Anda di halaman 1dari 20

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UASTAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2020/21.1 (2020.2)

Nama Mahasiswa : Torik Harmas Priatna


Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 041809113

Tanggal Lahir : 06 Pebruari 1999

Mata Kuliah : Hubungan Industrial

Program Studi : Manajemen Ekonomi

UPBJJ : UT Malang

Hari/Tanggal UASTHE : 16 Desember 1999

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJUdan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Torik Harmas Priatna


NIM : 041809113
Kode/Nama Mata Kuliah : EKMA4367 / Hubungan Industrial
Fakultas : Ekonomi
Program Studi : Manajemen
UPBJJ-UT : UT Malang

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang
ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Blitar, 16 Desember 2020

Yang Membuat Pernyataan

Torik Harmas Priata


JAWABAN UJIAN
Makalah Praktik Hubungan Industrial di Indonesia
A. Latar Belakang
Istilah buruh sangat populer dalam dunia perburuhan/ketenagakerjaan, selain
istilah ini sudah dipergunakan sejak lama bahkan mulai dari zaman penjajahan
belanda juga karena peraturan undang-undang yang lama menggunakan istilah
buruh. Pada zaman penjajahan belanda yang dimaksud dengan buruh adalah
pekerja kasar seperti kuli, tukang, mandor yang melakukan pekerjaan kasar,
orang-orang ini disebut sebagai “Blue Collar”. Sedangkan yang melakukan
pekerjaan dikantor pemerintahan maupun swasta disebut sebagai
“karyawan/pegawai” (White Collar). Pembedaan yang membawa konsekuensi
pada pembedaan perlakuan dan hak-hak tersebut oleh pemerintah Belanda tidak
lepas dari upaya memecah belah orang pribumi.1
Buruh merupakan organ terpenting dalan suatu perusahaan, hal ini
dikarenakan buruh merupakan ujung tombak terhadap kelangsungan suatu
perusahaan. Melihat pentingnya peran buruh didalam suatu perusahaan harusnya
mendapatkan timbal balik yang setimpal.
Secara umum persoalan pekerja/buruh lebih banyak diidentikkan dengan
persoalan antara buruh dan majikan. Pemahaman demikian juga dipahami sebagian
besar para pengambil kebijakan perburuhan sehingga terjadi proses
reduksi pemahaman pekerja/buruh sebagai suatu profesi dan kategori sosial.
Padahal secara makro, banyak faktor eksternal sangat berpengaruh terhadap
eksistensi kaum pekerja/buruh dalam menjalankan profesinya, seperti pengaruh
globalisasi, kebijakan ekonomi makro, dan kebijakan perburuhan itu sendiri.2
Jika hubungan antara buruh dengan majikan ini tetap diserahkan sepenuhnya
kepada para pihak (buruh dan majikan), maka tujuan hukum perburuhan untuk
menciptakan keadilan sosial dibidang perburuhan akan sangat sulit tercapai,
karena pihak yang kuat akan selalu ingin menguasai pihak yang lemah (homo
homoni lupus). Majikan sebagai pihak yang kuat secara sosial ekonomi akan
selalu menekan pihak buruh yang berada pada posisi yang lemah/rendah. Atas
dasar itulah, pemerintah secara berangsur-angsur turut serta dalam menangani
masalah perburuhan ini melalui berbagai peraturan perundang-undangan.
Peraturan perundang-undangan di bidang perburuhan dimaksudkan untuk
memberikan kepastian hukum terhadap hak dan kewajiban pengusaha maupun
pekerja/buruh. Tujuan campur tangan pemerintah dalam bidang perburuhan ini
adalah untuk mewujudkan perburuhan yang adil, karena peraturan perundang-
undangan memberikan hak-hak bagi buruh/pekerja sebagai manusia yang utuh,
karena itu harus dilindungi baik menyangkut keselamatannya, kesehatannya.
upah yang layak dan sebagainya. Selain itu pemerintah juga memperhatikan
kepentingan pengusaha/majikan yakni kelangsungan perusahaan.3
