Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Keselamatan

Jalan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan
terhindarnya setiap orang dari risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang
disebabkan oleh manusia, Kendaraan, Jalan, dan/atau lingkungan. (Undang
Undang No 22 Tahun, 2009). Menurut (Ramadhayanti, 2018) kelancaran dan
keselamatan lalu lintas juga dipengaruhi oleh:

II.2.1 Pengemudi

Mengemudi merupakan pekerjaan yang kompleks. Pekerjaan ini


memerlukan pengetahuan dan kemampuan tertentu karena pada saat yang
sama pengemudi harus menghadapi kendaraan dengan peralatannya dan
menerima pengaruh dan rangsangan dari keadaan sekelilingnya. Kelancaran
dan keselamatan lalu lintas tergantung pada kesiapan dan keterampilan
pengemudi dalam menjalankan kendaraannya. Dalam menjalankan tugasnya
pengemudi dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:

1. Faktor eksternal Kondisi lingkungan yang berbeda ± beda


mempengaruhi konsentrasi dan perhatian pengemudi.
2. Faktor Internal Kemampuan mengenal merupakan hal yang pertama
diperlukan dan hal ini berkaitan dengan panca indeera. Pengetahuan
yang berkaitan dengan lalu lintas dan kendaraan tidak kalah
pentingnya bagi pengemudi. Kesanggupan dan kecakapan ini
dinyatakan dalam bentuk Surat Izin Mengemudi (SIM).
3. Kondisi pengemudi Kondisi tubuh pengemudi ini akan mempengaruhi
ketajaman penglihatan dan waktu reaksi penerimaan rangsang dari
luar.
II.2 Kawasan Pendidikan

Kawasan adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta


segenap unsur terkait, batas, dan sistemnya ditentukan berdasarkan
aspek fungsional serta memiliki ciri tertentu, spesifikasi atau khusus.
Menurut (Pemerintah Republik Indonesia, 2010) tentang pengelola.

II.3 Kecelakaan Lalu Lintas

(Undang Undang No 22 Tahun, 2009) tentang Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan pasal 1 poin 24 menjelaskan definisi kecelakaan lalu lintas
sebagai suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja
melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang
mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingginya angka


kecelakaan. Salah satu faktor yang penting adalah kondisi lalu lintas,
dimana kondisi lalu lintas merupakan akumulasi interaksi dari berbagai
karakteristik pengemudi, kendaraan, prasarana jalan, maupun
karakteristik lingkungan (Dendy Wicaksono, Rizky Akbar Fathurochman,
Bambang Riyanto, 2003)

Pada Pasal 229 menjelaskan mengenai penggolongan kecelakaan lalu


lintas. Kecelakaan Lalu Lintas digolongkan atas:

a. Kecelakaan Lalu Lintas ringan merupakan kecelakaan yang


mengakibatkan kerusakan Kendaraan dan/atau barang.
b. Kecelakaan Lalu Lintas sedang merupakan kecelakaan yang
mengakibatkan luka ringan dan kerusakan Kendaraan dan/atau
barang.
c. Kecelakaan Lalu Lintas berat merupakan kecelakaan yang
mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.
II.4 Karakteristik Jalan

II.4.1 Jalan berdasarkan fungsi

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Pasal 8


menjelaskan jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam:

