Anda di halaman 1dari 11

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Jurnal Universitas Majalengka

Diglosia – Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Sastra Indonesia e-ISSN: 2549-5119


Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Majalengka
Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DENGAN MEDIA


MEME TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS ANEKDOT PADA
SISWA KELAS X SMAN 88 JAKARTA

Rahmah Purwahida
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Universitas Negeri Jakarta, Indonesia
rahmah.purwahida@unj.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
jigsawdengan media meme terhadap kemampuan menulis teks anekdot pada
siswa kelas X SMAN 88 Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada tahun ajaran
2018/2019, semester ganjil bulan Juli 2018 di kelas X. Populasi sebanyak 180
siswa dari 5 kelas dan sampel penelitian diambil dua kelas dengan random
sampling sehingga didapatkan kelas eksperimen di kelas X IIS 2 sebanyak 36
siswa dan kelas kontrol di kelas X IIS 1 sebanyak 36 siswa. Metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dan desain
penelitian yang digunakan adalah Pretest-Postest Control Group Design. Uji
homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji fisher. Berdasarkan hasil
tersebut, dapat dilihat bahwa varians kedua kelas pada prates memiliki
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (1,426 ≤ 1,822) dan varians kedua kelas pada pascates
memiliki 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (0,465 ≤ 1,822), sehingga dapat disimpulkan bahwa
H0 diterima, dengan demikian dapat dikatakan bahwa varians kedua kelas
baik pada prates maupun pascates bersifat homogen.Adapun pengujian
hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan pengujian uji-t,
diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 2,995 dengan taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan
(𝑑𝑘) sebesar 0,05 diperoleh 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,669. Bila dibandingkan dapat dilihat nilai
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 2,995 > 1,669 = 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka 𝐻0 ditolak. Dengan ditolaknya 𝐻0 dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dalam model pembelajaran jigsaw
dengan media meme terhadap keterampilan menulis anekdot pada siswa kelas X
SMAN 88 Jakarta.
Kata kunci: model pembelajaran jigsaw, media meme, menulis anekdot

[33]
Diglosia – Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Sastra Indonesia e-ISSN: 2549-5119
Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Majalengka
Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

Abstract
This study aims to determine the effect of jigsaw learning models with meme
media on the ability to write anecdotal text in class X SMAN 88 Jakarta. This
research was conducted in the 2018/2019 academic year, odd semester in July
2018 in class X. The population is 180 students from 5 classes and the study
sample is taken from two classes by random sampling so that it obtains the
experimental class is in class IIS 2 as many as 36 students and the control class
is in class X IIS 1 as many as 36 students. The research method used in this
study is the experimental method and the research design used is the Pretest-
Postest Control Group Design. The homogeneity test was carried out using the
fisher test. Based on these results, it can be seen that the variance of the two
classes in the pre-test has 𝐹𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 ≤ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒 (1.426 ≤ 1.822) and the variance of
the two classes in the post-test has 𝐹𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 ≤ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒 (0.465 ≤ 1.822), so it can be
concluded that H0 is accepted, thus it can be said that the variance of the two
classes both in pre-test and post-test is homogeneous. The hypothesis testing is
done using the t-test. Based on the t-test, obtained 𝑡𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 = 2.995 with a
significance level of 0.05 and the degree of freedom (dk) of 0.05 obtained 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒
= 1.669. When compared, it can be seen that the value of𝑡𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 = 2.995 >
1.669 = 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒 , then H0 is rejected. With the rejection of H0 it can be concluded
that there is a positive influence in the jigsaw learning model with meme media
on anecdotal writing skills in class X of SMAN 88 Jakarta.
Keywords: jigsaw learning model, meme media, writing anecdotes

[34]
Diglosia – Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Sastra Indonesia e-ISSN: 2549-5119
Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Majalengka
Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