Secara teoritis dikenal ada tiga jenis perlindungan kerja yakni sebagai
berikut:
1. Perlindungan sosial, yaitu perlindungan yang berkaitan dengan usaha
kemasyarakatan, yang tujuannya untuk memungkinkan pekerja/buruh
mengenyam dan mengembangkan perikehidupannya sebagai manusia pada
umumnya, dan khususnya sebagai anggota masyarakat dan anggota
keluarga. Perlindungan sosial ini juga disebut dengan kesehatan kerja.
2. Perlindungan teknis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan dengan
usaha-usaha untuk menjaga agar pekerja/buruh terhindar dari bahaya
kecelakaan yang dapat ditimbulkan oleh alat-alat kerja atau bahan yang
dikerjakan. Perlindungan ini sering disebut keselamatan kerja.
3. Perlindungan ekonomis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan
dengan usaha-usaha untuk memberikan kepada pekerja/buruh suatu
penghasilan yang cukup guna memenuhi keperluan sehari-hari baginya dan
keluarganya, termasuk dalam hal pekerja atau buruh tidak mampu bekerja
karena sesuatu diluar kehendaknya, perlindungan jenis ini biasanya disebut
dengan jaminan social
Mengenai masalah perlindungan sosial, teknis, dan ekonomis buruh memang
menjadi pihak yang dirugikan, terutama kepada Buruh/Pekerja harian lepas.
Maka dari itu perlu adanya perlindungan hukum yang jelas bagi pekerja/buruh
harian lepas.
Perlindungan hukum terhadap pekerja/buruh harian lepas berarti membahas
mengenai hak-hak pekerja/buruh setelah melaksanakan kewajibannya. Selama ini
pihak pengusaha masih melihat pihak pekerja/buruh harian lepas sebagai pihak
yang lemah. Sementara itu, pihak pekerja/buruh harian lepas sendiri kurang
mengetahui apa-apa yang menjadi hak dan kewajibannya. Dengan kata lain,
pihak pekerja/buruh harian lepas turut saja terhadap peraturan yang dibuat oleh
pengusaha. Padahal dalam suatu hubungan kerjasama yang baik tidak ada pihak
yang lebih penting kerena pengusaha dan pekerja/buruh harian lepas saling
membutuhkan. Dalam pelaksanaan perlindungan hukum terhadap pekerja/buruh
harian lepas haruslah sesuai dengan Peraturan Ketenagakerjaan yang berlaku.
Lemahnya perlindungan hukum terhadap pekerja/buruh harian lepas dapat
kita lihat dengan masih banyak nya buruh yang berada jauh dari kehidupan yang
layak, mulai dari upah yang berada jauh dari upah minimum, tidak adanya
jaminan kecelakaan kerja bagi pekerja/buruh harian lepas padahal mereka
bekerja dengan resiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi hingga jumlah hari
kerja yang melebihi perundang-undangan yang berlaku.
Mengenai jumlah hari kerja maksimal untuk buruh harian lepas telah diatur
dalam pasal 10 Keputusan Menteri Tenga Kerja dan Transmigrasi nomor 100
tahun 2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
yang berbunyi:
1. Untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam hal waktu dan
volume pekerjaan serta upah didasarkan pada kehadiran, dapat dilakukan
dengan perjanjian kerja harian atau lepas.
2. Perjanjian kerja harian lepas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan dengan ketentuan pekerja/buruh bekerja kurang dari 21 (dua puluh
satu ) hari dalam 1 (satu) bulan.
3. Dalam hal pekerja/buruh bekerja 21 (dua puluh satu) hari atau lebih selama 3
(tiga) bulan berturut-turut atau lebih maka perjanjian kerja harian lepas
berubah menjadi PKWTT.5
Berdasarkan pasal 10 Kepmenaker Nomor 10 tahun 2004 tersebut sudah
cukup jelas bahwa jumlah hari kerja untuk pekerja/buruh harian lepas ialah
kurang 21 hari/bulan.
Sedangkan aturan yang membahas mengenai upah minimum untuk
pekerja/buruh harian lepas tercantum pada pasal 17 Kepmenakertrans Nomor 07
