ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) analisis struktur teks anekdot
dalam buku Mati Ketawa Cara daripada Soeharto; (2) analisis kaidah kebahasaan
teks anekdot dalam buku Mati Ketawa Cara daripada Soeharto; dan (3) analisis
kelayakan teks anekdot dalam buku Mati Ketawa Cara daripada Soeharto menjadi
bahan ajar Bahasa Indonesia di SMA. Penelitian ini berjenis deskriptif menggunakan
pendekatan kualitatif. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode
dokumentasi. Data dipilih dengan teknik sampel bertujuan. Hasil penelitian ini adalah
(1) struktur teks anekdot dalam buku Mati Ketawa Cara daripada Soeharto dapat
dibedakan atas teks anekdot berstruktur lengkap dan teks anekdot berstruktur tidak
lengkap. Dari 30 anekdot, 26 anekdot berstruktur lengkap dan 4 anekdot berstruktur
tidak lengkap; (2) Kaidah kebahasaan teks anekdot yang ada dalam buku Mati
Ketawa Cara daripada Soeharto, yaitu penggunaan kalimat langsung, kalimat
perintah, kalimat seru, kalimat retoris, kalimat yang menyatakan waktu lampau, kata
kerja aksi, konjungsi penanda hubungan waktu, dan konjungsi penanda akibat. Satu
anekdot paling banyak mengandung enam ciri kebahasaan dan paling sedikit
mengandung dua ciri kebahasaan; (3) Ditemukan 24 anekdot yang memenuhi kriteria
sebagai bahan ajar berdasarkan struktur dan kaidah kebahasaan teks anekdot.
Ditinjau dari segi kebahasaan dan psikologi perkembangan remaja, dari 24 data,
hanya 21 data yang layak dijadikan bahan ajar Bahasa Indonesia di SMA, yaitu “Obral
Otak”, “Yang Boleh dan yang Tidak”, “Masker”, “Sesama Setan”, “Sumbangan
Terbesar untuk Rakyat Indonesia”, “Ingin Sampaikan Kabar Gembira”, “Nanti Saya
Laporkan”, “Teka-Teki Suksesi”, “Jendral Kuper”, “Cita-cita”, “Dibyo Jaga Traffic
Light”, “Prabowo Jadi Intel”, “Ah, Bukan Urusan Kita!”, “TV dan Menteri”, “Harmoko
Bingung”, “Kiat Sukses Oom Liem”, “Kabar Buat Bung Gafur”, “Ralat Bohong”,
“Neraka Ganjarannya”, “SDM yang Paling Berharga”, dan “Uang Lebih Penting”.
Pembelajaran struktur dan kaidah kebahasaan teks anekdot termuat dalam KI 3 dan
KD 3.1: Memahami struktur dan kaidah teks anekdot, laporan hasil observasi,
prosedur kompleks, eksposisi, dan negosiasi, baik melalui lisan maupun tulisan.
ABSTRACT
This study aims to describe (1) anecdotal text structural analysis in the book of Mati
Ketawa Cara daripada Soeharto; (2) the analysis of the linguistic rules of the
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
anecdotal text in the book of Mati Ketawa Cara daripada Soeharto; and (3) anecdotal
text analysis of feasibility in the book Mati Ketawa Cara daripada Soeharto of being
used as teaching material in the Indonesian language High School. This research is
descriptive type using qualitative approach. The data in this study were collected by
documentation method. Data were selected by purposive sampling technique. The
results of this study are (1) the structure of anecdotal text in the book of Mati Ketawa
Cara daripada Soeharto can be distinguished over the text of anecdotes with complete
structure and anecdotal text of incomplete structures. Of the 30 data, 26 data
structures complete and 4 data structures incomplete; (2) The rules of the language of
anecdotal text in the book of Mati Ketawa Cara daripada Soeharto is characterized by
the use of direct sentences, command phrases, intriguing sentences, rhetorical
phrases, phrases expressing the past, action verbs, time-linking conjunctions, and
consequential marker conjunctions. An anecdote contains at most 6 linguistic features
and at least contains two linguistic features; (3) Found 24 eligible data based on the
structure and rules of the language. In terms of linguistic and psychology of
adolescent development, from 24 data, 21 data worthy of being used as teaching
material in the Indonesian langua, namely “Obral Otak”, “Yang Boleh dan yang Tidak”,
“Masker”, “Sesama Setan”, “Sumbangan Terbesar untuk Rakyat Indonesia”, “Ingin
Sampaikan Kabar Gembira”, “Nanti Saya Laporkan”, “Teka-Teki Suksesi”, “Jendral
Kuper”, “Cita-cita”, “Dibyo Jaga Traffic Light”, “Prabowo Jadi Intel”, “Ah, Bukan Urusan
Kita!”, “TV dan Menteri”, “Harmoko Bingung”, “Kiat Sukses Oom Liem”, “Kabar Buat
Bung Gafur”, “Ralat Bohong”, “Neraka Ganjarannya”, “SDM yang Paling Berharga”,
dan “Uang Lebih Penting”. Learning the structure and rules of language of anecdotal
text contained in basic competencies 3.1: Understanding the structure and rules of
anecdotal text, observation reports, complex procedures, expositions, and
negotiations, both through oral and written.
