PERSONAL RESUME
DATA DIRI
Nama : Wendy Agus Budiawan., SH., MH
Tempat / tanggal lahir : Surabaya / 28 Agustus 1985
Alamat : Green Lake C1 - 17, Surabaya
No. telepon : 08123089407
Email : wendyagus@gmail.com
PENDIDIKAN FORMAL
•Fakultas Hukum, Universitas Surabaya
•Magister Hukum, Universitas Airlangga
PENGALAMAN KERJA
• PT. Campina Ice Cream Industry (HR. Industrial Relations & Legal)
• Konsultan Hukum “Indonesian Legal Advisor”
•Dosen Fakultas Hukum, Universitas Yos Soedarso
•Dosen Fakultas Hukum, Universitas Surabaya
•Hakim Ad hoc Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Manado
KETERLIBATAN ORGANISASI
•Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI)
•APINDO Jawa timur
•Forum Komunikasi Manajemen Kawasan Industri SIER
•Kader Norma Ketenagakerjaan Jawa Timur (Sekjen)
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
HUBUNGAN INDUSTRIAL
PENDAHULUAN
1. Perselisihan Hak :
Perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak, akibat
17
PENYELESAIAN PHI
1. Bipartit dilakukan di perusahaan yang bersangkutan (Pasal 6)
2. Mediasi dilakukan oleh mediator yang berada di setiap kator instansi yang
bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota (Pasal 8)
3. Konsiliasi dilakukan oleh konsiliator yang terdaftar pada kantor instansi yang
bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota (Pasal 17)
4. Arbitrase dilakukan oleh arbiter yang berwenang menyelesaikan perselisihan hubungan
industrial yang telah ditetapkan oleh Menteri, yang wilayah kerjanya meliputi seluruh
wilayah negara RI (Pasal 29-30)
5. Pengadilan Hubungan Industrial yang berada pada lingkungan Peradilan Umum (Pasal 55)
PERUNDINGAN BIPARTIT
Adalah Perundingan antara pekerja/buruh atau Serikat
Pekerja/Serikat Buruh dengan pengusaha untuk
penyelesaian perselisihan hubungan industrial dalam satu
perusahaan
Catatan :
1. Para pihak mencatatkan perselisihan
2. Menyampaikan bukti-bukti
3. Tawaran untuk penyelesaian dengan artbitase/konsiliasi
4. Dalam 7 hari harus ada pilihan
20
Penyelesaian melalui Bipatrit
Mediator hubungan industrial yang selanjutnya disebut mediator adalah pegawai instansi
pemerintah yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan yang memenuhi syarat-syarat
sebagai mediator yang ditetapkan oleh menteri untuk bertugas melakukan mediasi dan
mempunyai kewajiban memberikan anjuran tertulis kepada para pihak yang berselisih untuk
menyelesaikan perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan
kerja, dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan.
MEDIASI : PENGADILAN NEGERI
1. Perselisihan Kepentingan
2. Perselisihan SP/SB
PB MENERIMA TIDAK MENERIMA
3. Perselisihan Hak
4. Perselisihan PHK ≤ 3 HARI KERJA
JAWABAN ANJURAN
≤ 10 HARI
KERJA
ANJURAN TERTULIS 30 HARI
KERJA
≤ 10 HARI KERJA
≤ 7 HARI KERJA
M E D I A T O R
Penyelesaian PHI melalui mediasi bersifat wajib:
Perselisihan kepentingan;
Perselisihan PHK;
≤ 3 HARI KERJA
≤ 10 HARI
KERJA
DAFTAR DI PE H.I. ANJURAN TERTULIS 30 HARI
KERJA
≤ 10 HARI KERJA
≤ 7 HARI KERJA
K O N S I L I A TOR
Konsiliasi
Penyelesaian perselisihan kepentingan;
53
Penyelesian perselisihan melalui Arbitrase :
Bersifat sukarela (voluntary);
Jika keduabelah pihak telah bersepakat untuk menyelesaikan
menteri.
Apa yang dimuat
dalam surat perjanjian Arbitrase ?
Nama lengkap dan alamat atau kedudukan para pihak yang berselisih;
Pokok-pokok persoalan yang menjadi perselisihan diserahkan kepada
arbitrase untuk diserahkan dan diambil putusan;
Jumlah arbiter yang disepakati;
Pernyataan para pihak untuk tunduk dan menjalankan keputusan arbitrase;
dan
Tempat, tanggal pembuatan surat perjanjian, dan tanda tangan pihak yang
berselisih.