tahun 2013 tentang Upah Minimum yang berbunyi :
1. Bagi pekerja/buruh yang bekerja dengan system borongan atau sistem harian
lepas yang dilaksanakan 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan
upah rata-rata sebulan serendah-rendahnya sebesar upah minimum yang
dilaksanakan diperusahaan setempat.
2. Upah pekerja/buruh harian lepas, ditetapkan secara bulanan dan dibayarkan
berdasarkan jumlah hari kehadiran dengan perhitungan upah sehari :
a. Bagi perusahaan dengan sistem waktu kerja 6 (enam) hari dalam
seminggu, upah bulanan dibagi 25 (dua puluh lima)
b. Bagi perusahaan dengan sistem waktu kerja 5 (hari) dalam seminggu,
upah bulanan di bagi 21 (dua puluh satu).
Manusia mempunyai banyak kebutuhan dalam hidupnya. Kehidupan manusia
akan berjalan dengan baik apabila kebutuhan kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi.
Untuk memenuhikebutuhan hidupnya tersebut manusia harus bekerja. Pada masa
lampau manusia hanya sekedar mengolah tanah untuk memenuhi kebutuhan
sandangnya saja. Tetapi di masa sekarang dengankebutuhan manusia yang semakin
beragam, tidak cukup hanya dengan mengolah tanah saja, tapi bekerja di bidang
industri dan jasa untuk memenuhi kebutuhan lainnya.
Orang yang bekerja baik di sektor industri maupun jasa disebut dengan tenaga
kerja.Tenaga kerja ini memiliki klasifikasi yang beragam tergantung dengan banyak
faktor. Selain itu,Tenaga kerja ini berkaitan dengan upah/gaji dan kesejahteraan para
tenaga kerja itu sendiri.Masalah tenaga kerja berbicara masalah produksi, distribusi,
dan konsumsi yang menyangkutmasalah ekonomi dalam kehidupan manusia.
Tenaga kerja juga merupakan pelaku pembangunandan pelaku ekonomi baik secara
individu maupun kelompok, sehingga mempunyai peran yangsangat mempengaruhi
dalam aktivitas perekonomian nasional dan penentu keberhasilan pembangunan.
Di Negara Negara berkembang seperti Indonesia, masalah masalah
ketenagakerjaan lazimditemukan. Masalah tenaga kerja yang masalah paling pokok
dan mendasar bagi para pekerjaadalah tercapainya kesejahteraan para pekerja dan
terciptanya suasana kerja yang harmonis,dinamis, demokratis, dan berkeadilan .
Namun, penyelesaian atas masalah masalah tersebut masih jauh dari harapan para
pekerja.
Persoalan persoalan tenaga kerja di Indonesia merupakan masalah nasional yang
sangatkompleks. Pemerintah selama ini hanya memandang masalah tenaga kerja
hanya sebatas bagaimana mengatasi angka angkatan kerja yang semakin membludak
sedangkan lapangan pekerjaan sangat terbatas. Sedangkan hal hal lain yang
berkaitan dengan masalah perlindungandan kesejahteraan para pekerja menjadi
terabaikan dan dirasa belum dapat terselesaikan.
Di sisi lain, perusahaan dan pekerja mempunyai cara pandang yang berbeda
dalammenyikapi hubungan kerja yang harmonis, dinamis, demokratis, dan
berkeadilan. Bagi perusahaanyang terpenting adalah terciptanya efisiensi di segala
bidang termasuk biaya produksi dan upahtenaga kerja. Hal ini berkaitan dengan
hukum ekonomi yaitu bagaimana mendapatkan keuntungan besar dengan modal
yang diminimalisir. Sedangkan bagi para pekerja, bagaimana kesejahteraan pekerja
dapat terpenuhi melalui gaji, bonus, tunjangan, perlindungan kesehatan, dan
lainsebagainya tanpa memperhatikan kondisi perusahaan.
Kedua cara pandang yang berbeda inilah yang pada akhirnya dapat
menimbulkan perselisihan antara pekerja dengan perusahaan. Para pekerja selalu
berada pada pihak yang lemahdan selalu kalah dalam rangka mengatur hubungan
kerja yang baik. Sehingga menerima segalakeputusan dari pihak perusahaan yang
lebih dominan walaupun keputusan tersebut dirasa jauhdari harapan para pekerja
tersebut

