Anda di halaman 1dari 12

Bogor, 10 Agustus 2022

Kepada Yth,
PT Andaru Persada Mandiri
Vila Bogor Indah II, Blok BB1 No. 22 Kedunghalang
Kota Bogor

Up : Bapak Ismadi Suwarjono


Jabatan : Direktur
Perihal : Pendapat Hukum Mengenai Perlindungan Database
Customer PT. Andaru Persada Mandiri

Dengan Hormat,
Berkaitan dengan informasi database customer yang dapat diakses
dengan leluasa oleh karyawan pada divsi tertentu PT. Andaru Persada
Mandiri sehingga informasi confidential tersebut sangat mudah
disalahgunakan dan berpotensi besar untuk merugikan perusahaan,
sehingga PT. Andaru Persada Mandiri berkeinginan memberlakukan
klausul non-kompetisi, yang pada akhirnya klausul tersebut banyak tidak
dilaksanakan, maka untuk itu kami akan menyampaikan pendapat hukum
(legal opinion) sebagai berikut:

A. POSISI KASUS

Informasi merupakan manifestasi dari suatu data yang berguna untuk


mendapatkan manfaat ekonomi atau manfaat lainnya. Bagi perusahaan
yang sudah memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, data
merupakan asset yang sangat berhaga. Pentingnya suatu perlindungan
atas data adalah suatu keniscayaan yang tidak bisa dipungkiri lagi.
Bertolak dari pemikiran tersebut di atas, memunclkan suatu pertanyaan
tentang bagaimana melindungi suatu data bagi perusahaan adalah
pertanyaan sentral yang perlu dijawab.
Dalam praktik, ada berbagai jenis data yang berputar dalam suatu
perusahaan. Sirkulasi data berjalan melalui sarana email atau sarana
lainnya. Secara umum, jenis data pada suatu perusahaan bisa
digolongkan menjad 4 golongan, yaitu:

1. Data yang bisa dipublikasikan;


2. Data biasa;
3. Data rahasia; dan

1|Legal Opinion
4. Data sangat rahasia.

Keempat data di atas umumnya dijalankan antar karyawan perusahaan


untuk operasional suatu perusahaan. Saat ini seringkali terjadi turn over
karyawan yang begitu cepat, sehingga permasalahan hukum tentang data
sering kali terjadi di perusahaan. Permasalahan yang seringkali terjadi
ketika seorang karyawan berhenti bekerja diduga membawa sebagian
data perusahaan yang dianggap rahasia. Celakanya, banyak perusahaan
yang belum menyadari tentang perlindungan data perusahaannya
sehingga tidak ada suatu ketentuan perusahaan yang bentuknya tertulis
untuk menjaga kerahasiaan suatu data. Ditambah lagi dengan tidak
adanya pengetahuan yang cukup tentang klasifikasi dari jenis data yang
ada pada perusahaan tersebut. Akibatnya, seringkali terjadi kasus
kehilangan data atau dianggap sebagai pencurian data.
PT. Andaru Persada Mandiri adalah sebuah badan hukum berbentuk
Perseroan Terbatas dengan basic business penjualan dan
penyalur/distributor alat Kesehatan dan alat laboratorium yang bekerja
dengan mengumpulkan sebanyak-banyaknya pembeli/calon pembeli.
Data-data calon pembeli (Customer) merupakan sebuah rahasia
perusahaan yang bisa sewaktu-waktu terjadi pencurian yang dapat
dilakukan oleh siapapun, terlebih data customer tersebut bersinggungan
langsung dengan beberapa departemen dan divisi, sehingga potensi
pencurian data customer sangat dimungkinkan oleh karyawan PT. Andaru
Persada Mandiri.
Oleh karena itu PT. Andaru Persada Mandiri melakukan berbagai upaya
pencegahan secara preventif terhadap perlindungan data customer
tersebut dengan menggunakan klausul non-kompetisi (Non-Competition
Clause) dalam Surat Perjanjian Kerja yang berbunyi:
“…tidak diberkenankan bekerja di perusahaan yang sejenis
atau memiliki bisnis atau usaha yang sama dengan PT.
Andaru Persada Mandiri selama 2 tahun setelah tidak lagi
bekerja atau setelah hubungan kerja berakhir di PT. Andaru
Persada Mandiri.”
Namun secara legal faktual diketahui hingga saat ini telah banyak terjadi
pelanggaran dan ketidak patuhan terhadap klausula tersebut yaitu
karyawan mengajukan resign dari PT. Andaru Persada Mandiri dan
langsung bergabung/bekerja di perusahaan Kompetitor PT. Andaru
Persada Mandiri, sehingga hal ini menjadi suatu kekhawatiran mengenai
perlindungan data customer tersebut yang berpotensi terjadi pencurian
data customer.

