Anda di halaman 1dari 18

Volume 10. Nomor 2.

December 2015

Pandecta
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/pandecta

Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial di Pengadilan


Hubungan Industrial dalam Pemenuhan Hak Pekerja/Buruh Yang di
Putus Hubungan Kerja

Yani Nur Fatimah 

Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang, Semarang, Indonesia


Permalink/DOI http://dx.doi.org/10.15294/pandecta.v10i2.

Info Artikel Abstrak


Article History: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang menjadi penyebab ter-
Received : August 2015; jdinya PHK, kompensasi yang diberikan kepeda pekerja/buruh yang di PHK berdasarkan
Accepted: September 2015; putusan hakim PHI dan peran hakim PHI dalam memberikan kepastian hukum terha-
Published: September 2015 dap kasus kasus PHK. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mekanisme PHK ber-
dasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, serta mengenai
Keywords: pemenuhan hak pekerja yang mengalami PHK yang tercantum dalam perjanjian kerja jika
dispute, termination, and rule terjadi PHK maka pekerja/buruh hanya memperoleh 1 (satu) kali dan uang pengantian
of law
hak sesuai dengan Undang-Undang. Selanjutnya mengenai perlindungan hukum terkait
pemberian kompensasi pekerja/buruh. Terkait mengenai upaya hukum yang dilakukan
pekerja/buruh demi memperjuangkan hak-haknya melalui non litigasi dan litigasi. Non
litigasi atau diluar pengadilan dilakukan memalui konsiliasi dan mediasi yang dijalankan
secara muyawarah yang ditengahi oleh Dinakertrans. Sedangkan litigasi atau melalui jalur
pengadilan dilakukan memalui Pengadilan Hubungan Industrial.

Abstract
This study aimed to analyze the factors that cause terjdinya layoffs, compensation provided
kepeda workers / laborers whose employment is terminated by the judge’s ruling and
the role of judges PHI PHI to provide legal certainty to the cases of layoffs. These results
indicate that the mechanism of layoffs under Law No. 13 of 2003 on Labor, as well as
the fulfillment of the rights of workers who were laid off were contained in employment
contracts in the event of layoff the workers / laborers only get 1 (one) time and money
replacement right in accordance with the Law. Furthermore, regarding the legal protection
related to compensation of workers / laborers. Related legal efforts undertaken regarding
workers / labor for asserting their rights through non-litigation and litigation. Non litigation
or outside court is performed by the conciliation and mediation run muyawarah brokered
by Dinakertrans. While litigation or through the courts is performed by the Industrial
Relations Court.

 © 2015 Universitas Negeri Semarang


Address : Kampus Sekaran, Gedung K1 Sekaran, Gunungpati, Semarang ISSN 1907-8919 (Cetak)
Central Java, Indonesia 50229 ISSN 2337-5418 (Online)
E-mail : yanny_nf92@yahoo.co.id
Phone : 082137000872
Pandecta. Volume 10. Nomor 2. December 2015

1. Pendahuluan disusul dengan carut marutnya kondisi pe-


rekonomian yang berdampak pada banyak-
nya industri yang gulung tikar dan tentu saja
Perselisihan hubungan industrial dise- berdampak pada pemutusan hubungan kerja
but juga dengan perselisihan perburuhan se- yang dilakukan dengan sangat tidak terenca-
bagai mana diatur dalam Undang-Uundang na.Kondisi inilah yang menyebabkan orang
Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian yang bekerja pada waktu ini selalu dibayan-
Perselisihan Hubungan Industrial yang meru- gi kekhawatiran dan kecemasan, kapan gili-
pakan perbedaan pendapat yang mengaki- ran dirinya diberhentikan dari pekerjaannya
batkan pertentangan antara pengusaha atau yang menjadi penopang hidup keluarganya.
gabungan pengusahan dengan pekerja/buruh Faktanya pemutusan hubungan kerja
atau serikat pekerja/buruh karena ada perse- yang terjadi karena berakhirnya waktu yang
lisihan mengenai hak, perselisihan kepentin- telah ditetapkan dalam perjanjian kerja, ti-
gan dan perselisihan pemutusan hubungan dak menimbulkan permasalahan terhadap
kerja atau perselisihan antar pekerja/serikat kedua belah pihak (pekerja/buruh maupun
buruh hanya dalam satu perusahaan. pengusaha) karena pihak yang bersangku-
Setiap orang selalu membutuhkan bia- tan sama-sama telah menyadari bahwa atau
ya untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk mengetahui saat berakhirnya hubungan ker-
mendapatkan biaya hidup seseorang per- ja tersebut sehingga masing-masing telah
lu bekerja. Bekerja dapat dilakukan secara berupaya mempersiapkan diri menghadapi
mandiri atau bekerja pada orang lain. Beker- kenyataan itu. Berbeda halnya dengan pe-
ja kepada orang lain dapat dilakukan dengan mutusan yang terjadi karena adanya perse-
bekerja pada negara yang selanjutnya dise- lisihan, keadaan ini akan membawa dampak
but dengan pegawai atau bekerja pada orang terhadap kedua belah pihak, lebih-lebih yang
lain (swasta) yang disebut dengan buruh atau dipandang dari sudut ekonomis mempuny-
pekerja. ai kedudukan yang lemah jika dibandingkan
Setiap pekerja/ buruh mempunyai hak dengan pihak pengusaha (Zaeni, 2008).
dan kewajiban sebagai mana diatur dalam Sehubungan dengan dampak PHK san-
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor gat kompleks dan cenderung menimbulkan
13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan perselisihan, maka mekanisme prosedur PHK
Undang-Undang lainnya serta Peraturan Pe- diatur sedemikian rupa agar pekerja/buruh
merintah yang berkaitan dengan Ketenaga- telah mendapatkan perlindungan yang layak
kerjaan, dimana hak pekerja/buruh merupa- dan memperoleh hak-haknya sesuai dengan
kan suatu hal yang selayaknya diterima oleh ketentuan. Perlindungan pekerja tersebut
pekerja sesuai kesepakatan atau perjanjian dalam Bahasa Belanda disebut arbeidsbe-
dengan pihak pemberi kerja (Midah, 2010; scherming. Maksud dan tujuan perlindungan
Libertus, 2007; Marbun, 2010). Sedangkan buruh atau perlindungan pekerja adalah agar
kewajiban merupan sesuatu yang wajib dija- pekerja dapat dilindungi dari perlakuan pe-
lankan atau dilaksanakan oleh pekerja sesuai merasan oleh pihak pengusaha. Pemerintah
dengan kesepakatan atau perjanjian dengan sangat menaruh perhatian terhadap masalah
pihak pemberi kerja. Dengan melaksanakan perlindungan pekerja/buruh karena pada
hak dan kewajibannya, antara pekerja dan umumnya posisi pekerja masih lemah, se-
pemberi kerja berarti telah memenuhi apa hingga perlindungan kerja dan kesalamatan
yang sudah disepakati bersama atau sudah kerja akan dapat mewujudkan terpeliharanya
diperjanjikan, masing-masing pihak telah kesejahteraan, kesehatan, kedisplinan peker-
memenuhi prestasinya. ja yang berada di bawah pimpinan pengu-
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) me- saha (Zainal dkk., 1994).
rupakan suatu hal yang merupakan kegiatan Mengenai perlindungan hak-hak pe-
yang sangat ditakuti oleh pekerja/buruh yang kerja/buruh ini yaitu apakah pesangon yang
masih aktif bekerja.Hal ini karena kondi- diberikan pengusaha sudah memadai atau
si kehidupan politik yang goyah, kemudian belum. Apablia pemberian uang pesangon

216
Yani Nur Fatimah, Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial di Pengadilan Hubungan Industrial dalam

sudah sesuai dengan peraturan perundang- Nomor 13 tahun 2003 Tentang Ketenagaker-
undangan yang berlaku, maka tidak ada jaan (hukum materil) dalam putusan menga-
permasalahan. Tetapi apabila dilihat dari nai perselisihan PHK di Pengadilan Hubun-
keadaan si buruh, maka ketika si buruh yang gan Industrial yang telah berkekuatan hukum
besangkutan mengalami PHK, maka untuk tetap (BHT).
ke depannya buruh tersebut sudah tidak
mendapat pemasukan lagi. Maka disini ter- 2. Metode Penelitian
lihat bahwa pesangon bukan merupakan hal Pendekatan penelitian ini diharapkan
utama, melainkan keamanan dalam bekerja, dapat menganalis menganai Pelaksanaan
yang dalam artian bahwa ketika buruh be- Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Ten-
kerja buruh tersebut merasa khawatir bahwa tang Penyelesaian Perselisihan Hubungan In-
sewaktu-waktu dia akan mendapat PHK. Di- dustrial Di Pengadilan Hubungan Industrial
sinilah peranan undang-undang memainkan Semarang Tarhadap Pemenuhan Hak Peker-
peranan penting, yaitu sebagai pelindung bu- ja/ Buruh Yang Di PHK Untuk Mendapatkan
ruh (Sunyoto, 2010). Namun sayangnya UU Pesangon.
No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
sebagai regulasi perburuhan terbaru justru 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
tidak mampu mengakomondasikan hal ini.
Pengadilan Hubungan Industria pada Pen-
Justru undang-undang sebelumnya secara te-
gadilan Negeri Semarang.
gas menyatakan bahwa PHK merupakan hal
Pengadilan Hubungan Industrial adalah
yang dilarang.
Pengadilan khusus yang dibentuk di lingkun-
Pada kenyataannya, jangankan untuk
gan peradilan umum yang berwenang men-
memperoleh kehidupan yang layak.Untuk
gadili dan menyelesaikan perselisihan hubun-
memperoleh pekerjaan, jaminan hidup atau-
gan industrial berdasarkan Undang-Undang
pun perlindungan masih jauh dari harapan.
Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
Malahan, buruh atau pekerja yang sudah me-
Perselisihan Hubungan Industrial. Beropera-
miliki pekerjaan (walau ala kadarnya) dalam
sinya Pengadilan Hubungan Industrial me-
prakteknya sangat mudah kehilangan peker-
miliki perubahan yang cukup mendasar. Per-
jaan dengan cara Pemutusan Hubungan Ker-
tama, penyelesaian perselisihan hubungan
ja (PHK).
industrial yang selama ini berada di bawah
Tetapi tidak jarang dapat kita temukan
lingkup wilayah eksekutif, kini menjadi bagi-
banyak pekerja/buruh setelah mereka terke-
an dari sistem peradilan di bawah kekuasaan
na PHK, pekerja/buruh kadang meminta ke-
yudikatif. Kedua, hukum acara Pengadilan
pada pihak pengusaha/perusahaan untuk di-
Hubungan Industrial mengikuti hukum acara
bayarkan hak-hak mereka melebihi apa yang
perdata yang berlaku pada Pengadilan dalam
diatur dalam ketentuan yang berlaku. Den-
lingkungan peradilan umum, kecuali ditentu-
gan kondisi inilah yang membuat persoalan
kan lain dalam Undang-undang Nomor 2 Ta-
penyelesaian perselisihan PHK sulit diselesai-
hun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
kan (Sidabutar, 2004).
Hubungan Industrial.
Atas dasar hal-hal tersebut di atas, pe-
Pengadilan Hubungan Industrial diben-
nulis tertarik untuk mengkaji dua persoalan
tuk pada bulan Januari 2006 pada Pengadilan
utama dalam artikel ini. Pertama tentang pe-
Negeri Semarang, dan begitu juga pada Pen-
laksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
gadilan-Pengadilan Negeri yang lain disetiap
2004 Tentang Penyelesaian Perseliaihan Hu-
Ibukota Propinsi di Indonesia. Pembentukan
bungan Industrial (hukum formil) terhadap
Pengadilan Hubungan Industrial seharusnya
pemenuhan hak pekerja/buruh yang menga-
dilakukan pada awal tahun 2005 tapi ditun-
lami PHK di Pengadilan Hubungan Industrial.
da berdasarkan Keputusan Presiden Nomor
Kedua tentang perlindungan hukum terha-
1 Tahun 2005 tentang Penangguhan Mulai
dap hak pekerja/buruh terkait pelaksanaan
Berlakunya Undang-undang Nomor 2 Tahun
pemberian kompensasi terhadap pekerja/
2004, untuk menambah waktu semua per-
buruh yang sesuai dengan Undang-Undang