B. Tujuan
Tujuan dari permasalahan ini sesuai dari rumusan masalah yang telah disampaikan.
Haltersebut untuk memudahkan hal yang harus dilakukan berdasarkan masalah yang
akan dibahas.Berikut tujuan dari permasalahan dari makalah ini:
 Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari tenaga kerja
 Untuk mengetahui apa permasalahan yang dialami oleh para pekerja
sekarang ini
 Untuk mengetahui bagaimana solusi mengatasi permasalahan yang dialami
para pekerja

C. Permasalahan
Persoalan persoalan tenaga kerja di Indonesia merupakan masalah nasional yang
sangatkompleks. Pemerintah selama ini hanya memandang masalah tenaga kerja
hanya sebatas bagaimana mengatasi angka angkatan kerja yang semakin membludak
sedangkan lapangan pekerjaan sangat terbatas. Sedangkan hal hal lain yang
berkaitan dengan masalah perlindungandan kesejahteraan para pekerja menjadi
terabaikan dan dirasa belum dapat terselesaikan.
Di sisi lain, perusahaan dan pekerja mempunyai cara pandang yang berbeda
dalammenyikapi hubungan kerja yang harmonis, dinamis, demokratis, dan
berkeadilan. Bagi perusahaanyang terpenting adalah terciptanya efisiensi di segala
bidang termasuk biaya produksi dan upahtenaga kerja. Hal ini berkaitan dengan
hukum ekonomi yaitu bagaimana mendapatkan keuntungan besar dengan modal
yang diminimalisir. Sedangkan bagi para pekerja, bagaimana kesejahteraan pekerja
dapat terpenuhi melalui gaji, bonus, tunjangan, perlindungan kesehatan, dan
lainsebagainya tanpa memperhatikan kondisi perusahaan.
Kedua cara pandang yang berbeda inilah yang pada akhirnya dapat
menimbulkan perselisihan antara pekerja dengan perusahaan. Para pekerja selalu
berada pada pihak yang lemahdan selalu kalah dalam rangka mengatur hubungan
kerja yang baik. Sehingga menerima segalakeputusan dari pihak perusahaan yang
lebih dominan walaupun keputusan tersebut dirasa jauhdari harapan para pekerja
tersebut