struktur dan kaidah kebahasaannya, juga and Huberman (Sugiyono, 2008), yang
dilakukan peninjauan terhadap aspek terdiri atas tiga tahap. Pertama, reduksi
kebahasaan dan psikologi perkembangan data (data reduction) dilakukan dengan
remaja, serta menyesuaikannya dengan memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar hal-hal penting, mencari polanya dan
pembelajaran teks anekdot di SMA. membuang yang tidak perlu. Adapun hal-
hal yang dilakukan pada tahap ini, yaitu:
METODE PENELITIAN (1) Membaca secara mendalam buku
Penilitian ini berjenis deskriptif dan yang buku Mati Ketawa Cara daripada
menggunakan pendekatan kualitatif. Soeharto; (2) Memilih data dalam buku
Adapun yang dideskripsikan dalam Mati Ketawa Cara daripada Soeharto; (3)
penelitian ini, meliputi (1) analisis struktur Menganalisis struktur teks anekdot terpilih;
teks anekdot dalam buku Mati Ketawa (4) Menganalisis kaidah kebahasaan
Cara daripada Soeharto; (2) analisis seluruh teks anekdot terpilih; (5) Meninjau
kaidah kebahasaan teks anekdot dalam kelayakan teks anekdot sebagai bahan
buku Mati Ketawa Cara daripada ajar Bahasa Indonesia di SMA dari segi
Soeharto; dan (3) analisis kelayakan teks kebahasaan, psikologi perkembangan
anekdot dalam buku Mati Ketawa Cara remaja, dan kesesuaianya dengan
daripada Soeharto menjadi bahan ajar Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Bahasa Indonesia di SMA. pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA
Data dalam penelitian ini diperoleh Kurikulum 2013. Kedua, penyajian data
dengan metode dokumentasi. Metode (data display), dilakukan dengan
dokumentasi digunakan untuk mengolah dan menganalisis data untuk
mengumpulkan teks-teks anekdot dalam memperoleh jawaban yang tepat dan
buku Mati Ketawa Cara daripada sesuai dengan rumusan masalah. Data
Soeharto. Peneliti menggunakan teknik yang telah dianalisis dalam penelitian ini
sampel bertujuan (purposive sampling) diuraikan sedemikian rupa dan
dalam menentukan data. Anekdot yang dihubungkan dengan teori-teori yang
dipilih adalah anekdot yang memiliki ciri- relevan sehingga permasalahan dalam
ciri pokok populasi. Dari 135 anekdot penelitian ini terjawab. Ketiga, penarikan
dalam buku Mati Ketawa Cara daripada simpulan/verifikasi (coclusion drawing),
Soeharto, dipilih 30 teks anekdot, yaitu pembuatan simpulan adalah jawaban dari
“Obral Otak”, “Yang Boleh dan yang permasalahan yang sesuai dengan
Tidak”, “Masker”, “Sesama Setan”, keadaan dan apa adanya. Hasil penelitian
“Sumbangan Terbesar untuk Rakyat ini secermat mungkin dikaji sehingga bisa
Indonesia”, “Ingin Sampaikan Kabar memperoleh simpulan yang tepat.
