Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.1 (2021.2)

Nama Mahasiswa : Muhdi Koda

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 024632241

Tanggal Lahir : 18 Juli 1989

Kode/Nama Mata Kuliah : ADBI4336 /HUKUM KETENAGAKERJAAN

Kode/Nama Program Studi : FHISIP / FAKULTAS HUKUM

Kode/Nama UPBJJ : UNIVERSITAS TERBUKA

Hari/Tanggal UAS THE : KAMIS, 30 DESEMBER 2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan
Mahasiswa Kejujuran
Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Muhdi Koda


NIM : 024632241
Kode/Nama Mata Kuliah : ADBI4336 /HUKUM KETENAGAKERJAAN
Fakultas : FAKULTAS HUKUM
Program Studi : FHISIP
UPBJJ-UT : UNIVERSITAS TERBUKA TERNATE

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada
laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal
ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan
aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Labuha, 30 Desember 2021

Yang Membuat Pernyataan

Muhdi Koda
JAWABAN UJIAN HUKUM KETENAGAKERJAAN

1. a. Mengapa dalam satu perusahaan penting adanya Serikat Pekerja/Buruh ?


Sesuai dengan pasal 102 ayat (2) UU 13/2003, dalam melaksanakan hubungan industrial, pekerja dan
serikat pekerja mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan sesuai dengan kewajibannya, menjaga
ketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis, mengembangkan
keterampilan, dan keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan
anggota beserta keluarganya.Serikat Buruh bertujuan untuk memberikan perlindungan, pembelaan hak
dan kepentingan dan meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi buruh dan keluarganya. Agar tujuan
ini dapat tercapai, SP/SB diberikan peran penting sebagai (pasal 4 UU 21/2000):

1. Pihak dalam perundingan perjanjian kerja bersama dan penyelesaian perselisihan industrial
2. Wakil buruh dalam lembaga kerja sama di bidang ketenagakerjaan, misalnya lembaga kerja sama
bipartit, lembaga kerja sama tripartit, dewan K3, upah, dsb.
3. Sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu sarana yang sering digunakan untuk
mewujudkan hal ini adalah perjanjian kerja bersama.
4. Sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya.
5. Perencana, pelaksana, dan penanggungjawab pemogokan pekerja/buruh
6. Wakil buruh dalam memperjuangkan kepemilikan saham di perusahaan.

b. Tunjukkan landasan hukum yang memberikan jaminan kedudukan serikat pekerja sebagai bentuk
memberikan perlindungan pekerja/buruh ?
Undang-Undang Nomor 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja / Serikat Buruh menegaskan bahwa pekerja
buruh sebagai warga negara mempunyai persamaan kedudukan dalam hukum, hak untuk mendapatkan
pekerjaan dan penghidupan yang layak, mengeluarkan pendapat, berkumpul dalam satu organisasi, serta
mendirikan dan menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh. Dasar hukum Undang-Undang Nomor 21
tahun 2000 tentang Serikat Pekerja / Serikat Buruh adalah:
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2), Pasal 27, dan Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah
diubah dengan Perubahan Pertama Tahun 1999;
2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1956 tentang Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional
Nomor 98 mengenai berlakunya Dasar-Dasar daripada Hak untuk Berorganisasi dan untuk Berunding
Bersama (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1050);
3. Undang-Undang nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi ManusiaUndang-Undang nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3886);

c. Apa yang membedakan Serikat Pekerja/Buruh dikenal Serikat Pekerja/Buruh dalam perusahaan dan Serikat
Pekerja/Buruh diluar perusahaan ?
Pasal 5 ayat (1) UU 21/2000 menyebut setiap pekerja berhak membentuk dan menjadi anggota
SP/SB. SP/SB bisa saja dibentuk di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan. SP/SB di dala m
perusahaan didirikan oleh pekerja yang bekerja di perusahaan, sedangkan SP/SB di luar perusahaan
dibentuk oleh gabungan pekerja yang bekerja di beberapa perusahaan. Dapat dibentuk berdasarkan
sektor usaha, jenis pekerjaan, atau bentuk lain sesuai kehendak pekerja.

