Anda di halaman 1dari 17

“Optimalisasi Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Melalui PTK”

Semarang, 24 Juni 2023

Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Menggunakan


Model Experiential Learning pada Siswa Kelas X-6 SMA
Negeri 5 Semarang

Andif Yusliyanto1, Ika Septiana2, Sutji Harijanti3,


1 PPG Prajabatan, Universitas, PGRI Semarang, 50125
2 PPG Prajabatan, Universitas, PGRI Semarang, 50125
3 SMA Negeri 5 Semarang, 50132

andifyusliyanto@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian untuk peningkatan kemampuan menulis puisi dengan model experiential learning. Active
research digunakan sebagai metode penelitian diawali dengan persiapan, pelaksanaan, pengamatan dan
evaluasi. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 5 Semarang di kelas X-6 dengan jumlah 36 peserta
didik. Hasill penelitian berupa: (1) Secara keseluruhan kemampuan menulis puisi peserta didik
meningkat pada setiap siklus. Hasil tersebut dilihat pada nilai akhir setelah dirata-rata berdasarkan
majas, kata konkret, imaji, dan rima yang digunakan dalam puisi. Pada pra siklus diperoleh rata-rata
59,83, siklus I 73,31 dan siklus II 88,61. (2) Ketuntasan belajar peserta didik meningkat yaitu pada pra
siklus memiliki angka ketuntasan 8,33%, kemudian meningkat pada siklus I sebesar 47,22 dan pada
siklus II mencapai angka ketuntasan sebesar 91,67%. (3) Keefektifan penggunaan model experiential
learning ditunnjukkan dengan hasil uji-t yaitu nilai p-value sebesar 0,000. Jika dibandingkan dengan
alpha, nilai tersebut lebih kecil (0,000 < 0,05) yang menyatakan H0 ditolak. Hal ini membuktikan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara data Kemampuan Menulis Puisi sebelum dan sesudah
penggunaan model experiential learning.
Kata kunci: Keterampilan Menulis, Puisi, Penelitian tindakan kelas.

ABSTRACT
Research to improve the ability to write poetry with the experiential learning model. Active research
is used as a research method beginning with preparation, implementation, observation and
evaluation. The research was conducted at SMA Negeri 5 Semarang in class X-6 with a total of 36
students. The results of the research are: (1) Overall, students' ability to write poetry increases in each
cycle. The results are seen in the final grade after being averaged based on the figures of speech,
concrete words, images, and rhymes used in the poem. In the pre-cycle, the average was 59.83, the
first cycle was 73.31 and the second cycle was 88.61. (2) The learning completeness of students
increased, namely in the pre-cycle it had a mastery rate of 8.33%, then it increased in cycle I by 47.22
and in cycle II it reached a mastery rate of 91.67%. (3) The effectiveness of using the experiential
learning model is shown by the results of the t-test, namely the p-value of 0.000. When compared to
alpha, this value is smaller (0.000 <0.05) which states that H0 is rejected. This proves that there is a
significant difference between the Poetry Writing Ability data before and after the use of the
experiential learning model.
Keywords: Writing Skills, Poetry, Class action research.

1. PENDAHULUAN Salah satu elemen dalam pembelajaran Bahasa


Bahasa Indonesia erat kaitannya dengan Indonesia yaitu elemen menulis. Kegiatan
keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menulis menjadi salah satu elemen utama
menyimak, berbicara, membaca dan menulis. dalam bahasa Indonesia. Tujuan kegiatan
Setiap keterampilan berbahasa diajarkan pada menulis adalah peserta didik akan
peserta didik di kurikulum merdeka melalui menghasilkan sebuah teks pada setiap materi
elemen-elemen yang sudah ditetapkan. Setiap yang diajarkan. Pendapat tersebut juga
peserta didik akan mempelajari setiap elemen dikemukakan (Dalman, 2014) bahwa menulis
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. merupakan keterampilan berkomunikasi yang

1233
Seminar Nasional PPG UPGRIS 2023 1234

“Optimalisasi Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Melalui PTK”

kepada pembaca. Keterbatasan peserta didik pada


berisi tentang penyampaian pesan kepada pihak
perbendaharaan kata, diksi, dan majas mengakibatkan
lain secara tertulis dengan menggunakan media
peserta didik kesulitan dalam penulisan puisi.
alat bantu tulis. Sejalan dengan itu, (Tarigan
Henry Guntur, 2008) mengungkapkan bahwa Keterbatasan kemampuan menulis
keterampilan berbahasa untuk berkomunikasi puisi pada peserta didik juga kerap disebabkan
secara tidak langsung disebut dengan karena kesalahan pendidik dalam
keterampilan menulis. Materi menulis menggunakan model atau metode dalam
dipandang sebagai salah satu materi tersulit kegiatan pembelajaran. Pada pembelajaran
dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Peserta Bahasa Indonesia, pendidik cenderung
didik cenderung terpaku pada sebuah contoh menggunakan metode ceramah sehingga
yang disajikan tanpa mengembangkannya interaksi yang tercipta antara pendidik dan
terlebih dahulu sehingga dalam menuangkan ide peserta didik sangat kurang. Hal ini yang
dan gagasan menjadi sebuah teks peserta didik mengakibatkan peserta didik cenderung pasif
merasa kesulitan. Hal ini diakibatkan karena dan tidak berani mengemukakan ide atau
kurangnya perbendaharaan kata dan diksi yang gagasan sehingga mempengaruhi
dimiliki oleh peserta didik. kemempuannya dalam merangkai sebuah
Keterampilan menulis pada bahasa kalimat. Hal ini juga berpengaruh pada
Indonesia disajikan ke dalam berbagai materi. keterampilan menulis puisi peserta didik yang
Penelitian ini berfokus pada materi keterampilan sangat kurang. Berdasarkan permasalahan
menulis puisi. Puisi merupakan karya sasta tersebut hendaknya seorang guru perlu memilih
dengan kata indah yang di dalamnya mengandung metode atau model yang tepat pada kegiatan
berbagai makna. Keindahan puisi tercipta dari pembelajaran di kelas. Penggunaan model yang
diksi, majas, rima, irama, yang membangun efektif dapat digunakan sebagai alternatif dalam
puisi tersebut. (Imas city et al., 2018). Dalam pembelajaran penulisan puisi. Model
puisi tentunya terdapat unsur- unsir pembangun pembelajaran yang dapat digunakan dalam
puisi yang mendasari adanya puisi tersebut. kegiatan menulis puisi tentunya model
Menurut Waluyo dalam (Elisabeth Rindengan, pembelajaran yang berhubungan langsung
2017) puisi memiliki dua unsur pembangun yaitu pengalaman peserta didik itu sendiri. Model
secara batin dan fisik. Struktur batin merupakan yang digunakan sebagai pilihan pembelajaran
struktur pembangun puisi yang mengungkapkan yaitu model experiential learning.
makna dalam puisi secara tidak langsung, Experiential learning adalah model
sedangkan struktur fisik merupakan struktur pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
puisi yang tampak dan dapat dilihat secara dengan proses belajar secara aktif berdasarkan
langsung. Struktur batin puisi terdiri atas tema, pengalaman untuk mengembangkan
perasaan, nada dan suasana serta amanat. keterampilan dan pengetahuan peserta didik
Sedangkat struktur fisik terdiri atas diksi, (Hariri & Yayuk, 2018). Sejalan dengan
citraan, majas, kata konkret, tipografi dan rima. pendapat tersebut (Jayanti, 2013) menyatakan
Pada materi penulisan puisi peserta didik bahwa pengalaman menjadi guru terbaik dalam
harus menuangkan ide dan pemikirannya kegiatan pembelajaran yang diterima peserta
menjadi sebuah puisi yang utuh. Dalam didik. Pengalaman tersebut merupakan
penyusunan puisi tentunya diperlukan adanya aktivitas yang dirancang oleh pendidik untuk
kemampuan dalam memilih diksi, gaya bahasa, mengakomodasi dan menggali pengetahuan
tipografi dan rima yang diperlukan sehingga baru peserta didik. Experiential learning adalah
akan memperindah karya tersebut. Tomkins model pembelajaran yang menggabungkan
dalam (Elisabeth Rindengan, 2017) berpendapat keterampilan dan pengetahuan daripengalaman
bahwa pada saat menulis puisi peserta didik peserta didik secara langsung (Gustina &
dapat mengekspresikan pikirannya melalui Pebriana, 2019).
tulisan dengan memerhatikan rima, pengulangan
kata atau pola lain. Hal ini juga disampaikan Menurut (Silberman, 2014) model
(Suminto Sayuti, 2005) yang menyatakan bahwa experiential learning memuat empat sintaks
langkah- langkah dalam menulisn puisi dapat yang diajarkan, antara lain concrete experience
dilalui dengan tahap persiapan, atau preparasi, yaitu peserta didik dilibatkan secara penuh
pengendapan atau inkubasi, tahap iluminasi dan untuk mnggali pengalaman baru. Kedua,
tahap verifikasi atau tinjauan kritis. Berdasarkan reflection observatio n yaitu kegiatan observasi
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengalaman yang diperoleh secara langsung
pada saat menulis puisi peserta didik diharuskan atau sesuatu yang dilihat secara langsung
mampu menentukan tema, memilah dan (pengamatan). Tahaoan yang ketiga yaitu
mengolah kata menjadi sebuah susunan kata abstract conceptualization merupakan proses
indah, mengekspresikan gagasan dan pengolahan hasil observasi menjadi sebuah
pemikirannya serta menyampaikan pesan teori. Tahapan terakhir yaitu active
Seminar Nasional PPG UPGRIS 2023 1235

