Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Bindo Sastra 1 (2) (2017): 103–111 103

KEEFEKTIFAN MODEL ROUND TABLE DALAM KETERAMPILAN


MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMA
MUHAMMADIYAH 2 TANJUNG ENIM

Surismiati
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Palembang
Surismiati18@gmail.com

Abstrak
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam menulis sebuah karangan deskripsi adalah
model pembelajaran round table. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan mengetahui keefektifan
model pembelajaran round table dalam keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas X SMA
Muhammadiyah 2 Tanjung Enim. Metode penelitian komparatif antara kelompok perlakuan (memakai
model pembelajaran round table) dengan kelompok kontrol, dengan teknik pengumpulan data memakai:
(1) tes, (2) angket, (3) wawancara. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nilai rata-rata siswa kelas
eksperimen sebesar 81,70 dan kelas kontrol 75,93. Disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar antara
kelas yang menggunakan model pembelajaran round table dengan kelas yang tidak menggunakan model
tersebut dalam pembelajaran karangan deskripsi siswa kelas X SMA Muhammadiyah 2 Tanjung Enim.
Disaran agar penelitian ini dapat menjadi tolak ukur untuk keberhasilan siswanya dan menjadi strategi
alternatif dalam pembelajaran karangan deskripsi.
.

Kata kunci: karangan deskripsi, metode pembelajaran round table, keefektifan

Abstract
One of the learning models that can be used in writing a description essay is a round table learning model.
This study aims to describe and know the effectivenes of round table learning model in the skill of writing
essay description of students of class X SMA Muhammadiyah 2 Tanjung Enim. Comparative research
method between treatment group (using round table model) with control group, with data collection
technique used: (1) test, (2) questionnaire, (3) interview. Based on the results of the study note that the
average grade of the experimental class is 81.70 and the control class is 75.93. It was concluded that there
was a difference of learning outcomes between classes using a round table learning model with a class that
did not use the model in learning essay writing description of class X students of SMA 2 Muhammadiyah 2
Tanjung Enim. Suggestions for this research can be a benchmark for the success of their students and
become an alternative strategy in learning essay description.

Keywords: essay description, round table learning method, effectivenes

©Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Palembang


p–ISSN : 2549-5305
e–ISSN: 2579-7379

Pendahuluan Menurut Hasanah (2011), salah satu


Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa usaha untuk meningkatkan keterampilan
adalah belajar berkomunikasi, mengingat berbahasa Indonesia yang baik dan benar
bahasa merupakan sarana komunikasi dalam adalah melalui program pendidikan di
masyarakat. Untuk dapat berkomunikasi sekolah. Pembinaan keterampilan berbahasa
dengan baik, seseorang perlu belajar cara Indonesia di sekolah dilaksanakan melalui
berbahasa yang baik dan benar. Pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia.
tersebut akan lebih baik manakala dipelajari Peningkatan keterampilan berbahasa
sejak dini dan berkesinambungan. Indonesia berkaitan dalam berbagai
104 Surismiati, Keefektifan Model Round Table