217

Pandecta. Volume 10. Nomor 2. December 2015

siapan yang dibutuhkan oleh pemerintah dan Fungsionaris Pengadilan adalah orang-orang
institusi lain yang terkait. atau mereka yang berkedudukan atau jaba-
Adanya Pengadilan Hubungan Indust- tan dan tugasnya membuat pengadilan itu
rial menambah jumlah Pengadilan khusus berfungsi sebagaimana mestinya atau dengan
yang berada di Pengadilan Negeri Sema- kata lain, Fungsionalis Pengadilan ialah para
rang. Pengadilan Hubungan Industrial juga pejabat yang oleh negara telah disarahi tugas
membawa perubahan pada struktur organi- untuk menjadi penyelenggara atau pelaksana
sasi Pengadilan Negeri, yaitu dengan diper- fungsi pengadilan sebagaimana mestinya. Visi
kenalkannya Sub Kepaniteraan Pengadilan dari Fungsional Pengadilan adalah Mewujud-
Hubungan Industrial yang dipimpin oleh kan supremasi hukum melalui kekuasan ke-
seorang Panitera Muda dan dibantu oleh hakiman yang mandiri, efektif, efisien, serta
beberapa orang Panitera Pengganti. Panite- mendapatkan kepercayaan publik, profesio-
ra Muda Hubungan Industrial berada sejajar nal dan memberikan pelayanan hukum yang
dengan Panitera Muda Pidana, Perdata dan berkualitas, etis, terjangkau dan biaya rendah
Hukum yang ada di Pengadilan Negeri. Se- bagi masyarakat serta mampu menjawab
lain itu sebagaimana halnya dengan Penga- panggilan pelayanan publik. Sedangkan Misi
dilan Niaga dan Pengadilan Tindak Pidana utama dari Funsionaris Pengadilan adalah ha-
Korupsi, Pengadilan Hubungan Industrial rus dapat berusaha dan menjamin agar pen-
juga memiliki Hakim Ad Hoc untuk menjadi gadilan dalam fungsinya dapat mencapai dan
bagian dari Majelis yang memeriksa perkara. mencerminkan keadilan, kewajiban hokum,
Hakim Ad Hoc diajukan oleh Ketua Mahka- perkembangan hokum, efisiensi dan efekti-
mah Agung dari nama-nama yang diajukan vitas hokum, serta kesejahteraan kehidupan
oleh Menteri Tenaga Kerja atas usul Serikat masyarakat.
Pekerja/Serikat Buruh dan Organisasi Pengu-
saha. Pengangkatan Hakim Ad Hoc tersebut Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2
ditetapkan oleh Keputusan Presiden. Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perse-
Satu hal lain yang diperkenalkan oleh liaihan Hubungan Industrial (hukum
Pengadilan Hubungan Industrial adalah da- formil) terhadap pemenuhan hak pekerja/
lam berperkara di Pengadilan Hubungan In- buruh yang mengalami PHK di Pengadilan
dustrial, pihak-pihak yang berperkara dengan Hubungan Industrial.
nilai gugatan dibawah Rp. 150.000.000,- (se- Pada prinsipnya, Undang-Undang No-
ratus lima puluh juta rupiah) tidak dikenakan mor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
biaya perkara termasuk biaya eksekusi. (UU Ketenagakerjaan) dan Undang-Undang
Pengadilan Hubungan Industrial meru- Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
pakan pengadilan yang mempunyai wewe- Perselisihan Hubungan Industrial (UU PPHI)
nang khusus yang berada pada lingkungan telah mengatur tentang apa saja keadaan dan
peradilan umum. Pengadilan Hubungan In- bagaimana mekanisme pemutusan hubun-
dustrial bertugas dan berwewenang meme- gan kerja (PHK).
riksa dan memutus. Secara yurisdiksi, Penga- Pasal 151 UU Ketanagakerjaan menja-
dilan Hubungan Industrial perkara yang dapat laskan bahwa pekerja dan pengusaha harus
di tangani adalah sebagai berikut: Pada ting- berusaha semaksimal mungkin menghindari
kat pertama, Pengadilan Hubungan Industrial PHK. Kalaupun tidak bisa dihindari peker-
mengadili perselisihan hak dan perselisihan ja dan pengusaha harus berunding untuk
pemutusan hubungan kerja. Pada tingkat mencari kesepakatan. Kalau perundingan itu
pertama dan terakhir Pengadilan Hubungan mentok, maka PHK baru bisa dilakukan seta-
Industrial mengadili perselisihan kepentingan lah ada penetapan dari lembaga penyelesai-
dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat an perselisihan hubungan industrial.
buruh. Pemutusan hubungan kerja yang di-
Dalam menjalankan kewenangannya, lakukan tanpa persetujuan lembaga peny-
pengadilan ini dilengkapi dengan Fungsio- elesaian perselisihan hubungan industrial
naris Pengadilan. Yang dimaksud dengan menjadi batal demi hukum. Artinya PHK itu

218
Yani Nur Fatimah, Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial di Pengadilan Hubungan Industrial dalam

dianggap sama sekali tidak pernah ada. Hal 2012).


itu ditegaskan alam pasal 155 Ayat (1) UU Pada asas berperkara di Pengadilan Hu-
Ketenagakerjaan (Budiono, 2011; Hardijan, bungan Industrial tidak jauh berbeda dalam
2011). berperkara perdata di lingkungan peradilan
Ketika lembaga penyelesaian perseli- umum pada umumnya, karena hukum yang
sihan hubungan industial masih memeriksa dipakai oleh Pengadilan Hubungan Industrial
proses PHK, pekerja dan pengusaha tetap adalah hukum acara perdata yang berkalu
harus melaksanakan kewajiban seperti biasa. di lingkungan peradilan umum kecuali yang
Pekerja tetap bekerja, dan pengusaha tetap diatur secara khusus dalam Undang-Undang
berkewajiban membayarkan hak pekerja. Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian
Hal itu tertuang dalam Pasal 155 Ayat (2) UU Perselisihan Hubungan Industrial
Ketenagakerjaan. Berdasarkan data PHI pada PN Sema-
Ketika pengusaha dapat menjatuhkan rang Tahun 2006s/d 2014 adapun perkara-
skorsing alias pemberhentian sementara ke- perkara yang masuk dapat dilihat pada table
pada pekerja yang sedang dalam proses PHK. 1 tentang “Data Perkara PHI 2006-2014”.
Namun begitu pengusaha tetap berkewaji- Berdasarkan hasil wawancara penulis
ban membayar hak si pekerja. Demikian isi dengan Daryono, seorang Hakim Ad-Hoc di
dari Pasal 155 Ayat (3) UU Ketenagakerjaan. Pengadilan Hubungan Industrial Semarang
Secara normatif ditegaskan bahwa terkait mekanisme PHK berdasarka Undang-
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Ten- Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Kete-
tang Penyelesaian Perselisihan Hubungan In- nagakerjaan pada Hari Rabu, 18 Maret 2015
dustrial dibentuk dalam rangka mewujudkan Pukul 09.15 WIB, menyatakan bahwa :
hubungan industrial yang harmonis, dinamis
dan berkeadilan serta menyikapi perkem- “Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
bangan industrialisasi yang mengakibatkan 2004 Tentang Perselisihan Hubungan Industrial
semakin meningkat dan kompleks perselisi- Terhadap Pemenuhan Hak Pekerja/ Buruh Yang
han hubungan industrial (Wijayanti, 2009, Di PHK Untuk Mendapatkan Pesangon. Peran

Tabel 1 Perkara-Perkara Sengketa Perburuhan di PN Semarang


Perkara yg
Tahun Kasasi PK Keterangan
Masuk
2006 57 14 - Dicabut = 6
2007 93 26 - Eksekusi 2006 & 2007 = 36
2008 151 59 3 Dicabut = 10
Eksekusi =
Damai = 10
2009 89 48 5 Dicabut = 1
Damai = 5
Eksekusi = 22
Dicabut = 25
2010 122 54 6 Damai = 6
Eksekusi = 16
2011 54 33 7 Dicabut = 13
Damai = 3
2012 79 43 7 Dicabut = 27
Damai = 3
2013 49 23 2 Dicabut = 10
Damai = 1
2014 48 20 1 Eksekusi = 113
Sumber: Data perkara PHI Tahun 2006 s/d 2014)

219

Pandecta. Volume 10. Nomor 2. December 2015

Hakim Ad-Hoc pada PHI adalah memberikan 2003 Tentang Ketenagakerjaan makanisme
solusi dan berusaha mendamaikan para pihak PHK sudah sesuai dengan yang ada di Un-
supaya tidak terjadi Perselisihan PHK.” dang-Undang”