Gembira”, “Nanti Saya Laporkan”, “Teka-
Teki Suksesi”, “Jendral Kuper”, “Kiat HASIL DAN PEMBAHASAN
Mancing Ikan”, “Kelangkaan Hakim Jujur”, Buku Mati Ketawa Cara daripada
“Kiamat”, “Rahasia Tommy Menang Soeharto adalah buku elektronik yang
Balapan”, “Tuhan pun Menangis”, “Cita- berisi kumpulan anekdot tentang
cita”, “Dibyo Jaga Traffic Light”, “Prabowo pemerintah era Orde Baru. Anekdot yang
Jadi Intel”, “Ah, Bukan Urusan Kita!”, “TV terkumpul dalam buku ini awalnya adalah
dan Menteri”, “Harmoko Bingung”, “Kiat anekdot lisan yang tersebar di kalangan
Sukses Oom Liem”, “Kabar Buat Bung rakyat Indonesia yang kemudian
Gafur”,“Ralat Bohong”, “Neraka dibukukan. Buku ini diterbitkan oleh
Ganjarannya”, “SDM yang Paling Anggota Ikatan Penerbit Buku Indonesia
Berharga”, “Uang Lebih Penting”, “Tes Alternatif (IKAPIA) Jakarta. Seluruh teks
Kelinci”, “Dwi Fungsi”, “Beli Televisi Minus anekdot dalam buku ini disajikan dalam
Harmoko”, dan “Pemerintah dan Bikini”. pola narasi. Anekdot-anekdot tersebut
Teks anekdot yang telah dipilih menceritakan kisah-kisah mengenai
selanjutnya dianalisis. Teknik analisis data tokoh-tokohnya terkenal pada era Orde
yang digunakan dalam penelitian ini Baru di Indonesia. Adapun tokoh-tokoh
adalah prosedur dan model analisis Miles tersebut, yaitu Soeharto, Tutut, Tommy,
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
Harmoko, Habbibie, Titiek, Abdul Gofur, koda. Kecuali satu anekdot, 29 anekdot
Abdul Latief, Oom Liem, dan lain lainnya tidak memiliki unsur koda.
sebagainya. Berdasarkan tokohnya, Adapun teks anekdot yang memiliki
anekdot dalam buku ini berjenis anekdot struktur lengkap, yang bagian-bagiannya
tokoh terkenal. Walaupun tokoh-tokohnya terdiri atas abstraksi, orientasi, krisis,
merupakan fakta atau ada dalam reaksi, dan koda adalah teks anekot
kenyataan, berdasarkan sifat peristiwanya, berjudul “Ralat Bohong”. Hasil analisis
anekot dalam buku ini berjenis anekdot struktur teks anekdot “Ralat Bohong”
fiksi karena latar dan kejadian yang dapat dilihat sebagai berikut.
diceritakan merupakan rekaan. Hal Ralat Bohong
tersebut sesuai dengan pernyataan Sebuah surat kabar terkemuka terbitan
Sucipto dkk (2013:5) bahwa anekdot fiksi Jakarta menurunkan headline dengan
adalah anekdot yang menceritakan kisah judul besar di halaman depan, ‘50%
fiksi atau khayal. Anekdot fiksi PEJABAT TINGGI KITA KORUPTOR DAN
menggunakan tokoh rekaan atau latar PENJAHAT’ (Abstraksi). Tentu saja
rekaan. Akan tetapi, kadang-kadang keesokan harinya sang pemimpin redaksi
terdapat anekdot dengan tokoh bukan dipanggil menghadap ke Departemen
rekaan, tetapi latar yang digunakan Penerangan dan ke Mabes ABRI di
bersifat fiktif. Cilangkap (Orientasi). Si pemimpin
Struktur teks anekdot terdiri atas redaksi dimaki-maki dan diminta segera
abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan meralat beritanya. Bila tidak SIUPP-nya
koda. Abstraksi adalah bagian pembuka bakal dicabut (Krisis). Maka keesokan
teks anekdot yang berfungsi memberi harinya dimuatlah ralat berita sehari
gambaran umum tentang suatu yang akan sebelumnya. Berikut ralatnya secara
diceritakan dalam anekdot. Orientasi lengkap: “Dengan ini kami meralat
adalah bagian yang menunjukkan awal headline kemarin yang berjudul ‘50%
kejadian cerita atau latar belakang PEJABAT TINGGI KITA KORUPTOR DAN