a. Jalan Arteri
Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi,
dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. Jalan arteri
meliputi jalan arteri primer dan arteri sekunder. Jalan arteri primer
merupakan jalan arteri dalam skala wilayah tingkat nasional,
sedangkan jalan arteri sekunder merupakan jalan arteri dalam skala
perkotaan. Angkutan utama adalah angkutan bernilai ekonomis tinggi
dan volume besar.(Idhamrinaldi,2016).
b. Jalan Kolektor
Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang,
kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan
kolektor meliputi jalan kolektor primer dan jalan kolektor sekunder.
Jalan kolektor primer merupakan jalan kolektor dalam skala wilayah,
sedangkan jalan kolektor sekunder dalam skala perkotaan. Angkutan
pengumpul adalah angkutan antara yang bersifat mengumpulkan
angkutan setempat untuk diteruskan ke 7 angkutan utama dan
sebaliknya yang bersifat membagi dari angkutan utama untuk
diteruskan ke angkutan setempat. (Idhamrinaldi,2016).
c. Jalan Lokal
Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata
rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jalan lokal meliputi
jalan lokal primer dan jalan lokal sekunder. Jalan lokal primer
merupakan jalan lokal dalam skala wilayah tingkat lokal sedangkan
jalan lokal sekunder dalam skala perkotaan. Angkutan setempat
adalah angkutan yang melayani kebutuhan masyarakat setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rendah, dan frekuensi
ulangalik yang tinggi. (Idhamrinaldi,2016).
d. Jalan Lingkungan
Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan ratarata
rendah. Jalan lingkungan meliputi jalan lingkungan primer dan jalan
lingkungan sekunder. Jalan lingkungan primer merupakan jalan
lingkungan dalam skala wilayah tingkat lingkungan seperti di kawasan
pedesaan di wilayah kabupaten, sedangkan jalan lingkungan sekunder
merupakan jalan lingkungan dalam skala perkotaan, seperti di
lingkungan perumahan, perdagangan, dan pariwisata di kawasan
perkotaan. (Idhamrinaldi,2016)

II.5 Volume Lalu Lintas

Menurut (Pekerjaan Umum, 1997) volume lalu lintas didefinisikan


sebagai jumlah kendaraan yang lewat pada suatu titik di ruas jalan, atau
pada suatu lajur selama interval waktu tertentu. Satuan dari volume lalu
lintas secara sederhana adalah kendaraan, walaupun dapat di nyatakan
dengan cara lain yaitu Satuan Mobil Penumpang (smp) tiap satu satuan
waktu.Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu
titik tertentu pada pada ruas jalan persatuan waktu dinyatakan 14 dalam
kendaraan per jam atau satuan mobil penumpang per jam. (Permenhub
96, 2015).

Volume Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) adalah volume total yang
melintasi suatu titik atau ruas pada fasilitas jalan untuk kedua jurusan,
selama satu tahun dibagi oleh jumlah hari dalam satu tahun dan Volume
Lalu Lintas Harian Rencana (VLHR) adalah taksiran atau prakiraan volume
lalu lintas harian untuk masa yang akan datang pada bagian jalan
tertentu (Pekerjaan Umum, 1997).

II.5.1 Lalu Lintas Harian Rata-rata

(LHR) LHR adalah volume lalu lintas rata-rata dalam satu hari. LHR
diperoleh dari analisa data survei asal-tujuan dan volume lalu lintas
disekitar jalan tersebut. Lalu lintas harian rata-tata dihitung menggunakan
rumus berikut:

LHR = Jumlah Lalu Lintas Selama Pengamatan


Lamanya Pengamatan

Dimana LHR = Lalu lintas Harian Rata-rata

(Sumber: MKJI, 1997)

II.5.2 Volume Jam Perencanaan.

Arus lalu lintas yang bervariasi dari jam ke jam dalam satu hari
menyebabkan diperlukannya perencanaan volume lalu lintas dalam satu
jam, perencanaan tersebut dinamakan volume jam perencanaan. Volume
Jam perencanaan dinyatakan dalam satuan SMP/Jam dan dihitung
menggunakan rumus:

VJP = K x LHR

Dimana : VPJ = Volume jam perjalanan

K = Volume lalu lintas jam sibuk

LHR = Lalu lintas harian rata-rata

(Sumber: MKJI, 1997)

Nilai K dapat bervariasi antara 10 – 15 % untuk jalan antar kota,


sedangkan untuk jalan dalam kota faktor K akan lebih kecil (TPGJA,
1997:10).
II.6 Kecepatan

Kecepatan didefinisikan sebagai jumlah jarak perpindahan dalam


satu satuan waktu. Hasil pengamatan kecepatan dari sejumlah kendaraan
dapat memberikan gambaran yang lebih mendekati dari keadaan
sebenarnya. Besarnya kecepatan berkaitan dengan jarak dan waktu
perpindahan. Selain itu kecepatan juga dipengaruhi oleh kepadatan lalu
lintas, keamanan, kenyamanan, dan murah atau mahalnya biaya
perjalanan (Bukhari dan Sofyan 1997 : 8). Berdasarkan pengertian
tersebut, maka kecepatan dirumuskan dengan :

s
v=
T

Dimana : v = Kecepatan kendaraan (Km/jam)

s = Jarak yang dilalui masing-masing kendaraan (Km)

t = Waktu tempuh yang diperlukan masing-masing kendaraan.

