Anda di halaman 1dari 2

TUGAS 2 HUKUM KETENAGAKERJAAN

8
NAMA : Demas Ahmad Hasanuddin
NIM : 043412842

Studi Kasus :

Rudi merupakan seorang karyawan pada PT. Sehat Selalu, Rudi diduga oleh security
komplek perumahan disamping PT. Sehat Selalu mencuri sepeda motor dan langsung
diserahkan oleh security Ke Kepolisian. 

Pertanyaan:

1. Jelaskan apakah Rudi harus segera dipecat oleh perusahaan, berikan dasar
hukumnya!
2. Selama Rudi menjalani proses hukum, apakah Rudi tetap menerima gaji?
Jelaskan beserta dasar hukumnya!
3. Jika ternyata pada tingkat penyidikan oleh Polisi, Rudi tidak terbukti atas dugaan
pencurian oleh Polisi dan dilepaskan dari status tahanan, apakah Rudi masih
bisa bekerja di PT. Sehat Selalu? Jelaskan dengan alasan yang tepat!

Jawaban:

1. Merujuk pada Permenaker No. 03/Men/1996, yang mengatur megenai dasar


pemutusan hubungan kerja, alasan pemutusan hubungan kerja makin spesifik,
antara lainnya meliputi ; pemutusan hubungan kerja karena pekerja melakukan
kesalahan berat.

Kemudian yang termasuk kesalahan berat menurut Pasal 158 UU No. 13 Tahun
2003;
a. Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan/atau uang
milik perusahaan; dst.

Menurut penulis, kasus Rudi, jika memang terbukti bersalah, akan termasuk
pemutusan hubungan kerja karena pekerja melakukan kesalahan berat.

Sedangkan kesalahan berat harus didukung dengan bukti sebagai berikut:


a. Pekerja/buruh tertangkap tangan;
b. Ada pengakuan dari pekerja/buruh yang bersangkutan; atau
c. Bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak yang berwenang di
perusahaan yang bersangkutan dan didukung oleh sekurang-kurangnya 2
(dua) orang saksi.

Karena alasan pekerja melakukan kesalahan berat, Pasal 159 UU


Ketenagakerjaan memberi kewenangan kepada pengusaha melakukan PHK
tanpa proses hukum. Ketentuan Pasal 159 UU Ketenagakerjaan tersebut,
memberi peluang kepada pengusaha menuduh buruh melakukan kesalahan
dengan mengabaikan asas praduga tidak bersalah (presumption nof innocence).

2. Pekerja/buruh yang diputus hubungan kerjanya berdasarkan alasan dalam Pasal


158 ayat 1 UU No. 13 Tahun 2003 kemudian dapat memperoleh uang
penggantian hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 156 ayat 4.
Kemudian juga diberikan uang pisah yang besarnya dan pelaksanannya diatur
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.

3. Sebelumnya, Pasal 158 ayat 1 huruf j Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003


tentang Ketenagakerjaan mengatur bahwa pengusaha dapat melakukan
Pemutusan Hubungan Kerja terhadap karyawan dengan alasan pekerja telah
TUGAS 2 HUKUM KETENAGAKERJAAN
8
NAMA : Demas Ahmad Hasanuddin
NIM : 043412842

melakukan kesalahan berat berupa melakukan perbuatan di lingkungan


perusahaan yang diancam pidana penjara 5 tahun atau lebih.
Namun, pasal tersebut telah dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi pada tanggal
28 Oktober 2004 melalui Putusan Nomor 012/PUU-I/2003 (hal 20-21).
Selanjutnya, ketentuan tersebut dihapus melalui Pasal 81 angka 47 Undang-
Undang Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja).
 
UU Cipta Kerja kemudian mengatur kebolehan bagi pengusaha melakukan PHK
terhadap pekerja/buruh yang tidak dapat melakukan pekerjaan selama 6 bulan
akibat ditahan pihak yang berwajib karena diduga melakukan tindak pidana.

Penjatuhan PHK juga dapat dilakukan apabila sebelum masa 6 bulan tersebut,
pengadilan memutuskan pekerja dinyatakan bersalah.

Dengan demikian, pada dasarnya yang dapat menjadi alasan terjadinya PHK
berdasarkan UU Cipta Kerja adalah jika karyawan ditahan karena diduga
melakukan tindak pidana dan tidak dapat melaksanakan pekerjaannya selama 6
bulan, atau jika karyawan tersebut dinyatakan bersalah berdasarkan putusan
pengadilan sebelum  masa 6 bulan tersebut berakhir. Hal tersebut juga bukan
merupakan kewajiban mengingat frasa yang digunakan dalam pasal tersebut
adalah kata “dapat”, bukan “wajib”. Sehingga pada dasarnya karyawan yang
dijatuhi hukuman pidana percobaan tetap dapat dipekerjakan.

Mengenai apakah kemudian karyawan yang sedang menjalani pidana percobaan


ini tetap diizinkan bekerja di perusahaan atau tidak, hal ini dikembalikan pada
kesepakatan antara pengusaha dengan karyawan yang bersangkutan yang
tertuang dalam perjanjian kerja, perjanjian kerja bersama atau peraturan
perusahaan.

Apabila perjanjian kerja, perjanjian kerja bersama atau peraturan perusahaan


mengatur bahwa pengusaha berhak memberhentikan karyawan yang terlibat
tindak pidana, maka pengusaha dapat melakukan PHK terhadap karyawan
tersebut dengan dasar perjanjian atau peraturan tersebut.

Referensi :

- BMP ADBI4336 Hukum Ketenagarakerjaan Universitas Terbuka


- Materi Inisiasi
- https://bahasan.id/pekerja-anda-terkena-kasus-pidana-ini-langkah-lanjutannya/
- https://gajimu.com/pekerjaan-yanglayak/upah-kerja/pertanyaan-mengenai-gaji-
atau-upah-kerja-1

- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;


- Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
- Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja .

Anda mungkin juga menyukai