2|Legal Opinion
B. POKOK PERMASALAHAN

Berdasarkan uraian Posisi Kasus tersebut, memunculkan berbagai Pokok


Permasalahan yang perlu dilakukan Analisa hukum secara Komprehensif
dengan pokok-pokok sebagai berikut:

1. Apakah klausul non-kompetisi dapat berlaku secara efektif apabila


diterapkan dalam perjanjian kerja di PT. Andaru Persada Mandiri?
2. Bagaimana cara yang tepat dan efektif dalam melindungi database
customer secara hukum?

C. DOKUMEN-DOKUMEN

Pendapat Hukum ini kami berikan terbatas hanya berdasarkan pada


peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2) Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek)
3) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia;
4) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
5) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
6) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang;
7) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
8) Surat Perjanjian Kerja PT. Andaru Persada Mandiri

Selanjutnya kami tidak menerima lebih jauh mengenai dokumen lainnya


sehingga Pendapat Hukum yang kami berikan terbatas hanya pada fakta-
fakta yang diterima, dan kami asumsikan adalah benar.

D. KUALIFIKASI DAN PEMBATASAN

Pendapat Hukum kami harus dibaca dengan kualifikasi dan pembatasan


sebagai berikut:
1. Bahwa Pendapat Hukum ini kami persiapkan dan hanya diberikan
dalam kerangka hukum Negara Republik Indonesia, karenanya
Pendapat Hukum ini tidak dimaksudkan untuk berlaku atau
ditafsirkan menurut hukum atau yurisdiksi selain Negara Republik
Indonesia;
2. Bahwa Pendapat Hukum ini tidak memberikan jaminan terjadinya
suatu keadaan atau kepastian akan kondisi suatu penyelesaian

3|Legal Opinion
persoalan. Kami sebagai Advokat, tunduk kepada Kode Etik
Advokat, tidak dibenarkan memberikan jaminan sebagaimana
dimaksud;
3. Dalam Pendapat Hukum ini, kami tidak memberikan pendapat yang
mengharuskan dan/atau mewajibkan untuk melakukan tindakan
tertentu. Pendapat Hukum ini hanya bersifat memberikan pendapat
dan bersifat kajian, namun PT. Andaru Persada Mandiri sendiri
yang akan memutuskan apakah akan melakukan tindakan tersebut
atau tidak.
4. Bahwa Pendapat Hukum ini kami sampaikan dalam kapasitas kami
selaku Advokat dan Konsultan Hukum yang bebas dan mandiri
(independen) serta tidak memiliki benturan kepentingan baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan para pihak yang meminta
Pendapat Hukum ini.

E. ANALISIS PERMASALAHAN

1. Klausula Non-Kompetisi Menurut Hukum Positif Indonesia

Perjanjian kerja dibuat oleh pekerja dan pengusaha dalam hal


menentukan hak dan kewajiban pihak pekerja dan pihak
pengusaha dalam menjalankan hubungan kerja. Hak dan
kewajiban ini diatur secara jelas sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan perjanjian kerja bersama agar tercipta
hubungan kerja yang serasi dan harmonis antara pengusaha dan
pekerja. Perjanjian kerja tidak hanya mengatur hak, kewajiban dan
larangan pekerja dengan pengusaha selama hubungan kerja
berlangsung saja, namun juga setelah hubungan kerja berakhir
(post employment). Salah satu contoh klausul dalam perjanjian
kerja yang mengatur mengenai larangan pekerja setelah hubungan
kerja berakhir (post employment) adalah klausul non-kompetisi.
Klausul non-kompetisi adalah sebuah klausul yang mengatur
bahwa pekerja sepakat untuk tidak bekerja dan tidak membuka
usaha di perusahaan dengan bidang yang sama dengan bidang
tempat bekerja sebelumnya untuk jangka waktu tertentu setelah
tanggal pemberhentian atau pemutusan hubungan kerja.
Tujuan pengusaha mencantumkan klausul non-kompetisi adalah
sebagai upaya perlindungan terhadap rahasia perusahaanya
terhadap pesaing oleh karena kekhawatiran pengusaha bahwa
mantan karyawannya akan membocorkan rahasia dagang milik
perusahaan, oleh karena besarnya mobilitas karyawan dan
kegiatan usaha serta rumitnya persaingan bisnis baik secara