“Optimalisasi Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Melalui PTK”

experimentation kegiatan
implementasi dari teori yang telah 2. METODE PELAKSANAAN
disusun peserta didik untuk Penelitian ini termasuk penelitian
melaksanakan aktivitas atau tindakan (active research). Menurut
kegiatan berdasarkan kejadian dan (Arikunto, 2014) Penelitian Tindakan Kelas
pengalamannya. adalah tindakan pengamatan pada kegiatan
Tujuan experiential learning yaitu a) pembelajaran yang disengaja dan terjadi di
mengubah pengetahuan baru yang diperoleh kelas secara bersama-sama”. (Arikunto, 2014)
peserta didik, b) memperbaiki sikap peserta menegaskan kembali bahwa Penelitian
didik, c) mengembangkan keterampilan yang Tindakan Kelas merupakan penelitian ilmiah
dimiliki peserta didik (Hariri & Yayuk, 2018). yang dilakukan secara logis, dan terstruktur
Menurut (Paramita Putu, 2014) keunggulan dilaksanakan oleh guru atau dosen (tenaga
model experiential learning dari model pendidik),untuk memperbaiki kegiatan
pembelajaran lain yaitu (1) memotivasi dan pembelajaran”.
memunculkan imajinasi peserta didik untuk Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 5
mencapai sesuatu, (2) Pembelajaran menjadi Semarang, subjek penelitian peserta didik kelas
menyenangkan karena diambil dari berbagai X-6 berjumlah 36 siswa terdiri atas 19 siswa
sudut pandang dan pemikiran, (3) menstimulus perempuan dan 17 siswa laki-laki. Penelitian
peserta didik agar aktif karena hasil dilakukan dengan tiga siklus yaitu pra-siklus,
pembelajaran dapat langsung dilihat. siklus I dan Siklus II, dengan alokasi waktu 90
Pembelajaran berdasarkan pengalaman menjadi menit pada setiap pertemuan. Setiap siklus
solusi yang baik untuk mencapai tujuan dimulai dari tahap persiapan, penelitian dan
pembelajaran. Menueut (Lestari, 2014) refleksi. Data penelitian berupa observasi dan
experiential learning bertujuan memunculkan hasil pekerjaan peserta didik.
dan menstimulus peserta didik untuk Instrumen penelitian pada penelitian ini
memperdalam cara berpikir, menjadikan peserta adalah modul ajar yang digunakan untuk
didik lebih aktif, memperluas keterampilan, dan merancang kegiatan pembelajaran. Lembar
meningkatkan hasil belajar. Berdasarkan hal observasi digunakan untuk
tersebut diketahui bahwa experiential learning medokumentasikan kegiatan peserta didik.
dapat dijadikan salah satu pilihan dalam kegiatan Rubrik penilaian menulis puisi digunakan
pembelajaran menulis puisi, karena dengan untuk mengukur peningkatan keterampilan
adanya model tersebut diharapkan peserta didik menulis puisi. Rubrik penilaian yang
mampu memunculkan ide dan memberikan digunakan dalam penelitian ini antara lain
stimulus yang baik dalam menentukan tema majas, rima, imaji dan kata konkret.
puisi berdasarkan pengalamannya. Peserta didik Teknik dokumentasi digunakan sebagai
juga diharapkan akan lebih aktif dalam kegiatan teknik pengambilan data yang digunakan
belajar sehingga akan memberikan peluang yang untuk menganalisis modul ajar. Hasil
besar dalam menciptakan sebuah tulisan yaitu dokumentasi digunakan untuk menganalisis
puisi. pelaksanaan pembelajaran menggunakan
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat model Experiential Learning. Data aktivitas
dirumuskan tujuan penelitan ini yaitu guru dan peserta didik ketika pembelajaran
mengetahui peningkatan keterampilan menulis berlangsung diambil menggunakan teknik
peserta didik kelas X-6 SMA Negeri 5 Semarang observasi. Untuk mengukur keterampilan
dengan menggunakan model experiential menulis peserta didik digunakan teknik tes
learning. Pada penelitian ini tahap pra-siklus evaluasi berupa Lembar Kerja Peserta Didik
pendidik menggunakan metode ceramah, (LKPD) yang diberikan kepada peserta didik
kemudian pada siklus I dan II pendidik untuk menulis puisi.
menerapkan model experiential learning dengan Dalam penelitian ini menggunakan
tahapan berikut: 1.) pendidik merumuskan teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif.
tujuan pembelajaran yang digunakan yaitu Analisis kualitatif digunakan untuk
peserta didik mampu menulis puisi secara mendeskripsikan lembar hasil observasi guru
kreatif, 2) pendidik mengawali materi dengan dan peserta didik dan mendeskripsikan hasil
mencontohkan kejadian nyata dengan analisis data dari perhitungan kuantitatif.
berbantuan video, 3) pelaksanaan pembelajaran, Untuk menganalisis nilai rata-rata per siklus
4) peserta didik diarahkan untuk melihat dan peningkatan keterampilan menulis peserta
kejadian nyata, 5) pendidik dan peserta didik didik menggunakan teknik analisis kuantitatif
bertanya jawab, 6) pendidik menyimpulkan dilihat berdasarkan rubrik penilaian yang telah
materi. disediakan.
1. Analisis ketuntasan kerja individu
Analisis ketuntasan kerja individu
ditentukan berdasarkan rubrik penilaian
Seminar Nasional PPG UPGRIS 2023 1236

