Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2021.2)

Nama Mahasiswa : DEMAS AHMAD HASANUDDIN

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 043412842

Tanggal Lahir : 19 APRIL 1993

Kode/Nama Mata Kuliah : ADBI4336 Hukum Ketenagakerjaan

Kode/Nama Program Studi : 311 / Ilmu Hukum S1

Kode/Nama UPBJJ : 50 / SAMARINDA

Hari/Tanggal UAS THE : KAMIS, 30/12/2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : DEMAS AHMAD HASANUDDIN


NIM : 043412842
Kode/Nama Mata Kuliah : ADBI4336 HUKUM KETENAGAKERJAAN
Fakultas : HUKUM, ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Program Studi : 311 / Ilmu Hukum S1
UPBJJ-UT : 50 / SAMARINDA

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang
ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Bontang, 30 Desember 2021

Yang Membuat Pernyataan

Demas Ahmad Hasanuddin


Jawaban UAS_ADBI4336_Hukum Ketenagakerjaan
1
NAMA : Demas Ahmad Hasanuddin
NIM : 043412842

1.1.

Pada Pasal 1 Ayat 17 UU Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan menjelaskan


bah serikat buruh atau pekerja adalah organisasi yang dibentuk dari, dan untuk
pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan yang bersifat bebas,
terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela
serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh dan meningkatkan kesejahteraan
pekerja/buruh dan keluarganya.

Dasar hukum lain yang mendasari berdirinya serikat pekerja adalah Undang-Undang No.
21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja. Penjelasan mengenai isi undang-undang
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kemerdekaan berkumpul, berserikat, mengutarakan pikiran atau ide secara lisan


maupun tulisan merupakan hak segala warga. Maka setiap pekerja berhak akan
mendapat kehidupan yang layak, dan punya kedudukan yang sama di mata
hukum.
b. Untuk memenuhi kemerdekan berserikat, buruh memiliki hak untuk membentuk,
mendirikan, mengembangkan serikat kerja yang demokratis, terbuka, dan
bertanggung-jawab.
c. Dengan terpenuhi hak-hak buruh, diharapkan hubungan industri dapat semakin
harmonis, dinamis, dan adil untuk semua pihak. Pihak perusahaan pun dapat
mengoptimalkan bisnisnya tanpa ada kendala soal konflik perusahaan.

Arti penting serikat pekerja antara lain guna melindungi serta membela hak dan
kepentingan buruh, memperbaiki keadaan dan aturan kerja bersama manajemen
perusahaan atau sebagai kontrol kritis terhadap kebijakan perusahaan, memberikan
perlindungan serta pebelaan pada keluarga karyawan, memberikan aspirasi karyawan
kepada perusahaan.

1.2.

Terdapat pada Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja, yakni;

a. Kemerdekaan berkumpul, berserikat, mengutarakan pikiran atau ide secara lisan


maupun tulisan merupakan hak segala warga. Maka setiap pekerja berhak akan
mendapat kehidupan yang layak, dan punya kedudukan yang sama di mata
hukum.
b. Untuk memenuhi kemerdekan berserikat, buruh memiliki hak untuk membentuk,
mendirikan, mengembangkan serikat kerja yang demokratis, terbuka, dan
bertanggung-jawab.
c. Dengan terpenuhi hak-hak buruh, diharapkan hubungan industri dapat semakin
harmonis, dinamis, dan adil untuk semua pihak. Pihak perusahaan pun dapat
mengoptimalkan bisnisnya tanpa ada kendala soal konflik perusahaan.

1.3.

Perbedaannya adalah jika serikat di perusahaan adalah serikat pekerja/buruh yang


didirikan oleh pekerja/buruh di perusahaan atau di beberapa perusahaan, contohnya
serikat pekerja/buruh batu bata, serikat pekerja/buruh pabrik besi, serikat pekerja/buruh
tekstil.

Sedangkan serikat pekerja/buruh di luar perusahaan adalah serikat pekerja/buruh yang


didirikan oleh pekerja/buruh yang bekerja di luar perusahaan, contohnya serikat
pekerja/buruh taxi, asisten rumah tangga, dan sopir truk.
Jawaban UAS_ADBI4336_Hukum Ketenagakerjaan
2
NAMA : Demas Ahmad Hasanuddin
NIM : 043412842

2.1.