Dalam memberikan solusi tersebut pe- Secara hukum tidak ada perbedaan
nulis berpendapat bahwa jika mekanisme mekenisme yang harus ditempuh untuk
PHK sudah sesuai dengan Undang-Undang proses PHK antara pekerja dan pengusaha.
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga- Keduanya tetep harus merunjuk pada Un-
kerjaan, maka permasalahan PHK tidak akan dang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang
sampai ke Pengadilan. Karena rata-rata tidak Ketenagakerjaan dan Undang-Undang No.
sesuai dengan apa yang diatur oleh Undang- 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselis-
Undang, maka perkara tersebut masuk ke han Hubungan Industrial jika ingin memutus-
Pengadilan (Wawancara, 18 Maret 2015, di kan hubungan kerja.
Pengadilan Hubungan Industrial Semarang). Berdasarkan hasil wawancara penulis
Kebanyakan pelanggaran yang terjadi dengan ibu Hening Wahyuningtyas,S.H.,M.M
kerana PHK tersebut tidak sesuai dengan Un- seorang PLH. PANMUD di Pengadilan Hu-
dang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang bungan Industrial Semarang terkait mekanis-
Ketenagakerjaan sebagai aturan dasarnya. me PHK berdasarkan Undang-Undang No.
Sebagai fundamentumnya Undang-Undang 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagaker- pada Hari Rabu, 18 Maret 2015 Pukul 10.25
jaan tapi dalam kenyataan perjanjian kerja WIB, menyatakan bahwa :
tersebut banyak yang bertentangan.
Menurut Daryono, hal yang menjadi ”Undang-Undang PPHI mengatur langkah-
perselisihan yaitu mekanisme PHK yang di- langkah yang harus ditempuh untuk proses
lakukan oleh perusahaan tidak sesuai dengan PHK sebagai berikut :
Undang-Undang, atau mekanisme sesuai 1. Perundingan secara bipartit antara
dengan Peraturan perusahaan tetapi tidak se- pengusaha dangan pekerja atau seri-
suai dengan Undang-Undang. Sehingga per- kat pekerja. Jika dalam tahap ini pi-
tentangan dan perselisihan tersebut masuk hak sepakat memutuskan hubungan
ke Pengadilan. Yang menjadi permasalahan kerja berikut dengan hak dan kew-
buruh pada saat bekerja tidak pernah meli- ajibannya, maka tidak ada masalah
hat Perjanjian Kerja Perjanjian Perusahaan 2. Apabila perundingan bipartite sep-
dan Perjanjian Kerja Bersama. Apakah kont- erti dijalaskan pada poin 1 menemui
raknya sudah sesuai dengan Undang-Undang jalan buntu, maka para pihak men-
apa tidak, yang terpenting bagi buruh bekerja catatkan perselisihan itu ke instansi
dulu (Wawancara, 18 Maret 2015, di Penga- ketenagakerjaan setempat. Nantinya,
dilan Hubungan Industrial Semarang). pegawai instansi itu akan menawar-
Pekerja/buruh berani melakukan guga- kan pekerja dan pengusaha untuk me-
tan atau proses perlawanan terhadap perus- milih proses mediasi atau konsiliasi.
ahaan, dengan cara bergabung dengan suatu Jika proses mediasi dan konsiliasi itu
organisasi pekerja/buruh, atau dengan berga- membuahkan kesepakatan, maka ke-
bung dengan LBH atau dengan di damping sepakatan itu dituangkan dalam se-
pengacara. buah perjanjian bersama. Perjanjian
Sedangkan menurut Hening Wa- itu harus didaftarkan ke Pengadilan
hyuningtyas, seorang PLH. PANMUD di Hubungan Industrial (PHI). Apabila
Pengadilan Hubungan Industrial Semarang di kemudian hari ada pihak yang me-
terkait mekanisme PHK berdasarkan Un- langgar perjanjian bersama, maka pi-
dang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang hak yang merasa dirugikan bisa lang-
Ketenagakerjaan pada Hari Rabu, 18 Maret sung memohonkan eksekusi ke PIH.
2015 Pukul 10.25 WIB, menyatakan bahwa : 3. Jika proses mediasi atau konsilia-
“Berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun si masih juga mentok, para pihak


220
Yani Nur Fatimah, Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial di Pengadilan Hubungan Industrial dalam

bisa membawakan perselisihan PHK Nomor 2 tahun 2004 tentang PPHI sudah di
itu ke PHI bisa langsung mengaju- atur hukum acaranya maka HIR tidak dipakai.
kan ke kasasi ke Mahkamah Agung.” Tetepi kalau dalam Undang-Undang Nomor 2
tahun 2004 tentang PPHI tenyata tidak diatur
Yang menjadi kendala secara teknis maka menggunakan HIR.”
yaitu apabila para pihak tidak hadir dalam di
persidangan. Tetapi persoalan tersebut bisa Proses PHI mengacu pada “Undang-
diatasi pleh pihak Pengadilan Hubungan In- Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang PPHI,
dustrial. Disini yang paling fursial adalah un- jika ada hal yang tidak mengacu kepada Un-
tuk perkara prodeo kalau tidak ada biayanya dang-Undang PPHI teknis terkait pemenu-
atau gratis, menganai pelaksanaan putusan han hak pekerja akan terjadi permasalahan
akhirnya atau eksekusinya terkendala den- perselisihan hubungan industrial. Menurut
gan biaya. Karena anggaran dari pemerintah Daryono, “dalam hal pemanggilan para pi-
terbatas. hak gugatan masuk setelah gugatan masuk
Satu hal lain yang diperkenalkan oleh otomatis ketua pengadilan menetapkan ma-
Pengadilan Hubungan Industrial adalah da- jelis hakim yang berwenang untuk mengadili
lam berperkara di Pengadilan Hubungan In- perkara tersebut. Setelah ditetapkan majelis
dustrial, pihak-pihak yang berperkara dengan hakim, maka dipanggil para pihak yang ber-
nilai gugatan dibawah Rp. 150.000.000,- (se- sengketa yaitu para pengugat dan tergugat”
ratus lima puluh juta rupiah) tidak dikenakan (Wawancara, 18 Maret 2015, di Pengadilan
biaya perkara termasuk biaya eksekusi. Hubungan Industrial Semarang).
Secara normatif ditegaskan bahwa Teknis tersebut digunakan HIR tidak
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Ten- menggunakan Undang-Undang Nomor 2
tang Penyelesaian Perselisihan Hubungan In- Tahun 2004 tentang PPHI, karena tidak ada
dustrial dibentuk dalam rangka mewujudkan mekanismenya untuk memanggil para pi-
hubungan industrial yang harmonis, dinamis hak. Proses persidangan, sudah diatur dari
dan berkeadilan serta menyikapi perkem- guguatan, sampai putusan. Yang belum diatur
bangan industrialisasi yang mengakibatkan menganai eksekusi tidak diatur oleh Undang-
semakin meningkat dan kompleks perselisi- Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang PPHI
han hubungan industrial. sehingga mengacu pada HIR .
Pada asas berperkara di Pengadilan Hu- Daryono juga mengutarakan bahwa
bungan Industrial tidak jauh berbeda dalam kelemahannya adalah dengan mengacu ke-
berperkara perdata di lingkungan peradilan pada HIR kita kembali kepada UU colonial.
umum pada umumnya, karena hukum yang Dan membutuhkan waktu yang lebih lama,
dipakai oleh Pengadilan Hubungan Industrial padahal filosofinya UU PPHI adalah mem-
adalah hukum acara perdata yang berkalu persingkat proses. Karena di Penggadilan di-
di lingkungan peradilan umum kecuali yang batasi 50 hari kerja, di MA dibatasi 30 hari
diatur secara khusus dalam Undang-Undang kerja.Yang tidak diatur oleh PPHI adalah pe-
Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian manggilan tergugat/penggugat (Wawancara,
Perselisihan Hubungan Industrial Rabu, 18 Maret 2015, di Pengadilan Hubun-
Berdasarkan hasil wawancara penulis gan Industrial Semarang).
dengan Daryono, seorang Hakim Ad-Hoc di Apabila PHK tidak dapat dihindari,
Pengadilan Hubungan Industrial Semarang, maka sesuai alasan yang mendasari terjadinya
terkait Pemenuhan Hak Pekerja/Buruh Yang PHK maka pengusaha wajib membayar uang
Mengalami PHK pada Hari Rabu, 18 Maret pesangon dan uang penghargaan masa ker-
2015 Pukul 09.15 WIB, menyatakan bahwa : ja yang disesuaikan dengan masa kerja serta
uang penggantian hak. Dalam Pasal 156 ayat
“Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 ten- (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tang PPHI merupakan lek spesialis dari hukum menyebutkan bahwa “Dalam hal terjadi pe-
acara perdata. Jadi selama HIR/RBG tidak men- mutusan hubunga kerja dan uang pengganti-
gatur dan selama di dalam Undang-Undang an hak yang seharusnya diterima.