A. Pendahuluan siswa adalah teks anekdot. Hal ini


Keterampilan menulis disebabkan, teks anekdot merupakan
merupakan keterampilan seseorang sebuah teks yang masih asing di
dalam menuangkan ide, pikiran, mata siswa. Dibutuhkan waktu yang
pengetahuan, fakta-fakta, perasaan cukup lama untuk mengenalkan teks
dan pengalaman hidup yang ditulis anekdot ke siswa. Sementara itu,
dalam bahasa yang baik, jelas,dan siswa terkendala juga dalam
mudah dipahami oleh pembaca. menguasai tujuan sosial teks anekdot
Pengalaman dan pengetahuan yang dalam membuat sebuah teks yang
dituangkan oleh penulis juga harus lucu dan terdapat sindiran.
selalu dilatih agar menjadi terampil. Menurut Suryanta dalam Putri
Menurut Puspitasari dan Supriatna (2017:242), istilahanekdot berasal
(2016:41), menumbuhkan budaya dari bahasa Yunani anyang berarti
menulis membutuhkan upaya dan ‘tidak’ dan ekdotos yang
latihan yang berkesinambungan berarti‘dikeluarkan’ atau
secara terus menerus. Waktu serta ‘diterbitkan’. Awalnyaanekdot
proses yang berlangsung secara merupakan judul sebuah
konsisten dan terencana melalui karanganyang berisi koleksi
latihan merupakan modal utama kejadian-kejadian singkatdari
dalam meningkatkan kemampuan kehidupan pribadi keluarga kaisar
menulis.Tanpa adanya latihan, dibalik tembok istana
seseorang akan kesulitan dalam Bizantium.Mahsun (2014)
menuangkan ide-ide atau gagasan. menjelaskan anekdot adalah salah
Kompetensi dasar mata pelajaran satu genre sastra/penceritaan.
Bahasa Indonesia dibagi Sebagai salah satu genre sastra
berdasarkan jenis teks. Oleh karena berarti anekdot memiliki tujuan
itu, pelajaran Bahasa Indonesia pada untuk menceritakan suatu kejadian.
kurikulum 2013 disebut sebagai Hanya saja, peristiwa yang
pembelajaran berbasis ditampilkan membuat partisipan
teks.Berdasarkan Permendikbud yang mengalami merasa jengkel atau
No.24 Tahun 2016, teks yang konyol. Anekdot tidak hanya
terdapat pada kelas 10yaitu teks terkesan konyol dan lucu, tetapi
laporan hasil observasi, teks anekdot juga merupakaan cerita
ekposisi, teks anekdot, teks hikayat, yang digunakan sebagai alat untuk
dan teks negosiasi. Adapun mengkritik atau menyindir sesuatu.
Kompetensi Dasar (KD) yang Hal ini terdapat dalam Buku Guru
terdapat dalam Permendikbud 2016 Bahasa Indonesia Kelas 10 yang
tentang menulis teks anekdot adalah menjelaskan bahwa anekdot
(3.6) menganalisis struktur dan digunakan untuk menyampaikan
kebahasaan teks anekdot dan (4.6) kritik, tetapi tidak dengan cara kasar
menciptakan kembali teks anekdot dan menyakiti.Anekdot ialah cerita
dalam sebuah teks lisan dan tulis. singkat yang menarik karena lucu
Berdasarkan pengamatan yang dan mengesankan. Anekdot
telah dilakukan oleh peneliti, salah mengangkat cerita tentang orang
satu teks yang dianggap sulit oleh penting (tokoh masyarakat) atau

[35]
Diglosia – Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Sastra Indonesia e-ISSN: 2549-5119
Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Majalengka
Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