Langkah yang dapat diambil saat upaya perundingan gagal, dapat dipertimbangkan
ketentuan Pasal 3 ayat 2 Permenkertrans 31/2008; ‘Dalam hal salah satu pihak telah
meminta dilakukan perundingan secara tertulis 2 (dua) kali berturut-turut dan pihak
lainnya menolak atau tidak menanggapi melakukan perundingan, maka perselisihan
dapat dicatatkan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
setempat dengan melampirkan bukti-bukti permintaan perundingan.’

Dalam hal kasus Andri, saat usaha bipartitnya dianggap gagal, perlu digarisbawahi
bahwa pada dasarnya pengusaha tidak dapat menolak untuk melakukan perundingan
bipartite dengan alasan pekerja/buruh minta pendampingan oleh kuasa hukum.

Selanjutnya dalam upaya tripartit, dapat memilih penyelesaian dengan mediasi dan
konsilisasi.

Mediasi adalah penyelesaian perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan


pemutusan hubungan kerja, dan persilisihan antarserikat pekerja.serikat buruh hanya
dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih
mediator yang netral.

Arbitrase adalah usaha mempertemukan keinginan pihak yang berselisih untuk


mencapai persetujuan dan menyelesaikan perselisihan. Menurut UU No. 2 tentang
Penyelesaian Hubungan Industrial (2004), pasal 1 pada poin ke 15 dan 16, yang
dimaksud Abitrase adalah ‘penyelesaian perselisihan kepentingan, perselisihan
pemutusan hubungan kerja, atau perselisihan antarserikat pekerja.serikat buruh dalam
satu perusahaan, di luar pengadilan hubungan industrial melalui kesepakatan tertulis
dari para pihak yang berselisih untuk menyerahkan penyelesaian perselisihan kepada
arbiter yang putusannya mengikat para pihak dan bersifat final.

2.2.

Jika mediator lebih condong kepada membantu merumuskan kesepakatan damai antara
para pihak yang bersengketa dengan posisi netral dan tidak mengambil keputusan tanpa
menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Setelah
dikeluarkannya kesepakatan perdamaian, mediator kemudian mengajukannya agar
dikuatkan dalam Akta Perdamaian kepada hakim pemeriksa perkara

arbiter memiliki peran untuk menjalankan prosedur atau tata cara penyelesaian sengketa
melalui arbitrase sebagaimana secara spesifik diatur dalam Pasal 27 – Pasal 48 UU
30/1999. Arbitrase adalah usaha mempertemukan keinginan pihak yang berselisih untuk
mencapai persetujuan dan menyelesaikan perselisihan. Menurut UU No. 2 tentang
Penyelesaian Hubungan Industrial (2004), pasal 1 pada poin ke 15 dan 16, yang
dimaksud Abitrase adalah ‘penyelesaian perselisihan kepentingan, perselisihan
pemutusan hubungan kerja, atau perselisihan antarserikat pekerja.serikat buruh dalam
satu perusahaan, di luar pengadilan hubungan industrial melalui kesepakatan tertulis dari
para pihak yang berselisih untuk menyerahkan penyelesaian perselisihan kepada arbiter
yang putusannya mengikat para pihak dan bersifat final.

Kemudian berdasarkan Pasal 1 angka 13 UU 2/2004, konsiliasi hubungan


industrial adalah penyelesaian perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan
hubungan kerja atau perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu
perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih konsiliator yang
netral.
Jawaban UAS_ADBI4336_Hukum Ketenagakerjaan
3
NAMA : Demas Ahmad Hasanuddin
NIM : 043412842

Jika mencapai suatu kesepakatan penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui


konsiliasi, maka dibuat perjanjian bersama yang ditandatangani para pihak disaksikan
oleh konsiliator dan didaftar di Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri.
Jika kesepakatan tidak tercapai, maka konsiliator mengeluarkan anjuran tertulis. Apabila
ada pihak yang menolak, maka salah satu atau para pihak dapat melanjutkan
penyelesaian perselisihan ke Pengadilan Hubungan Industrial pada pengadilan negeri
setempat.

3.1.

Perusahaan dapt mengajukan penangguhan kepada Gubernur melalui instansi


ketenagakerjaan provinsi. Pengajuan penangguhan harus mengutamakan kesepakatan
bipartit. Telah diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Tranmigrasi Nomor:
231/Men/2003 tentang Tata Cara Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimum.

Permohonan dilayangkan paling labat sepuluh hari sebelum tanggal berlakunya upah
minimum.