D. Pembahasan
1. Klasifikasi dari tenaga kerja
Tenaga kerja memiliki klasifikasi yang bermacam macam. Klasifikasiyaitu
pengaturan bersistem atau berkelompok menurut standart yang di tetapkan. Jadi,
klasifikasitenaga kerja yaitu pengelompokan bakal tenaga kerja yang telah tersusun
berdasarkan kriteriayang telah di tentukan, antara lain :
a. Berdasarkan penduduknya
 Tenaga kerja : Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap
dapat bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut
Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga
kerja yaitumereka yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun.
 Bukan tenaga kerja : Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak
mampu dan tidak mau bekerja, meskipun ada permintaan bekerja.
MenurutUndang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003, mereka adalah
penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan
berusia di atas 64 tahun.Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para
lansia (lanjut usia) dan anak-anak.
b. Berdasarkan batas kerja :
 Angkatan kerja : Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang
berusia 15-64 tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak
bekerja, maupunyang sedang aktif mencari pekerjaan.
 Bukan angkatan kerja : Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur
10 tahun ke atas yang kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah
tangga dan sebagainya. Contoh kelompok ini adalah: anak sekolah dan
mahasiswa, para ibu rumah tangga dan orang cacat, dan para pengangguran
sukarela.
c. Berdasarkan kualitasnya
 Tenaga kerja terdidik : Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang
memilikisuatu keahlian atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara
sekolah atau pendidikan formal dan nonformal. Contohnya: pengacara,
dokter, guru, dan lain-lain.
 Tenaga kerja terlatih : Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerjayang
memilikikeahlian dalam bidang tertentu dengan melalui pengalaman kerja.
Tenaga kerjaterampil ini dibutuhkan latihan secara berulang-ulang sehingga
mampu menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya: apoteker, ahli bedah,
mekanik, dan lain-lain.
 Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih : Tenaga kerja tidak terdidik
dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga
saja. Contoh:kuli, buruh angkut, pembantu rumah tangga, dan sebagainya.
2. Permasalahan tenaga kerja sekarang ini
a. Jumlah tenaga kerja yang besar sementara kesempatan kerja minim
Sebenarnya tidak ada masalah dengan jumlah angkatan kerja yang banyak.
Hanya saja, jumlah perusahaan di Indonesia tidak terlalu banyak dan daya serap
mereka pun juga sedikit.Padahal, pemerintah mengharapkan bahwa setiap
perusahaan mampu menjaring angkatan-angkatan kerja yang banyak serta
berpotensi menjadi tenaga kerja. Bila hal ini tidak diatasi,angka pengangguran akan
terus bertambah dan mengakibatkan pembangunan ekonomi diIndonesia cenderung
stagnan bahkan mengalami penurunan.
b. Kualitas tenaga kerja yang cenderung rendah
Kuantitas tenaga kerja yang banyak tidak diimbangi dengan kualitas setiap
tenaga kerjayang cenderung rendah. Kualitas yang rendah disebabkan oleh tingkat
pendidikan merekayang rendah atau belum memadai dengan jenis pekerjaan yang
ada. Ada juga yang pendidikannya cukup tinggi dan memadai bagi sebuah pekerjaan
namun tidak mampu bekerjasesuai keinginan. Hal ini disebabkan karena mutu
pendidikan yang rendah di beberapa instansi pendidikan atau bisa juga karena daya
serap yang kurang terhadap ilmu pengetahuan.