tokoh terkenal berdasarkan kejadian sebelumnya. Kesulitan siswa dalam


yang sebenarnya. Kejadian nyata menulis sebuah teks dapat membuat
tersebut kemudian dijadikan dasar siswa mengambil jalan pintas dengan
sebagai dasar cerita lucu dan melakukan plagiarisme. Siswa
ditambahkan beberapa hasil rekaan mencari data di internet kemudian
seperti tokoh, waktu, dan tempat. menyontek seluruh tulisan yang
Oleh karena itu, siswa harus mampu terdapat dalam teks tersebut. Materi
untuk mencari sebuah berita atau tentang struktur dan ciri kebahasaan
kejadian viral yang dapat dijadikan anekdot terkadang masih menjadi
bahan konflik teks anekdot sehingga masalah guru dalam menyampaikan
memunculkan berbagai reaksi materi anekdot. Penyampaian materi
emosional yang memancing tawa untuk membentuk konsep anekdot
para pembaca. dalam benak siswa merupakan salah
Priyatni (2014) menjelaskan satu hal yang sulit karena teks
aspek-aspek yang perlu diperhatikan anekdot terasa asing bagi siswa.
dalam penulisan teks anekdot adalah Ketidakaktifan siswa dalam
struktur teks anekdot dan kaidah pelajaran juga mempengaruhi
kebahasaan. Struktur teks anekdot kemampuan siswa sehingga guru
sempurna terdiri atas lima unsur, kurang dapat memahami
yaitu abstrak, orientasi, krisis, reaksi, ketercapaian siswa dalam
dan koda. Menurut Yustinah dalam memahami teks anekdot. Hal ini
Sutiyani dkk (2018:202), terkadang sejalan dengan hasil wawancara
terdapat teks anekdot yang unsurnya dengan siswa mengenai teks
tidak sempurna. Namun, sebuah teks anekdot. Berdasarkan hasil
anekdot minimal terdiri atas wawancara dengan siswa, siswa
pendahulaun (orientasi), konflik belum mengetahui bentuk dan
(krisis), dan penutup (reaksi). tujuan penulisan teks anekdot. Siswa
Selanjutnya kaidah kebahasaan teks belum mampu membedakan teks
anekdot terdiri atas kalimat yang anekdot dengan teks cerita lainnya.
menyatakan peristiwa masa lalu, Hal lain yang menjadi kesulitan
kalimat retoris, penggunaan siswa adalah menentukan tema dan
konjungsi yang menyatakan permasalahan yang akan diangkat
hubungan waktu (kalimat temporal), menjadi bahan kritikan/sindiran
dan penggunaan kata kerja aksi. yang dapat memunculkan rasa
Sementara itu, Pardiyono (2007) humor di dalam sebuah teks.
menjelaskan mengenai kebahasaan Kesulitan ini senada dengan
teks anekdot, yaitupenggunaan pendapat Gunatama dalam Monika
kalimat perintah, kalimat deklaratif, dan Afnita (2018:97) yang
dan penggunaan kalimat seru, diksi, mengatakan bahwa kedudukan tema
ejaan, dan tanda baca. sangatlah penting dalam sebuah
Berdasarkan wawancara dengan karya sastra karena semua unsur
guru bahwa siswa kesulitan dalam sastra sistem operasionalnya
memproduksi teks sebab siswa mengacu pada tema tersebut.
belum mengetahui bentuk teks Pada dasarnya semua masalah
anekdot pada jenjang pendidikan tesebut dapatlah terselesaikan jika

[36]
Diglosia – Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Sastra Indonesia e-ISSN: 2549-5119
Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Majalengka
Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

