi


tenaga kerja dilakukan melalui pelaksanaan dan penerapan
perjanjian kerja. Karena dengan adanya perjanjian kerja diharapkan
para pengusaha atau majikan tidak lagi memperlakukan para
pekerja dengan sewenang-wenang, memutuskan hubungan kerja
secara sepihak tanpa memperhatikan kebutuhan para pekerja serta
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Di dalam perjanjian kerja diletakkan segala hak dan


kewajiban secara timbal balik antara pengusaha / majikan dan
pekerja. Dengan demikian kedua belah pihak dalam melaksanakan
hubungan kerja telah terikat pada apa yang mereka sepakati dalam
perjanjian kerja maupun peraturan perundang-undangan yang
berlaku.Suatu perjanjian kerja, baik dalam bentuk sederhana
maupun secara formal. Hubungan kerja sebagai realisasi dari
perjanjian kerja hendaknya menentukan kedudukan masing-masing
pihak pada dasarnya akan menggambarkan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban pengusaha / majikan terhadap pekerja secara
timbal balik.

2.1 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Perjanjian Kerja?
2. Apa Ketentuan Hukum Perjanjian Kerja ?
3. Apa saja yang menjadi Unsur-Unsur dalam suatu Perjanjian
Kerja?

6
4. Bagaimana Kewajiban Pihak-Pihak dalam suatu Perjanjian
Kerja?

3.1 Tujuan Penulisan


1. Untukmengetahuipengertianperjanjiankerja.
2. Untukmengetahuiketentuan hukumperjanjiankerja.
3. Untukmengetahuiunsur- unsurdalamsuatuperjanjiankerja.
4. Untukmengetahuikewajibanpihak –
pihakdalamsuatuperjanjiankerja.

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perjanjian Kerja

Dalam suatu perjanjian tentunya ada para pihak yang


melakukan perjanjian tersebut. Begitu juga halnya dengan
perjanjian kerja, dalam perjanjian kerja pihak-pihak itu adalah
pekerja dan pemberi kerja (pengusaha / majikan). Dalam undang-
undang No. 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan menyebutkan
pekerja adalah “tenaga kerja yang bekerja diluar maupun didalam
hubungan orang atau badan hukum yang mempekerjakan buruh”.
Di sini yang dimaksud dengan buruh adalah pekerja.

Hubungan antara pihak-pihak dalam ketenagakerjaan tidak


dapat diserahkan sepenuhnya kepada para pihak (pekerja dan
pemberi kerja), apalagi dalam hal terjadinya permasalahan dalam
hubungan kerja. Tujuannya adalah untuk menciptakan keadilan
sosial di bidang ketenagakerjaan. Karena dapat dipastikan pihak
yang kuat akan selalu ingin menguasai pihak yang lemah (homo
homoni lupus). Atas dasar inilah pemerintah perlu turut serta dalam
masalah ketenagakerjaan melalui peraturan perundang-undangan
yang menjadi objek keikutsertaan pemerintah terutamanya
menyangkut keselamatan, kesehatannya, upah yang layak dan
sebagainya. Akan tetapi tentunya pemerintah juga memperhatikan
kepentingan pengusaha yakni kelangsungan perusahaannya.
Menurut Sudikno Mertokusumo, Perjanjian adalah subjek
hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk
menimbulkan akibat hukum. Pasal 1313 KUHPerdata
mendefinisikan perjanjian sebagai suatu perbuatan dengan mana

8
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau
lebih lainnya. Oleh karena itu, pengertian seperti ini mengandung
makna dan cakupan yang luas atau umum sekali sifatnya.

Perjanjian kerja dalam bahasa Belanda disebut


Arbeidsoverenkoms, yang artinya perjanjian kerja. Kemudian dalam
pasal 1601 a KHUPerdata secara khusus mendefinisikan mengenai
perjanjian kerja.“Perjanjian kerja adalah perjanjian dimana pihak
yang satu si buruh, mengikatkan dirinya untuk di bawah
perintahnya pihak lain, si majikan untuk suatu waktu tertentu,
melakukan pekerjaan dengan menerima upah”.