Selain pendidikan, kesehatan juga merupakan faktor kurangnya kualitas para
pekerja.Kesehatan yang kurang fit akan sangat berpengaruh terhadap kinerja
seorang tenaga kerja.Penyebab dari kondisi kesehatan yang kurang fit ini bisa
disebabkan karena kurangnya asupanmakanan yang bergizi tinggi. Sayangnya,
sebagian besar masyarakat Indonesia masih kesulitan mendapat makanan yang
bergizi tinggi.
Kualitas angkatan yang rendah akan mengurangi efektivitas serta efisiensi dalam
pekerjaan. Selain itu, hasil kerja yang diberikan pun juga kurang berkualitas. Selain
mengalami kerugian, hasil karya perusahaan di Indonesia pun tidak bisa bersaing
dengannegara lain karena kualitasnya yang rendah. Membangun kualitas tenaga
kerja yang tinggimesti dimulai sejak mereka masih menjadi angkatan non kerja yang
berusia 0-14 tahun.Dengan begitu, mereka akan siap memasuki dunia kerja dengan
kualitas yang maksimal saatusianya masuk ke dalam usia angkatan kerja.
c. Persebaran Tenaga Kerja yang Tidak Merata
Luasnya wilayah Indonesia mestinya bisa dimanfaatkan untuk persebaran tenaga
kerja.Sayangnya, hal ini tidak terjadi. Para tenaga kerja terlalu memusatkan diri ke
Pulau Jawa. Halini juga dipengaruhi oleh salah satu diantarafaktor-faktor yang
mempengaruhi persebaran penduduk , yaitu faktor fisiologis. Faktor ini merupakan
faktor yang membuat seseorang berpindah atau bekerja di suatu tempat.
Berdasarkan faktor ini, Pulau Jawa banyak dijadikantempat tujuan bekerja karena
secara fisiologis pulau tersebut dianggap strategis dalam mencari penghasilan yang
layak.Padahal, Pula Jawa sendiri sudah cukup padat dan persaingan di pulau
tersebut jugaterhitung ketat. Padahal, daerah di luar Pulau Jawa juga mempunyai
lapangan kerja yang luasdan potensi melimpah yang bisa dioptimalkan oleh para
tenaga kerja di Indonesia.
d. Kesempatan kerja masih terbatas
Kesempatan kerja merupakan suatu keadaan yang menggambarkan adanya
ketersediaanlapangan kerja bagi tenaga kerja. Kesempatan kerja dapat membuat
angkatan kerja menjaditenaga kerja yang produktif dan dapat menyejahterakan
dirinya dan negara. Sektor pekerjaanyang menjadi kesempatan kerja paling diminati
tenaga kerja Indonesia adalah sektor pertanian,industri, perdagangan, dan jasa.
Sayangnya, sektor-sektor tersebut tidak mampu memberikesempatan kerja yang luas
bagi para tenaga kerja yang berjumlah banyak. Hal ini akanmembuat mereka tidak
mempunyai penghasilan, sehingga tingkat kesejahteraan hidup merekasemakin
rendah.
e. Upah para pekerja yang rendah
Masalah ini biasanya terjadi pada pekerja kasar berpendidikan rendah dan pekerja
berketerampilan rendah. Posisi mereka yang tidak menguntungkan membuat daya
tawar mereka begitu rendah sehingga sulit mendapatkan gaji yang tinggi. Biasanya
para pekerja inihidup dalam kemiskinan dan tingkat kesejahteraan yang rendah.
f. Jaminan sosial tidak ada / kecil
Pemecahan masalah :Seharusnya setiap perusahaan memberikan jaminan
kesehatan seperti Jamsostek bagitenaga kerjanya sehingga para pekerja merasa
aman dan terlindungi jika sewaktu waktuterjadi kecelakaan atau kematian.
g. Pengangguran
Pemecahan masalah :Pemerintah atau perusahaan membuka usaha padat karya
sehingga banyak menyeraptenaga kerja. kemudian memberikan pinjaman modal
agar masyarakat dapat membuka usahasendiri sehingga pengangguran dapat teratasi.
E. Kesimpulan dan Saran
a. Simpulan
Tenaga kerja adalah orang yang bekerja di sektor industri dan jasa. Tenaga kerja
jugamerupakan pelaku pembangunan dan pelaku ekonomi baik secara individu
maupun kelompok,sehingga mempunyai peran yang sangat mempengaruhi dalam