keperluan sesuai dengan situasi dan kondisi lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli
baik secara lisan maupun tulisan. Untuk itu, bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal ini
upaya-upaya pembelajaran keterampilan disebabkan kemampuan menulis
berbahasa Indonesia harus terus ditingkatkan menghendaki penguasaan berbagai unsur
sehingga hasil yang akan dicapai sesuai kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu
dengan yang diharapkan. sendiri yang akan menjadi isi karangan. Baik
Mata pelajaran Bahasa Indonesia unsur bahasa maupun unsur isi haruslah
adalah program untuk mengembangkan terjalin sedemikan rupa sehingga
keterampilan berbahasa dan bersikap positif menghasilkan tulisan yang runtut dan padu.
terhadap bahasa Indonesia. Keterampilan Oleh sebab itu, dibutuhkan latihan yang
berbahasa Indonesia bagi siswa merupakan intensif untuk menguasai keterampilan
dasar untuk mengembangkan dirinya dalam menulis.
menghadapi berbagai masalah sekarang Menulis deskripsi merupakan bagian
maupun pada masa yang akan datang. Siswa dari keterampilan menulis yang juga harus
yang terampil berbahasa Indonesia akan mendapatkan perhatian. Dalam KTSP yang
mudah melahirkan pikiran, gagasan, dan tertuang di silabus, standar kompetensi
perasaan, baik secara lisan maupun tulis menulis yang harus dikuasai siswa kelas X
kepada orang lain Suriamiharja (1996:1). SMA semester genap adalah mengungkapkan
Pembelajaran Bahasa Indonesia di informasi dalam berbagai bentuk paragraf
Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam (naratif, deskriptif, dan ekspositif).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pembelajaran menulis yang diajarkan
(KTSP) dibagi menjadi empat komponen guru kurang menarik perhatian bagi siswa.
keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan Hal ini dikarenakan guru kesulitan
menyimak, keterampilan berbicara, menemukan model pembelajaran yang sesuai
keterampilan membaca, dan keterampilan dan efektif dalam menyampaikan materi
menulis. Keempat keterampilan berbahasa menulis. Dalam proses belajar mengajar
tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh biasanya guru hanya menerangkan garis
dan aspek yang terintegrasi dalam besarnya saja, tanpa ditunjang atau didukung
pembelajaran. Berdasarkan aktivitas dengan adanya sebuah model pembelajaran
penggunaannya, keterampilan membaca dan (Hasanah, 2011).
menyimak tergolong keterampilan yang Adanya permasalahan tersebut,
bersifat reseptif, sedangkan keterampilan diperlukan suatu inovasi baru dalam
berbicara dan menulis termasuk keterampilan pembelajaran di kelas. Guru bahasa
berbahasa yang bersifat produktif. Indonesia harus mampu menciptakan suasana
Pembelajaran menulis di sekolah belajar yang dapat meningkatkan
memiliki peranan yang sangat penting keterampilan menulis pada siswa. Guru dapat
sebagai dasar keterampilan menulis siswa. mengupayakannya dengan menggunakan
Keterampilan menulis merupakan teknik pembelajaran yang menarik dan
keterampilan yang harus mendapatkan beragam. Penggunaan teknik yang menarik
perhatian karena menuntut kecerdasan dan dan beragam, sangat penting bagi siswa untuk
kreativitas. Tanpa kreativitas mustahil bagi membantu dalam penuangan ide atau
seseorang untuk bisa menghasilkan karya gagasan.
yang baik sebab menulis merupakan proses Berbagai model pembelajaran telah
kreatif yang harus diasah secara terus- diketahui dapat meningkatkan movitasi dan
menerus. Nurgiyantoro (2001:296) yang prestasi belajar siswa. Model-model
menyatakan bahwa aktivitas menulis pembelajaran tersebut dikenal dengan model
merupakan suatu bentuk manifestasi pembelajaran cooperative learning. Salah
kemampuan (dan keterampilan) berbahasa satunya adalah model round table. Round
yang paling akhir dikuasai oleh pelajar table merupakan teknik menulis dalam model
setelah kemampuan mendengarkan, pembelajaran kooperatif yang dikembangkan
berbicara, dan membaca. oleh Spencer Kagan. Lie (2010:28)
Tarigan (2008:4) menyebutkan mengatakan bahwa model pembelajaran
dibandingkan dengan tiga kemampuan kooperatif belum banyak diterapkan dalam
berbahasa yang lain, kemampuan menulis pendidikan walaupun orang Indonesia sangat
Jurnal Bindo Sastra 1 (2) (2017): 103–111 105

