Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Word Health Organization (WHO) mengadakan tinjauan terhadap beberapa negara dunia
dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%,
China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar
1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara
sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi
melalui endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substantial lebih tinggi
dari pada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik. Gastritis biasanya
dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan awal dari sebuah penyakit
yang dapat menyusahkan kita ( Lin et al, 2013).
Pada Asia Tenggara sendiri, angka kejadian gastritis sekitar 583.635 dari jumlah
penduduk setiap tahunnya (Tussakinah et al. 2018). Berdasarkan profil Kesehatan Indonesia, pada
jumlah layanan Rawat Inap Tingkat Lanjut sampai dengan bulan desember 2016, masalah
gangguan pencernaan berada pada urutan ketiga dari 10 gangguan penyakit lainnya dengan
jumlah kasus mencapai 380.744(Depkes 2017 dalam Rosiani et al. 2020). Menurut Kemenkes RI,
(2015) angka kejadian gastritis remaja di Indonesia tepatnya di provinsi Jawa Barat penyakit
gastritis mencapai 31,2 %.
Remaja sering kali terjebak dalam pola makan yang tidak sehat dan tidak teratur, bahkan
sampai mengalami gangguan pola makan. Hal ini dikarenakan aktivitas kehidupan sehari-hari
mereka disibukkan dengan penugasan sekolah pembelajaran online dan beban hidup lainnya,
sehingga mereka cenderung kurang memperhatikan makanan yang dikonsumsi, baik waktu dan
jenis makanannya yang membuat mereka cenderung mengalami masalah lambung yaitu maag
atau gastritis. Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik
difus, atau lokal. Karakteristik dari peradangan ini antara lain anoreksia, rasa penuh atau tidak
nyaman pada epigastrium, mual, dan muntah. Peradangan lokal pada mukosa lambung ini akan
berkembangan bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan
lainnya. (Ida, 2017).
Penyakit gastritis atau sering dikenal sebagai penyakit maag merupakan penyakit yang
sangat menggangu. Biasanya penyakit gastritis terjadi pada orang-orang yang mempunyai pola
makan yang tidak teratur dan memakan makanan yang merangsang produksi asam lambung.
Beberapa infeksi mikroorganisme juga dapat menyebabkan terjadinnya gastritis. Pola makan
adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan informasi
gambaran dengan meliputi mempertahankan kesehatan, satatus nutrisi, mencegah atau
membantu kesembuhan penyakit (Depkes RI 2010).
Gejala-gejala sakit gastritis selain nyeri di daerah ulu hati adalah mual, muntah lemas
kembung dan terasa sesak, nafsu makan menurun, wajah pucat, suhu badan naik, keluar
keringat dingin, pusing dan selalu bersendawa dan pada kondisi yang lebih parah, bisa muntah
darah (Wijoyo, 2009). Dampak dari penyakit gastritis dapat mengganggu Keadaan gizi atau
status gizi. Keadaan gizi dapat berupa gizi kurang, baik atau normal maupun gizi lebih.
Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan penyakit berupa penyakit defisiensi. Bila
kekurangan dalam batas marginal menimbulkan gangguan yang sifatnya lebih ringan atau
menurunnya kemampuan fungsional. Misalnya kekurangan vitamin B1 dapat menyebabkan
badan cepat lelah, sedangkan pada remaja kekurangan zat besi dapat menurunkan prestasi
kerja dan prestasi belajar, selain turunnya ketahanan tubuh terhadap infeksi sehingga mudah
untuk terserang penyakit.
Karena banyak remaja yang umumnya memiliki gaya hidup yang kurang sehat seperti
kurang memperhatiakn makanan yang dikonsumsi baik pola makan maupun jenis makanan.
Menyediakan variasi makanan juga sangat berpengaruh, kerena menyediakan variasi makanan
yang kurang menarik dapat menimbulkan kebosanan, sehingga mengurangi selera makan, dan
lebih memilih makanan cepat saji. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “ Hubungan Pola Makan Dengan Gastritis Pada Remaja”
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut : Apakah ada hubungan pola makan dengan kejadian gastritis pada
remaja kelas 12 di SMAN 1 Majalengka?
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis hubungan pola makan dengan kejadian gastritis pada remaja kelas 12 di SMAN
1 Majalengka
2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pola makan (frekuensi makan, jenis makan, dan porsi makan) pada
remaja kelas 12 di SMAN 1 Majalengka
2. Mengidentifikasi kejadian gastritis pada remaja kelas 12 di SMAN 1 Majalengka
3. Menganalisis hubungan pola makan dengan kejadian gastritis pada remaja kelas 12 di
SMAN 1 Majalengka

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai informasi kepada tempat penelitian tentang pentingnya memperhatikan pola
makan dan pencegahan gastritis.
2. Bagi Peneliti
Informasi yang diperoleh peneliti dapat digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan
ilmu keperawatan yang telah di peroleh dalam penelitian yang berhubungan dengan pola
makan dan kejadian gastritis.
3. Bagi Institusi
Pendidikan Sebagai bahan referensi dan bahan penelitian selanjutnya tentang pola makan
dengan kejadian gastritis pada remaja.

Anda mungkin juga menyukai