“Optimalisasi Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Melalui PTK”

dengan kriteria penilaian


Sangat Kurang 20 55,56%
seperti rubrik tersebut. menguasai
Ketuntasan nilai dari peserta
Tabel 1 Hasil Kemampuan Menulis Puisi
didik apabila nilainya lebih dari
Pra Siklus
KKM yaitu 75. Untuk
Berdasarkan tabel 1 yaitu hasil
mengunkur ketuntasan kerja
kemampuan menulis puisi peserta didik pada
individu maka digunakan
tahapan pra siklus diketahui bahwa dari 36
rumus sebagaiberikut:
siswa terdapat 1 siswa yang bernilai tuntas
KKI= 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑥100
kategori baik dengan persentase 2,78%.
Sedangkan 3 peserta lainnya memiliki hasil nilai
Skor maksimal
tuntas tetapi mendekati batas KKM yaitu 75
KKI = ketuntasan kerja individu
berkategori baik dengan persentase 8,33%.
Terdapat 12 peserta didik dengan persentase
2. Analisis Ketuntasan Klasikal
33,33% berkategori kurang dan 20 peserta didik
Ketuntasan klasikal peserta didik dapat
berkategori sangat kurang dengan persentase
dilihat dari rata-rata ketuntasan di kelas
sebanyak 55,56%. Hasil nilai keterampilan
tersebut. Jika rata-rata ketuntasan kelas
menulis peserta didik masih rendah dan belum
tersebut mencapai 80% dari seluruh
menunjukkan angka ketuntasan klasikal yakni
peserta didik maka keseluruhan ketuntasan
80% dari jumlah peserta didik dikelas tersebut,
klasikal telah terpenuhi. Instrumen dan
sehingga diperlukan adanya perlakuan atau
kriteria ketuntasan klasikal dapat dilihat
tindakan yang tepat untuk mengatasi
pada tabel berikut:
permasalahan tersebut. Pemberian tindakan ini
Instrumen Kriteria Kelulusan
dimaksudkan untuk memperbaiki keterampilan
Klasikal
menulis peserta didik. Upaya perbaikan
No Rentang Nilai Kategori
keterampilan menulis peserta didik dilakukan
1 90%-100% Sangat menguasai melalui model experiential learning.
Diharapkan dengan adanya model baru yang
2 80%-89% Menguasai
digunakan keterampilan peserta didik dapat
3 70%-79% Cukup menguasai meningkat.
4 60%-69% Kurang menguasai b. Deskripsi Siklus 1
Pada siklus I pendidik telah
5 <59% Sangat Kurang
menguasai menggunakan model experiential learning
dalam kegiatan pembelajaran dengan materi
(Riduan, dan Sunarto, 2012:20)
penulisan puisi. Pendidik merancang kegiatan
pembelajaran dengan membuat modul ajar
3. HASIL DAN PEMBAHASAN yang disesuai dengan langkah-langkah
a. Deskripsi Pra Siklus pembelajaran dengan model experiential
Pada tahapan pra siklus pendidik learning yaitu terdiri atas empat tahapan.
menggunakan hasil data observasi sebagai Tahapan dalam pembelajaran model
analisis awal kemampuan peserta didik dalam experiential learning yaitu concrete experience
menulis puisi. Kegiatan pembelajaran yaitu peserta didik merasakan pengalaman baru
dilaksanakan di kelas X-6 SMA Negeri 5 secara penuh. Kedua yaitu reflection
Semarang dengan peserta didik sebanyak 36. observation adalah kegiatan observasi
Pada tahapan ini metode ceramah digunakan pengalaman yang diperoleh secara langsung
pendidik dalam kegiatan pembelajaran dan atau sesuatu yang dilihat secara langsung
peserta didik dibebaskan untuk menulis puisi (pengamatan). Tahapan yang ketiga yaitu
tanpa bantuan apapun. Hasil pra-siklus ini abstract conceptualization merupakan proses
digunakan untuk membandingkan pengolahan hasil observasi menjadi sebuah
keterampilan menulis puisi peserta didik pada teori. Tahapan terakhir yaitu active
saat penggunaan model experiential learning. experimentation kegiatan implementasi dari
Pada kegiatan pra-siklus ini diperoleh hasil teori yang telah disusun peserta didik untuk
sebagai berikut: melaksanakan aktivitas atau kegiatan
Kategori Frekuensi Persentase berdasarkan kejadian dan pengalamannya.
Sangat 0 0% Pada siklus I ini diperoleh hasil sebagai berikut:
menguasai Kategori Frekuensi Persentase
menguasai 1 2,78% Sangat 1 2,78%
Cukup 3 8,33% menguasai
menguasai menguasai 5 13,89%
Kurang 12 33,33%
menguasai
Seminar Nasional PPG UPGRIS 2023 1237

“Optimalisasi Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Melalui PTK”

Cukup 16 44,44% Kategori Frekuensi Persentase


menguasai Sangat 26 72,22%
Kurang 10 27,78% menguasai
menguasai menguasai 6 16,66%
Sangat Kurang 4 11,11% Cukup 3 8,33%
menguasai menguasai
Tabel 2 Hasil Keterampilan Menulis Puisi Kurang 1 2,77%
Siklus I menguasai
Berdasarkan hasil tabel 2 diketahui Sangat Kurang 0 0%
keterampilan menulis puisi peserta didik di menguasai
kelas X-6 meningkat. Hal ini ditunjukkan Tabel 3 Hasil Keterampilan Menulis Puisi
dengan persentase dan frekuensi peserta didik Siklus II
yang sudah mencapai kriteria ketuntasan tujuan Berdasarkan hasil tabel 3 dapat diketahui
pembelajaran berdasarkan KKTP yang telah bahwa ketermpilan menulis peserta didik
ditentukan. Terdapat 14 peserta didik yang meningkat secara pesat. Hal ini dilihat dari
tuntas dalam penulisan puisi sehingga kriteria jumlah peserta didik yang belum tuntas yaitu 2
ketuntasan klasikal belum terpenuhi. Peserta orang dengan persentase 5,56%. Kedua peserta
didik yang belum tuntas dengan kategori sangat didik tersebut memiliki kesulitan dalam
kurang berjumlah 4 peserta didik dengan memilih tema, hal ini menjadikan isi dari puisi
persentase 11,11% hal ini disebabkan karena tersebut tidak sama dengan tema yang
peserta didik mengalami kesulitan dalam diharapkan. Faktor lainnya yaitu kesulitan
perbendaharaan kata dan sulit untuk dalam mendata diksi dan majas yang akan
menyambungkan tema dengan puisi yang telah digunakan dalam puisi. Peserta didik memiliki
dibuat. Selain itu, peserta didik yang belum kosa kata terbatas dan kurang menguasai majas
tuntas dengan kategori kurang berjumlah 10 atau gaya bahasa sehingga mengakibatkan
orang dengan persentase sebesar 27,78%, peserta didik kurang mampu menyesuaikan isi
ketidaktuntasan ini disebabkan kurangnya dan keindahan puisi. Sedangkan, 2 peserta didik
kemampuan peserta didik dalam memunculkan dengan persentase 5,56% yang memiliki
majas yang menarik dalam puisi. Sedangkan 22 kategori cukup sudah memiliki keterampilan
peserta didik lainnya sudah tuntas dengan puisi yang bagus tetapi kurang sesuai dengan
tingkat kenaikan yang cukup signifikan. Pada tema dan isi puisi. Berdasarkan ketuntasan
siklus I ini model experiential learning cukup klasikal di kelas tersebut terdapat 80% lebih
efektif jika digunakan dalam kegiatan menulis peserta didik yang memiliki ketuntasan
puisi karena peserta didik lebih terbantu dan sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan
lebih mudah ketika menulis puisi berdasarkan model experiential learning dengan berbantuan
kemampuan dan pengalamannya masing- LKPD dapat membantu peserta didik dalam
masing. Untuk mencapai tujuan ketuntasan meningkatkan keterampilan menulis puisi di
kelas klasikal maka pendidik akan melakukan kelas X-6.
perbaikan dan menyusun rencana tindak lanjut d. Hasil dan Pembahasan
pada siklus II sehingga kriteria ketuntasa Pembelajaran Puisi
klasikal kelas X-6 dalam keterampilan menulis Hasil keterampilan menulis puisi
puisi dapat terpenuhi. menggunakan model experiential learning
c. Deskripsi Siklus II kelas X-6 SMA Negeri 5 Semarang secara detai
Pendidik memberikan perlakuan pada dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut:
siklus II pembelajaran menulis puisi yaitu Pra Siklus Siklus 1 Siklus II
pendidik tetap menggunakan model Kategori
F P F P F P
experiential learning tetapi berbantuan LKPD
Sangat Baik 0 0% 1 2,78% 26 72,22%
yang memudahkan peserta didik dalam
menyusun diksi, majas, kata konkret, imaji dan Baik 1 2,78% 5 13,89% 6 16,66%
tipografi yang akan digunakan. Hal ini Cukup 3 8,33% 16 44,44% 3 8,33%
dimaksudkan agar peserta didik mampu Kurang 12 33,33% 10 27,78% 1 2,77%
menulis puisi dengan memilih dan memilah Sangat 20 55,56% 4 11,11% 0 0%
kata yang akan digunakan terlebih dahulu dan Kurang
dibuat tabel sehingga memudahkan mereka Tabel 4 Data Proses Pembelajaran Menulis
dalam merangkai kata tersebut menjadi sebuah Puisi
puisi yang utuh sesuai aspek dan kriteria Berdasarkan hasil tabel diketahui bahwa
penialain. Pada Siklus II diperoleh data sebagai pada setiap siklus pembelajaran mengalami
berikut: peningkatan sehingga keterampilan menulis
peserta didik mengalami peningkatan.
Seminar Nasional PPG UPGRIS 2023 1238