II.7 Pejalan Kaki

Pejalan kaki menurut (Undang Undang No 22 Tahun, 2009)


menjelaskan bahwa pejalan kaki merupakan salah satu pengguna jalan
raya yang wajib menjadi prioritas utama terhadap upaya perlindungan
keselamatan di jalan raya.

Pejalan kaki harus berjalan pada bagian jalan yang diperuntukkan


bagi pejalan kaki, atau pada bagian pejalan kaki, atau pada bagian jalan
paling kiri apabila tidak terdapat bagian jalan yang diperuntukan bagi
pejalan kaki dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 1993 Tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (43, 1993).

II.8 Tata Cara Menyebrang

Prosedur umum menyeberang jalan yang benar adalah dengan


menggunakan metode 4T, yaitu:
a. T1 = Tunggu Sejenak Sebelum menyeberang jalan, yang harus
dilakukan adalah dengan menunggu sejenak hingga lalu lintas
dipastikan relatif sepi dan aman untuk menyeberang.
b. T2 = Tengok Kanan Setelah itu lakukan gerakan menengokan kepala
ke kanan terlebih dahulu karena aturan berkendara di Indonesia
menggunakan jalur sebelah kiri.
c. T3 = Tengok Kiri Setelah melakukan tengokan kepala ke kanan,
selanjutnya menengokan kepala ke kiri agar memastikan tidak ada
kendaraan di sebelah kiri.
d. T4 = Tengok Kanan Lakukan kembali tengokan ke kanan untuk
memastikan tidak ada kendaraan yang mendekat dari sebelah kanan
sebelum menyeberang.

II.9 Konflik Lalu Lintas

Konflik lalu lintas adalah ukuran potensi kecelakaan dan


permasalahan operasional berlokasi di Jalan Raya. Sebuah konflik terjadi
ketika seorang pengemudi melanggar aturan atau terlalu bergerak agresif
di jalan. Konflik antar pengguna jalan ini dibedakan menjadi 2 (dua)
yaitu:

a. Konflik primer, yaitu konflik antara lalu lintas dari arah memotor
(crossing).
b. Konflik sekunder, yaitu bergabung (merging), berpencar
(differging), pindah lajur (weaving).

II.1 Zona Selamat Sekolah


Zona Selamat Sekolah (ZoSS) merupakan bagian
dari kegiatan manajemen dan rekayasa lalu lintas
berupa pengendalian lalu lintas dan penggunaan suatu
ruas jalan di lingkungan sekolah.
II.1.1 Tipe zona selamat sekolah
Tipe zona selamat sekolah (ZoSS)
ditentukan berdasarkan tipe jalan, jumlah
lajur, kecepatan rencana dan jarak
pandang henti yang diperlukan.
Berdasarkan tipe Zoss dapat ditentukan
batas kecepatan ZoSS, panjang ZoSS dan
perlengkapan jalan yang dibutuhkan.
Apabila terdapat lebih dari 1 (satu)
sekolah yang berdekatan (jarak < 80
meter) maka ZoSS dapat digabungkan
sesuai criteria panjang yang diperlukan
dapat dilihat pada tabel II.1 dan tabel
II.2.

Tabel II. 1 Panjang Zoss Berdasarkan Tipe Jalan

Jarak Batas Batas Panjang Zoss


No Tipe Jalan Pandang kecepatan kecepatan Tipe (meter)
Henti Rencana ZoSS ZoSS
(meter) (Km/Jam) (Km/Jam)

2 Lajur tak 50-85 >40, <60 25 2UD-25 150


1 terbagi
(2/2UD) 35-50 30-40 20 2UD-20 80

50-85 >40, <60 25 4UD-25 150


4 Lajur tak
2 terbagi 35-50 30-40 20 4UD-20 80
(4/2UD)
Jarak Batas Batas Panjang Zoss
No Tipe Jalan Pandang kecepatan kecepatan Tipe (meter)
Henti Rencana ZoSS ZoSS
(meter) (Km/Jam) (Km/Jam)
3 4 Lajur 50-85 >40, <60 25 4D-25 200
terbagi
(4/2D)
35-50 30-40 20 4D-20 100