aktivitas perekonomian nasionaldan penentu keberhasilan pembangunan
b. Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan pada makalah ini, ada
beberaparekomendasi yang dapat dijadikan masukan baik bagi para pembaca
maupun penulis selanjutnya.Hal ini diharapkan bisa menjadi saran yang tepat agar
nantinya bisa dilakukan oleh pembaca.Penulis memiliki beberapa saran untuk
penulis selanjutnya agar makalah ini bisa terus berlanjutsehingga memberikan
banyak manfaat bagi remaja maupun pihak pihak yang terkait dengan aksi balap liar
ini. Berikut beberapa saran berupa rumusan masalah yang dapat dijadikan pedoman
bagi penulis selanjutnya.
1. Bagaimana hubungan antara tingkat gaji/upah dengan kualitas hidup pekerja
2. Bagaimana hubungan yang baik antara perusahaan dengan pekerja
F. Referensi
Buku Materi Pokok EKMA4367/2SKS/MODUL 1-6
https://www.academia.edu/40711037/MAKALAH_PERMASALAHAN_BURUH_DA
N_SOLUSINYA_YANG_ADA_DI_INDONESIA
http://repository.uin-suska.ac.id/7053/2/Bab%201%20Latar%20Belakang
JAWABAN UJIAN
2. A. Tujuan dan Fungsi Serikat Pekerja
Tujuan serikat pekerja adalah memberikan perlindungan, pembelaan hak dan
kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja. Dengan
kata lain, serikat pekerja memiliki janji untuk memberikan perlindungan,
pembelaan, dan memperjuangkan.
Contoh Kasus:
Sumber : Gajimu.com
Pembagian upah dengan sistem bagi hasil, tidak dapat Jamsostek dan THR. 5
orang pekerja diberhentikan/ PHK karena berjuang untuk menuntut hak
mereka. Selanjutnya kasus dilaporkan ke Dinas Tenaga Kerja dan dibawa ke
Pengadilan Hubungan Industrial
Pasuruan, Jawa Timur. 5 pekerja di salah satu perusahaan transportasi di Pasuruan
diberhentikan/ di-PHK karena bergabung dengan Serikat Pekerja. Apa latar
belakang kelima pekerja ini di-PHK? Simak cerita pengalaman Akhmad Soim
selaku pengurus komisariat Serikat Pekerja PO.X di Pasuruan kepada Tim
Kampanye Upah Layak Wage Indicator - KSBSI!
Perusahaan PO.X memiliki beberapa divisi, diantaranya adalah divisi bengkel dan
divisi kru bis. Serikat Pekerja divisi bengkel telah berhasil menuntut hak mereka
yaitu mengenai upah, upah yang diberikan sebelumnya Rp. 25.000/hari padahal
Upah Minimum Kabupaten sebesar Rp. 40.000/hari. Dan biaya Jamsostek yang
100% dibebankan kepada pekerja. Sekarang divisi bengkel telah menikmati upah
yang sesuai dengan UMK dan memiliki Jamsostek yang dibayarkan oleh
perusahaan.
Mengikuti kesuksesan divisi bengkel dalam menuntut hak kerja mereka, para
pekerja di divisi kru bis pun mulai bergabung dengan Serikat Pekerja. Pekerja divisi
kru bis banyak mengalami pelanggaran hak-hak pekerja, diantaranya adalah
pembagian upah yang menganut sistem bagi hasil. Perhitungannya sistem bagi hasil
tersebut adalah :
 Supir : 14% dari pendapatan bersih per hari
 Kondektur : 8% dari pendapatan bersih per hari
 Kenek : 6% dari pendapatan bersih per hari
Apabila pekerja tidak masuk kerja akan dikenakan denda sebanyak Rp. 500.000/hari
kecuali tidak masuk kerja karena sakit. Tunjangan Hari Raya pun tidak pernah
diberikan kepada pekerja. Masalah lain adalah mengenai tidak diberikannya fasilitas
jamsostek, sehingga apabila terjadi kecelakaan kerja (kecelakaan bus), pekerja harus
menanggung sendiri biayanya.
Akan tetapi, perjuangan divisi kru bis lebih berat dibanding divisi bengkel karena
perusahaan sudah semakin pintar dalam berkelit. Mereka tidak mempunyai
Perjanjian Kerja Bersama (PKB), semua perintah dan peraturan dikemukakan secara
lisan sehingga pekerja tidak memiliki bukti tertulis yang bisa dijadikan senjata untuk
melawan perusahaan seperti halnya yang dilakukan pekerja di divisi bengkel