“Optimalisasi Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Melalui PTK”

Berdasarkan pengamatan dan hasil kemampuan menulis peserta didik dapat


peserta didik dari prasiklus hingga siklus II diilustrasikan dan digambarkan pada tabel dan
keterampilan menulis puisi peserta didik grafik sehingga mempermudah untuk
mengalami peningkatan yang signifikan. menganalisis data yang didapatkan dalam
Peserta didik mampu mengembangkan ide dan kegiatan pembelajaran menulis puisi dengan
gagasan dari pengalaman mereka menjadi model experiential learning. Peningkatan
sebuah tulisan puisi. Konsep tersebut sesuai peserta didik dalam menulis puisi dapat dilihat
dengan experiential learning yaitu pendidik pada tabel berikut:
memunculkan situasi pengalaman nyata ke Tabel 5 Proses Pembelajaran Menulis Puisi
dalam kelas, dan menghubungkan pengetahuan Siklus Perolehan Peningkatan
yang dimiliki pada kehidupan nyata. Mereka Pra Siklus 59,83% -
menjalin Kerjasama yang baik dalam Siklus I 73,31% 13,48%
kelompoknya sehingga dapat menghasilkan Siklus II 88,61% 15,30%
tulisan yang baik. Hasil peningkatan penulisan

100,00% 88,61%
80,00% 73,31%
59,83%
60,00%

40,00%
13,48% 15,30%
20,00%
0%
0,00%
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Perolehan Peningkatan

Grafik 2 Penilaian Pembelajaran Menulis Puisi

Berdasarkan penilaian hasil tulisan 8,33%, kemudian pada siklus I meningkat


peserta didik pada prasiklus hingga siklus II menjadi 47,22%, dan pada siklus II meningkat
menunjukkan adanya peningkatan. Hasil menjadi 91,67%. Peningkatan ketuntasan
peningkatan keterampilan menulis puisi belajar peserta didik digambarkan pada grafik
peserta didik dapat di jabarkan seperti berikut: berikut:
ketuntasan peserta didik prasiklus sebesar

Ketuntasan
91,67%
100,00%
47,22%
50,00%
8,33%
0,00%
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Ketuntasan

Grafik 3 Ketuntasan Menulis Puisi

e. Analisis Uji Perbandingan Sebelum dilakukan dengan menggunakan metode uji-t.


dan Sesudah Penggunaan Model Metode uji-t berpasangan merupakan analisis
Experiential Learning dalam parametrik yang mana terdapat perkiraan yang
Pembelajaran Menulis Puisi harus terpenuhi terlebih dahulu, yaitu mencari
Pembuktian data sebelum dan sesudah normalitas pada masing-masing variabel. Jika
penggunaan model experiential learning uji normalitas terpenuhi, selanjutnya dilakukan
mengalami perbedaan secara signifikan dapat perhitungan nilai gain yang akan digunakan
Seminar Nasional PPG UPGRIS 2023 1239

“Optimalisasi Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Melalui PTK”

dalam uji perbandingan rata-rata (uji-t) (Siegel, diolah menggunakan aplikasi SPSS versi
Sidney. Alih Bahas. Sayuti dalam (Elisabeth 16. Berikut merupakan pengambilan
Rindengan, 2017). keputusan uji normalitas:
1) Uji Normalitas a. Jika nilai asymp sig > 0,05, maka data
Uji normalitas digunakan untuk dinyatakan berdistribusi normal.
memeriksa variabel pengecoh atau b. Jika nilai asymp sig < 0,05, maka data
residual dalam model regresi bersifat dinyatakan berdistribusi tidak
normal atau tidak normal (Siregar, 2015, p. normal.
49). Penelitian ini menggunakan uji
normalitas Kolmogorov-Smirnov dan

Dari perhitungan diperoleh nilai Asymp.Sig. (2-tailed) sebesar 0,835 pada data

Tabel 6 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Kemampuan Menulis Puisi sebelum dan Variabel data diambil dari kondisi dan situasi
setelah penggunaan model experiential yang berbeda sebelum dan sesudah
learning sebesar 0,666. Diketahui bahwa nilai penggunaan model experiential learning.
0,05 lebih kecil dari alpha (Asymp), maka Berikut merupakan pengambilan kesimpulan
disimpulkan bahwa skor kemampuan menulis hasil uji T:
puisi sebelum dan setelah penggunaan model a. Jika nilai t hitung > t tabel, atau nilai Sig
experiential learning berdistribusi normal. (2tailed) < 5% atau 0,05 maka H0 ditolak
Pada data tersebut disimpulkan bahwa dan H1 diterima, sehingga disimpulkan
uji parametrik tidak mengalami pelanggaran. bahwa model experiential learning
Sehingga uji-t sampel berpasangan dapat berpengaruh secara signifikan terhadap
digunakan. keterampilan menulis puisi peserta didik
2) Uji-t kelas X-6 SMAN 5 Semarang.
Uji-t berpasangan (paired t-test) adalah b. Jika nilai thitung < t tabel dan atau nilai Sig
strategi uji perkiraan pada data yang tidak (2tailed) > 5% atau 0,05 maka H0
bebas (berpasangan). Karakter pada kaasus diterima dan H1 ditolak sehingga
berpasangan yaitu pemberian dua perlakuan disimpulkan bahwa model experiential
yang berbeda pada satu objek penelitian. learning tidak berpengaruh secara
Uji paired sample t test digunakan signifikan terhadap keterampilan
sebagai pembanding selisih rata-rata dari dua menulis puisi peserta didik kelas X-6
variabel sampel yang berpasangan dengan SMAN 5 Semarang.
anggapan bahwa data berdistribusi normal.

