Kepada Yth,
PT Andaru Persada Mandiri
Vila Bogor Indah II, Blok BB1 No. 22 Kedunghalang
Kota Bogor
Dengan Hormat,
Berkaitan dengan informasi database customer yang dapat diakses
dengan leluasa oleh karyawan pada divsi tertentu PT. Andaru Persada
Mandiri sehingga informasi confidential tersebut sangat mudah
disalahgunakan dan berpotensi besar untuk merugikan perusahaan,
sehingga PT. Andaru Persada Mandiri berkeinginan memberlakukan
klausul non-kompetisi, yang pada akhirnya klausul tersebut banyak tidak
dilaksanakan, maka untuk itu kami akan menyampaikan pendapat hukum
(legal opinion) sebagai berikut:
A. POSISI KASUS
1|Legal Opinion
4. Data sangat rahasia.
2|Legal Opinion
B. POKOK PERMASALAHAN
C. DOKUMEN-DOKUMEN
3|Legal Opinion
persoalan. Kami sebagai Advokat, tunduk kepada Kode Etik
Advokat, tidak dibenarkan memberikan jaminan sebagaimana
dimaksud;
3. Dalam Pendapat Hukum ini, kami tidak memberikan pendapat yang
mengharuskan dan/atau mewajibkan untuk melakukan tindakan
tertentu. Pendapat Hukum ini hanya bersifat memberikan pendapat
dan bersifat kajian, namun PT. Andaru Persada Mandiri sendiri
yang akan memutuskan apakah akan melakukan tindakan tersebut
atau tidak.
4. Bahwa Pendapat Hukum ini kami sampaikan dalam kapasitas kami
selaku Advokat dan Konsultan Hukum yang bebas dan mandiri
(independen) serta tidak memiliki benturan kepentingan baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan para pihak yang meminta
Pendapat Hukum ini.
E. ANALISIS PERMASALAHAN
4|Legal Opinion
nasional maupun internasional, padahal rahasia perusahaan dalam
hal ini terkait dengan rahasia dagang dalam ruang lingkup Hak
Kekayaan Intelektial (HAKI) secara otomatis dilindungi tanpa perlu
adanya suatu perjanjian Rahasia dagang telah dilindungi secara
otomatis oleh UU Rahasia Dagang, sebagaimana tercantum dalam
Pasal 17 Undang-Undang tersebut.
Sehingga penggunaan klausul non-kompetisi dapat dikatakan
bertentangan dengan Perundang-Undangan, khususnya UU
Ketenagakerjaan dan UU Hak Asasi Manusia (HAM).
Namun mengenai klausul non kompetisi, dalam KUHPerdata
sendiri terdapat aturan materil mengenai hal yang memiliki
kemiripan dengan pengertian klausul non-kompetisi, yaitu suatu
perjanjian yang berlaku terhadap pihaknya setelah berakhirnya
suatu hubungan kerja atau dikenal dengan nama perjanjian kerja
persaingan (Concutentie Beding).
Pengertian perjanjian kerja persaingan ini diatur dalam Pasal 1601
KUHPerdata, yang berbunyi:
“Suatu janji antara si majikan dan si buruh, dengan mana
pihak yang belakangan ini dibatasi dalam kekuasaannya
untuk setelah berakhirnya hubungan kerja melakukan
pekerjaan dengan sesuatu cara, hanyalah sah apabila janji
itu dibuat dalam suatu perjanjian tertulis atau dalam suatu
reglemen, dengan seorang buruh yang dewasa”
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
KUHPerdata memperbolehkan penggunaan perjanjian yang
berisikan pembatasan kekuasaan terhadap suatu pihak setelah
berakhirnya hubungan kerja. Namun tentu saja pembatasan
tersebut tetap harus bertumpu pada Pasal 1320 KUHPerdata
tentang Syarat Sahnya Perjanjian yang tidak memperbolehkan
perjanjian bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia dalam hal ini UU Ketenagakerjaan dan
UU HAM.