DalamUndang-UndangNomor 13 Tahun 2003, menyatakan :


Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan
pengusaha atau pemberi kerja yang memuatsyarat-syaratkerja,
hak, dan kewajiban para pihak. Ada pendapat para ahli tentang
pengertian perjanjian kerja, yaitu :
Prof. Subekti, S.H. menyatakandalam bukunya aneka
perjanjian, disebutkan bahwa perjanjian kerja
adalahperjanjianantaraseorangburuhdengan seorang majikan,
perjanjian ditandai dengan adanya suatu upah atau gajitertentu
yang diperjanjikandanadanyasuatuhubungan di peratas
(bahasaBelanda “dierstverhanding”) yaitu suatu hubungan
berdasarkan mana pihak satu(majikan) berhak memberi perintah-
perintah yang harus ditaati oleh pihak lain(buruh).
A.Ridwanhalim, S.H. dalam bukunya sari hukum perburuhan
aktual, menyatakan pengertian perjanjian kerja adalah suatu
perjanjian yang diadakan antara majikan tertentu dan karyawan,
yang umumnya berkenaan dengan persyaratan yang
secaratimbalbalikharusdipenuhiolehkedua belah pihak.
Wiwohosoedjono, S.H. dalam bukunya hukum perjanjian
kerja, menyatakan bahwa pengertian perjanjian kerja

9
adalahhubunganantarasseorang yang bertindaksebagai pekerja
atau buruh dengan seseorang yang bertindak sebagai majikan.
Pakar hukum perburuhan Indonesia, yaitu Prof. R. Iman
soepomo, S.H yang menerangkan bahwa perihal pengertian
tentang perjanjian kerja. Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian
dimana pihak kesatu, buruh, mengikatkan diri untuk bekerja dengan
menerima upah pada pihak lainnya, majikan, yang mengikatkan diri
mengerjakan buruh itu dengan membayar upah.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
dalam suatu perjanjian terdapat dua pihak, dimana hanya satu
pihak yang memberikan perintah sedangkan pihak lain
menjalankan perintah tersebut dengan mendapatkan upah.
Kedudukan yang tidak sama ini disebut sebagai subordinasi.
Oleh karena itu adanya perbedaan yang prinsip antara
perjanjian umum dengan perjanjian kerja tidak dapat dipungkiri.
Sebab dalam perjanjian pada umumnya yang membuat perjanjian
mempunyai derajat yang sama serta mempunyai hak dan
kewajiban yang sama atau seimbang. Perjanjian kerja juga
dikatakan hampir mirip dengan perjanjian pemborongan yaitu
sama-sama menyebutkan bahwa pihak-pihak yang satu menyetujui
untuk melaksanakan pekerjaan bagi pihak yang lain dengan
pembayaran tertentu.

2.2 Ketentuan Hukum Perjanjian Kerja


Suatu perjanjian yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu
bisa dikatakan sebagai suatu perjanjian yang sah dan sebagai
akibatnya perjanjian akan mengikat sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya. Oleh karena itu agar keberadaan suatu
perjanjian diakui oleh undang-undang (legally concluded contract)
haruslah sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh
undang-undang. Sebagaimana diatur dalam pasal 1320

10
KUHPerdata. Ketentuan ini juga tertuang dalam pasal 52 ayat 1
Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang
menyebutkan bahwa perjanjian kerja dibuat atas dasar :
1. Sepakat kedua belah pihak;
2. Kemampuan atau Kecakapan untuk melakukan perbuatan
hukum;
3. Adanya pekerja yang diperjanjikan;
4. Pekerja yang diperjanjikan tidak boleh bertentangan dengan
ketertiban umum, kesusilaan dan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
Kesepakatan kedua belah pihak yang melakukan perjanjian
haruslah bersepakat setuju dengan tanpa adanya paksaan atau
tekanan dari pihak lain. Tidak adanya kekeliruan atau penipuan
oleh salah satu pihak. Oleh karena itu kesepakatan adalah unsur
utama.
Kecakapan membuat suatu perjanjian maksudnya mereka
yang dikategorikan sebagai pendukung hak dan kewajiban adalah
orang atau badan hukum. Sedangkan suatu sebab yang halal
maksudnya ialah tidak dilarang oleh undang-undang, tidak
bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum.
Dalam suatu perjanjian terdapat beberapa azas, yaitu:
a. Azas kebebasan berkontrak atau open system (freedom of
contract).
Azas utama dalam perjanjian adalah azas keterbukaan (open
system), maksudnya adalah setiap orang bebas melakukan
perjanjian apa saja dengan siapa saja. Dalam perjanjian kerja
azas kebebasan berkontrak maupun azas yang utama.
b. Azas konsensual atau azas kekuasaan bersepakat
Maksud dari azas ini adalah bahwa perjanjian itu ada sejak
tercapainya kata sepakat, antara pihak yang mengadakan

11
perjanjian. Artinya yang paling utama adalah terpenuhinya kata
sepakat dari mereka yang membuat perjanjian.
c. Azas kelengkapan atau optimal system
Maksud Azas ini adalah apabila para pihak yang mengadakan
perjanjian, berkeinginan lain, mereka menyingkirkan pasal-pasal
yang ada pada undang-undang. Akan tetapi jika secara tegas
ditentukan di dalam suatu perjanjian, maka ketentuan pada
undang-undanglah yang dinyatakan berlaku.