221

Pandecta. Volume 10. Nomor 2. December 2015

Berdasarkan hasil wawancara penu- pekerja/buruh itu sendiri. Akibat hukum di-
lis Hening Wahyuningtyas, seorang panite- maksud adalah bentuk pemberian kompen-
ra muda di Pengadilan Hubungan Industrial sasi upah kepada pekerja/buruh yang hubun-
Semarang, terkait pemenuhan hak pekerja/ gan kerjanya terputus dengan pengusaha.
buruh yang mengalami PHK berdasarkan Bagi pengusaha, ada kewajiban untuk mem-
Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 Ten- berikan kompensasi upah kepada pekerja/
tang Penyelesaian Perselisihan Hubungan buruh yang diputuskan hubungan kerjanya,
Industrial, kita bisa mendapatkan informasi sebaliknya pekerja/buruh berhak untuk men-
bahwa pemenuhan hak pekerja/buruh harus dapatkan kompensasi upah yang dimaksud.
sesuai dengan masa kerja, sedangkan dalam Namun demikian, tidak selamanya PHK se-
Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 Tentang lalu diikuti dengan pemberian kompensasi
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Indust- upah kepada pekerja/buruh. Adakalanya pe-
rial merupakan teknis pelaksanaan sidang. kerja/buruh tidak mendapatkan kompensa-
Pemenuhan hak pekerja/buruh diatur dalam si apapun atas terputusnya hubungan kerja
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 ten- dengan pengusaha, misalnya pekerja/buruh
tang Ketenagakerjaan Pasal 156 (Wawancara, yang hubungan kerjanya diakhiri dalam ma-
18 Maret 2015). sapercobaan atau hubungan kerjanya didas-
Terkait pemenuhan hak pekerja/bu- arkan pada PKWT.
ruh dalalm lingkup pengadilan Hubungan Menurut Daryono, Hakim Ad-Hoc di
Industrial terkadang tidak sesuai dengan Pengadilan Hubungan Industrial Semarang,
Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 Tentang perlindungan hukum terkait pelaksanaan
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Indust- pemberian kompensasi terhadap pekerja/bu-
rial karena PPHI tidak mengatur secara ke- ruh dinyatakan bahwa:
seluruhan hukum acaranya, sehingga proses
tersebut tidak sesuai dengan harapan buruh “Terkait perlindungan berdasarkan Undang-
karena Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ke-
Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan tenagakerjaan minimal harus sesuai, yang di-
Industrial tidak mengatur termasuk proses putus oleh hakim, dilihat dari peristiwa saat
eksekusi. persidangan, lalu ditarik ke normanya. Apakah
ada perjanjian kerja yang bersifat privat/public,
Perlindungan Hukum Terhadap Hak Peker- privatnya adalah perjanjian kerja karena para
ja/Buruh Terkait Pelaksanaan Pemberian pihak yang mengikatkan diri.Sedangkan ber-
Kompensasi Terhadap Pekerja/Buruh sifat publiknya karena berlaku untuk semua.
Tidak semua pekerja mempunyai itikat baik
PHK adalah masalah sehari-hari yang dalam bekerja, tetapi adajuga pekerja yang
seringkali terjadi di sekeliling masyarakat. mempunyai niat buruk atau ingin mencari
Dalam berbagai kasus,PHK menjadi penyulut kesalahan perusahaan.Jadi dapat dilihat dari
konflik hubungan industrial antara kaum pe- fakta-fakta saat persidangan terungkap. Di situ
kerja/buruh dan pengusaha. Konflik di sepu- akan terbaca dari keterangan saksi” (Wawan-
tar PHK tersebut seringkali berawal dari ku- cara, 18 Maret 2015, di Pengadilan Hubungan
rangnya pemahaman dari kedua belah pihak Industrial Semarang).
mengenai mekanisme pengambilan keputus-
an yang fairbagi kepentingan masing-masing. Penyelesaian perselisihan hubungan
Konflik antara pekerja/buruh dan pengusaha industrial dapat diwujudkan bila didukung
biasanya terpusat pada aspek normatif seper- oleh sistem mekanisme yang baik, yaitu bila
ti besarnya uang pesangon yang layak, uang kebenaran normatif dan kebenaran empiris
penghargaan masa kerja dan ganti rugi yang telah dapat diwujudkan dalam sistem hukum
kesemuanya merupakan bagian dari kompo- ketenagakerjaan. Nyatanya keadilan dalam
nen upah yang riil. penyelesaian ini dihadapkan banyak kenda-
PHK selalu memiliki akibat hukum, la, penyebab sulitnya mewujudkan perlin-
baik terhadap pengusaha maupun terhadap

222
Yani Nur Fatimah, Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial di Pengadilan Hubungan Industrial dalam

dungan terhadap pekerja. kerja atau serikat pekerja. Jika dalam tahap
Secara umum persoalan perburuhan ini kedua belah pihak sepakat memutuskan
lebih banyak di identikan dengan perosalan hubungan kerja berikut dengan hak dan ke-
antara pekerja dengan pengusaha.Pemaha- wajiban, maka tidak akan terjadi masalah.
man demikian juga dipahami sebagian besar Kedua, apabila perundingan bipartit seperti
para pemgambil kebijakan perburuhan se- dijelaskan pada poin 1 memenui jalan buntu,
hingga terjadi redukksi pemahaman terha- maka para pihak mencatatkan perselisihan ini
dap buruh sebagai pekerja dan buruh sebagai ke instansi ketenagakierjaan setempat. Dan
suatu profesi dan kategori sosial.Pemahaman nantinya pegawai di instansi akan menawar-
tersebut mengakibatkan perlindungan terha- kan pekerja dan pengusaha untuk memilih
dap pekerja/buruh menjadi sangat lemah. proses mediasi atau konsiliasi. Jika proses
Sebagaimana yang dinyatakan oleh mediasi atau konsiliasi itu membuahkan ke-
Daryono, putusan hakim harus sesuai den- sepakatan maka kesepakatan itu dituangakan
gan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dalam sebuah perjanjian bersama. Perjanjian
tentang Ketenagakerjaan.Putusan pengadilan harus didaftarkan ke Pengadilan Hubungan
tersebut berisi menganai apakah bagi pihak Industrial (PHI). Apabila ada pihak yang me-
penggugat merasa adil, adil tidak berarti bagi langgar sebuah perjanjian, maka pihak yang
yang kalah selalu merasa tidak adil.Sesuatu merasa dirugikan bisa langsung memohon-
yang terungkap di persidangan, peran hakim kan eksekusi ke Pengadilan Hubungan In-
bersifat pasif dan para pihak yang bercerita dustrial (PHI). Ketiga, kalau proses mediasi
dan memberikan keterangan.Putusan penga- atau konsiliasi masih juga mentok, para pi-
dilan harus bersifat adil karena mereka sama- hak dapat membawa perselisihan PHK itu ke
sama membutuhkan, dua pihak yang berten- Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) untuk
tangan sama-sama membutuhkan sehingga diputuskan. Nantinya, pihak yang mersa ti-
kepastian hukum pekerja/buruh merasa ter- dak puas dengan putusan PHI bisa langsung
lindungi secara hokum (Wawancara, 18 Ma- mengajukan ke kasasi ke Mahkamah Agung.
ret 2015, di Pengadilan Hubungan Industrial Persyaratan lain yang harus dipenuhi
Semarang). pengusaha dalam melakukan pemutusan hu-
Hasil wawancara yang penulis lakukan bungan kerja adalah harus adanya bukti pen-
di Pengadilan Hubungan Industrial Semarang dukung antara lain pekerja/buruh tertangkap
menunjukkan bahwa berdasarkan filosofis tangan, ada pengakuan dari pekerja/buruh
Undang-Undang PHI, pengadilan ini diben- yang bersangkutan, atau bukti lain berupa la-
tuk dengan tujuan menciptakan mekanisme poran kejadian yang dibuat oleh pihak yang
yang cepat, tepat, dan adil bagi buruh. Cepat berwenan di perusahaan yang bersangkutan
karena dalam tahap Pengadilan Hubungan dan didukung sekurang-kurangnya 2 (dua)
Industrial, majelis hakim harus memutus per- orang saksi.
kara dalam waktu 50 hari kerja dan jika salah Mengenai pemenuhan hak pekerja/bu-
satu pihak mengajukan kasasi maka majelis ruh yang mengalami PHK diatur dalam Pasal
hakim wajib memutus perkara dalam jangka 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004
waktu 30 hari kerja sejak pendaftaran kasasi. tentang Penyelesaian Perselishan Hubungan
Industrial, dimana Pasal tersebut berisi perse-
Pemenuhan Hak Pekerja/Buruh Yang lisihan hak, perselisihan kepentingan, perse-
Mengalami PHK di Pengadilan Hubungan lisihan pemutusan hubungan kerja, dan per-
Industrial. selisihan antar serikat pekerja/serikat buruh
hanya dalam satu perusahaan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor Dari keempat jenis perselisihan yang
2 tahun 2004 tentang penyelesaian perseli- terjadi adalah perselisihan PHK. Faktor yang
sihan hubungan indutrial mengatur langkah- menjadi penyebab terjadinya pemutusan hu-
langkah yang harus ditempuh untuk proses bungan kerja yang sering terjadi disini karena
PHK sebagai berikut. Pertama, perundingan berbagai sebab. Pertama, faktor penyebab
secara bipartit antara perusahaan dengan pe- PHK oleh Perusahaan. Pada umumnya ke-

223

Pandecta. Volume 10. Nomor 2. December 2015

langsungan ikatan kerja bersama antara pen- hanya dapat memperoleh uang penggantian
gusaha dengan tenaga kerja terjalin apabila hak.
kedua belah pihak masih saling membutuh- Kedua, selain faktor perusahaan, faktor
kan dan saling patuh atau taat akan perjanjian penyebab PHK juga bisa berasal dari pekerja/
yang telah disepakati pada saat mereka mu- buruh. Pekerja/buruh berhak untuk memu-
lai menjalani kerja bersama. Dengan adanya tuskan hubungan kerja dengan pihak pengu-
keterikatan bersama antara para tenaga kerja saha, karena pada prinsipnya pekerja/buruh
berarti masing-masing pihak memiliki hak tidak boleh dipaksakan untuk terus menerus
dan kewajiban. Demikian pula sebaliknya, bekerja bilamana ia sendiri tidak menghen-
apabila terjadi PHK berarti manajer tenaga dakinya. Dengan demikian PHK oleh peker-
kerja dituntut untuk memenuhi hak dan ke- ja/buruh ini, yang aktif untuk meminta dipu-
wajiban terhadap tenaga kerja sesuai dengan tuskan hubungan kerjanya adalah pekerja/
kondisi pada saat terjadi kontrak kerja. buruh tersebut.
Bagi setiap pekerja/buruh PHK bisa Pekerja/buruh dapat mengajukan per-
jadi sebuah mimpi buruk. Setiap pekerja/ mohonan PHK kepada lembaga PPHI dalam
buruh sedapat mungkin mengupayakan agar hal pengusaha melakukan perbuatan sebagai
dirinya tidak sampai kehilangan pekerjaan. berikut: 1) menganiaya, menghina secara ka-
PHK dapat berarti awal dari sebuah penderi- sar atau mengancam pekerja/buruh; 2) mem-
taan. Namun demikian, suka atau tidak suka, bujuk atau menyuruh pekerja/buruh untuk
pengakhiran hubungan kerja sesungguhnya melakukan perbuatan yang bertentangan
adalah sesuatu yang cukup dekat dan sangat dengan peraturan perundang-undangan; 3)
mungkin serta wajar terjadi dalam konteks tidak membayar upah tepat waktu yang te-
hubungan kerja, hubungan antara pengusaha lah ditentukan selama 3 (tiga) bulan berturut-
dengan pekerja/buruh. turut atau lebih; 4) tidak melakukan kewa-
Secara yuridis dalam Undang-Undang jiban yang telah dijanjikan kepada pekerja/
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagaker- buruh; 5) memerintahkan pekerja/buruh
jaan, PHK perusahaan disebabkan karena pe- untuk melaksanakan pekerjaan diluar yang
rusahaan mengalami kemunduruan sehingga diperjanjikan; dan 6) memberikan peker-
perlu rasionalisasi atau pengurangan jumlah jaan yang membahayakan jiwa, keselamatan,
pekerja/buruh. Dalam Undang-Undang No- kesehatan atau kesusilaan pekerja/buruh, se-
mor 13 Tahun 2003 Pasal 151 ayat (1) diten- dangkan pekerja tersenut tidak dicantumkan
tukan bahwa pengusaha, pekerja/buruh, se- pada perjanjian kerja (Lalu Husni, 2003, hlm.
rikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah, 186).
dengan segala upaya harus mengusahakan Pekerja/buruh dapat mengahiri hubun-
agar jangan terjadi pemutusan hubungan ker- gan kerja dengan melakukan pengunduran
ja. Dalam hal segala upaya telah dilakukan, diri atas kemauan sendiri tampa perlu me-
tetapi pemutusan hubungan kerja tidak da- minta penetapan dari lembaga PPHI, dan
pat dihindari, maka maksud pemutusan hu- kepada pekerja/buruh yang bersangkutan
bungan kerja wajib dirundingkan oleh pen- memperoleh uang penggantian hak sesuai
gusaha dan serikat pekerja/serikat buruh atau Pasal 156 Ayat 4 Undang-Undang Nomor 13
dengan pekerja/buruh apabila pekerja/buruh Tahun 2003. Selain uang penggantian hak,
yang bersangkutan tidak menjadi anggota se- pekerja/buruh dberikan uang pisah yang be-
rikat pekerja/serikat buruh. Menurut UU ter- sar dan pelaksanaanya diatur dalam perjanji-
sebut, PHK juga disebabkan karena pekerja/ an kerja, peraturan perusahaan atau PKB.
buruh telah melakukan kesalahan, baik kesa- Selain PHK oleh pengusaha dan pe-
lahan yang melanggar ketentuan yang tercan- kerja/buruh, hubungan kerja juga dapat atau
tum dalam peraturan perusahaan, perjanjian berakhir demi hukum, artinya hubungan ker-
kerja atau PKB (kesalahan ringan), maupun ja tersebut harus diputus dengan sendirinya.
kesalahan pidana (kesalahan berat). Pekerja/ Pekerja/buruh tidak perlu mendapatkan pe-
buruh yang diputus hubungan kerjanya ka- netapan PHK dari lembaga yang berwanang.
rena alasan telah melakukan kesalahan berat

224
Yani Nur Fatimah, Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial di Pengadilan Hubungan Industrial dalam

Analisis Faktor-faktor Pemutusan Hubun- gan alasan perusahaan mengalamin sepi or-
gan Kerja Berdasarkan Putusan Hakim der. Penggugat menyatakan bahwa tergugat
Pengadilan Hubungan Industrial adalah pekerja borongan yang bekerja pada
seorang mandor dan tidak mempunyai daftar
PHK merupakan awal dari seseorang abesensi hadir di Perusahaan dan Terggugat
pekerja/buruh dari berakhirnya mempunyai menganggap para Penggugat adalah pekerja
pekerjaan ataupun pemula dari berakhirnya harian lepas. Pada tanggal 3 Oktober 2009
kemampuan presentasi untuk membiayai ke- penggugat melakukan PHK karena alasan
perluan hidup sehari-hari bagi diri sendiri dan efisiensi. Dan Tergugat harus membayar hak-
keluargannya. Jika setiap orang berhak atas hak para Penggugat berdasarkan Pasal 164
pekerjaan, orang tersebut setelah mendapat ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun
pekerjaan harus berhak pula terus bekerja, 2003.
artinya tidak diputuskan hubungan kerjan- Kedua, efisiensi yang dilakukan oleh
nya, pada esok harinya setelah ia mendapat peusahaan. Penyebab terjadinya PHK ini da-
pekerjaan. Oleh karena itu seharusnya tidak lam Perkara antara Djoko Pramono (PENG-
ada pemberhentian pekerja/buruh sama se- GUGAT) melawan PT. SUWATAMA (TER-
kali. Akan tetapi, kenyataan sehari-hari mem- GUGAT) dengan Nomor Perkara 38/G/2011/
buktikan bahwa PHK tidak mungkin dapat PHI.SMG, Tanggal 3 Febuari 2012. Pemutus-
dicegah seluruhnya. an hubungan kerja yang dilakukan Tergugat,
Ada beberapa alasan dan kondisi ter- juga adanya skrosing sebagaimana diatur da-
tentu menyebabkan dapat berakhirnya pu- lam Pasal 155 ayat (3) Undang-Undang No-
tusnya hubungan kerja, baik yang terletak mor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
pada diri pekerja/buruh maupun pengusaha. sehingga upah Penggugat tidak dibayarkan
PHK yang didasarkan pada alasan yang ter- lagi oleh Tegugat. Atas perbuatan Tergugat
letak pada diri pekerja/buruh adalah bahwa tersebut, Penggugat saat ini tidak menghasil-
PHK dimaksud dikehendaki oleh pengusaha kan uang (pangangguran) sementara kebutu-
karena terdapat peristiwa hukum yang dila- han hidup keluarga terus mendesak ditam-
kukan atau melibatkan pekerja/buruh, di- bah kondisikesehatan Penggugat yang tidak
mana peristiwa hukum yang dilakukan atau menentu akibat riwayat penyakit jantungnya.
melibatkan pekerja tersebut dapat berakibat Ketiga, adanya kesalahan berat yang
diakhirinya hubungan kerja. Peristiwa hukum dilakukan oleh pekerja/buruh. Yang menjadi
tersebut bisa dalam bentuk pelanggaran pe- alasan penyebab terjadinya PHK tersebut ter-
kerja/buruh terhadap ketentuan perundang- dapat dalam perkara sdr. Ani Mariani (PENG-
undangan, peraturan perusahaanatau PKB GUGAT) Melawan PT. LINGGARJATI MULIA
yang didalamnya secara tegas menyebutkan ABADI (TERGUGAT) dengan Nomor Perkara
bahwa pelanggaran dapat berakibat putus- 14/Pdt.Sus-PHI/G/2014/PN.SMG tanggal 2
nya hubungan kerja antara pekerja/buruh Juni 2014. Alasan pemutusan hubungan ker-
dengan pengusaha. ja karena dinilai secara keseluruhan merupa-
Apabila ditelaah dari putusan hakim kan pelanggaran berat karena telah merugi-
mengenai PHK, maka ada beberapa pe- kan perusahaan sebesar lebih dari US $500
nyebab terjadinya PHK. Pertama, PHK se- akibat dari berbagai kesalahan Penggugat.
cara lisan oleh pengusaha. Alasan PHK ini Dimana waktu perusahaan menagih ke bu-
terdapat pada perkara antara sdri: Muchid, yer dan buyer tidak mau membayar karena
Mukdi, Rakimah, Ratiyah melawan PT. HIJO kesalahan dari Penggugat dimana kurang cer-
MAS dengan Nomor Perkara 09/G/2010/ mat terhadap tanggugjawab yang diberikan
PHI.SMG, tanggal 10 Mei 2010. PHK dilaku- perusahaan ke Penggugat.
kan oleh PT. HIJO MAS (TERGUGAT) terha-
dap sdri : Muchid, Mukdi, Rakimah, Ratiy- Putusan Menganai Perselisihan PHK Di
ah (PENGGUGAT) dikarenakan pemberian Pengadilan Hubungan Industrial
Uang Pesangon tidak sesuai dengan UMR.
Penggugat melakukan PHK secara lisan den- Apabila melihat dari putusan-putusan

225

Pandecta. Volume 10. Nomor 2. December 2015

hakim PHI pada PN Semarang terhadap ka- tang Ketenagakerjaan, dasar penetapannya
sus-kasus PHK, bahwa pada umumnya kom- adalah sebagai berikut: a) Masa kerja kurang
ponen kompensasi yang diputuskan oleh dari 1 (satu) tahun mendapatkan uang pe-
hakim tetap berdasarkan Pasal 156 Undang- sangon, 1 (satu) bulan upah; b) Masa kerja
Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ke- 1 (satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari
tenagakerjaan, yang meliputi uang pesan- 2 (dua) tahun, mendapatkan uang pesangon
gon, uang penghargaan masa kerja dan uang sebesar 2 (dua) bulan upah; c) Masa kerja 2
penggantian hak. Akan tetapi, uang penggan- (dua) tahun atau lebih tetapi kurang dari 3
tian hak disini, hakim menentukan dengan (tiga) tahun, mendapatkan uang pesangon
uang penggantian hak perumahan dan pero- sebesar 3 (tiga) bulan upah; d) Masa kerja 3
batan sebesar 15% dari uang pesangon dan/ (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 4
atau uang penghargaan masa kerja. Dalam (empat) tahun, mendapatkan uang pesangon
beberapa putusan hakim juga menambahkan sebesar 4 (empat) bulan upah; e) Masa kerja
kekurangan-kekurangan upah dari pekerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi kurang dari
yang dipangkas oleh majikan. 5 (lima) tahun, mendapatkan uang pesangon
Sesuai dengan ketentuan Permen No- sebesar 5 (lima) bulan upah; f) Masa kerja 5
mor 01/MEN/1999 jo. Kepmen Nomor 226/ (lima) tahun atau lebih, tetapi kurang dari 6
MEN/2000 tentang upah minimum dan (enam) tahun, mendapatkan uang pesangon
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 sebesar 6 (enam) bulan upah; g) Masa ker-
Tentang Ketenagakerjaan dinyatakan bahwa ja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang
setiap tahun pemerintah dalam hal ini Pe- dari 7 (tujuh) tahun, 7 (tujuh) bulan upah; h)
merintah Provinsi menetapkan UMP dengan Masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi
tujuan kesejahteraan atau upah yang diteri- kurang dari 8 (delapan) tahun, mendapatkan
ma pekerja/buruh tidak merosot atau lebih uang pesangon sebesar 8 (delapan) bulan
rendah dari perkembangan harga-harga di upah; i) Masa kerja 8 (delapan) tahun atau
pasar dan inflasi atau dengan kata lain, upah lebih, mendapatkan uang pesangon sebesar
yang diterima pekerja/buruh sesuai dengan 9 (sembilan) bulan upah.
Kebutuhan Hiduip Minimum (KHM) seorang Untuk perhitungan uang penghargaan
pekerja/buruh. masa kerja sebagaimana dimaksud pada
Berdasarkan Permen Nomor 01/ Pasal 156 ayat (2) ditetapkan sebagai berikut:
MEN/1999 dinyatakan bahwa UMP hanya a) Masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih teta-
berlaku bagi seseorang pekerja/buruh den- pi kurang dari 6 (enam) tahun, mendapat-
gan masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, kan uang penghargaan kerja sebesar 2 (dua)
sedangkan dengan masa kerja lebih dari 1 bulan upah; b) Masa kerja 6 (enam) tahun
(satu) tahun, besarnya dirundingkan secara atau lebih tetapi kurang dari 9 (sembilan) ta-
bpartit antara pengusaha dengan SP/SB un- hun, mendapatkan uang penghargaan kerja
tuk disepakati dan sebagai standar untuk me- sebesar 3 (tiga) bulan upah; c) Masa kerja
netapkan upah yang dihasilnya dimuat dalam 9 (sembilan) tahun atau lebih tetapi kurang
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, dan dari 12 (duabelas) tahun, mendapatkan uang
PKB. Bagi pengusaha yang belum berdiri SP/ penghargaan kerja sebesar 4 (empat) bulan
SB, diharapkan supaya pekerja membentuk upah; d) Masa kerja 12 (duabelas) tahun atau
tim 5-10 orang wakil para pekerja untuk be- lebih tetapi kurang dari 15 (lima belas) ta-
runding dengan pihak pengusaha den sesuai hun, mendapatkan uang penghargaan kerja
prinsip hubungan industrial, pengusaha seba- sebesar 5 (lima) bulan upah; e) Masa kerja
gai mira pekerja harus secara terbuka mene- 15 (lima belas) tahun atau lebih tetapi kurang
rima permintaan pekerja untuk berunding. dari 18 (delapan belas) tahun, mendapatkan
Pemberian kompensasi sebagai akibat uang penghargaan kerja sebesar 6 (enam)
dari berakhirnya hubungan kerja, dipenga- bulan upah; f) Masa kerja 18 (delapan belas)
ruhi oleh masa kerja pekerja/buruh yang di tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 (dua-
PHK. Menurut ketentuan Pasal 156 Ayat (1) puluh satu) tahun, mendapatkan uang peng-
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 ten- hargaan kerja sebesar 7 (tujuh) bulan upah;

226
Yani Nur Fatimah, Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial di Pengadilan Hubungan Industrial dalam

g) Masa kerja 21 (duapuluh satu) tahun atau seperti besarnya uang pesangon yang layak,
lebih tetapi kurang dari 24 (duapuluh em- uang penghargaan masa kerja dan uang ganti
pat) tahun, mendapatkan uang penghargaan rugi yang merupakan bagian dari komponen
kerja sebesar 8 (delapan) bulan upah; dan h) upah yang riil.
Masa kerja 24 (duapuluh empat) tahun atau PHK selalu memiliki akibat hukum,
lebih, mendapatkan uang penghargaan kerja baik terhadap pengusaha maupun terhadap
sebesar 10 (sepuluh) bulan upah. pekerja/buruh itu sendiri. Akibat hukum yang
Untuk uang penggantian hak yang dimaksud adalah bentuk pemberian kom-
seharusnya diterima sebagaimana dimaksud pensasi upah kepada pekerja/buruh yang
dalam Pasal 156 Ayat (4), dengan ketentuan hubungan kerjanya terputus dengan pengu-
sebagai berikut: 1) Cuti tahunan yang belum saha. Bagi pengusaha merupakan kewajiban
diambil dan belum gugur; 2) Biaya atau ong- untuk memberikan kompensasi upah kepa-
kos pulang untuk pekerja/buruh dan keluar- da pekerja/buruh yag diputuskan hubungan
ganya ketempat dimana pekerja/buruh diteri- kerjanya, sebaiknya pekerja/buruh berhak
ma bekerja; 3) Penggantian perumahan serta untuk mendapatkan kompensasi upah terse-
pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% but. Dengan demikian, tidak selamanya PHK
(limabelas perseratus) dari uang pesangon selalu diikuti dengan pemberian kompensasi
dan atau uang penghargaan masa kerja bagi upah kepada pekerja/buruh. Adakalanya pe-
yang memenuhi syarat; 4) Hal-hal lain yang kerja/buruh tidak mendapatkan kompensa-
ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan si apapun atas terputusnya hubungan kerja
perusahaan atau perjanjian kerja bersama. dengan pengusaha, misalnya pekerja/buruh
Berdasarkan ketentuan Undang-Und- yang hubungan kerjanya diakhiri dalam masa
ang Nomor 13 Tahun 2003, pemberian kom- percobaan atau hubungan kerja didasarkan
pensasi bagi pekerja/buruh yang hubungan pada PKWT.
kerjanya terputus dengan pengusaha diatur Apabila permasalahan PHK ini sam-
dengan memperhatikan alasan-alasan PHK, pai ke pengadilan, maka pengadilan tidak
baik alasan yang terletak pada diri pekerja/ boleh menolak, memeriksa, mengadili dan
bueuh atau yag terletak pada diri perusahaan memutus perkara yang diajukan dengan dalil
itu sendiri. bahwa hukum tidak ada/kurang jelas (ber-
Terhadap putusan-putusan PHI pada dasarkan Pasal 16 Undang-Undang Nomor 2
PN Semarang terhapad kasus-kasus PHK Tahun 2004 tentang PPHI). Hakim berkewa-
yang dibahas dalam skripsi ini, maka hakim jiban untuk mengadili, mengikuti dan mema-
menggunakan dasar perhitungan kompensa- hami nilai-nilai hukum dan rasa keadila yang
si sesuai dengan yang diatur oleh Undang- hidup dalam masyarakat (berdasarkan Pasal
Undang dengan mengacu pada Pasal 156 28 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. tentang PPHI).
Pertimbangan hakim adalah pertim-
Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Mem- bangan hukum yang merupakan jiwa dan
berikan Kompensasi Kepada Pekerja/Bu- intisari putusan. Pertimbangan berisi analisi,
ruh agumnetasi, pendapat atau kesimpulan hu-
kum dari hakim yang memeriksa perkara.
PHK adalah masalah sehari-hari yang Kemudian diikuti analisi, hukum apa yang
seringkali terjadi di sekeliling masyarakat. Da- diterapkan untuk menyelesaiakan perkara
lam berbagai kasus, PHK menjadi permasala- tersebut.
han hubungan industrial antara kaum peker- Melihat dari putusan-putusan yang
ja/buruh dan pengusaha. Permasalahan PHK dianalisi dalam skripsi ini, maka kompensa-
tersebut seringkali berawal dari kurangnya si upah yang harus diberikan pengusaha ke-
pemahaman kedua belah pihak menganai pada pekerja/buruh akibat terjadinya PHK,
mekanisme pengambilan keputusan yang fair hakim berusaha bertindak adil dalam pertim-
bagi kepentingan masing-masing. Permasa- bangan-pertimbangan yang dituangkan da-
lahan tersebut terpusat pada aspek normatif lam pokok perkara, sehingga dapat mencapai

227

Pandecta. Volume 10. Nomor 2. December 2015

dasar penyelesaian sengketa. Adapun yang ketentuan Pasal 156 ayat (4)”. Sehingga dasar
menjadi dasar pertimbangan hakim tersebut hukum yang dipergunakan dalam perkara ini
antara lain sebagai berikut. Hakim menyatakan bahwa gugatan Penggu-
Pertama, adanya perbuatan melawan gat adalah Prematur atau Nebis In idem atau
hukum, dalam Perkara Nomor 09/G/2010/ kabur (abscuurliber), oleh karena itu gugatan
PHI.SMG, bahwa yang terjadi adalah PHK se- harus dinyatakan tidak dapat diterima (Niet
cara lisan dengan alasan perusahaan sedang Ontvankelijke Verklaard).
mengalami sepi pekerjaan/sepi order. Sebe- Ketiga, penggugat telah melakukan
lumnya pada Penggugat maupun Tergugat perbuatan melawan hukum dengan alasan
tidak mentandatangani surat perjanjian kerja karena telah merugikan perusahaan da-
dikarenakan melamar pekerjaan di tempat lam Perkara No. 14/Pdt.Sus-PHI/G/2014/
Penggugat secara lisan. Perjanjian kerja lisan PN.SMG, bahwa telah terjadi PHK dengan
diperbolehkan seperti yang tercantum dalam alasan kesalahan berat karena telah meru-
Pasal 51 Ayat (1) Undang-Undang No. 13 Ta- gikan perusahaan sebesar $ 500 atau sekitar
hun 2003 yang berbunyi “Perjanjian kerja di- Rp. 200.000.000,- akibat dari berbagai ke-
buat secara tertulis atau lisan”. Sehingga das- salahan Penggugat. Sehingga dasar hukum
ar hukum yang dipergunakan dalam perkara yang dipergunakan dalam perkara ini Ha-
a quo adalah berdasarkan Pasal 164 Ayat (3) kim menyatakan bahwa PHK dalam perkara
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 sehing- a quo yang terjadi sejak 26 Desember 2013
ga para Penggugat berhak atas kompensasi dan dikualifikasikan PHK karena pekerja me-
pesangon dan masa kerja para Penggugat lakukan kesalahan. Hak-hak yang diperoleh
pun dihitung hanya sampai dengan Tanggal 3 para Penggugat diatur dalam Pasal 161 Ayat
Oktober 2009. Upah yang diberikan tersebut (3) serta komponen untuk perhitungan uang
masih dibawah UMK Semarang Tahun 2009 pesangon adalah masa kerja dan upah dan
sebesar Rp. 838.500,- bahwa berdasarkan segala macam tunjangan yang bersifat tetap
Pasal 90 Ayat (1) Undang-Undang No. 13 sepeti yang diatur dalam Pasal 157 Undang-
Tahun 2003: “Pengusaha dilarang mebayar Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ke-
upah lebih rendah dari upah minimum”. tenagakerjaan.
Kedua, penggugat telah mekakukan
perbuatan melawan hukun dengan alasan Analisis Kepastian Hukum dalam Putusan
efisiensi dalam Perkara No.38/G/2011/PHI. Hakim Pengadilan Hubungan Industrial
SMG, bahwa telah terjadi PHK yang dilaku- Pada Pengadilan Negeri Semarang
kan Tergugat bukan dikarenakan Penggugat
telah melakukan tindakan indisipliner tetapi Hakim memegang peran penting da-
PHK yang dipaksakan dan diada-adakan atau lam menegakan hukum dan keadilan, peran
perusahaan ingin mengefisiensi karyawan, hakim juga sangat besar dalam memberikan
dimana dalam hal ini Penggugat berhak kepastian hukum. Dalam suatu perkara, ha-
mendapatkan pesangon sesuai ketentuan kim dapat memutuskan hal-hal bagi kedua
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Pasal belah pihak dengan melihat dari pembuktian.
164 Ayat (3) yang berbunyi :“Pengusaha da- Setelah terbukti, hakim menemukan hukum
pat melakukan pemutusan hubungan kerja dalam perkara yang disengketakan tersebut.
terhadap pekerja/buruh karena perusahaan Pada hakekatnya, hakim harus meny-
tutup bukan karena mengalami kerugian 2 elesaikan setiap peristwa konkrit, kasus atau
(dua) tahun berturut-turut atau bukan kare- konflik yang dihadapinya. Ada kiranya dasar
na keadaan memaksa (force majeur) tetapi hukum postif dalam penemuan hukum, se-
perusahaan melakukan efisiensi, dengan ke- perti dalam Pasal 1 Undang-Ungang Nomor
tentuan pekerja/buruh berhak atas uang pe- 4 Tahun 2004 tentang PPHI telah ditentukan
sangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan Pasal bahwa kekuasaan kehakiman adalah keku-
156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja asaan negara hukum dan keadilan berdasar-
sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat kan Pancasila demi terselanggaranya negara
(3) dan uang penggantian hak sesuai sesuai hukum RI. Merdeka disini berarti bebas. Jadi

228
Yani Nur Fatimah, Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial di Pengadilan Hubungan Industrial dalam

kekuasaan kehakiman adalah bebas untuk hak yang bersengketa, dapat terlihat jelas da-
menyelenggarakan peradilan. Asas kebebe- lam persoalan kompensasi upah yang harus
san peradilan ialah bebes untuk mengadili dibayarkan oleh hakim. Dalam praktiknya,
danbebas dalam campur tangan dari pihak pihak yang di PHK atau pekerja/buruh sering
ektra yudisiil. Kebebesan hakim memberi menntut lebih hak-hak normatifnya. Sesuai
wewenang kepada hakim untuk melakukan dengan kebebesan hakim alam arti mikro,
penemuan hukum secara leluasa. hakim PHI tidak begitu saja memenuhinya,
Pada dasarnya apa yang dilakukan oleh hakim berpedoman pada Pasal 156 Undang-
hakim di persidangan adalah mengkonstatasi Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Kete-
peristiwa konkrit, tang sekaligus merumus- nagakerjaan. Untuk menemukan hukumnya,
kan peristiwa konkrit, mengkualifikasi peris- terbukti pada saat acara pembuktian dan ja-
tiwa konkrit serta mengkonstitusi. Penemuan wab-menjawab diantara kedua belah pihak,
hukum merupakan proses atau rangkaian dan hakim PHI menemukan fakta-fakta hu-
kegiatan yang bersifat kompleks, yang dimu- kumnya. Berawal dari hal tersebut, akhirnya
lai sejak acara jawab-menjawab sempai dija- hakim dapat memutuskan perkara tersebut.
tuhkan putusan. Prosedur penemuan hukum Dalam pertimbangan-pertimbangan,
pada pemeriksaan perkara PHI sama seperti hakim PHI dalam putusan yang penulis ana-
pemeriksaan perdata, dimana penggugat da- lisa, terlebih dahulu mengungkapkan fakta-
pat mengajukan gugatan yang berisi peristi- fakta hukum dari persidangan hakim yang te-
wa konkrit yang dijawab oleh tergugat dalam lah mencerminkan kepastian hukum. Analisis
jawabannya yang berisi konkrit pula. Maka penulis menganai adanya kepsatian hukum
hakim perlu mengetahui apa yang sekiranya terhadap putusan-putusan hakim PHI terse-
menjadi sengketa kedua belah pihak. Untuk but adalah sebagai berikut.
itu perlu diadakannya acara jawab-menja- Pertama, berdasarkan Perkara
wab diantara kedua belah pihak. No.09/G/2010/PHI.SMG bahwa PHK yang
Hakim harus memperoleh kepastian dilakukan oleh tergugat terhadap penggugat
tentang sengketa atau peristiwa konkrit yang tidak sah dan tidak dapat dibuktikan secara
terjadi. Peristiwa konkrit tersebut dirumus- hukum sebab PHK dilakukan oleh Penggugat
kan, akan tetapi yang dirumuskan hanyalah secara lisan oleh tergugat dengan alasan pe-
peristiwa hukum yang relevan saja yang ha- rusahaan sedang mengalami sepi pekerjaan/
rus dibuktikan. Kapan suatu peristiwa konkrit sepi order. PHK terhadap penggugat ini di-
itu relevan? Peristiwa yang relevan adalah lakukan tidak sesuai dengan prosedur yang
peristiwa yang penting bagi hukum, yang seharusnya, tidak ada pemberian surat perin-
berarti peristiwa yang dapat dicakup oleh gatan terlebih dahulu karena Penggugat tidak
hukm dan dapat ditundukkan oleh hukum. mentandatangani surat perjanjian kerja dika-
Peristiwa relevan tersebut nantinya dapat renakan melamar pekerjaan di tempat Tergu-
memperngaruhi penyelesaian perkara. Un- gat secara lisan. Perjanjian kerja lisan diper-
tuk megetahui peristiwa yang relevan hakim bolehkan seperti tercantum dalam Pasal 51
terlebih dahulu harus mengetahui peraturan Ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun
hukumnya.hakim berusaha menemuka hu- 2003 yaitu “Penjanjian kerja dibuat secara
kum dan tidak dapat memutuskan lebih atau tertulis atau lisan.”
kurang dari yang dituntut oleh pihak yang Tergugat menyatakan para Penggu-
bersengketa. Dari perkara-perkara PHK yang gat adalah pekerja borongan yang bekerja
dianalisi dalam skripsi ini, kepastian hukum pada seorang mandor dan tidak mempunyai
yang diberikan oleh hakim mengacu pada daftar abseni hadir kerja di perusahaan dan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dan Tergugat menganggap para Penggugat ada-
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 serta lah karyawan harian lepas. Hal ini merupa-
perUndang-undang lain yang relevan dengan kan perbuatan melawan hukum. Hakim PHI
perkara tersebut. berpendapat berdasarkan KEPMENAKER No.
Mengenai hakim tidak dapat memu- KEP.100/MEN/VI?2004 tentang pelaksanaan
tuskan lebih atau kurang dari yang ditutut pi- perjanjian kerja waktu tertentu pada BAB V

229

Pandecta. Volume 10. Nomor 2. December 2015

perihal Perjanjian Kerja Harian Lepas, Pasal yang dilakukan Tergugat bukan dikarenakan
10 ayat (1) : “Untuk pekerjaan-pekerjaan Penggugat telah melakukan tindakan indisip-
tertentu yang berubah-ubah dalam waktu liner tetapi PHK yang dipaksakan dan diada-
dan volume pekerjaan serta upah didasar- adakan atau perusahaan ingin mengefisiensi
kan pada kehadiran, dapat dilakukan dengan karyawan, dimana dalam hal ini Penggugat
perjanjian kerja harian lepas.” Pasal 10 Ayat berhak mendapatkan pesangon sesuai keten-
(2) : “Perjanjian kerja harian lepas sebagaima- tuan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
na dimaksud dalam ayat (1) dilakukan den- Pasal 164 Ayat (3) yang berbunyi : “Pengu-
gan ketentuan pekerja/buruh bekerja kurang saha dapat melakukan pemutusan hubungan
dari 21 hari dalam 1 bulan”. Pasal 10 Ayat kerja terhadap pekerja/buruh karena perus-
(3) : Dalam hal pekerja/buruh bekerja 21 ahaan tutup bukan karena mengalami keru-
hari atau lebih selama 3 bulan berturut-turut gian 2 (dua) tahun berturut-turut atau bukan
atau lebih maka perjanjian kerja harian lepas karena keadaan memaksa (force majeur) te-
berubah menjadi Perjanjian Kerja Waktu Ti- tapi perusahaan melakukan efisiensi, dengan
dak Tertentu (PKWTT).” Berdasarkan bukti, ketentuan pekerja/buruh berhak atas uang
masa kerja para Penggugat adalah diatas 5 pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan Pasal
tahun sehingga hal tersebut jelas bertentan- 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja
gan dengan Pasal 10 ayat (3) KEPMENAKER sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat
No. KEP.100/MEN/VI/2004 seperti tersebut, (3) dan uang penggantian hak sesuai sesuai
dengan demikian perjanjian kerja harian le- ketentuan Pasal 156 ayat (4)”. Sehingga dasar
pas berubah menjadi Perjanjian Kerja Waktu hukum yang dipergunakan dalam perkara ini
Tidak Tertentu (PKWTT). Berdasarkan Pasal Hakim menyatakan bahwa gugatan Penggu-
10 Ayat (3) KEPMENAKER No. KEP.100/MEN/ gat adalah Prematur atau Nebis In idem atau
VI/2004 status Penggugat bukanlah karyawan kabur (abscuurliber), oleh karena itu gugatan
harian lepas melainkan sebagai pekerja tetap. harus dinyatakan tidak dapat diterima (Niet
Adapun kepastian hukum yang dibe- Ontvankelijke Verklaard). Dalam perkara ini,
rikan hakim PHI terhadap perkara tersebut gugatan dinyatakan tidak dapat diterima dan
memang benar adanya, dimana penulis ber- nilai gugatanya dibawah Rp. 150.000.00,-
pendapat bahwa mengenai kompensasi upah maka sesuai dengan Pasal 58 Undang-Un-
yang wajib dibayarkan Penggugat, harus sesu- dang No. 2 Tahun 2004 tentang PPHI para
ai dengan UMK Semarang Tahun 2009 sebe- pihak yang berberkara tidak dikenakan biaya
sar Rp. 838.500-,/bulan. Berdasarkan Pasal perkara dan membebankan biaya perkara
90 Ayat (1) Undang-Undang No.13 Tahun kepada Negara sebesar Rp. 170.800,-
2003 “Pengusaha dilarang membayar upah Ketiga, berdasarkan perkara No.14/
lebih rendah dari upah minimum.” Oleh Pdt.Sus-PHI/G/2014/PN.SMG, bahwa bukti-
karena itu kekurangan upah sebelumnya ha- bukti yang diajukan tidak cukup kuat untuk
rus dibayarkan. Dalam perkara ini, gugatan membuktikan bahwa penggugat telah me-
dinyatakan tidak dapat diterima dan nilai lakukan kesalahan berat dan Penggugat ti-
gugatanya dibawah Rp. 150.000.00,- maka dak terbukti merugikan perusahaan. Alasan
sesuai dengan Pasal 58 Undang-Undang No. pemutusan hubungan kerja karena dinilai
2 Tahun 2004 tentang PPHI para pihak yang secara keseluruhan merupakan pelanggaran
berberkara tidak dikenakan biaya perkara berat karena telah merugikan perusahaan
dan membebankan biaya perkara yang tim- sebesar lebih dari US $500 akibat dari ber-
bul dalam perkara ini kepada Negara sebesar bagai kesalahan Penggugat. Dimana waktu
Rp. 106.000,- perusahaan menagih ke buyer dan buyer
Kedua, berdasarkan perkara tidak mau membayar karena kesalahan dari
No.38/G/2011/PHI.SMG bahwa PHK yang Penggugat dimana kurang cermat terhadap
dilakukan oleh tergugat terhadap penggugat tanggugjawab yang diberikan perusahaan
tidak sah dan tidak dapat dibuktikan secara ke Penggugat. Oleh karena ituhak-hak yang
hukum sebab PHK dilakukan oleh Penggu- diperoleh Penggugat dalam perkara a quo
gat dengan alasan efisiensi, telah terjadi PHK adalah sesuai dengan ketentuan Pasal 161

230
Yani Nur Fatimah, Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial di Pengadilan Hubungan Industrial dalam

Ayat (3) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 satunya sumber hukum.


yang berbunyi “Pekerja/buruh yang mengala-
mi pemutusan hubungan kerja dengan alasan 4. Simpulan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mem-
Berdasarkan hasil penelitian, analisis
peroleh uang pesangon sebesar 1 (satu) kali
dan pembahasan oleh peneliti maka dapat
ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghar-
disimpulkan sebagai berikut. Pertama, pe-
gaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentu-
menuhan hak pekerja/buruh yang mengala-
an Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian
mi Pemutusan Hubungan Kerja berdasarkan
hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4).” Se-
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 ten-
dangakan untuk perhitungan uang pesangon
tang Penyelesaian Perselsihan Hubungan In-
adalah masa kerja dan upah segala macam
dustrial. Hak pekerja/buruh yang tercantum
tunjangan seperti yang diatur dalam Pasal
dalam perjanjian kerja jika terjadi PHK maka
157 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
pekerja/buruh hanya memperoleh uang pe-
tentang Ketenagakerjaan. Dalam perkara ini,
sangon dan uang penggantian hak sesuai
gugatan dinyatakan tidak dapat diterima dan
dengan ketentuan perUndang-Undang yang
nilai gugatanya dibawah Rp. 150.000.00,-
berlaku. Ada beberapa alasan dan kondisi
maka sesuai dengan Pasal 58 Undang-Un-
tertentu yang menyebabkan dapat berakhir-
dang No. 2 Tahun 2004 tentang PPHI para
nya hubungan kerja, baik yang terletak pada
pihak yang berberkara tidak dikenakan biaya
diri pekerja/buruh maupun penguasaha.
perkara dan membebankan biaya perkara
Apabila melihat dari putusan-putusan hakim
kepada Negara sebesar Rp. 181.000,-
PHI menganai kasus-kasus PHK, maka ada
Akan tetapi, dalam persoalan menganai
beberapa penyebab terjadinya PHK tersebut
kepastian hukum ini ada pertimbangan sulit
antara lain PHK yang dilakukan Perusanaan
menganai hal tersebut. Apabila nilai suatu
secara lisan, adanya efisiensi yang dilakukan
kepastian hukum itu lebih ditonjolkan, tentu
perusahaan yang menyebabkan terjadinya
saja akan menggeser nilai kepastian dan nilai
PHK, dan karena ada kesalahan berat yang
keadilan. Sebaiknya apabila memperhatikan
dilakukan pekerja/buruh.
hal-hal berguna dan tidak mempertimbang-
Kedua, PHK selalu memilik akibat hu-
kan hal-hal yang berguna dan tidak mem-
kum, baik terhadap pegusaha maupun ter-
pertimbangkan hal-hal yang konkrit, maka
hadap pekerja/buruh. Akibat hukum yang
akan menggeser nilai kepastian dan keadi-
dimaksud adalah bentuk pemberian kom-
lan. Adanya dominasi keadilan, mengandung
pensasi upah kepada pekerja/buruh yang hu-
resiko bahwa kepastian hukum akan terlalu
bungan krjanya terputus dengan pengusaha.
jauh dikorbankan. Untuk itu haruslah diper-
Berdasarkan putusan-putusan yang dianalisi
hatikan permasalahan penemuan hukum be-
dalam skripsi ini, maka terhadap kompensa-
bas oleh hakim.
si upah yang harus diberikan pengusaha ke-
Oleh karena itu, kesimpulan akhir dari
pada pekerja/buruh akibat terjadinya PHK,
penulis berdasarkan putusan-putusan hakim
hakim berusaha bertindak adil dalam per-
PHI pada PN Semarang, bahwa kepastian
timbangan yang dituangkan dalam “pokok
hukum tidak dapat tercapai hanya dengan
perkara”, sehingga dapat mencapai dasar pe-
menelaah setiap peraturan-peraturan yang
nyelesaian sengketa. Menganai peran hakim
ada. Dalam hal ini, permasalahan pokok
dalam memberikan kepsatian hukum terha-
yang harus dipecahkan adalah masalah ke-
dap kasus-kasus PHK terlihat dalam setiap
masyarakatan yang konkrit. Apabila dari
putusannya. Kepastian hukum dapat berarti
peristiwa-peristiwa konkrit tersebut ada yang
keharusan adanya suatu peraturan.
tidak diatur oleh suatu peraturan, maka tu-
Walaupun peraturan-peraturan men-
gas hakimlah untuk menentukan hukumnya.
genai hukum ketenagakerjaan tidak terhim-
Undang-Undang sendiri lebih mengarah ke-
pun dalam suatu kodifikasi, peraturan terse-
pada usulan penyelesaian sebagai pedoman
but tetep dapat memberikan suatu kepastian
untuk menemukan hukum, hal ini disebab-
hukum. Terkecuali dalam Undang-Undang
kan karena Undang-Undang bukanlah satu-

231

Pandecta. Volume 10. Nomor 2. December 2015

tidak mengaturnya, maka hakim baru mene- Terhadap Konvensi ILO; Bandung: Karya Putra
mukan hukumnya (sesuai dengan ketentuan Darwati Bandung.
Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Zainal, dkk., A. 1994. Dasar-Dasar Hukum Perburuhan;
Tahun 2004). Selain itu, kepastian hukum da- Jakarta; PT Raja Grafindo Persada.
pat berarti memberikan perlindungan hukum Zaeni, A. 2008. Hukum Kerja: Hukum Ketenagakerjaan
terhadap individu yang disewanang-wenang- Bidang Hubungan Kerja; Jakarta: Rajawali Pers.
kan oleh individu. Maka dapat dilihat dalam Peraturan PerUndangan-Undangan :
putusan akhirnya, bahwa setiap tindakan-tin- Pancasila dan UUD 1945
dakan individu yang semena-mena, seperti Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Seri-
salah satunya adalah PHK secara sepihak tan- kat Pekerja/ Serikat Buruh
pa membayarkan hak-hak normatif pekerja, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ke-
maka hakim berupaya untuk mengabulkan tenagakaerjaan
tuntutan dari individu (pekerja/buruh) yang Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Peny-
terlarang, walaupun ada ketentuan hakim elesaian Perselisihan Hubungan industrial
PHI tiadak dapat memutuskan lebih atau ku- Kepmen No. 255 Tahun 2003 tentang Tata Cara Pem-
rang dari apa yang dituntut olehnya. bentukan dan Susunan Keanggotaan Lembaga
Kerjasama Tripartit
Daftar Pustaka
Kepmennaker RI No. KEP-105/MEN/2000 tentang Pe-
Budiono, R. Abdul; Hukum Perburuhan; Jakarta Barat; nyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja dan
PT Indeks; 2011 Penetapan Uang Pesangon, Uang Penghargaan
Hardijan, R. 2011. Hukum Ketenagakerjaan; Bogor: Masa Kerja dan Ganti Kerugian di Perusahaan.
Ghalia Indonesia. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: KEP-17/
Husni, L., 2003. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan In- MEN/2000 tentang Perbaikan Penulisan Pada
donesia; Jakarta; PT Raja Grafindo Persada. Pasal 1 Angka 12 dan Pasal 18 Ayat (1) huruf
Libertus, J., 2007. Hak-Hak Pekerja Bila di PHK; g, h dan i Keputusan Menteri Tenaga Keja RI
Tangerang; Praninta Offset. Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja dan
Marbun, R. 2010. Jangan Mau di PHK Begitu Saja; Ja- Penetapan Uang Pesangon, Uang Penghargaan
karta Selatan; Visi Media. Masa Kerja dan Ganti Kerugian di Perusahaan
Midah, A. 2010. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia: Putusan MK No. 012/PUU-I/2003 atas Hak Uji Ma-
Dinamika dan Kajian Teori; Bogor: Ghalia Indo- teriil Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
nesia tentang Ketenagakerjaan terhadap Undang-
Sidabutar, E. S., 2004. Pedoman Penyelesaian PHK; Ja- Undang Tahun 1945
karta; PT. Raja Grafindo Persada; . Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan SE.13/MEN/
Sunyoto, D., 2010. Hak Dan Kewajiban Bagi Pekerja SJ-HKI/I/2005 tentang Putusan MK atas Hak Uji
Dan Pengusaha; Yogyakarta; Pusaka Yustisia. Materiil Undang-Undang Nomor 13 Tentang
Wijayanti, A., 2009. Hukum Ketenagakerjaan Pasca Re- Ketenagakerjaan terhadap Undang-Undang Ta-
formasi; Jakarta; PT. Sinar Grafika. hun 1945
Wijayanti, A., 2012. Sinkronisasi Hukum Perburuhan


232

Anda mungkin juga menyukai