Bahkan dalam Pasal 28 D ayat (2) Undang-undang Dasar 1945
ditegaskan:
“Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat
imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja”
Pengaturan tersebut memberikan pengertian bahwa bekerja
merupakan salah satu bagian dari hak asasi manusia yang dijamin
oleh negara, dimana setiap manusia diberikan hak untuk bekerja
serta bebas memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan
5|Legal Opinion
yang dimiliki. Hal serupa pula diatur dalam Pasal 31 UU
Ketenagakerjaan, yang menyatakan bahwa:
“Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan
yang sama untuk memilih, mendapatkan, atau pindah di
luar negri (pekerjaan)”
Hal ini tentu bersebrangan dengan pencantuman klausul non-
kompetisi, yang mana pekerja dibatasi haknya untuk memilih dan
pindah pekerjaan sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya.
Demikian pula sebagaimana diatur dalam Pasal 38 ayat (2) UU
HAM, yang menyatakan:
“Setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerjaan
dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau
yang disukainya dan berhak pula atas syarat-syarat
ketenagakerjaan yang adil”
Dengan demikian diketahui bahwa ketentuan hukum di Indonesia
tidak mengatur secara tegas mengenai melarang atau
memperbolehkan pencantuman klausul non-kompetisi dalam
perjanjian kerja. Namun karena klausul non-kompetisi dicantumkan
dalam sebuah perjanjian kerja yang mana setiap perjanjian akan
tunduk pada pengaturan perjanjian sebagaimana yang diatur dalam
Pasal 1320 KUHPerdata yang disebutkan mengenai syarat sahnya
suatu perjanjian, Terhadap klausul non-kompetisi dapat dikatakan
batal demi hukum karena tidak memenuhi syarat sahnya perjanjian
berdasarkan ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu syarat
keempat yaitu adanya suatu sebab (causa) yang halal. Arti dari
batal demi hukum tersebut dapat berakibat perjanjian yang dibuat:
1. Dianggap “tidak pernah ada”;
2. Perjanjian yang batal demi hukum sejak semula tidak
mempunyai kekuatan dan akibat hukum;
3. Perjanjian yang batal demi hukum, sejak semula perjanjian
itu dibuat sama sekali tidak memiliki kekuatan hukum
mengikat atau tidak berlaku sehingga tidak perlu adanya
permohonan pembatalan kepada pengadilan.
Namun hingga saat ini belum ada putusan pengadilan yang
berkekuatan hukum tetap yang menyimpangi dari keabsahan
pencantuman klausul ini, maka klausul non-kompetisi untuk saat ini
tidak dapat diterapkan di Indonesia karena bertentangan dengan
hukum positif yang ada.
Berangkat dari hal tersebut, maka dapat dikatakan larangan yang
mengikat dalam suatu perjanjian yang berisikan larangan bekerja
dibidang pekerjaan tertentu adalah bertentangan dengan hak dan
6|Legal Opinion
kebebasan pekerja/buruh dalam hal ini mantan pegawai untuk
memilih pekerjaan.
2. Perlindungan Data Ditinjau dari Perspektif Yuridis
Perlu menjadi catatan, dari ketiga jenis data di atas, jika bentuknya
elektronik maka UU ITE dapat diberlakukan. Di era informasi saat
ini UU ITE seringkali digunakan sebagai garda terdepan untuk
melindungi data elektronik. Jika mengacu pada UU ITE cakupan
perangkat elektronik tidak hanya komputer tetapi lebih luas lagi
(termasuk media penyimpananannya). Oleh sebab itu penggunaan
perangkat elektronik dalam kaitannya interaksi data elektronik perlu
menjadi perhatian.