bagaimana peristiwa terjadi. Krisis adalah PENJAHAT’ yang ternyata sama sekali
bagian yang menyampaikan hal atau tidak benar. Yang benar adalah ‘50%
masalah unik yang ada dalam suatu PEJABAT TINGGI KITA BUKAN
anekdot. Reaksi merupakan klimaks cerita KORUPTOR DAN BUKAN PENJAHAT’
yang berisi respons atas perstiwa unik (Reaksi). Dengan demikian headline yang
(ganjil) pada bagian krisis. Koda kami turunkan dianggap tidak pernah
merupakan bagian akhir atau kesimpulan ada.” (Koda)
cerita, yang berisi persetujuan, komentar, Peneliti banyak menemukan anekdot
ataupun penjelasan atas maksud yang yang tidak memiliki koda, namun memiliki
tertuang dalam teks anekdot bagian-bagian lainnya. Anekdot-anekdot
(Kemendikbud, 2016; Kosasih, 2014). tersebut tetap dikategorikan sebagai
Berkaitan dengan itu, ditemukan ada dua anekdot berstruktur lengkap karena
jenis teks anekot dalam buku Mati Ketawa bagian koda bersifat opsional. Sesuai
Cara daripada Soeharto berdasarkan dengan pernyataan Kemendikbud (2016);
kelengkapan strukturnya, yaitu (1) anekdot Kosasih (2014) bahwa koda merupakan
berstruktur lengkap dan (2) anekdot bagian akhir dari cerita unik tersebut (teks
berstruktur tidak lengkap. anekdot). Keberadaan koda bersifat
Secara keseluruhan, analisis atas 30 opsional. Artinya, suatu teks anekdot
teks anekdot dalam penelitian ini bagian boleh berisi koda atau tanpa koda.
abstraksi ditemukan pada 29 anekdot. Adapun teks anekdot berstruktur lengkap
Sama halnya dengan abstraksi, bagian (tanpa koda), yaitu “Obral Otak”, “Yang
orientasi juga ditemukan dalam 29 teks Boleh dan yang Tidak”, “Masker”,
anekdot. Bagian krisis menempati posisi “Sesama Setan”, “Sumbangan Terbesar
terbanyak, yakni ada pada seluruh untuk Rakyat Indonesia”, “Ingin
anekdot. Sementara itu, unsur reaksi Sampaikan Kabar Gembira”, “Nanti Saya
ditemukan pada 28 teks anekdot. Bagian Laporkan”, “Teka-Teki Suksesi”, “Jendral
yang paling sedikit ditemukan adalah Kuper”, “Kiat Mancing Ikan”, “Kiamat”,
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
pembaca yang menjadi target sasaran tersebut tampak disengaja oleh pengarang
sehingga siswa diharapkan dapat untuk mencapai efek tertentu.
memahami bahasa dengan segala Sebagaimana yang disampaikan Sucipto
fenomena dalam penggunaannya. Siswa dkk. (2013) bahwa anekdot menggunakan
yang akan dijadikan sasaran untuk berbagai jenis kalimat. Kalimat-kalimat
mempelajari teks anekdot yang dianalisis dalam anekdot dirangkai untuk
ini adalah siswa SMA, yang dikategorikan membentuk kesatuan cerita dan
sebagai anak remaja. Berkaitan dengan membagikan efek humor. Agar tujuan
itu, analisis diarahkan kepada tersebut tercapai, kadang-kadang
pemahaman siswa SMA, selaku anak digunakan kalimat tidak baku.
remaja terhadap kosakata, variasi kalimat, Berdasarkan kutipan tersebut, dapat
dan ragam bahasa yang tertulis dalam dilihat bahwa kalimat tersebut tetaplah
teks anekdot. komunikatif karena strukturnya sama
Berdasarkan analisis penggunaan dengan penggunaan bahasa dalam
kosakata, diketahui bahwa teks anekdot kehidupan sehari-hari. Dengan demikian,
dalam buku Mati Ketawa Cara daripada bahasa yang digunakan untuk menulis
Soeharto secara umum ditulis dengan teks anekdot dalam buku Mati Ketawa
kosakata yang sering digunakan dalam Cara daripada Soeharto komunikatif dan
kehidupan sehari-hari. Hal itulah yang dapat dipahami oleh anak remaja.