Kemudian Permohonan yang diajukan oleh pengusaha harus berdasarkan kesepakatan


bersama di antara pengusaha, pekerja, atau serikat pekerja. Dalam hal di perusahaan
terdapat satu serikat pekerja dengan jumlah anggota lebih dari 50% dari seluruh pekerja,
maka serikat pekerja dapat mewakili pekerja dalam perundingan untuk menyepakati
penangguhan pelaksanaan upah minimum.

Dalam hal di perusahaan terdapat lebih dari satu serikat pekerja, maka serikat pekerja
dengan jumlah anggota lebih dari 50% total pekerja yang dapat mewakili pekerja dalam
perundingan untuk menyepakati penangguhan pelaksanaan upah minimum. Jika pada
perusahaan terdapat lebih dari satu serikat pekerja, namun tidak ada yang memiliki
jumlah anggota lebih dari 50% total pekerja, maka serikat-serikat pekerja yang ada dapat
melakukan koalisi sehingga jumlah koalisi lebih dari 50% total pekerja dan kemudian
mewakili pekerja dalam perundingan untuk menyepakati penangguhan pelaksanaan
upah minimum.

Jika masih belum terpenuhi juga, maka serikat-serikat pekerja yang ada dapat
membentuk tim perunding dengan komposisi keanggotaan dibentuk secara proporsional
sesuai anggota masing-masing serikat pekerja untuk kemudian mewakili pekerja dalam
perundingan untuk menyepakati penangguhan pelaksanaan upah minimum.

Jika dalam perusahaan yang bersangkutan belum ada serikat pekerja, maka pekerja
yang memiliki mandat lebih dari 50% total pekerja yang dapat mewakili pekerja dalam
perundingan untuk menyepakati penangguhan pelaksanaan upah minimum.

Kedua, dalam hal pengajuan permohonan, maka harus dilampirkan persyaratan:

1. naskah asli kesepakatan tertulis;


2. laporan keuangan perusahaan yang terdiri atas neraca dan perhitungan rugi/laba
beserta penjelasan-penjelasannya dalam kurun waktu dua tahun berturut-turut,
jika perusahaan berbadan hukum maka laporan harus diaudit oleh Kantor Akuntan
Publik;
3. salinan akte pendirian perusahaan; data upah menurut jabatan pekerja; jumlah
pekerja seluruhnya dan jumlah pekerja yang dimohonkan penangguhan upah
minimum; dan
4. perkembangan produksi dan pemasaran dalam dua tahun terakhir, serta rencana
produksi dan pemasaran dalam dua tahun yang akan datang.
Jawaban UAS_ADBI4336_Hukum Ketenagakerjaan
4
NAMA : Demas Ahmad Hasanuddin
NIM : 043412842

Apabila pengisian surat permohonan penangguhan pelaksanaan upah minimum provinsi


belum lengkap dan benar, maka Kepala Disnakertrans wajib memberitahu paling lambat
tujuh hari secara tertulis beserta alasan kepada pemohon (pengusaha). Pengusaha
memiliki waktu 15 hari untuk melengkapi persyaratan yang diminta oleh Kepala
Disnakertrans.

Ketiga, setelah itu dilakukan penelitian oleh Kepala Disnakertrans atas permohonan yang
diajukan. Kepala Disnakertrans dapat meminta bantuan Kantor Akuntan Publik dalam
melakukan tugasnya. Hasil akhir dari proses ini adalah keluarnya rekomendasi dari
Kepala Disnakertrans kepada Dewan Pengupahan.

Keempat, Kepala Disnakertrans paling lambat tujuh hari atas rekomendasi Dewan
Pengupahan menetapkan persetujuan atau penolakan penangguhan pelaksanaan upah
minimum bagi perusahaan yang memiliki pekerja sampai 1.000 orang. Jika perusahaan
memiliki pekerja lebih dari 1.000 orang, maka penetapan dilakukan langsung oleh
Gubernur.

Bentuk keputusan yang keluar terdapat tiga macam. Pertama, membayar upah minimum
sesuai upah minimum lama. Kedua, membayar upah minimum lebih tinggi dari upah
minimum lama tapi lebih rendah dari upah minimum baru. Ketiga, menaikkan upah
minimum secara bertahap sampai dengan mencapai upah minimum baru.