membanggakan sifat gotong-royong dalam pembanding). Kedua kelas ini dianggap sama
kehidupan bermasyarakat. Model keadaan dan kondisinya. Kelas eksperimen,
pembelajaran kooperatif adalah model menyelidiki ada atau tidak adanya akibat dari
pembelajaran yang mengedepankan kemampuan siswa menulis karangan
kerjasama kelompok dalam menyelesaikan deskripsi dengan menggunakan model Round
sebuah masalah. Banyak pengajar belum Table. Penelitian ini diarahkan untuk
menerapkan sistem kerjasama di dalam kelas mengetahui gambaran yang sebenarnya
karena beberapa alasan, salah satunya mengenai keadaan kedua kelompok.
kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan Desain eksperimen ini menggunakan
di kelas dan siswa tidak belajar jika mereka true experimental design, karena desain ini
ditempatkan dalam kelompok. Padahal peneliti dapat mengontrol semua variabel
model pembelajaran kooperatif tidak sama luar yang mempengaruhi jalannya
dengan sekedar belajar dalam kelompok, eksperimen (Sugiyono, 2013:112).
tetapi ada unsur-unsur dasar pembelajaran Menurut Subrata (2013) langkah-
kooperatif yang membedakannya dengan langkah pelaksanaan model Round Table
pembagian kelompok yang dilakukan asal- pada kelas eksperimen adalah sebagai
asalan. Pelaksanaan prosedur model berikut:
pembelajaran kooperatif dengan benar akan 1. Siswa dibentuk dalam beberapa
memungkinkan pendidik mengelola kelas kelompok, masing-masing kelompok
dengan efektif. terdiri dari 5—6 siswa secara heterogen.
Menurut Subrata (2013) dan Suprijono 2. Masing-masing siswa duduk sesuai
(2010), model pembelajaran kooperatif tipe dengan kelompoknya dengan posisi
round table dalam pelaksanaannya membagi membentuk lingkaran kecil mengelilingi
siswa dalam tiap kelompok yang heterogen. meja.
Siswa berdiskusi dalam satu kelompok untuk 3. Siswa berdiskusi dalam kelompoknya
memecahkan permasalahan. Tiap kelompok mengenai objek atau gambar yang
terdiri dari 5—6 orang, siswa yang diamati.
mempunyai kemampuan lebih dalam menulis 4. Masing-masing anggota kelompok
deskripsi dikelompokkan dengan siswa yang menyumbangkan idenya terkait dengan
kemampuannya kurang. Dengan menerapkan objek secara bergiliran di kertas yang
model pembelajaran kooperatif tipe round telah dibagikan.
table tersebut, diharapkan akan tercipta peer 5. Siswa pertama menyumbangkan idenya,
tutor (tutor teman sebaya). dilanjutkan siswa kedua dan seterusnya
Berdasarkan latar belakang di atas hingga siswa terakhir. Penyusunan ide-
penulis menyadari aspek menulis yang ide tersebut dilakukan secara kolaborasi.
ditunjang dengan menggunaan model 6. Ide-ide yang telah terkumpul digunakan
pembelajaran yang sesuai itu sangat penting sebagai bahan setiap anggota kelompok
demi keberhasilan pembelajaran itu sendiri. untuk menyusun karangan deskripsi
Akan tetapi, dalam pelaksanaannya secara individu.
pembelajaran menulis deskripsi mempunyai Langkah-langkah pelaksanaan metode
masalah yang sering dijumpai oleh guru jika konvensional pada kelas kontrol adalah
tidak diterapkan dengan model pembelajaran sebagai berikut:
yang mendukung. Hal inilah yang 1. Guru melakukan apresiasi dengan
mendorong penulis mengadakan penelitian bertanya kepada siswa apakah mereka
tentang “Keefektifan Model Round Table sudah pernah mempelajari materi
dalam Keterampilan Menulis Karangan karangan deskripsi.
Deskripsi Siswa Kelas X SMA 2. Guru menjelaskan materi karangan
Muhammadiyah 2 Tanjung Enim Kabupaten deskripsi serta cara membuat karangan
Muara Enim”. deskripsi kepada siswa.
3. Guru memberikan contoh karangan
Metode Penelitian deskripsi.
Dalam penelitian ini adanya 4. Guru menugaskan siswa untuk membuat
pembagian kelas, yang dijadikan kelas karangan deskripsi dengan tema yang
eksperimen dan kelas kontrol (kelompok ditentukan.
106 Surismiati, Keefektifan Model Round Table