sebelumnya.
Saat ini kasus tersebut telah dilaporkan ke Dinas Tenaga Kerja setempat,
diputuskanlah bahwa kelima orang pekerja tersebut akan mendapat pesangon dan
kasusnya akan dibawa ke Pengadilan Hubungan Industrial (PHI).
B. Contoh Kasus Dari Tanggung Jawab Dan Wewenang Serikat Pekerja
Mengenai Sarana Serikat Pekerja Menghadapi Pengusaha.
Sumber : CNN Indonesia
Serikat Pekerja Antara Polisikan Manajemen Terkait PHK
Jakarta, CNN Indonesia -- Serikat Pekerja Antara melaporkan manajemen
Lembaga Kantor Berita Nasional atau LKBN Antara ke Polda Metro Jaya. Hal ini
terkait dugaan pemberangusan terhadap aktivitas Serikat Pekerja Antara.
Ketua Umum Serikat Pekerja Antara Abdul Gofur mengatakan laporan itu
terkait dengan pemutusan hubungan kerja (PHK) beberapa karyawan, mutasi
karyawan, hingga persoalan gaji.
"Melaporkan manajemen Perum LKBN Antara yang kita duga melakukan
upaya union busting atau pemberangusan dan juga penghalang-halangan serikat
pekerja di Perum LKBN Antara," kata Abdul saat dikonfirmasi, Kamis (12/9)
Dia menjelaskan manajemen berusaha memberikan sanksi mutasi dan PHK
terhadap karyawan yang dianggap aktif atau kritis terhadap perusahaan.
Abdul menyampaikan setidaknya 20 orang staf dan satu orang video jurnalis
telah mengalami PHK. Hal itu, menurutnya, berkaitan dengan aksi yang sempat
dilakukan para karyawan.
Ia menyebut aksi itu dilakukan pada Desember 2018. Serikat pekerja saat itu
menuntut kenaikan gaji dan pengangkatan karyawan lama menjadi karyawan tetap.
"Ada upaya orang-orang yang aktif atau kritis terhadap perusahaan itu
diberikan sanksi mutasi dan PHK itu yang kita laporkan ke sini," tutur Gofur.
Selain PHK, kata Gofur, serikat pekerja juga memprotes sanksi mutasi yang
diterima oleh sejumlah karyawan.
"Enam orang (dimutasi), yang gugat hanya lima. Salah satunya ada ke Papua,
Bali, Bandung dan Sulsel," ucap Gofur.
Laporan itu diterima pihak kepolisian dengan nomor laporan
LP/5768/IX/2019/PMJ/Dit. Reskrimsus tanggal 11 September. Pihak pelapor yakni
Gading Yonggar, dan pihak terlapor yakni Inderahadi Kartakusuma sebagai General
Manager Sumber Daya Manusia dan Umum LKBN Antara.
Pasal yang dilaporkan yakni dugaan tindakan penghalangan aktivitas serikat
pekerja melalui tindakan PHK dan mutasi Pasal 28 Jo. 43 Undang-Undang Nomor
21 Tahun 2000 tentang serikat pekerja atau serikat buruh.
Terkait laporan itu, Sekretaris Perusahaan Perum LKBN Antara, Iswahyuni
menegaskan tidak ada satupun kegiatan serikat pekerja yang dihalang-halangi.
Iswahyuni menyebut perusahaan telah memberikan fasilitas untuk kegiatan
serikat pekerja di lingkungan perusahaan
"Bahkan manajemen mendukung kehadiran dua serikat pekerja di lingkungan
Perum LKBN Antara, salah satunya dipimpin oleh saudara Gofur," ucap Iswahyuni
dalam keterangannya, Kamis (12/9).
Iswahyuni menuturkan mutasi yang dipersoalkan oleh serikat pekerja
sebenarnya merupakan hal biasa. Apalagi, dengan 30 lebih kantor atau biro yang ada
di seluruh Indonesia.
Meski begitu, kata Iswahyuni, pihaknya bakal mengikuti proses hukum. Ia juga
menyebut pihaknya bakal kooperatif jika nantinya dipanggil pihak kepolisian untuk
dimintai keterangan.
Dia menambahkan, pihak perusahaan juga telah memberikan kuasa ke kantor
hukum Muzayin & Parners untuk menindaklanjuti laporan itu.
"Akan kooperatif untuk apapun yang dibutuhkan pihak kepolisian agar laporan
yang diajukan oleh Serikat Pekerja Antara ini dapat diperiksa dalam tingkat
penyelidikan maupun nantinya jika sampai pada tingkat penyidikan dapat
mengungkapkan fakta-fakta yang sebenarnya," tuturnya.

Anda mungkin juga menyukai