Tabel 7 Uji-t Sampel Berpasangan Keterampilan Menulis Puisi


Seminar Nasional PPG UPGRIS 2023 1240

“Optimalisasi Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Melalui PTK”

Data menunjukkan bahwa nilai p-value yang didapat bisa dijadikan sebagai karya dan
hitung sebesar 0,000. Jika dibandingkan tulisan.
dengan alpha, nilai tersebut lebih kecil (0,000 Pada akhir kegiatan pembelajaran siklus
< 0,05) yang menyatakan H0 ditolak. Terbukti II peserta didik mengumpulkan hasil tulisan
bahwa ada perbedaan secara signifikan antara mereka pada LKPD yang telah disediakan. Dari
data Kemampuan Menulis Puisi sebelum dan hasil tulisan peserta didik diperoleh 33 peserta
sesudah penggunaan model experiential didik telah tuntas secara individu dengan rata-
learning. Berdasarkan perbandingan hasil pada rata nilai sebesar 88,61 dengan ketuntasan
setiap siklus, maka terlihat adanya peningkatan klasikal 91,67%. Hal ini menunjukkan bahwa
yang baik pada hasil belajar peserta didik, pada penggunaan model experiential learning dapat
mata pelajaran Bahasa Indonesia elemen meningkatkan keterampilan menulis puisi
menulis dengan materi puisi di Kelas X-6 SMA peserta didik kelas X-6 secara signifikan.
Negeri 5 Semarang dengan menggunakan Tetapi, terdapat 3 peserta didik yang belum
model experiential learning. mencapai ketuntasan individu hal ini
Berdasarkan data pada siklus I tingkat dikarenakan peserta didik kesulitan dalam
keberhasilan menulis peserta didik di kelas X-6 penggalian pengalaman yang pernah didapat
belum memperoleh hasil yang optimal, pada kemudian menentukan tema dan pengalaman
siklus I ini, peneliti berharap dengan untuk dijadikan sebuah puisi. Selain itu, faktor
menggunakan model experiential learning, lainnya yaitu keterbatasan peserta didik pada
kemampuan menulis peserta didik dapat pemilihan kosa kata, diksi, gaya bahasa,
meningkat. Setiap terdapat peningkatan menentukan citraan dan kata konkret sehingga
keterampilan menulis maka guru perlu peserta didik tersebut kesulitan dalam
melakukan apresiasi terhadap peserta didik. menuliskan sebuah karyanya menjadi puisi
Dengan adanya dorongan dan apresiasi utuh.
pada peserta didik atau memberikan nilai,
diharapkan peserta didik akan termotivasi 4. KESIMPULAN
untuk lebih giat lagi dalam belajar. Beberapa Berdasarkan hasil analisis data dapat
pertayaan kepada peserta didik, kemudian disimpulkan bahwa pembelajaran menulis
bersama teman-teman sekelompoknya mencari puisi kelas X-6 SMA Negeri 5 Semarang dengan
jawaban dalam hal ini penjelasan dan menggunakan model experiential learning
pemecahan masalahnya lewat buku pegangan mengalami peningkatan pada setiap siklus. Hal
atau dengan menganalisis jawaban dari soal ini terlihat dari keterampilan menulis peserta
tersebut. didik yang semakin meningkat yang dianalisis
Hasil Evaluasi pada siklus I ini berdasarkan penguasaan majas, rima, imaji,
digunakan sebagai bahan perbaikan pada siklus dan kata konkret. Pada tahapan pra-siklus
berikutnya, karena pada siklus I keterampilan peserta didik belum mengenal istilah-istilah
menulis peserta didik sudah meningkat tetapi dalam puisi seperti majas, kata konkret, imaji,
belum mencapai kriteria ketuntasan klasikal rima sehingga peserta didik kesulitan dalam
sehingga diperlukan adanya perbaikan pada menuangkan gagasannya menjadi sebuah puisi.
siklus berikutnya. Pada siklus II pendidik masih Pada tahapan prasiklus ini diperoleh rata-rata
menggunakan model experiential learning nilai dari peserta didik yaitu 59,83.
tetapi dibantu dengan penggunaan LKPD yang Pada siklus I guru menggunakan model
mencakup tahapan-tahapan dalam penulisan experiential learning dalam pembelajaran
puisi mulai dari penentuan tema, melakukan yaitu mengajak peserta didik untuk merasakan
pendataan diksi, majas, dan hal lain yang pengalaman baru melalui pengamatan secara
dipelukan dalam penulisan puisi. Hal ini langsung. Dari hasil pengalaman baru tersebut
menjadikan peserta didik akan lebih mudah peserta didik akan meciptakan sebuah
dan terbantu dalam kegiatan menulis puisi. pembelajaran dan teori baru yang akan
Pada siklus II ini pendidik mengajak dituangkan menjadi gagasan atau ide untuk
peserta didik untuk membayangkan dan menulis sebuah puisi. Pada siklus I
menggali pengalaman belajar yang pernah keterampilan menulis peserta didik meningkat
didapat dengan memberikan motivasi, dan pesat dengan rata-rata nilai 73,31. Pada siklus I
dorongan melalui kegiatan luar kelas sehingga ini beberapa peserta didik telah mencapai
memudahkan peserta didik dalam ketuntasan individual tetapi belum mencapai
membangkitkan ide kreatif mereka yang akan ketuntasan klasikal sehingga pendidik
dituangkan dalam sebuah tulisan. Pada memberikan perlakuan lagi dengan
tahapan ini peserta didik lebih antusias dan memberikan bantuan LKPD yang digunakan
aktif dalam kegiatan pembelajaran karena sebagai alat bantu peserta didik dalam mendata
peserta didik merasa bahwa dari pengalaman majas, kata konkret, imaji dan rima yang
digunakan dalam puisi yang akan ditulis. Pada
Seminar Nasional PPG UPGRIS 2023 1241

“Optimalisasi Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Melalui PTK”

siklus II diperoleh nilai rata-rata keterampilan Parole, 1. Jayanti. (2013). Peningkatan


menulis puisi peserta didik sebesar 88,61. Hal Kemampuan Menulis Puisi,Dengan
ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan Teknik Pengamatan Objek,Secara
pada setiap siklus yang diterapkan dalam Langsung Bidang Studi Bahasa
kegiatan pembelajaran. Indonesia Pada Siswa Kelas V Mi
Ketuntasan belajar pada peserta didik Azzahidin Kecamatan Tenayan Raya
dimulai dari pra siklus dampai siklus II Kota Pekanbaru Tahun Pelajaran
menunjukkan adanya peningkatan terlihat dari 2012/2013 (Uin Suska Riau). Uin
hasil pra siklus menunjukkan angka ketuntasan Suska.
pada 8,33% dari 36 peserta didik. Kemudian, Lestari, N. S. (2014). Pengaruh Model
hasil tersebut meningkat sebesar 47,22% dari Experiential Learning Terhadap
36 peserta didik. Peningkatan tersebut belum Keterampilan Berpikir Kritis Dan
mencapai ketuntasan klasikal sehingga guru Motivasi Berprestasi Siswa. Undiksha.
menerapkan perlakuan baru pada siklus II Paramita Putu. (2014). Pengaruh Model
dengan hasil ketuntasan yaitu sebesar 91,67%. Experiential Learning Terhadap
Berdasarkan pencapaian ketuntasan klasikal Keterampilan Berpikir Kritis Ipa Kelas V
pada siklus II di mana hasil keterampilan Kecamatan Sukadana. E-Journal
menulis peserta didik sudah mencapai Mimbar, 2.
ketuntasan klasikal yang ditetapkan sehingga
pembelajaran menggunakan model
experiential learning sudah berhasil untuk
meningkatkan keterampilan menulis puisi
peserta didik kelas X-6 SMA Negeri 5
Semarang.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. (2014). Penelitian Tindakan Kelas.
Bumi Aksara.
Dalman. (2014). Keterampilan Menulis. PT
Rajagrafindo Persada.
Elisabeth Rindengan, M. (2017). BAHTERA:
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra.
16.
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/
bahtera/
Silberman. (2014). Andbook Experiential
Learning Strategi Pembelajaran Dari
Dunia Nyata. Nusa Media.
Suminto Sayuti. (2005). Berkenalan dengan
Puisi. Gama Media.
Tarigan Henry Guntur. (2008). Menulis
sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Angkasa.
Gustina, & Pebriana. (2019). Peningkatan
Keterampilan Menulis Puisi Dengan
Menggunakan Model Experiential
Learning Pada Siswa Kelas Iii
Sekolah Dasar. Konseling Indonesia,
1, 12–25.
Hariri, & Yayuk. (2018). Penerapan Model
Experiential Learning Untuk
Meningkatkan Pemahaman Materi
Cahaya Dan Sifat-Sifatnya Siswa
Kelas 5 Sd. Scholaria, 8, 1–15.
Imas city, Neng Shalihah, & Restu Bias
Primandika. (2018). Analisis Puisi
Sapardi Djoko Damono “Cermin
1” Dengan Pendekatan Semiotika.
ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 2182-2188
ISSN: 2614-3097(online) Volume 7 Nomor 1 Tahun 2023