4 >4 Lajur dan/ atau kecepatan Perlu penyebrang tidak sebidang (tidak
>60km/jam perlu ada ZoSS)

Tabel II. 2 Kebutuhan Perlengkapan pada ZOSS

Batas
Kecepatan Panjang Kebutuhan Minimum Kebutuhan
No Tipe Jalan Rencana ZoSS Tambahan
(Km/Jam) (meter)
1 2 Lajur tak >40, <60 150 Marka ZoSS, zebra cross, Pita
terbagi rambu-rambu lalu lintas, penggaduh,
(2/2UD) marka jalan zigzag APILL Pelikan,
warna kuning, pemandu APILL
penyebrang. berkedip.
30-40 80 Marka ZoSS, zebra Marka jalan
cross, rambu-rambu lalu zigzag warna
lintas, pemandu kuning, pita
penyebrang. penggaduh,
APILL pelican.
2 4 Lajur tak >40, <60 150 Marka ZoSS, zebra Marka jalan
terbagi cross, rambu-rambu lalu zigzag warna
(4/2UD) lintas, pemandu kuning, pita
penyebrang. penggaduh,
APILL Pelikan.
Batas
Kecepatan Panjang Kebutuhan Minimum Kebutuhan
No Tipe Jalan Rencana ZoSS Tambahan
(Km/Jam) (meter)
30-40 80 Marka ZoSS, zebra Marka jalan
cross, rambu-rambu lalu zigzag warna
lintas, pemandu kuning, pita
penyebrang penggaduh,
APILL pelikan
3 4 Lajur >40, <60 200 Marka ZoSS, zebra cross, APILL Berkedip
terbagi rambu-rambu lalu lintas,
(4/2D) marka jalan zigzag
warna kuning, APILL
pelikan,
pemandu penyebrang.
30-40 100 Marka ZoSS, zebra cross, APILL pelican,
rambu-rambu lalu lintas, APILL berkedip
marka jalan zigzag
warna kuning, APILL
pelikan,
pemandu penyebrang.

II.1.2 Fasilitas Pelengkap Jalan yang terdapat pada Zona Selamat Sekolah
Fasilitas pelengkap jalan meliputi:
a. Marka Jalan
Berdasarkan (Menteri Perhubungan, 2014) marka jalan
adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau diatas
permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang
membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong, serta
lambang yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan
membatasi daerah kepentingan lalu lintas. Marka jalan terdiri dari
4 warna berbeda dan memiliki arti tersendiri yaitu:
1) Warna Putih menyatakan bahwa pengguna jalan wajib
mengikuti perintah atau larangan sesuai bentuknya.
2) Warna Kuning menyatakan pengguna jalan dilarang berhenti
pada area tersebut.
3) Warna Merah menyatakan keperluan atau tanda khusus.
4) Warna lainnya (hijau dan coklat) menyatakan daerah kepentingan
khusus yang harus dilengkapi dengan rambu dan/ atau petunjuk
yang jelas.
Dari warna dan arti marka diatas marka jalan terbuat dari
bahan berupa:
1) Cat
2) Thermoplastic
3) Coldplastic
4) Prefabricated marking
Dari bahan diatas harus terbuat dari bahan yang tidak licin dan
mampu memantulkan cahaya serta memiliki ketebalan minimal 2
(dua) millimeter dan paling tinggi 30 (tiga puluh) millimeter diatas
permukaan jalan.
Marka yang terdapat di Zona selamat Sekolah (ZoSS) antara lain:
1) Marka tulisan awal Zoss dan akhir ZoSS
Batas Awal ZOSS pada kedua arah ditandai dengan marka
tulisan “AWAL ZOSS” dan “AKHIR ZOSS” yang melintang
sepanjang lebar lajur seperti disajikan pada gambar II.1 di bawah.