Kelima, Disnakertrans memiliki kewenangan untuk melakukan pembinaan dan


pengawasan atas berjalannya penangguhan upah minimum. Pembinaan yang dilakukan
meliputi: bimbingan dan penyuluhan; bimbingan teknis; monitoring; dan menyiapkan
petunjuk teknis.

Perlu diingat bahwasanya penangguhan pengupahan sesuai dengan upah minimum


yang berlaku tidak berarti pengusaha dapat sewenang-wenang membayar gaji pegawai
sebesar hasil penangguhan sampai seterusnya. Mahkamah Konstitusi Melalui Putusan
Nomor 72/PUU-XIII/2015 menyatakan bahwa selisih hasil penangguhan dengan upah
minimum yang telah ditetapkan, harus dibayar kemudian oleh pengusaha kepada pekerja
secara akumulatif.

3.2.

Tidak menghapus kewajiban, sehingga perusahaan masih wajib membayar kekurangan


upah pekerjanya saat mampu. Perlu diketahui bahwa sebelum UU Cipta Kerja
diundangkan, Pasal 90 ayat (2) UU Ketenagakerjaan mengatur bahwa terhadap
pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum dapat diberikan kelonggaran
untuk melakukan penangguhan. Namun, pasal tersebut telah
dihapus sehingga pengaturan mengenai penangguhan pembayaran upah minimum
sudah tidak berlaku lagi.

Meski demikian UU Cipta Kerja membuat pengecualian perihal upah minimum bagi
usaha mikro dan kecil, yang upahnya ditentukan berdasarkan kesepakatan antara
pengusaha dan pekerja/buruh di perusahaandengan ketentuan sekurang-kurangnya
sebesar 50% dari rata-rata konsumsi masyarakat di tingkat provinsi dan nilai upah yang
disepakati minimal 25% di atas garis kemiskinan di tingkat provinsi berdasarkan data dari
lembaga yang berwenang di bidang statistic, misalnya BPS daerah.

Kewajiban pengusaha untuk membayar sesuai upah minimum tidak dapat


ditangguhkan dikarenakan ketentuan Pasal 90 ayat (2) UU Ketenagakerjaan yang
mengatur mengenai penangguhan pembayaran upah minimum telah dihapus.
Jawaban UAS_ADBI4336_Hukum Ketenagakerjaan
5
NAMA : Demas Ahmad Hasanuddin
NIM : 043412842

UU Cipta Kerja memang mengecualikan aturan upah minimum bagi usaha mikro dan
kecil, yaitu dengan didasarkan pada kesepakatan antara pekerja/buruh dan pengusaha.

Pasal 81 angka 25 UU Cipta Kerja yang memuat baru Pasal 88A ayat (6) UU
Ketenagakerjaan mengatur denda bagi pengusaha yang terlambat membayar upah
sebagai berikut:

‘‘Pengusaha yang karena kesengajaan atau kelalainnya mengakibatkan keterlambatan


pembayaran upah, dikenakan denda sesuai dengan presentase tertentu dari upah
pekerja/buruh”.

Persentase yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. mulai hari ke-4 hingga hari ke-8 terhitung tanggal seharusnya upah dibayar,
dikenakan denda 5% dari upah yang seharusnya dibayar untuk setiap hari
keterlambatan;
b. setelah hari ke-8 apabila belum dibayarkan dikenakan dengan pada huruf a di atas
ditambah 1% untuk setiap hari keterlambatan dengan ketentuan 1 bulan tidak
boleh melebihi 50% dari upah yang seharusnya dibayarkan; dan
c. Apabila setelah 1 bulan masih belum dibayar, dikenakan denda pada huruf a dan
b di atas, ditambah bunga sebesar suku bunga tertinggi yang berlaku pada bank
pemerintah.

4.1.

Perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan


pertentangan antara pengusaga atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh
karena adanya perselisihan mengenai hak, kepentingan, pemutusan hubungan kerja,
dan perselisihan antar serikat pekerja/buruh.

Tidak ada upaya Hukum Banding dalam Perselisihan Hubungan Industrial (PHI),
sehingga yang menyangkut putusan Pengadilan Hubungan Industrial langsung
dimintakan Kasasi ke Mahkamah Agung dalam jangka waktu 14 hari setelah putusan
dibacakan dalam persidangan atau sejak tanggal pemberitahuan putusan.