A. Populasi dan Sampel Cara pengambilan yaitu dengan


1. Populasi menggunakan undian, pada kertas kecil-kecil
“Populasi adalah wilayah generalisasi dituliskan kelas X1 sampai kelas X4,
yang terdiri atas objek/sabjek yang kemudian kertas digulung lalu dikuncang
mempunyai kualitas dan karakteristik sampai kertas keluar. Sampel yang diambil
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk sebagai kelas kontrol berjumlah 31 siswa dan
dipelajari dan kemudian ditarik X4 sebaai kelas eksperimen berjumlah 30
kesimpulannya” (Sugiyono, 2011:117). siswa. Terdapat perbedaan jumlah siswa pada
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa X1 dengan X4. Peneliti melakukan
seluruh siswa kelas X SMA Muhammadiyah teknik yang sama dalam menentukan sampel
2 Tanjung Enim. Populasi pada penelitian ini pada kelas X1 yang berjumlah 31 siswa,
dapat dilihat pada Tabel 1. dengan cara siswa menuliskan namanya
Tabel 1. Populasi Penelitian masing-masing dikertas kecil lalu digulung
Kelas Jenis Kelamin Jumlah dan dimasukan ke dalam gelas undian. Nama
Laki – Laki Perempuan siswa yang keluar pada gulungan kertas
X1 13 18 31 tersebut dinyatakan tidak termasuk dalam
X2 11 29 30 hitung sampel penelitian. Jadi, jumlah
X3 15 17 32 seluruh siswa yang dijadikan sampel
X4 6 24 30 penelitian adalah 60 siswa. Lebih jelasnya,
Jumlah 45 87 123 perhatikan Tabel 2.
(Sumber: Kepala Tata Usaha SMA
Muhhamadiyah 2 Tanjung Enim, 2013) B. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau
2. Sampel fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
Menurut Arikunto (2010:174), sampel mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih
adalah sebagian atau wakil populasi yang mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti
diteliti. “Sampel adalah bagian dari jumlah lebih cermat, lengkap, dan sistematis
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi sehingga lebih mudah diolah (Arikunto,
tersebut” (Sugiyono, 2013:118). Berdasarkan 2010:203).
batasan tersebut, sampel dalam penelitian ini Variasi jenis instrumen penelitian
adalah siswa kelas X Muhammadiyah 2 adalah tes, angket, wawancara. Pemilihan
Tanjung Enim. Peneliti menggunakan sampel instrumen penelitian sangat ditentukan
dengan teknik simple random sampling. beberapa hal, yaitu: objek penelitian, sumber
“Simple random sampling adalah data, waktu, dana yang tersedia, jumlah
pengambilan sampel dari semua anggota tenaga peneliti, dan tehnik yang akan
populasi dilakukan secara acak tanpa digunakan untuk mengelolah data apabila
memperhatikan strata yang ada dalam sudah terkumpul.
anggota populasi” (Darmadi, 2012:54).
Dalam teknik ini semua individu dalam C. Pengumpulan Data
populasi baik secara sendiri-sendi atau Pengumpulan data penelitian ini
bersama-sama diberi kesempatan yang sama. adalah dengan menggunakan teknik tes,
angket dan wawancara.
Tabel 2. Sampel penelitian
Jenis Kelamin 1. Tes
Tes yang digunakan dalam penelitian
No Kelas Jumlah ini adalah tes tertulis keterampilan menulis
Laki- Perempuan
laki berbentuk uraian, yaitu tes membuat
1 X1 12 18 30 karangan deskripsi yang ditujukan kepada
2 X4 6 24 30 siswa untuk menganalisis efeektif atau
tidaknya metode yang digunakan oleh
Jumlah 19 41 60 peneliti. Tes diberikan kepada siswa atau
(Sumber: Kepala Tata Usaha SMA sampel kelas eksperimen dan kelas kontrol
Muhamadiyah 2 Tanjung Enim, 2013) SMA Muhammadiyah 2 Tanjung Enim.
Jurnal Bindo Sastra 1 (2) (2017): 103–111 107

Bentuk tes yang digunakan dalam adapun penilaian-penilaian tulisan yang


penelitian ini adalah tes menulis karangan sesuai dengan dalam menulis karangan
deskripsi sebanyak 150 kata atau satu deskripsi yaitu, dapat dilihat pada Tabel 3.
halaman. Menurut Nurgiantoro (20011 :411),

Tabel 3. Kreteria Penilaian Menulis


NUnsur yang
Skor Kategori Penilaian
No Dinilai
1. Isi 27—30 Sangat baik—sempurna: pada informasi, substansif,
pengembangan tesis tuntas, relevan dengan perma-salahan dan
tuntas.