membuat anekdot-anekdot tersebut
mudah dipahami. Memang ditemukan 2. Aspek Psikologi Perkembangan Remaja
penggunaan beberapa kosakata yang Teks anekdot adalah sebuah teks
jarang dipakai dalam kehidupan sehari- yang berbentuk cerita pendek. Dalam
hari, misalnya “hardik” (dalam “Dibyo Jaga suatu teks anekdot terdapat suatu maksud
Traffic Light”), “penjarah” (dalam “Teks yang ingin disampaikan oleh pengarang.
Kelinci”), “dipolitisir” (dalam “Yang Boleh Untuk mengetahui maksud yang
dan yang Tidak”), “menukas” (dalam disampaikan dalam suatu anekdot,
“Sesama Setan”). Namun, seorang pembaca perlu melakukan
penggunaannya sangat minim jumlahnya. analisis terhadap teks anekdot. Analisis
Selain itu, kata-kata tersebut tetap dapat aspek psikologi perkembangan remaja
dipahami berdasarkan koteks kalimatnya. dalam penelitian ini, berkaitan dengan
Penggunaan kata “hardik” dalam koteks dengan kemampuan psikologi siswa SMA
“Ke mana saja engkau?” hardik Sang dalam menangkap maksud teks anekdot
Sersan, misalnya, tentu dapat dipahami dalam buku Mati Ketawa Cara daripada
sebagai sebuah ekspresi bentakan, Soeharto. Berdasarkan tujuan
berdasarkan koteks kalimat-kalimat penulisannya, anekdot-anekdot dalam
sebelumnya. Begitu juga dengan kata-kata buku Mati Ketawa Cara daripada Soeharto
lainnya. Jika dilihat koteksnya, kehadiran termasuk anekdot hiburan, sindiran, dan
kata-kata tersebut tidak membuat teks kritik.
anekdot sulit dipahami. Malah sebaliknya, Anekdot yang dikategorikan sebagai
kehadiran satu atau dua kosakata yang anekdot hiburan, yaitu “Teka-Teki
jarang digunakan oleh siswa sebagai anak Suksesi”, “Dibyo Jaga Traffic Light”,
remaja akan memambah perbendaharaan “Prabowo Jadi Intel”, dan “Negara
kosakata siswa. Ganjarannya”. Anekdot-anekdot tersebut
Variasi kalimat teks anekdot dalam termasuk anekdot hiburan karena tujuan
buku Mati Ketawa Cara daripada Soeharto pembuatannya hanyalah untuk menghibur
secara umum juga mencirikan struktur semata. Anekdot dalam data-data tersebut
kalimat yang dugunakan dalam memuat lelucon tentang seseorang. Saat
percakapan non-formal, cenderung membaca anekdot-anekdot tersebut,
menggunakan struktur kalimat tidak baku. pembaca dapat membayang peristiwa
Misalnya “… Ssttt. Mulut saya pakai lucu yang dialami para tokohnya. Begitu
masker bukannya sebab takut asap. pula dengan seorang anak remaja
Presiden menyuruh saya tutup mulut” berdasarkan perkembangan psikologisnya
(dalam “Masker”). Pemilihan struktur
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
Indonesia Kurikulum 2013 (edisi revisi ajar Bahasa Indonesia di SMA kelas X
2016). Dalam mata pelajaran Bahasa berjumlah 21 teks anekdot, yaitu (1) “Obral
Indonesia Kurikulum 2013 (edisi revisi Otak”, (2) “Yang Boleh dan yang Tidak”,
2016), pembelajaran teks anekdot (3) “Masker”, (4) “Sesama Setan”, (5)
diajarkan pada kelas X. Di kelas X, “Sumbangan Terbesar untuk Rakyat
pembelajaran teks anekdot dirumuskan Indonesia”, (6) “Ingin Sampaikan Kabar
dalam KI 3. Terkait dengan KI tersebut, Gembira”, (7) “Nanti Saya Laporkan”, (8)
pembelajaran terkait struktur dan kaidah “Teka-Teki Suksesi”, (9) “Jendral Kuper”,
kebahasaan teks anekdot termuat dalam (10) “Cita-cita”, (11) “Dibyo Jaga Traffic
KD 1.1: Memahami struktur dan kaidah Light”, (12) “Prabowo Jadi Intel”, (13) “Ah,