2.3 Unsur-Unsur Dalam Perjanjian Kerja


Berdasarkan penjelasan pengertian tentang perjanjian kerja
yang dijelaskan sebelumnya dapat ditentukan unsur-unsur dari
perjanjian kerja yaitu:
a. Adanya unsur work atau pekerjaan.
Dalam suatu perjanjian kerja harus ada pekerjaan yang
diperjanjikan (objek perjanjian), pekerja tersebut haruslah
dilakukan sendiri oleh pekerja, hanya dengan seizin majikan
dapat menyuruh orang lain. Hal ini dijelaskan dalam
KUHPerdata pasal 1603 a yang berbunyi :
“Buruh wajib melakukan sendiri pekerjaannya : hanya dengan
seizin majikan ia dapat menyuruh orang ketiga
menggantikannya”.
Sifat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja itu sangat pribadi
karena bersangkutan dengan keterampilan atau
keahliannya,maka menurut hukum jika pekerja meninggal dunia
maka perjanjian kerja tersebut putus demi hukum.
b. Adanya unsur perintah(Commend)
Manifestasi dari pekerjaan yang diberikan kepada pekerja oleh
pengusaha adalah pekerja yang bersangkutan haruslah tunduk
pada perintah pengusaha untuk melakukan pekerjaan sesuai
dengan yang diperjanjikan. Disinilah perbedaan hubungan kerja

12
dengan hubungan lainnya. misalnya hubungan antara dokter
dengan pasien, pengacara dan klien. Hubungan tersebut bukan
merupakan hubungan kerja, karena dokter dan pengacara tidak
tunduk pada perintah pasien dan klien.

c. Unsur waktu (Time)


Bahwa dalam melakukan hubungan kerja tersebut, haruslah
dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam
perjanjian kerja atau perundang-undangan.
d. Unsur upah (pay)
Upah memegang peranan penting dalam hubungan kerja
(perjanjian kerja), bahkan dapat dikatakan bahwa tujuan utama
seorang pekerja bekerja pada pengusaha adalah untuk
memperoleh upah. Sehingga jika tidk ada unsur upah, maka
suatu hubungan tersebut bukan merupakan hubungan .
Upah maksudnya adalah imbalan prestasi yang wajib dibayar
oleh majikan untuk pekerjaan itu yang dilakukan oleh pekerja.
Jika pekerja diharuskan memenuhi prestasinya melakukan
pekerjaan di bawah perintah orang lain (majikan / pengusaha),
maka pihak pemberi kerja wajib pula memenuhi prestasinya,
berupa pembayaran atas upah. Upah merupakan hubungan
kontraktual antara penerima kerja dan pemberi kerja.
Pemberian majikan yang tidak wajib kepada pekerja tidak
dikategorikan sebagai upah. Lazimnya pembayaran upah
diberikan dalam bentuk uang. Akan tetapi tidak menutup
kemungkinan pemberian upah dalam bentuk barang.

2.4 Bentuk dan Jangka Waktu Perjanjian Kerja


Perjanjian kerja dapat dibuat dalam bentuk lisan dan/atau
tertulis (Pasal 5 Ayat 1 Undang-Undang No 13 Tahun 2003).
Secara normatif bentuk tertulis menjamin kepastian hak dan