Syarat sebagai Arbiter
Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME;
Cakap melakukan tindakan hukum;
Warganegara Indonesia;
Pendidikan sekurang-kurangnya S1;
Berumur sekurang-kurangnya 45 tahuh;
Berbadan sehat sesuai dengan surat keterangan dokter;
Menguasai peraturan perundang-undangan di bidang
ketenagakerjaan yang dibuktikan dengan sertifikat atau tanda
kelulusan telah mengikuti ujian arbitrase;
Memiliki pengalaman di bidang hubungan industrial sekurang-
kurangnya 5 (lima) tahun.
Jangka waktu penyelesaian Arbitrase
Dalam jangka waktu 30 hari kerja sejak
penandatanganan surat perjanjian arbitrase
Setelah menandatangani surat perjanjian tersebut,
keterangannya;
Dibuat berita acara persidangan
PENGADILAN NEGERI
P. Kep & P. ASP
PENGADILAN PERSELISIHAN HUB. FINAL
PIHAK-PIHAK YG
INDUSTRIAL ( 50 HARI KERJA )
BERSELISIH
ARBITER/ MAJELIS ARBITRASE
TDK SELESAI
30 HARI KERJA
MEDIATOR KONSILIATOR
PB
30 HARI KERJA 30 HARI KERJA
SEPAKAT SEPAKAT
P. H 2 PIHAK
P. PHK 2 PIHAK
P. Kep
P. Kep P. PHK/ P. Kep
P. ASP P.sp P. ASP
BIPARTIT PB
Menerima
Menerbitkan Pendaftaran
SKUM Perjanjian
Bersama
Pemeriksaan Menerima
Pendaftaran
persyaratan/ Akta
kelengkapan Perdamaian/Ar
berkas bitrase
Meja Kedua
Pendaftaran :
Gugatan: - Perjanjian Bersama,
- Perselisihan Hak, Kesepakatan Bipatrit,
Kegiatan pencatatan -Perselishan Kepentingan, Mediasi,
dalam buku register - Konsiliasi,
- Perselisihan PHK,
- Perselisihan antar SP/SB - Putusan Arbitrase,
- Akta Perdamaian
- Pasal 121 HIR/145 Rbg
• Ditentukan oleh Ketua Majelis Hakim yang
bersangkutan setelah bermusyawarah dengan
majelis hakim.
Amar penetapan
• Hari dan tanggal persidangan,
• Perintah memanggil para pihak.
Relaas
(Panggilan Sidang)
Sita jaminan
Sita jaminan
Pelaksanaan
• Permohonan sita ja sita jaminan • Dibuat dan ditanda
minan disampaikan tangani Juru sita dan
oleh pemohon • Oleh juru sita saksi-saksi,
kepada Majelis • Dua orang saksi yang • Salinan berita acara sita
jaminan diberikan
Hakim. cakap kepada pihak-pihak
Pembuatan
Penetapan sita
Berita Acara
jaminan
Sita
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Melalui
Pengadilan Hubungan Industrial
Wewenang PHI
Pasal 56 UU No. 2 Tahun 2004 : PHI berwenang memeriksa dan mengadili
:
Di tingkat pertama perselisihan hak
Perselisihan Kepentingan adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja karena
tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan dan /atau perubahan syarat-syarat
kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau perjanjian kerja
bersama (vide pasal 1 ayat 3 UU No. 2 Tahun 2004).
Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja adalah perselisihan yang timbul karena tidak
adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh
salah satu pihak (vide pasal 1 ayat 4 UU No. 2 Tahun 2004).
Perselisihan Antar Serikat Pekerja/Serikat Buruh adalah perselisihan antara serikat
pekerja/serikat buruh dengan serikat pekerja/serikat buruh lain hanya dalam satu
perusahaan, karena tidak adanya persesuaian paham mengenai keanggotaan, pelaksanaan
hak dan kewajiban keserikatpekerjaan (vide pasal 1 ayat 5 UU No. 2 Tahun 2004).
Hukum Acara PHI
Pasal 57 UU No. 2 Tahun 2004 : Hukum Acara yang berlaku pada PHI adalah Hukum Acara
Perdata yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum, kecuali yang diatur
secara khusus dalam undang-undang ini.