22—26 Cukup—baik: informasi cukup, subtansi cukup, pen-gembangan


tesis terbatas, relevan dengan masalah tetapi tidak lengkap.

17—21 Sedang—cukup: informasi cukup, subtansi kurang,


pengembangan tesis tidak cukup, permasalahan tidak cukup.

13—16 Sangat–kurang: tidak berisi, tidak ada subtansi, tidak ada


pengembangan tesis, tidak ada permasalahan.

2 Organisasi 18—20 Sangat baik—sempurna: ekspresi lancar, gagasan diun-gkapkan


dengan jelas, padat, tertata dengan baik, urutan logis, kohesif.
14—17 Cukup—baik: kurang lancar, kurang terorganisir tetapi ide utama
terlihat, beban pendukung terbatas, urutan logis tetapi tidak
lengkap.
10—13 Sedang—cukup: tidak lancar, gagasan kacau terpotong-potong,
urutan dan pengembangan tidak logis.
7—9 Sangat—kurang: tidak komunikatif, tidak terorganisir, tidak
layak nilai
3 Kosakata 14—15 Sangat baik—sempurna: pemanfaatan potensi kata can-ggih,
pilihan kata dan ungkapan tepat, menguasai pem-bentukan kata.

12—13 Cukup—baik: pemanfaatan kata agak canggih, pilihan kata dan


ungkapan kadang-kadang kurang tepat tetapi ti-dak mengganggu.

10—11 Sedang—cukup: pemanfaatan potensi kata terbatas, ser-ing


terjadi kesalahan penggunaan kosakata dapat merus-ak makna.
7—9 Sangat kurang: pemanfaatan potensi kata asal-asalan,
pengetahuan tentang kosakata rendah, tidak layak di-nilai.
4. Tata Bahasa 22—25 Sangat baik—sempurna: konstruiksi kompleks tetapi ef-ektif,
hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bent-uk kebahasaan.
18—21 Cukup—baik: konstruksi sederhana tatapi efektif, kesa-lahan
kecil pada kontruksi kompleks, terjadi sejumlah kesalahan tetapi
makna tidak kabur.
11—17 Sedang—cukup: terjadi kesalahan serius dalam kontruksi
kalimat, makna membinggungkan atau kabur.
5—10 Sangat kurang: tidak menguasai aturan sintidaksis, terd-apat
banyak kesalahan, tidak komunikatif, tidak layak nilai.
5. Mekanik/ 9—10 Sangat baik—sempurna: menguasai aturan penulisan, hanya
Ejaan terdapat beberapa klesalahan ejaan.
7—8 Cukup—baik: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan te-tapi
tidak mengaburkan makna.
108 Surismiati, Keefektifan Model Round Table

NUnsur yang
Skor Kategori Penilaian
No Dinilai
5—6 Sedang – cukup: sering terjadi kesalahanejaan, makna
membingungkan atau kabur
3—4 Sangat kurang: tidak menguasai aturan penulisan, terdapat
kesalahan ejaaan, tulisan tidak terbaca, tidak layak nilai