Dan UU PPHI tidak mengatur mengenai Penyelesaian sengketa melalui Peninjauan


Kembali (PK), dipertegas dengan Surat Edaran Mahkamah Agung No. 03 Tahun 2018
tentang Pemberlakuan Hasil Rumusan Pleno Kamar Mahkamah Agung sebagai
Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan, yang intinya menyatakan bahwa
terhadap Perkara Perselisihan Hubungan Industrial tidak ada upaya hukum Peninjauan
Kembali, yang selengkapnya berbunyi:

“Putusan Pengadilan Hubungan Industrial dalam perkara perselisihan kepentingan dan


Perselisihan antar serikat Pekerja atau Serikat Buruh dalam satu perusahaan,
merupakan Putusan Akhir dan bersifat tetap, sedangkan Putusan mengenai Perselisihan
Hak dan Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja dapat diajukan Kasasi sebagai Upaya
Hukum terakhir, sesuai Pasal 56, Pasal 57, Pasal 109, dan pasal 110, Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2004 tentang perselisihan Hubungan Industrial, sehingga dalam perkara
Perselisihan Hubungan Industrial tidak ada upaya hukum Peninjauan Kembali”.

4.2.

Menurut Mahkamah Konstitusi, Pasal 34 UU MA memang memungkinkan diajukannya


Peninjauan Kembali (PK), terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap. Namun, tidak boleh diartikan bahwa setiap putusan pengadilan
Jawaban UAS_ADBI4336_Hukum Ketenagakerjaan
6
NAMA : Demas Ahmad Hasanuddin
NIM : 043412842

yang telah memperoleh kekuatan hukum dapat diajukan PK. Sebab, Pasal 34 UU MA
bersifat umum (lex generalis) yang dimaknai PK, dikecualikan oleh ketentuan UU yang
bersifat khusus (lex specialis) baik perkaranya maupun karena syarat-syarat yang
ditentukan untuk dapat diajukan PK.

Majelis MK pun mengutip alasan pertimbangan Mahkamah dalam Perkara No. 34/PUU-
XVII/2019 yakni untuk menjamin penyelesaian yang cepat, tepat, adil dan murah,
penyelesaian hubungan industrial melalui Pengadilan Hubungan Industrial yang berada
di lingkungan peradilan umum dibatasi proses dan tahapannya dengan tidak membuka
kesempatan untuk mengajukan upaya banding ke Pengadilan Tinggi.

Adapun putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri yang


menyangkut perselisihan kepentingan dan perselisihan antarserikat pekerja/serikat buruh
dalam satu perusahaan, menurut Mahkamah merupakan putusan tingkat pertama dan
terakhir yang tidak dapat diajukan kasasi ke MA.

Dipertegas dengan Surat Edaran Mahkamah Agung No. 03 Tahun 2018 tentang
Pemberlakuan Hasil Rumusan Pleno Kamar Mahkamah Agung sebagai Pedoman
Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan, yang intinya menyatakan bahwa terhadap Perkara
Perselisihan Hubungan Industrial tidak ada upaya hukum Peninjauan Kembali, yang
selengkapnya berbunyi:

“Putusan Pengadilan Hubungan Industrial dalam perkara perselisihan kepentingan dan


Perselisihan antar serikat Pekerja atau Serikat Buruh dalam satu perusahaan,
merupakan Putusan Akhir dan bersifat tetap, sedangkan Putusan mengenai Perselisihan
Hak dan Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja dapat diajukan Kasasi sebagai Upaya
Hukum terakhir, sesuai Pasal 56, Pasal 57, Pasal 109, dan pasal 110, Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2004 tentang perselisihan Hubungan Industrial, sehingga dalam perkara
Perselisihan Hubungan Industrial tidak ada upaya hukum Peninjauan Kembali”.

Referensi :

1. Buku Materi Pokok Hukum Ketenagakerjaan Univesitas Terbuka


2. Materi Inisiasi
3. http://p4tkpenjasbk.kemdikbud.go.id/kepegawaian/2019/05/17/persamaan-dan-
perbedaan-arbitrase-dengan-mediasi/
4. https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-manado/baca-artikel/13628/Arbitrase-Dan-
Alternatif-Penyelesaian-Sengketa.html
5. http://www.harrismanalu.com/2021/07/perbedaan-mediator-konsiliator-dan.html
6. http://sbsi.or.id/buruh/pengertian-serikat-buruhserikat-pekerja/

Anda mungkin juga menyukai