2. a. Andri seorang pekerja yang sedang bermasalah dengan pihak perusahaan tempat bekerja karena diputus
hubungan kerjanya dianggap mengundurkan diri. Atas dasar itu melakukan upaya hukum Bipartit dengan
melakukan pertemuan dengan perusahaan akan tetapi mengalami kegagalan. Selanjutnya Andri datang ke
Suku Dinas di Wilayah dimana bekerja dan ditawarkan untuk memilih tiga cara dalam penyelesaian melalui
Tripartit yaitu Konsiliasi, Arbitrase dan Mediasi.
Menurut saya cara penyelesaian yang terbaik adalah melalui Arbitrase yaitu Merupakan penyelesaian
perselisihan yang dilakukan di luar Pengadilan Hubungan Industrial. Jalan yang ditempuh yakni dengan
membuat kesepakatan tertulis berisi pernyataan para pihak untuk menyelesaikan perselisihan hubungan
industrial kepada para arbiter. Dalam putusan arbitrase ini bersifat final dan mengikat pihak yang berselisih.

b. Uraikan perbedaan produk hukum yang dihasilkan dari proses Konsiliasi, Arbitrase dan Mediasi sebagai
tahapan penyelesaian perselisihan hubungan industrial!

1. Konsiliasi
Penyelesaian dilakukan secara musyawarah dengan penengahnya seorang konsiliator. Konsiliator akan
berusaha mendamaikan para pihak untuk mencapai kesepakatan bersama. Jika dari salah satu pihak tidak
sepakat maka konsiliator akan membuat anjuran untuk didaftarkan pada Pengadilan Hubungan Industrial
setempat.
2. Arbitrase
Merupakan penyelesaian perselisihan yang dilakukan di luar Pengadilan Hubungan Industrial. Jalan yang
ditempuh yakni dengan membuat kesepakatan tertulis berisi pernyataan para pihak untuk
menyelesaikan perselisihan hubungan industrial kepada para arbiter. Dalam putusan arbitrase ini bersifat
final dan mengikat pihak yang berselisih.
3. Mediasi
Penyelesaian dilakukan dengan cara musyawarah yang dipimpin satu orang ataupun lebih. Biasanya
melibatkan mediator dari pihak Departemen Ketenagakerjaan. Apabila dalam tahapan ini para pihak
memperoleh kata sepakat maka dituangkan dalam perjanjian bersama dan didaftarkan di Pengadilan
Hubungan Industrial setempat.

3. a. Bagaimana prosedur penangguhan pelaksanaan upah minimum bagi perusahaan yang tidak mampu
membayar UMP?
Perusahaan yang tidak mampu memenuhi kewajiban upah minimum provinsi (UMP) dapat mengajukan
penangguhan kepada gubernur. Pengajuan penangguhan harus mengutamakan kesepakatan bipartit. Melibatkan
pengusaha dan pekerja di perusahaan masing-masing. Mekanisme penangguhan penerapan upah minimum telah
diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 231/Men/2003 tentang Tata Cara
Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimum. Menurut keputusan itu, pengusaha dapat mengajukan penangguhan
kepada gubernur melalui instansi ketenagakerjaan provinsi. Permohonan dilayangkan paling lambat sepuluh hari
sebelum tanggal berlakunya upah minimum. Namun permohonan penangguhan tersebut harus didasarkan atas
kesepakatan tertulis antara pengusaha dan buruh atau serikat pekerja melalui kesepakatan bipartite. Selain itu, ada
kesepakatan tertulis, juga laporan keuangan perusahaan yang terdiri atas neraca, dan perhitungan rugi/laba beserta
penjelasan-penjelasan untuk dua tahun terakhir. Untuk membuktikan ketidakmampuan tersebut, gubernur dapat
meminta akuntan publik memeriksa kondisi keuangan.