4|Legal Opinion
nasional maupun internasional, padahal rahasia perusahaan dalam
hal ini terkait dengan rahasia dagang dalam ruang lingkup Hak
Kekayaan Intelektial (HAKI) secara otomatis dilindungi tanpa perlu
adanya suatu perjanjian Rahasia dagang telah dilindungi secara
otomatis oleh UU Rahasia Dagang, sebagaimana tercantum dalam
Pasal 17 Undang-Undang tersebut.
Sehingga penggunaan klausul non-kompetisi dapat dikatakan
bertentangan dengan Perundang-Undangan, khususnya UU
Ketenagakerjaan dan UU Hak Asasi Manusia (HAM).
Namun mengenai klausul non kompetisi, dalam KUHPerdata
sendiri terdapat aturan materil mengenai hal yang memiliki
kemiripan dengan pengertian klausul non-kompetisi, yaitu suatu
perjanjian yang berlaku terhadap pihaknya setelah berakhirnya
suatu hubungan kerja atau dikenal dengan nama perjanjian kerja
persaingan (Concutentie Beding).
Pengertian perjanjian kerja persaingan ini diatur dalam Pasal 1601
KUHPerdata, yang berbunyi:
“Suatu janji antara si majikan dan si buruh, dengan mana
pihak yang belakangan ini dibatasi dalam kekuasaannya
untuk setelah berakhirnya hubungan kerja melakukan
pekerjaan dengan sesuatu cara, hanyalah sah apabila janji
itu dibuat dalam suatu perjanjian tertulis atau dalam suatu
reglemen, dengan seorang buruh yang dewasa”
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
KUHPerdata memperbolehkan penggunaan perjanjian yang
berisikan pembatasan kekuasaan terhadap suatu pihak setelah
berakhirnya hubungan kerja. Namun tentu saja pembatasan
tersebut tetap harus bertumpu pada Pasal 1320 KUHPerdata
tentang Syarat Sahnya Perjanjian yang tidak memperbolehkan
perjanjian bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia dalam hal ini UU Ketenagakerjaan dan
UU HAM.
Bahkan dalam Pasal 28 D ayat (2) Undang-undang Dasar 1945
ditegaskan:
“Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat
imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja”
Pengaturan tersebut memberikan pengertian bahwa bekerja
merupakan salah satu bagian dari hak asasi manusia yang dijamin
oleh negara, dimana setiap manusia diberikan hak untuk bekerja
serta bebas memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan

5|Legal Opinion
yang dimiliki. Hal serupa pula diatur dalam Pasal 31 UU
Ketenagakerjaan, yang menyatakan bahwa:
“Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan
yang sama untuk memilih, mendapatkan, atau pindah di
luar negri (pekerjaan)”
Hal ini tentu bersebrangan dengan pencantuman klausul non-
kompetisi, yang mana pekerja dibatasi haknya untuk memilih dan
pindah pekerjaan sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya.
Demikian pula sebagaimana diatur dalam Pasal 38 ayat (2) UU
HAM, yang menyatakan:
“Setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerjaan
dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau
yang disukainya dan berhak pula atas syarat-syarat
ketenagakerjaan yang adil”
Dengan demikian diketahui bahwa ketentuan hukum di Indonesia
tidak mengatur secara tegas mengenai melarang atau
memperbolehkan pencantuman klausul non-kompetisi dalam
perjanjian kerja. Namun karena klausul non-kompetisi dicantumkan
dalam sebuah perjanjian kerja yang mana setiap perjanjian akan
tunduk pada pengaturan perjanjian sebagaimana yang diatur dalam
Pasal 1320 KUHPerdata yang disebutkan mengenai syarat sahnya
suatu perjanjian, Terhadap klausul non-kompetisi dapat dikatakan
batal demi hukum karena tidak memenuhi syarat sahnya perjanjian
berdasarkan ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu syarat
keempat yaitu adanya suatu sebab (causa) yang halal. Arti dari
batal demi hukum tersebut dapat berakibat perjanjian yang dibuat:
1. Dianggap “tidak pernah ada”;
2. Perjanjian yang batal demi hukum sejak semula tidak
mempunyai kekuatan dan akibat hukum;
3. Perjanjian yang batal demi hukum, sejak semula perjanjian
itu dibuat sama sekali tidak memiliki kekuatan hukum
mengikat atau tidak berlaku sehingga tidak perlu adanya
permohonan pembatalan kepada pengadilan.
Namun hingga saat ini belum ada putusan pengadilan yang
berkekuatan hukum tetap yang menyimpangi dari keabsahan
pencantuman klausul ini, maka klausul non-kompetisi untuk saat ini
tidak dapat diterapkan di Indonesia karena bertentangan dengan
hukum positif yang ada.
Berangkat dari hal tersebut, maka dapat dikatakan larangan yang
mengikat dalam suatu perjanjian yang berisikan larangan bekerja
dibidang pekerjaan tertentu adalah bertentangan dengan hak dan

6|Legal Opinion
kebebasan pekerja/buruh dalam hal ini mantan pegawai untuk
memilih pekerjaan.
 
2. Perlindungan Data Ditinjau dari Perspektif Yuridis

Terkait perlindungan data, dalam hukum positif telah dibagi


klasifikasi jenis data, antara lain sebagai berikut:

1. Data publik: data yang dikeluarkan oleh kementerian dan


lembaga kepada publik. Hal ini diatur dalam undang-undang
keterbukaan informasi publik, dan data yang yang
dipublikasikan oleh pers;
2. Data privat: data personal/pribadi dan data perusahaan.
Ketentuan tentang data pribadi jenis ini belum diatur secara
khusus, namun sudah diatur dalam berbagai undang-undang
terkait data pribadi. Misalnya: data perbankan, data
kesehatan, data pendidikan dan sebagainya. Sedangkan
data perusahaan diatur dalam undang-undang rahasia
dagang dan undang-undang dokumen perusahaan;
3. Data rahasia Negara: data terkait keamanan Negara, yang
diatur dalam undang-undang intelijen.

Perlu menjadi catatan, dari ketiga jenis data di atas, jika bentuknya
elektronik maka UU ITE dapat diberlakukan. Di era informasi saat
ini UU ITE seringkali digunakan sebagai garda terdepan untuk
melindungi data elektronik. Jika mengacu pada UU ITE cakupan
perangkat elektronik tidak hanya komputer tetapi lebih luas lagi
(termasuk media penyimpananannya). Oleh sebab itu penggunaan
perangkat elektronik dalam kaitannya interaksi data elektronik perlu
menjadi perhatian.
Dalam UU ITE, perlindungan atas suatu data diatur dengan
beberapa norma larangan, antara lain larangan berupa: mengubah,
merusak, menyembunyikan, mengambil, mentransfer, dan
merekayasa dalam bentuk lainnya. Keseluruhan dari norma di atas
berlaku bagi data yang bisa dakses secara onlineataupun data
secara offline. Beberapa kasus yang sering terjadi adalah data
perusahaan yang di forward melalui email (baik email pribadi
maupun email orang lain,baik dalam satu perusahaan maupun di
luar perusahaan), di copy ke flash disk pribadi, dan laptop
perusahaan yang hilang. Padahal di dalamnya berisi banyak data
penting yang ikut hilang. Oleh sebab itu langkah antisipasi

7|Legal Opinion
pengaturan suatu data pada suatu perusahaan menjadi penting
untuk diperhatikan.
Adapun beberapa cara umum untuk melindungi data perusahaan
yang perlu dilakukan antara lain:
1. Membuat klasifikasi jenis data pada perusahaan;
2. Membuat kategori jenis dan hak akses karyawan terhadap
data;
3. membuat SOP pengembalian komputer/laptop perusahaan;
4. Membuat SOP backup data; dan
5. Membuat perjanjian kerahasiaan data antara perusahaan
dengan karyawan.
Beberapa SOP di atas seringkali terlewat sehingga tidak ada dalam
suatu perusahaan. Hal ini boleh jadi kesadaran akan pentingnya
perlindungan data belum dimiliki. Dengan adanya isu perlindungan
data pribadi dari kelompok negara Uni Eropa, sudah seharusnya
perusahaan tidak hanya perusahaan yang bergerak di bidang IT
saja yang memiliki kesadaran akan pentingnya perlindungan suatu
data untuk menghindari masalah hukum kebocoran atau
kehilangan data.
Namun perusahaan lain yang bergerak dibidang non-IT pun harus
mampu untuk melindungi data digitalnya sebagai rahasia
perusahaan/rahasia dagang.
Sebelumnya perlu dipahami terlebih dahulu apa yang dimaksud
dengan rahasia perusahaan. Kami tidak menemukan definisi
rahasia perusahaan dalam peraturan perundang-undangan di
Indonesia. Akan tetapi, KPPU dalam Pedoman Penjelasan Pasal
23 UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat mendefinisikan rahasia
perusahaan adalah informasi kegiatan usaha yang tidak pernah
dibuka oleh pemiliknya kepada siapapun juga, kecuali kepada
orang-orang yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha
pemilik informasi kegiatan usaha yang dikategorikan sebagai
rahasia perusahaan tersebut.
Perlu diketahui, meskipun rahasia perusahaan dan rahasia dagang
berkaitan erat, akan tetapi keduanya tidaklah sama. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang
(“UU Rahasia Dagang”) rahasia dagang adalah informasi yang
tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/atau bisnis,
mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha,
dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang.
Dalam dokumen yang sama KPPU menjelaskan rahasia
perusahaan tidak dapat disamakan dengan rahasia dagang

8|Legal Opinion
mengingat dalam rahasia dagang pemegang hak dapat
memberikan lisensi kepada pihak lain, karena rahasia dagang
sudah pasti memiliki nilai ekonomis, sedangkan rahasia
perusahaan tidak. Rahasia dagang adalah hak atas kekayaan
intelektual yang menurut sistem hukum Eropa continental
merupakan suatu recht op voorbrengselen van de geest (hak atas
hasil-hasil produk kejiwaan manusia), sedangkan rahasia
perusahaan belum tentu.

a. Perlindungan Terhadap Rahasia Perusahaan

Perlindungan terhadap rahasia perusahaan telah diatur dalam


peraturan perundang-undangan, yaitu di Pasal 23 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat (“UU 5/1999”) jo. Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 85/PUU-XIV/2016 Tahun 2016 yang
menyatakan:
“Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pelaku usaha lain
dan/atau pihak yang terkait dengan pelaku usaha lain untuk
mendapatkan informasi kegiatan usaha pesaingnya yang
diklasifikasikan sebagai rahasia perusahaan sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.”
Dalam hal ini, mantan karyawan perusahaan bisa dianggap telah
melakukan pelanggaran pasal tersebut apabila pengungkapan
rahasia perusahaan yang ia lakukan dilakukan dalam rangka
bersekongkol dengan pelaku usaha lain dan memenuhi unsur-
unsur lainnya dalam pasal di atas.
Jika hal tersebut terjadi, mengingat yang dilakukan oleh mantan
karyawan merupakan pelanggaran hukum, maka kami
berpendapat, pihak perusahaan yang dirugikan bisa menggugat
mantan karyawan tersebut atas perbuatan melawan hukum (PMH)
berdasarkan Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:
“Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa
kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang
menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk
menggantikan kerugian tersebut.”
Di sisi lain, KPPU juga berwenang menjatuhkan sanksi berupa
tindakan administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar
Pasal 23 UU 5/1999 di atas, berupa perintah kepada pelaku usaha
untuk menghentikan kegiatan yang terbukti menimbulkan
persaingan usaha tidak sehat.