guru dapat membantu siswa dalam keunggulan, di antaranya adalah


mengajarkan kegiatan menulis. siswa dapat meningkatkan prestasi
Pengajaran guru kepada siswa saat belajar dan merealisasikan
mengajarkan menulis anekdot kebutuhan berpikir siswa. Model
sangatlah berpengaruh. Diperlukan pembelajaran jigsaw dapat
suatu perencanaan pembelajaran membantu siswa memahami
menulis yang tepat dan terencana berbagai hal yang diperlukan dalam
dengan strategi pembelajaran efektif menulis teks anekdot. Menurut
supaya siswa memiliki pemahaman Fatmawati dan Munadah (2019:576),
dan keterampilan menulis. Manshur model pembelajaran jigsaw
dkk (2018:26) menjelaskan bahwa menekankan belajar dengan tutor
pemilihan bahan ajar, metode, serta sebaya atau teman sendiri. Hal ini
media yang kurang tepat hanya akan dilakukan untuk memfasilitasi siswa
menimbulkan permasalahan yang memiliki kemampuan rendah
pembelajaran. Pemilihan komponen- dibantu dengan siswa yang memiliki
komponen itu sebaiknya kemampuan tinggi.Pelaksanaan
memperhatikan hal-hal, seperti: model jigsaw yang membuat siswa
kebutuhan peserta didik, minat, dan mengikuti kegiatan kelompok tim
lingkungan belajar. Metode ceramah asal dan tim ahli ini akan
oleh guru memang diperlukan siswa membuatkerja sama antarsiswa
dalam pembelajaran, tetapi tidak lebih banyak dibandingkan model
terus-menerus dilakukan. Oleh pembelajaran lainnya. Trianto
karena itu, seorang guru dituntut (2009) menjelaskan langkah-langkah
untuk memiliki keterampilan model jigsaw adalah sebagai berikut.
merencanakan dan melaksanakan 1. Siswa dibagi atas beberapa
pembelajaran menulis secara tepat, kelompok (tiap kelompok
sehingga seorang guru harus anggotanya 5-6 orang).
memiliki pemahaman berkaitan 2. Materi pelajaran diberikan
dengan pendekatan pembelajaran kepada siswa dalam bentuk teks
menulis, cara mengembangkan yang telah dibagi-bagi menjadi
keterampilan menulis siswa, dan beberapa sub bab.
mengembangkan tulisan. 3. Setiap anggota kelompok
Keterampilan guru dalam menguasai membaca subbab yang
berbagai metode belajar akan ditugaskan dan bertanggung
menambah variasi pembelajaran di jawab mempelajarinya. Misalnya,
dalam kelas sehingga daya belajar jika materi yang disampaikan
siswa semakin meningkat. mengenai sistem eksresi. Maka
Jigsaw merupakan salah satu seorang siswa dari satu
model pembelajaran yang menarik kelompok mempelajari tentang
dan dapat mempermudah siswa paru-paru, begitu pun siswa
dalam memahami suatu pelajaran. lainnya mempelajari kulit, dan
Jigsaw adalah salah satu bentuk lainnya lagi mempelajari hati.
pembelajaran kooperatif. Sanjaya 4. Anggota dari kelompok lain yang
(2006) menyatakan pembelajaran telah mempelajari subbab yang
kooperatif memiliki banyak sama bertemu dalam kelompok-

[37]
Diglosia – Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Sastra Indonesia e-ISSN: 2549-5119
Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Majalengka
Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

kelompok ahli untuk Gumelar dan Mulyati (2018:109)


mendiskusikannya. yang menyebutkanbahwa setiap
5. Setiap anggota kelompok ahli perilaku yang menyebar dari satu
setelah kembalike kelompoknya orang ke orang lain melalui proses
bertugas mengajarkan teman- imitasi merupakan meme, termasuk
temanya. bahasa, praktik-praktik sosial dan
6. Pada pertemuan dan diskusi kebiasaan personal. Sedangkan
kelompok asal, siswa-siswa meme menurut Rohani (1997)
dikenai tagihan berupa kuis adalah neologi yang dikenal sebagai
individu. karakter budaya, yang termasuk di
Menurut Amri dalam Warni dalamnya yaitu gagasan, perasaan,
(2018:70) media pembelajaran ataupun perilaku (tindakan). Meme
adalah segala sesuatu yang dapat berasal dari sebuah fenomena sosial
menyalurkan pesan dari pengirim ke yang sedang menjadi tren di media
penerima pesan sehingga dapat sosial akibat perilaku segelintir
merangsang pikiran, perasaan, orang. Diharapkan penelitian
perhatian, dan minat siswa sehingga menggunakan model pembelajaran
terjadi proses belajar.Media haruslah jigsaw dengan media meme akan
menjadi sebuah alat yang memengaruhi siswa terhadap
mempermudah kegiatan belajar keterampilan menulis anekdot.
mengajar. Penggunaan media di
masa kini berbagai macam B. METODE PENELITIAN
bentuknya. Gawai dan media sosial Metode penelitian yang
adalah bagian yang tidak dapat lepas digunakan dalam penelitian ini
dari kehidupan manusia masa kini. adalah metode penelitian
Oleh karena itu, jika digunakan eksperimen dengan melakukan
dengan bijak, kedua hal tersebut pretest dan posttest. Metode
dapat menjadi sebuah media eksperimen adalah metode yang
pembelajaran yang menarik. menghubungkan dua variabel atau
Media sosial mulai viral dengan lebih atau mencari pengaruh
adanya meme, baik yang hanya hubungan antara variabel yang satu
berbentuk gambar maupun yang dengan variabel yang dihubungkan.
berbentuk komik. Dawkins (1989) Terdapat dua kelompok dalam
menyatakan meme berasal dari penelitian ini, yaitu kelompok
bahasa Yunani “mimeme” yang eksperimen dan kelompok kontrol.
digunakan untuk sebutan pengganda Kelompok eksperimen adalah
baru/imitasi. Meme (atau biasa kelompok yang diberikan perlakuan
disebut mim) merupakan lagu, ide, model jigsaw dan media meme,
perilaku atau gaya yang menyebar sedangkan kelompok kontrol
dari orang ke orang dalam budaya. merupakan kelompok pembelajaran
Sebuah meme memiliki sebuah ide yang tidak diberikan perlakuan dan
atau gagasan yang ingin disebarkan menggunakan pengajaran guru pada
dari satu pikiran ke pikiran umumnya. Adapun desain penelitian
lainnya.Pengertian ini sejalan dengan yang digunakan dalam penelitian ini
pengertian dari Wijayanto dalam

[38]
Diglosia – Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Sastra Indonesia e-ISSN: 2549-5119
Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Majalengka
Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

adalah Randomized Pretest-Posttest Data nilai pascates yang


Control Grup Design. diperoleh dari kelas eksperimen
Tujuan penelitian ini adalah yaitu nilai tertinggi 95 dan nilai
untuk mengetahui pengaruh model terendah adalah 55. Nilai rata-rata
pembelajaran jigsaw dengan media yang ditemukan adalah 80,97 dengan
meme terhadap keterampilan median 82,5 dan modus 85.
menulis anekdot pada siswa kelas X Sementara itu nilai varian 74,38 dan
SMAN 88 Jakarta. Ruang lingkup standar deviasi 8,62.
penelitian dibatasi pada pengaruh Pada kelas kontrol, tes yang
model pembelajaran jigsaw dengan diberikan sama dengan kelas
media meme terhadap keterampilan ekperimen, yaitu tes menulis
menulis anekdot pada siswa kelas X anekdot sebelum diberikan
SMAN 88 Jakarta. Waktu perlakuan (prates) dan sesudah
pelaksanaan penelitian mulai diberikan perlakuan (pascates).
dilaksanakan sejak diajukannya Perlakuan yang diberikan pada kelas
permohonan bimbingan skripsi, kontrol adalah metode belajar yang
tepatnya mulai bulan Juli2018 menjadi kebiasaan guru dalam
hingga bulan Desember 2018.Sampel mengajar, dalam penelitian ini
yang diambil adalah kelas X IIS 1 metode yang digunakan guru adalah
(kelas kontrol) dan kelas X IIS 2 metode ceramah. Data nilai prates
(kelas eksperimen). Pengambilan yang ditemukan pada kelas kontrol
sampelpenelitian ini dengan adalah nilai tertinggi 77,5 sebanyak
teknikrandom. satu orang dan nilai terendah 35
sebanyak satu orang dengan jumlah
C. HASIL DAN PEMBAHASAN siswa sebanyak 36 orang. Adapun
Tes memproduksi teks anekdot mean adalah 59,51, median 61,25,
diberikan kepada kedua kelas, yaitu dan modusnya 62,5. Sementara itu,
kelas eksperimen dan kelas kontrol. nilai varian 100,29 dan standar
Pada kelas eksperimen yang deviasinya 10,01.Berikut ini
diberikan perlakuan berupa model disajikan data nilai pascates kelas
pembelajaran jigsaw dengan media kontrol.
meme didapat sebuah data prates Data nilai pascates yang
dan pascates. Data nilai prates kelas diperoleh kelas kontrol, yaitu nilai
eksperimen yang ditemukan dengan tertinggi 95 dan nilai terendah 50
jumlah sampel sebanyak 36 orang, dengan jumlah siswa sebanyak 36
yaitu nilai tertinggi adalah 80 orang. Nilai mean 72,36, median
sebanyak satu orang, sedangkan nilai 73,75, dan modus 75. Standar deviasi
terendah adalah 40 sebanyak dua 12,65 dan nilai varian 159,98.
orang. Nilai rata-rata yang Berdasarkan hasil penelitian
ditemukan adalah 60,32 dengan yang telah dibahas di atas, dapat
median 61,25 dan modus 45. diketahui bahwa terdapat perbedaan
Sementara itu nilai varians 147,27 nilai antara kelas eksperimen dan
dan standar deviasi 12,14. Berikut ini kelas kontrol. Perbedaan ini dapat
disajikan data nilai pascates kelas terlihat pada nilai yang didapat siswa
eksperimen. ketika prates dan pascates. Pada