teks anekdot, laporan hasil observasi, Bukan Urusan Kita!”, (14) “TV dan
prosedur kompleks, eksposisi, dan Menteri”, (15) “Harmoko Bingung”, (16)
negosiasi, baik melalui lisan maupun “Kiat Sukses Oom Liem”, (17) “Kabar Buat
tulisan. Pada saat berlangsungnya Bung Gafur”, (18) “Ralat Bohong”, (19)
pembelajaran tentang memahami struktur “Neraka Ganjarannya”, (20) “SDM yang
dan kaidah kebahasaan teks anekdot Paling Berharga”, (21) “Uang Lebih
inilah teks anekdot yang telah dianalisis Penting”. Pembelajaran struktur dan
kelayakannya sebagai bahan ajar, hasil kaidah kebahasaan teks anekdot termuat
dari penelitian ini, dapat dimanfaatkan dalam KD 1.1: Memahami struktur dan
sebagai alternatif bahan ajar Bahasa kaidah teks anekdot, laporan hasil
Indonesia, tepatnya di SMA kelas X. observasi, prosedur kompleks, eksposisi,
dan negosiasi, baik melalui lisan maupun
SIMPULAN DAN SARAN tulisan.
Berdasarkan hasil dan pembahasan Berdasarkan pemaparan hasil
yang dipaparkan di tas dapat disimpulkan penelitian, rangkuman, dan simpulan di
beberapa hal mengenai penelitian ini. atas, saran-saran yang dapat disampaikan
Pertama, struktur teks anekdot dalam dalam penelitian ini. Pertama, bagi Guru
penelitian ini dapat dibedakan menjadi Bahasa Indonesia, yaitu sebaiknya dalam
dua, yaitu teks anekdot berstruktur melaksanakan pembelajaran Bahasa
lengkap dan teks berstruktur tidak Indonesia guru tidak hanya berpatok pada
lengkap. Dari 30 data yang dianalisis, ada buku paket yang diberikan oleh
26 anekdot yang berstruktur lengkap dan pemerintah sebagai sarana menunjang
4 anekdot yang berstruktur tidak lengkap. pembelajaran karena buku tersebut
Kedua, Kaidah kebahasaan teks anekdot memiliki keterbatasan. Akan lebih baik bila
dalam buku Mati Ketawa Cara daripada guru dapat meluangkan waktu untuk
Soeharto ditandai dengan penggunaan mencari berbagai macam bahan ajar
kalimat langsung, kalimat perintah, kalimat alternatif sebagai pendukung
seru, kalimat retoris, kalimat yang pembelajaran Bahasa Indonesia di
menyatakan waktu lampau, kata kerja sekolah. Di samping itu, satu bahan ajar
aksi, konjungsi penanda hubungan waktu, yang baik digunakan dalam sebuah kelas,
dan konjungsi penanda akibat. Satu belum tentu baik digunakan dalam kelas
anekdot paling banyak mengandung 6 ciri lain, mengingat perkembangan psikologi,
kebahasaan dan paling sedikit perkemabngan bahasa masing-masing
mengandung 2 ciri kebahasaan. Untuk siswa berbeda. Gurulah yang paling
dapat dijadikan bahan ajar, satu teks mengetahui perkembangan bahasa dan
anekdot setidaknya mengandug empat ciri perkemabangan psikologis siswanya.
kebahasaan. Ketiga, teks anekdot yang Kedua, bagi penelitian, yakni penelitian
layak dijadikan bahan ajar didapat dengan masih terbatas karena hanya meneliti
melakukan peninjauan dari segi tentang teks anekdot untuk dijadikan
kebahasaan dan psikologi perkembangan bahan ajar dalam pembelajaran
remaja. Berdasarkan hasil tinjauan memahami struktur dan kaidah
terhadap aspek-aspek tersebut, kebahasaan teks anekdot. Oleh karena
didapatkan bahwa teks anekdot yang itu, peneliti lain bisa melakukan penelitian
layak dijadikan sebagai alternatif bahan yang berkaitan dengan pengadaan bahan
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017