Hukum Acara Perdata yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum :
HIR (Het Herziene Indonesisch Reglement) berlaku untuk Jawa dan
Madura juga disebut RIB (Reglement Indonesia Yang Diperbarui)
RBg (Reglement Tot Regeling Van Het Rechtswezen In De Gewesten
tingkat pertama
Pasal 110 : Berkenaan dengan jangka waktu mengajukan kasasi
1.2 Surat Kuasa Khusus :
Sebagai landasan untuk beracara di Pengadilan
Dasar Hukum : Pasal 123 HIR / Pasal 148 RBg, SEMA No. 1 Tahun 1971
Tggal 23 Januari 1971 dan SEMA No. 6 Tahun 1994 Tanggal 14 Oktober
1994
1.4 Pihak Dalam Surat Kuasa
Pemberi Kuasa ( Intruction, Mandate) sebagai principal/pihak materiil
Penerima Kuasa sebagai pihak formil, berkapasitas sebagai wakil
1.5 Sifat Perjanjian Kuasa
Mengatur hubungan internal antara pemberi kuasa dan penerima kuasa
Surat Kuasa
Dilepaskan oleh Pemberi Kuasa, pemberitahuan kepada Penerima Kuasa pada saat
yang tepat
Salah satu pihak meninggal dunia
2. Pemeriksaan di persidangan
2.1 Gugatan
2.1.1 Berbentuk Lisan
Dikarenakan Penggugat buta huruf (tidak bisa baca dan tulis)
Diajukan secara lisan oleh Penggugat sendiri dihadapan Ketua Pengadilan kemudian dicatat
Tinggal / Alamat
Identitas Korporasi : Nama Korporasi, Jabatan dalam Korporasi, Alamat Korporasi
2.1.4 Fundamentum Petendi / Posita
Dasar Hukum : Penjelasan mengenai dalil-dalil konkret adanya hubungan
petitum subsidair
Bentuk Alternatif : Tuntutan primer dirinci dan diikuti dengan tuntutan
surat tertulis
Atas persetujuan Tergugat, jika pemeriksaan telah berlangsung
kepentingan beracara
2.2 Jawaban
Pengakuan : Membenarkan isi gugatan Penggugat baik sebagian maupun seluruhnya
Bantahan (Verweer) : Tangkisan (Eksepsi) dan Sangkalan (Verweer Ten Principle)
2.6 Duplik
Jawaban dari Tergugat terhadap Replik Penggugat
2.7.1 Pengertian
Memberikan kepastian yang bersifat mutlak
2.7.3 Tujuan
Memberikan kepastian kepada hakim tentang adanya
2.7.4 Alat-Alat Bukti
Surat
Saksi
Persangkaan
Pengakuan
Sumpah
Pemeriksaan Setempat
Keterangan Ahli
2.7.5 Beban pembuktian, diatur dalam Pasal 163 HIR, Pasal 283 RBg dan
Pasal 1865 BW / KUH Perdata, Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia
mempunyai sesuatu hak, atau guan menegakkan haknya sendiri, maupun
membantah sesuatu hak orang lain, menunjukkan pada suatu peristiwa,
maka diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut.
2.8 Kesimpulan
Sifatnya tidak wajib baik untuk Penggugat maupun Tergugat
2.9 Putusan
Melakukan musyawarah Majelis Hakim
Bila ada pendapat yang berbeda buat Dissenting Opinion, dan dimuat
dalam putusan
Saat pembacaan putusan para pihak hadir ada juga salah satu pihak
tidak hadir
3. Kasasi : Pembatalan oleh Mahkamah Agung atas Putusan Pengadilan Negeri & pengadilan
Tinggi (Judex Factie) yang dianggap bertentangan dengan hukum yang berlaku atau
salah menerapkan hukum
3.1 Upaya Hukum Kasasi
Tenggang waktu menyatakan Kasasi adalah 14 hari kerja sejak putusan
dibacakan, apabila para pihak atau salah satu pihak tidak hadir maka
perhitungannya adalah 14 hari kerja saat menerima pemberitahuan putusan
Diatur dalam pasal 110 dan pasal 115 UU No. 2 Tahun 2004
merujuk pada pasal 57 UU No. 2 Tahun 2004 maka pelaksanaan putusan PHI tunduk pada hukum acara
perdata yang berlaku pada peradian umum
Tata cara menjalankan putusan pengadilan yang disebut Eksekusi diatur Psl 195 s/d Pasal 224 HIR atau
4.3 Kesimpulan
Bahwa penerapan HIR dan RBg sebagai dasar untuk melakukan Eksekusi di PHI terdapt banyak kelemahan