2. Angket atau kuesioner E. Analisis Data


Angket yang digunakan dalam Setelah data-data diperoleh, lalu
penelitian ini adalah angket tertutup yang diolah dengan menggunakan rumus sebagai
terdiri dari 10 pertanyaan kepada siswa. berikut:
Angket tertulis dengan tiga alternatif 1. Menghitung skor rata tes kelas
jawaban dan setiap siswa diminta memilih eksperimen dan tes kelas kontrol
salah satu jawaban pertanyaan yang Menghitung rata-rata tes kelas
pendapatnya paling tepat. eksperimen dan kelas kontrol yang diperoleh
Menurut Sugiyono (2013:118), dengan rumus:
angket dapat dibedakan atas beberapa jenis,
tergantung pada sudut pandangnya: ∑𝑥 Keterangan:
1) Dipandang dari cara menjawab, maka M= M: Nilai rata-rata
𝑁 ∑x : Skor tes
ada angket tertutup, yaitu yang sudah
N: Banyak subjek
disediakan jawabannya sehingga
responden tinggal memilih.
Selanjutnya, nilai yang diperoleh
2) Dipandang dari jawaban yang diberikan
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
ada angket tidak langsung, yaitu jika
dianalisis guna pengujian hipotesis.
responden menjawab tentang orang lain
Pengujian hipotesis peneliti menggunakan
3) Dipandang dari bentuknya maka ada
perangkat lunak statistik.
angket pilihan ganda, yang dimaksud
adalah sama dengan angket tertutup.
2. Mencari data angket yang telah
Isi pertanyaan angket penelitian ini
terkumpul dianalisis menggunakan
adalah mengenai kreativitas siswa menulis
rumus berikut ini:
karangan deskripsi. Angket dalam penelitian
Berdasarkan jumlah dan bentuk
ini bertujuan untuk memperoleh data tentang
soal, data angket yang telah dikumpulkan
belajar siswa pada mata pelajaran bahasa
dianalisis maka digunakan rumus sebagai
Indonesia khususnya mengungkapkan
berikut.
gagasan secara logis dan sistematis dalam
bentuk karangan deskripsi.
𝑓
P= 𝑛 x 100 % (Sudijono, 2012:43)
3. Wawancara
Menurut Arikunto (2010:198)
wawancara adalah sebuah dialog yang
Keterangan:
dilakukan oleh pewawancara untuk
P: Jumlah presentasi yang ingin dicapai pada
memperoleh informasi dari terwawancara.
setiap alternatif
Wawancara dilakukan secara langsung
F: frekuensi siswa yang memilih satu
kepada bapak Sandi, S.Pd. sebagai guru
alternatif
Bahasa Indonesia yang mengajar dikelas X
SMA Muhammadiyah 2 Tanjung Enim.
Pertanyaan yang diajukan kepada guru Hasil
bahasa Indonesia adalah sebanyak 10 Berdasarkan data yang telah diperoleh
pertanyaan. Wawancara dilakukan untuk dan dianalisa dapat diketahui keefektifan
mendapatkan informasi langsung yang siswa kelas X SMA Muhammadiyah 2
berkaitan dengan pengajaran menulis Tanjung Enim tahun ajaran 2013/2014
karangan deskripsi. dalam menulis karangan deskripsi.
Jurnal Bindo Sastra 1 (2) (2017): 103–111 109

A. Hasil Tes
Hasil analisis data tes hasil belajar Jumlah nilai kelas eksperimen sebesar
siswa X1 (kelas kontrol) dalam menulis 2.451 dan nilai rata-rata adalah 81,70.
karangan deskripsi yang tidak menggunakan Berdasarkan penjelasan di atas
model pembelajaran round table dengan proses pembelajaran dengan tidak
berdasarkan aspek penskoran nilai, yang menggunakan model pembelajaran round
meliputi a) isi gagasan, b) organisasi, c) tata table dapat meningkatkan hasil belajar siswa
bahasa, d) kosakata, dan e) ejaaan, hasil tes secara tuntas dalam menulis karangan
dilihat pada tabel 4. deskripsi pada kelas X1 (kelas kontrol).