[39]
Diglosia – Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Sastra Indonesia e-ISSN: 2549-5119
Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Majalengka
Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

prates, nilai tertinggi kelas kontrol Guru biasanya mengajarkan dengan


adalah 77,5 sedangkan pada kelas metode ceramah dan dibantu dengan
eksperimen adalah 80. Nilai tayangan powerpoint serta materi
terendah ketika prates di kelas dari buku paket
kontrol adalah 35, sedangkan pada Banyaknya variasi metode,
kelas eksperimen adalah 40. Pada model, dan media pembelajaran
pascates nilai tertinggi siswa sekarang kurang dimaksimalkan
eksperimen adalah 95 dan nilai oleh guru. Padahal dengan
terendahnya 55, sedangkan pada menggunakan kombinasi dari model
kelas kontrol nilai tertinggi adalah dan media dapat meningkatkan
95 dan nilai terendahnya 50. motivasi siswa dalam proses
Kompetensi dasar yang ingin pembelajaran sehingga nilai yang
dicapai terdapat pada KD 4.6 yaitu didapat siswa dapat maksimal. Hal
siswa mampu menciptakan kembali ini juga sejalan dengan apa yang
teks anekdot secara dirasakan oleh siswa. Tanpa adanya
tertulis/lisan.KKM yang diterapkan variasi siswa akan cepat merasa
oleh sekolah adalah 75. bosan dengan pembelajaran.
Pada saat prates, KKM yang Kegiatan menulis merupakan
terpenuhi pada kelas kontrol kegiatan yang sulit karena
mencapai 5,56%, sedangkan pada memerlukan ide pokok dan
kelas eksperimen banyaknya siswa pengolahan kalimat yang baik
yang memenuhi KKM mencapai sehingga dapat menjadi sebuah
8,33%. Hal ini berarti pada kelas cerita. Kesulitan yang dihadapi siswa
kontrol ada dua siswa yang dalam menulis akan membuat siswa
memenuhi nilai KKM sedangkan menjadi malas dan cepat bosan,
pada kelas eksperimen terdapat tiga sehingga seringkali siswa
siswa yang memenuhi KKM. menggunakan internet untuk
Pada saat pascates, KKM yang menyontek karya orang lain. Hal ini
terpenuhi pada kelas kontrol haruslah dapat dihindari oleh guru
mencapai 50%, sedangkan pada dengan meningkatkan motivasi
kelas eksperimen banyaknya siswa siswa dalam pembelajaran, salah
yang memenuhi KKM mencapai satunya dengan menggunakan
83,33%. Hal ini berarti dengan variasi metode dan mengombinasi
adanya perlakuan berupa siswa yang dengan media atau model lainnya.
diberikan model pembelajaran Oleh karena itu, pada kelas
jigsaw dengan media meme dapat eksperimen nilai pascates lebih
mengatasi nilai siswa yang di bawah banyak yang meningkat
KKM dan menjadikan kenaikan nilai dibandingkan dengan pascates kelas
yang lebih banyak dibandingkan kontrol dikarenakan adanya
kelas kontrol. kombinasi pembelajaran yaitu model
Berdasarkan hasil wawancara pembelajaran jigsaw dengan media
dengan guru mata pelajaran Bahasa meme.
Indonesia di tempat penelitian,
dijelaskan mengenai model
pembelajaran yang biasa digunakan.

[40]
Diglosia – Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Sastra Indonesia e-ISSN: 2549-5119
Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Majalengka
Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

D. SIMPULAN DAN SARAN menulis anekdot pada siswa kelas X


Berdasarkan hasil penelitian SMAN 88 Jakarta.
sudah dijelaskan dan terbukti secara Ketika prates, pada kelas kontrol
empiris bahwa terdapat perbedaan ada dua siswa yang memenuhi nilai
nilai antara kelas eksperimen yang KKM sebesar 75, sedangkan pada
telah diberikan perlakuan berupa kelas eksperimen terdapat tiga siswa
model pembelajaran jigsaw dengan yang memenuhi nilai KKM. Nilai
media meme dan kelas kontrol yang terendah prates kelas eksperimen
tidak diberikan perlakuan seperti adalah 40, sedangkan pada kelas
kelas eksperimen. Nilai yang dimiliki kontrol adalah 35. Nilai tertinggi
kelas eksperimen rata-rata lebih prates kelas eksperimen adalah 80,
tinggi dibandingkan dengan nilai sedangkan pada kelas kontrol adalah
kelas kontrol. 77,5. Nilai rata-rata prates kelas
Berbagai pengujian dilakukan eksperimen adalah 60,52, sedangkan
untuk mencari sebuah kesimpulan pada kelas kontrol adalah 59,51.
yang empiris. Uji normalitas dengan Ketika pascates, pada kelas
menggunakan uji liliefors eksperimen terdapat 30 siswa yang
menunjukkan bahwa sampel memenuhi KKM, sedangkan pada
memiliki data yang berdistribusi kelas kontrol terdapat 18 siswa yang
mormal. Hal ini ditunjukkan dengan memenuhi KKM. Nilai terendah
L0< Ltabel prates kelas eksperimen pascates kelas eksperimen adalah
(0,087 < 0,148), L0< Ltabel pascates 55, sedangkan pada kelas kontrol
kelas eksperimen (0,123 < 0,148), adalah 50. Nilai tertinggi prates kelas
L0< Ltabel prates kelas kontrol (0,056 < eksperimen adalah 95, sedangkan
0,148), L0< Ltabel pascates kelas pada kelas kontrol adalah 95. Nilai
kontrol (0,048 < 0,148). Uji rata-rata prates kelas eksperimen
homogenitas dengan menggunakan adalah 80,97, sedangkan pada kelas
uji fisher menunjukkan varians data kontrol adalah 72,36.Perbedaan
yang homogen. Hal ini ditunjukkan rata-rata kenaikan nilai kelas
dengan Fhitung ≤ Ftabel prates (1,426 ≤ eksperimen dari prates ke pascates
1,822) dan Fhitung ≤ Ftabel pascates mencapai 20,45, sedangkan pada
(0,465 ≤ 1,822). Uji hipotesis kelas kontrol mencapai 12,85.
dilakukan dengan menggunakan uji- Perbedaan kenaikan nilai rata-
t. Hasil uji-t menunjukkan adanya rata antara kelas eksperimen dan
pengaruh variabel X terhadap kelas kontrol dapat menjelaskan
variabel Y. Hal ini ditunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan
dengan perhitungan rerata kelas kepada kelas eskperimen
eskperimen dan kelas kontrol memberikan pengaruh positif
memperoleh thitung= 2,995 dan ttabel = terhadap pembelajaran siswa dalam
1,669, hasil interpolasi dengan taraf keterampilan menulis teks anekdot.
signifikansi (𝛼0,05, maka H0 ditolak. Perlakuan berupa model
Ditolaknya H0 disimpulkan bahwa pembelajaran jigsaw dengan media
terdapat pengaruh positif model meme berhasil menunjukkan
pembelajaran jigsaw dengan media pengaruh yang lebih baik
meme terhadap keterampilan dibandingkan dengan metode

[41]
Diglosia – Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Sastra Indonesia e-ISSN: 2549-5119
Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Majalengka
Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

ceramah, tanya jawab, dan diskusi and Literature, 4(1), 22-35.


yang biasa digunakan.Model DOI:
pembelajaran jigsaw dengan media https://doi.org/10.24235/ileal.
meme ini dapat diimplikasikan ke v4i1.1982
dalam Kurikulum 2013 untuk materi Monika dan Afnita. (2018).
pembelajaran menulis teks cerpen “Kesulitan Belajar
yang berisi cerita tentang kehidupan Keterampilan Menulis Teks
sehari-hari. Model pembelajaran Anekdot Siswa X IPS 2 SMA
jigsaw dengan media meme dapat Negeri 2 Percut Sei Tuan
dimodifikasi sesuai dengan konsep Medan Tahun Pelajaran
pembelajaran. 2017/2018”. Jurnal Basastra,
7(2), 88-106. DOI:
https://doi.org/10.24114/bss.
DAFTAR PUSTAKA v7i2.10062
Pardiyono. (2007). Pasti Bisa!
Dawkins, R. (1989). The Selfish Gene. Teaching Genre-Based Writing.
Oxford: Oxford University Yogyakarta: Andi Ofset.
Press.
Priyatni, E. (2014). Bahasa dan
Fatmawati, S. dan Munadah. (2019). Sastra Indonesia SMA/MA X.
“Modifikasi Model Jakarta: Bumi Aksara.
Pembelajaran Jigsaw dengan
Putri, H. (2017). “Pengembangan
Strategi Pembelajaran Tugas Modul Berbasis Pendekatan
dan Paksa”. Prosiding Seminar
Kontekstual Untuk
Nasional Pendidikan KALUNI, Pembelajaran Menulis Teks
Vol. 2, 575-582. DOI: Anekdot”. Jurnal Pendidikan
http://dx.doi.org/10.30998/pr
Bahasa dan Sastra, 17(2), 241-
okaluni.v2i0.75 252. DOI:
Gumelar, F., dan Mulyati, Y. (2018).
https://doi.org/10.17509/bs_j
“MEME: Dapatkah
pbsp.v17i2.9662
Meningkatkan Kemampuan Puspitasari, P., dan Supriatna, E.
Siswadalam Menulis Teks (2016). Model Pembelajaran
Anekdot?” Jurnal Sains Sosial
Kontekstual Berbasis
dan Humaniora, 2(1), 105-117. Pengalaman dalam
DOI: Pembelajaran Menulis Teks
https://doi.org/10.30595/jssh.
Anekdot pada Kelas X SMA
v2i1.2315 Negeri 20 Bandung. Jurnal
Mahsun. (2014). Teks dalam Ilmiah UPT P2M STKIP
Pembelajaran Bahasa
Siliwangi, 3(1), 39-44. DOI:
Indonesia. Jakarta: Rajawali https://doi.org/10.22460/p2m
Press.
.v3i1p39-44.476
Manshur, R., Suwandi, S., dan
Rohani, A. (1997). Media
Suyitno. (2018). Implementasi Instruksional Edukatif. Jakarta:
Kurikulum 2013 Revisi Rineka Cipta.
2016Pada Pembelajaran
Sanjaya, W. (2006). Strategi
Menulis Teks Anekdot.
Pembelajaran Berorientasi
Indonesian Language Education

[42]
Diglosia – Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Sastra Indonesia e-ISSN: 2549-5119
Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Majalengka
Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

Standar Proses Pendidikan. Warni, Setia. (2018). Peningkatan


Jakarta: Kencana. Keterampilan Siswa
Sutiyani, R., Supadi, dan Sugiati, M.S. Memproduksi Teks Anekdot
(2018). Struktur Kalimat dalam Menggunakan Media Karikatur
Teks Anekdot pada Buku Teks dan Pendekatan Saintifik.
SMA Kelas X. Jurnal Ilmiah Jurnal Edukasi Khatulistiwa,
Korpus, 2(2), 200-209. DOI: 1(1), 66-81. DOI:
https://doi.org/10.33369/jik.v https://doi.org/10.26418/ekha
2i2.6525 .v1i1.24853
Trianto. (2009). Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-
Progresif. Jakarta: Kencana.

[43]

Anda mungkin juga menyukai