Dalam UU ITE, perlindungan atas suatu data diatur dengan
beberapa norma larangan, antara lain larangan berupa: mengubah,
merusak, menyembunyikan, mengambil, mentransfer, dan
merekayasa dalam bentuk lainnya. Keseluruhan dari norma di atas
berlaku bagi data yang bisa dakses secara onlineataupun data
secara offline. Beberapa kasus yang sering terjadi adalah data
perusahaan yang di forward melalui email (baik email pribadi
maupun email orang lain,baik dalam satu perusahaan maupun di
luar perusahaan), di copy ke flash disk pribadi, dan laptop
perusahaan yang hilang. Padahal di dalamnya berisi banyak data
penting yang ikut hilang. Oleh sebab itu langkah antisipasi
7|Legal Opinion
pengaturan suatu data pada suatu perusahaan menjadi penting
untuk diperhatikan.
Adapun beberapa cara umum untuk melindungi data perusahaan
yang perlu dilakukan antara lain:
1. Membuat klasifikasi jenis data pada perusahaan;
2. Membuat kategori jenis dan hak akses karyawan terhadap
data;
3. membuat SOP pengembalian komputer/laptop perusahaan;
4. Membuat SOP backup data; dan
5. Membuat perjanjian kerahasiaan data antara perusahaan
dengan karyawan.
Beberapa SOP di atas seringkali terlewat sehingga tidak ada dalam
suatu perusahaan. Hal ini boleh jadi kesadaran akan pentingnya
perlindungan data belum dimiliki. Dengan adanya isu perlindungan
data pribadi dari kelompok negara Uni Eropa, sudah seharusnya
perusahaan tidak hanya perusahaan yang bergerak di bidang IT
saja yang memiliki kesadaran akan pentingnya perlindungan suatu
data untuk menghindari masalah hukum kebocoran atau
kehilangan data.
Namun perusahaan lain yang bergerak dibidang non-IT pun harus
mampu untuk melindungi data digitalnya sebagai rahasia
perusahaan/rahasia dagang.
Sebelumnya perlu dipahami terlebih dahulu apa yang dimaksud
dengan rahasia perusahaan. Kami tidak menemukan definisi
rahasia perusahaan dalam peraturan perundang-undangan di
Indonesia. Akan tetapi, KPPU dalam Pedoman Penjelasan Pasal
23 UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat mendefinisikan rahasia
perusahaan adalah informasi kegiatan usaha yang tidak pernah
dibuka oleh pemiliknya kepada siapapun juga, kecuali kepada
orang-orang yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha
pemilik informasi kegiatan usaha yang dikategorikan sebagai
rahasia perusahaan tersebut.
Perlu diketahui, meskipun rahasia perusahaan dan rahasia dagang
berkaitan erat, akan tetapi keduanya tidaklah sama. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang
(“UU Rahasia Dagang”) rahasia dagang adalah informasi yang
tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/atau bisnis,
mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha,
dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang.
Dalam dokumen yang sama KPPU menjelaskan rahasia
perusahaan tidak dapat disamakan dengan rahasia dagang
8|Legal Opinion
mengingat dalam rahasia dagang pemegang hak dapat
memberikan lisensi kepada pihak lain, karena rahasia dagang
sudah pasti memiliki nilai ekonomis, sedangkan rahasia
perusahaan tidak. Rahasia dagang adalah hak atas kekayaan
intelektual yang menurut sistem hukum Eropa continental
merupakan suatu recht op voorbrengselen van de geest (hak atas
hasil-hasil produk kejiwaan manusia), sedangkan rahasia
perusahaan belum tentu.
9|Legal Opinion
b. Perlindungan Terhadap Rahasia Dagang
10 | L e g a l O p i n i o n
F. KONKLUSI
G. REKOMENDASI
11 | L e g a l O p i n i o n
3. Membuat dan Memberlakukan SOP terkait perlindungan Data
Customer untuk melindungi data tersebut atas penyalahgunaan
dan untuk mendeklarasikan secara tidak langsung bahwa data
tersebut adalah Data Rahasia yang perlu dijaga yang dapat
berguna dalam hal pembuktian di proses peradilan pidana maupun
perdata.
Hormat saya,
12 | L e g a l O p i n i o n