Tabel 4. Hasil Belajar X1. B. Hasil Angket


No Nilai Jumlah % Hasil angket menunjukkan siswa
1 68 4 13,3 sangat antusias dalam menulis karangan
2 69 3 10 deskripsi dengan model pembelajaran round
3 70 1 3,3 table. Hal ini terlihat pada siswa yang
4 71 1 3,3 menjawab soal mengenai kesan terhadap
5 72 2 6,6 proses pembelajaran setelah menggunakan
6 74 3 10 model pembelajaran round table. Jumlah
7 76 2 6,6 siswa yang menjawab kurang
8 77 2 6,6 menyenangkan sebanyak 4 orang (13,33%),
9 78 4 13,3 siswa yang menjawab menyenangkan
sebanyak 11 orang (36,67%), sedangkan
10 79 2 6,6
siswa yang menjawab model pembelajaran
11 80 1 3,3
round table sangat menyenangkan sebanyak
12 85 3 10
15 orang (50%).
13 90 2 6,6
C. Hasil Wawancara
Jumlah nilai kelas kontrol sebesar Wawancara yang peneliti lakukan
2277 dan nilai rata-rata adalah 75,93. kepada guru bahasa Indonesia kelas X,
Sedangkan hasil belajar siswa kelas diketahui bahwa proses pembelajaran yang
X4 (kelas eskperimen) dalam menulis dilaksanakan dalam menulis karangan
karangan deskripsi dengan menggunakan deskripsi guru menggunakan motode
model pembelajaran round table ceramah, tanya jawab dan penugasan. Guru
ditampilkan pada tabel 5. memberikan tugas kepada setiap siswa untuk
membuat karangan deskripsi. Kemudian
Tabel 5. Hasil Belajar Kelas X4. guru mengoreksinya dan mengevaluasi hasil
No Nilai Jumlah % belajar siswa tersebut.
1 74 3 10
2 76 1 3,3 D. Pengujian Hipotesis
3 77 3 10 Hasil pengujian hipotesis diketahui
4 78 4 13,3 bahwa nilai t hitung lebih besar daripada
5 80 5 16,6
nilai t tabel (4,85 > 2,04) pada taraf
6 81 2 6,6
signifikansi 5%. Hipotesis yang menyatakan
7 82 1 3,3
bahwa pengajaran model round table efektif
8 83 1 3,3 dalam pembelajaran karangan deskripsi
9 84 1 3,3 dibandingkan dengan yang tidak
10 85 1 3,3 menggunakan model round table.
11 86 1 3,3
12 87 1 3,3 Pembahasan
13 88 2 6,6 Proses pembelajaran dengan
14 90 2 6,6 menggunakan model pembelajaran round
15 92 1 3,3 table dapat meningkatkan hasil belajar siswa
16 93 1 3,3 secara tuntas dalam menulis karangan
110 Surismiati, Keefektifan Model Round Table