Gambar II. 1 Marka Awal dan Akhir ZOSS


2) Karpet merah dan tulisan zona selamat sekolah
Karpet Merah dan marka tulisan “ZONA SELAMAT SEKOLAH”
diperlukan untuk memberikan perhatian kepada pengemudi bahwa
pengemudi melintasi ZOSS dan berada di area yang mendekati
zebra cross. Karpet merah dipasang sepanjang 20 meter di kiri
dan kanan sebelum zebra cross seperti disajikan pada gambar
II.2.

Gambar II. 2 Marka Karpet Merah dan Zona Selamat Sekolah

3) Pita Penggaduh
Pita Penggaduh adalah kelengkapan tambahan pada jalan
yang berfungsi untuk membuat pengemudi lebih meningkat
kewaspadaan menjelang suatu bahaya. Pita penggaduh berupa
bagian jalan yang sengaja dibuat tidak rata dengan menempatkan
pita-pita setebal 10 mm sampai 40 mm melintang jalan pada jarak
yang berdekatan dan berjumlah 5 buah seperti disajikan pada
gambar II.3.
Gambar II. 3 Pita Penggaduh

4) Zebra Cross
Zebra cross adalah tempat penyeberangan di jalan yang
diperuntukkan bagi pejalan kaki yang akan menyeberang jalan,
dinyatakan dengan marka jalan berbentuk garis membujur berwarna
putih dan hitam yang tebal garisnya 300 mm dan dengan celah yang
sama dan panjang sekurang-kurangnya 2500 mm. Zebra Cross
ditempatkan pada titik terdekat pintu gerbang sekolah dimana anak-
anak aman untuk menyeberang dan tidak terhalang oleh kendaraan
keluar atau masuk sekolah seperti disajikan pada gambar II.4.

Gambar II. 4 Zebra Cross

5) Marka Zigzag Kuning


Marka kuning di pasang sepanjang tepi marka solid di area
Zona Selamat Sekolah. Marka kuning menyatakan bahwa
pengguna jalan dilarang berhenti pada area tersebut seperti
disajikan pada gambar II.5.
Gambar II. 5 Marka Zigzag Kuning

b. Rambu – Rambu Lalu Lintas


Rambu lalu lintas adalah bagian perlengkapan jalan yang
berupa lambing, huruf, angka, kalimat. dan/ atau perpaduan yang
berfungsi sebagai peringatan, larangan, perintah, atau petunjuk bagi
pengguna jalan (Menteri Perhubungan, 2014). Berdasarkan jenisnya
rambu lalu lintas dibagi menjadi 4 yaitu rambu peringatan, rambu
larangan, rambu perintah dan rambu petunjuk.
Untuk spesifikasi rambu antara lain:
1) Rambu peringatan

Gambar II. 6 Ukuran Rambu Peringatan Standar

Menurut PM 13 Tahun 2014 Tentang Rambu Lalu Lintas,

ukuran
huruf rambu peringatan dengan kecepatan maksimal 30 km/jam
memiliki tinggi minimal huruf, angka dan symbol yaitu 90 mm dengan
ukuran rambu sedang antara lain A (600 mm), B ( 25 mm) dan C (37
mm). Ukuran daun rambu peringatan dengan kata – kata.

Gambar II. 7 Ukuran Rambu Peringatan Dengan Kata – Kata

Ukuran rambu pringatan dengan kata kata minimal antara lain

A
(1200 mm), B (1600 mm), C (15 mm), D (45 mm), E (15 mm) dan R
(40 mm).

2) Rambu Larangan

Gambar II. 8 Rambu Larangan Standar


Menurut (Menteri Perhubungan, 2014) Tentang Rambu Lalu
Lintas, ukuran huruf rambu larangan dengan kecepatan maksimal 30
km/jam memiliki tinggi minimal huruf, angka dan symbol yaitu 90
mm dengan ukuran rambu sedang antara lain A (600 mm), B ( 25
mm) dan C (37 mm). Ukuran daun rambu larangan dengan kata –
kata.

Gambar II. 9 Rambu Larangan Dengan Kata – Kata

Ukuran rambu larangan dengan kata kata minimal antara

lain
A (1200 mm), B (1600 mm), C (15 mm), D (45 mm), E (15 mm)
dan R (40 mm).