b. Apakah penangguhan pelaksanaan upah minimum tersebut menghapus kewajiban pembayaran upah yang
seharusnya ?
Tidak, Penundaan Bukan Berarti Menghapus Kewajiban yang di Tunda, Hanya Tertunda, sesuai Pasal 90 ayat (2) UU
ketenagakerjaan menyatakan sebagai berikut :
“ Penangguhan pelaksananaan Upah minimum bagi perusahaan yang tidak mampu dimaksudkan untuk
membebaskan perusahaan yang bersangkutan melaksanakan upah minimum yang berlaku dalam kurun waktu
tertentu. Apabila penangguhan tersebut berakhir maka perusahaan yang bersangkutan wajib melaksanakan upah
minimum yang berlaku pada saat itu tetapi tidak wajib membayar pemenuhan ketetntuan upah minimum yang
berlaku pada waktu yang diberikan penangguhan “
4. a. Apakah secara normatif upaya hukum peninjauan kembali dapat dilakukan dalam perkara perselisihan
hubungan industrial?
Peradilan Perselisihan Hubungan Industrial (PHI) dibentuk sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial guna menyelesaikan perselisihan di bidang
ketenagakerjaan khususnya mengenai perselisihan hak,perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan
kerja dan perselisihan antara serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan. Pasal 57 UU PPHI, yang bunyinya:
“Hukum acara yang berlaku pada Pengadilan Hubungan Industrial adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku pada
Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum, kecuali yang diatur secara khusus dalam undang-undang
ini”.Terhadap putusan yang telah diputuskan melalui Perselisihan Hubungan Industrial dapat diajukan upaya hukum
berupa kasasi selama 14 hari sejak putusan dijatuhkan. Upaya hukum luar biasa berupa Peninjauan Kembali tidak
diatur secara tegas dalam Nomor 2 Tahun 2004, penyelesaiannya diserahkan kepada stelsel hukum acara perdata,
hal ini juga sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang
mempertegas bahwa untuk perselisihan hubungan industrial dapat diajukan upaya hukum luar biasa. Namun
demikian dalam praktiknya terdapat Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 3 Tahun 2018 yang memuat
rumusan hukum kamar perdata khusus PHI bahwa dalam perkara tersebut tidak ada upaya hukum Peninjauan
Kembali. Hal ini tentunya bertentangan dengan ketentuan yang diatur dalam Nomor 48 Tahun 2009 dan akan
mempengaruhi hakim PHI di dalam mengadili perkara PHI.

b. Selain bukti baru (novum) dalam upaya peninjauan kembali, alasan-alasan hukum apa yang dapat digunakan
sebagai alasan peninjauan kembali?

1. Adanya suatu kebohongan, tipu muslihat, atau bukti-bukti palsu, yang untuk itu semua telah dinyatakan pula
oleh hakim pidana. Peninjauan kembali dapat diajukan dengan masa tenggang waktu 180 hari sejak
diketahuinya kebohongan, tipu muslihat, atau bukti-bukti palsu berdasarkan putusan hakim pidana.
2. Adanya surat-surat bukti yang bersifat menentukan, jika surat-surat bukti dimaksud dikemukakan ketika
proses persidangan berlangsung. Bukti semacam itu disebut pula dengan istilah novum. Peninjauan kembali
dapat diajukan dengan masa tenggang waktu 180 hari sejak diketahui atau ditemukannya bukti baru
(novum).
3. Adanya kenyataan bahwa putusan hakim mengabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari yang
dituntut. Peninjauan kembali dapat diajukan dalam tenggang waktu 180 hari sejak putusan memiliki
kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan kepada pihak-pihak yang berperkara.
4. Adanya bagian mengenai suatu tuntutan dalam gugatan yang belum diputus tanpa ada pertimbangan sebab-
sebabnya. Peninjauan kembali diajukan dengan masa tenggang waktu 180 hari sejak putusan mempunyai
kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan kepada pihak-pihak yang berperkara.
5. Adanya putusan yang saling bertentangan, meskipun para pihaknya sama, mengenai dasar atau soal yang
sama, atau sama tingkatannya. Peninjauan kembali ditujukan dengan masa tenggang waktu 180 hari sejak
putusan mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan telah diberitahukan kepada pihak-pihak yang
berperkara.
6. Adanya kenyataan bahwa putusan itu mengandung suatu kekhilafan atau kekeliruan yang nyata sehingga
merugikan pihak yang bersangkutan. Peninjauan kembali dapat diajukan dengan masa tenggang waktu 180
hari sejak putusan mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan telah diberitahukan kepada pihak-pihak yang
berperkara.

Anda mungkin juga menyukai