9|Legal Opinion
b. Perlindungan Terhadap Rahasia Dagang

Setelah memahami perlindungan rahasia perusahaan, untuk


rahasia dagang sendiri mendapat perlindungan rahasia dagang
apabila informasi tersebut:
1. bersifat rahasia, yaitu apabila informasi tersebut hanya
diketahui oleh pihak tertentu atau tidak diketahui secara
umum oleh masyarakat;
2. mempunyai nilai ekonomi, yaitu apabila sifat kerahasiaan
informasi tersebut dapat digunakan untuk menjalankan
kegiatan atau usaha yang bersifat komersial atau dapat
meningkatkan keuntungan secara ekonomi;
3. dan dijaga kerahasiaannya melalui upaya sebagaimana
mestinya, yaitu apabila pemilik atau para pihak yang
menguasainya telah melakukan langkah-langkah yang layak
dan patut.
Yang dimaksud dengan “upaya-upaya sebagaimana mestinya”
adalah semua langkah yang memuat ukuran kewajaran, kelayakan,
dan kepatutan yang harus dilakukan. Misalnya, di dalam suatu
perusahaan harus ada prosedur baku berdasarkan praktek umum
yang berlaku di tempat-tempat lain dan/atau yang dituangkan ke
dalam ketentuan internal perusahaan itu sendiri. Demikian pula
dalam ketentuan internal perusahaan dapat ditetapkan bagaimana
rahasia dagang itu dijaga dan siapa yang bertanggung jawab atas
kerahasiaan itu, contohnya adlaah dengan dibuatnya suatu
perjanjian kerahasiaan dagang antara perusahaan dengan
karyawan yang terpisah atau dapat juga disatukan dalam surat
perjanjian kerja karyawan.
Pelanggaran rahasia dagang terjadi apabila seseorang dengan
sengaja mengungkapkan rahasia dagang, mengingkari
kesepakatan atau mengingkari kewajiban tertulis atau tidak tertulis
untuk menjaga rahasia dagang yang bersangkutan. Sebab, pemilik
rahasia dagang berhak untuk melarang pihak lain menggunakan
rahasia dagang atau mengungkapkan rahasia dagang itu kepada
pihak ketiga untuk kepentingan komersial.
Atas pelanggaran rahasia dagang ini, perusahaan yang dibocorkan
rahasia dagangnya dapat mengajukan gugatan ganti rugi ke
Pengadilan Negeri dan/atau dapat juga mengadukan mantan
karyawan yang bersangkutan atas dugaan tindak pidana
pelanggaran rahasia dagang yang diancam pidana penjara paling
lama 2 tahun dan/atau denda paling banyak Rp300 juta.

10 | L e g a l O p i n i o n
F. KONKLUSI

Berdasarkan uraian Analisa diatas, diketahui bahwa kesimpulannya


adalah sebagai berikut:
1. Bahwa, penggunaan klausul non-kompetisi (Non-Competition
Clause) dalam Surat Perjanjian Kerja sebagai upaya pencegahan
secara preventif terhadap perlindungan data customer PT. Andaru
Persada Mandiri yang berbunyi:
“…tidak diberkenankan bekerja di perusahaan yang sejenis
atau memiliki bisnis atau usaha yang sama dengan PT.
Andaru Persada Mandiri selama 2 tahun setelah tidak lagi
bekerja atau setelah hubungan kerja berakhir di PT. Andaru
Persada Mandiri.”
Adalah tidak tepat dan tidak efektif, karena jika terjadi suatu
pelanggaran dalam perjanjian tersebut khususnya klausa tersebut
dikemudian hari, tidak dapat dilakukan upaya hukum apapun
karena sejak awal Perjanjian tersebut batal demi hukum sebagai
mana yang telah disampaikan;

2. Bahwa, dalam hal untuk melindungi Data Customer, terdapat 2


cara yang mungkin jauh lebih efektif secara hukum untuk dilakukan,
yaitu dengan menjadikan Data Customer tersebut sebagai Rahasia
Perusahaan dan/atau menjadikannya sebagai Rahasia Dagang.
Dengan penyelesaian hukum secara perdata maupun pidana bagi
mantan karyawan tersebut dan/atau dengan sanksi administrative
terhadap perusahaan tersebut.

G. REKOMENDASI

Berikut rekomendasi yang dapat dilakukan oleh PT. Andaru Persada


Mandiri dalam hal perlindungan Data Customer sebagaimana dimaksud
dalam Legal Opinion ini, yaitu:
1. Melakukan suatu perbuatan yang menyatakan bahwa Data
Customer adalah merupakan Rahasia Perusahaan dan/atau
Rahasia Dagang, yaitu dengan membuat suatu Perjanjian
Kerahasiaan Khusus mengenai Data Customer termaksud;
2. Menambahkan klausa khusus kerahasiaan dalam perjanjian kerja
antara perusahaan dengan karyawan, terakiat rahasia perusahaan
dan/atau rahasia dagang, dengan ketentuan yang perlu dimasukan
adalah pertanggung jawaban secara hukum baik materiil ataupun
immateriil atas kerugian yang diderita oleh perusahaan;

11 | L e g a l O p i n i o n
3. Membuat dan Memberlakukan SOP terkait perlindungan Data
Customer untuk melindungi data tersebut atas penyalahgunaan
dan untuk mendeklarasikan secara tidak langsung bahwa data
tersebut adalah Data Rahasia yang perlu dijaga yang dapat
berguna dalam hal pembuktian di proses peradilan pidana maupun
perdata.

Demikianlah Legal Opinion yang saya buat, semoga dapat dipergunakan


sebagaimana mestinya.

Hormat saya,

Ade Saefudin, S.H.

12 | L e g a l O p i n i o n

Anda mungkin juga menyukai