Gambar II. 10 Rambu Perintah

Menurut (Menteri Perhubungan, 2014) Tentang Rambu Lalu


Lintas, ukuran huruf rambu perintah dengan kecepatan maksimal
30 km/jam memiliki tinggi minimal huruf, angka dan symbol yaitu
90 mm dengan ukuran rambu sedang antara lain A (600 mm), B (
25 mm) dan C (37 mm). Ukuran daun rambu perintah dengan kata
– kata.

Gambar II. 11 Rambu Perintah Dengan Kata – Kata

Ukuran rambu larangan dengan kata kata minimal antara lain A


(1200 mm), B (1600 mm), C (15 mm), D (45 mm), E (15 mm) dan R
(40 mm).

4) Rambu Petunjuk.

Gambar II. 12 Rambu Petunjuk Standar

Menurut (Menteri Perhubungan, 2014) Tentang Rambu Lalu


Lintas, ukuran huruf rambu perintah dengan kecepatan maksimal 30
km/jam memiliki tinggi minimal huruf, angka dan symbol yaitu 90
mm
dengan ukuran rambu sedang antara lain A (600 mm), B ( 25 mm)
dan C (37 mm).

5) Rambu Petunjuk Batas Wilayah.

Gambar II. 13 Rambu Batas Wilayah

Ukuran rambu larangan dengan kata kata sedang antara lain


A (400 mm), B (1000 mm), C (15 mm), D (10 mm) dan R (25 mm).
Rambu – rambu yang terdapat di Zona Selamat Sekolah (ZoSS) antara
lain:
1) Rambu peringatan awal zoss

Gambar II. 14 Rambu Awal ZoSS

Pada gambar II.5 rambu peringatan awal zoss akan


memasuki area Zona Selamat sekolah (ZoSS) berupa rambu
peringatan dilengkapi dengan kata – kata penjelas dibawahnya.
2) Rambu peringatan banyak lalu lintas pejalan kaki

Gambar II. 15 Rambu Peringatan Banyak Pejalan Kaki

Pada gambar II.15 rambu peringatan banyak lalu lintas pejalan


kaki yang diletakkan 50 meter sebelum zebra cross.

3) Rambu tempat penyebrangan di zebra cross

Gambar II. 16 Rambu Tempat Penyebrangan

Pada gambar II.16 rambu petunjuk lokasi fasilitas penyeberangan


pejalan kaki, sesuai dengan (Menteri Perhubungan, 2014) tentang
Rambu Lalu Lintas.
4) Rambu batas kecepatan maksimum

Gambar II. 17 Rambu Maksimal Kecepatan

Pada gambar II.17 rambu batas kecepatan maksimum 30km, sesuai


dengan (Menteri Perhubungan, 2014) tentang rambu lalu lintas.

5) Rambu halte / bus stop

Gambar II. 18 Rambu bus stop

Pada gambar II.18 rambu halte atau bus stop, sesuai dengan (Menteri
Perhubungan, 2014) tentang rambu lalu lintas.

6) Rambu batas akhir kecepatan maksimum

Gambar II. 19 Rambu Akhir Batas Maksimal Kecepatan

Pada gambar II.19 rambu batas akhir kecepatan maksimum yang


terpasang dititik akhir ZoSS, sesuai dengan (Menteri Perhubungan,
2014) tentang rambu lalu lintas.

II.1.3 Tata Letak Zona Selamat Sekolah (ZoSS)


Zona selamat sekolah dengan sekolah lebih dari satu berdekatan
dengan tipe jalan 2 lajur 2 arah tak terbagi (2/2 UD) seperti disajikan
pada gambar II.20.

Gambar II. 20 Tipe Jalan 2 Lajur 2 Arah Tak Terbagi (2/2 UD)

II.11 Wawancara

Wawancara, menurut (Moleong, 2018) adalah percakapan dengan maksud- maksud


tertentu. Sedangkan menurut (Ikwan Hi. Sambiu dan Yusdiana Amir. 2018, 2015) wawancara,
sebagai suatu proses tanya jawab lisan, dalam mana dua orang berhadap-hadapan secara
fisik.
Wawancara terbuka adalah wawancara yang tidak terikat jawabannya, seperti wawancara
yang menghendaki pendapat atau penjelasan seseorang.

Anda mungkin juga menyukai