deskripsi pada kelas X4 (kelas eksperimen). berbicara, dan membaca. Selanjutnya


Kedua sampel penelitian nilai rata-rata kelas Tarigan (2008) menyebutkan dibandingkan
dalam menulis karangan deskripsi mencapai dengan tiga kemampuan berbahasa yang
kriteria ketuntasan minimum sebesar 75,00, lain, kemampuan menulis lebih sulit
namun pada kelas X4 (kelas eskperimen) dikuasai. Karena kemampuan menulis
nilai rata-rata kelasnya sebesar 81,70 lebih menghendaki penguasaan berbagai unsur
baik jika dibandingkan pada kelas X1 (kelas kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu
kontrol) sebesar 75,93. Hasil pengujian sendiri yang akan menjadi isi karangan. Baik
hipotesis diketahui bahwa nilai t hitung lebih unsur bahasa maupun unsur isi haruslah
besar daripada nilai t tabel (4,85 > 2,04) pada terjalin sedemikan rupa sehingga
taraf signifikansi 5%. Hipotesis yang menghasilkan tulisan yang runtut dan padu.
menyatakan bahwa pengajaran model round Oleh karena itu, dibutuhkan latihan yang
table efektif dalam pembelajaran karangan intensif untuk menguasai keterampilan
deskripsi. menulis.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Hasanah (2011) bertujuan untuk Simpulan
meningkatkan keterampilan menulis Berdasarkan hasil perhitungan nilai
deskripsi siswa melalui model kooperatif setiap sampel kelas dapat disimpulkan
tipe round table, Metode penelitian yang bahwa ada perbedaan nilai rata-rata pada
digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas kelas eksperimen dan kelas kontrol, nilai
(PTK). Penulisan karangan deskripsi dengan rata-rata kelas untuk eksperimen adalah 81,7
model kooperatif tipe round table dan kontrol adalah 75,93. Hasil uji hipotesis
memudahkan siswa dalam penemuan dan bahwa pengajaran model round table efektif
penuangan ide. Dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran menulis karangan
model kooperatif tipe round table deskripsi dibandingkan dengan yang tidak
merupakan salah satu teknik yang mampu menggunakan model round table.
meningkatkan keterampilan menulis
deskripsi siswa. Daftar Pustaka
Penelitian Agvis (2016) yang bertujuan
untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar Agvis, Privicilia Lupitha. 2016. Penerapan
siswa setelah diterapkan pembelajaran Pembelajaran Model Kooperatif Tipe
model kooperatif tipe round table disertai Round Table disertai Problem Posing
problem solving. Jenis penelitian yang untuk Meningkatkan Aktivitas dan
digunakan adalah Penelitian Tindakan Hasil Belajar Matematika. Skripsi.
Kelas. Penelitian dilakukan di SMP N 14 Jember: Jurusan Pendidikan MIPA,
Jember. Hasil penelitian adalah terjadinya Program Studi Pendidikan
peningkatan hasil belajar. Matematika Fakultas Keguruan dan
Penelitian Ratnasari (2013) yang Ilmu Pendidikan Universitas
bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan Muhammadiyah Jember.
hasil belajar siswa dalam penulisan karangan
diskripsi bahasa jerman setelah diterapkan Arikunto, Suharsimi, dkk. (2010). Penelitian
pembelajaran model kooperatif tipe round Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
table. Dapat disimpulkan bahwa terdapat Aksara.
perbedaan hasil belajar dengan
menggunakan model kooperatif tipe round Darmadi, Kaswan. (1996). Meningkatkan
table. Disimpukan bahwa teknik ini yang Kemampuan Menulis. Yogyakarta:
mampu meningkatkan keterampilan menulis Andi.
deskripsi siswa.
Nurgiyantoro (2001) menyatakan Hasanah, Anisatul Azizah. (2011).
bahwa aktivitas menulis merupakan suatu Peningkatan Ketrampilan Menulis
bentuk manifestasi kemampuan dan Deskripsi Melalui Model Kooperatif
keterampilan dalam berbahasa merupakan Tipe Round Table Pada Siswa Kelas
yang paling akhir dikuasai oleh pelajar XA SMA Muhammadiyah 4
setelah kemampuan mendengarkan, Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta:
Jurnal Bindo Sastra 1 (2) (2017): 103–111 111

Program Studi Pendidikan Bahasa Subrata, Heru. (2013). Model dan Metode
dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa Pembelajaran Bahasa. (Online).
dan Seni. Universitas Negeri (http://mbahbrata-edu.blogspot.com/
Yogyakarta. 2013/04/model-dan-metode-
pembelajaran-bahasa.html, diakses
Lie, Anita. (2010). Cooperative Learning. pada 21November 2013)
Jakarta: PT Grasindo.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Nurgiyantoro, Burhan. (2011). Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif,
Pembelajaran Bahasa Berbasis kualitatif, dan R&D. Bandung:
Komposisi. Yogyakarta: BPEE Alfabeta.
Yogyakarta.
Suprijono, Agus. (2010). Cooperative
Ratnasari, Sekar Chandra. (2013). Learning.Yogyakarta: Pustaka
Efektivitas Model Pembelajaran Pelajar.
Kooperatif Tipe Round Table dalam
Meningkatkan Keterampilan Menulis Suriamiharja, Agus, dkk. (1996). Petunjuk
Siswa. Skripsi. Bandung: Jurusan Praktis Menulis. Jakarta: Depdikbud.
Pendidikan Bahasa Jerman. Fakultas
Bahasa dan Seni. Universitas Tarigan, Henry Guntur. (2008). Menulis
Pendidikan Indonesia. sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai