Anda di halaman 1dari 9

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2022/23.1 (2022.2)

Nama Mahasiswa : DAWAM ADI HILMANTORO


Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 041812096
Tanggal Lahir : SURAABAYA, 05 SEPTEMBER 1994
Kode/Nama Mata Kuliah. : ADBI4336/HUKUM KETENAGAKERJAAN
Kode/Nama Program Studi : 51/ S1 - ADMINISTRASI BISNIS
Kode/Nama UPBJJ : 71/ UPBJJ UT - SURABAYA
Hari/Tanggal UAS THE : JUMAT, 30 DESEMBER 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : DAWAM ADI HILMANTORO


NIM : 041812096
Kode/Nama Mata Kuliah : ADBI4336/HUKUM KETENAGAKERJAAN
Fakultas : FISHIP
Program Studi : 51/ S1 - ADMINISTRASI BISNIS
UPBJJ-UT : 71/ UPBJJ UT - SURABAYA

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik
yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.

Surabaya, 30 Desember 2022


Yang Membuat Pernyataan
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

JAWABAN :

MATA KULIAH
ADBI4336/HUKUM KETENAGAKERJAAN

NO.1
A.

Dalam hubungan industrial tentunya ada hubungan kerja antara pemberi kerja dan pekerja. Hubungan kerja
adalah hubungan (hukum) antara pengusaha dengan dengan pekerja berdasarkan Perjanjian Kerja. Dalam
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan) disebutkan bahwa
hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh. Perjanjian kerja
adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat
kerja, hak, dan kewajiban para pihak. Perjanjian kerja ini merupakan suatu ikatan yang harus dipenuhi oleh
pekerja/buruh dan perusahaan tempatnya bekerja.

Pemberi kerja wajib mengetahui perbedaan antara perjanjian kerja yang seharusnya tertera pada PKWT dan
PKWTT. Sedangkan para pekerja wajib mengetahui hak dan kewajibannya sebagai pekerja, yang juga
tertuang di dalam surat perjanjian. Surat perjanjian inilah yang kemudian akan dijadikan sebagai acuan
dalam proses masa kerja.

Selain perjanjian kerja, demi memelihara hubungan kerja yang baik dan harmonis antara pengusaha dan
karyawan, dalam usaha bersama meningkatkan kesejahteraan karyawan dan kelansungan usaha perusahaan.
Sebuah perusahaan juga membutuhkan peraturan perusahaan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha
yang memuat ketentuan tentang syarat kerja serta tata tertib perusahaan. Peraturan Perusahaan dibuat untuk
menjadi pegangan bagi Perusahaan maupun karyawan yang berisikan tentang hak-hak dan kewajiban
masing-masing pihak.

Kemudian dalam hubungan ketenagakerjaan juga dikenal istilah Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang
merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh; atau beberapa serikat pekerja/serikat
buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha;
atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha; yang memuat syarat-syarat kerja, serta hak dan
kewajiban kedua belah pihak. PKB tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Ketiga hal tersebut penting untuk dipahami bagi setiap pihak terutama yang terkait dalam hubungan
industrial agar tercipta hubungan kerja yang baik dan sehat

Apabila pekerja yang telah diberitahu mengenai PHK, menolak atas putusan tersebut, maka pekerja
harus membuat surat penolakan disertai alasan paling lama 7 hari kerja setelah diterimanya surat
pemberitahuan PHK. Dan kemudian harus melalui mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan
industrial, dalam hal ini perselisihan PHK, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(pasal 39 PP 35/2021)
 Menurut saya pekerja tersebut tidak bisa dikatakan salah karena menanyakan kenaikan gaji yang
dianggap masih kurang dari standar bagi pekerja yang telah mengabdi selama 10 tahun, namun
pekerja tersebut melakukan protes dengan cara yang salah dan mungkin tanpa adanya musyawarah
dengan pihak perusahaan sehingga perusahaan memberhentikan pekerja tersebut karena adanya
berbagai faktor dan kebijaksanaan. Karena dengan adanya protes kebaikan gaji secara berlebihan
dapat mengakibatkan ketidakstabilan kondisi lingkungan di perusahaan dan antar pekerja sehingga
dapat mempengaruhi produktivitas perusahaan. Alangkah sejuknya jika pekerja tersebut
melayangkan protes keberatan atas gaji yang diterima secara musyawarah dengan pihak perusahaan.
Indonesia memang negara demokratis, namun tidak anarkis.
B.
Syarat – syarat perjanjian kerja yang dimaksud adalah pasal 54 UU No 13/2003 adalah perjanjian
kerja dibuat secara tertulis dan sekarang kurangnya harus memuat :
a. Nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha
b. Nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh
c. Jabatan atau jenis pekerjaan
d. Tempat pekerjaan
e. Besarnya upah dan cara pembayarannya
f. Syarat syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh
g. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja
h. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat.dani, tanda tangan para pihak dalam perjanjian
kerja.
C.
Bila dalam perusahaan memiliki lebih dari 1 SP/SB, maka yang dapat berunding, adalah maksimal 3
(tiga) SP/SB atau gabungan SP/SB yang jumlah anggotanya minimal 10% dari seluruh buruh yang
ada di perusahaan. 3 SP/SB yang dimaksud ditentukan sesuai peringkat berdasarkan jumlah anggota
yang terbanyak (Permenaker 28/2014
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

No 2
A. Ketentuan pasal 151 Undang – Undang No 13 tahun 2003 menetapkan tiga tahapan yang
harus ditempuh dalam hal pengusaha berkehendak untuk memutuskan hubungan kerja dengan
buruh/pekerja
Pertama, pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/buruh dan pemerintah, dengan segala upaya
harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja.
Kedua, bilamana dengan segala upaya yang dilakukan, tidak dapat dihindari pemutusan hubungan
kerja maka maksud untuk memutuskan hubungan kerja wajib dirundingkan oleh pengusaha dan
serikat pekerja/buruh atau dengan pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang bersangkutan tidak
menjadi anggota serikat pekerja/buruh.
Ketiga, jika perundingan tersebut benar – benar tidak menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya
dapat memutuskan hubungan kerja dengan pekerja/buruh setelah memperoleh menetapkan dari
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial
Pasal 102 UU 13/2003 menegaskan tugas masing-masing pihak sebagai berikut:
1. Pemerintah: menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan pengawasan, dan
melakukan penindakan terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan.
2. Pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruhnya: menjalankan pekerjaan sesuai dengan
kewajibannya, menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara
demokratis, mengembangkan keterampilan, dan keahliannya serta ikut memajukan
perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya.
3. Pengusaha dan organisasi pengusahanya: menciptakan kemitraan, mengembangkan usaha,
memperluas lapangan kerja, dan memberikan kesejahteraan pekerja/buruh secara terbuka,
demokratis, dan berkeadilan
B.
Aturan Ketenagakerjaan menegaskan penyelesaian perselisihan hubungan industrial wajib
dilaksanakan oleh pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh melalui
perundingan bipartit secara musyawarah untuk mufakat. Namun dalam hal penyelesaian
secara musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka pengusaha dan pekerja/ buruh atau
serikat pekerja/serikat buruh menyelesaikan perselisihan hubungan industrial melalui
prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang diatur dengan undang-undang
yakni Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Hubungan Industrial (UU
2/2004). Prosedur yang disediakan antara lain melalui mediasi hubungan industrial atau
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

konsiliasi hubungan industrial atau arbitrase hubungan industrial. Bila masih juga gagal,
maka perselisihan hubungan industrial dapat dimintakan untuk diselesaikan pada Pengadilan
Hubungan Industrial yang ada pada setiap Pengadilan Negeri Kabupaten/Kota yang berada di
setiap Ibukota Provinsi, yang daerah hukumnya meliputi tempat kerja pekerja.

No.3
A. Berdasarkan Undang – Undang No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 65 ayat
1
1) Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dilaksanakan
melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis.
2) Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain sebagaimana dimaksud
ayat 1 harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut :

- Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama

- Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi


pekerjaan

- Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan dan

- Tidak menghambat proses produksi secara langsung

3) Perusahaan lain sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus berbentuk badan hukum.
B.
Undang-undang yang mengatur tentang ketenagakerjaan yaitu UU No. 13 Tahun 2003. Dalam Pasal 66
ayat 3, disebutkan bahwa perusahaan penyedia tenaga kerja atau buruh adalah perusahaan berbadan
hukum dan memiliki izin dari instansi yang terkait dengan bidang ketenagakerjaan. Peraturan tersebut
ditegaskan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Kep-101/Men/VI/2004
tentang Tata Cara Perizinan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh. Dalam Pasal 2 dan Pasal 3,
disebutkan bahwa untuk menjadi perusahaan penyedia tenaga kerja, harus mempunyai izin operasional
dari Dinas Ketenagakerjaan di kabupaten atau kota setempat.
Adapun persyaratan untuk mendapatkan izin operasional perusahaan penyedia tenaga kerja adalah:
 Salinan akta pendirian perusahaan dan pengesahannya sebagai badan hukum berbentuk PT dari
Kementerian Hukum dan HAM
 Salinan anggaran dasar (AD) yang menyatakan kegiatan usahanya merupakan penyedia jasa pekerja
atau buruh
 Salinan SIUP sesuai dengan TDP
 Salinan bukti wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan, berdasarkan UU No. 7 Tahun 1981
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Untuk memenuhi persyaratan pengajuan izin operasioal, perusahaan outsourcing juga harus
memenuhi kriteria yang lain meliputi:

 Perusahaan berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT) yang didirikan berdasarkan peraturan
perundang-undangan
 Mempunyai tanda daftar perusahaan (TDP)
 Mengantongi izin usaha
 Mempunyai bukti wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan
 Telah mempunyai izin operasional
 Mempunyai kantor dan alamat tetap
 Mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama perusahaan
C. Perusahaanpakan badan usaha berbentuk badan hukum yang memenuhi syarat untuk
melaksanakan pekerjaan tertentu membuat perjanjian yang disepakati dengan perusahaan
pemberi pekerjaan. Sedangkan pekerja meski sehari-hari bekerja di lokasi kerja
perusahaan pemberi kerja namun tidak memiliki perjanjian kerja langsung dengan
perusahaan pemberi kerja melainkan dengan perusahaan alih daya. Atau dengan kata lain
pekerja menjadi tanggung jawab perusahaan alih daya.

Paska Omnibus Law UU No. 11/2020 jo PP 35/2021, alih daya tidak lagi dibedakan
antara Pemborongan Pekerjaan (job supply) atau Penyediaan Jasa Pekerja (labour
supply).  Alih Daya tidak lagi dibatasi hanya untuk pekerjaan penunjang (non core
business) sehingga tidak ada lagi pembatasan jenis pekerjaan yang dapat dialihdayakan.
Jenis pekerjaan yang bisa dialihdayakan tergantung pada kebutuhan sektor. Aturan ini
berbeda dengan UU No. 13 Tahun 2003 jo Permenaker No. 19/2012 jo Permenaker No.
11/2019 yang memberi batasan pada perjanjian jasa penyedia pekerjaan, jenis pekerjaan
dibatasi hanya untuk pekerjaan penunjang (non core business), yakni terbatas pada: usaha
pelayanan kebersihan (cleaning service), usaha penyediaan makanan bagi
pekerja (catering), usaha tenaga pengamanan (security/satuan pengamanan), usaha jasa
penunjang di pertambangan dan perminyakan, serta usaha penyediaan angkutan pekerja.
Perluasan sistem kerja outsourcing ini mendapatkan banyak penolakan dari serikat buruh,
mengingat sebelum omnibus law, sistem kerja ini pada prakteknya diberlakukan bagi
berbagai jenis pekerjaan (baik pekerjaan utama maupun penunjang) karena lemahnya
pengawasan ketenagakerjaan. Dan saat ini perluasan tersebut dilegalkan dengan omnibus
law.

No.5
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

A. Kriteria yang termasuk kesalahan berat menurut pasal 158 UU No 13 Tahun 2003:
a.melakukan penipuan, pencurian atau penggelapan barang dan/atau uang milik
perusahaan
b.memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan perusahaan
c.mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan,memakai dan/a atau
mengedarkan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya di lingkungan kerja.
d.melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja
e.menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman sekerja atau
pengusaha di lingkungan kerja.
f.membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan peraturan perundang – undangan
g.dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya
barang milik perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
h.dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pengusaha dalam
keadaan bahaya ditempat kerja
i.membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya dirahasiakan
kecuali untuk kepentingan negara atau
j.melakukan perbuatan lainnya di lingkungan perusahaan yang diancam pidana penjara
5 (lima) tahun atau lebih.
B.
Di dalam pertimbangan putusan MK mewajibkan pengusaha menghormati asas
praduga tak bersalah. Dalam pertimbangan hukum MK mengatakan pasal 158 tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat. Di dalam amar putusannya MK menyatakan
pasal 158 bertentangan dengan UUD 1945. MK juga mempertimbangkan pasal 159
sebagai ketentuan yang menimbulkan kerancuan berpikir dengan mencampuradukkan
proses perkara pidana dengan proses perkara perdata. Menurut MK eksistensi pasal
159 menimbulkan beban pembuktian yang tidak adil dan memberatkan buruh.
MK memperlihatkan pendapat berbeda terhadap pasal 158 dan pasal 159. Di dalam
amar putusannya MK menyatakan pasal 159 bertentangan dengan UUD 1945 tetapi
dalam pertimbangan MK tidak menyatakan pasal 159 tidak mempunyai kekuatan
hukum pengikat. Namun demikian pasal 158 dan pasal 159 tidak lagi berlaku sebagai
hukum positif sehingga perbuatan yang terurai dalam pasal 158 tidak dapat digunakan
alasan melakukan PHK.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

C.
- Pekerja/buruh yang diputus hubungan kerjanya berdasarkan alasan sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 dapat memperoleh uang penggantian hak sebagaimana dimaksud
dalam pasal 156 ayat (4)
- Bagi pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) yang tugas dan fungsinya
tidak mewakili kepentingan usaha secara langsung, selain uang penggantian hak sesuai
dengan ketentuan pasal 156 ayat (4) diberikan uang pisah yang besarnya dan
pelaksanaanya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian
kerja sama.
- Apabila pekerja/buruh tidak menerima pemutusan hubungan kerja sebagaimana
dimaksud dalam pasal 158 ayat (1), pekerja /buruh yang bersangkutan dapat
mengajukan gugatan ke lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial

Anda mungkin juga menyukai