Pengaruh Media Film Pendek terhadap Kemampuan Menulis


Cerpen Siswa Kelas XI SMK
Andif Yusliyanto1 , Agus Wismanto2 , Dyah Susy Riyanawati3
1,2 Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas PGRI Semarang
3 SMK Negeri 4 Semarang

e-mail: andifyusliyanto@gmail.com

Abstrak

Penenlitian ini bertujuan untuk memperolah data, informasi dan hasil belajar peserta didik
untuk mendeskripsikan pengaruh media film pendek terhadap kemampuan menulis cerita
pendek pada peserta didik kelas XI TE 3 SMK Negeri 4 Semarang. Jenis penelitian ini yaitu
eksperimen dengan model pra-experimental dengan menggunakan desain penelitian One
Group Pretest-Posttest Design. Populasi penelitian yaitu seluruh peserta didik kelas XI TE 3
SMK Negeri 4 Semarang dengan menggunakan teknik pengumpulan data tes. Teknik analisis
data menggunakan SPSS 16 untuk mencari mean, uji normalitas dan uji paired sample test.
Diperoleh hasil nilai mean pretest yaitu 64,92 dengan kategori cukup baik dan mean nilai
posttest yaitu 76,14 dengan kategori baik. Dari hasil paired sample test diperoleh hasil nilai
signifikansi 2 tailed < 0,05 yaitu (0,000 < 0,05) dan thitung > ttabel yaitu (14,641 > 2,030) hal
tersebut menunjukkan bahwa H0 di tolak dan Ha diterima, sehingga media film pendek
berpengaruh terhadap kemampuan menulis peserta didik kelas XI TE 3 SMK Negeri 4
Semarang.

Kata kunci: Media, Film Pendek, Menulis Cerpen.

Abstract

This study aims to obtain data, information and student learning outcomes to describe the
effect of short film media on the ability to write short stories in class XI TE 3 students at SMK
Negeri 4 Semarang. This type of research is an experiment with a pre-experimental model
using the One Group Pretest-Posttest Design research design. The research population is all
students of class XI TE 3 SMK Negeri 4 Semarang using test data collection techniques. Data
analysis techniques used SPSS 16 to find the mean, normality test and paired sample test.
The results of the pretest mean value were 64.92 with a fairly good category and the posttest
mean value was 76.14 with a good category. From the results of the paired sample test, the
results obtained were a significance value of 2 tailed ttable, namely (14.641 > 2.030). This
indicated that H0 was rejected and Ha was accepted, so that short film media had an effect on
writing ability of class XI TE 3 students of SMK Negeri 4 Semarang.

Keywords : Media, Short Films, Writing Short Stories.

PENDAHULUAN
Perkembangan pendidikan di Indonesia diperangaruhi oleh berbagai hal salah satunya
yaitu perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi yang semakin pesat dimanfaatkan
oleh pendidik untuk menunjang kegiatan pembelajaran salah satunya sebagai media
pembelajaran. Media pembelajaran merupakan suatu hal digunakan sebagai alat untuk
menyampaikan dan menyalurkan pesan sehingga penerima pesan tersebut mampu menerima
dan melakukan kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien dan akan tercipta lingkungan
belajar yang kondusif. (Yudhi, 2013, pp. 7-8). Berdasarkan pengertian tersebut media
pembelajaran dapat dimanfaatkan guru sebagai bahan penunjang dan pembantu untuk

Jurnal Pendidikan Tambusai 2182


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 2182-2188
ISSN: 2614-3097(online) Volume 7 Nomor 1 Tahun 2023

menyampaikan pesan dan materi kepada peserta didik degan lebih mudah. Salah satu media
yang digunakan dalam proses penyampaian kegiatan pembelajaran yaitu media film.
Film merupakan salah satu media berbasis teknologi yang efektif ketika digunakan
guru dalam kegiatan pembelajaran. Menurut (Arsyad, 2016, p. 50) film merupakan ilustrasi
yang terdapat dalam frame di mana pada setiap frame tersebut ditampilkan melalui lensa
proyektor sehingga terlihat gambar dalam ilustrasi tersebut hidup. Film bergantian dan
bergerak dengan cepat sehingga memberikan efek visual yang berkelanjutan. Hal tersebut
sejalan dengan pendapat Cahyono dalam (Fauziah & dkk, 2017, p. 509) film pendek
merupakan film yang bisa memiliki durasi 60 detik saja di dalamnya akan memuat ide dan
pemanfaatan media komunikasi yang menarik sehingga dapat tersampaikan secara efektif.
Dalam penciptaan film pendek akan lebih menarik dengan cara pandang setiap individu yang
berbeda sehingga menimbulkan variasi dalam bentuk film yang sudah ada. Media film dapat
digunakan guru sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran. Pemilihan media film dalam
pembelajaran yaitu sebagai alat penarik perhatian peserta didik. Media film yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu film pendek yang berjudul Proklamasi. Film ini digunakan pendidik
sebagai media dalam menunjang kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia.
Dalam pembajaran bahasa Indonesia erat kaitannya dengan keterampilan berbahasa.
Keterampilan berbahasa terdiri atas keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan
menulis. Salah satu keterampilan berbahasa yang menjadi sorotan dalam pembelajaran yaitu
keterampilan menulis. Menurut (Tarigan, 2013, p. 3) keterampilan menulis merupakan
keterampilan berbahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi secara tidak langsung
melalui tulisan dan tidak bertatap muka dengan orang lain. Dari pengertian tersebut diketahui
bahwa kegiatan menilis digunakan sebagai kegiatan kreatif dan produktif, yang artinya bahwa
pada kegiatan menulis seseorang harus lebih kreatif dalam menyampaikan gagasan sehingga
akan menarik pembaca. Sedangkan menurut (Dalman, 2016) keterampilan menulis
merupakan proses perubahan angan-angan dan bentuk pikiran ke dalam tulisan atau lambang
yang bermakna. Dalman menjelaskan bahwa menulis merupakan kegiatan dalam
menuangkan proses pemikiran dan angan-angan menjadi ide kreatif yang dapat
menyampaikan gagasan secara jelas sehingga dapat diterima orang lain. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat (Hatmo, 2021, p. 4) keterampilan menulis merupakan kegiatan manusia
secara sadar dan terarah untuk menuangkan gagasan, pikiran dan pengalaman secara
sistematis menggunakan kalimat logis sehingga dapat dipahami oleh orang lain sesuai dengan
maksut yang ingin disampaikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis
merupakan cara seseorang dalam mengimplementasikan hasil angan-angan ke dalam bentuk
tulisan secara sadar sehingga membentuk kalimat secara logis dan dapat dipahami orang lain
yang digunakan sebagai alat komunikasi secara tidak langsung.
Kegiatan menulis memiliki tujuan sebagai bahan pengekspresian diri, memberikan
informasi kepada pembaca, mempengaruhi pembaca, dan menghasilkan sebuah karya tulis
(Lestari dalam (Hatmo, 2021, p. 6). Dengan demikian, kegiatan menulis dapat dimanfaatkan
dalam kegiatan pembelajaran salah satunya yaitu teks cerpen. Kegiatan menulis teks cerpen
digunakan sebagai upaya dalam membangkitkan kreativitas peserta didik dalam hal menulis
dan mengenal karya sastra.
Dalam pembelajaran elemen menulis, sering kali ditemukan peserta didik yang
mengalami kesulitan dalam menulis. Hal ini disebabkan dari berbagai hal salah satunya yaitu
kesulitan dalam menuangkan ide, gagasan, dan pikiran menjadi sebuah tulisan. Salah satu
kesulitan yang dialami peserta didik dalam kegiatan menulis yaitu pada saat menulis teks
cerpen. Hal tersebut dapat terjadi karena peserta didik merasa belum mampu mengungkapkan
imajinasi dan ide yang sedang dipikirkannya menjadi sebuah cerita rekaan, Sebagian besar
peserta didik merasa kehabisan ide ketika diminta pendidik untuk mengembangkan gagasan
menjadi sebuah cerita rekaan.
Berdasarkan hasil pengamatan sementara di kelas XI TE 3 SMK Negeri 4 Semarang,
ditemukan masalah dalam menulis cerita pendek. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil asesmen
yang yang menunjukkan nilai relatif lebih rendah di bawah KKTP yang telah disepakati yaitu
75. Hal tersebut dipengaruhi oleh rendahnya minat belajar peserta didik, kurangnya media

Jurnal Pendidikan Tambusai 2183


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 2182-2188
ISSN: 2614-3097(online) Volume 7 Nomor 1 Tahun 2023

yang menarik yang digunakan dalam pembelajaran, dan kurangnya kemampuan peserta didik
dalam mengembangkan ide, dan gagasan menjadi sebuah tulisan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis mencoba melakukan eksperimen
pembelajaran dengan menggunakan teknologi film pendek sebagai media pembelajaran.
Media film pendek digunakan sebagai alternatif dalam kegiatan pembelajaran di SMK Negeri
4 Semarang untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek. Media film pendek ini
dimaksudkan dapat menggali ide dan membangun imajinasi peserta didik sehingga mampu
mengembangkan ide dan gagasan ke dalam tulisan menjadi sebuah teks cerita pendek. Media
film pendek akan diterapkan di kelas XI TE 3 SMK Negeri 4 Semarang. Pemilihan media film
pendek sebagai media pembelajaran karena memiliki durasi yang relatif lebih singkat sehingga
diharapkan dapat menjadi media pembelajaran yang efektif dan efisien. Pada artikel ini akan
membahas tentang pengaruh media film pendek terhadap kemampuan menulis cerita pendek
peserta didik kelas XI TE 3 SMK Negeri 4 Semarang. Hal tersebut sesuai dengan ATP yang
disusun guru SMK negeri 4 Semarang bahwa teks cerpen diberikan pada kelas XI. Tujuan
kegiatan menulis yaitu peserta didik mampu menulis gagasan,pikiran, pandangan,
pengetahuan metakognisi untuk berbagai tujuan secara logis, kritis, dan kreatif dan Peserta
didik mampu menulis berbagai jenis karya sastra salah satunya teks cerita pendek. Sehingga
tujuan penulisan artikel tersebut yaitu mengetahui pengaruh media film pendek terhadap
kemampuan menulis teks cerita pendek.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif


kuantitatif. Menurut (Arikunto, 2006, p. 12) metode deskriptif kuantitatif merupakan suatu
metode yang digunakan untuk menggambarkan dan mendeskripsikan suatu keadaan secara
objektif dengan menggunakan angka, mulai dari pengumpulan, penafsiran, pengolahan data
dan hasil. Penelitian ini dilakukan secara terstruktur dimulai dengan pengajuan hipotesis untuk
mencari pengaruh media film pendek (X) terhadap kemampuan menulis cerita pendek (Y).
Penelitian ini termasuk jenis penelitian pre-experimental dengan menggunakan desain One
Group Pretest Posttest Design yaitu dengan menggunakan satu kelompok subjek yang
diberikan tes awal dan tes akhir. Hal tersebut digunakan untuk mengetahui kemampuan
peserta didik sebelum dan setelah penggunaan media pembelajaran. Populasi dalam
penelitian ini yaitu peserta didik kelas XI TE 3 SMK Negeri 4 Semarang berjumlah 36 peserta
didik. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Teknik pengumpulan data
pada penelitian ini menggunakan teknik tes. Tes yang dimaksud yaitu menggunakan pretest
dan posttest. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS 16 berupa
mean, uji normalitas, dan uji t.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Klasifikasi Nilai Peserta Didik Sebelum dan Sesudah Penggunaan Media.

Tabel 1. Nilai Menulis Cerpen Peserta Didik Sebelum Menggunakan Media.

Nilai Jumlah Persentase Kriteria


Siswa
86 – 100 3 8% Sangat
Menguasai

76 – 85 6 17% Menguasai
51 – 75 18 50% Cukup
Menguasai

Jurnal Pendidikan Tambusai 2184


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 2182-2188
ISSN: 2614-3097(online) Volume 7 Nomor 1 Tahun 2023

1 – 50 9 25% Kurang
Menguasai

Berdasarkan hasil tabel 1 diketahui bahwa nilai pada kemampuan menulis peserta didik
berdasarkan struktur dan kaidah kebahasaan cerita pendek beragam. Nilai 86 – 100 diperoleh
3 peserta didik dengan persentase sebesar 8 % kriteria sangat menguasai. Nilai 76 – 85
diperoleh 7 peserta didik dengan persentase 20% kriteria menguasai. Nilai 51 – 75 diperoleh
18 peserta didik dengan persentasi 50% kriteria cukup menguasai, dan nilai 1 – 50 diperoleh
9 peserta didik dengan persentase 25% kriteria kurang menguasai.

Tabel 2. Nilai Menulis Cerpen Peserta Didik Setelah Menggunakan Media.

Nilai Jumlah Persentase Kriteria


Siswa
86 – 7 20% Sangat
100 Menguasai
76 – 19 52% Menguasai
85
51 – 7 20% Cukup
75 Menguasai
1 – 51 3 8% Kurang
Menguasai

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa klasifikasi nilai pada kemampuan menulis peserta
didik berdasarkan struktur dan kaidah kebahasaan cerita pendek beragam. Rentang nilai 86 –
100 diperoleh 7 peserta didik dengan persentase sebesar 20 % kriteria sangat menguasai.
Nilai 76 – 85 diperoleh 19 peserta didik dengan persentase 52% kriteria menguasai. Nilai 51
– 75 diperoleh 7 peserta didik dengan persentase 20% kriteria cukup menguasai, dan nilai 1
– 50 diperoleh 3 peserta didik dengan persentase 8% kriteia kurang menguasai.

Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Pre-test dan Post-test Peserta Didik Kelas XI TE 3
SMK Negeri 4 Semarang.

Tabel 3. Nilai Rata-rata (mean) dan Standar Deviasi Pre-test dan Post-test Peserta
Didik Kelas XI TE 3 SMK Negeri 4 Semarang.

Mean Standar
Deviasi
Pretest 64,92 12,55
Posttest 76,14 9,83

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa nilai mean pre-test menunjukkan angka 64,92
dengan standar deviasi 12,55. Nilai tersebut menunjukkan bahwa hasil dari menulis cerita
pendek peserta didik sebelum penggunaan media pembelajaran berada di bawah KKTP yang
ditetapkan sekolah yaitu 75. Sedangkan, nilai post test peserta didik menunjukkan nilai mean
76,14 dengan standar deviasi 9,83.

Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk memeriksa variabel pengganggu atau residual dalam
model regresi bersifat normal atau tidak normal (Siregar, 2015, p. 49). Penelitian ini
menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan diolah menggunakan aplikasi SPSS
versi 16. Berikut merupakan pengambilan keputusan uji normalitas:
a. Jika nilai asymp sig > 0,05, maka data dinyatakan berdistribusi normal.

Jurnal Pendidikan Tambusai 2185


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 2182-2188
ISSN: 2614-3097(online) Volume 7 Nomor 1 Tahun 2023

b. Jika nilai asymp sig < 0,05, maka data dinyatakan berdistribusi tidak normal.

Tabel 4. Uji Normalitas SPSS 16 Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil perhitungan tabel diketahui nilai asymp signifikansi sebesar 0,742.
Nilai tersebut lebih besar dari 5 % atau 0,05 (0,742 > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa
nilai residual kedua variabel dinyatakan berdistribusi normal.

Uji Paired Sample T Test


Uji paired sample t test digunakan sebagai pembanding selisih rata-rata dari dua variabel
sampel yang berpasangan dengan anggapan bahwa data berdistribusi normal. Variabel data
diambil dari kondisi dan situasi yang berbeda sebelum dan sesudah penggunaan film pendek.
Berikut merupakan pengambilan kesimpulan hasil uji T:
a. Jika nilai t hitung > t tabel, atau nilai Sig (2 tailed) < 5% atau 0,05 maka H0 ditolak dan H1
diterima, sehingga disimpulkan bahwa media film pendek mempengaruhi kemampuan
menulis peserta didik kelas XI TE 3 SMKN 4 Semarang.
b. Jika nilai thitung < t tabel dan atau nilai Sig (2tailed) > 5% atau 0,05 maka H0 diterima dan H1
ditolak sehingga media film pendek tidak mempengaruhi kemampuan menulis peserta
didik kelas XI TE 3 SMKN 4 Semarang.

Tabel 5 Uji Paired Sample Test.

Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai signifikansi (2 tailed)
menunjukkan angka (0,000<0,05) dan nilai thitung menunjukkan angka 14,641 > 2,030 ttabel maka
H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh yang
bermakna pada perlakuan pemanfaatan media film pendek terhadap kemampuan menulis
teks cerpen peserta didik kelas XI TE 3 SMKN 4 Semarang.
Berdasarkan hasil analisis pengujian yang dilakukan dapat diketahui bahwa peserta

Jurnal Pendidikan Tambusai 2186


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 2182-2188
ISSN: 2614-3097(online) Volume 7 Nomor 1 Tahun 2023

didik kelas XI TE 3 SMKN 4 Semarang sebelum menggunakan media pembelajaran film


pendek memiliki kemampuan menulis pada kategori cukup menguasai berdasarkan rentang
presentase tingkat penguasaan materi berada pada kategori ketiga yaitu cukup menguasai.
Data tersebut dilihat berdasarkan hasil pre-test yang dilakukan peserta didik. Dari data pretest
tersebut diketahui bahwa peserta didik memiliki nilai rata-rata sebesar 64, 92 masih di bawah
KKTP yang telah ditetapkan sekolah yaitu 75 untuk pembelajaran bahasa Indonesia. Dengan
nilai rata-rata di bawah KKTP menunjukkan bahwa peserta didik masih kesulitan dalam
menulis teks cerita pendek.
Pada penulisan teks cerita pendek yang menjadi aspek penilaian yaitu aspek struktur
dan kaidah kebahasaan cerpen. Diketahui bahwa kemampuan peserta didik pada aspek
struktur teks cerpen berada pada interval presentasi kategori ketiga yaitu cukup baik.
Sedangkan pada aspek kebahasaan teks cerita pendek peserta didik berada pada interval
presentasi nilai kategori empat yang berarti kurang baik, hal ini dilihat berdasarkan pedoman
hasil pretest peserta didik. Pada tahap pretest peserta didik cukup baik dalam menuliskan
struktur teks cerpen dalam hal ini peserta didik mampu menulis tahapan awal dengan baik
seperti mengenalkan tokoh, menjelaskan latar tempat, suasana, waktu, dan mampu
menguraikan rangkaian peristiwa secara runtut, lengkap serta mampu menyajikannya dalam
sebuah alur cerita yang menarik. Tetapi, pada aspek pemilihan dan penggunaan bahasa
peserta didik memiliki kemampuan yang relatif kurang. Hal tersebut terlihat dari peserta didik
yang merasa kesulitan ketika hendak mengungkapkan kata sifat yang akan digunakan sebagai
penggambaran karakter tokoh dan gambaran suasana, kesulitan lainnya yaitu pada pemilihan
diksi dan penggunaan majas dalam kalimat kurang tepat, serta peserta didik kesulitan dalam
menyusun dialog dalam bentuk narasi sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Berdasarkan permasalahan pada penelitian pertama, pendidik memberikan perlakuan
yang berbeda dengan penggunaan media film pendek yang berjudul Proklamasi yang
diharapkan mampu menunjang kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik, efektif dan
efisien. Diketahui bahwa, hasil penelitian kedua atau setelah postest, kemampuan menulis
peserta didik berada pada interval persentasi baik dengan nilai mean 76, 14. Berdasarkan nilai
mean tersebut tersebut diketahui bahwa hampir seluruh peserta didik mengalami kenaikan
nilai dan memiliki nilai di atas KKTP yang telah ditetapkan sekolah yaitu 75.
Dari data tersebut diketahui bahwa peserta didik setelah diberikan media film pendek
mengalami peningkatan secara signifikan terutama pada aspek kaidah kebahasaan teks cerita
pendek. Pada tahap pretest peserta didik masih kesulitan dalam mengungkapkan kata sifat ke
dalam karakter tokoh, dan suasana, penempatan majas yang kurang tepat dan penyajian
narasi yang kurang jelas sehingga menyebabkan cerita kurang menarik. Hal tersebut berbeda
setelah peserta didik diberikan media film pendek dalam kegiatan menulis cerpen sehingga
peserta didik merasa lebih mudah ketika mengembangkan ide dan gagasan ke dalam cerita
pendek. Bukti lainnya juga terlihat dari hasil posttest peserta didik yang meningkat secara
signifikan.
Melalui pengujian t diketahui bahwa nilai signifikansi dan t hitung menunjukkan bahwa
media pembelajaran film pendek berpengaruh pada kemampuan menulis cerpen peserta
didik. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis peserta didik
dipengaruhi oleh penggunaan media pembelajaran berupa film pendek. Dengan
menayangkan dilm pendek pada saat pembelajaran peserta didik lebih mudah dalam
menemukan ide dan mengambangkannya dalam bentuk tulisan yang runtut.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis menggunakan SPSS 16 untuk melakukan uji paired sample
test dari pengolahan hasil data pretest dan posttest diperoleh nilai signifikansi 2tailed
(0,000<0,05) dan ttabel > thitung (14,641 > 2,030) maka hipotesis H0 ditolak dan H1 di terima, yang
berarti bahwa variabel penggunaan media film pendek mempengaruhi kemampuan menulis
peserta diidk. Hal tersebut terlihat dari hasil nilai postest yang menunjukkan perubahan
signifikan setelah pennggunaan media film pendek pada pembelajaran menulis cerita peserta
didik kelas XI TE 3 SMKN 4 Semarang. Dengan diketahui angka tersebut dapat disimpulkan

Jurnal Pendidikan Tambusai 2187


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 2182-2188
ISSN: 2614-3097(online) Volume 7 Nomor 1 Tahun 2023

bahwa kemampuan menulis cerita pendek peserta didik kelas XI TE 3 meningkat ketika diberi
perlakuan dengan menayangkan media film pendek pada pembelajaran menulis teks cerpen.
Hal tersebut dibuktikan dengan hasil peserta didik yang sudah mampu mengembangkan dan
mengkreasi gagasan dan ide pokok menjadi cerita menarik setelah menonton film pendek.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, A. (2016). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.
Dalman. (2016). Ketrampilan Menulis. Jakarta: Rajawali Press.
Fauziah, N., & dkk. (2017). Pengaruh Penerapan Media Film Pendek Terhadap Kemampuan
Menulis Naskah Drama Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Klrong. Surya Bahtera
Volume 5, 509.
Hatmo, K. T. (2021). Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia. Klaten: Penerbit Lakeisha.
Nurgiyantoro, B. (2010). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Siregar, S. (2015). Statistika Parametik Untuk Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan
Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta: Bumi Aksara.
Tarigan, H. G. (2013). Keterampilan Menulis. Bandung: CV Angkasa.
Yudhi, M. (2013). Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta Selatan: Referensi
GP press Group.

Jurnal Pendidikan Tambusai 2188

Anda mungkin juga menyukai