13
kewajiban para pihak, sehingga jika terjadi perselisihan akan
sangat membantu dalam proses pembuktian
Dalam pasal 14 undang-undang No. 25 tahun 197
tentang ketenagakerjaan menyebutkan bahwa perjanjian kerja
yang dibuat tertulis sekurang-kurangnya memuat:
a) Nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha;
b) Nama, jenis kelamin, umur, dan alamt pekerja/buruh;
c) Jabatan atau jenis pekerjaan;
d) Tempat Pekerjaan;
e) Besarnya Upah dan Cara Pembayarannya;
f) Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban
pengusaha dan pekerja/buruh
g) Mulai dan jangka waktu berlakunya melakukan perjanjian
kerja;
h) Tempat, tanggal perjanjian kerja dibuat.
i) Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja
Perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu
harus dibuat secara tertulis. Ketentuan ini dimaksudkan
untuk lebih menjamin atau menjaga hal-hal yang tidak
diinginkan sehubungan dengan berakhirnya kontrak kerja.
Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak boleh
mensyaratkan adanya masa percobaan. Masa percobaan
adalah masa atau waktu untuk menilai kinerja dan
kesungguhan, keahlian seorang pekerja. Lama percobaan
adalah 3 (tiga) bulan, dalam masa percobaan pengusaha
dapat mengakhiri hubungan kerja secara sepihak (tanpa
izin dari pejabat yang berwenang). Ketentuan yang tidak
membolehkan adanya masa percobaan dalam perjanjian
kerja untuk waktu tertentu karena perjanjian kerja
berlangsung relatif singkat. Dalam masa percobaan ini

14
pengusaha dilarang membayar upah dibawah upah
minimum yang berlaku.
Dalam pasal 59 ayat 1 Undang-Undang No 13
Tahun 2003 menyebutkan bahwa Perjanjian Kerja untuk
waktu tertentu hanya dibuat untuk pekerjaan tertentu yang
menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan
selesai dalam waktu tertenu, yaitu :
a. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang
sementara sifatnya;
b. Pekerjaan yang dipekerjakan penyelesaiannya
dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling
lama 3 (tiga) tahun.
c. Pekerjaan yang bersifat musiman.
d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk
baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang
masih dalam percobaan atau penjajakan.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka jelas bahwa
perjanjian kerja untuk waktu tertentu atau kontrak
bahwa perjanjian kerja untuk waktu tertentu atau
kontrak hanya dapat dilakukan untuk jenis dan sifat
pekerjaan seperti disebutkan diatas dan tidak dapat
diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap.

2.5 Kewajiban Pihak-Pihak dalam Perjanjian Kerja


Hak dan kewajiban antara pihak yang satu dengan pihak
yang lainnya merupakan suatu kebalikan, jika disatu pihak
merupakan hak maka dipihak lain adalah sebuah kewajiban.
a. Kewajiban-kewajiban pihak pekerja/Buruh
Dalam KUHPerdata ketentuan mengenai kewajiban
buruh/pekerja diatur dalam pasal 1603, 1203 a, 1603 b, dan

15
1603 c KUHPerdata yang pada intinya dari kewajiban-
kewajiban pihak pekerja, yaitu:
- Pekerja wajib melakukan pekerjaannya, melakukan pekerjaan
adalah tugas utama dari seorang pekerja yang harus
dilakukan sendiri, meskipun demikian dengan seizin majikan
dapat diwakilkan. Hal ini mengingat bahwa pekerjaan yang
dilakukan oleh pekerja itu sangat pribadi sifatnya karena
berkaitan dengan masalah keterampilan atau keahlian.
- Pekerja wajib menaati peraturan dan petunjuk majikan /
pengusaha, aturan perusahaan sehingga menjadi lebih jelas.
- Kewajiban membayar ganti rugi dan denda, jika pekerja
melakukan perbuatan yang merugikan perusahaan baik
karena kesengajaan / kelalaian maka sesuai dengan prinsip
hukum wajib membayar ganti rugi. Ada Azas yang
menyatakan perbuatan melanggar hukum dapat menimbulkan
ganti rugi (Azas demnum in iura datum)
b. Kewajiban-kewajiban majikan / pengusaha
Berikut adalah kewajiban-kewajiban majikan /
pengusaha, dalam hukum ketenagakerjaan :
- Kewajiban membayar upah.
Kewajiban yang utama adalah pembayaran upah sebagai
akibat langsung pelaksanaan perjanjian oleh pekerja.
Pembayaran upah ahrus dilakukan tepat waktu. Pembayaran
upah diatur pula jika si pekerja berhalangan karena alasan
tertentu misalnya alasan sakit, menjalankan cuti, melakukan
tugas negara dan lain sebagainya.
- Kewajiban untuk memberikan istirahat/cuti.
Pihak majikan atau pengusaha diwajibkan untuk memberikan
istirahat kepada pekerja. Seperti istirahat antara jam kerja
selama 4 jam terus menerus dan waktu tersebut tidak
termasuk jam kerja. Selain itu pengusaha juga berkewajiban

16
untuk meberikan cuti tahunan kepada pekerja secara teratur.
Hak atas cuti ini penting, tujuannya untuk menghilangkan
kejenuhan pekerja dalam melakukan pekerjaan. Dengan
demikian, diharapkan gairah kerja akan tetap stabil. Cuti
tahunan yang lamanya 12 hari kerja. Selain itu pekerja juga
berhak atas cuti panjang selama 2 bulan setelah bekerja
terus-menerus selama 6 tahun pada suatu perusahaan (Pasal
79 ayat 2 Undang-Undang No 13 Tahun 2003).
- Kewajiban mengurus perawatan dan pengobatan
Majikan wajib mengurus perawatan/pengobatan bagi pekerja
yang bertempat tinggal dirumah majikan (Pasal 1602x
KUHPerdata). Dalam perkembangan hukum ketenagakerjaan,
kewajiban ini tidak hanya terbatas bagi pekerja yang tidak
bertempat tinggal dirumah majikan. Perlindungan bagi tenaga
kerja yang sakit, kecelakaan, kematian telah dijamin melalui
perlindungan Jamsostek sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang No 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Terhadap
Tenaga Kerja (Jamsostek).
- Kewajiban memberikan surat keterangan
Kewajiban ini didasarkan pada ketentuan Pasal 1602 a
KUHPerdata yang menentukan bahwa majikan/pengusaha
wajib memberikan surat keterangan yang diberi tanggal dan
dibubuhi tanda tangan. Dalam surat pekerjaan yang dilakukan,
lamanya hubungan kerja (masa kerja) surat keterngan itu juga
diberikan meskipun inisiatif pemutusan hubungan kerja
datangnya dari pihak pekerja surat keterangan tersebut sangat
penting artinya sebagai bekal pekerja dalam mencari
pekerjaan baru, sehingga ia diperlakukan sesuai dengan
pengalaman kerjanya
- Kewajiban majikan untuk memberlakukan sama antara
pekerja pria dan pekerja wanit

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 perjanjian kerja pihak-pihak itu adalah pekerja dan pemberi
kerja (pengusaha / majikan). Dalam undang-undang No. 25
tahun 1997 tentang ketenagakerjaan menyebutkan pekerja
adalah “tenaga kerja yang bekerja diluar maupun didalam
hubungan orang atau badan hukum yang mempekerjakan
buruh”.Dalamperjanjiankerjahanya satu pihak yang
memberikan perintah sedangkan pihak lain menjalankan
perintah tersebut dengan mendapatkan upah. Kedudukan
yang tidak sama ini disebut sebagai subordinasi.
 Dalam hukum perjajian kerja juga tidak boleh ada paksaan
ada dua belah pihak baik pengusaha maupun pekerja yang
dipekerjaan disuatu perusahaan karena sudah ada aturan
yang berlaku juga.
 Dalam Unsur-Unsur Perjanjian Kerja harus jelas apa aja yang
termasuk dalam unsurnya yaitu :
a) Adanya unsur work atau pekerjaan.
b) Adanya unsur perintah
c) Unsur waktu (Time)
d) Unsur upah (pay)
Dan sudahdiaturjugapasal 14 undang-undang No. 25
tahun 197 tentang ketenagakerjaan
 perjanjian kerja untuk waktu tertentu atau kontrak bahwa
perjanjian kerja untuk waktu tertentu atau kontrak hanya dapat
dilakukan untuk jenis dan sifat pekerjaan seperti disebutkan
diatas dan tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat
tetap.

18
 DalamsuatuperjanjiankerjajugaharusadaKewajiban Pihak-
Pihak yang mempunyaikewajibannyamasing-masingyaitu :
a) Kewajiban-kewajiban pihak pekerja
b) Kewajiban-kewajiban majikan / pengusa

19
DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir, Muhammad. 1980. Hukum Perjanjian. Bandung : Alumni.


Djumadi, S.H., M. Hum.2004.Perjanjian Kerja.Banjarmasin: PT.
Rajagrafindo Persada,
Husni Lalu, S.H., Hum.2000.Pengantar Hukum Ketenagakerjaan
Indonesia.Mataram: PT. Rajagrafindo Persada
Subekti R.1995.Aneka perjanjian. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.
Subekti R. 2004.Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.Jakarta: PT
Pradnya Paramita

20

Anda mungkin juga menyukai