Anda di halaman 1dari 177

KATA PENGANTAR

Mengawali rangkaian kegiatan Dies Natalis STKIP PGRI Bangkalan ke 30, yang
jatuh pada 28 Mei 2015. pada tanggal 16 Februari 2015 ini, diselenggarakan Seminar
Internasional dengan tema ”Learning and Teaching Model Character Building” yang
bertempat di Graha STKIP PGRI Bangkalan. Kegiatan ini diselenggarakan sebagai wadah
mendiskusikan gagasan-gagasan yang muncul dari peserta yang selama ini terpendam dan
tidak tersampaikan ke forum ilmiah, atau sebagai penentu langkah dari gagasan yang sudah
terkonsep untuk mengimplimentasikan secara ilmiah hingga pada akhirnya dapat
dimanfaatkan untuk kesejehteraan bersama.
Kami menghaturkan terima kasih kepada Prof. Dr. I Nyoman S Degeng, M.Pd dan Dr.
Ferry Jie sebagai pembicara utama, atas kesediannya berbagi ilmu dan pengalaman kepada
peserta seminar. Terimaksih juga disampaikan kepada reviewer, pemakalah, panitia, Disdik
Bangkalan, PGRI Cabang Bangkalan, dan peserta seminar yang telah turut menyukseskan
kegiatan ini.
Kami berharap kumpulan makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya
bagi para akademisi dan praktisi pendidikan sehingga mampu mengembangkan dunia
pendidikan. Pada peyelenggaraan seminar ini masih belum dikatakan sempurna, sehingga
kami memohon masukan, saran, kritik, dari pembaca agar kami dapat belajar memperbaiki
diri pada pelaksanaan seminar mendatang.

Ketua Panitia

Ahmad Yani, M.Pd


COMPARATIVE EFFECTIVENESS OF APPLICATION METHOD WITH
EXPERIMENT METHODS IN LEARNING TASK NEWS TEXT WRITING CLASS
VII AT SMPN 3 KAMAL
(PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE EKSPERIMEN DENGAN
METODE TUGAS DALAM PEMBELAJARAN
MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII A
SMP NEGERI 3 KAMAL KABUPATEN BANGKALAN)

MARIAM ULFA, M.Pd

STKIP PGRI Bangkalan ulfamariam@gmail.com

ABSTRAK:
Pembelajaran menulis teks berita tidak lepas dari tujuan pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia, yaitu untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi. Kemampuan
menulis teks berita siswa kelas VIII tergolong di bawah rata-rata karena metode yang
digunakan kurang cocok. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitaif. Lokasi
penelitian ini adalah SMP Negeri 3 Kamal Kabupaten Bangkalan kelas VIII A tahun
pembelajaran 2012-2013. Berdasarkan hasil uji t yang telah dilakukan, harga t diperoleh 9,83
yang kemudian dikonsultasikan dengan table t 0,05 dengan derajat kebebasan 26 yaitu sebesar
2,056. Hasil konsultasi menunjukkan harga t lebih besar daripada tabel yakni 9,83 > 2,056.
Berdasarkan hasil uji t yang telah dilakukan, harga t diperoleh 5,65 yang kemudian
dikonsultasikan dengan table t 0,05 dengan derajat kebebasan 26 yaitu sebesar 2,056. Hasil
konsultasi menunjukkan harga t lebih besar daripada tabel yakni 5,16 > 2,056. Kedua metode
tersebut efektif diterapkan dalam pembelajaran menulis berita. Efektivitas metode
eksperimen pada pembelajaran menulis berita memiliki nilai t 9,83, sedangkan metode tugas
memiliki nilai t 5,65. Jadi meskipun keduanya efektiv tetapi hasil nilai efektivitasnya lebih
besar pada hasil belajar dengan menggunakan metode eksperimen. Hal ini berarti metode
eksperimen lebih berhasil daripada metode tugas. .

Pendahuluan Penguasaan bahasa tulis mutlak


diperlukan dalam kehidupan modern
Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan sekarang ini, ternyata keterampilan
agar siswa terampil berbahasa dan mampu menulis kurang mendapat perhatian.
berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Namun demikian ternyata banyak orang
Untuk menjadikan siswa terampil dalam yang kekurangan ide atau bisa jadi idenya
berbahasa dan berkomunikasi baik secara banyak tetapi tetap saja kesulitan dalam
lisan maupun tertulis dibutuhkan adanya menulis. Dunia informasi telah
empat keterampilan dalam pengajaran berkembang demikian pesat dengan
bahasa Indonesia. Keempat keterampilan pesatnya perkembangan dunia informasi
berbahasa tersebut adalah (1) keterampilan khususnya perkembangan kegiatan tulis
menyimak; (2) keterampilan berbicara; (3) menulis,tentu menuntut kita agar
keterampilam membaca; dan (4) mengembangkan tradisi menulis. Tradisi
keterampilan menulis. Pengajaran keempat menulis dapat diartikan sebagai sutu
keterampilan tersebut terdiri dari berbagai kebiasaan untuk menyatakan gagasan atau
aspek yang perlu diperhatikan antara lain; pendapat secara tertulis. Di sekolah materi
guru, siswa, dan bahan pelajaran (Tarigan, menulis sebagai salah satu keterampilan
1994: 26)
berbahasa Indonesia kurang ditangani menggunakan bahasa karena mereka
sungguh-sungguh akibatnya kemampuan bergulat dengan pemecahan masalah
berbahasa Indonesia siswa menjadi kurang kompleksitas dari berbagai pengalaman
memadai. Pemahaman konsep menulis yang konkret.
menjadi penting bagi kita karena dalam
praktek keseharian banyak orang terampil Belajar eksperimen tidak
dalam membaca tetapi mengalami melibatkan begitu banyak konsep baru
kesulitan dalam menulis. karena merupakan penekanan pada
perkawinan dua prinsip yakni prinsip
Menulis adalah suatu proses substantif dan prinsip belajar efektif
menyusun, mencatat, dan didukung oleh pendidik terkenal yang
megkomunikasikan makna dalam tataran berasal dari Amerika Jhon Dewey: (a)
ganda bersifat interaktif dan diarahkan belajar terbaik dengan melakukan
untuk mencapai tujuan tertentu dengan percobaan aktif, dan (b) pembelajaran
menggunakan suatu sistem tanda induktif dengan penemuan mengaktifkan
konvesional yang dapat dilihat atau dibaca strategi yang memungkinkan siswa untuk
(Tarigan,1994: 34). Menulis pada dasarnya "mengambil alih" kemajuan belajar
adalah usaha untuk menuangkan ide, mereka sendiri. Dengan demikian itu
pikiran, perasaan, dan kemauan dengan adalah konsep yang sangat berguna untuk
wahana bahasa tulis. Menulis diajarkan di mengajar anak-anak, yang a kemampuan
sekolah sebagai salah satu keterampilan mengolah intelektual abstraknya belum
yang harus dikuasai oleh siswa selain matang.
keterampilan membaca, menyimak, dan
berbicara. Teknik pembelajaran eksperimen
cenderung belajar berpusat dari alam.
Terkait erat dengan dan tumpang Contohnya adalah:
tindih instruksi berbasis konten dan
pembelajaran berbasis tema dalam bahasa, • proyek tangan (seperti proyek alam)
belajar eksperimen meliputi kegiatan yang •Belajar komputer (terutama dalam
melibatkan pengolahan otak kiri dan kelompok kecil)
kanan, yang mengontekstualisasikan • proyek penelitian
bahasa, mengintegrasikan keterampilan, • lintas-budaya pengalaman (kamp,
dan mengarah ke dunia nyata . Sejauh ini, kelompok makan malam, dll)
seperti yang Janet Eyring ungkapkan • kunjungan lapangan dan lainnya di situs
(Brown 2000:238) , pengalaman belajar kunjungan
adalah frase yang menggambarkan segala • bermain peran dan simulasi.
sesuatu dalam lima bab terakhir dari buku Pembelajaran ekperimen
ini. Tapi menyoroti pengalaman belajar cenderung untuk menempatkan penekanan
apa yang bagi kita adalah memberikan pada aspek psikomotor pembelajaran
siswa pengalaman konkret di mana mereka bahasa dengan melibatkan peserta didik
"menemukan" prinsip-prinsip bahasa dalam tindakan fisik di mana bahasa
(bahkan jika sadar) dengan melakukan dimasukkan dan diperkuat, melalui
percobaan berkali-kali, dengan mengolah tindakan, siswa ditarik ke dalam
umpan balik, dengan membangun pemanfaatan keterampilan ganda.
hipotesis tentang bahasa, dan dengan
merevisi asumsi-asumsi agar menjadi Penerapan metode tugas dalam
lancar (Brown. 2000: 347). Artinya, guru pembelajaran menulis berita dilakukan
tidak hanya memberitahu siswa tentang dengan menguraikan dan menjelaskan
cara kerja bahasa, melainkan, mereka tentang materi teks berita, pengertian dan
memberikan kesempatan siswa untuk unsur-unsur teks berita serta penulisannya.
Sebelumnya dilakukan pre-test pada siswa yang harus mendapat perhatian khusus
untuk mengetahui kemampuan awal sisiwa agar produk tulisan yang dihasilkan baik.
menulis teks berita yakni dengan Kemampuan menulis teks berita siswa
mengintruksikan pada siswa untuk menulis kelas VIII tergolong di bawah rata-rata
teks berita secara bebas. Kegiatan karena metode yang digunakan kurang
dilanjutkan penerapan metode tugas cocok. Berdasarkan hal tersebut maka
dengan menunjukkan pada siswa dua penelitian mencoba mengukur keefektivan
berita yang di scan dari media cetak dan dua metode yang akan digunakan dalam
ditampilkan di LCD lalu siswa ditugaskan pembelajaran menulis berita, sehingga
untuk menemukan unsur-unsur berita yang peneliti tertarik untuk mengambil judul
terdapat dalam dua teks tersebut. Kegiatan penelitian “Perbandingan Efektivitas
dilanjtkan dengan menugaskan siswa Penerapan Metode Eksperimen Dengan
untuk menuliskan berita secara bebas Metode Tugas Dalam Pembelajaran
sesuai dengan pengetahuannya masing- Menulis Teks Berita Siswa Kelas Viii
masing, berita yang ditulis diorientasikan Asmp Negeri 3 Kamal Kabupaten
pada berita-berita yang sedang up to date Bangkalan”. Perlu digarisbawahi
di televisi. Dalam hal ini siswa berusaha penelitian ini bukan Penelitian Tindakan
untuk mengingat berita yang pernah Kelas karena dalam penelitian ini tidak
ditayangkan dan disaksikannya. Kriteria terdapat siklus dan penelitian ini semata-
penilaian dalam hasil yakni format mata bertujuan untuk mengukur
penulisan, kesesuaian isi dengan unsur- keefektifan dua metode pembelajaran,
unsur berita, penggunaan bahasa baku, dan yakni metode eksperimen dan metode
penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan. tugas dalam pembelajaran menulis berita.
Dalam Standar Isi Mata Pelajaran Metode Penelitian
Bahasa Indonesia SMP, siswa kelas VIII
dituntut memiliki kompetensi menulis teks Penelitian ini menggunakan metode
berita melalui kegiatan pembelajaran penelitian kuantitaif. Metode kuantitatif
menulis teks berita. Untuk membantu merupakan pendekatan yang menyangkut
siswa memiliki kompetensi menulis teks pendugaan parameter, pengujian hipotesis,
berita, peran guru sangat penting, yaitu pembentukan selang kepercayaan, dan
sebagai sumber belajar, mediator, hubungan antara dua sifat (peubah) atau
motivator, dan inovator. Guru harus lebih bagi parameter-parameter yang
berusaha menemukan model, metode, dan mempunyai sebaran (distribusi normal)
teknik pembelajaran yang tepat sehingga tertentu yang diketahui. Metode kuantitatif
mempermudah siswa menguasai berlandaskan pada anggapan-anggapan
kompetensi yang harus dikuasai. tertentu yang telah disusun terlebih dahulu,
Pembelajaran menulis teks berita tidak jika anggapan-anggapan tersebut tidak
lepas dari tujuan pembelajaran bahasa dan sesuai dengan keadaan sebenarnya, apalagi
sastra Indonesia, yaitu untuk jika menyimpang jauh maka keampuhan
meningkatkan kemampuan siswa metode ini tidak dapat dijamin atau bahkan
berkomunikasi, baik secara lisan atau dapat menyesatkan. Dalam penelitian
tertulis. Pembelajaran tersebut diharapkan penelitian digunakan pendekatan kuantitaif
dapat membantu siswa meningkatkan untuk mengukur dan membandingkan
kemampuan berbahasa dengan cara keefektifan dua metode pembelajaran yang
meliput berbagai peristiwa dan digunakan pada kompetensi dasar yang
menuliskannya dalam bentuk teks berita. sama dan sampel yang sama.
Penelitian ini menyoroti pada kemampuan
Lokasi dan Subjek Penelitian
menulis siswa karena keterampilan
menulis merupakan kemampuan produktif
Lokasi penelitian ini adalah SMP selama 4 minggu oleh guru mata pelajaran
Negeri 3 Kamal Kabupaten Bangkalan Bahasa Indonesia. Hasil tersebut kemudian
kelas VIII A tahun pembelajaran 2012- diolah dan dianalisis oleh peneliti
2013. Subjek penelitian ini antara lain: menggunakan tabel efektivitas dengan
peneliti, guru mata pelajaran Bahasa menggunakan rumus sebagai berikut :
Indonesia yakni ibu Lisa Istanti S.Pd dan
seluruh siswa kelas VIII ASMP Negeri 3 t=
(∑ )
Kamal Kabupaten Bangkalan. ∑
( )

Teknik Pengumpulan Data


Keterangan :
Teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian ini My = pre test (pembelajaran menulis
adalah teknik observasi. Dalam penelitian berita sebelum menggunakan
ini peneliti hanya berperan sebagai metode eksperimen dan metode
observator sedangkan instrumen kunci tugas)
adalah guru kelas yang melakukan
Mx = post test (pembelajaran menulis
kegiatan penerapan metode eksperimen
berita sesudah menggunakan
dan metode tugas. Hasil belajar siswa
metode eksperimen dan metode
dikumpulkan dan dianalisis secara
tugas
kuantitaif oleh peneliti untuk mengetahui
perbedaan hasil belajar dengan D = deviasi
menggunakan metode eksperimen dan
metode tugas sehingga pada akhirnya Hasil Penelitian dan Pembahasan
dapat diambil kesimpulan pembelajaran
yang tepat. Dalam hal ini peneliti telah Berdasarkan hasil uji t yang telah
melakukan koordinasi satu bulan dilakukan, harga t diperoleh 9,83 yang
sebelumnya dengan guru mata pelajaran kemudian dikonsultasikan dengan table t
Bahasa Indonesia yang mengajar di kelas 0,05 dengan derajat kebebasan 26 yaitu

VIII A yakni Ibu Lisa Istanti S.Pd untuk sebesar 2,056. Hasil konsultasi
menerapkan metode eksperimen dan menunjukkan harga t lebih besar daripada
metode tugas pada pembelajaran menulis tabel yakni 9,83 > 2,056. Menurut hasil
berita. Hasil pembelajaran siswa yang pengukuran dengan menggunakan tabel
menjadi data penelitian data untuk efektivitas maka metode ekperimen efektif
dianalisis. untuk diterapkan pada pembelajaran
menulis berita karena terdapat peningkatan
Teknik Analisis Data hasil belajar siswa sebelum dan setelah
diterapkannya metode eksperimen.
Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan hasil pre test dan post test
siswa dalam pembelajaran menulis berita.
Hasil pre test hanya dilakukan satu kali Hasil Belajar Dengan Menggunakan
karena prosedur dan tujuannya sama yaitu Metode Tugas
untuk mengetahui kemampuan awal siswa Berdasarkan hasil uji t yang telah
sebelum penerapan metode eksperimen dilakukan, harga t diperoleh 5,65 yang
dan metode tugas. Postest dilakukan kemudian dikonsultasikan dengan table t
dilaksanakan dalam waktu yang berbeda
0,05 dengan derajat kebebasan 26 yaitu
karena menerapka dua metode yang sebesar 2,056. Hasil konsultasi
berbeda yakni metode eksperimen dan menunjukkan harga t lebih besar daripada
metode tugas. Kegiatan pengumpulan data tabel yakni 5,16 > 2,056. Menurut hasil
untuk memeroleh hasil belajar dilakukan pengukuran dengan menggunakan tabel
efektivitas metode tugas efektif diterapkan
pada pembelajaran menulis berita, hal ini
dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar Daftar Pustaka
siswa sebelum dan setelah diterapkannya
Brown, H.Douglas. 2000. Prinsip
metode tugas.
Pembelajaran dan Pengajaran
Kedua metode tersebut efektif Bahasa, Edisi
diterapkan dalam pembelajaran menulis
Depdiknas, 2004. Pengembangan
berita. Efektivitas metode eksperimen pada
Keterampilan Menulis II :
pembelajaran menulis berita memiliki nilai
Ulasan, teks Berita, Teks
t 9,83, sedangkan metode tugas memiliki
Pidato/Ceramah, Pengalaman.
nilai t 5,65. Jadi meskipun keduanya
Jakarta : Departemen
efektif tetapi hasil nilai efektivitasnya
Pendidikan Nasional.
lebih besar pada hasil belajar dengan
menggunakan metode eksperimen. Hal ini Kelima. Jakarta: Kedutaan
berarti metode eksperimen lebih berhasil Besar Amerika Serikat di
daripada metode tugas. Jakarta.
Simpulan Supriyadi,Drs,dkk. 1994. Pendidikan
Bahasa Indonesia 2. Jakarta.
(1) Berdasarkan hasil uji t yang telah
Depdikbud.
dilakukan, harga t diperoleh 9,83 yang
kemudian dikonsultasikan dengan Tarigan , Henry Guntur. 1994. Menulis
table t 0,05 dengan derajat kebebasan Sebagai Suatu Keterampilan
26 yaitu sebesar 2,056. Hasil Berbahasa. Bandung :
konsultasi menunjukkan harga t lebih Angkasa.
besar daripada tabel yakni 9,83 >
2,056. Tarigan, Henry Guntur, 1989. Metodologi
Pengajaran Bahasa: Suatu
(2) Berdasarkan hasil uji t yang telah Penelitian Kepustakaan.
dilakukan, harga t diperoleh 5,65 yang Jakarta: P2LPTK Depdikbud.
kemudian dikonsultasikan dengan
table t 0,05 dengan derajat kebebasan
26 yaitu sebesar 2,056. Hasil
konsultasi menunjukkan harga t lebih
besar daripada tabel yakni 5,16 >
2,056.
(3) Kedua metode tersebut efektif
diterapkan dalam pembelajaran
menulis berita. Efektivitas metode
eksperimen pada pembelajaran
menulis berita memiliki nilai t 9,83,
sedangkan metode tugas memiliki
nilai t 5,65. Jadi meskipun keduanya
efektiv tetapi hasil nilai efektivitasnya
lebih besar pada hasil belajar dengan
menggunakan metode eksperimen.
Hal ini berarti metode eksperimen
lebih berhasil daripada metode tugas.
THE ROLE OF IMPACT CURRICULUM LEARNING YELLOW BOOK IN
ISLAMIC BOARDING SCHOOL CHILD AL-AMIEN TEGAL (PONCIL)
PRENSUAN, DISTRICT PRAGAAN REGENCY SUMENEP

(PERAN KURIKULUM TERHADAP PEMBELAJARAN KITAB KUNING DI PONDOK


PESANTREN CILIK AL-AMIEN TEGAL (PONCILA) PRENDUAN KABUPATEN
SUMENEP)

Firdausi
STKIP-PGRI SAMPANG

Abstrak:
Penelitian ini adalah mendeskripsikan peran kurikulum terhadap pembelajaran kitab kuning
di PONCILA Prenduan, dan terdapat tiga fokus dalam penelitian, adapun tiga fokus tersebut
adalah: Pertama; Bagimana metode pembelajaran kutib kuning di Pondok Pesantren Cilik Al-
Amien Tegal (PONCILA) Prenduan. Kedua; Apa sajakah bahan ajar pembelajaran kitab
kuning di Pondok Pesantren Cilik Al-Amien Tegal (PONCILA) Prenduan. Ketiga; Seperti
apakah pengevaluasian pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Cilik Al-Amien
Tegal (PONCILA) Prenduan.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif/pendekatan kasus dan butuh pengumpulan data
yang harus ditempuh, antara lain: wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan model analisis data yang paling banyak digunakan dalam
penelitian kualitatif yaitu metode perbandingan tetap (Constant Comparative Method) dan
secara umum, proses analisis datanya mencakup: reduksi data, kategorisasi, sintesisasi,
menyusun hipotesis kerja, pengecekan keabsahan data, perpanjangan keikutsertaan,
ketekunan pengamatan, triangulasi kemudian penarikan kesimpulan.
Dengan metode pengumpulan data dan model analisis tersebut, maka penelitian yang saya
lakukan mendapatkan sebuah hasil penelitian, antara lain: Pertama; Pelaksanaan
pembelajaran kitab tanpa harakat atau kitab kuning di Pondok Pesantren Cilik Al-Amien
Tegal (PONCILA) Prenduan masih memiliki corak tradisional, yakni masih menggunakan
ilmu-ilmu khas pesantren yang terdapat dalam kitab kuning dan tidak memasukkan ilmu-ilmu
umum dalam kurikulum pendidikannya. Kedua; Metode pembelajaran yang dipakai di dalam
pembelajaran kitab kuning di PONCILA meliputi metode bandongan, metode sorogan,
metode hafalan, dan metode evaluasi, metode Halaqah, dan Metode diskusi (munadzarah).
Ketiga; bahan ajar yang dipakai di dalam pembelajaran kitab kuning di PONCILA meliputi
kitab Nubdzatul Bayan, Amtsilatut Tashrifiyah, Fathul Qarib, Kifayatul Akhyar, Bulughul
Maram, fadhailul A’mal, dan Muntakhabul Ahadits. Keempat; Evaluasi pembelajaran yang
dipakai di dalam pembelajaran kitab kuning di PONCILA yaitu mengadakan pengukuran/tes
kemampuan dengan menggunakan tes tulis dan tes lisan. Namun tes IQ dapat
dipertimbangkan dan dapat dicocokkan dengan kegiatan ubudiyahnya santri sebagai sarana
hubungan rububiyah (ketuhanan).
Kata kunci: Kurikulum, Pembelajaran Kitab Kuning
A. Latar Belakang mempertontonkan perilaku yang
Hampir setiap hari, kita disuguhi setidaknya tidak ditiru oleh kalangan
contoh-contoh yang menyedihkan melalui penerus bangsa, bahkan yang lebih
film dan televisi, yang secara bebas menyedihkan lagi kalangan pejabatpun
ikut terlibat di dalam permasalahan ini. “bhuppa’, bhabhu’, ghuru, rato” (bapak,
Contoh-contoh tersebut erat kaitannya ibu, guru, dan raja).
dengan kualitas pendidikan dan kualitas Falsafah hidup masyarakat Madura
sumber daya manusia, serta menunjukkan ini, khususnya di kabupaten Sumenep
betapa rendah dan rapuhnya fondasi moral berimplikasi pada peran pesantren,
dan spiritual kehidupan bangsa, sehingga khususnya kiai dalam keseluruhan aspek
telah melemparkan moralitas bangsa kita kehidupan masyarakat Madura. Posisi kiai
pada titik terendah, yang menegaskan tidak lagi semata sebagai pimpinan formal
manusia Indonesia hidup dengan hukum pesantren, melainkan informal (informal
rimba pada hutan belantara. leaders) yang bertugas memberdayakan
Kondisi dan kenyataan yang masyarakat. Kiai juga berfungsi sebagai
menyedihkan tersebut telah menimbulkan moral force yang turut memberikan
berbagai pertanyaan bagi berbagai pihak, kesadaran normatif kepada masyarakat.
baik di kalangan masyarakat umum Perjuangan pesantren di Madura
maupun di kalangan para ahli pendidikan. terhadap perkembangan pendidikan
Sehubungan dengan kondisi tersebut, semakin melebarkan sayapnya, sehingga
pendidikan dan teknologi didayagunakan eksistensinya diminati oleh masyarakat,
untuk memperbaiki sistem pendidikan karena kegiatan belajar kurikuler,
yang ada disetiap lembaga pendidikan, kokurikuler, dan ekstrakurikuler berbeda
khususnya merancang kurikulum yang daripada sekolah-sekolah yang lainnya.
baik sehingga tercapainya tujuan Hal ini dibuktikan sebagaimana dicatat
pendidikan dan menghasilkan out put yang dalam buku-buku sejarah pendidikan
handal bagi agama, bangsa, dan Negara. Islam.
Selain itu kurikulum pada tahun 2013, Sejarah pendidikan Islam dimulai,
menjanjikan lahirnya generasi penerus sejak turunnya wahyu yang mula-mula
agama dan bangsa yang produktif, kreatif, diterima oleh Nabi Muhammad saw. ialah
inovatif, dan berkarakter. Dengan surat al-‘Alaq ayat 1-5 dan surat al-
kreativitas, anak-anak bangsa mampu Muzammil yang artinya : “Hai orang yang
berinovasi secara produktif untuk berselimut (yaitu Muhammad saw)
menjawab tantangan masa depan yang bangunlah dan beri ingatlah kaummu, dan
semakin rumit dan kompleks. agungkanlah Tuhanmu, bersihkanlah
Khusus masyarakat madura pada pakaianmu, tinggalkan dosa (menyembah
umumnya menjadikan pesantren sebagai berhala), jangan kamu memberi dengan
pilihan utama untuk mendidik putra- harapan mendapat lebih banyak, dan
putrinya. Khsusnya dalam menimba ilmu sabarlah (menurut perintah) Tuhanmu”.
pengetahuan Islam, di samping sebagai Dalam kedua wahyu itu dapat
tempat bertanya, berkonsultasi, meminta diambil pengertian bahwa dalam
nasihat dan doa guna mengatasi promblem pendidikan Islam ada tiga aspek
hidup, khsusnya problem yang marak kepribadian manusia yang harus dibina
terjadi di zaman sekarang ini. atau dididik, yaitu: (1) Aspek jasmani,
Ketaatan dan pernghormatan yaitu mementingkan kebersihan. (2) Aspek
masyarakat Madura terhadap pesantren akal, yaitu segi pembinaan kecerdasan dan
sangat tinggi, ini sejalan dengan falsafah pemberian pengetahuan. Ini dijelaskan
hidup masyarakat Madura yang dalam ayat yang menyuruh mempelajari
memposisikan guru, ulama, kiai, atau kejadian manusia. (3) Aspek rohani, yaitu
pimpinan pesantren dalam urutan kedua pembinaan kecerdasan segi keagamaan. Ini
setelah penghormatan terhadap kedau dijelaskan oleh ayat yang menyuruh
orangtua mereka. Falsafah hidup membaca dengan nama Allah, Tuhan
masyarakat Madura yang dimaksud adalah Maha pemurah, mengagungkan Tuhan.
Maka dapat diketahui bahwa kegiatan belajar untuk mempelajari mata-
kurikulum pendidikan Islam, baik yang mata pelajaran wajib, sedangkan kegiatan
ada di sekolah maupun pesantren, belajar kokurikuler dan ekstrakurikuler
semuanya diberikan oleh Nabi selama di disebut mereka sebagai kegiatan penyerta.
Makkah ialah al-Qur’an; rinciannya ialah Praktek kimia, fisika, atau biologi,
iman, shalat, dan akhlak. Demikian kunjungan ke musium untuk pelajaran
menurut sejarah Negara Barat, kata sejarah, misalnya, dipandang mereka
kurikulum mulai dikenal sebagai istilah sebagai kokurikuler (penyerta kegiatan
dalam dunia pendidikan sejak kurang-lebih belajar bidang studi). Bila kegiatan itu
satu abad yang lalu. Istilah kurikulum tidak berfungsi sebagai penyerta, seperti
muncul pertama kalinya dalam kamus pramuka dan olah raga (di luar bidang
Webster tahun 1856. Pada tahun itu studi olah raga), maka yang ini disebut
kurikulum digunakan dalam bidang olah mereka kegiatan di luar kurikulum
raga, yakni suatu alat yang orang dari start (kegiatan ekstrakurikuler).
sampai ke finish. Barulah pada tahun 1955 Menurut pandangan modern,
istilah kurikulum dipakai dalam bidang kurikulum lebih dari sekedar rencana
pendidikan dengan arti sejumlah mata pelajaran atau bidang studi. Kurikulum
pelajaran di suatu perguruan. Dalam dalam pandangan modern ialah semua
kamus tersbut kurikulum diartikan sebagai yang secara nyata terjadi dalam proses
dua macam, yaitu: (1) Sejumlah mata pendidikan di sekolah atau pesantren.
pelajaran yang harus ditempuh atau Pandangan ini bertolak dari sesuatu yang
dipelajari siswa di sekolah atau perguruan aktual, yang nyata, yaitu yang aktual
tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu. terjadi di sekolah dalam proses belajar. Di
(2) Sejumlah mata pelajaran yang dalam pendidikan, kegiatan yang
ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan dilakukan siswa dapat memberikan
atau jurusan. pengalaman belajar, atau dapat dianggap
Pengertian di atas menimbulkan sebagai pengalaman belajar, seperti
paham bahwa dari sekian banyak kegiatan berkebun, olah raga, pramuka, dan
dalam proses pendidikan di sekolah pergaulan, selain memperlajari bidang
ataupun di pesantren, hanya sejumlah mata studi. Semuanya itu merupakan
pelajaran (bidang studi) yang ditawarkan pengalaman belajar yang bermanfaat.
itulah yang disebut kurikulum. Kegiatan Pandangan modern berpendapat bahwa
belajar, selain yang mempelajari mata- semua pengalaman belajar itulah
mata pelajaran itu, tidak termasuk kurikulum.
kurikulum. Padahal, sebagaimana kita Untuk tercapainya suatu tujuan
ketahui, kegiatan belajar di sekolah tidak pendidikan Islam, maka mayoritas
hanya kegiatan mempelajari mata lembaga-lembaga pendidikan Islam
pelajaran. Mempelajari mata pelajaran khususnya di pesantren, mengadakan
hanyalah salah satu kegiatan belajar di penggemblengan diri yang dilakukan
sekolah. dalam pesantren mencangkup banyak hal,
Adanya pandangan bahwa diantaranya melalui pengkajian kitab
kurikulum hanya berisi rencana pelajaran kuning. Karena kitab kuning merupakan
di sekolah disebabkan oleh adanya karya para ulama Islam terdahulu yang
pendangan tradisional yang mengatakan ditulis dengan menggunakan bahasa Arab
bahwa kurikulum memang hanya rencana tanpa memakai harakat (gundul).
pelajaran. Pandangan tradisional ini Pengkajian kitab kuning ini diperlukan,
sebebnarnya tidak terlalu salah; mereka sebab melalui kitab-kitab kuning inilah
membedakan kegiatan belajar kurikuler para ulama serta santri (umat Islam yang
dari kegiatan belajar ekstrakurikuler dan mengaji di pesantren) memperdalam
kokurikuler. Kegiatan kurikuler ialah kajian keilmuan, terutama yang
berhubungan dengan ilmu keagamaan, lokasi penelitiannya adalah pondok
seperti: al-Qur'an, hadits, fiqih, ushul fiqih, pesantren Al-Amien Tegal di Prenduan.
aqidah, akhlak/tasawuf dan tata bahasa Yangmana pesantren tersebut merupakan
Arab (nahwu). pesantren yang tertua di desa Prenduan.
Penggemblengan diri atau Dalam penelitian ini, peneliti
pembelajaran yang terjadi di pesantren, menggunakan model analisis data yang
tidak dapat lepas dari unsur-unsur yang paling banyak digunakan dalam penelitian
berhubungan dengan metode kualitatif yaitu metode perbandingan tetap
pembelajaran, sebab penggunaan metode (Constant Comparative Method) dan
pembelajaran yang kurang tepat dapat secara umum, proses analisis datanya
menyebabkan terhambatnya proses mencakup; reduksi data, kategorisasi,
pembelajaran yang dilangsungkan. sintesisasi, menyusun hipotesis kerja,
Sebagaimana lazimnya pesantren, pola pengecekan keabsahan data, perpanjangan
metode pembelajaran yang digunakan, keikutsertaan, ketekunan pengamatan,
bisanya masih berpusat pada guru/kyai triangulasi kemudian penarikan
(teacher center), padahal pada saat ini pola kesimpulan.
pembelajaran tersebut sudah mulai diubah
menjadi berpusat kepada siswa/santri A. Deskripsi Objek Penelitian
(student center). PONCILA adalah program
Semua kegiatan pembelajaran di akselerasi (cara cepat) baca kitab kuning
pondok pesantren akan berlangsung yang dikhususkan bagi pemula yang masih
dengan baik manakala guru memahami usia dini untuk mengetahui kaidah-kaidah
berbagai metode atau cara bagaimana nahwu shorrof yang disertai dengan dalil-
materi itu harus disampaikan pada sasaran dalil terperinci untuk mengembangkan
anak didik atau murid. Begitu pula halnya pengetahuan bahasa Arab yang benar.
dengan kegiatan pembelajaran yang ada di Adapun latar belakang berdirinya
pondok pesantren, yang selama ini banyak PONCILA yaitu karena rasa keprihatianan
dilakukan oleh wakil kiai. Sedemikian terhadap generasi muda yang akhir-akhir
pentingnya metode dalam proses belajar ini semakin krisis moral dan minimnya
mengajar ini, maka proses pembelajaran pengetahuan agama, oleh karenanya
tidak akan berhasil dengan baik manakala diperlukan program untuk mewadahi
guru tidak menguasai metode generasi muda saat ini dalam
pembelajaran atau tidak cermat memilih mengantisipasi perkembangan zaman yang
dan menetapkan metode apa yang tidak selaras dengan kaidah syariat Islam.
sekiranya tepat digunakan untuk PONCILA berdiri pada hari Rabu
menyampaikan materi pelajaran kepada tanggal 23 April 2013 yang diremsikan
peserta didik. langsung oleh pengasuh Pondok Pesantren
Al-Amien Tegal beserta para pengurus
pondok dengan menjunjung tinggi falsafah
“an-nahwu was-shorfu taaju-l-fataa”
yang didasari dengan visi “Mencetak
B. Metode Penelitian
pemuda yang redyvoryus, multiguna,
Penelitian ini merupakan penelitian
berakhlakul karimah dan berilmu
kualitatif dengan menggunakan
amaliyah”, sedangkan misi yang
pendekatan kasus yang membutuhkan
ditetapkan PONCILA adalah menguasai
pengumpulan data. Adapun prosedur
bahasa Arab yang benar dan terperinci,
dalam mengumpulkan data adalah
berakhlakul karimah dalam kehidupan
melakukan wawancara, observasi, dan
sehari-hari dan mengaplikasikan kegiatan
dokumentasi. Akan tetapi kehadiran
ubudiyah sebagai sarana hubungan
peneliti merupakan salah satu langkah
rububiyah (ketuhanan).
penting dalan penelitian ini. Sedangkan
Ada perumpamaan yang mengatakan dan zaman modernisasi. Maksudnya
bahwa belajar di waktu kecil bagaikan ‫اﻟﻤﺤﺎﻓﻈﺔ ﻋﻠﻰ اﻟﻘﺪﯾﻢ اﻟﺼﺎﻟﺢ واﻷﺧﺬ ﺑﺎاﻟﺠﺪﯾﺪ‬
mengukir di atas air. Dari istilah ini ‫اﻷﺻﻠﺢ‬, jadi kurikulum di PONCILA
memotivasi kami segenap jajaran pondok melestarikan budaya lama yang baik,
untuk maju dan berkembang guna dan mengambil budaya baru yang
mengimplementasikan peranan pemuda lebih baik. Dalam artian peran
dalam menghadapi perkembangan zaman kurikulum di PONCILA memiliki
di era globalisasi yang semakin jauh dari peranan yang kreatif dan peran kritis
agama yang salah satu faktornya serta evaluatif.
disebabkan oleh kurang kontrolnya Sesuai dengan peran yang harus
campur tangan orang tua, maka dipandang “dimainkan” kurikulum sebagai alat
perlu untuk menampung para pemuda dan pedoman pendidikan di
memperbaiki generasi masa depan yang PONCILA, maka isi kurikulum harus
lebih baik, sesuai dengan maqalah Arab sejalan dengan tujuan pendidikannya.
“syubbanul yaum rijalul ghod” pemuda Oleh karenanya, dilihat dari cakupan
hari ini adalah harapan hari esok. dan tujuannya, isi kurikulum di
Program PONCILA menitik PONCILA memliki empat fungsi,
beratkan pada penguasaan kaidah bahasa yaitu: bertanggung jawab atas
Arab seperti membaca, memahami dan kurikulum yang ia mainkan,
memperdalam kitab-kitab klasik (kitab kurikulum di PONCILA memilki
kuning) yang berbahasa Arab juga fungsi rediforius (multiguna), dan
penanaman akhlakul karimah kepada para yang terakhir adalah mencetak santri
santri dalam menjalani kehidupan sehari- yang berahklakul karimah dan berilmu
hari di pondok selama 24 jam dan amaliah.
membudayakan kegiatan ubudiyah sebagai Proses atau pengelolaan
pondasi awal dalam mengamalkan menejemen kurikulum dalam
kegiatan-kegiatan keagamaan ketika terjun pembelajaran kitab kuning di
di tengah-tengah masyarakat, seperti PONCILA, sudah diataur dalam
pepatah bahasa Inggris “the sains without AD/ART PONCILA, yaitu dalam
religious is bland and the religious without program tahunan, bulanan, mingguan,
sains is nounsen” ilmu umum tanpa dan harian. Program mingguannya
didasari ilmu agama bagaikan orang buta berupa; evaluasi santri, mau’idzoh
dan ilmu agama tanpa ilmu umum hasanah, musyawarah mingguan,
bagaikan orang pincang. evaluasi pengurus, tahsinul ibadah
wal qira’ah, dan pengajian kitab
kuning. Program bulanannya;
B. Hasil Temuan Penelitian demostrasi serentak, dan rapat
1) Peran Kurikulum Terhadap kepengurusan. Program tahunan;
Pembelajaran Kitab Kuning di GETARIA (Gebyar Takbir Hari Raya
PONCILA Prenduan Iedul Adha), liburan mulid Nabi,
Kurikulum di PONCILA liburan bulan Ramadhan, wisuda
dipersiapkan dan dikembangkan untuk PONCILA, tasyakuran hari jadi
mencapai tujuan pendidikan, yakni PONCILA, Maulid Nabi Muhammad
mempersiapkan peserta didik agar dan Haul KH. Ahmad Chotib.
mereka dapat hidup di masyarakat. Pada dasarnya pengelolaan
Oleh karenanya, sebagai salah satu manajemen kurikulum di PONCILA,
komponen dalam sistem pendidikan di berada pada program harian santri
PONCILA, paling tidak kurikulum yang dipadatkan dengan bermacam-
memiliki peran khsusus, yaitu: macam kegiatan keagamaan, seperti
mengkorelasikan antara zaman salafi kegiatan ubudiyah, pengajian kitab
kuning, dan pengembangan ilmu alat salah satu santri nilainya tidak
(tata bahasa Arab). Dengan sampai target, maka ia wajib
terealisasinya program harian santri mengulangnya kembali dari awal.
dengan baik, maka dapat dibuktikan
bahwa pelaksanaan kurikulum di 2) Peran Pembelajaran Kitab
PONCILA dikatakan berjalan sesuai Kuning Di PONCILA
dengan keinginan pengasuh pesantren. Prenduan
Pengimplementasian kurikulum di Metode sangatlah penting dalam
PONCILA, semuanya bermuara penyampaian materi kepada anak
kepada tercapainya tujuan pendidikan, didik. Sama seperti halnya metode
dan salah satu dari kegiatan yang yang diterapkan oleh guru-guru
dikelola meliputi: PONCILA kepada santri-santrinya
1. Perencanaan. Di dalam yang merupakan ciri khas dari
perencanaan, setiap guru PONCILA itu sendiri. Hal ini
diwajibkan membuat silabus yang dikarenakan model mengajarnya dapat
mencakup standar kompetensi, dianggap teori mini yang bersifat
kompetensi dasar, materi mekanis. Adapun teorinya yang
pokok/pembelajaran, kegiatan digunakan adalah teori Behavioristik
pembelajaran, indikator pencapaian dan Humanistik.
kompetensi untuk penilaian, Teori behavioristik lebih
alokasi waktu dan sumber belajar. menekankan pada perilaku santri
2. Pelaksanaan. Pembelajarannya PONCILA yang dibentuk melalui
lebih menekankan pada praktik, hubungan antara rangsangan
contonya: santri diwajibkan (stimulus) dengan respon. Jadi teori
membaca kitab kuning dengan ini lebih menekankan pada
benar, setelah menguasai ilmu alat. terbentuknya perilaku sebagai hasil
Pembelajarannya lebih ditekankan dalam belajar. Dan teori selanjutnya
pada masalah-masalah agama yang adalah Teori Humanistik
aktual yang secara langsung (memanusiakan manusia). Jadi santri
berkaitan dengan kehidupan nyata PONCILA di dalam proses belajarnya
masyarakat. Permasalahan tersebut, harus berusaha mencapai aktualisasi
santri dapat mengkajinya secara diri dengan sebaik-baiknya.
detail dari berbagai macam kitab- Keberhasilannya dapat diukur jika
kitab klasik, contohnya kegiatan anak didik mampu memahami dirinya
bahsul masail, dan memahami sendiri dan lingkungannya. Selain itu,
hukum-hukum Islam (masalah santri diwajibkan menguasai ilmu alat,
shalat, puasa, wudlu’ dan lain- agar mempermudah santri dalam
lainnya). aktual yang secara mempelajari kitab kuning.
langsung berkaitan dengan Kedua teori tersebut membuat
kahidupan nyata yang ada di seorang guru memakainya, sehingga
masyarakat. Selain itu memunculkan beberapa model
dikembangkannya suatu model pengajaran baru yang sering dipakai
pembelajaran moving class. Jadi oleh guru disaat pengajaran kitab
pelaksanaan pembelajarannya tidak kuning berlangsung. Model
di kelas, melainkan di luar kelas. pembelajaran yang sering dipakai oleh
3. Evaluasi. Penilaian ini dilakukan guru-guru PONCILA sangat
secara berkesinambungan untuk bermacam-macam. Namun,
memantau proses kemajuan, kebanyakan guru-guru menggunakan
sedangkan untuk perbaikan Model Information Processing;
nilainya tidak ada. Karena jika maksudnya santri dapat menjiwai
materinya, ketika mereka belajar dengan kelompok lainnya dalam
kitab-kitab klasik, seperti membaca memecahkan suatu hukum yang
takriran/membaca Andzimatul Bayan disertai dalilnya.
dan Amtsilatut Tashrifiyah dengan 3. Metode Bermain Peran;
menggunakan lirik-lirik lagu pop, maksudnya santri diwajibkan
dangdut, dan lain-lainnya, yang menguasai bahan pelajaran
menggunakan beberapa media khusus, melalui pengembangan imajinatif,
yaitu gayung, galon kosong, botol daya ekspresi, dan penghayatan ini
aqua dan yang lainnya. Alat tersebut dilakukan dengan memerankan
ditabuh dan disesuaikan dengan lirik seseorang dari sejarah, dunia
yang ada (berirama). Selanjutnya pengetahuan, dan lain-lain, hal ini
menggunakan Model Personal; sering dilakukan ketika
maksudnya dalam pembacaan mengadakan dramalisasi bahasa
takriran, santri dikelompokkan Arab.
menjadi beberapa kelompok, 4. Metode Demonstrasi; maksudnya
yangmana tujuannya mengajari guru mengajar dengan
mereka untuk mengorganiasikan suatu mempertunjukkan cara kerja suatu
kelompok kecil, dan fungsi lainnya benda. Benda itu dapat berupa
adalah membangun emosionalnya. benda sebenarnya atau suatu
Yang terkahir adalah Model Sosial; model. Metode ini digunakan
maksudnya santri ditekankan pada ketika pembacaan
proses interaksi antar individu yang takriran/membaca Andzimatul
terjadi dalam kelompok individu Bayan dan Amtsilatut Tashrifiyah
tersebut. dengan menggunakan lirik lagu-
Di lain sisi, sebaliknya ada lagu pop dan dangdut, dan
beberapa faktor yang mendukung pembacaan tersebut santri
terhadap pembelajaran kitab kuning di menggunakan media khusus
PONCILA, salah satunya adalah sebagai pengganti alat musiknya,
penggunaan metode pembelajaran seperti gayung, galon, botol aqua.
yang digunakan oleh para guru. 5. Metode Tanya-Jawab; maksudnya
Adapun metode yang digunakan, ustad menyajikan bahan pelajaran
antara lain: melalui berbagai bentuk
1. Metode Eksperimen; guru pertanyaan yang dijawab oleh
memberikan tugas kepada siswa. Biasanya metode ini
santrinya dan memberikan dipakai ketika pelajaran mau
kesempatan kepada santri untuk ditutup oleh ustadnya atau guru
melaksanakannya. Biasanya guru memberikan pertanyaan kepada
memberikan tugas untuk santrinya tentang materi yang
mengahafal suatu materi. sebelumnya (sebelum pelajaran
2. Metode Proyek; maksudnya santri dimulai).
diberikan kesempatan untuk 6. Metode Latihan; maksudnya ustad
menghubungkan dan memberikan kesempatan kepada
mengembangkan sebanyak santri untuk berlatih melakukan
mungkin pengetahuan yang telah suatu keterampilan tertentu
diperoleh dari berbagai mata berdasarkan penjelasan atau
pelajaran, baik ilmu pengetahuan petunjuk guru. Biasanya metode
yang didapatkan dari sekolah ini dipakai ketika guru
umumnya dan sekolah agamanya memberikan tugas (PR).
(PONCILA). Biasanya saat 7. Metode Ceramah; maksudnya
musyarah kelompok belajar ustad menyajikann materi melalui
penuturan dan penerangan lisan bahwa metode pembelajaran kitab
guru kepada santri. Bisanya kuning sangatlah penting membantu
metode ini dipakai ketika santri dalam pemahaman materinya.
pembelajaran kitab kuning. Tanpa adanya kerjasama yang baik
8. Metode Permainan; maksudnya antara ustad dan santri, maka kegiatan
guru menyajikan bahan pelajaran pembelajaran kitab kuning tidak akan
melalui berbagai bentuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh
permainan, baik berupa teka-teki. pengasuh dan direktur.
Biasanya metode ini dipakai Sedangkan metode pembacaan
ketika ustad memberikan kuis takriran/membaca Andzimatul Bayan
kepada santrinya dalam 1 bulan dan Amtsilatut Tashrifiyah merupakan
1x, dan yang berhasil menjawab metode pembelajaran kitab kuning
kuisnya, ia mendapatkan mie dari Mambaul Ulum Bata-bata,
instan yang sudah tersaji. pencetusnya adalah Raden KH. Abdul
9. Metode Cerita; maksudnya guru Majid dan dikembangkan oleh
menanamankan nilai-nilai kepada keturunannya yaitu Raden KH. Abdul
santri dengan mengungkapkan Mun’im Bayan Amz. Metode ini
kepribadian tokoh-tokoh Islam dan dibawa oleh KH. Muhajiri selaku
sejarah Islam. Biasanya metode ini pengasuh, karena beliau menantu dari
dilakukan ketika pembelajaran KH. Abd. Majid Bata-bata. Dari
kitab kuning. sinilah, beliau menerapkan metode ini
10. Metode Simulasi; maksudnya guru di pondok Al-Amien Tegal,
menyajikan bahan pelajaran khususnya dalam program
melalui kegiatan praktik langsung akselerasi/PONCILA.
tentang pelaksanaan nilai-nilai Kesebelas metode tersebut, tidak
agama, penerapan pengetahuan, lepas dengan persiapan yang sangat
dan keterampilan yang matang. Sehingga dapat memberikan
berlangsung dalam kehidupan kepuasan pada santrinya. Istilah
sehari-hari, khususnya kehidupan persiapan tersebut, kita kenal dengan
yang ada pesantren. Metode ini strategi guru sebelum memberikan
dipakai dalam kegiatan ubudiyah. materinya di kelas. Adapun strategi
Jadi apa yang didapatkan dari pembelajaran kitab kuning di
pembelajaran kitab kuning, PONCILA adalah:
khususnya ilmu agama, maka 1. Strategi Pembelajaran Inkuiri;
santri wajib mengamalkannya. maksudnya ustadz merangkai
11. Metode Pemecahan Masalah; kegiatan pembelajaran yang
maksudnya kegiatan pembelajaran menekankan kepada proses
dengan jalan melatih santri berpikir secara kritis dan analitis
menghadapi berbagai masalah, untuk mencari dan menemukan
baik itu masalah pribadi atau sendiri jawaban yang sudah pasti
perorangan maupun masalah dari suatu masalah yang
kelompok untuk dipecahkan dipertanyakan. Strategi ini, sering
sendiri atau secara bersama-sama. dipakai disaat berlangsungnya
Biasanya kegiatan ini saat pembejaran kitab kuning.
pelaksanaan bahtsul masail. 2. Strategi Pembelajaran Kooperatif;
maksudnya ustadz membuat
Sehubungan dengan paparan di model pembelajaran dengan
atas tadi, maka metode yang menggunakan sistem
digunakan oleh guru-guru PONCILA pengelompokan/tim kecil, yaitu
sangatlah beragam. Dan sudah jelas, antara empat sampai enam orang
yang mempunyai latar belakang pembelajaran ilmu tajwid dan tahsinul
kemampuan akademis, jenis khat. Jenjang ini ditempuh maksimal 3
kelamin, ras atau suku yang bulan. Jika santri tersebut tidak bisa
berbeda (heterogen). Di setiap menguasai materi ilmu tajwid dan
kelompok, ada guru khusus yang tahsinul khat. maka santri tersebut
membimbingnya, atau dikenal tidak dinyatakan masuk ke jenjang
dengan istilah musyrif. berikutnya, yaitu yang kedua kelas
3. Strategi Pemebelajaran I’dadi. Di kelas inilah, para santri
Peningkatan Kemampuan diarahkan dengan baik oleh para
Berpikir; maksudnya ustadz asatidznya dan pemfokusannya adalah
menekankan kepada kemampuan membaca kitab kuning dengan baik
santri, namun materi pelajaran dengan menggunakan beberapa bahan
tidak disajikan begitu saja kepada ajar tertentu.
siswa. Akan tetapi, siswa Bahan ajar merupakan media
dibimbing untuk menemukan khusus dalam tercapainya suatu tujuan
sendiri konsep yang harus dikuasai pendidikan dan media sebagai alat
melalui proses dialogis yang terus- bantu dalam proses mengajar. Media
menerus dengan memanfaatkan yang digunakan oleh ustadz
pengalaman siswa. Strategi ini PONCILA, yaitu media berbasis
dipakai ketika ustadz memberikan manusia, karena media ini merupakan
suatu permasalahan hukum, yang media tertua yang digunakan untuk
harus dipecahakan bersama (per- mengirimkan dan
kelompok). mengkomunikasikan pesan atau
4. Strategi Pemebelajaran Afektif; informasi. Selain itu, media berbasis
maksudnya ustadz dapat menilai cetakan, dan media ini paling umum
(value) setiap santri, menyangkut dikenal adalah buku teks. Adapun
kesadaran santri (yang tumbuh media berbasis teks yang dijadikan
dari dalam), namun ustadz tidak bahan ajar, adalah:
bisa menyimpulkan bahwa sikap
santri itu baik, misalnya dilihat
dari kebiasaan berbahasa atau ‫ ﻧﺒﺬة اﻟﻨﯿﺎن ﻓﻰ ﺗﺴﮭﯿﻞ ﻣﻌﺮﻓﺔ ﻗﻮاﻋﺪﺳﯿﺎق ﻛﻼ م أھﻞ‬.1
sopan santun seorang santri, yang ‫اﻟﻌﺮﻓﺎن‬
merupakan hasil dari proses Pengarangnya adalah Syaikh Abdul
pembelajaran yang dilakukan Majid ibnu Abdul Hamid ibni Itsbat.
gurunya. Mungkin sikap itu Kitab ini merupakan kitab pemula
terbentuk oleh kebiasaan dalam bagi seorang santri PONCILA. Titik
keluarga dan lingkungan sekitar. tekannya adalah bagaimana seorang
Akan tetapi seluruh ustadz santri menguasai ilmu alat untuk bisa
PONCILA menilai santrinya membaca kitab kuning sesuai dengan
terhadap keaktifannya dalam kaidah nahwiyahnya dan
mengikuti program hariannya, sharfiyahnya. Kitab Nubdzatul Bayan
khususnya ubudiyahnya. terdiri dari 7 jilid. Setiap jilid wajib
ditempu selama 1 bulan. Untuk jilid
3) Bahan Ajar Pembelajaran ke-7, adalah buku yang
Kitab Kuning di PONCILA pembahasannya menekankan kepada
Prenduan praktik. Jilid 7 terdiri dari 2 praktik,
Sistem pendidikan yang ada di dan ditempuh selama 3 bulan. Jika
PONCILA memiliki dua tahap. santri tidak lulus dari dari setiap jilid,
Pertama kelas Tamhidi, dimana maka santri tersebut mengulang
seorang santri difokuskan kepada materinya dari depan.
‫ أﻣﺜﻠﺔ اﻟﺘﺼﺮﯾﻔﯿﺔ‬.2 dan bisa mengantisipasi permasalahan
Pengarangnya adalah Syaikh yang terjadi pada zaman modernisasi,
Muhammad Ma’sum ibni Ali. Kitab Di lain sisi tingkatan kesukaran bahan
ini untuk mencocokkan dan belajar santri sangatlah mendukung,
membandingkan lafadz/kata yang karena berdasarkan metodenya itu
berbahasa Arab. (nubdah) sendiri, tujuannya adalah
‫ ﻓﺘﺢ اﻟﻘﺮﯾﺐ‬.3 mengayomi dan mewadahi semua
Pengarangnya adalah Imam Allamata asumsi dan apresiasi dari lapisan
Ahmad bin Husain At-Tasyhini Abi santri (kemauan santri).
Syuja’. Kitab ini untuk bahan praktik
membaca dari semua materi yang 4) Evaluasi Pembelajaran Kitab
sudah dipelajari dari kitab Kuning di PONCILA Prenduan
sebelumnya. Di lain sisi, kitab ini Alat penilaian di PONCILA
adalah kitab yang paling dasar untuk menggunakan tes tulis dan tes lisan.
memahami ilmu fiqih. Tes tulis; santri diminta untuk mengisi
‫ ﻛﻔﺎﯾﺔ اﻷﺧﯿﺎر‬.4 soal yang sudah ditentukan oleh
Pengarangnya adalah Imam bagian pendidikan. Sedangkan tes
Taqiyuddin Abi Bakar Muhammad lisan; tanya jawab langsung dengan
Husain Al-Hisni Ad-Damasqi As- pembimbignya masing-
Syafi’ie. Kitab ini sebagai penguasaan masing/musyrif. Kedua tes tersebut
dan pendalaman ilmu fiqih secara merupakan alat untuk mengukur
luas. keberhasilan santrinya, yang mana
‫ ﺑﻠﻮغ اﻟﻤﺮام‬.5 pengevaluasian pembelajaran kitab
Pengarangnya adalah Hafidz bin kuning ini, lebih ditekankan kepada
Majari Al-Ashqalani. Kitab ini praktik membaca dan memahami
sebagai acuan dari hadis-hadis yang secara mendetail akan isi dan
berkenaan dengan ilmu fiqih. kandungan dari kitab-kitab klasik
‫ ﻓﻀﺎﺋﻞ اﻷﻋﻤﺎل‬.6 yang telah dipelajarinya. Akan tetapi
Pengarangnya adalah Syaikh Hadin hasil akhir dari penilai tersebut, tidak
Maulana Muhammad Zakariya Al- menfokuskan pada bidang
Kandahlawi. Kitab ini sebagai intelektualnya saja, tetapi guru juga
pendahuluan pembinaan akhlak menilai dari emosionalnya dan tingkat
Rububiyyah dan Uluhiyyah. spiritualitasnya, seperti keaktifan
Maksudnya hubungan Ketuhanan dan santri dalam mentaati peraturan
kemanusiaan. pesantren (akhlak) dan mengikuti
‫ ﻣﻨﺘﺨﺐ اﻷﺣﺎدﯾﺚ‬.7 kegiatan ubudiyahnya. Karena tujuan
Pengarangnya adalah Syaikh Maulana utamanya adalah mencetak generasi
Yusuf Al-Kandahlawi. Kitab ini muda yang berakhlakul karimah.
sebagai acuan dari hadis-hadis yang Untuk para santri yang
berkenaan dengan akhlak Rububiyyah berprestasi, ia akan diberikan sebuah
dan Uluhiyyah. penghargaan oleh pengasuh, yakni
berupa piagam penghargaan. Bahkan
Semua isi bahan belajar dengan setelah ia lulus dari PONCILA, santri
sasaran belajar sangatlah sesuai tersebut dijadikan tenaga
dengan kurikulum yang ada di kependidikan dan membantu
PONCILA, dan tidak ada bahan pesantren, istilah ini dikenal dengan
pengganti yang sederajat dengan “pengabdian masyarakat”.
programnya. Karena bahan ajar ini
merupakan bahan ajar yang harus C. Pembahasan
dimiliki oleh generasi muda sekarang,
Metode pembelajaran kitab kuning untuk bidang pengetahuan
yang dipakai adalah metode yang sudah keislaman tertentu dengan
lazim dipakai di setiap pesantren, yaitu: menggunakan kitab referensi yang
1. Metode Bandongan/Klasikal. sama untuk mengupas dan
Dalam metode ini kiai/ustad menjelaskan materi yang
membaca, menerjemahkan, dan terkandung dalam kitab tersebut,
menjelaskan isi kitab, sedangkan bahkan membetulkan bacaan murid
santri menyimak, menulis ulang yang membaca di hadapannya.
apa yang telah dijelaskan oleh 6. Metode diskusi (munadzarah).
kiainya. Penyampaiannya sering Metode diskusi dapat diartikan
menggunakan bahasa daerah, sebagai jalan untuk memecahkan
terkadang pula memakai bahasa suatu permasalahan yang
Indonesia. memerlukan beberapa jawaban
2. Metode sorogan. Metode sorogan alternatif yang dapat mendekati
adalah pengajian yang merupakan kebenaran dalam proses belajar
permintaan dari seorang atau mengajar. Di dalam forum diskusi
beberapa orang santri kepada atau munadharah ini, para santri
kyainya untuk diajari kitab tertentu, biasanya mulai santri pada jenjang
pengajian sorogan biasanya hanya menengah, membahas atau
diberikan kepada santri-santri yang mendiskusikan suatu kasus dalam
cukup maju, khususnya yang kehidupan masyarakat sehari-hari
berminat hendak menjadi kyai untuk kemudian dicari
Metode sorogan Metode sorogan pemecahannya secara fiqh
adalah pengajian yang merupakan (yurisprudensi Islam). Dan pada
permintaan dari seorang atau dasarnya para santri tidak hanya
beberapa orang santri kepada belajar memetakan dan
kyainya untuk diajari kitab tertentu, memecahkan suatu permasalahan
pengajian sorogan biasanya hanya hukum namun di dalam forum
diberikan kepada santri-santri yang tersebut para santri juga belajar
cukup maju, khususnya yang berdemokrasi dengan menghargai
berminat hendak menjadi kyai. pluralitas pendapat yang muncul
3. Metode Hafalan. Metode ini, santri dalam forum.
diberikan tugas untuk
menghafalkan beberapa isi yang Keenam metode inilah yang dipakai
ada di dalam kitab kuning tersebut, oleh setiap guru di PONCILA, karena
dan disetorkannya kepada metode ini merupakan metode klasikal
kiai/ustadnya. yang sering dipakai oleh para kiai salaf.
4. Metode Evaluasi. Dalam metode Akan tetapi, ada beberapa metode yang
evaluasi, santri harus menjawab jarang dipakai oleh pesantren salaf, yaitu
pertanyaan yang diberikan oleh Metode Team Teaching. Metode ini juga
ustadz. Pertanyaan-pertanyan merupakan salah satu metode yang
tersebut biasanya dalam bentuk digunakan pembelajaran kitab di
tulisan, lisan ataupun praktek. PONCILA. Metode Team Teaching
Metode ini dilakukan dengan diterapkan dalam pembelajaran kitab
tujuan untuk mengetahui sejauh Fathul Qarib, Kifayatul Akhyar, Bulughul
mana pemahaman santri terhadap Maram, fadhailul a’mal, dan Muntakhabul
materi yang telah diterimanya. Ahadits. Dalam penerapannnya yaitu
5. Halaqah. Halaqah adalah metode di ketika proses pembelajaran berlangsung
mana murid belajar secara ada beberapa guru yang masuk dalam
langsung satu per satu kepada guru kelas/tempat, kemudian siswa dibagi
menjadi beberapa kelompok, dan setiap kelompok. Pengelompokan tersebut
kelompok diampu oleh satu guru. dirancang, agar sanri dapat diarahkan oleh
Dengan dimasukkannya kitab kuning guru pembimbingnya (wali kelas). Di
kedalam kurikulum pendidikan formal, dalam KBM, santri dapat mempelajari cara
maka seorang guru/pengajarnya harus menerjemahkan kitab klasik, pemberian
benar-benar profesional, memiliki dalil-dalil khusus, penentuan hukum (i’rab
kemampuan intelegency yang tinggi dan atau mengi’lal), bahkan mengharakati
mampu memilih serta mengkombinasikan tulisan gundul tersebut.
metode-metode pengajaran yang tepat. Selain kegiatan KBM, ada kegiatan
Karena pada dasarnya kitab kuning adalah uji kemampuan dalam menguasai
kitab salaf (kuno) dan cara pembelajarannya yang berupa tes tulis;
penyampaiannya pun menggunakan santri diberikan tugas oleh
metode konvensional pula, sementara pembimbingnya masing-masing. Tes ini
PONCILA adalah suatu program sering dilakukan pada pukul 04.30-06.00,
akselerasi pendidikan yang berdiri dalam dan pula pada pukul 15.30-17.00.
zaman modern, dan dituntut untuk Sedangkan untuk tes lisan, dilaksanakan
mendidik siswa agar mampu menjawab pada jam 21.00-23.00, karena peran tes
tantangan zaman dengan berbekal ilmu lisan ini santri menyetorkan hafalan
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta materinya. Dengan kedua tes ini, guru
harus di imbangi dengan iman dan takwa lebih menekankan pada penerapan atau
(IMTAK) yang tinggi yang akan aplikasi materinya, dan santri dituntut
senantiasa dihadapkan dengan memiliki kemampuan untuk menyeleksi
kemodernan. atau memilih suatu abstrasi tertentu
Berdasarkan data yang ada, bahan (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan,
pengajaran kitab kuning di PONCILA cara) serta tepat diterapkan dalam situasi
berasal dari materi-materi yang ada di baru dan menerapkannya secara benar.
pondok pesantren umumnya. Tetapi, ada Jika kita kaji pengevaluasian
salah satu bahan ajar yang memang pembelajaran kitab kuning yang ada di
sengaja berkiblat kepada pondok pesantren PONCILA, sangatlah mirip dengan teori
Mambaul Ulum Bata-bata Pamekasan, Taksonomi Bloom, karena pengevaluasian
yangmana bahan ajar tersebut merupakan tersebut lebih menekankan pada ranah
karya dari seorang pakar bahasa Arab, afektifnya. Guru tidak menfokuskan
yaitu Raden KH. Abdul Mun’im Bayan penilaian pada pengembangan
Amz. Beliau lah yang membuat suatu kitab intelektualnya, melainkan pada sikap atau
yang diberi nama Nubdzatul Bayan, yang nilainya. Maksudnya siswa ditanya
isinya tentang ilmu alat atau ilmu dasar mengenai responsnya yang melibatkan
tentang tata cara membaca kitab kuning sikap atau nilai telah mendalam di
dengan baik. Kitab inilah dijadikan bahan sanubarinya, dan guru meminta dia untuk
pokok bagi santri PONCILA, dan mempertahankan pendapatnya.
ditekankan kepada santri untuk menguasai Selain tes IQ, guru juga menilai
kitab ini, karena kitab inilah dijadikan keaktifan santri dalam mengikuti program
kitab pemula bagi seorang santri harian yang begitu padat. Terutama yang
PONCILA. Tanpa menguasai kitab berkenaan dengan bidang ubudiyah.
Nubdzatul Bayan, seorang santri sulit Karena kegiatan ubudiyah ini, merupakan
membaca kitab kuning dengan baik. pondasi bagi santri PONCILA yang harus
Setelah santri tersebut menguasai dimiliki oleh setiap individu, dan
kitab Nubdzatul Bayan, maka secara merupakan juga merupakan bekal untuk
otomatis ia dinyatakan bisa mempelajari mereka sebelum ia terjun ke masyarakat.
kitab kuning dan dibimbing oleh guru Kegiatan ubudiyah ini, berupa
pembimbingnya masing-masing mengerjakan shalat 5 waktu secara
berjamaah, shalat tahajud, shalat witir, pengajian umum adalah metode
shalat dluha, dan membaca al-Qur’an. bandongan, dikarenakan jumlah santri
Jika kita analisis secara mendalam, yang sangat besar. Dalam proses
bahwa kegiatan ubudiyah ini merupakan berlangsungnya, sebelum dan sesudah
isi atau bahasan yang ada di dalam kitab pembelajaran kitab didahului dengan doa-
Fathul Qarib, Kifayatul Akhyar, Bulughul doa yang ditujukan kepada nabi
Maram, fadhailul A’mal, dan Muntakhabul Muhammad saw, orang tua, guru, dan
Ahadits. Jadi jika salah seorang santri pengarang kitab, sehingga diharapkan ilmu
PONCILA tidak mengikuti kegiatan yang dipelajarinya akan membawa
ubudiyah, berarti santri tersebut tidak barokah. Dari kesimpulan di atas, maka
mengamalkan ilmu yang ia pelajari dalam peneliti dapat memperinci lagi bahwa
kitab-kitab klasik tersebut. Maksudnya metode mengajar sangat fleksibel dan
santri mengaplikasikan kegiatan ubudiyah sangat tergantung dengan berbagai faktor
sebagai sarana hubungan rububiyah yang perlu dipertimbangkan. Dengan kata
(ketuhanan). lain dapat dikatakan "NO SINGLE
METHOD IS THE BEST ", tidak ada satu
A. Kesimpulan metode yang terbaik, yang ada adalah
Terimplementasinya kurikulum metode yang sesuai.
dalam pelaksanaan pembelajaran kitab Bahan ajar yang dipakai di dalam
tanpa harakat atau kitab kuning di pembelajaran kitab kuning di PONCILA
PONCILA masih memiliki corak meliputi kitab Nubdzatul Bayan,
tradisional, yakni masih menggunakan Amtsilatut Tashrifiyah, Fathul Qarib,
ilmu-ilmu khas pesantren yang terdapat Kifayatul Akhyar, Bulughul Maram,
dalam kitab kuning dan tidak memasukkan fadhailul A’mal, dan Muntakhabul
ilmu-ilmu umum dalam kurikulum Ahadits. Ketujuah kitab tersebut
pendidikannya. Bentuk pengembangan merupakan bahan ajar yang harus dikuasai
pembelajaran kitab kuning yang dilakukan oleh santri yang berada di tingkat i’dadi,
adalah dari segi pengembangan rencana sedangkan tamhidi; santri lebih difokuskan
dan metode pembelajaran. kepada pembelajaran ilmu tajwid dan
Metode pembelajaran yang dipakai tahsinul khat. Karena sebelum
di dalam pembelajaran kitab kuning di mempelajari ilmu alat dan kitab-kitab
PONCILA meliputi metode bandongan, klasik, seorang santri harus memahami
metode sorogan, metode hafalan, metode ilmu dasar ini.
evaluasi, metode halaqah, dan metode Evaluasi pembelajaran yang dipakai
diskusi (munadzarah). Akan tetapi setiap di dalam pembelajaran kitab kuning di
guru memiliki ciri khas tersendiri dalam PONCILA yaitu mensgadakan
menyampaikan materinya, karena setiap pengukuran/tes kemampuan dengan
tatap muka, metodenya selalu berganti- menggunakan tes tulis dan tes lisan. Kedua
ganti. Terkadang ustadz menggunakan tes tersebut hanya dijadikan hipotesa
metode eksperimen, metode proyek, sementara, karena tes hasil IQ tersebut
metode bermain peran, metode dicocokkan dengan sikap atau akhlak
demonstrasi, metode tanya-jawab, metode santri, khsusunya keaktifan santri dalam
latihan, metode ceramah, metode melaksanakan kegiatan ubudiyahnya
permainan, metode cerita, metode sebagai sarana hubungan rububiyah
simulasi, dan metode pemecahan masalah. (ketuhanan).
Metode tersebut digunakan karena
perkembangan zaman, dalam artian tidak DAFTAR PUSTAKA
meninggalkan metode klasik (memedukan
metode modern dengan metode klasik).
Sedangkan metode yang dipakai dalam
Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan
Penelitian Suatu Pendekatan Pembelajaran, Teori dan Praktik
Praktek. Jakarta, Rineka. Pengembangan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta,
Arsyad, Azhar. 1997. Media Kencana Prenada Media Group.
Pembelajaran. Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada. ------------------. 2011. Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standart
Atiek Sismiati, Rugaiyah. 2011. Profesi Proses Pendidikan. Jakarta, Kencana
Kependidikan. Bogor, Ghalia Prenada Media
Indonesia.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Aqib, Zainal. 2010. Profesionalisme Guru Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Dalam Pembelajaran. Surabaya, Bandung, Alfabeta.
Percetakan Insan.
Subini, Nini. 2012. Psikologi
Djauhari, Tidjani, Mohammad. 2008. Pembelajaran. Yogyakarta, Mentari
Membangun Madura. Jakarta, TAJ Pustaka.
Publishing.
Syah, Muhibbin. 2013. Psikologi
---------------------------------------. 2008. Pendidikan Dengan Pendekatan
Masa Depan Pesantren; Agenda Baru. Bandung, PT Remaja
yang Belum Terselesaikan. Jakarta, Rosdakarya.
TAJ Publishing.
Tafsir, Ahmad. 2007. Ilmu Pendidikan
Djamarah, Bahri, Syaiful. 2006. Strategi Dalam Persepektif Islam. Bandung,
Belajar Mengajar. Jakarta, PT PT Remaja Rosdakarya.
Renika Cipta.
-------------------------------. 2005. Guru dan
Anak Didik Dalam Interaksi
Edukatif. Jakarta, PT Rineka Cipta.
E. Mulyasa. 2013. Pengembangan dan
Implementasi Kurikulum 2013.
Bandung, PT Remaja Rosdakarya.
---------------. 2013. Pengembangan dan
Implementasi Kurikulum 2013.
Bandung, PT Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2005. Metodelogi
Penelitian Kualitatif . Bandung, PT
Remaja Rosdakarya Offset.
METODE SELF ASSESSMENT DALAM MENILAI
PENCAPAIAN KOMPETENSI KEPERAWATAN KOMUNITAS II
DI PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN KAMPUS SUTOPO SURABAYA

Siti Nur Kholifah, Minarti, Heru Sulistijono


Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya Jurusan Keperawatan
Program Studi D III Keperawatan Kampus Sutopo Surabaya
Email : kholifah_stp@yahoo.co.id

ABSTRAK
Self-assessment adalah sebuah proses penilaian yang melibatkan mahasiswa sehingga
mampu mengembangkan wawasannya sendiri terhadap proses belajarnya. Tujuan
Penelitian ini untuk mengaplikasikan metode self assessment dalam menilai
pencapaian kompetensi praktik keperawatan komunitas. Desain penelitian action
research dengan menggunakan 4 (Empat) tahapan berupa siklus, jumlah partisipan
adalah 66 orang. Variabel penelitian adalah aplikasi metode self assessment, dengan
lokasi penelitian di Podi D III keperawatan Kampus Sutopo Surabaya. Hasil penilaian
dengan metode self asessment didapatkan 95,45 % kompeten dalam melakukan
pengkajian keperawatan komunitas, 100% kompeten dalam merumuskan diagnosis
keperawatan komunitas, 100% kompeten dalam menyususn perencanaan keperawatan
komunitas, 89,49 % kompeten dalam melaksanakan tindakan keperawatan komunitas
dan 100% mampu mengevaluasi keberhasilan tindakan keperawatan komunitas. Hasil
evaluasi terhadap pelaksanaan metode self assessment seluruhnya (100%) baik. Saran
dalam penelitian ini adalah Merekomendasikan metode self assesment menjadi metode
evaluasi dalam menilai pencapaian kompetensi keperawatan.

Kata kunci : Metode self assesment, penilaian pencapaian kompetensi keperawatan


komunitas II

Latar Belakang
Evaluasi atau penilaian hasil belajar di Definisi self-assessment menurut Brady
institusi pendidikan D III Keperawatan dan Kennedy (2005) adalah sebuah
selama ini hampir seluruhnya proses, yang melibatkan mahasiswa
dilakukan oleh dosen. Kondisi ini sebagai agen utamanya, dimana
dilakukan karena dosen mempunyai mahasiswa mengembangkan wawasan
tanggungjawab terhadap materi sendiri terhadap proses belajarnya.
perkuliahan yang disampaikan baik Dengan menilai usaha sendiri
dalam bentuk teori, praktek mahasiswa dapat memperoleh
laboratorium, dan praktek klinik. pemahaman terhadap masalah atau
Dosen juga berkewajiban menilai pengalaman yang dihadapi. Cara ini
penguasaan materi mulai dari dapat digunakan untuk mengatasi
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan ketidakpuasan mahasiswa terhadap
mahasiswa. Jarang bahkan mungkin penilaian yang dilakukan oleh pengajar
belum dilakukan selama ini penilaian karena persepsi mahasiswa terhadap
atau evaluasi yang dilakukan dengan usahanya sendiri terkadang tidak selalu
melibatkan mahasiswa untuk mengukur sejalan dengan persepsi pengajar
kemampuan diri sendiri atau self- tentang usaha yang telah dilakukan
assessment.
mahasiswa (Grivin & Nick 1991 dalam tidak hanya tergantung kepada
Suharso, 2008). skor/nilai yang diperoleh, tetapi
Saat ini mahasiswa dituntut untuk lebih kemampuan/kesiapan diri seorang
aktif dalam proses pembelajaran, mahasiswa untuk bekerja di bidang
sedangkan peran dosen adalah sebagai keperawatan.
fasilitator. Mahasiswa akan belajar
untuk membangun pengetahuan, Berbagai kompetensi profesi harus
ketrampilan dan perilakunya. dimiliki oleh mahasiswa keperawatan
Kemampuan yang dibangun ini diantaranya adalah keperawatan anak,
berdasarkan pengetahuan, ketrampilan Keperawatan Medikal Bedah,
dan perilaku yang telah dimiliki, keperawatan komunitas, keperawatan
sehingga mahasiswa perlu ditanamkan maternitas, keperawatan gawat darurat,
untuk mengukur kemampuan diri keperawatan keluarga, keperawatan
sendiri atau kompetensinya. gerontik, dan keperawatan jiwa.
Penelitian ini mengusulkan aplikasi
Program Studi D III Keperawatan metode self-assessment pada
sebagai pendidikan tinggi yang Keperawatan Komunitas II. Hal ini
menghasilkan Perawat. Strategi yang dikarenakan Praktik keperawatan
belum pernah dilaksanakan di Program komunitas banyak melibatkan
Studi D III Keperawatan kampus mahasiswa untuk praktik mandiri baik
Sutopo Surabaya adalah metode self secara individu maupun kelompok,
assessment. Berdasarkan data yang ketika mahasiswa melaksanakan
diperoleh dari hasil wawancara dengan interaksi dengan masyarakat sesuai
10 mahasiswa didapatkan hasil bahwa dengan tahapan praktik keperawatan
100 % persen mahasiswa menghendaki komunitas mahasiswa mengadakan
adanya penilaian dari dosen dan pendekatan dengan berbagai pihak
mahasiswa. secara mandiri. Selain itu, pelayanan
kesehatan saat ini adalah berorientasi
Metode self assessment merupakan pada upaya promotif dan preventif di
sebuah proses pengumpulan informasi masyarakat, sehingga kompetensi
tentang kualitas dan kuantitas keperawatan komunitas diperlukan
perubahan pada mahasiswa. Tujuan pada tenaga perawat vokasional lulusan
dari self assessment dapat digunakan D III Keperawatan.
untuk mendiagnosa tingkat
kemampuan dan keterampilan
mahasiswa pada saat itu sekaligus Penelitian ini bertujuan untuk
memonitor pencapaian tujuan mengaplikasikan metode self
pembelajaran. Self-assessment bahkan assessment dalam menilai pencapaian
bisa digunakan untuk menilai 4 area kompetensi keperawatan komunitas II.
utama, yaitu pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap (Wilson METODE PENELITIAN
dan Jan, 1998). Self-assessment pada
mahasiswa keperawatan ini diharapkan Desain penelitian : Action Research,
dapat digunakan sebagai metode yang ada 4 (Empat) tahapan dalam
menekankan pada aspek reflektif, yaitu penelitian ini modifikasi dari tahapan
mengajak mahasiswa untuk lebih action research menurut Davison,
memahami apakah dirinya betul-betul Martinsons & Kock, (2004), yaitu
kompeten terhadap bidang pekerjaan mlakukan diagnosa (diagnosing),
tersebut. Seseorang dianggap kompeten membuat rencana tindakan (action
planning), menentukan rencana mahasiswa 66 orang, terdiri dari 14
tindakan untuk mengatasi kesenjangan orang (21,21%) laki-laki dan 52 orang
di atas dengan menerapkan metode self (78,79%) perempuan.
assessment dalam mengevaluasi
pencapaian kompetensi mahasiswa Tahapan Proses Penelitian adalah
keperawatan untuk mata kuliah sebagai berikut :
Keperawatan Komunitas, melakukan a. Melakukan diagnosa (diagnosing)
tindakan (action taking) , dam Mengidentifikasi metode evaluasi
melakukan evaluasi (evaluating). untuk mencapai kompetensi mata
Partisipan penelitian kuliah Keperawatan Komunitas II
Adalah mahasiswa D III Keperawatan yang telah dilaksanakan melalui
semester VI, sedang melaksanakan wawancara dengan dosen dan
praktek Keperawatan Komunitas dan mahasiswa. Hasil wawancara adalah
bersedia menjadi partisipan. Variabel metode evaluasi yang digunakan
Penelitian metode self assessment selama ini adalah penugasan dan
dalam menilai pencapaian kompetensi ujian asuhan keperawatan. Penilaian
praktik keperawatan komunitas dilakukan sendiri oleh dosen.
Informasi dari mahasiswa, selama
Prosedur pengumpulan data adalah ini dosen tidak melibatkan
membuat kesepakatan antara peneliti mahasiswa dalam proses penilaian.
dan mahasiswa, mengumpulkan data b.Membuat rencana tindakan (action
tentang metode evaluasi yang telah planning)
dilaksanakan untuk mata kuliah Merencanakan pelaksanaan metode
Keperawatan Komunitas baik dari self assessment dalam mengevaluasi
dosen maupun dari mahasiswa, pencapaian kompetensi keperawatan
mengukur pencapaian kompetensi Komunitas II dengan menyusun
mahasiswa untuk mata kuliah instrumen yang akan digunakan. Tim
Keperawatan Komunitas dengan peneliti menyusun 3 (Tiga) instrumen
mengaplikasikan metode self yaitu jurnal kegiatan, Cheklist self
assessment, melakukan evaluasi dari assessment, Cheklist evaluasi self
aplikasi metode self assessment. Alat assessment.
pengumpul data adalah Jurnal kegiatan c. Melakukan tindakan (action taking)
Praktik Keperawatan Komunitas, Peneliti dan mahasiswa bersama-
Cheklist self assessment, Cheklist sama mengimplementasikan self
evaluasi self assessment. Analisis data assessment untuk mendapatkan data
penelitian menggunakan metode pencapaian kompetensi keperawatan
deskriptif yaitu menggambarkan hasil komunitas II.
dari tiap tahapan penelitian. Lokasi
Penelitian Program Studi D III Tahapan awal penerapan self
Keperawatan Kampus Sutopo Jurusan assessment, semua mahasiswa
Keperawatan Politeknik Kesehatan diberikan penjelasan tentang proses
Kemenkes Surabaya penilaian diri selama melaksanakan
praktik keperawatan komunitas dan
HASIL PENELITIAN persetujuan untuk mengikuti penelitian
(Informed consent). Setiap mahasiswa
Gambaran Umum diberikan jurnal kegiatan dan
Penelitian dilakukan di Kampus Prodi memberikan arahan untuk menulis
D III Keperawatan Kampus Sutopo kegiatan yang dilakukan mulai dari
Surabaya pada Juni-Juli 2014. Jumlah proses pengkajian sampai evaluasi,
kendala yang ditemui, solusi yang telah bantuan teman). Ada mahasiswa
dilakukan dan hasil yang dicapai yang menulis perlu bantuan teman
setelah solusi diterapkan. Selama karena Pak RW dan Pak RT nya
mengisi jurnal, mahasiswa juga sibuk terus sehingga sulit ditemui.
menilai kompetensinyapada tiap taha 2. Self assessment sub diagnosis
pan kegiatan dalam melaksanakan keperawatan komunitas
asuhan keperawatan komunitas, yaitu Seluruh mahasiswa sebagai
pengkajian, perumusan diagnosis partisipan menilai kompeten dalam
keperawatan komunitas, perencanaan, menyusun diagnosis keperawatan
pelaksanaan dan evaluasi. komunitas. Kesulitan yang dialami
Apabila mahasiswa menemukan mahasiswa adalah menyusun
masalah selama melaksanakan praktik diagnosis keperawatan
keperawatan komunitas akan terlihat potensial/wellness, sebagian besar
pada jurnal yang ditulis, dan menyatakan mampu melakukan
Pembimbing akan segera memberikan dengan bantuan teman. Solusi yang
masukan. telah dilaksanakan menjelaskan
kembali tentang diagnosis
Hasil self assessment kompetensi keperawatan potensial.
praktik keperawatan komunitas dengan 3. Self assessment sub perencanaan
pendekatan proses keperawatan keperawatan komunitas
seluruhnya (100%) kompeten. Sesuai Seluruhnya (100%) mahasiswa
dengan hasil penilaian yang diberikan menilai kompeten dalam menyusun
oleh dosen seluruhnya (100%) juga perencanaan keperawatan
kompeten. komunitas. Ketika dilakukan
analisis pada sub-sub kegiatan,
Pengukuran Pencapaian Kompetensi didapatkan persenatase yang paling
Praktik Keperawatan Komunitas banyak kurang kompetennya adalah
dengan Menggunakan Metode Self pada sub kegiatan pendekatan
Asessment untuk masing-masin sub dengan tokoh masyarakat dan tokoh
kompetensi adalah sebagai berikut : agama. Padahal dalam praktik
1. Self assessment sub pengkajian keperawatan komunitas pendekatan
keperawatan komunitas dengan tokoh agama dan tokoh
Hasil penelitian didapatkan 95,45% masyarakat diperlukan dalam setiap
mahasiswa sebagai partisipan kegiatan mulai dari pengkajian
menilai kompeten dan 4,54% sampai evaluasi. Sebagian besar
menilai kurang kompeten. Pada sub mahasiswa yang kurang kompeten
pengkajian ini mahasiswa banyak menyatakan kurang percaya diri
menjawab mampu melakukan dalam melakukan pendekatan
dengan bantuan teman pada dengan tokoh masyarakat kalau
pengkajian data inti. Masalah yang sendiri tanpa teman.
banyak ditulis di jurnal kegiatan, 4. Self assessment sub pelaksanaan
mereka kurang percaya diri kalau keperawatan komunitas
melakukan pendekatan atau Terdapat 89,39% mahasiswa
berinteraksi dengan tokoh sebagai partisipan menilai
masyarakat dan tokoh agama. kompeten dalam melaksanakan
Mahasiswa yang kurang kompeten tindakan keperawatan komunitas.
menjawab pernyataan di sub Persentase yang paling rendah
pengkajian dengan angka 2 86,36% penilaian kompetensi
(Mampu melakukan dengan dalam melaksanakan terapi
modalitas keperawatan. Terapi Setelah semua rangkaian kegiatan
modalitas keperawatan yang diselesaikan, mahasiswa mengisi
dilakukan di komunitas diantaranya ceklist evaluasi self assessment
adalah senam kaki diabetic, senam (Lampiran 5). Ceklist ini menilai
lansia, pengaturan gizi seimbang penerimaan mahasiswa terhadap
pada balita, dan keagle exercise. metode self assessment untuk
13,64% mahasiswa menyatakan mengevaluasi pencapaian kompetensi
kurang kompeten untuk mata kuliah Keperawatan Komunitas
melaksanakan terapi modalitas II. Hasil evaluasi didapatkan 100%
keperawatan. Kurangnya mahasiswa menilai baik untuk
ketrampilan ini diantaranya penerimaan metode self assessment.
disebabkan oleh kurangnya
frekuensi latihan sebelum tindakan Evaluasi dari dosen juga didapatkan
dilaksanakan di depan klien. 100% menilai baik dalam menerima
Kondisi ini juga menjadi masukan metode self assessment sebagai salah
tim dosen untuk memperbaiki satu metode evaluasi dalam menilai
program pembelajaran praktik pencapaian kompetensi keperawatan
laboratorium keperawatan komunitas II. Menurut dosen,
komunitas. metode self assesment dapat menilai
5. Self assessment sub evaluasi proses keperawatan secara
keperawatan komunitas keseluruhan dari tiap-tiap mahasiswa.
Seluruh mahasiswa sebagai
partisipan menilai kompeten dalam PEMBAHASAN
melakukan evaluasi. Hasil analisis
self assessment pada sub evaluasi Metode self assessment diterapkan
formatif dan sumatif hampir sebagai salah satu metode untuk
seluruhnya menyatakan mampu menilai pencapaian kompetensi dengan
melakukan tanpa bantuan teman. melibatkan mahasiswa secara aktif. Hal
Evaluasi formatif merupakan ini sesuai dengan pernyataan dari
Tetapi pada sub evaluasi dampak Wilson dan Jan (1998) bahwa self-
sebagain besar menjawab mampu assessment menekankan pada aspek
melakukan dengan bantuan teman reflektif, mengajak mahasiswa untuk
Kesulitan mahasiswa adalah terlibat dalam proses belajar mereka
menentukan indikator dampak pada dengan mengevaluasi cara belajar,
setiap kegiatan yang telah kelebihan dan kekurangan mereka,
dilakukan, bahkan terdapat 7 orang perkembangan mereka dalam mencapai
(10,61%) menilai tidak mampu tujuan belajar dan apa yang harus
melakukan. Solusi dari masalah dilakukan serta bagaimana cara
tersebut yang telah dilaksanakan melakukannya. Manfaat metode Self
adalah menjelaskan kembali assessment bagi mahasiswa adalah
tentang evaluasi dampak. membangun pengertian kekurangan
dan kelebihannya, bertanggungjawab,
Tahapan berikutnya adalah menemukan suara dari dalam diri
melakukan evaluasi dari rangkaian mereka sendiri, dan memotivasi dalam
kegiatan self assessment yang telah menyelesaikan pekerjaannya sendiri
dilaksanakan. Tahapan tersebut (Brady dan Kennedy, 2005).
adalah sebagai berikut :
d. Melakukan evaluasi (evaluating) Metode self assessment dilaksanakan
dengan menggunakan 4 (Empat)
tahapan yaitu diagnosis, action Tahap ketiga yang dilakukan oleh
planning, action taking dan evaluation peneliti dan partisipan adalah action
dalam bentuk siklus. Sesuai dengan taking dengan melakukan penilaian
pernyataan dari Davison, Martinsons & tahapan asuhan keperawatan komunitas
Kock (2004) yang membagi Action dengan menggunakan metode self
research menjadi beberapa tahapan assessment. Mahasiswa sebagai
penelitian berbentuk siklus. partisipan diberikan jurnal kegiatan
yang digunakan untuk membuat catatan
Tahap pertama yang telah dilakukan setiap kegiatan yang dilaksanakan,
adalah diagnosis dengan melakukan masalah yang dihadapi dan solusinya.
identifikasi metode evaluasi untuk Sesuai dengan pernyataan dari Brady
menilai pencapaian kompetensi mata dan Kennedy, (2005) menjelaskan
kuliah Keperawatan Komunitas II yang bahwa cara-cara yang dapat dilakukan
telah dilaksanakan selama ini. Hal ini selama menerapkan self assessment
sesuai dengan Davison, Martinsons & diantaranya adalah menulis catatan
Kock (2004), menjelaskan bahwa tahap harian atau jurnal tentang proses dan
diagnosis mengidentifikasi pokok- perkembangan pembelajaran, diskusi
pokok permasalahan yang akan kelas atau kelompok kecil, catatan rutin
dikembangkan dalam action research. refleksi dan sebagainya. Pada tahap ini
Metode yang digunakan adalah mahasiswa dapat belajar
wawancara. bertanggungjawab dan disiplin dalam
melaksanakan tindakannya, belajar
Tahap kedua, Peneliti membuat suatu menganalisis permasalahan muncul
perencanaan dalam melaksanakan dari setiap tindakan yang dilakukan dan
metode self assessment dan menyusun belajar untuk memecahkan masalahnya
instrumen yang digunakan. Secara teori sendiri. Mahasiswa juga belajar jujur
dikemukakan bahwa tahap action dalam menilai dirinya sendiri.
planning yang dilakukan oleh peneliti Mahasiswa juga belajar merefleksi
dan partisipan adalah mendesain tindakan yang telah dilaksanakan
pengembangan pokok permasalahan berdasarkan kemampuan yang dimiliki.
yang akan diselesaikan (Davison,
Martinsons & Kock, 2004). Kendala Kendala yang dihadapi pada tahap ini,
yang ditemukan pada tahap ini adalah beberapa mahasiswa sebagai partisipan
menentukan skoring kompeten, karena tidak menulis aktivitas yang
selama ini penilaian kompetensi belum dilakukannya, sehingga peneliti harus
diterapkan dalam kurikulum D III memotivasi secara terus menerus agar
Keperawatan. Solusi yang dilakukan mahasiswa mau menulis berbagai
oleh tim peneliti dengan aktivitas yang dilakukan selama
mengkombinasikan antara sistem praktik. Masalah lain adalah pada saat
penilaian yang ada dengan mahasiswa menilai kompetensi dirinya,
menggunakan angka dan huruf beberapa mahasiswa menilai dibawah
kemudian diartikan dalam penilaian kemampuan yang dimiliki, karena
kompeten, kurang kompeten dan tidak merasa tidak percaya diri kalau menilai
kompeten. Oleh karenanya, apabila dirinya yang sebenarnya. Tim peneliti
metode ini diterapkan harus disepakati berusaha untuk meyakinkan mahasiswa
dahulu tentang penilaian kompetensi dengan memberikan gambaran
oleh pengelola pendidikan. kemampuannya dengan memberikan
kasus lain untuk disekesaikan.
Tahap keempat adalah evaluasi dari mahasiswa sebagai partisipan tentang
pelaksanaan metode self assessment tanggapannya dalam menerima self
dari mahasiswa sebagai partisipan. assessment menjadi salah satu metode
Evaluasi yang dilaksanakan digunakan evaluasi. Hasil penelitian didapatkan
untuk menilai bagaimana penerimaan seluruh mahasiswa sebagai partisipan
mahasiswa terhadap metode evaluasi (100%) menyatakan baik. Lima
pembelajaran ini. Davison, Martinsons pernyataan yang dibuat seluruhnya
& Kock, (2004) menyatakan bahwa menyatakan sangat setuju dan setuju.
evaluasi dalam tahapan siklus action Berdasarkan hasil evaluasi tersebut
research digunakan untuk melihat mahasiswa sebagai partisipan
penerimaan dari aktivitas-aktivitas menyambut baik penerapan metode self
yang telah dilaksanakan oleh peneliti assessment untuk menilai praktik
dan partisipan. keperawatan komunitas II. Demikian
pula dengan penilaian yang dilakukan
Berdasarkan uraian di atas, keunggulan oleh dosen, semuanya menerima
metode self asessment yang telah dengan baik metode self assessment.
dilaksanakan adalah Penilaian yang dilakukan sebatas
1. Melatih mahasiswa untuk menilai penilaian pengetahuan dan ketrampilan,
kemampuan dirinya sendiri dalam belum menilai sikap mahasiswa.
melaksanakan asuhan keperawatan
komunitas. Berdasarkan uraian tersebut di atas,
2. Melatih mahasiswa membiasakan maka metode self assessment dapat
dirinya untuk menganalisa, diaplikasikan dalam menilai
memantau pencapaian dan pencapaian kompetensi keperawatan
menetapkan tujuan belajar mereka komunitas II di Program Studi
sendiri D III Keperawatan Kampus Sutopo
3. Melatih kepercayaan diri pada Surabaya.
mahasiswa untuk memecahkan
masalah yang dihadapi selama
melaksanakan asuhan keperawatan SIMPULAN DAN SARAN
komunitas
4. Melatih mahasiswa mampu Aplikasi metode self Assessment pada
merefleksikan tindakan yang telah mahasiswa dalam menilai pencapaian
dilaksanakan Kompetensi keperawatan komunitas II
dengan menggunakan 4 (empat)
Kelemahannya adalah : tahapan yaitu diagnosing, action
1. Membutuhkan persiapan yang planning, action taking dan evaluasi.
matang dan koordinasi yang baik Metode self asessment secara
antara dosen dan mahasiswa keseluruhan (100%) dari proses
2. Alat ukur penilaian kompetensi keperawatan adalah kompeten, sama
sudah tersedia dan telah disepakati dengan penilaian yang dilakukan oleh
oleh tim dosen dan pengelola dosen seluruhnya juga dinilain
pendidikan kompeten. Pencapaian kompetensi
3. Membutuhkan waktu interaksi yang keperawatan komunitas II dari tiap
intens antara dosen dan mahasiswa. tahapan proses keperawatan dengan
penilaian self assessment adalah
Penilaian pelaksanaan metode self sebagai berikut : 95,45 % kompeten
assessment dilaksanakan dengan dalam melakukan pengkajian
memberikan kuesioner kepada keperawatan komunitas, 100%
kompeten dalam merumuskan Griffin, P. & Nix, P. (1991).
diagnosis keperawatan komunitas, Educational Assessment and
100% kompeten dalam menyususn Reporting. Sydney : Harcourt
perencanaan keperawatan komunitas, Jovanovich, Publishers.
89,49 % kompeten dalam Johnson, David W. and Roger T.
melaksanakan tindakan keperawatan Johnson. (2002). Meaningful
komunitas dan 100% mampu Assessment: A Manageable and
mengevaluasi keberhasilan tindakan Cooperative Process. Boston:
keperawatan komunitas. Hasil evaluasi Pearson Education Company.
terhadap pelaksanaan metode self Lewis, J. (1990). Self Assessment in
assessment dalam menilai kompetensi The Classroom: a Case Study.
Keperawatan Komunitas seluruhnya Dalam Brindley, G. (Ed.) The
(100%) baik. Hasil penelitian ini Second Language Curriculum in
merekomendasikan metode self Action. Sydney: National Centre
assessment menjadi salah satu metode For Language Teaching and
evaluasi dalam menilai pencapaian Research, Macquarie University.
kompetensi keperawatan. Marzano, Robert J., Debra Pickering
dan Jay McTighe. (1993).
Assessing Student Outcomes:
DAFTAR PUSTAKA Performance Assessment Using
the Dimensions of Learning
Arikunto, S. (2004). Evaluasi Model. Alexandria: ASCD
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. (Association for Supervision and
Brady, Laurie dan Kerry Kennedy. Curriculum Development).
(2005). Celebrating Student Penilaian Diri.
Achievement: Assessment and http://sarkomkar.blogspot.com, diakses
Reporting. Australia: Frenchs tanggal 1 April 2011
Forest: Pearson Education. Rolfe, T. (1990). Self and Peer
Davison, R. M., Martinsons, M. G., Assessment in The ESL
Kock N., (2004), Journal : Curriculum. Dalam Brindley, G.
Information Systems Journal : (Ed.) The Second Language
Principles of Canonical Action Curriculum in Action. Sydney:
Research 14, 65–86 National Centre For Language
Depkes, RI. (2006). Kurikulum Teaching and Research,
Pendidikan Diploma III Macquarie University.
Keperawatan. Jakarta. Suharso. (2008). Validitas Tes Cloze,
Ervin. E.N. (2008). Advanced Tes-C, Dan Penilaian Diri
community health nursing Sebagai Alat Ukur Kemampuan
practice: population-focused Membaca Teks Bahasa Inggris.
care. New Jersey: Prentice Hall Jurnal Penelitian dan Evaluasi
Febri E.B. Setyawan. (2009). Evaluasi Pendidikan No. 1 Tahun XI
Penerapan Pembelajaran Problem Universitas Negeri Yogyakarta.
Based Learning Berdasarkan Student Self Assessment.
Model Evaluasi CIPP (Context, http://www.sasked.gov.sk.ca/
Input, Process, Product) di diakses tanggal 3 April 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004).
Muhammadiyah Malang. Tesis. Community & public health
Tidak dipublikasikan. nursing. (6thed). Philadelphia:
Mosby
Wilson, Jeni dan Leslie Wing Belajar. Jakarta: Pusat Antar
Jan.(1998). Self Assessment for Universitas Untuk Peningkatan
Students: Proformas and Dan Pengembangan Aktivitas
Guidelines. Armadale: Eleanor Instruksional Direktorat Jenderal
Curtain Publishing. Pendidikan Tinggi Departemen
Zainul, Asmawi dan Noehi Pendidikan Nasional.
Nasution.(2005). Penilaian Hasil
EDUCATION IS AS THE PROCESS OF PERSONALITY SHAPING
Muhammad Ubaidillah
Ubaidillahmuhammad01@gmail.com
Abstract
STKIP-PGRI Sampang

Education is as the process of personality shaping because education is the


process of transferring knowledge between an individual and another individual as
well as inside the education itself; because learners are given guidances to solve
problems. The purpose of this guidance here is to guide the learners who have less
personality to be better learners. The purpose of this study are; 1) to know that
education is the process of personality shaping, 2) the elements of personality, 3) the
factors affecting personality.
The method that is used in this study is library research. The result of this study
concluded that education is as the process of personality shaping that is very effective
in shaping person’s personality that will be used to create peacefulness and prosperity
for our beloved Indonesia.

Keywords : Education,Personality

A.Pendahuluan menghadapi perkembangan zaman di


era globalisasi yang semakin
Pendidikan nasional berfungsi menggila.
mengembangkan dan membentuk Berbagai peristiwa negatif telah
kepribadian serta peradaban bangsa menimpa para pelajar.Tewasnya
yang bermartabat dalam rangka puluhan pelajar akibat tawuran antar
mencerdaskan kehidupan bangsa. pelajar.Merebaknya geng motor yang
Tujuannya adalah untuk telah membuat onar dan teror terhadap
mengembangkan potensi peserta didik warga. Perilaku asusila yang dilakukan
agar menjadi manusia yang beriman para pelajar, kurang bersikap
dan bertakwa kepada Tuhan Yang komunikatif,egois,senang menyendiri,
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, kurang peka terhadap sosial, dan
berilmu, cakap, kreatif, kurang menghormati orang lain.Kasus
mandiri,mempunyai kepribadian yang tawuran yang terjadi sepanjang 2013
baik dan menjadi warga negara yang meningkat secara drastis dari tahun
demokratis serta bertanggung sebelumnya yang hanya sekitar 128
jawab.Pemerintah memiliki harapan kasus tawuran,(Suara
yang besar sekali terhadap seluruh anak Pembaruan,2013).Sisi lain mengenai
bangsa untuk dapat tumbuh dewasa perilaku negatif juga ditemukan kasus
menjadi manusia yang sempurna. perilaku seks di kalangan pelajar di
Harapan tersebut sekaligus menjadi salah satu kota. Banyak kasus mulai
tugas yang amat besar bagi pemerintah seks bebas hingga pencabulan dan
untuk mewujudkannya. Namun pada pemerkosaan.Kejahatan seksual yang
kenyataannya,pemerintah sulit untuk dilakukan pelajar di lingkungan
mewujudkan amanah Undang-Undang sekolah menunjukan kecenderungan
tersebut. Pemerintah seakan kewalahan yang meningkat. Komnas Perlindungan
Anak menyampaikan selama tahun sumber-sumber dari buku untuk
2013, ada 1.446 kasus kejahatan ditelah.
seksual terhadap anak-anak,28 persen
dilakukan peserta didik di lingkungan C.Pembahasan
sekolah.
Persoalan ini memerlukan 1.Pendidikan dan Kepribadian
penanganan yang serius. Kalau
pendidikan sangat berpengaruh positif Sebagaimana diuraikan dalam
terhadap perilaku anak, lalu mengapa pendahuluan bahwa erat kaitannya
bisa terjadi kondisi perilaku remaja antara pendidikan dengan kepribadian.
sering tidak sesuai dengan harapan para Oleh karena itu penulis akan
orangtua? Bagaimana proses yang mengawali dengan ulasan sekilas
terjadi di sekolah, dan seperti apa di mengenai pengertian pendidikan dan
lingkungan, apakah ada faktor-faktor kepribadian. Dua pengertian inilah
lain yang berpengaruh?. yang nantinya akan melatar belakangi
Untuk itu dalam naskah ini, uraian dan pembahasan berikutnya.
penulis mencoba membahas beberapa
materi yang terkait.Diantaranya yaitu a.Pendidikan
mengenai Pendidikan sebagai proses Pendidikan selain dari
pembentukan kepribadian,unsur-unsur terminologi menurut Undang-undang
kepribadian, faktor-faktor yang RI nomor 20 tahun 2003 tentang
mempengaruhi pembentukan Sisdiknas ada beberapa pemahaman
kepribadian. Naskah ini melibatkan lainnya, diantaranya yaitu dalam
pemahaman tentang proses Kamus Besar Bahasa
pembentukan kepribadian, karena Indonesia.Depdikbud
pendidikan merupakan suatu proses RI(1988),pendidikan adalah proses
transfer ilmu dan pengetahuan antara pengubahan sikap dan tatalaku
individu satu dengan individu yang seseorang atau kelompok orang dalam
lain, di dalam pendidikan diberi usaha mendewasakan manusia melalui
bimbingan agar seorang anak bisa upaya pengajaran dan latihan, proses
keluar dari suatu masalah,keluar dari perbuatan dan cara mendidik. Menurut
suatu masalah disini adalah agar anak Purwanto (2007), pengertian
yang tadinya memiliki kepribadian Pendidikan adalah segala usaha orang
kurang baik bisa lebih baik. yang dewasa dalam pergaulannya dengan
nantinya mampu menciptakan anak-anak untuk memimpin
kedamaian dan kesejahtraan bagi perkembangan jasmani dan rohaninya
masyarakat Indonesia tercinta ini. ke arah kedewasaan. Pimpinan yang
Dengan beberapa materi tersebut diberikan dengan sengaja oleh orang
diharapkan dapat menambah wawasan dewasa kepada anak-anak, dalam
tentang proses terbentuknya sikap dan pertumbuhannya (jasmani, rohani) agar
perilaku, serta bagaimana sekolah berguna bagi diri sendiri dan bagi
mengelola proses pembentukan masyarakat.
kepribadian bagi siswanya. Nadler(1982) menyebutkan
bahwa pendidikan(education) sebagai
B.Metode pembelajaran yang berkaiatan dengan
pekerjaan tetrtentu di masa datang bagi
Metode yang di gunakan dalam
individu yang
penulisan artikel ini adalah studi
dipersiapkan.Rogers,Burdge,Korsching
pustaka,dimana penulis mencari
,dan Donner meyer(1988) menyatakan
pendidikan sebagai proses dimana manusia dengan makhluk lain, dan
suatu kebudayaan(culture)secara manusia dengan alam. Setiap
formal ditransmisikan kepada eksploitasi pasti akan memunculkan
sipembelajar.Sedangkan persoalan tersendiri, karena pasti akan
Chambers(1982) menekankan terjadi gerakan pemaksaan kehendak
pendidikan pada aspek mental dan meskipun dikemas dalam upaya
rasionalitas serta pembentukan yang rekayasa sehalus apapun.
mulia.Sonhdji(2012).Sementara Persoalan-persoalan itulah yang
Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 harus dikelola dengan baik, sehingga
tentang Sistem Pendidikan Nasional tidak akan memunculkan permasalahan
Pasal 1 Ayat 1,”Pendidikan adalah yang lebih komplek dalam
usaha sadar dan terencana untuk kehidupan.Edukasi yang terkemas
mewujudkan suasana belajar dan dalam konsep pendidikan tidak hanya
proses pembelajaran agar peserta didik sebatas dalam konteks
secara aktif mengembangkan potensi mempertahankan kehidupan
dirinya untuk memiliki kekuatan lagi.Namun sudah masuk dalam ranah
spritual keagamaan,pengendalian rekayasa kehidupan yang berkembang
diri,kepribadian,kecerdasan,akhlak terus-menerus dan menghasilkan
mulia,serta keterampilan yang teknologi yang selalu lebih moderen
diperlukan dalam semua aspek kehidupan.
dirinya,masyarakat,bangsa,dan Dinamika tersebut berpengaruh besar
negara”. terhadap konsep-konsep pendidikan
Dalam konteks kehidupan moderen.Tetapi juga menghasilkan
sesungguhnya pendidikan tidak hanya suatu kondisi yang menempatkan
dilakukan dan tidak hanya berlaku pendidikan bagaikan berada pada
disekolah saja. Namun juga ditempat persimpangan jalan. Dengan
lain seperti di keluarga, kelompok, dan pendidikan bangsa ini hendak dibawa
masyarakat. Secara alami pendidikan kemana? Pertanyaan itulah yang mesti
sangat diperlukan bagi setiap manusia terjawab, dan harus disepakati oleh
tanpa mengenal usia, jenis kelamin, seluruh eleman bangsa tanpa
maupun status sosial dalam kecuali.Apakah mungkin kesepakatan
masyarakat. Edukasi diperlukan untuk seluruh elemen bangsa dapat terwujud?
menjaga kelangsungan hidupnya dalam Kehidupan manusia dari satu
keseimbangan lingkungannya. Berawal zaman ke zaman berikutnya berbeda-
dari kebutuhan sekedar menjaga beda karena memang adanya
kelangsungan hidup pada perbedaan waktu dan tempat. Manusia
lingkungannya, berkembang menjadi tidak dapat meramalkan apa yang
lebih luas lagi yaitu muncul kehendak sesuai untuk generasi yang akan
untuk dapat memanfaatkan datang. Setiap generasi mempunyai hak
lingkungannya secara optimal guna untuk menentukan hidupnya sendiri.
memenuhi kepentingannya yang lebih Oleh karena itu, perlu diajarkan kepada
luas lagi. Sehingga muncul gerakan generasi muda tentang proses
eksploitasi terhadap lingkungannya, kehidupan. Supaya mereka dapat
yang berdampak terganggunya menemukan kehidupan mereka sendiri,
keseimbangan lingkungannya. Pada sesuai dengan tempat dan zamannya.
kondisi seperti inilah muncul persoalan Namun orang tua juga memiliki hak
baru, yaitu terjadinya perubahan untuk mengarahkan generasi
perilaku yang berdampak terhadap penerusnya. Lalu bagaimana sebaiknya
perubahan hubungan antar manusia, agar tidak terjadi persoalan dalam
proses estafet kehidupan. Untuk itulah menentukan tingkah laku atau
pentingnya dilakukan suatu pendidikan, tindakan seseorang.
yang pada perkembangannya terjadi 3. Theodore R. Newcomb
polarisasi pendidikan. Berbagai jenis Kepribadian adalah organisasi
dan jenjang pendidikan tersebut sikap-sikap yang dimiliki
tentunya membutuhkan dukungan yang seseorang sebagai latar belakang
sinergi dari seluruh elemen bangsa, terhadap perilaku.
sehingga dapat mencapai tujuan 4. Yinger Kepribadian adalah
pendidikan nasional. Selanjutnya keseluruhan perilaku dari seorang
mengenai kepribadian akan dibahas individu dengan sistem
lebih lanjut di bawah ini. kecenderungan tertentu yang
b.Kepribadian berinteraksi dengan serangkaian
Kepribadian menunjuk pada situasi.
pengaturan sikap-sikap seseorang 5. Roucek dan Warren Kepribadian
untuk berbuat, berpikir, dan merasakan, adalah organisasi faktor-faktor
khususnya apabila dia berhubungan biologis, psikologis, dan sosiologis
dengan orang lain atau menanggapi yang mendasari perilaku
suatu keadaan. Kepribadian mencakup seseorang. Dari pengertian yang
kebiasaan, sikap, dan sifat yang diungkapkan oleh para ahli di atas,
dimiliki seseorang apabila dapat kita simpulkan secara
berhubungan dengan orang lain. sederhana bahwa yang dimaksud
Konsep kepribadian merupakan konsep kepribadian ( personality )
yang sangat luas, sehingga sulit untuk merupakan ciri-ciri dan sifat-sifat
merumuskan satu definisi yang dapat khas yang mewakili sikap atau
mencakup keseluruhannya. Oleh tabiat seseorang, yang mencakup
karena itu, pengertian dari satu ahli polapola pemikiran dan perasaan,
dengan yang lainnya pun juga berbeda- konsep diri, perangai, dan
beda. Namun demikian, definisi yang mentalitas yang umumnya sejalan
berbeda-beda tersebut saling dengan kebiasaan umum.
melengkapi dan memperkaya
pemahaman kita tentang konsep 2.Unsur-Unsur dalam Kepribadian
kepribadian. Apakah kepribadian itu?
Secara umum yang dimaksud Kepribadian seseorang bersifat
kepribadian adalah sifat hakiki yang unik dan tidak ada duanya. Unsur-
tercermin pada sikap seseorang yang unsur yang memengaruhi kepribadian
membedakan dengan orang lain. Untuk seseorang itu adalah pengetahuan,
memahami lebih jauh mengenai perasaan, dan dorongan naluri.
pengertian kepribadian, berikut ini 1. Pengetahuan, Pengetahuan
definisi yang dipaparkan oleh beberapa seseorang bersumber dari pola
ahli. pikir yang rasional, yang berisi
1. Brower Kepribadian adalah corak fantasi, pemahaman,dan
tingkah laku sosial yang meliputi pengalaman mengenai bermacam-
corak kekuatan, dorongan, macam hal yang diperolehnya dari
keinginan, opini, dan sikap-sikap lingkungan yang ada di sekitarnya.
seseorang. Semua itu direkam dalam otak dan
2. Koentjaraningrat Kepribadian sedikit demi sedikit diungkapkan
adalah suatu susunan dari unsur- dalam bentuk perilakunya di
unsur akal dan jiwa yang masyarakat.
2. Perasaan, Perasaan merupakan sebagainya.Kedua,perasaan suatu
suatu keadaan dalam kesadaran keadaan alam kesadaran manusia
manusia yang menghasilkan karena pengaruh pengetahuannya
penilaian positif atau negatif dinilainnya sebagai keadaan positif
terhadap sesuatu atau peristiwa atau negatif.contoh melihat papan
tertentu. Perasaan selalu bersifat reklame minuman Green Sport
subjektif,sehingga penilaian berwarna yang tampak segar dan
seseorang terhadap suatu hal atau nikmat,maka persepsi itu seolah-olah
kejadian akan berbeda dengan terbayang di mukanya segelasGreen
penilaian orang lain.Contohnya Sport itu dingin tampa dinalar dahulu.
penilaian terhadap jam pelajaran Ketiga,Naluri adalah kesadaran
yang kosong. Mungkin kamu manusia yang tidak ditimbulan oleh
menganggap sebagai hal yang pengaruhpengetahuannya,melainkan
tidak menyenangkan karena karena sudah terkandung dalam
merasa rugi tidak memperoleh organismenya.misal, Dorongan untuk
pelajaran. Lain halnya dengan mempertahankan hidup,dorongan
penilaian temanmu yang untuk mencari makan,dorongan untuk
menganggap sebagai hal yang berbakti dan sebagainya.
menyenangkan. Perasaan mengisi
penuh kesadaran manusia dalam 3.Faktor-faktor yang
hidupnya. mempengaruhi Pembentukan
3. Dorongan Naluri,merupakan Kepribadian
kemauan yang sudah menjadi
naluri setiap manusia. Hal itu Secara umum, perkembangan
dimaksudkan untuk memenuhi kepribadian dipengaruhi oleh lima
berbagai kebutuhan hidup faktor, yaitu warisan biologis, warisan
manusia, baik yang bersifat lingkungan alam, warisan sosial,
rohaniah maupun pengalaman kelompok manusia, dan
jasmaniah.Sedikitnya ada tujuh pengalaman unik.
macam dorongan naluri, yaitu 1. Warisan Biologis (Heredity)
untuk mempertahankan hidup, Warisan biologis memengaruhi
seksual, mencari makan, bergaul kehidupan manusia dan setiap manusia
dan berinteraksi dengan sesama mempunyai warisan biologis yang
manusia, meniru tingkah laku unik, berbeda dari orang lain. Artinya
sesamanya, berbakti, serta tidak ada seorang pun di dunia ini yang
keindahan bentuk, warna, suara, mempunyai karakteristik fisik yang
dan gerak. sama persis dengan orang lain, bahkan
Koentjaraningrat(1990) anak kembar sekalipun. Faktor
mengatakan bahwa unsur-unsur keturunan berpengaruh terhadap
kepribadian pertama, pengetahuan keramah-tamahan, perilaku kompulsif
adalah (terpaksa dilakukan), dan kemudahan
penggambaran,apresepsi,pengamatanny dalam membentuk kepemimpinan,
a. yang mengisi akal dan jiwa manusia pengendalian diri, dorongan hati, sikap,
yang sadar secara nyata terandung dan minat. Warisan biologis yang
dalam otaknya.misal yang dialami terpenting terletak pada perbedaan
melalui penerimaan pancaindera serta intelegensi dan kematangan biologis.
alat penerima organisme Keadaan ini membawa pengaruh pada
lainnya,cahaya dan warna,suara,panas kepribadian seseorang. Tetapi banyak
dan dingin dan ilmuwan berpendapat bahwa
perkembangan potensi warisan biologis kelompoknya. Setiap kelompok
dipengaruhi oleh pengalaman sosial mewariskan pengalaman khas yang
seseorang. Bakat memerlukan anjuran, tidak diberikan oleh kelompok lain
pengajaran, dan latihan untuk kepada anggotanya, sehingga timbullah
mengembangkan diri melalui kepribadian khas anggota masyarakat
kehidupan bersama dengan manusia tersebut.
lainnya. 5. Pengalaman Unik ( Unique
2. Warisan Lingkungan Alam Experience )
(Natural Environment) Setiap orang mempunyai
Perbedaan iklim, topografi, dan kepribadian yang berbeda dengan
sumber daya alam menyebabkan orang lain, walaupun orang itu berasal
manusia harus menyesuaikan diri dari keluarga yang sama, dibesarkan
terhadap alam. Melalui penyesuaian dalam kebudayaan yang sama, serta
diri itu, dengan sendirinya pola mempunyai lingkungan fisik yang
perilaku masyarakat dan sama pula. Mengapa demikian?
kebudayaannyapun dipengaruhi oleh Walaupun mereka pernah mendapatkan
alam. Misalnya orang yang hidup di pengalaman yang serupa dalam
pinggir pantai dengan mata beberapa hal, namun berbeda dalam
pencaharian sebagai nelayan beberapa hal lainnya. Mengingat
mempunyai kepribadian yang berbeda pengalaman setiap orang adalah unik
dengan orang yang tinggal di daerah dan tidak ada pengalaman siapapun
pertanian. Mereka memiliki nada yang secara sempurna menyamainya.
bicara yang lebih keras daripada orang- Menurut Nadler(1982),
orang yang tinggal di daerah pertanian, pengalaman tidaklah sekedar
karena harus menyamai dengan debur bertambah, akan tetapi menyatu.
suara ombak. Hal itu terbawa dalam Pengalaman yang telah dilewati
kehidupan sehari-hari dan telah memberikan warna tersendiri dalam
menjadi kepribadiannya. kepribadian dan menyatu dalam
3. Warisan Sosial (Social Heritage) kepribadian itu, setelah itu baru hadir
atau Kebudayaan pengalaman berikutnya.
Kita tahu bahwa antara manusia, Selain kelima faktor pembentuk
alam, dan kebudayaan mempunyai kepribadian yang telah kita bahas di
hubungan yang sangat erat dan saling atas, F.G. Robbins (dalam
memengaruhi.Manusia berusaha untuk Sonhadji,2012), mengemukakan ada
mengubah alam agar sesuai dengan lima faktor yang menjadi dasar
kebudayaannya guna memenuhi kepribadian, yaitu sifat dasar,
kebutuhan hidup. Misalnya manusia lingkungan prenatal, perbedaan
membuka hutan untuk dijadikan lahan individual, lingkungan, dan motivasi.
pertanian. Sementara itu kebudayaan a. Sifat Dasar
memberikan andil yang besar dalam Sifat dasar merupakan
memberikan warna kepribadian keseluruhan potensi yang dimiliki
anggota masyarakatnya. seseorang yang diwarisi dari ayah
4. Pengalaman Kelompok Manusia dan ibunya. Dalam hal ini,
(Group Experiences) Robbins lebih menekankan pada
Kehidupan manusia dipengaruhi sifat biologis yang merupakan
oleh kelompoknya.Kelompok manusia, salah satu hal yang diwariskan
sadar atau tidak telah memengaruhi dari orang tua kepada anaknya.
anggota-anggotanya,dan para b. Lingkungan Prenatal
anggotanya menyesuaikan diri terhadap
Lingkungan prenatal merupakan KI HAJAR DEWANTARA (bapak
lingkungan dalam kandungan pendidikan nasional indonesia)
ibu. Pada periode ini individu menjelaskan bahwa pendidikan berarti
mendapatkan pengaruh tidak daya upaya untuk memajukan budi
langsung dari ibu. Maka dari itu, pekerti
kondisi ibu sangat menentukan (karakter,kekuatan,batin),pikiran(
kondisi bayi yang ada dalam intellect) jasmani anak-anak selaras
kandungannya tersebut, baik dengan alam dan masyarakat,dimana
secara fisik maupun secara psikis. Pendidikan adalah proses
Banyak peristiwa yang sudah ada pembelajaran kepribadian yg mana ada
membuktikan bahwa seorang ibu peranan yang sangat penting (guru)bila
yang pada waktu mengandung mana ia berada di dalam linkungan
mengalami tekanan psikis yang sekolah,terjadi proses bimbingan
begitu hebatnya, biasanya pada diberikan oleh pendidik kepada peserta
saat proses kelahiran bayi ada didik,agar dapat memperbaiki karakter
gangguan atau dapat dikatakan peserta didik tersebut agar bisa
tidak lancar. bersikap kritis dan tidak keluar dari
c. Perbedaan Individual norma-norma yang berlaku, bisa
Perbedaan individu merupakan menyelasaikan suatu masalah dengan
salah satu faktor yang pemikiran yang positif agar
memengaruhi proses sosialisasi menghasilkan sesuatu yang positif dan
sejak lahir. Anak tumbuh dan bermanfaat bagi masyarakat Indonesia
berkembang sebagai individu yang kita cintai ini .
yang unik, berbeda dengan Ciri khas peserta didik yang perlu
individu lainnya, dan bersikap dipahami oleh pendidik,a)Individu
selektif terhadap pengaruh dari yang memiliki potensi fisik dan psikis
lingkungan. yang khas, sehingga merupakan insan
d. Lingkungan yang unik,b)Individu yang sedang
Lingkungan meliputi segala berkembang,c)Individu yang
kondisi yang ada di sekeliling membutuhkan bimbingan individual
individu yang memengaruhi dan perlakuan manusiawi,d)Individu
proses sosialisasinya. Proses yang memiliki kemampuan untuk
sosialisasi individu tersebut akan mandiri.jadi Yang dimaksud dengan
berpengaruh pada pendidik adalah orang yang
kepribadiannya. bertanggung jawab terhadap
e. Motivasi pelaksanaan pendidikan dengan sasaran
Motivasi adalah dorongan- peserta didik. Peserta didik mengalami
dorongan, baik yang datang dari pendidikannya dalam tiga lingkungan
dalam maupun luar individu yaitu lingkungan keluarga,lingkungan
sehingga menggerakkan individu sekolah,dan lingkungan
untuk berbuat atau melakukan masyarakat.Sebab itu yang
sesuatu. Dorongan inilah yang bertanggung jawab terhadap
akan membentuk kepribadian pendidikan adalah
individu sebagai warna dalam orangtua,guru,pemimpin program
kehidupan bermasyarakat. pembelajaran,latihan,dan
masyarakat.Interaksi edukatif pada
4.Pendidikan sebagai Proses dasarnya adalah komunikasi timbal
Pembentukan Kepribadian balik antara peserta didik dengan
pendidik yang terarah kepada tujuan
pendidikan. Pencapaian tujuan Kemudian tentang peran
pendidikan secara optimal ditempuh pendidikan dalam proses
melalui proses berkomunikasi intensif perkembangan anak, tentunya banyak
dengan manipulasi isi, metode, serta yang sepakat bahwa pendidikan
alat-alat pendidikan. berpengaruh besar terhadap
Kemandiria sebagai aktifitas perkembangan jiwa, perilaku dan
belajar yang berlangsung lebih kepribadian anak. Pendidikan memiliki
didorong oleh kemauan sendiri ,pilihan peran sangat strategis dalam pola
sendiri,dan tanggung jawab perkembangan moral.Tanpa landasan
sendiri.Konsep dalam blajar bertumpu pendidikan, manusia akan banyak
pada prinsip bahwa individu yang dikendalikan oleh dorongan kebutuhan
belajar akan sampai kepada perolehan biologisnya belaka ketika hendak
hasil menentukan segala sesuatu. Paul
belajar.Tilaar(2007)mengemukakan Falconnet(1923)mengemukakan
Perkembangan iptek berlangsung Pendidikan merupakan media bagi
semakin pesat sehingga tidak generasi muda untuk sosialisasi. Para
mungkinlah para pendidik(khususnya orang tua menyediakan sekolah sebagai
guru) mengajarkan semua konsep dan sarana untuk menjadikan anak-anaknya
fakta kepada peserta didik.Dalam saling mengenal kehidupan sosial
proses pendidikan dan pembelajaran bersama temannya. Di sekolah mereka
seyogyanya tidak dilepaskan dari saling mengenal keterbatasan dari hak
pengembangan sikap dan pengamalan kemerdekaannya. Mereka mengenal
nilai-nilai ke dalam diri peserta didik. hak orang lain, mengenal adanya
Durkheim (1990) menyampaikan keberlakuan aturan, norma dan budaya.
yang intinya adalah dalam masyarakat Pendidikan sebagai proses
demokrasi seperti masyarakat sekarang pembentukan kepribadian adalah
mutlak perlu diajarkan pengendalian sangat tepat, pendidikan dapat
secara menyeluruh kepada anak-anak. membantu siswa dalam menyadari dan
Karena dalam hal-hal tertentu kendali- mengidentifikasi individu mereka
kendali konvensional sudah tidak sendiri serta nilai-nilai orang lain.
efektif lagi. Kendali-kendali dalam Pendidikan membantu anak, supaya
masyarakat yang majemuk semestinya mampu berkomunikasi secara terbuka
membatasi hasrat dan ambisi manusia. dan jujur dengan orang lain.
Sikap terkait juga dengan Kemampuan berpikir rasional dan
keyakinan dalam proses terjadinya kesadaran emosional, untuk memahami
pembentukan kepribadian pada perasaan,dan pola tingkah laku mereka
perilaku sehari-hari. Semua keyakinan sendiri.Diharapkan Guru bukan sebagai
merupakan produk dari perilaku.O‘Neil pengajar semata,melainkan sebagai role
(2008) Kalau diperhatikan lebih model dan pendorong.Peranan guru
seksama secara empirik proses adalah mendorong anak dengan
keyakinan dan kepribadian adalah pertanyaan-pertanyaan yang relevan
berawal dari individu yang melahirkan untuk mengembangkan keterampilan
keyakinan dan menjadikan renungan siswa dalam melakukan proses
(berpikir) tentang aplikasinya,sehingga perkembangannya.
dari sisi pengetahuan munculah pribadi Memperhatikan uraian proses
yang baik atau buruk .Pengetahuan pembentukan tersebut maka
tersebut memiliki peran yang kuat pendidikan dan kepribadian bangsa
dalam pengambilan keputusan dalam Indonesia perlu dikaji ulang secara
pembentukan kepribadian. lebih mendalam. Kita harus
meningkatkan pendidikan dan Budiyono, K. (2007).Nilai-nilai
pembentukan kepribadian yang kepribadian dan kejuangan bangsa
disepakati oleh bangsa Indonesia yang Indonesia. Bandung: Alfa
mempunyai budaya yang berbeda.Nilai Durkheim, E. (1990). Pendidikan
kebangsaan harus diformulasikan Moral. Suatu Studi Teori dan Aplikasi
terlebih dahulu dan menjadi kebutuhan Sosiologi
bersama seluruh elemen bangsa tanpa Pendidikan. (Judul asli: Moral
kecuali. Education: 1961). Jakarta: Erlangga.
Falconnet, Paul. (1923). The
D.Kesimpulan Pedagogical Work of Emile
Durkheim. (American Journal of
Pendidikan di atas dapat Sociology). Chicago: The
disimpulkan bahwa pendidikan University of chicago Press.
merupakan bimbingan atau Giddens, A. & Turner, J. (2008). Social
pertolongan yang diberikan oleh orang theory today. Polity Press 1987
dewasa kepada perkembangan anak (edisi Indonesia).Yogyakarta:
untuk mencapai kedewasaan dengan Pustaka Pelajar.
tujuan agar anak cukup cakap http://www.suarapembaruan.com/home
melaksanakan tugas hidupnya sendiri ,Minggu, 08 Pebruari 2015 | 17:20.
tidak dengan bantuan orang Koentjoraningrat,(1990). Pengantar
lain.Dimana pendidikan sebagai suatu Ilmu
kegiatan yang sistematis dan Antropologi.Jakarta.PT.Rineka
sistematik terarah pada terbentuknya Cipta.
kepribadian peserta didik. Ngalim Purwanto. (1990). Psikologi
Unsur-unsur pembentukan Pendidikan. Bandung: PT Remaja
kepribadian Rosdakarya
diantaranya,Pengetahuan,Perasaan dan Nedler,L.(1982).Designig Training
dorongan Naluri.Sedangkan Faktor Programs:The Critical Event
yang mempengaruhi pembentukan Model.London:Addison-Wesley
kepribadian adalah,Warisan Publishing Company
Biologis,Lingkungan Alam, Warisan Sonhadji,H.(2012).Manusia,Teknologi,
Sosial (Social Heritage) atau dan Pendidikan Menuju
Kebudayaan,Pengalaman Kelompok Peradaban Baru.Malang.UM
Manusia, Pengalaman Unik (sifat Press
dasar,lingkungan prenatal, perbedaan Tilaar.(2007).Mengindonesia,Etnisitas
individual,lingkungan,motivasi). dan Identitas Bangsa Indonesia.
Proses pengelolaan dan Jakarta: Rineka Cipta.
pengendalian yang mempengaruhi Undang-Undang Republik Indonesia
dapat dilakukan dengan baik,maka Nomor 20 Tahun 2003 tentang
akan dapat membentuk dan Sistem Pendidikan Nasional.
mengkondisikan suatu sikap, perilaku Zamroni.(1988).Pengantar
dan tindakan seluruh elemen bangsa Pengembangan Teori
yang sesuai dengan harapan. Dengan Sosial.Jakarta:Departemen
demikian bangsa ini akan hanya Pendidikan dan Kebudayaan RI.
terdapat tindakan yang positif, dinamis Koentjoraningrat,(1990). Pengantar
dan budaya yang benar-benar luhur. Ilmu
Antropologi.Jakarta.PT.Rineka
E.Daftar Pustaka Cipta.
SELF-EFFICACY OF 5TH GRADER OF ELEMENTARY SCHOOL IN
SOLVING MATH FRACTIONS PROBLEMS VIEWED FROM LEVEL OF
ANXIETY SOLVING MATH FRACTIONS PROBLEMS

(EFIKASI DIRI SISWA KELAS V SD DALAM PEMECAHAN MASALAH


PECAHAN DITINJAU DARI TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA)

Oleh
Didik Hermanto, M. Pd.
STKIP PGRI Bangkalan

ABSTRACT

This research is an explorative research using qualitative approach that aims to


describe students' self efficacy in solving math frictions problems viewed from level of
math anxiety, which are lower math anxiety, moderate, and higher.The research’s
subjects are three students of 5th grade, Muhammadiyah I Sepanjang Elementary
School. The research began by determining the subject using questionnaire instrument
of math anxiety. The difference of math anxiety level, the similarity of gender,
communication ability, and the student’s availability also became researcher’s
consideration in choosing subject itself, then continued with problem solving of math
fractions test, giving questionnaires, interview, and observation. Checking validity of
data using time triangulation.
Based on the data analyses, we can conclude that the subject with a lower
math anxietytries some behaviors that he/she deemed capable to do from the lower
difficulty level, moderate, and higher ones. The subject's belief spreads into a series of
activities and various task's situations, and tend to hardly give up, tenacious in
improving his/her business despite facing challenges. Subject with medium capability
only tries the behavior that he/she considers having lower and moderate difficulty
level. His/her belief does not spread into a series of activities and task's situations. We
can see that, he/she is not sure if he/she can solve a various forms of fractions
problem, especially essay. Nevertheless, the subject tends to hardly give up, tenacious
in improving his/her attempt despite facing challenges. The subject with a moderate
math anxiety only tries the behavior that he/she considers having lower and moderate
difficulty level.Based on the data analyses, we can conclude that the subject with a
high capability tries some behaviors that he/she deemed capable to do from the lower
difficulty level, moderate, and higher ones. The subject's belief spreads into a series of
activities and various task's situations, and tend to hardly give up, tenacious in
improving his/her business despite facing challenges. The subject with a higher
math anxietyonly tries some behaviours that he/she thinks can do, in a lower and
moderate difficulty level. His/her belief does not spread into a series of avtivities and
task's situation. This is seen from their consideration for incapable of solving a various
forms of frictions problems, especially essay. They tend to easily give up in finishing
all of his/her tasks.

Keywords :Self-Efficacy, Math Anxiety and Problem Solving.


Beberapa kajian empiris memberikan
beberapa kesimpulan, seperti misalnya:
PENDAHULUAN konsep diri dianggap sebagai prediktor
Sikap merupakan faktor yang ada pada kemampuan matematika anak yang
diri seorang anak.Sikap dapat lebih baik dibandingkan efikasi diri
memotivasi dan mendorong seorang (Choi dalamLee, 2009: 2), kecemasan
anak untuk berniat melakukan suatu siswa pada matematika mempunyai
tindakan (berperilaku).Sikap menjadi hubungan dengan prestasi belajar
dasar bertindak, dan tindakan menjadi matematik (Mutiatus Solikah, 2011),
ungkapan sikap itu (Kusaeri, 2011:22- tingkat efikasi diri berbanding lurus
23).Dalam Teori Sosial Bandura (1995) dengan orientasi masa depan area
dijelaskan bahwaapa yang anak pikir pendidikan pada siswa, Endang, dkk
dan rasakan tentang dirinya akan (2012).Hasil tersebut menunjukkan
mempengaruhi tindakannya, khususnya bahwa ketiga konstruk diri tersebut
ketika mereka menyikapi suatu diformulasikan berdasarkan
problem. kemampuan seorang anak mengerjakan
tugas tertentu.
Atas dasar inilah, para ahli psikologi
berupaya menginvestigasi tentang apa Hubungan antara efikasi diri dan
yang anak pikirkan dan rasakan tentang kecemasan ini sangat kuat, keduanya
dirinya (Lee, 2009:1), seperti misalnya: saling mempengaruhi sehingga sulit
Konsep diri adalah konsep dasar untuk memisahkan keduanya dalam
tentang diri sendiri, pikiran dan opini mengungkap sikap seorang siswa
pribadi, kesadaran tentangapa dan siapa terhadap matematika. Pengalaman
dirinya, dan bagaimana perbandingan menyelesaikan masalah adalah sumber
antara dirinya dengan orang lain serta yang paling penting dalam
bagaimana idealisme yang telah mempengaruhi kecemasan seseorang
dikembangkannya (Fuhrmann dalam yang pada akhirnya akan
Widodo, 2006: 3), Efikasi diri sebagai mempengaruhi juga pada efikasi diri
keyakinan seseorang akan seseorang tersebut.Hal tersebut dapat
kemampuannya untuk diartikan bahwa kecemasan merupakan
mengorganisasikan dan melakukan indikator awal dari kemampuan
tindakan-tindakan yang perlu dalam matematika seseorang yang harus
mencapai tingkat kinerja tertentu digali lebih dalam lagi terhadap efikasi
(Banduradalam Hanun, 2009: 39), diri seseorang tersebut.
Kecemasan adalah suatu keadaan atau
kondisi emosional sementara pada diri Dari beberapa uraian di atas
seseorang yang ditandai dengan menunjukkan bahwa sikap terhadap
perasaan tegang dan kekhawatiran yang matematika memiliki dampak langsung
dihayati secara sadar serta bersifat terhadap kemampuan matematika.
subjektif, dan meningginya aktivitas Sikap yang dimaksud misalnya efikasi
sistem syaraf otonom. Sebagai suatu diri, oleh karena itu sikap anak
keadaan, kecemasan biasanya terhadap matematika (efikasi diri)
berhubungan dengan situasi-situasi dalam pemecahan masalah pecahan
lingkungan yang khusus, misalnya perlu diungkap sedini
situasi tes (Slameto 2010: 185), dan mungkin.Pertanyaan pada penelitian ini
masih banyak lagi istilah lainnya. adalah: “bagaimanakah efikasi diri
siswa kelas V SD dalam memecahkan
masalah pecahan ditinjau dari tingkat
kecemasan matematika?”. Sedangkan Menurut Bandura (1997), dimensi-
tujuan penelitian ini adalah dimensi efikasi diri yang digunakan
:“mendeskripsikanefikasi diri siswa sebagai dasar bagi pengukuran
kelas V SD dalam pemecahan masalah terhadap efikasi diri individu adalah :
pecahan ditinjau dari tingkat (1) Dimensi magnitude (tingkat
kecemasan matematika" kesulitan tugas), berkaitan dengan
tingkat kesulitan tugas yang harus
diselesaikan seseorang dari tuntutan
KAJIAN TEORI sederhana, moderat sampai yang
Menurut Bandura (1997), efikasi diri tingkat kesulitan tinggi. Dimensi
adalah keyakinan seorang individu kesulitan memiliki implikasi terhadap
mengenai kemampuannya dalam pemilihan tingkah laku yang dicoba
mengorganisasi dan menyelesaikan atau yang akan dihindari. Individu akan
suatu tugas yang diperlukan untuk mencoba tingkah laku yang dirasa
mencapai hasil tertentu. Efikasi diri mampu dilakukan dan akan
seorang siswa akan menjadi dasar menghindari tingkah laku yang dirasa
siswa tersebut melakukan tindakan berada di luar batas kemampuannya.(2)
dalam menghadapi suatu masalah Dimensi Generality (keluasan bidang
tertentu dan hasil tindakannya tugas), berkaitan dengan keluasan
merupakan ungkapan efikasi diri siswa bidang tugas yang dilakukan.Beberapa
tersebut. Menurut Robbins (2003:127), keyakinan individu terbatas pada suatu
efikasi diri merupakan faktor yang ikut aktivitas dan situasi tertentu dan
mempengaruhi kinerja seseorang dalam beberapa keyakinan menyebar pada
mencapai suatu tujuan tertentu.Ditinjau serangkaian aktivitas dan situasi yang
dari akademik, efikasi akademik bervariasi.(3) Dimensi Strenght
mengacu pada keyakinan individu (tingkat kekuatan keyakinan), berkaitan
bahwa ia mampu melakukan tindakan dengan tingkat kekuatan/kemantapan
tertentu (Schunk, 1991). Selanjutnya individu terhadap
Schunk menyatakan bahwa efikasi diri keyakinannya.Individu dengan efikasi
bukanlah satu-satunya pengaruh pada diri tinggi cenderung pantang
perilaku/tindakan. Perilaku atau menyerah, ulet dalam meningkatkan
tindakan merupakan fungsi dari banyak usahanya walaupun menghadapi
variabel. rintangan

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas Dalam penelitian ini, ciri-ciri/indikator


dapat disimpulkan bahwa efikasi diri yang menjadi ukuran dalam
adalah keyakinan seseorang terhadap menentukan efikasi diri seorang siswa
keterampilan dan kemampuan dirinya memiliki efikasi diri tinggi atau rendah
dalam mengorganisasi dan dirumuskan dalam kisi-kisi instrumen
menyelesaikan permasalahan untuk efikasi diri pada Tabel 2.1 :
hasil yang terbaik pada suatu tugas
tertentu.
Tabel 2.1 : Kisi-kisi Instrumen Efikasi Diri
VARIABEL DIMENSI INDIKATOR

- Tindakan (mencoba/menghindar) siswa atas


keyakinannya dalam menyelesaikan tugas
pemecahan masalah pecahan dengan berbagai
Magnitude tingkat kesulitan sebelum diberi tugas.
(berkaitan dengan
tingkat kesulitan tugas - Tindakan (mencoba/menghindar) siswa atas
yang harus diselesaikan keyakinannya dalam menyelesaikan tugas
seseorang dari tuntutan pemecahan masalah pecahan dengan berbagai
sederhana, moderat tingkat kesulitan pada saat menghadapi tugas.
sampai yang tingkat
kesulitan tinggi.) - Tindakan (mencoba/menghindar) siswa atas
keyakinannya dalam menyelesaikan tugas
pemecahan masalah pecahan dengan berbagai
tingkat kesulitan setelah diberi tugas.

- Kemauan keras siswa dalam menyelesaikan


tugas pemecahan masalah pecahan sebelum
diberi tugas.
Strength
(berkaitan dengan - Usaha (kerja keras) siswa dalam
EFIKASI tingkat kekuatan menyelesaikan tugas pemecahan masalah
DIRI individu terhadap pecahan saat menghadapi tugas.
keyakinannya)
- Kemauan keras siswa dalam menyelesaikan
tugas pemecahan masalah pecahan setelah
diberi tugas.

- Tindakan (mencoba/menghindar) siswa atas


keyakinannya dalam menyelesaikan tugas
pemecahan masalah pecahan dengan berbagai
situasi dan variasi sebelum diberi tugas.

- Tindakan (mencoba/menghidar) siswa atas


Generality
keyakinannya dalam menyelesaikan tugas
(berkaitan dengan
pemecahan masalah pecahan dengan berbagai
keluasan bidang tugas
situasi dan variasi pada saat menghadapi
yang dilakukan)
tugas.

- Tindakan (mencoba/menghindar) siswa atas


keyakinannya dalam menyelesaikan tugas
pemecahan masalah pecahan dengan berbagai
situasi dan variasi setelah diberi tugas.
Kecemasan adalah suatu keadaan matematikasaat mengikuti kelas
emosional yang mempunyai ciri matematika, menyelesaikan masalah
keterangsangan fisiologis, perasaan matematika, danmendiskusikannya.
tegang yang tidak menyenangkan, dan
perasaan aprehensif bahwa sesuatu Dari uraian di atas, kecemasan
yang buruk akan terjadi (Nevi dalam matematika adalah suatu perasaan tidak
Yulia dkk, 2010 : 2).Hurlock (2000) nyaman, gelisah atau khawatir saat
mengemukakan bahwa rasa mengikuti pelajaran matematika, saat
cemasmerupakan keadaan mental yang memecahkan permasalahan matematika
tidak enak berkenaan dengan sakit dan mendiskusikan matematika.
yang mengancamatau yang
dibayangkan. Sedangkan menurut Menurut Dacey (2000) dalam
Drajat (1995), kecemasan merupakan mengenali gejala kecemasan dapat
perasaanyang tidak menentu, panik, ditinjau melalui tiga komponen, yaitu :
takut tanpa mengetahui sesuatu yang (a) Komponen Psikologis, berupa
ditakutkan dantidak dapat kekhawatiran, gugup, tegang, cemas,
menghilangkan perasaan gelisah serta rasa tidak aman, takut, cepat terkejut.
mencemaskan tersebut. Taylor (b) Komponen Fisiologis, berupa
(dalamLeonard & Supardi, 2010 : 342) jantung berdebar, keringat dingin pada
mengatakan bahwa kecemasan ialah telapak tangan, muka pucat, bibir
suatu pengalaman subjektif mengenai kering, tekanan darah meninggi,
ketegangan mental yang gerakan peristaltik (gerakan berulang-
menggelisahkan sebagai reaksi umum ulang tanpa disadari) bertambah, gejala
dan ketidakmampuan menghadapi somatik atau fisik (otot), gejala somatik
masalah atau adanya rasa aman. atau fisik (sensorik), gejala Respiratori
(pernapasan), gejala Gastrointertinal
Fennema dan Sherman (dalamZakaria, (pencernaan), gejala Urogenital
2008 : 28) mendefinisikan bahwa (perkemihan dan kelamin).dan (c)
“kecemasan matematika adalah Komponen Sosiologis, sebuah perilaku
perasaan yang kuat yang melibatkan yang ditunjukkan oleh individu di
rasa takut dan ketakutan ketika lingkungannya, dapat berupa: tidak
dihadapkan dengan kemungkinan fokus, sikap tidak suka terhadap tugas
menyelesaikan masalah matematika”. yang dihadapi dan suka mengalihkan
Richardson dan Suinn (dalamWither, pembicaraan ketika membahas tentang
2003 : 138)menyatakan bahwa tugas tertentu yang tidak disukai.
kecemasan matematika melibatkan
perasaan tegang dan cemas yang Dalam penelitian ini, ciri-ciri/indikator
mempengaruhi dengan berbagai cara yang menjadi ukuran dalam
ketika menyelesaikan soal matematika menentukan seorang siswa mengalami
dalam kehidupan nyata dan akademik. kecemasan matematika dirumuskan
Menurut Tobias (dalamDevi, 2011 : dalam kisi-kisi instrumen kecemasan
131), kecemasan matematika pada Tabel 2.2.
merupakan respon emosional terhadap

Tabel 2.2 : Kisi-kisi Instrumen Kecemasan


VARIABEL KOMPONEN INDIKATOR

KECEMASAN Psikologis - Perasaan takut dan khawatir siswa dalam


menyelesaikan tugas matematika sebelum
diberi tugas.
- Perasaan tegang dan gugup siswa dalam
menyelesaikan tugas matematika pada saat
menghadapi tugas.

Keringat dingin, muka pucat, bibir kering,


gerakan berulang-ulang salah satu anggota
Fisiologis
badan tanpa disadari dan sering buang air kecil
pada saat menyelesaikan tugas matematika.

- Perasaan tidak bisa fokus pada saat


menyelesaikan tugas matematika.
- Tindakan suka mengalihkan pembicaraan
Sosiologis ketika membahas tentang matematika
sebelum diberi tugas.
- Perasaan tidak suka ditanya tentang
matematika sebelum menghadapi tugas.

Kegiatan memecahkan/menyelesaikan
masalah adalah suatu aktivitas dasar Menurut Polya (1973: 154), terdapat
pada manusia. Dalam setiap saat dua macam masalah dalam
manusia (siswa)akan selalu berhadapan matematika, yaitu : (1) Masalah untuk
dengan masalah yang menuntut dirinya menemukan, bertujuan untuk
untuk memecahkan/menyelesaikannya. membantu menemukan objek yang
Ada masalah yang kompleks yang pasti atau masalah yang ditanyakan.
butuh keterampilan dan waktu yang Masalah tersebut dapat berupa masalah
cukup, ada pula masalah yang dengan teoritis atau praktis, abstrak atau
mudah dapat dicari penyelesaiannya. kongkret dan masalah serius atau teka-
Oleh karena itu, suatu institusi teki semata. (2) Masalah untuk
pendidikan (sekolah) sebaiknya membuktikan, bertujuan untuk
dirancang dengan pembelajaran yang menunjukkan bahwa suatu pernyataan
menempatkan masalah sebagai topik itu benar atau salah, sehingga perlu
utama dalam kegiatan pembelajaran. dijawab “Apakah pernyataan tersebut
Masalah merupakan pertanyaan yang benar atau salah?” dan kita memiliki
kompleks sehingga penyelesaiannya kesimpulan jawaban dengan
diperlukan aktivitas mental yang tinggi. membuktikan bahwa dugaan itu benar
Sebuah pertanyaan dikatakan suatu atau salah.
masalah jika memiliki syarat syarat: (1)
Pertanyaan yang dihadapkan kepada Dalam penelitian ini masalah yang
seseorang haruslah dapat dimengerti digunakan adalah masalah untuk
oleh orang tersebut dan merupakan menemukan. Menurut Polya (1973:
tantangan baginya untuk menjawabnya. 154-156), masalah menemukan lebih
(2) Pertanyaan tersebut tidak dapat penting dalam matematika elementer.
dijawab dengan prosedur rutin yang Berdasarkan uraian di atas maka
telah diketahui. disimpulkan bahwa masalah adalah
suatu soal/pertanyaan yang tidak dapat akan memberikan hasil yang efektif
diselesaikan dengan prosedur rutin dalam kegiatan pelaksanaan. (4)
yang sudah diketahui siswa dan Menafsirkan atau mengevaluasi hasil:
menyajikan tantangan dan setelah melaksanakan rencana, langkah
keterampilan untuk menyelesaikannya. selanjutnya adalah melihat kembali
Menurut Polya (1973: 5-16), untuk penyelesaian dengan mengecek
memecahkan masalah, ada empat kembali langkah pengerjaan dan
langkah yang harus dilakukan yaitu : mengecek kembali hasilnya dengan
(1) Memahami masalah: langkah awal memberikan argumentasi yang benar
dalam memecahkan masalah adalah untuk tiap langkah yang ditulis. Dari
harus mengetahui dengan jeli apa yang uraian di atas maka disimpulkan bahwa
diketahui dan apa yang ditanyakan. pemecahan masalah adalah rangkaian
Guru dapat mengecek hal ini pada aktivitas atau cara yang dilakukan
siswa dengan meminta siswa untuk secara terstruktur untuk menemukan
mengulangi peryataan atau soal sampai jawaban dari permasalahan yang
siswa memahami masalahnya dengan berkaitan dengan suatu bidang ilmu.
fasih. (2)Merencanakan cara
penyelesaian: setelah memahami METODE PENELITIAN
masalahnya maka tahap berikutnya Tujuan penelitian adalah
adalah merencanakan penyelesaian. mendeskripsikan efikasi diri siswa
Jalan dari memahami masalah sampai kelas V SD dalam pemecahan masalah
pada membuat sebuah perencanaan pecahan ditinjau dari kecemasan dalam
adalah panjang dan berliku-liku. Hal ini menyelesaikan masalah
bisa terjadi jika siswa memiliki sedikit pecahan.Berdasarkan hal tersebut
pengetahuan dan bahkan sangat tidak penelitian ini dikategorikan penelitian
mungkin jika siswa tidak memiliki deskriptif dengan pendekatan
pengetahuan. Ide yang bagus untuk kualitatif.Penelitian inidilaksanakan di
sebuah perencanaan berasal dari kelas V Sekolah Dasar Muhammadiyah
pengalaman masa lalu dan Sepanjang Sidoarjo. Subjek yangdipilih
pengetahuan-pengetahuan sebelumnya. telah memenuhi kriteria pemilihan
Merencanakan di sini yakni melihat subjek yang disesuaikan dengan
keseluruhan tahap yang akan kebutuhan peneliti yaitu : 3 (tiga) siswa
dilaksanakan sesuai dengan arah kelas V SD yang masing-masing
masalah yang diinginkan. Ada adalah siswa dengan kecemasan
bebarapa strategi perencanaan rendah, sedang dan tinggi dalam
penyelesaian yang bisa digunakan menyelesaikan masalah pecahan.
dalam kegiatan pelaksanaanya yakni Karena perbedaan jenis kelamin tidak
misalnya dengan mencoba-coba, dikontrol, maka 3 subjek yang dipilih
menyajikan dalam diagram atau tabel berjenis kelamin yang sama.Subjek
dan lain-lain. (3) Melaksanakan yang dipilih dapat mengemukakan
rencana: memikirkan sebuah rencana pendapat secara lisan maupun tertulis
sampai pada menyusun ide dari solusi sehingga memudahkan peneliti dalam
bukan hal yang mudah. Perencanaan pengambilan data.
memberikan sebuah bagan umum yang Secara singkat pemilihan
memberikan jalan untuk dapat subjek penelitian akan dilakukan
melaksanakan penyelesaian yang tepat dengan langkah-langkah yaitu
Pelaksanaannya dapat menggunakan menentukan sejumlah siswa kelas
salah satu strategi yang ada pada tahap V SD. Kemudian sejumlah siswa
perencanaan. Perencanaan yang baik kelas V SD tersebut diberi angket
kecemasan dalam matematika rendah. Kriteria pengelompokan
untuk mengetahui tingkat tingkat kecemasan calon subjek
kecemasan matematika calon tersebut menggunakan kriteria
subjek. seperti pada Tabel 3.1 berikut .
Selanjutnya data hasil
pemberian angket kecemasan
matematika calon subjek
dikelompokkan menjadi kelompok
siswa dengan kecemasan
matematika tinggi, sedang dan

Tabel 3.1 : Kriteria Pengelompokan Tingkat Kecemasan matematika


Tingkat kecemasan matematika

Rendah Sedang Tinggi

Skor Angket ≥ 80 60 ≤ Skor < 80 < 60

Keterangan : Skor tes maksimum adalah 100

Kemudian dari hasil pengelompokan diadaptasi dari “The Dacey-Fiore


siswa berdasarkan tingkat kecemasan Anxiety Questionnaire”, oleh Dacey-
matematika tersebut, dipilih subjek Fiore (2000), tetapi perancangannya
penelitian yang sesuai dengan kriteria tetap divalidasikan kepada validator
pemilihan subjek. Hasil pemilihan ahli. (2)Tugas Pemecahan Masalah
subjek tersebut dikonsultasikan terlebih Pecahan (TPMP), yaitu TPMP-A yang
dahulu dengan guru bidang studi. Hal terdiri dari 3 (tiga) buah soal non rutin
tersebut dilakukan untuk memastikan yang digunakan untuk mengungkap
apakah semua subjek yang dipilih efikasi diri siswa dalam menyelesaikan
sudah sesuai dengan kriteria pemilihan masalah pecahan dan TPMP-B yang
subjek yang dibutuhkan peneliti. terdiri dari 3 (tiga) butir soal yang
Selanjutnya subjek yang terpilih, yaitu berbeda dengan TPMP-A tetapi
1 subjek dengan tingkat kecemasan memiliki konsep dan tingkat kesulitan
matematika rendah (SR), 1 subjek yang sama. TPMP-B digunakan untuk
dengan tingkat kecemasan matematika triangulasi waktu dalam mengungkap
sedang (SS) dan 1 subjek dengan efikasi diri siswa dalan menyelesaikan
tingkat kecemasan matematika tinggi masalah pecahan. (3) Instrumenefikasi,
(ST) dijadikan sebagai subjek berisi item pengukuran efikasi diri
penelitian. yang diperoleh dari kajian teori
berbentuk angket dan wawancara
Instrumen pendukung pada penelitian terstruktur. Instrumen ini
ini adalah: (1) Angket Kecemasan dikembangkan dari indikator-indikator
Matematika (AKM), instrumen ini efikasi diri yang telah dirumuskan
digunakan untuk menentukan subjek dalam kisi-kisi instrumen efikasi diri
penelitian berdasarkan kecemasan pada Tabel : 2.1.
dalam menyelesaikan masalah pecahan
siswa secara keseluruhan. Instrumen ini Dalam penelitian ini pengumpulan data
dirancang berupa angket yang dilakukan dengan metode angket,
metode tes dan metode mengungkap efikasi diri subjek dalam
wawancara.Secara rinci prosedur TPMP-A pada tugas pertama, secara
pengumpulan data penelitian dimulai bergantian subjek diberi soal nomor 2
dengan pemberian angket efikasi diri TPMP-A dan diberi waktu untuk
dalam pemecahan masalah pecahan mencoba menyelesaikannya,kemudian
kepada masing-masing subjek yang diminta untuk mengisi angket efikasi
dilanjutkan dengan wawancara diri dan diwawancarai untuk
tersetruktur dengan masing-masing mengungkap efikasi diri subjek dalam
subjek. Kemudian semua subjek diberi TPMP-A pada tugas kedua, secara
TPMP-A. Setelah TPMP-A selesai, bergantian subjek diberi soal nomor 3
kemudian kembali dilakukan TPMP-A dan diberi waktu untuk
pemberian angket efikasi diri kepada mencoba menyelesaikannya, kemudian
subjek dan diakhiri dengan wawancara. diminta mengisi angket efikasi diri dan
Untuk mendapatkan data yang valid diwawancarai untuk mengungkap
maka dilakukan triangulasi waktu, efikasi diri subjek dalam TPMP-A
yaitu dengan cara pemberian TPMP-2 pada tugas ketiga. Selama ketiga subjek
dan pemberian angket serta wawancara mengerjakan TPMP-A, peneliti terus
kembali kepada subjek yang sama pada mengamati kondisi fisik dan perilaku
waktu yang berbeda. Selanjutnya hasil subjek dengan tujuan untuk
dari rangkaian perlakuan pada waktu memperoleh data efikasi diri dalam
yang berbeda ini dicocokkan dengan memecahkan permasalahan pecahan
hasil dari rangkaian perlakuan yang ditunjukkan subjek melalui ciri-
sebelumnya sedemikian sehingga ciri secara fisik. Pengumpulan data
diperoleh data yang valid.. kedua menggunakan TPMP-B
dilakukan dengan sistematika yang
Dalam penelitian ini, analisis data sama dengan pengumpulan data
menggunakan model Miles & pertama.
Huberman (1992). Menurut Miles &
Huberman (1992 : 16-19), analisis Dari hasil analisis diperoleh deskripsi
terdiri dari tiga alur kegiatan secara efikasi diri subjek dalam pemecahan
bersamaan yaitu : tahap reduksi, tahap masalah pecahan sebagai berikut. (1)
penyajian data dan menarik Subjek SR:Mencoba menyelesaikan
Kesimpulan. tugas pemecahan masalah pecahan
dengan berbagai tingkat kesulitan,
ANALISIS HASIL PENELITIAN mencoba meyelesaikan tugas baik yang
Pengumpulan data pertama dilakukan berbentuk pilihan ganda maupun
dengan sistematika: secara bersama- berbentuk uraian dengan berbagai
sama ketiga subjek diberi angket situasi tugas, tidak merasa bosan
efikasi diri dan diberi waktu untuk ataupun capek jika harus
mengisi angket tersebut kemudian menyelesaikan soal pecahan sebanyak
mewawancarai mereka satu per satu 15 – 20 soal dan jika diberi tugas
guna untuk mengungkap efikasi diri menyelesaikan soal pecahan, maka
subjek sebelum diberi tugas pemecahan akan mengerjakan sendiri.Subjek
masalah pecahan (TPMP), secara STmeneliti hasil pekerjaannya ketika
bergantian subjek diberi soal nomor 1 menyelesaikan soal pecahan, berusaha
TPMP (A) dan diberi waktu untuk sekuat tenaga untuk dapat
mencoba mennyelesaikannya, menyelesaikan tugas pemecahan
kemudiandiminta mengisi angket masalah pecahan dan yakin dapat
efikasi diri dan diwawancarai untuk menyelesaikan soal pecahan dengan
berbagai macam situasi dan variasi. (2) DISKUSI HASIL PENELITIAN
Subjek SS: Mencoba menyelesaikan Subjek SR (Subjek dengan
tugas pemecahan masalah pecahan kecemasan rendah):subjek SR
dengan tingkat kesulitan rendah dan memiliki sikap yang menunjukkan ciri-
sedang, mencoba meyelesaikan tugas ciri seorang siswa yang memiliki
baik yang berbentuk pilihan ganda efikasi diri sesuai dengan dimensi-
maupun berbentuk uraian dengan dimensi efikasi diri yaitu: a) dimensi
berbagai situasi tugas, merasa bosan magnitude, SR mencoba tingkah laku
dan merasa capek jika harus yang dirasa mampu dilakukannya dari
menyelesaikan soal pecahan sebanyak tingkat kesulitan rendah, sedang
15 – 20 soal dan tidak suka dengan maupun tinggi. b) dimensi generality,
tantangan menyelesaikan soal-soal keyakinan SR menyebar pada
pecahan, tetapiketika diberi tugas serangkaian aktivitas dan situasi tugas
menyelesaikan soal pecahan, maka yang bervariasi. dan c) dimensi
mengerjakannya sendiri. Subjek SS strenght, SR cenderung pantang
tidak pernah megerjakan latihan soal- menyerah, ulet dalam meningkatkan
soal yang sulit tentang pecahan, akan usahanya walaupun menghadapi
meneliti hasil pekerjaannya ketika tantangan. Subjek SS (Subjek dengan
menyelesaikan soal pecahan dan kecemasan Sedang):ditinjau dari
berusaha sekuat tenaga untuk dapat dimensi-dimensi efikasi diri, yaitu: a)
menyelesaikan tugas pemecahan dimensi magnitude, subjek SS hanya
masalah pecahan meskipun tidak yakin mencoba tingkah laku yang dirasa
dapat menyelesaikan soal pecahan mampu dilakukannya pada tugas
dengan berbagai macam situasi dan dengan tingkat kesulitan rendah dan
variasi. (3) Subjek ST: Mencoba dan tingkat kesulitan sedang saja. b)
menyelesaikan tugas pemecahan dimensi generality, keyakinan SS tidak
masalah pecahan dengan tingkat menyebar pada serangkaian aktivitas
kesulitan rendah dan sedang, mencoba dan situasi tugas. Hal tersebut terlihat
meyelesaikan tugas baik yang bahwa, SS tidak yakin dapat
berbentuk pilihan ganda maupun menyelesaikan berbagai bentuk soal
berbentuk uraian dengan berbagai pecahan terutama soal yang berbentuk
situasi tugas, merasa bosan tetapi tidak uraian.dan c) dimensi strenght, SS
merasa capek jika harus menyelesaikan cenderung pantang menyerah, ulet
soal pecahan sebanyak 15 – 20 soal dan dalam meningkatkan usahanya
tidak suka dengan tantangan walaupun menghadapi
menyelesaikan soal-soal pecahan, tantangan.Subjek ST (Subjek dengan
tetapiketika diberi tugas menyelesaikan kecemasan tinggi);dari dimensi-
soal pecahan, maka akan mengerjakan dimensi efikasi diri, yaitu: a) dimensi
sendiri.Tidak pernah megerjakan magnitude, subjek ST hanya mencoba
latihan soal-soal yang sulit tentang tingkah laku yang dirasa mampu
pecahan, meneliti hasil pekerjaannya dilakukannya pada tugas dengan
ketika menyelesaikan soal pecahan dan tingkat kesulitan rendah dan sedang
berusaha sekuat tenaga untuk dapat saja. b) dimensi generality, keyakinan
menyelesaikan tugas pemecahan ST tidak menyebar pada serangkaian
masalah pecahan meskipun tidak yakin aktivitas dan situasi tugas. Hal tersebut
dapat menyelesaikan soal pecahan terlihat bahwa, ST tidak yakin dapat
dengan berbagai macam bentuk (situasi menyelesaikan berbagai bentuk soal
dan variasi). pecahan terutama soal yang berbentuk
uraian. dan c) dimensi strenght, ST
cenderung pantang menyerah, ulet tetapi jika diberi tugas
dalam meningkatkan usahanya menyelesaikan soal pecahan, maka
walaupun menghadapi tantangan. Hal akan mengerjakan sendiri. Subjek
tersebut terlihat bahwa ST berusaha tidak pernah megerjakan latihan
menyelesaikan semua tugas yang soal-soal yang sulit tentang pecahan,
diberikan. meneliti hasil pekerjaannya ketikaa
KESIMPULAN menyelesaikan soal pecahan dan
1. Subjek dengan kecemasan berusaha sekuat tenaga untuk dapat
matematika rendah. menyelesaikan tugas pemecahan
Efikasi diri dalam pemecahan masalah pecahan meskipun tidak
masalah pecahan dideskripsikan yakin dapat menyelesaikan soal
bahwa subjek mencoba pecahan dengan berbagai macam
menyelesaikan tugas pemecahan bentuk (situasi dan variasi).
masalah pecahan dengan tingkat
kesulitan rendah, sedang dan tinggi 3. Subjek dengan kecemasan tinggi.
serta mencoba meyelesaikan tugas Efikasi diri dalam pemecahan
baik yang berbentuk pilihan ganda masalah pecahan dideskripsikan
maupun berbentuk uraian dengan bahwa subjek mencoba dan
berbagai situasi tugas, tidak merasa berusaha keras menyelesaikan tugas
bosan ataupun capek jika harus pemecahan masalah pecahan dengan
menyelesaikan soal pecahan tingkat kesulitan rendah dan sedang,
sebanyak 15 – 20 soal dan jika mencoba meyelesaikan tugas baik
diberi tugas menyelesaikan soal yang berbentuk pilihan ganda
pecahan, maka akan mengerjakan maupun berbentuk uraian dengan
sendiri.Subjek meneliti hasil berbagai situasi tugas, merasa bosan
pekerjaannya ketika menyelesaikan tetapi tidak merasa capek jika harus
soal pecahan, berusaha sekuat menyelesaikan soal pecahan
tenaga untuk dapat menyelesaikan sebanyak 15 – 20 soal dan tidak
tugas pemecahan masalah pecahan suka dengan tantangan
dan yakin dapat menyelesaikan soal menyelesaikan soal-soal pecahan,
pecahan dengan berbagai macam tetapi jika diberi tugas
bentuk (situasi dan variasi). menyelesaikan soal pecahan, maka
akan mengerjakan sendiri. Subjek
2. Subjek dengan kecemasan Sedang. tidak pernah megerjakan latihan
Efikasi diri dalam pemecahan soal-soal yang sulit tentang pecahan,
masalah pecahan dideskripsikan meneliti hasil pekerjaannya apabila
bahwa subjek mencoba menyelesaikan soal pecahan dan
menyelesaikan tugas pemecahan berusaha sekuat tenaga untuk dapat
masalah pecahan dengan tingkat menyelesaikan tugas pemecahan
kesulitan rendah dan sedang, masalah pecahan meskipun tidak
mencoba meyelesaikan tugas baik yakin dapat menyelesaikan soal
yang berbentuk pilihan ganda pecahan dengan berbagai macam
maupun berbentuk uraian dengan bentuk (situasi dan variasi)
berbagai situasi tugas, merasa bosan
dan merasa capek jika harus DAFTAR PUSTAKA
menyelesaikan soal pecahan Bandura Albert, 1997. Self-Efficacy
sebanyak 15 – 20 soal dan tidak The Exercise of Control. USA:
suka dengan tantangan W.H Freeman and Company.
menyelesaikan soal-soal pecahan,
Educational Testing Service
Harlock, 2000.Psikologi (ETS).
Perkembangan Jilid I. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama Widodo Prasetyo Budi, 2006.
Reliabilitas dan Validitas
Drajat, 1995.Kesehatan Mental.Jakarta; Konstruk Skala Konsep Diri
Gunung Agung. Untuk Mahasiswa Indonesia.
Jurnal Psikologi Universitas
Goleman, D. 1997. Kecerdasan
Diponegoro, Vol. 3, No. 1, Juni
Emosional. Terjemahan
2006
Hermaya. Jakarta; PT. Gramedia
Pustaka Umum.
Hanun Farida, 2009. Penerapaan
Analisis Kovarian Untuk
Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku
Mengukur Hasil Belajar
Organisasi Jilid I. Jakarta:
Matematika Dalam Penelitian
Indeks Kelompok Gramedia.
Eksperimental.

Moleong Lexy, J. 2005. Metodologi


Tapia, M., 2004.An Instrument to
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Measure Mathematics
PT. Remaja Rosdakarya.
Attitudes.Academic Exchange
Quarterly, 8 (2), 2-18.
Wither David P. & Sherman Brian F.
(2003). Mathematics Anxiety
Solikah Mutiatus, 2011. Pengaruh
and Mathematics Achievement.
Kecemasan Siswa Pada
Mathematics Education
Research Journal 2003, Vol. 15, Matematika Dan Motivasi
Belajar Terhadap Prestasi
No. 2, 138-150
Belajar Matematika.

Nurlaila Siti, 2011. Pelatihan Efikasi


Yuksel-Sahin Fulya, 2008.Mathematics
Diri Untuk Menurunkan
Anxiety Among 4th and 4th Grade
Kecemasan Pada Siswa-siswi
Turkish Elementary School
Yang Akan Menghadapi Ujuan
Students. IEJME, Vol 3, Number
Akhir Nasional. Guidenna, Vol.
3, Oct 2008.
1, No. 1, 2011

Puspitasari Yulia Putri, Abidin Zaenal


Kusaeri, 2011.Tansformasi nilai-nilai
dan Sawitri Dian Ratna, 2009.
karakter melalui pelajaran
Hubungan Antara Dukungan
matematika di sekolah.
Sosial Teman Sebaya Dengan
Aksioma: Jurnal Matematika dan
Kecemasan Menjelang Ujian
Pendidikan Matematika, 2 (1),
Nasional (UN) Pada Siswa
21-32.
Kelas XII Reguler SMA Negeri 1
Surakarta.
Lee, J., 2009. Self-constructs and
anxiety across cultures. Laporan
Susanti Devi Winja & Rohmah
Penelitian, New Jersey:
Faridah Ainur , 2011. Efektivitas
Musik Klasik Dalam
Menurunkan Kecemasan Polya G, 1973. How To Solve It.
Matematika (Math Anxiety) Princeton University Press,
Pada Siswa Kelas XI.Humanitas, Princeton Jersey.
Vol III No. 2, Agustus 2011.
Leonard dan Supardi U.S, Hudoyo, Herman. 2001.
2010.Pengaruh Konsep Diri, Pengembangan Kurikulum dan
Sikap Siswa Pada Matematika Pembelajaran Matematika.
Dan Kecemasan Siswa Terhadap Universitas Negeri Malang
Hasil Belajar Matematika.
Cakrawala Pendidikan,
November 2010, Th. XXIX, No. Slameto, 2010.Belajar dan Faktor-
3 faktor Yang
mempengaruhi.Jakarta, Rineka
Cipta.
Pudjiastuti Endang, 2012. Hubungan
Self Efficacy Dengan Orientasi
Masa Depan Area Pendidikan Miles & Huberman, 1992.Analisis
Siswa Kelas XI Jurusan IPA Data Kualitatif. UI Press.
Sekolah Bertaraf Internasional
SMA Negeri 5 Bandung. Schunk, D. H., 1991. Self-efficacy and
Prosiding SnaPP 2012, Sosial, academic
Ekonomi dan Humaniora, ISSN motivation.Educational
2089-3590 Psychologist, 26, 207–231.

Zakaria, Effandi dan Nordin Norazah


Mohd. 2008. The Effects of
Mathematics Anxiety on
Matriculation Students as
Related to Motivation and
Achievement.www.ejmste.com/v
4n1/Eurasia_v4n1_Zakaria_Nor
din.pdf , diakses tanggal 11
Februari 2013 jam 12.00
PENGARUH KUALITAS KEHIDUPAN KERJA (QUALITY OF WORK
LIFE/QWL) TERHADAP PRODUKTIFITAS KERJA KARYAWAN PADA
PT.BHAKTI KARYA KURNIA SURABAYA

Veronika Nugraheni Sri Lestari

IlyaFarida

Fakultas Ekonomi Universitas Dr. Soetomo Surabaya

Abstrak :

Kepuasan Kerja dan Karir (X1), mempunyai pengaruh positif & signifikan, variabel ini
mempunyai hubungan positif (sedang). Kesejahteraan Umum (X2), mempunyai
pengaruh positif&signifikan, variabel ini mempunyai hubungan positif (sedang). Stres
Ditempat Kerja (X3), mempunyai pengaruh negatif & tidak signifikan variabel ini
mempunyai hubungan negatif (rendah) Pengendalian Ditempat, Kerja (X4),
mempunyai pengaruh negatif & tidak signifikan, variabel Ini mempunyai hubungan
positif (sedang). Sarana Penghubung Rumah& Pekerjaan (X5) mempunyai pengaruh
negatif & tidak signifikan, variabel ini mempunyai hubungan negatif (cukup kuat).
Kondisi Kerja (X6), mempunyai pengaruh positif & signifikan, variabel ini
mempunyai pengaruh positif & signifikan, variabel ini mempunyai hubungan positif
(sedang).Variabel yang paling dominan pengaruhnya adalah Kesejahteraan Umum
(X2), mempunyai pengaruh positif & signifikan. Nilai koefisien regresi sebesar 4,317.
Dalam meningkatkan produktifitas tenaga kerja, variabel ini mempunyai hubungan
positif sebesar 50,1% dengan variabel Y (sedang).

Kata Kunci :QWL dan Produktifitas tekanan diluar lingkungan kerja


Kerja merupakan gambaran dari kualitas
kehidupan kerja (QWL) yang telah
PENDAHULUAN lama menjadi bagian dari tanggung
Pada dasarnya masalah SDM jawab sosial dari sebuah perusahaan.
berkaitan erat dengan masalah Banyak perusahaan yang
produktivitas tenaga kerja itu sendiri. mengembangkan program QWL dalam
Jika diukur dari produktivitas, keadaan rangka membantu keseimbangan antara
SDM Indonesia kualitasnya masih kebutuhan kerja karyawan dengan
tergolong rendah. kebutuhan-kebutuhan diluar pekerjaan,
terbukti mengalami peningkatan
Menurut Merten (2006), produktifitas dan pengurangan turn
keseimbangan antara tuntutan dan atau over karyawan.
tekanan karyawan dalam lingkungan
kerja dengan kepentingan atau tekanan- PT. Bhakti Karya Kurnia adalah
salah satu perusahaan yang bergerak 1. Untuk menguji dan menganalisis
dibidang Coldstrorage ( pengolahan besarnya pengaruh QWL dalam
hasil-hasil laut ) berdiri sejak tahun meningkatkan produktivitas PT.
Bhakti Karya Kurnia Surabaya
2005 dan memiliki karyawan produksi
2. Untuk menguji dan menganalisis
sebanyak 3000 orang. Kegiatan faktor QWL yang memiliki
produksi perusahaan berlokasi di Jl. pengaruh dominan dalam
Margomulyo no.4 E Surabaya, meningkatkan produktivitas PT.
Bhakti Karya Kurnia Surabaya
PT. Bhakti Karya Kurnia dalam Hasil penelitian ini diharapkan
kegiatan operasionalnya selama kurun memberikan manfaat sebagai berikut :
waktu hampir tujuh tahun telah
menunjukkan perkembangan yang 1. Pengembangan khasanah ilmu
sangat pesat. Tahun demi tahun pabrik pengetahuan terutama ilmu
manajemen sumber daya manusia.
ini menghasilkan produksi yang sangat
2. Bahan pertimbangan bagi
memuaskan,sehingga laba yang perusahaan dalam membuat
dihasilkan pabrik juga meningkat. keputusan terutama yang berkaitan
Dengan semakin tingginya permintaan dengan peningkatan produktivitas
maka perusahaan juga harus menambah kerja karyawan;
jumlah tenaga kerja yang memiliki 3. Bahan informasi bagi penelitian
keahlian khusus terutama untuk selanjutnya yang akan meneliti
tentang produktifitas dengan
bagianpemotongan, penghalusan dan
mengembangkan variabel-variabel
membuat profil kayu maka penelitian.
produktifitas menjadi bagian yang
sangat penting bagi perusahaan agar
dapat memenuhi kebutuhan pasar
Pengelolaan Sumber Daya Manusia
apalagi perusahaan ini akan membuka
pasar di luar negeri. Berkembangnya suatu organisasi
sangat tergantung pada tersedianya
PT. Bhakti Karya Kurnia
sumber daya manusia yang berkualitas.
sekarang menjadi pabrik yang cukup
Untuk itu, maka pengelolaan
besar dengan meningkatnya hasil
sumberdaya manusia sangat penting
produksi yang dihasilkan. Pabrik ini
bagi suatu perusahaan. Seperti
selalu memberikan efisiensi dan
dinyatakan Terry (2006 : 3), suatu
prioritas pada produk-produk yang
organisasi dalam mewujudkan
banyak diminati pasar, sehingga
tujuannya deperlukan sumberdaya
volume penjualan mengalami
bahan baku, uang, mesin, metode,
peningkatan yang cukup besar dari
pasar, dan manusia. Menurut Noe
tahun ke tahun. Namun permintaan
Raymond (2004 : 31) mengatakan
buyer tidak semuanya dapat dipenuhi
bahwa perusahaan yang bermaksud
karena keterbatasan produktivitas kerja
untuk meningkatkan keunggulan
karyawan.
bersaing harus berusaha terlebih dahulu
Tujuan Penelitian ini adalah : meningkatkan semangat kerja
karyawan dengan jalan
mengintensifkan investasi dan jangka panjang sebagai acuan utama
pelatihan, selektif dalam pemilihan dari strategi Manajemen SDM pada
karyawan, menyesuaikan keinginan dasarnya memuat komponen-
karyawan dalam melakukan komponen
monotoring terhadap kebutuhan sosial.
a. Rumusan Filsafat Perusahaan, yang
Menurut Amstrong (2006 : 3), berisi nilai-nilai atau norma-norma
Pengelolaan Sumberdaya Manusia yang menjadi pegangan utama bagi
adalah pendekatan pada 4 (empat) perusahaan dalam melaksanakan
prinsip dasar, yaitu : kegiatan bisnis.

1. Sumberdaya manusia adalah b. Rumusan Tentang Identitas, Tujuan


harta yang paling penting yang & Sarana Perusahaan, yang memuat
dimiliki oleh organisasi. tentang identitas berupa penegasan
2. Keberhasilan organisasi sangat
dari misi yang dijalankan
mungkin dicapai dengan
sumberdaya manusia dari perusahaan. Penegasan ini secara
perusahaan tersebut saling kongkrit akan menggambarkan
berhubungan dan bekerja sama. bidang bisnis utama yang dipilih dan
3. Kultur atau nilai perusahaan, ditekuni perusahaan.
suasana organisasi, dan
perilaku manajerial yang c. Evaluasi Kekuatan & Kelemahan,
berasal dari kultur tersebut yang memuat hasil evaluasi
akan memberikan pengaruh mengenai kekuatan yang dimiliki
yang besar terhadap hasil dalam mensukseskan bisnis
pencapaian yang terbaik
perusahaan, sekaligus juga
4. Integrasi yaitu sesuatu yang
menjadikan semua anggota mengetahui kelemahan atau
organisasi mau bekerja sama keterbatasan yang dihadapi
untuk mencapai tujuan perusahaan dalam menjalankan
bersama. bisnisnya.
Berdasarkan tulisan Profesor
Wayne F. Cascio, Ph.D, dalam d. Merumuskan desain pembidangan
bukunya yang berjudul "Managing dan pembagian kerja, yang berisikan
Human Resources (Productivity, tentang penetapan unit-unit kerja
Quality Of Work Life, Profits), Nawawi sehingga dihasilkan struktur
(2003:57-66) menyebutkan bahwa organisasi, yang jelas volume dan
manajemen SDM bukan komponen beban kerja yang hares
yang berdiri sendiri dilingkungan dilaksanakannya.
sebuah industri atau perusahaan.
e. Pengembangan Strategi, yang
Manajemen SDM dasarnya merupakan
berisikan tentang cara mencapai
penunjang bagi komponen utama
tujuan secara bertahap dan cara
sebuah perusahaan berupa strategi
menilai / mengukur tingkat
bisnis perusahaan / industri, baik
pencapaiannya, tidak saja secara
strategi jangka panjang, jangka sedang
kuantitatif tapi juga kecepatannya
maupun jangka pendek. Strategi bisnis
dalam arti tingkat ketepatannya selalu mungkin berubah dan
dilihat dari segi waktu. berkembang.

f. Penjabaran Program, yang memuat d. Praktek SDM (Practical), atau Yang


tentang program setiap unit kerja disebut jugs dengan " Taktik /
(divisi atau departemen dan yang Operasional SDM " adalah aktifitas-
sejenisnya), dan cars menilai / aktifitas utama dalam mewujudkan
mengukur tingkat efektifitas program SDM, untuk meningkatkan
pelaksanaannya. secara prima kemampuan tenaga
kerja dalam usaha mencapai sasaran
Pada tahap berikutnya bisnis perusahaan / industri
manajemen SDM hares diintegrasikan tempatnya bekerja.
dengan Strategi Bisnis tersebut diatas.
Dalam strategi manajemen SDM e. Proses SDM (Process), Yang
terdapat lima komponen atau unsur berisikan rumusan atau formulasi
yang perlu dirumuskan secara matang tentang kegiatan-kegiatan SDM
dan jelas, yaitu : yang dihubungkan dengan waktu,
sehingga menjadi rangkaian
a. Filsafat SDM (Philosophy), Yang kegiatan yang sistematis.
berisi rumusan dalam bentuk
pernyataan umum dan luas serta Selanjutnya sebagaimana strategi
normatif tentang cara bisnis yang telah diuraikan diatas,
mendayagunakan SDM agar bekerja Manajemen SDM Yang terintegrasi
sesuai dengan peranannya dalam juga mempunyai tujuan. Tujuan
mewujudkan bisnis Yang sukses Manajemen SDM yang dimaksud
secara keseluruhan. (Nawawi, 2003:64), adalah :

b. Kebijaksanaan SDM (Policy), yang a. Produktiftas, sebagai tujuan MSDM


dijabarkan dari filsafat SDM pada dasarnya bukan hasil proses
berbentuk pemberian pedoman produksi. Hasil tersebut adalah
dalam melakukan kegiatan yang indikator bahwa tujuan berupa
berhubungan dengan SDM yang produktiftas dalam MSDM sudah
dikaitkan pula dengan isu-isu bisnis tercapai. Produktifitas sebagai
dan isu-isu SDM yang sedang tujuan MSDM adalah tersedianya
berkembang, yaitu : " sukses bisnis tenaga kerja yang produktif.
suatu perusahaan ditentukan oleh
para pekerja ". b. Keamanan & Kepuasan Kerja
(QWL), dimana tujuan ini
c. Program-Program SDM (Programs), dimaksudkan untuk mencapai
yang pada dasamya merupakan kondisi SDM yang mendukung
usaha menyesuaikan secara terus kemampuannya mewujudkan
menerus strategi manajemen SDM produktifitas yang tinggi dalam
dengan strategi bisnis dilingkungan bekerja, baik dari segi fisik maupun
suatu perusahaan / industri, karena psikis. Kondisi tersebut adalah
perasaan yang aman dan puas dalam Metode
bekerja, karena berada dalam posisi
yang menyenangkan dan Penelitian ini merupakan
diperlakukan sesuai dengan harkat penelitian kuantitatif dengan
dan martabat sebagai manusia pendekatan fenomenologis, dimana
peneliti mencoba menjelaskan atau
c. Kualitas SDM, dimana dalam mengungkap makna konsep atau
menunjang pencapaian tujuan bisnis fenomena pengalaman yang didasari
dilingkungan suatu perusahaan / oleh kesadaran yang terjadi pada
industri, hanya mungkin diwujudkan beberapa individu.. Dalam penelitian
jika perusahaan mampu ini peneliti mengumpulkan,
menyediakan tenaga kerja yang merangkum serta menginterpretasikan
berkualitas. Jadi tujuan MSDM data-data yang diperoleh, yang
adalah mewujudkan SDM yang selanjutnya diolah kembali sehingga
berkualitas agar mampu diperoleh gambaran yang jelas, terarah
mewujudkan tujuan bisnis berupa dan menyeluruh dari masalah yang
produk dan pelayanan yang menjadi objek penelitian.
berkualitas.
Populasi penelitian ini adalah
d. Keuntungan & Manfaat Lain, seluruh karyawan bagian produksi yang
dimana MSDM bukan merupakan berjumlah 1500 orang karyawan.
tugas yang berada dalam proses Sampel penelitian ini menggunakan
produksi, namun berkewajiban metode stratified random sampling
untuk memberikan dukungan bagi menurut Slovin ( Setiawan : 2007 )
terwujudnya proses produksi yang menggunakan rumus : n = N / 1 + N (
berkualitas, agar menghasilkan E² ). Jadi sampel yang digunakan
produk yang berkualitas pula dalam minimal 315 karyawan
meraih keuntungan dan berbagai
manfaat lainnya. Variabel-variabel yang diteliti
dalam penelitian ini terdiri dari : (a)
Dari uraian diatas, jelas sekali Variabel terikat (Y) yaitu Produktifitas
bahwa QWL merupakan bagian dari dan (b) Variabel bebas (X) yaitu
salah satu tujuan manajemen sumber kualitas kehidupan kerja yang terdiri
daya manusia (MSDM) dalam dari Kepuasan Kerja & Karir (X1),
mewujudkan tujuan tujuan MSDM Kesejahteraan Umum (X2), Stres
lainnya yaitu kualitas SDM, Ditempat Kerja (X3), Pengendalian
Produktifitas & Keuntungan serta Ditempat Kerja (X4), Alat Penghubung
Manfaat Lain yang dihasilkan dari Rumah & Tempat Kerja (X5) dan
proses & hasil produksi yang Kondisi Kerja (X6).
berkualitas.
Analisis regresi berganda
digunakan untuk meramalkan
bagaimana keadaan (naik turunnya)
variable independen (kriterium), bila
dua atau lebih variable independent PT. Bhakti Karya Kurnia
sebagai faktor predictor dimanipulasi adalah salah satu perusahaan yang
(dinaik turunkan nilainya). Adapun bergerak dibidang Coldstrora (
persamaan regresi untuk enam pengolahan hasil-hasil laut ) berdiri
predictor (Sugiyono, 2007 : 275) sejak tahun 2005. Kegiatan produksi
adalah sebagai berikut : perusahaan berlokasi di Jl.
Margomulyo no.4 E Surabaya,
Y = a + b1X1.1 + b2X1.2 + b3X1.3 +
b4X1.4 + b5X1.5 + b6X1.6 + e Penelitian ini dilakukan khusus pada
karyawan bagian produksi yang
Dimana : berjumlah sebanyak 1500 karyawan,
Y = Produktivitas tetapi sampel yang digunakan sebanyak
X.1 = Kepuasan Kerja & Karir 315 karyawan.
X.2 = Kesejahteraan Umum
Analisis Regresi &Korelasi
X.3 = Stres Ditempat Kerja
Berganda
X.4 = Pengendalian Ditempat
Kerja Secara keseluruhan analis pengaruh
X.5 = Sarana Penghubung Rumah kepuasan kerja & karir (X,1),
dan Pekerjaan kesejahteraan umum(X2), stres
X.6 = Kondisi Kerja ditempat kerja (X3), pengendalian
a = Konstanta ditempat kerja (X,4),sarana
bi = Koefisien regresi penghubung rumah dan pekerjaan (X5),
e = variabel penyangga dan kondisi kerja (X6) terhadap
Deskripsi Variabel Penelitian produktifitas (Y), ditunjukkan Tabel 1

Tabel 1

Hasil Analisis Regresi

Variabel Koefisien Korelasi t hitung Sig. Keterangan

Regresi
(X1) 3,213 0,542 3,803 0,001 Signifikan
(X.2). 4,317 0,501 4,638 0,000 Signifikan
(X,3) -1,540 -0,121 -1,618 0,203 Tidak Signifikan
(X,4) 4.320 0,587 4,690 0,000 Signifikan
(X,5) -1,263 -0,222 -1.644 0,178 Tidak Signifikan
(X,6) 4,435 0,544 4,023 0,000 Signifikan
Sumber : data primer diolah
Berdasarkan Tabel 1 dapat disimpulkan c) Kesejahteraan Umum (X.2),
bahwa hubungan variabel penelitian mempunyai nilai koefisien regresi
secara lengkap dapat dijelaskan sebagai sebesar 4,317X1.2=Nilai tersebut
berikut : menunjukkan bahwa apabila tingkat
kualitas kesejahteraan umum (X2)
Y = 331.681 + 3,213X.1+ 4,317 X.2 - bertambah 100%, maka
1,540 X.3+ 4,320 X,4-1,263 X5+4,435 produktifitas tenaga kerja (Y)
X6Persamaan regresi berganda tersebut meningkat sebesar 4,317 satuan,
dapat dijelaskan secara terperinci dengan asumsi kepuasankerja dan
sebagai berikut: karir (X1), stress di tempat kerja
a) nilai konstanta b0 = 331.681 berarti (X3), pengendalian di tempat kerja
bahwa pada saat kepuasan kerja dan (X.4), sarana penghubung rumah dan
karir (X1), kesejahteraan umum pekerjaan (X5), dan kondisi kerja
(X2), stress di tempat kerja (X3), (X6) tidak berubah (konstan). Hasil
pengendalian di tempat kerja (X.4), regresi ini menunjukkan bahwa
sarana penghubung rumah dan tingkat kesejahteraan umum (X.2),
pekerjaan (X5), dan kondisi kerja mempunyai hubungan yang positif
(X.6), tidak berubah (konstan), maka sebesar 50,1% dengan produktifitas
produktifitas tenaga kerja (Y) tenaga kerja. Hubungan ini di
sebanyak 331.681 satuan, interpretasikan sedang ;

b) Kepuasan Kerja & Karir- (X1), d) Stress Ditempat Kerja (X,3),


mempunyai nilai koefisien regresi mempunyai nilai koefisien regresi
sebesar 3,213 X1.1. Nilai tersebut sebesar = 1,540 X3. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa apabila tingkat menunjukkan bahwa apabila tingkat
kepuasan kerja dan karir (X.1),, stress di tempat kerja (X3)
bertambah 100%, maka bertambah 100%, maka
produktifitas tenaga kerja (Y) produktifitas tenaga kerja (Y)
meningkat sebesar 2,011 satuan, menurun sebesar 1,540 satuan,
dengan asumsi kesejahteraan umum dengan asumsi kepuasan kerja dan
(X2), stress di tempat kerja (X3),. karir (X.1), kesejahteraan umum
pengendalian di tempat kerja (X.4), (X2), pengendalian di tempat kerja
sarana penghubung rumah. dan (X4), saranapenghubung rumah dan
pekerjaan (X.5), dan kondisi kerja pekerjaan (X5), don kondisi kerja
(X.6) tidak berubah (konstan). Hasil (X6) tidak berubah (konstan), hasil
regresi menunjukkan bahwa regresi ini menunjukkan bahwa
kepuasan kerja dan karir (X,1), stress di tempat kerja (X.3),
mempunyai hubunganyang positif mempunyai hubungan negatif
sebesar 58,40 % dengan sebesar 14,4 % dengan produktivitas
produktifitas tenaga kerja tenaga kerja. Hubungan ini
:Hubungan ini di interpretasikan diinterpretasikan rendah;
sedang ; e) Pengendalian Ditempat Kerja (X4),
mempunyai mulai koefisien regresi koefisien regresi sebesar 4,435.
sebesar 4,320 X4.Nilai tersebut Nilai tersebut menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa apabila apabila kualitas kondisi kerja (X6)
kualitas pengendalian ditempat kerja meningkat 100%, maka
(X4) bertambah 100%, maka produktifitastenaga kerja (Y)
produktivitas tenaga kerja (Y) akan meningkat sebesar 4,435 satuan,'
meningkat sebesar 4,320 satuan, dengan asumsi kepuasan kerja dan
dengan asumsi kepuasan kerja dan karir (X1), kesejahteraan umum
karir (X1), kesejahteraan umum (X.2), stress di tempat kerja (X3),
(X2), stress di tempat kerja (X.3), pengendalian di tempat kerja (X4),
saran penghubung rumah dan dan sarana penghubung rumah tidak
pekerjaan (X5), dan kondisi kerja berubah (konstan). Hasil regresi ini
(X.6) tidak berubah (konstan). Hail menunjukkan bahwa kondisi kerja
regresi ini menunjukkan bahwa (X6) mempunyai hubungan yang
pengendalian di tempat kerja (X4), positif sebesar 54,4 % dengan
mempunyai hubungan yang positif produktifitas tenaga kerja.
sebesar 58,7 % dengan produktifitas Hubungan ini diinterpretasikan
tenaga kerja. Hubungan ini sedang;
diinterpretasikan sedang
Variasi variabel kepuasan kerja
f) Sarana Penghubung Rumah dan karir , kesejahteraan umum (X.2),
&Pekerjaan (X5),mempunyai nilai stress di tempat kerja
koefisien regresi sebesar = 1,263 X5. (X3),pengendalian di tempat sarana
Nilai tersebut menunjukkan bahwa penghubung rumah den pekerjaan (X5),
apabila kualitas sarana penghubung dan kondisi kerja (X.6) pada regresi
rumah dan pekerjaan (X5) berganda tersebut sebesar 0,503
bertambah 100%, maka sisanya sebesar 0,497 dipengaruhi oleh
produktifitas tenaga kerja (Y) variabel lain yang tidak dihitung dalam
ternyata menurun sebesar 1,263 penelitian.
satuan, denganasumsi kepuasan
kerja den karir (X1), kesejahteraan Analisis Pengaruh QWL terhadap
umum (X2), stress di tempat kerja Produktifitas
(X3), pengendalian di tempat kerja Hubungan variabel penelitian
(X.4), dan kondisi kerja (X.6) tidak secara lengkap dapat dijelaskan
berubah (konstan). Hasil regresi ini sebagai berikut :
menunjukkan bahwa sarana
penghubung rumah dan pekerjaan Y =383,244 + 0,427 X
(X5) mempunyai hubungan negatif
Persamaan regresi berganda
sebesar 22,2% dengan produktifitas
tersebut dapat dijelaskan secara
tenaga kerja. Hubungan ini
terperinci sebagai berikut:
diinterpretasikan kuat;
a) nilai konstanta b0 = 383,244 berarti
g) Kondisi Kerja (X,6) mempunyai nilai
bahwa faktor QWL yang merupakan bagi karyawanuntuk bekerja lebih baik.
penjumlahan skor pada kepuasan
kerja dan karir (X,1), kesejahteraan Berdasarkan hasil survey ada
umum (X,2), stress di tempat kerja beberapa hal yang perlu diperhatikan
(X.3), pengendalian di tempat kerja oleh perusahaan dalam upaya
(X4), sarana penghubung rumah dan meningkatkan produktifitas karyawan
pekerjaan (X5), dan kondisi kerja antara lain dalam hal pelatihan, di PT.
(X,6) akan berpengaruh terhadap Bhakti Karya Kurnia Surabaya, dimana
produktifitas sebesar 384,244 satuan sistem permagangan perlu
per bulan apabila faktor-faktor diselenggarakan lebih optimal terutama
QWL tersebut tidak berubah pada karyawan bagian pemotongan,
(konstan). penghalusan dan pembuatan profit
karena pada begian ini sangat rentan
b) QWL (X,1), mempunyai nilai dengan kecelakaan kerja dan
koefisien regresi sebesar 0,427X1. diperlukan keahlian serta ketelitian
Nilai tersebut menunjukkan apabila untuk mengurangi tingkat kesalahan.
QWL (X,1) ditingkatkan 100%,
make produktifitas tenaga kerja (Y) Dalam hal karir perusahaan telah
meningkat sebesar 42,7 satuan,. memberi kesempatan untuk menduduki
posisi jabatan yang lebih tinggi. Tapi
Berdasar lakan lampiran, Hasil ada beberapa karyawan yang tidak mau
regresi litter ini menunjukkan bahwa mengambil kesempatan tersebut,
QWL (X,1), mempunyai hubungan karena karyawan tahu betul bagaimana
yang positif sebesar 62,80% dengan komplek dan besarnya tanggung jawab
produktifitas tenaga kerja. Hubungan terutama terkaittuntutan standar
ini diinterpretasikan kuat. kualitas produk yang berorientasi
ekspor. Namun demikian pihak
Pembahasan Hasil Penelitian manajemen senantiasa memberikan
Dari hasil penelitian tentang motivasi yang tinggi agar setiap
QWL khususnya terhadap aspek karyawan memiliki orientasi yang lebih
kualitas " Kepuasan kerja & Karir ", tinggi terhadap perusahaan.
diketahui bahwa respon dari responden Dari basil penelitian tentang
terhadap aspek ini dalam kategori QWL khususnya terhadapaspek
cukup. Penilaian tersebut terbukti kualitas " Kesejahteraan Umum ",
dengan adanya jawaban positif setuju diketahui bahwa respon dari responden
maupun sangat setuju dengan jumlah terhadap aspek ini dalam kategori
total sebesar 71%. Berarti persepsi rendah. Penilaian tersebut terbukti
responden terhadap QWL terutama dengan adanya jawaban positif setuju
dalam hal kepuasan kerja & karir, maupun sangat setuju yanghanya
cukup tinggi artinya pekerja merasakan berjumlah total sebesar 44% Kaitannya
kepuasan ditempat kerja dan diberi dengan indikator perasaan yang aman
kesempatan untuk berkarir lebih tinggi akan pekerjaannya, banyaknya
maka akan menimbulkan semangat
responden yang tidak menjawab secara karyawan benar-benar hares melewati
positif mengenai aspek ini, sangat bisa seleksi dalam hal kecakapan dan
dimaklumi. Karma dengan berlakunya penguasaan kerja, dimana tenaga kerja
kebijakan yang membatasi status yang ada harus melewati mass magang
karyawan tetap maksimal sampai batas yang cukup lama. Kondisi ini menjadi
40'% dad jumlah keseluruhan isu menonjol di PT. Bhakti Karya
karyawan PT. Bhakti Karya Kurnia Kurnia Surabaya,Persyaratan tersebut
Surabaya., jelas bagipekerja yang sebenarnya dapat dimaklumi, karena
sampai seat ini belum diangkat menjadi untuk mendapatkan tenaga kerja yang
karyawan tetap akan merasatidak aman baik dalam hal sikap maupun
dalam hal pekerjaannya. kemampuan tidak mudah dean tidak
bisa tergesa-gesaserta perlu waktu uji
Sesuai datadari kepersonaliaan, yangcukup. Sehingga ketidaksabaran
ada pekerja yang sampai saat penelitian dan ketidakpahaman latar belakang
dilakukan sudah bekerja5 tahun tapi mengenai penerapan masamagang
belum diangkat, karena dimungkinkan tersebut tidak cukup dimengerti oleh
dengan adanya sistem permagangan 56% responden yang menjawab ragu-
yang berlaku di PT. Bhakti Karya ragu dan tidak setuju pada aspek QWL
Kurnia Surabaya. dimana sistem ini.
permagangan seperti yang
dilaksanakan di PT. Bhakti Karya Dari hasil penelitian tentang
Kurnia Surabaya, dilindungi oleh pasal QWL khususnya terhadap aspek
21 - 29 UU No. 13 tahun 2003 tentang kualitas " Stres Ditempat Kerja ",
permagangan. Kondisi ini jelas akan diketahui ada 20% responden yang
berpengaruh secara negatif terhadap mengalami stress saat bekerja
indikator-indikator perasaan sejahtera, Dibandingkan dengan kondisi
suasana hati yang aman, kebahagiaan lingkungan, sistem dan tuntutan kerja
& optimisme, kepuasan hidup & di PT. Bhakti Karya Kurnia Surabaya.
kualitas hidup umum. Sehingga hasil sekenanya hanya tips-tipe orang yang
jawaban dari 56% responden yang menghindari pekerjaan berat, keras
menjawab raga-ragu dan tidak setuju hati, cuekdan masa bodoh yang tidak
pada aspek kesejahteraan umum, mengalami tekanan / stress saat bekerja
nampak pas dengan keadaan yang Hat ini terjadi karena tuntutan bekerja
sebenarnya. sangat berat untuk menghasilkan
produk. yang berkualitas untuk
Berdasarkan hasil penilaian memenuhi permintaan pelanggan,
kepuasan kerja, tempati jawaban- dilain pihak kadang kala karyawan
jawaban positif tersebut dimungkinkan dihadapkan pads kondisi sarana dan
oleh pekerja-pekerja yang telah prasarana penunjang produksi Yang
mempunyai tataran kebesaran hati & harus diperbaiki, keterlambatan sumber
rasa syukur yang tinggi, karena untuk daya material maupun hubungan
menjadi karyawan tetap di perusahaan yangterbangun di dalam perusahaan
ini tidaklah mudah. Pengangkatan baikdengan sesama karyawan
maupundengan pimpinan yang responden terhadap aspek ini dalam
kadangkala terjad igesekan-gesekan kategori sedang. Penilaian tersebut
kecil yang kesemuanya menjadi terbukti dengan adanya jawaban positif
somber terjadinya sires di tempat kerja. setuju maupun sangat setuju yang
berjumlah total sebesar 54%. Ini
Tingkat persaingan yang tinggi, dimungkinkan mengingat bahwa di PT.
sehingga perusahaan berusaha Bhakti Karya Kurnia Surabaya, masih
memberikan layanan yang lebih balk sering terjadi kebijakan, pedoman kerja
dibanding pesaingnya yang yang tidak tersosialisasikan dengan
mengakibatkan pekerja harus bekerja kebijakan baik, sehingga membuat
keras karena tuntutan produksi yang karyawan kebingungan dan hasilnya
tinggi. melakukan kesalahan dalam bekerja.
Dan 80% responden yang Kekecewaan-kecewaan akibat
menjawab tidak setuju artinya tidak gaji kurang terbayar akibat ijin kerja
merasa mempunyai tekanan atau yang tidak terproses, salah proses,
merasa stress dalam bekerja, ternyata salah kirim barang atau dokumen,
ada yang masuk dalam kategori sudah permusuhan diantara pekerja maupun
terbiasa dengan kondisi tersebut di atas pekerja dengan atasan atau bahkan
ditambah dengan kondisi lingkungan pekerja dengan top manajemen,
kerja yang bising menambah kepastian merupakan bukti-bukti kurang baiknya
mengalami stress bagi orang yang komunikasi, pelibatan pekerja dalam
bekerja di perusahaan. pengambilan dan pengawasan
Bagaimanapun juga harus ada keputusan di PT. Bhakti Karya Kurnia
tindakan untuk mengatasi den Surabaya. Kondisi ini tentu
menyelesaikanmasalah ini, karma menyeimbang ketidakoptimalan
sudah terbukti bahwa tekanan / stres produktifitas pekerja, sehingga masih
yang tidak realistis atau berlebihan, ada pekerja yang merasa sistem
secara umumdalam kondisi yang wajar pengendalian ditempat kerja di PT.
dapat dipastikan berpengaruh searah Bhakti Karya Kurnia Surabaya, masih
negatif terhadap produktifitas pekerja, perlu diperbaiki, khususnya dart 46%
sehingga meskipun dalam penelitian ini responden dalam penelitian ini.
diketahui tidak signifikan, tetap perlu Aspek QWL ini juga perlu
mendapatkan perhatian yang serius dart mendapatkan perhatian penuh dart
para pimpinanperusahaan apabila ma4emen. dan pare pimpinan PT.
situasi kondusif dan nyaman dalam Bhakti Karya Kurnia Surabaya, untuk
bekerja menjadi syarat mutlak bagi segera diperbaiki. Karena melalaikan
seorang pekerja produktif. ini ancamannya adalah bahaya
Dari hasil penelitian tentang disintegrasi akibat kejengkelan, hasil
QWL khususnya terhadap aspek kerja yang tidak efektif dan suasana
kualitas " Pengendalian Ditempat Kerja kerja yang kurang kondusif karena
", diketahui bahwa respon dart pekerja yang ada, bekerja dengan
dilandasi sifat apatis bahkan mungkin kepentingan-kepentingan keluarga ini
menyimpan dendam yang sewaktu- mendapatkan ijin untuk meninggalkan
waktu dapat meledak. pekerjaan. Padahal nilai produktifitas
yang hilang untuk setiap pekerja
Dari hasil penelitian tentang yangijin, sangatlah tinggi. Berdasarkan
QWL khususnya terhadap aspek data kepersonaliaan diketahui catatan
kualitas " SaranaPenghubung Rumah & ijin selama periode Januari - Oktober
Pekerjaan ", diketahui bahwa respon 2014 tercatat 865 kali pekerja ijin
don responden terhadap aspek tni untuk keperluan keluarga.
dalam kategori cukup. Penilaian
tersebut terbukti dengan adanya Dengan tuntutan kerja customer
jawaban positif setuju maupun sangat terhadap PT. Bhakti Karya Kurnia
setuju yang berjumlah total sebesar Surabaya, tentunya kondisi yang
59%. Aspek QWL yang satu ini sarat penults uraikan diatas, secara logis
dengan aspek perhatian pada akan berpengaruh secara
kepentingan pribadi dan keluarga negatif.terhadap produktifitas, min
yangprinsipnya cenderung mengurangi dalam hal penelitian tai korelasinya
hak perusahaan dalam hal hari maupun tidak signifikan. Jelas halini tidak dapat
waktu kerja sehingga sangat dilaksanakan di PT. Bhakti Karya
berpengaruh terhadap produktifitas Kurnia Surabaya,mengingat kondisi
perusahaan. keterbatasan waktu, tuntutan pelsonsi6
keterbatasan SDM, mesin dan fasilitas
Penjelasan ini dapat dimengerti kerja di PT. Bhakti Karya Kurnia
karena beberapa aspek yang Surabaya.Kondisi diataslah yang
dimunculkan dalam aspek QWL memungkinkan 41 % responden
inilebih banyak mengenai fleksibilitas merasa tidak enjoy, sehingga
kerja yang disesuaikan dengan kondisi memberikan jawaban ragu-ragudan
pekerja seperti harapan bisa bekerja tidak setuju. Bagaimanapun juga
sesuai waktu pribadi; bisa bekerja respon beberapa responden yang
sesuai dengan cara kerja yang kecewa harus dapat dijadikan sebagai
diinginkan pekerja; bisa mengambil input yang berguna bagi upaya
waktu. istirahat seperlunya (pekerja); perbaikan kondisi QWL di PT. Bhakti
bisa ijin sewaktu-waktuuntuk Karya Kurnia Surabaya.
kepentingan keluarga; bisa
mempergunakan biaya perusahaan Dari hasil penelitian tentang
untukkepentingan keluarga, dan lain- QWL khususnya terhadap aspek
lain yang prinsipnya didasarkan pads diatas" Kondisi Kerja “ diketahui
kepentingan sepihak dart pekerja di PT. bahwa respon dai responden terhadap
Bhakti Karya Kurnia Surabaya, banyak aspek ini dalam kategori sangat rendah.
sekali kenyamanan-kenyamanan ini Penilaian tersebut terbukti dengan
terjadi karena banyak sekali hubungan adanya positif setuju maupun sangat
keluarga aman pekerja dengan setuju yang hanya berjumlah total
atasannya, sehingga seringkali sebesar 32%. Ini mungkin mengingat
bahwa kondisi lingkungan, di efektifitas organisasional disamping
perusahaan yang sangat berpotensi memberikan gagasan partisipasi dalam
untuk terjadinya kecelakaan kerja. memecahkan masalah-masalah
Masih banyak sarana dan prasarana organisasional dan pembuat keputusan.
keselamatan & kesehatan kerja yang Secara operasional QWL
belum tersedia dengan latar belakang menggambarkan aktifitas yang dapat
masalah biaya pendapatan yang mahal. dirasakan oleh pekerja sebagai usaha
yang mengarah pada terciptanya
Karakter mesin stamping yang kualitas kehidupan kerja. QWL adalah
menimbulkan bunyi-bunyian keras kultur esensial untuk menumpang
menyebabkan kebisingan yang luar keberhasilan organisasi.
biases Line welding yang menimbulkan
asap dengan ventilasi yang sangat Kultur tersebut menciptakan
kurang karena dinding harus rapat agar organisasi yang anggota-anggotanya
tidak masyarakat sekitar, bebas dari rasa takut. Kultur dan
berpotensipenyakit-penyakit paru-paru, kondisi yang demikian menciptakan
kulit dan pendengaran, tentu sangat komitmen yang 66sset66o balik antara
tidak sehat dan aman bagi pekerja. individu dan organisasi.Sebagai model
Kondisi tersebutlah yang organisasional, QWL melaksanakan
memungkinkan 68% responden pendelegasian kerja tim yang
memberikan jawaban ragu-ragu atau melintasibatas-batas fungsional,
tidak setuju terhadap keamanan dan pemberdayaan SDM, integrasi SDM
kenyamanan kondisi kerja di PT. dengan teknologi, serta Berusaha
Bhakti Karya Kurnia Surabaya.Tentu mencapai tujuan bersama. Efektifitas
aspek QWL ini sangat memerlukan organisasi tidak akan dapat tercapai
perhatian serius dari manajemen dan tanpa keterlibatan orang-orang yang
pimpinan untuk segera mengatasi dan matang dan memiliki komitmen
mengantisipasi permasalahan kondisi sepenuhnya terhadap organisasi pada
kerja ini. Itu sebabnya pada semua jenjang.
penghujung tahun 2013 ini, telah
terbentuk tim P2K3 yang akan Agar usaha peningkatan QWL
menjembatani kebutuhan dan realisasi dapat berhasil dengan balk, diperlukan
pengadaan sarana dan prasarana tiga hal utama, seperti yang diniatkan
keselamatan kerja dalam menunjang oleo Anaten&Ellitan (2007:75), yaitu :
terlaksananya pekerjaan yang efektif a) Mengembangkan program QWL,
dan efisien. pads semua jenjang hirarki
Dari semua rangkuman definisi organisasi melalui usaha-usaha
QWL, dapat disimpulkan bahwa QWL terpadu, terstruktur melibatkan
adalah suatu cara pikir tentang orang- semua anggota dalam memecahkan
orang, pekerjaan, dan organisasi, yang masalahorganisasional dan usaha
mengantisipasi perhatian pada dampak meningkatkankualitas lingkungan
pekerjaan terhadap pekerja, dan organisasional. Untuk itu diperlukan
tindakan spesifik dan dapat diamati signifikan, variabel ini mempunyai
yang ditujukan podia pengubahan hubungan positif (sedang). Stres
cara melakukan pekerjaan. DitempatKerja (X3), mempunyai
pengaruh negatif dan tidak
b) Perubahan – perubahan manajemen signifikan variabel ini mempunyai
dan cara – cara pengaturan hubungan negatif (rendah)
organisasional sangat, diperlukan Pengendalian Ditempat, Kerja (X4),
untuk mengubah berbagai tipe mempunyai pengaruh negatif dan
shakier, ukuran, 67sset67, dan tidak signifikan, variabel Ini
sasaran organisasiuntuk mendukung mempunyai hubungan positif
proyek-proyek QWL. (sedang). SaranaPenghubung
c) Perubahan perilaku Rumah dan Pekerjaan (X5)
manajemensenior dalam aktivitas- mempunyai pengaruh negatif dan
aktivitas kepemimpinan tidak signifikan, variabel ini
organisasional (bukan sebagai bos / mempunyai hubungan negatif
67sset67or). Perilaku manajemen (cukup kuat). Kondisi Kerja (X6),
yang demikian sangat penting untuk mempunyai pengaruh positif &
meningkatkan QWL. signifikan, variabel ini mempunyai
pengaruh positif dan signifikan,
Ketiga, hal tersebut sangat variabel ini mempunyai hubungan
penting bagi keberhasilan penciptaan positif (sedang).
QWL yang baik, semuanya saling
tergantung dan mendukung. Kegagalan b) Variabel yang paling dominan
akanterjadi jika perubahan hanya pengaruhnya adalah Kesejahteraan
terjadipada salah satu atau dua hal Umum (X2), mempunyai pengaruh
diatas. Namun perlu diingat bahwa positif dan signifikan. Nilai
pekerja dan anggota organisasi koefisien regresi sebesar 4,317.
merupakan 67sset berharga yang Dalam meningkatkan produktifitas
keterlibatannyasangat diperlukanuntuk tenaga kerja, variabel ini
keberhasilan suatu organisasi. mempunyai hubungan positif
sebesar 50,1% dengan variabel Y
Simpulan (sedang).

Berdasarkan hasil analisis dan Hasil Temuan yang dapat dikemukakan


pembahasan data penelitian maka dapat dari hasil penelitian dan pembahasan
disimpulkan hal-hal sebagai berikut : adalah sebagai berikut:

a) Kepuasan Kerja dan Karir (X1), a) Perlu dilakukan upaya-upaya intensif


mempunyai pengaruh positif & untuk memperhatikan, mengetahui,
signifikan, variabel ini mempunyai mengupayakan, memelihara dan
hubungan positif (sedang). meningkatkan aspek “Kesejahteraan
Kesejahteraan Umum (X.2), Umum” tenaga kerja PT. Bhakti
mempunyai pengaruh positif dan Karya Kurnia Surabaya, dan
operator mesin khususnya, yang c) Sebagai bentuk strategi keberhasilan
pada prinsipnya terkait dengan suatu pekerjaan, kualitas Kepuasan
suasana hati, kepuasan Hidup, Kerja dan Karir mutlak
kualitas hidup pada umumnya dan mendapatkan perhatian serius.
optimisme serta kebahagiaan. Salah Untuk itu perlu dilakukan evaluasi
satu cara yang efektif adalah dengan ulang terhadap aspek mi, karena
merealisasikan sistem komunikasi dalam aspek m l tersirat kebutuhan
dan koordinasi yang sistematis dan dan harapan tenaga kerja PT. Bhakti
terorganisir sebagaimana akan Karya Kurnia Surabaya, umumnya
diuraikan dalam poin 2 berikut ini. dan operator mesin khususnya akin
kejelasan arti target dan pecan kerja,
b) Pengendalian Ditempat kerja, juga pengakuan dan penghargaan
perlu lebih diintensifkan dan dibuat terhadap pekerjaan, pengembangan
dalam suatu sistem komunikasi dua karir dan kebutuhan pelatihan agar
arah dan koordinasi antara : dapat melaksanakan tugas-tugasnya
karyawan dengan karyawan, dengan balk sesuai harapan
karyawan dengan atasan atau perusahaan. Sehingga dengan
bawahan, din karyawan dengan mengerti dan menguasai apa yang
manajemen, baik dalam suatu menjadi target tugas dan tanggung
pertemuan Yang sistematis den jawab kerjanya berdasarkan
terorganisir maupun dengan sistem pelatihan yang didapatkan untuk
kotak saran atau aktifitas konseling. dapat melaksanakan tugasnya
Semuanya perlu dilakukan dalam dengan baik dan benar, tenaga kerja
rangka memastikan kelancaran yang bersangkutan akan berupaya
komunikasi dan hubungan baik serta untuk mencapai target pekerjaan
saling menghargai diantara semua yang telah ditetapkan perusahaan.
pihak yang terkait dengan Dan pada akhirnya basil pencapaian
operasional perusahaan, sehingga target pekerjaan tersebut akan
dapat menghindari terjadinya salah menjadi suatu kebanggaan tersendiri
informasi dan salah persepsi yang bagi tenaga kerja yang
dapat membahayakan integritas bersangkutan, apalagi jika disertai
perusahaan. Mengupayakan agar dengan penghargaan perusahaan
karyawan dilibatkan secara aktif dan dalam hal peningkatan dan
penuh kepedulian satu pengertian pengembangan karir.
dalam setiap pembuatan din
pelaksanaan d) Perbaikan kondisi kerja tenaga kerja
pengendaliankeputusan, akan PT. Bhakti Karya Kurnia Surabaya,
membuat situasi dan kondisi kerja umumnya operator mesin stamping
jadi semakin kondusif karena small press khususnya perlu
karyawanakan merasa dilakukan dengan serius, terkait
diperhitungkan dan dihargai dengan ketersediaan kebutuhan
keberadaandan perannya. sumber daya pokok dalam bekerja
agar pekerjaan dapat diselesaikan
secara efektif, seperti sarana din Pendekatan QWL untuk
prasarana penunjang kerja maupun Meningkatkan Produktivitas
keselamatan & kesehatan kera
Kerja, Jurnal Lintasan
Perhatian terhadap aspek iii akin
berdampak positif dalam Ekonomi, ISSN 0216-311,
menciptakan situasi dan kondisi Volume 6 Nomor 3 Oktober
kerja yang nyaman, amen din
1999, Malang.
menyenangkan bagi pekerja.
Donald R. Cooper dan C.WilliamEmo ,
e) Pada akhirnya dengan men ingatkan
1999, Metode Peneltian.Bisnis
kualitas faktor-faktor QWL yang
berpengaruh signifikan terhadap Aid 1, Edissi Lima, Jakarta:
produktifitas sebagaimana tersebut Penerbit Erlangga.
dipoin 1-4 dalam bagian saran ini,
Domodar Gujarati,1999, Ekonom et
make faktor / aspek QWL yang
teruji tidak signifikan akin dapat ikaDarar, Jakarta: Penerbit Erlangga.
dimanage dengan balk untuk Gardon H, 1984, Making Sence of
dihindari (Sties Ditempat Kerja) dan Quality of Work Life
tidak terlalu diutamakan sebagai
suatu kepentingan yang bersifat Program, Jurnal Bussiness
pribadi (Sarana Penghubung Rumah Horizon, Volume 11 Nomor 3
&Pekerjaan). Untuk aspek yang Edisi January February 2000.
terakhir, secara logika sangat mudah
Gifford BD, Zammuto RF, Goodman
dimengerti bahwa konsekuensi
penerapannya akansangat EA:The relationship between
berpengaruh negatif terhadap hospital unit culture and
produktifitas. Karma apabila
nurses' quality of work life.
kualitas " Sarana Penghubung
Rumah dan Pekerjaan"yang pada Journal Of Occupational And
prinsipnya memberikan keleluasaan Organizational Psychology [J.
terhadap kepentingan pribadi temp Occup. Organ.Psychol.].Vol.
kerja seperti jam dan pola kerja
yang fleksibel clan berdampak pada 67, no. 2, pp. 109-132. 1999.
pengurangan tingkat kehadiran, Heliriegel dan Slacum John W, 2001
tentu akan mengurangi tingkat Organizational Behavior, St.
produktifitas.
Paul: West Publishing
Company.
Daftar Pustaka HaryonoSubiyakto, 2001. Statistika
(Inferen) UntukBisnis,
Azis Yasin, .2001, Mengelola Sumber Yogyakarta: Penerbit: STIE-
Daya Manusia dengan YKPN.
Iranto2000, Analisis Produktivitas May 2000, New York.
Tenaga Kerja (Kasus PT. Moody R Wayme don Noe Robert M,
Semen Gresik), Jurnal 1999, Human Resources
Ekonomi Perusahaan STIE Management, 7 th edition,
IBII, ISSN 0854-8153, New York : Prentice Hall Inc.
Volume 5 Nomor 2 Oktober Nopirin, 2000, Makalah Penataran P4
2000, Jakarta. Pola 120 jam : Ekonomi
I Made Narse, 2001, QWL: Indonesia dalam menghadapi
Karakteristik dan Dampaknya Era Globalisasi, Yogyakarta:
terhadap Produktivitas Kerja, Penerbit BP7 Propinsi DIY.
Jurnal Ekonomi, ISSN 0845- Pasmore, WA, 1999, A Comprehensive
3038 Volume IX Nomor I Approch to Planning
April 2001, Surabaya OD/QWL Strategy, Jurnal
Juita Alisjahbana, 2005, Evaluasi Contemporary Organization
Pengendalian Kualitas Total Development Volume 2
Produk Pakaian Wanita Pada Nomor 2 1999, New York.
Perusahaan Konveksi (Kasus Sarbini dan Ahmadi, 2006, Pengaruh
PT. Citra Serasi Bandung), Motivasi, Persepsi dan Sikap
Jurnal Ekonomi Bisnis dan Konsumen Nilai Kinerja
Akuntansi Ventura, ISSN Terhadap Produktivitas Kerja
1410-6418 Volume .8 Nomor (Studi Kasus Pekerja Bottom
1-April 2005, Surabaya. Line di Perusahaan Rokok PT.
Koontz Harold dan Weihricheinz, Gudang Garam), Jurnal
2000; Essential of Management dam
Management 5Th Ed, Kewirausaltaan .Volume 8
Singapore :Mc Grow-Hill Nomor I Maret 2008,
International. Surabaya .
Lee M. Ozley dan YudithS.Ball, 2000, Stephen P. Robin, 1999, Organisasi
Quality of Work Life: Behavior, 9th edition, Prentice Hall,
Initiating Succes Full Inc
Efforthin Labor Management Suprihanto, John, 1999,
Organization, Jurnal ManajemenPersonalia :.
Personnel Administrator, 27 Kasus dan Soal Jawab,
Yogyakarta: Penerbit, BPFE- Indonesia, ISSN 0215-2487
UOM. Volume 16 Nomor 3 Juli
SuharsiniArikunto, 2000, Prosedur 2001, Yogyakarta.
Penelittan, Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta. Yousep, D.A. 199, Teacher Quality Of
Shetty, Y.K., " Key Elemen of Work Life: Integrating Work
Productivity Improvement Experiences, Psychological
Program ", Business Distress And Morale Dart,
Horizons, (March - April PM, Internasional, Journal of
1999). Page 15-22. Manpower, 19 (8):160-170.
TatikSuryanidan Titik Lestari, 2001, ZaenalMustafa EQ, 2002. Pengantar
Analisis Pelayanan Mutu Statistik Terapan Untuk
Total dan Pengaruhnya Ekonomi, edisi 2,
terhadap Produktivitas Usaha Yogyakarta: Penerbit FE-
Garmen di Jawa Timur.Jurnal UII.
Ekonomi dan Bisnis
USING PICTURE TO DEVELOP SPEAKING ABILITY OF JUNIOR
HIGH SCHOOL STUDENTS

Siti Maria Ulfa

STKIP PGRI Bangkalan, mumun-pasca@pasca@yahoo.co.id

ABSTRACT

Speaking is a crucial part of second language learning and teaching. Today’s


world requires that the goal of teaching speaking should improve students'
communicative skills, students can express themselves and learn how to follow the
social and cultural rules appropriate in each communicative circumstance.This
research was conducted the students skill in speaking and the techniques of teaching
speaking To collecting the data, researcher using two instruments, they are:
Observation and interview. The design of the study was descriptive qualitative and
qualitative.

The result of the research showed that the teacher found some obstacles in
teaching speaking that she got difficulty with the students who could speak English
and speak in Indonesia. However, the teacher faced problem by using games to
encourage the student to be more speak up in the classroom. Based on the result of the
research, it is suggested that the teacher should diagnose problem faced by students
who have difficulty in expressing them selves in the target language and provide more
opportunities to practice the spoken language.

Key words: Games, Teaching, Speaking.

Introduction speaking ability because they are


accustomed to use their native
One of language skills that must language language in their daily life
be mastered by any foreign language than using English. This is the reason
learner is the ability to speak or why we can not deny the fact that the
communicate in the target language. In students still considered speaking skill
KTSP Curriculum, it is clearly stated as the most difficult skill to be
that one of the objectives of the English mastered. In class, we as teachers often
subject in Junior High School is find the students can hardly use English
developing the ability to communicate for communicative objectives even in
in English, either in written or oral the simple form or we may find the
form which covers listening, speaking, students who are able to point the
reading and writing. Unfortunately the answer of the question on a text but
fact has shown that the students are they can not explain their reason in
quite difficult to improve their choosing the answer. It is also evident
that in class, the students have limited students do not learn how to speak or
time to practice their speaking skills, do not get any opportunity to speak in
and it resulted on their ability to use the the language classroom they may soon
target language, as the old saying get de-motivated and lose interest in
“Practice makes perfect”. Ur learning. On the other hand, if the right
(1996:121) also states some problems activities are taught in the right way,
that may prohibit the students to speaking in class can be a lot of fun,
develop their speaking skill, which are raising general learner motivation and
inhibition, lack of ideas sy, low making the English language classroom
participation, and students; preference a fun and dynamic place to be.
to use their mother language.
Speaking is "the process of
Speaking English is the main building and sharing meaning through
goal of many adult learners. Their the use of verbal and non-verbal
personalities play a large role in symbols, in a variety of contexts"
determining how quickly and how (Chaney, 1998, p. 13). Speaking is a
correctly they will accomplish this crucial part of second language
goal. Those who are risk-takers
learning and teaching. Despite its
unafraid of making mistakes will
generally be more talkative, but with importance, for many years, teaching
many errors that could become hard-to- speaking has been undervalued and
break habits. Conservative, shy English language teachers have
students may take a long time to speak continued to teach speaking just as a
confidently, but when they do, their repetition of drills or memorization of
English often contains fewer errors and dialogues. However, today's world
they will be proud of their English
requires that the goal of teaching
ability. It's a matter of quantity vs.
quality, and neither approach is wrong. speaking should improve students'
However, if the aim of speaking is communicative skills, because, only in
communication and that does not that way, students can express
require perfect English, then it makes themselves and learn how to follow the
sense to encourage quantity in your social and cultural rules appropriate in
classroom. Break the silence and get each communicative circumstance. In
students communicating with whatever
order to teach second language learners
English they can use, correct or not,
and selectively address errors that how to speak in the best way possible,
block communication. some speaking activities are provided
below, that can be applied to student,
Many students equate being able to together with suggestions for teachers
speak a language as knowing the who teach oral language
language and therefore view learning
the language as learning how to speak Based on those conditions, the
the language, or as Nunan (1991) writer tries to solve the problem for
wrote, "success is measured in terms of teaching speaking which is games. The
the ability to carry out a conversation reason why the writer purposes games
in the (target) language." Therefore, if because games can be a very useful
teaching technique for the effective and The subjects of the study were the
joyful learning. Games also believed eighth grade students in the academic
can give the positive effect on the year 2009/2010. The students were
students’ interest and motivation in selected since they had learned
studying English as well as to increase speaking sufficient in the previous
their speaking ability. Steinberg ( as semesters and they were ready to have
cited in Arifin,2003) emphasized that drama improvisation in their
games are viable method to achieve classInterview and observation were
many educational objectives such as used in data collection techniques
reinforcement, review, reward, relax,
inhibition, reduction, attentiveness, Interview is conducted outside the
retention and motivation. classroom when the English teachers
are free. To have smooth interview,
Methodology unstructured interview is conducted in
order to encourage the teachers to talk
In this study, the researcher uses a freely about the student’s skill in
descriptive research qualitative design speaking English and the method to
to gets data about this research. It deals make student be active in speaking
with the objective of this research that English in the classroom and the
is to present a description of the activities that are applied in the
teaching speaking to the students of classroom.
Junior High School students which
covers the techniques used by the Observation is used to find out the
teachers. real activities conducted by the teacher
and the students in the classroom.
According to Ary ( in Athena, 2004 Besides, this instrument is used to
: 20 ) Descriptive research studies are check whether the teaching and
designed to obtain information learning process in the classroom. The
concerning status phenomena. They researcher as an observer is teaching of
was directed toward determining the the classroom
nature of a situation as it exists at the
time of the study. There is no Result
administration on control of treatment
as is found in experimental research. A. The student’s skill in speaking
The aim is to describe “what exists English
“with respect to variables of condition Concerning with the method
in a situation. that the teacher applied in teaching
Therefore, This study which was English especially in speaking skill.
intended to describe the students’ There was some method she applied in
problems in speaking, the causes of the the classroom. The first was asking the
problem and solve the problems could students to read. In addition reading
be classified as descriptive study. aloud helps them to develop literacy
skills, reading, writing, and speaking.
The second was discussion, in which by giving additional and asking
the teacher asked the student to work in question which can encourage them to
individual and discuss about the topic. express their opinion freely.
Discussions promote the student to be
more critical. The third was asking and According to Nunan (1991)
answering question orally based on the “Success is measured in terms of
topic, and the forth was games. Games ability to carry out a conversation”.
give the positive effect in the student’s There is unfamiliarity with the
interest and motivation in studying communicative and learner centered
English as well as to increase their approaches for learning and
speaking ability. Games make learners expectation of teacher and learners
use the language instantly without role. There also linguistic factors which
thinking about the correct form of the inhibit the student to speak in class.
language it self. It able to help student The students have a lack of
use and practice the target language in understanding of common grammatical
a relaxed way. pattern in English and how this may be
different with their language. The
There were also found some students have a lack of familiarity with
obstacles experienced by the teacher in the cultural or social language
teaching speaking skill that she got knowledge required to process
difficulty with the student who could meaning.
not speak loudly and speak in
Indonesian. That one possibility why Psychological factor that come
they didn’t speak loudly was because from the student themselves such as
the are nervousness, fear, lack of shyness, lack of motivation and
vocabularies, and anxiety which may perception of being too old to learn a
make them reluctant to speak English. new language. In this case, the teacher
To overcome this situation, the teacher should encourage the student to be
used different strategies for example, more speaks up in the classroom.
Table 1

Techinique Used in the Classroom

No Techniques Teacher – students activities

1. Reading aloud - The teacher asked the students to read the text
- The student read the text one by one (3 student)
2. Discussion - The teacher asked the student to discuss related
about the topic
- The students work in pair to discuss
3. Game - The students was divided in two team
- The students playing the game
- Team B get 20 point
4. Repetition / Drills - The students repeated after the teacher
5. Question Answer - The teacher gave the students comprehension
question related to the text
- The student answer the teacher’s question
voluntarily and enthusiastically

B. The Implementation Of game in language in a relaxed way by using


speaking English games, it make learners use the
Concerning with the method language instantly without thinking
that the teacher applied in teaching about the correct form of the
English especially in speaking skill. language it self that the shy
There were some obstacle students was get more opportunities
experienced by the teacher in to express their opinion and feeling.
teaching speaking skill that the
student could not speak loudly and Conclusion
speak more 50% in Indonesian.
In every learning process there
There were two factors which
are many obstacles in speaking aspect.
influenced in learning speaking
There are two factors which influenced
skill. The first factor is linguistic,
the success in learning and teaching
pure of grammar, lack of
speaking English. The first factor is
vocabulary, lack motivation and
linguistic, their factor are pure of
participation and the language
grammar, lack of vocabularies,
culture background. It make them
language style, dialect, and sound
reluctant to speak English by orally. system. The second factors are
In learning process, teacher psylogical factor, such as shyness, lack
used one of method to make the motivation and participation, the
students more interactive and language culture background.In
interest in English learning. That is learning process teacher found some
game. Games are value viable obstacle that faced by students in
method to achieve many speaking English such As:
educational objective. Such as
a. Inhabitation
reinforcement, review, relax,
b. Nothing to say
retention and motivation. That
c. Low or uneven participation
implies that such repetition was
d. Mother tongue use
enable the children to communicate
However, the advantages of
effectively since playing games
using games in the classroom can be
helped the children to develop their
seen as a good activity which:
ability to say what they mean to say
and express them selves clearly.
a. are motivating and
Games provide supportive challenging.
activities and practices that can b. are as a welcome break
motivate the student to interact and from the usual routine of the
communicate but it can also created language class.
opportunities for students to acquire c. help the students to make
the language in a meaningful way. and sustain the effort of
In short game are able to help learning.
students use and practice the target
d. provide language practice in
the various and integrated
language skills.
e. also help the students to
develop their speaking
ability in natural ways.
f. encourage students to
interact and communicate to Harmer, J. 1998. How to Teach
each other. English : An Introduction to the
g. create a meaningful context Practice of English Language Teaching
for language that is being England : Addison Wesley Longman,
learned by the students. Inc.
h. can lower student anxiety
more highly motivating. Ur, penny. 1996. A Course in
i. Shy students will get more Language Teaching : Practice and
opportunities to express Theory. New York : Cambridge
their opinion and feeling. University Press.
Sunarto. 2001. Metodologi
REFERENCES penelitian ilmu sosial dan pendidikan.
Athena, Tera. 2004. The Surabaya :Surabaya University Press
Students’ Problem In Learning English www.tefl.net/alexcase/.../teachi
Speaking at School Year ng/tefl/...games/speaking-games/
Students on SMPN III Batu. Malang :
Muhammadiyah University Press. http://pbingfkipunlam.wordpres
s.com/2008/10/21/teahing-speaking-
Brown, HD.2001. Teaching by skill-thorug-language-games/
Principles : An Interactive Approach to
Language Pedagogy ( 2nd edition ), www.nclrc.org/essentials/speak
New York. ing/developspeak.htm
DEVELOPING ESP INSTRUCTIONAL MATERIALS FOR SHARIA
ECONOMICS

Arfiyan Ridwan
arfiyanridwan@yahoo.com

Abstract
English for Specific Purposes (ESP) for Sharia Economics is not developed at
STKIP PGRI Bangkalan. The current curriculum still applying general English as the
emphasis on the course in university level has led to unavoidable problem of
communicative competence for the students. In line with the students’ needs, which
are not only in sharia economy competence but also in international communication,
appropriate instruction for the students should have been constructed. This study is
aimed to develop ESP instructional materials with the principles of Contextual
Teaching and Learning (CTL) for undergraduate students of Sharia Economics. There
are two major stages applied in this study namely Research, to discover the needs of
the students in needs analysis, and Development, to develop the ESP instructional
materials. The development stage covers Focus Group Discussion (FGD), writing
manuscript, expert judgment, revision, expert validation, and tryouts. It can be said
that through the entire steps of Research and Development, the products of materials
are trustworthy and appropriate to apply at Sharia Economic Department in STKIP
PGRI Bangkalan.
Keywords: Materials development, ESP, Sharia economics
INTRODUCTION The vast development of the
It is time to be aware of the Islamic economic system affects to
future of English in the 21st century in empowerment; not only in the ease of
which English is not only taught only sharia competence as the compulsory
in the form of language forms. In line one, but also English communication
with two factors: demography and competence as the compliment.
rapid technology development, English Employees’ communicative
has become a new trend to meet in the competence is truly affected by how
global era. good and proper the education and
In the middle of world training are where they studied.
monetary crisis, sharia economy partly Students are apparently in need of
applied in Indonesia has proved that appropriate instructional materials
Islam has become put its role aside in engaging them more in English
the international world. Goeltom language based on their content; sharia
(2009) still believes that the potential economics.
of sharia financing in Indonesia will Harmer (2007:369) argues that
continue to grow in the future. In a ESP instructional materials type must
country with such a large Muslim be integrated or called as multi-ESP
population the potential for sharia instructional materials ESP textbook
product expansion is great. Proven materials. Communicative compete is
lately, there is a large number of derived from the combination of more
banking or financing companies apply than one type of ESP textbook
sharia economic principle. materials. Communicative competence
is meant to be balanced between
fluency and accuracy in the real life Basturkmen (2006:6) mentions as its
context. Lightbown and Spada function is “…to develop the
(2001:91-92) agree that learning in competencies needed to function in a
natural context is more affective rather discipline, profession, or workplace.”
than learning the second language For non-English department students,
focusing on the so called traditional the existence of ESP really suits what
instructional environment (grammar the students learn and how they apply
translation and audiolingual). Students their English in their workplace in the
are ought to be conditioned in the future. Students are taught in the form
language at work or social interaction. of ‘another variety’ of English instead
In the relation with the ESP of general English. General English has
instructional materials design in the been learned by the students in the
university level, there must be a match previous courses or even schools. After
between the students’ lessons or they gave learned general English as
materials in the language learning and the basic English, they are to study the
the use of language at work they will ESP as the next English adjusted
obtain later. It seems that very through their field of study
inappropriate when the English learned (Basturkmen, 2006:16).
in the classroom does not match their
need at work. English must be ESP for Sharia Economics
applicable for them in order to use it The role of sharia economics or
very effectively in the context of real Islamic financial systems has spread all
life communication. over the world including Europe and
This study attempts to produce America. It seems like the Islamic
the appropriate ESP instructional economic system newly introduced by
materials for students from Sharia some Islamic countries such as Iran,
Economics Department who need to Pakistan, Sudan, and Malaysia has
develop English communicative proved that sharia principles can fight
competence. Needs analysis as the base against the capitalism and global
of this R&D holds a crucial role in economy crisis. “Whenever Islamic
developing the materials in order to financial institutions start operating,
match between the students’ needs and they usually enjoy spectacular early
the resulted product of materials. To growth, which can be explained by
make it more contextual in Sharia pent-up demand for Islamic products”
content, the developer intentionally (Warde, 2000:7). The rapid growth of
applies CTL to the materials’ method the institutions indicates that Islamic
of learning. financial industry becomes one of the
LITERATURE REVIEW rapid-growing industries with great
ESP Concept potential (Iqbal & Llewellyn, 2002:2)
Smoak (2003) defines that ESP and estimated that the market size of
is a form of English instruction through Islamic transaction was about $160
the fundamental of students’ actual, billion in 1997 and was rising at an
immediate needs who must perform annual rate of 10–15 percent.
real life tasking, by not focusing on ESP for sharia economics is not
passing the examination or test in the supposed to be ignored in the EFL
end of the learning. ESP is based on teaching as a new branch of ESP. The
how the students use the language study of sharia economics is supported
according to the students’ content through the departments in Islamic
areas. Similarly through what Universities around the world including
in Indonesia notably have managed to experiential learning based on the
apply the system since just before the contents they have. So, problem based
monetary crisis in 1997. The learning, project based learning, and
worldwide sharia system resembles a service learning are types of learning
reason of the importance of English as that are helpful for the students to
a means of communication, and it is improve their English proficiency by
time to integrate the English doing something with their English to
curriculum or ESP instructional do something they really know. After
materials of learning into the learner’s all, it is essential that CTL principle is
needs. What the course developers based on the so called seven pillars
should do with it is to make the which become the framework of it
learners of sharia economics and namely constructivism, questioning,
business to think globally through inquiry, modeling, learning
English by adjusting their English community, authentic assessment, and
materials to the sharia context. reflection.
Contextual Teaching and Learning METHODS OF PRODUCT
(CTL) and ESP DEVELOPMENT
CTL is a form of evolution of The model of development in
behaviorism (that learning resulted this study is an adaptation of what
from links formed between stimuli and Borg and Gall (1983:775-776) propose:
responses through the application of (1) Identifying the problem
rewards) and constructivism (students encountered by the students in learning
construct their own knowledge by English (2) Reviewing the problem into
testing ideas based on prior knowledge the theory (3) obtaining information
and experience, applying these ideas to through the needs survey, (4) FGD
a new situation, and integrating the (Focus on Group Discussion) (5)
new knowledge gained with preexisting writing manuscript, (6) expert
intellectual constructs ). A great judgment, (7) revision (8) tryouts, (9)
education development combines the revisions, and (10) expert validation.
both principles into CTL. “Contextual The study involves a number of
teaching is teaching that enables students of Sharia Economics
learning in which pupils employ their Department in the semester of 4 who
academic understanding and abilities in took English 3 course. In STKIP PGRI
a variety of - and out of school - Bangkalan, there are three English
contexts to solve simulated or real courses which are compulsorily taken
world problems, both alone and in by the students. The developer thinks
various dyad and group structures” that English course 1 and 2 are for
(Sears & Hersh, 1998:4). general English and English for Islamic
To help the students be in active Studies, in line with the university
learning, CTL has several approaches. regulation to teach the ESP. When the
Berns and Erikson (2001) summarize students are taking English 2, it is the
there are five approaches which are time for them to focus on their content
worth implementing in a language areas in Sharia economics. The number
curriculum: problem based learning, of the students involved for the subject
cooperative learning, project based of this study is 30 students gathered by
learning, service learning, and work- random sampling from 189 students.
based learning. In the standard ESP The 30 students are gathered in one
curriculum the aspects covered are on class and involved in the process of
activating students activeness in obtaining information, needs analysis,
and tryout phase. Besides, the subject to gain more benefits for them
specialist teaching in this faculty and especially in written and oral
alumnae are involved in the needs communication. Grammar- based
analysis conducted in the interview teaching is no longer needed for them
stage. since they have already got in previous
To conduct this research and semesters, even in Intensive English
development, the researcher follows program 1 and 2 in the faculty of
some steps as the procedure as follows: Syariah. Also, subject specialists
(1) Identifying the problem provided more further information
encountered by the students in learning related with what activities students
English (2) Reviewing the problem into might find in the real future work
the theory (3) obtaining information context. All of the information was
through the needs survey, (4) FGD collected in details and brought to the
(Focus on Group Discussion) (5) stage of focus group discussion for the
writing manuscript, (6) expert designing of book map followed by
judgment, (7) revision (8) tryouts, (9) materials development.
revisions, and (10) expert validation. The stage of FGD resulted a
main structure to develop the materials.
A number of topics or on each unit
PRODUCT OF RESEARCH AND have been decided through a
DEVELOPMENT discussion, covering (1) Islamic
The product of this R&D is a Banking, (2) Human Resource, (3)
set of instructional materials properly Foreign Exchange, (4) Islam and
based on two aspects: curriculum and Marketing, (5) Supply and Demand, (6)
needs analysis. To effectively design Banking Transaction &
the materials for students’ learning, Communication, and (7) Economic
CTL pillars are applied wholly Growth.
covering constructivism, inquiry, In developing the materials, the
questioning, learning community, developer needed the help of two
modeling, authentic assessment, and experts with different capacity in
reflection. Those pillars are known as giving judgment or verification to the
the good design for triggering students’ finished draft of materials. ESP course
communicative competence by desin was the first expert, as for the
enhancing language skills. second one was Sharia lecturer as the
Prior to developing the one who knows well about the content.
materials, needs assessment resulted Verification given by them finally led
precious, necessary information for the to requisite revisions for improvement
further step in developing the materials. of materials. All of suggestions given
Through a number of information by expert in the previous phase of
sources, students, subject specialists, development were very precious for the
and person working in sharia field developer to attain improvement of the
work, the researcher had found several materials. All of aspects concerning
main inputs. The essential one was that with weaknesses of the developed
sharia economics content in English instructional materials had been made
materials was truly needed in this based on the suggestions. The
department for meeting the needs of the developer did what it took to make the
students. With the communicative revised materials better than before.
problem, the students were considered The first revision acquired was
needing skills-based teaching in order about the physical appearance of the
materials or physical make-up which the book, number of meetings, critical
was apparently resulted from not very thinking, a number of units, and
good layouts. Having consulted integrated skills division. Without a
persons from graphic designer, the clear course description, the users of
developer made a significant effort to the materials, the students in this case,
change necessary appearances to be will get bias description of the
more appealing and attractive than materials in the ease of parts of
before. Significant change was initially materials, content focus, and exercises.
made for the cover. Previously, the To obtain the empirical validity
cover was so uptight with no attractive of the materials, the developer
pictures to catch readers’ attention. The conducted field tryout for three units.
developer also beautified the Of course, with research limitation in
appearance with proper fonts with the terms of time and permission
enough big size. As a result, the encountered by the developer during
significant changes made the book research period, it was unlikely
cover better than before. Improvement possible for him to do field tryouts for
had also been made for texting the whole units. Field tryouts were
placement and font size and its kind for held from Mei 1st till 16th, 2012 based
subtitle in the contents. It was on the given permission by the
considered important with the aim to secretary of the department. There were
make the readers enjoy reading the three classes involved in these tryouts
reading texts and exercises. Apart from namely Class A, B, and C of which
consultation to graphic designer, the each class was taught with different
developer also took examples from units. Seeing this limitation, the
other books as a comparison and developer chose three important
inspiration for the physical makeup. chapters for the tryouts: Chapter 1
Culture was the second thing to (Islamic Banking), Chapter 2 (Human
pay attention. Unit 7 as the last unit Resource), and Chapter 7 (Economic
was already intended for culture focus Growth). Since the materials consist of
to one country adopting sharia or 7 chapters as well as the limited
Islamic economic system. Malaysia research time given by the officials of
was then chosen by the developer Sharia Economics Department, the
based on what suggested by subject developer merely conduct tryout for
specialist since this country was the three chapters in line with what Latief
reference for any countries in Asia for (2010:106-107) suggest that tryout can
the successfulness in implementing be done for some parts of the book in
sharia economic system. Malaysia also one class or small party of students.
became the main destination for Revision was also employed for the
Islamic economy studies for scholars in second time after the tryouts. Merely
Asia. Indonesian students seemed to minor revisions were resulted in the
necessarily learn from them as a matter of unclear instructions, cover
comparison between their economic page, and necessary part of speech on
system and our economic system the vocabulary.
notably still applied Islamic economic
system merely in several aspects.
The last revision made was
about course description for its
incompleteness. Not listed additional
information such as a CTL concept in
Expert validation resembles the materials was finally been validated on
final step in this process of textbook May June 4, 2012 by the expert of
development. Finished checking sharia economics, and on June 5, 2012
revisions, the expert of ESP course for the expert of ESP course design.
design decided that the instructional

MATERIAL MAPPING

Unit & Topic Function areas English skills Competence


focus
(1)  Asking for  Listening and  Asking for and giving
Islamic Banking and giving Speaking opinions of the
opinions effectiveness of sharia
 Reading aloud  Reading and economy in Indonesia.
 Pronouncing Writing  Identifying the
words related characteristics of Sharia
with the text economy
 Comprehendin  Identifying the strengths
g the text of Sharia economy
 Summarizing  Recognizing terminology
of sharia banking
 Summarizing the concept
of sharia banking
(2)  Performing  Listening and  Performing dialogue of
Human Resource job interview Speaking job interview for a
 Reading aloud certain position in a
 Pronouncing company.
words related  Responding to interview
with the text for a certain position in a
 Comprehendin  Reading and company interview for a
g the text Writing certain position in a
 Writing company.
application  Identifying aspects in
letter human resource in
Islamic Banks and
Finance.
 Writing application letter
for a certain position in a
company from advertised
vacancy.
(3)  Performing  Listening and  Making foreign exchange
Foreign Exchange dialogue of Speaking from IDR to other
foreign  Reading and currencies.
exchange Writing  Responding to dialogue
 Reading aloud of foreign exchange from
 Pronouncing IDR to other currencies.
words related  Recognizing Foreign
with the text Exchange (Sharf) as a
 Comprehendin product service of Sharia
g the text Banks.
 Making  Making foreign exchange
foreign from IDR to other
exchange currencies.
(4)  Making a  Listening and  Making marketing by
Islam and phone call Speaking phone.
Marketing  Reading aloud  Reading and  Responding marketing by
 Pronouncing Writing phone.
words related  Recognizing saving and
with the text current account.
 Comprehendin  Writing a short passage
g the text about description of local
 Making a market.
short
composition
(5)  Ordering  Listening and  Bargaining in shopping
Supply and something by Speaking  Responding to bargaining
Demand phone  Reading and in shopping
 Reading aloud Writing  Recognizing concept of
 Pronouncing supply and demand
words related  Writing interpretation of
with the text economic graphic/chart.
 Comprehendin
g the text
 Interpreting
chart/table
(6)  Performing  Listening and  Performing dialogue of
Banking expressions of Speaking bank teller activity.
Transaction & bank teller  Reading and  Responding to dialogue
Communication  Reading aloud Writing of bank teller activity.
 Pronouncing  Recognizing the
words related conditions of sharia
with the text banking in Indonesia
 Comprehendin  Writing business emails,
g the text letter, and memos.
 Introducing to
business
emails, letter,
and memos
(7)  Making  Listening and  Talking about economic
Economic Growth business Speaking growth in Indonesia
presentation  Responding to VOA
 Reading aloud news titled Indonesian
 Pronouncing “technopreneur” supports
words related economic growth.
with the text  Making a small
 Comprehendin  Reading and presentation about
g the text Writing prospective business
 Writing  Finding information
comparisons about cultural sharia
economy in Malaysia
 Writing short
composition of
comparison among three
Islamic countries:
Pakistan, Malaysia, and
Iran.

DISCUSSION The naming of parts of the


Contextual Teaching and materials has been made by the
Learning is the base how the resulted developer’s own choice. There are
instructional materials were composed. several parts of the materials namely
Highlighting experiential learning as brace yourself, listen and speak, read
the core of CTL, the developer and write, let’s check your competence,
connected it into the language learning and let’s make a reflection. Each part
in the classroom. In CTL, students are represents the pillar of CTL that is god
expected to connect abstract ideas with for tasking and activities in the
practical application in the real world classroom.
context (Komalasari, 2010:06). Brace yourself resembles the
Attaining the goal, the developer really first pillar, i.e. constructivism paradigm
applied the so called ‘meaningful of which contrasts against
learning’ into the experiential learning behaviouristic paradigm. The
by designing such activities based on constructivists believe that teacher as
their field of study. the facilitator of the learning can help
Five sections of the materials the students learn with their capacities
have been designed to meet the pillars so that they can construct knowledge
of CTL used in the instructional on their own. On this section,
materials. All of the sections were brainstorming is the core activity to
designed to cover all seven pillars of build students understanding before
CTL namely constructivism, they are introduced to the topic. This
questioning, inquiry, modeling, section helps the teacher to construct
learning community, authentic students’ knowledge through small
assessment, and reflection. Ideally, discussions attained from trigger
these instructional materials apply questions. Also, this part is facilitated
skills based learning. This reason by appealing, big picture to set up ideas
comes up with the solution of the in students’ mind. The point of this part
designed materials in which the is that prior to accepting the big topic
developer used two sections in which of the unit, students are prepared with
one unit with two segmentations; ‘setting up the scene’ of the topic. After
listening and speaking, reading and all, brainstorming functions as the
writing. introductory since the students are not
directly given the straightforward topic helper for the teacher to create inquiry
of the unit. method in CTL.
Listen and Speak section Let’s check your competence
contains several CTL pillars applies one important pillar in CTL as
highlighting experiential learning. well as ESP course. Authentic
Learning community is emphasized on assessment is considered more
this part since there is clear instruction effective in assessing students’
and example of each unit about each performance with the reason of
functional expression. Every unit has a productivity of language. One strength
specific functional expression whose of authentic assessment compared with
instruction is to present the given traditional one appears on its language
dialogue in pairs. It is meant that exploration the students make.
students recognize the expressions and Authentic assessment triggers students
are able to use it in daily or business to produce more language with more
context. On the other hand, the second exploration with the help of questions.
pillar is modeling. Presented the However, teachers should be aware that
examples, students are then asked to they not only rely upon this part of the
make some dialogues related with the unit. On gong process needs to be
expressions according to the given considered in assessing it because the
clear directions. Modeling tasking is focus of this kind of assessment is not
performed through group work or pair the result but to the process.
work based on cooperative learning as Reflection resembles the last
one of the applicable teaching model in pillar in CTL used in these instructional
CTL. materials, precisely in the part of Let’s
Two pillars of CTL are found on make a reflection. Students are
the section of Read and write. On sub- expected to recognize what they have
part of reading section, there is a pillar already got aster learning the unit.
of questioning in which students are Students could be aware of their own
given comprehensive questions related strength and weakness in learning the
with the texts. Problem based learning, unit. Result of learning is also seen
however, appears on writing section in from students’ impression. When they
which students are given exercises like the topics or the materials
about factual problems or cases that presented in the materials, it would be
engage them to show their competence easier for the teacher to help them
in written communication. Problem understand and implement the
based learning on writing section materials in effective communication.
shows inquiry pillar in CTL. In solving
problems, students are encouraged to CONCLUSION AND
develop their skills and creativity SUGGESTION
through effective cooperative
interactions with their friends. As a English competence in
result, inquiry results implementation communication skills has been
of thinking fundamentals for students, identified as the problem faced by the
so in learning process, they are more students of Sharia Economics
treated in students-centered learning Department. The problem has been
through self learning (Komalasari, caused by the existing materials
2010:73).Writing exercises in the adopting merely general English with
instructional materials are merely a the emphasis of grammar based
teaching. One significant way of
troubleshooting the problem is there is competence. Student’s motivation
a necessary a set of materials enabling apparently becomes internal factor of
them to develop their communicative how students acquire second language
skills, both written and spoken effectively.
communicative skills. After all, Sharia
economics as one of non-English REFERENCES
Departments is a snapshot that ESP Basturkmen, H. 2006. Ideas and
should be sustained to meet what the Options in English for Specific
students really need in the future Purposes. New
concerning with their English. Jersey: Lawrence Erlbaum
The developer, in fact, Associates, Inc.
encountered some limitation during the Borg, W.R., and Gall, M.D. 1983.
research. Limited time given by the Educational Research: an
officials in Sharia Economics Introduction. Ney York
Department makes him to conduct and London: Longman, Inc.
tryout only for several meetings. This Burns, R.G. & Erickson, P.M. 2001.
fact, however, makes some parts of Contextual Teaching and Learning:
materials are necessarily revised when Preparing
implemented in classroom. That is why Students for the New Economy.
the teachers as the instructor in the The Highlight Zone Research @ Work,
classroom should be very critical and 5.
aware of necessary revision when the Goeltom, Miranda S. 2009.
materials are implemented in further Opportunities for Indonesian
teaching learning process at Sharia investment through sharia
Economics Department. In addition, financing – experiences and
Teachers should use other challenges. Speech delivered at
supplementary materials as a support of International
the main instructional materials in line Seminar in New York, 17
with CTL principle about learning July 2009.
sources which can be taken from any Harmer, J. 2007. The Practice of
media around us such as encyclopedia, English Language Teaching: Fourth
internet, magazines, and related Edition.
graphics or charts. The varied learning Edinburg Gate: Longman
sources, of course, enable the students Pearson Education ltd.
to gain more effective and Iqbal, M & Llewellyn, D.T. (Eds.).
contextualized learning related with 2002. Islamic Finance and Banking:
their field of study. When the prime New
materials are sustained with those Perspectives on Profit-Sharing
learning sources, teaching learning and Risk. Cheltenham: Edward Elgar
process is likely to be more truthful and Publishing Limited.
exigent for students. Nevertheless, Komalasari, K. 2010. Pembelajaran
apart from the mentioned suggestion, Kontekstual: Konsep dan Aplikasi.
there is one thing which is worth Bandung:
noticing, i.e. students’ motivation. Refika Aditama.
Rarely is found many teachers as good Latief, M.A. 2010. Tanya Jawab
motivator in the classroom. Teachers Metode Penelitian Pembelajaran
are ought to be able to always Bahasa. Malang:
encourage the students to learn new Universitas Negeri Malang
things through their English (UM Press).
Lightbown, PM &Spada, N. 1999. How 18). Washington: ERIC
Languages are Learned: Second Clearinghouse on Teaching and
Edition. Teacher Education
Oxford: Oxford University American Association of
Press. Colleges for Teacher Education.
Sears, S.J. & Hersh, S.B. 1998. Smoak, R. 2003. What is English for
Contextual Teaching and Learning: An Specific Purposes?. English Teaching
Overview of Forum,
the Project. In Sherman, W.M 41(2):22-27.
(Ed), Contextual Teaching and Warde, I. 2000. Islamic Finance in the
Learning: Global Economy. Edinburg: Edinburg
Preparing Teachers to Enhance University Press.
Student Success in and beyond School
(pp. 1-
LESSON PLAY : TUGAS PEDAGOGI TERKAIT MATEMATIKA
ENNY LISTIAWATI
STKIP PGRI BANGKALAN
ennylistiawati83@gmail.com

Abstrak:
Dalam menyusun rencana pembelajaran, mahasiswa calon guru lebih banyak
melakukan secara konvensional yaitu dimulai dari merumuskan tujuan pembelajaran
kemudian diakhiri dengan evaluasi. Makalah ini membahas tentang tugas inovatif bagi
mahasiwa untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam matematika melalui
Lesson Play. Lesson Play adalah tugas inovatif yang dirancang untuk mahasiswa calon
guru pada pengajaran dan pembelajaran matematika yang berupa dialog antara guru
dan siswa selama pelajaran.Lesson Playterdiri dari empat langkah yaitu langkah
pertama meminta mahasiswa untuk memilih topik matematika dan membuat naskah
dialog antara guru dan siswa dalam pembelajaran. Langkah kedua meminta mahasiswa
membuat dialog dengan memperhatikan kemungkinan kesalahan jawaban siswa.
Langkah ketiga meminta mahasiswa membuat dialog dengan memperhatikan masalah
spesifik mengenai kesalahan penalaran siswa. Langkah keempat mahasiswa diminta
untuk membuat dialog dengan memperhatikan bahasa dan artikulasi. Artikel ini juga
akan memberikan contoh-contoh naskah dialog mahasiswa dan manfaat Lesson Play
bagi mahasiswa.
Key word : Lesson Play, tugas inovatif, dialog

A. PENDAHULUAN dan diakhiri dengan deskripsi teknik


Mahasiswa calon guru dalam penilaian tanpa memperhatikan
perkuliahan sudah dipersiapkan interaksi dengan siswa atau
menjadi seorang guru nantinya dengan memperhatikan kesulitan siswa.
di bekali dengan berbagai macam Penelitian yang dilakukan oleh Zaskiz
kompetensi. Khususnya dalam hal ini (2009) meneliti pembelajaran
adalah mahasiswa calon guru tradisional dan penelitian beberapa
matematika harus mempunyai perencanaan pembelajaran guru yang
kompetensi dalam pengajaran dan merupakan perencanaan pembelajaran
matematika. Perencanaan pembelajaran tradisional. Zaskis dkk
adalah salah satu topik yang ada dalam memperkenalkan memperkenalkan
perkuliahan dan bagian penting dan gagasan “Lesson Play," di mana bagian
tidak terpisahkan dari aktivitas dari pembelajaran disajikan dalam
kompleks mengajar dimana mahasiswa format dialog antara guru dan siswa.
mempunyai kesempatan untuk Lesson Playmerupakan sarana
mengembangkan berbagai rencana untuk mendukungpersiapan untuk
pembelajaran mereka. pembelajaran, dimana dalam hal ini
Perencanaan pembelajaran mahasiswa calon guru diharapkan tidak
tradisional didasarkan pada urutan hanya mampu untukmengajarkan
linear yang dimulai dengan pelajaran, tetapi juga untuk belajar dari
menyampaikan tujuan pembelajaran apa pun yang terjadi di kelas secara
imajinatif untuk mendukung diminta untuk mendesain dan
pemahaman konseptual dan prestasi menulis naskahLesson Play untuk
siswa. suatu pelajaran yang menjelaskan
interaksi antara guru dan
B. LESSON PLAY sekelompok siswa. Topik yang
Lesson Play adalah tugas yang digunakan diberikan bebas tetapi
inovatif khusus yang digunakan dalam harus sesuai dengan kurikulum
pendidikan guru. Tugas itudirancang sekolah. Mahasiswa calon guru
terutama untuk calon guru pada bisa memilih siswa yang
pengajaran dan pembelajaran berkomunikasi dengan guru dalam
matematik. Lesson Play adalah dialog naskah dari kelas
membayangkan antara guru dan siswa berapapun.Naskah dialog berupa
selama pelajaran (atau bagian dari drama monolog termasuk karakter
pelajaran). Tugas melibatkan menulis guru, dengan beberapa pertanyaan
seperti dialog berdasarkan perintah yang diajukan kepada siswa.
yang diberikan. Secara umum, tujuan Dalam beberapa kasus, siswa
ini adalah untuk memberikan calon memberikan jawaban yang benar
guru kesempatan agar secara imajinatif untuk pertanyaan yang diajukan
terlibat dalam diskusi matematika yang oleh guru. Karakter guru memuji
akan membantu meningkatkan mereka dan ditindaklanjuti dengan
pemahaman siswa. Lebih khusus, penjelasan lebih lanjut dan
tujuan lesson adalah melakukan beberapa pertanyaan tambahan.
praktek pedagogis dan matematika Dalam sejumlah kasus lain,
yang fokus pada penalaran matematika disarankan ada karakter siswa yang
siswa dan komunikasi. menjawab dengan salah, kemudian
Dalam Lesson Playmahasiswa guru segera menangani kelas,
dapat memikirkan dan membayangkan menanyakan apakah siswa lain
aspek-aspek dalam pengajaran seperti memiliki "ide yang berbeda," dan
interaksi dengan siswa, dukungan kemudian memberikan solusi yang
terhadap pemahaman konseptual siswa diinginkan juga diajukan dalam
dan tanggapan terhadap kesulitan atau naskah.
kesalahan siswa. Lesson Playadalah
langkah dalam mempersiapkan 2. Langkah kedua
pengajaran, langkah menuju kegiatan Pada langkah kedua
pembelajaran dimana bermain peran mahasiswa calon guru diminta
sebagai guru dan siswa dilakukan untuk menulis Lesson Playtentang
dalam imajinasi mahasiswa. interaksi guru dengan siswa dan
kesulitan siswa, dengan tambahan
C. LANGKAH-LANGKAH LESSON persyaratan bahwa pelajaran harus
PLAY membahas permasalahan tertentu
Bagian ini akan membahas yang mungkin ditemui seorang
tentang langkah-langkah Lesson Play siswa pada materi. Pilihan masalah
yang harus dilakukan oleh mahasiswa serta pilihan konten dibiarkan
calon guru, yaitu : terbuka bebas. Dalam iterasi tugas
1. Langkah Pertama ini, mahasiswa calon guru mampu
Membentuk kelompok dalam mengidentifikasi masalah.
kelas dan mengggunakan Lesson
Play sebagai salah satu tugas Berikut ini adalah contoh ilustrasi:
mahasiswa.Mahasiswa calon guru
Guru : Hari ini kita akan berlatih menyajikan naskah, berdasarkan
perkalian desimal. petunjuk interaksi yang harus
Berapakah nilai dari0,2 × disajikan adalah kesalahan umum
0,3? dalam penalaran siswa.
Gio : 0,6 Sebagai contoh ilustrasi berikut ini
Guru : Apakah seseorang ada :
yang memiliki jawaban Ada 20-25 siswa di kelas. Mereka
berbeda? sedang mengerjakan masalah
Annie : 0,06 berikut:
Guru : Ini benar. Ingat bahwa Sebuah kereta mainan
jawabannya harus memiliki 100 mobil. Mobil
memiliki jumlah yang pertama berwarna merah,
sama digit setelah yang kedua adalah biru, yang
desimal. Jadi dalam hal ketiga adalah kuning, yang
ini jawabannya akan keempat adalah merah, yang
memiliki 2 digit setelah kelima adalah biru dan
desimal. keenam adalah kuning dan
Susan : Jadi tidak bisa 0,60 sebagainya.
Guru : Tidak, karena 0.60 adalah (a) Apa warna mobil ke-80?
sama dengan 0,6. Ingat, (b) Berapa angka mobil biru
desimal juga pecahan. terakhir?
Jadi 60/100 sama dengan Guru berjalan mengitari ruangan
6/10. Jadi dalam pecahan mengamati bagaimana
jawabannya adalah 6/100. perkembangan siswa. Diaberhenti
Susan : Jadi dapat kita menulis di tempat kerja salah satu siswa.
jawaban sebagai 6/100 G :Mengapa mobil ke-80
Guru : Tidak, karena disini berwarna merah?
bekerja dengan desimal, S: Karena mobil ke-4
kita menulis ini sebagai berwarna merah, dan 80
0,06. Sekarang, mari kita merupakan kelipatan
mengerjakan beberapa dari 4.
contoh. Pada bagian ini para
mahasiswa calon guru
Pada kutipan tersebut dapat diminta untuk
diketahui bahwa mahasaiswa calon mengidentifikasi
guru mampu memprediksi kemungkinan sumber
kemungkinan kebingungan dari kesalahan, pertimbangkan
siswa. Dia menjelaskan tidak instruksional yang digunakan
hanya aturan perhitungan, tapi juga untuk menangani kesalahan
membantu siswa mendapatkan siswa dan menyajikannya
jawaban yang benar, bukan hanya dalam bentuk dialog.
berusaha untuk memahami dan
mengatasi kesulitan mereka. 4. Langkah keempat
Pada iterasi keempat mirip
3. Langkah ketiga dengan yang ketiga, tetapi dengan
Dalam iterasi ketiga dari dua variasi penting.
tugas, mahasiswa calon guru LangkahLesson Play sebelumnya
telibat secara tertulis dan dirancang dan ditulis oleh
kelompok 3-4 siswa, akan tetapi
pada bagian ini mahasiswa calon tugas seperti itu adalah untuk
guru diminta untuk mengerjakan melibatkan mahasiswa calon guru
secara individual. Mahasiswa bisa dalam kegiatan yang menyerupai
merencanakan dan mendiskusikan pekerjaan sehari-hari dalam berlatih
kemungkinan pendekatan untuk mengajar. Tugas belajar profesional
petunjuknya disajikan dalam meliputi pemeriksaan materi
kelompok mereka, tetapi kurikulum, video atau catatan narasi
penulisannya harus diselesaikan episode pengajaran di kelas dan
secara individu. Hal ini akan pertimbangan hasil karya siswa.
membantu dalam mengembangkan Tugas merancang sebuah drama
pemikiran pribadi. Hal ini dapat pelajaran menambahkan komponen
lebih perhatian pada bahasa baik penting dalam menciptakan situasi
membayangkan dan meniru bahasa membayangkan mengajar nyata, bukan
siswa dan memilih bahasa pribadi hanya membicarakannya. Hal ini sesuai
dalam respon guru. Mengingat dengan Watson dan Mason (2007)
pentingnya bahasa dalam melihat bahwa "masalah mendasar
pemikiran matematika, maka dalam bekerja dengan guru untuk
setiap calon guru harus memilih beresonansi dengan pengalaman
kata-kata tertentu yang mereka mereka sehingga mereka bisa
akan gunakan untuk membayangkan diri mereka
menyampaikan ide-ide, 'melakukan sesuatu 'dalam situasi
menawarkan definisi, dan mereka sendiri "(hal. 208). Dengan
menanggapi pernyataan-siswa imajinasi ini, perhatian dan kesadaran
yang dihasilkan. dikembangkan dalam "slow motion,"
Variasi kedua mahasiswa memiliki kontrol penuh terhadap situasi
dalam iterasi ini diminta untuk dan kemampuan untuk memutar
menyertakan diagnosis (ditulis kembali atau memperbaikinya.
dalam biasa, bentuk paragraf) Tugas menciptakan sebuah drama
untuk kesalahan yang disajikan, pelajaran menggeser perhatian calon
yaitu spekulasi mereka apa yang guru dari tujuan umum kurikulum ke
bisa menyebabkan respon yang insiden pengajaran khusus, dan
salah dari siswa imajiner itu. mengundang mereka untuk
Diagnosis, yang diperlukan membayangkan seperti insiden dalam
pertimbangan bagaimana cara yang sangat rinci. Pergeseran yang
kesalahan yang telah dibuat. terjadi dalam mengajar yaitu di
samping perubahan di berbagai tugas
D. LESSON PLAYPERSIAPAN dari komponen matematikatermasuk
MENUJU AJAR NYATA bergeser ke pedagogi, kesulitan siswa,
Banyak persiapan untuk dan bahasa. Lesson Play memberikan
'mengajar nyata' dilakukan kesempatan bagi calon guru untuk
diperkuliahan. Dalam upaya untuk mengembangkan kesadaran mereka,
membuat persiapan ini lebih efektif, untuk dimasukkan ke dalam tindakan
dosen terus berusaha untuk merancang pedagogi matematika mereka.
tugas-tugas yang sesuai dan
pengalaman bagi calon guru. Sebagai
contoh, Silver, Clark, E. MANFAAT LESSON PLAY
Ghousseini,Charalambous, dan Sealy Untuk calon guru menulis drama
(2007) memberikan tugas praktek berfungsi sebagai perangkat pelatihan,
pengembangan profesional. Tujuan dari
simulator. Lesson play menciptakan termasuk petunjuk tertentu yang
kesempatan untuk membayangkan menyajikan jawaban kesalahan siswa
ruang kelas, membayangkan peserta atau penalaran yang tidak memadai,
reaksi didik dan penjelasan merekan. dan tugas untuk calon guru adalah
Selanjutnya mahasiswa calon guru untuk menulis bermain peran yang
dapat merespon dalam 'real time', diikuti membahas kesalahan dan siswa
dengan demikian memungkinkan calon dipandu menuju solusi.
guru untuk memeriksa tanggapan
pribadi terhadap gagasan siswa. DAFTAR PUSTAKA
Pengalaman ini adalah salah satu yang
berharga dalam mempersiapkan untuk Silver, E. A., et ll. (2007).Where is
mengajar "nyata" yang menghargai mathematics? Examining
komunikasi kelas dan efektif teachers’ mathematical learning
menghubungkan konten untuk opportunitiesin practice-based
pedagogi. professional learning tasks.
Pengalaman dalam penulisan Journal of Mathematics
drama menciptakan dan memperluas TeacherEducation, 10(4-6). 261-
respon dan strategi umum yang dapat 277.
digunakan dalam situasi di masa depan,
dengan cara yang lebih improvisasi. Watson, A. & Mason, J. (2007). Taken-
Hal ini juga menciptakan kesempatan as-shared: s review of common
untuk meninjau kembali pemahaman assumptionsabout mathematical
matematika, meningkatkan pemahaman tasks in teacher education.
matematika dan menemukan cara yang Journal of Mathematics
tepat untuk menangani masalahsiswa. TeacherEducation, 10(4-6). 205-
Untuk calon guru, Lesson Play 215.
menciptakan sebuah jembatan antara
rencana aksi dan yang akan Zazkis, R., Liljedahl, P. & Sinclair, N.
diimplementasikan. (2009). Lesson plays: Planning
teaching vs.teaching planning.
For the Learning of Mathematics.
F. KESIMPULAN
Dalam makalah ini dibahas tugas Zazkis, R dan Siclair, N. (2013).
Lesson Play, yaitu contoh dari tugas Imagining Mathematics Teaching
pedagogis yang terkait dengan Via Scripting Tasks. Intertional
matematika. Kutipan drama pelajaran Journal for Mtahematics
ditulis oleh mahasiswa calon guru dan Teaching and Learning.
analisis rinci dari drama ditemukan http://www.cimt.plymoith.ac.uk/j
oleh Zazkis, Sinclair dan Liljedahl. ournal
Dalam makalah ini fokusnya adalah
pada menggambarkan desain iteratif Zazkis, R dan Zazkis, D. (2014).
tugas yang terdiri dari emapt langkah. Script Writing In The
Awalnya, tugas yang diberikan kepada Mathematics Classroom :
calon guru adalah untuk menyajikan Imaginary Conversations On The
pelajaran, atau bagian dari naskah Structure Of Number. Research
tentang interaksi antara guru dan siswa. in Mathematics Education, 15(1),
Akan tetapidalam implementasi 54-70
PROSES KOMUNIKASI DALAM BELAJAR MEMBACA, MENULIS DAN
BERHITUNG UNTUK ANAK USIA SEKOLAH DASAR

Buyung Pambudi, M.Si


STKIP PGRI BANGKALAN

Abstrak:
Sekolah Dasar (SD) mengharuskan calon siswa baru untuk bisa membaca,
menulis dan berhitung. Namun, ada beberapa siswa kelas satu hingga kelas tiga
sekolah dasar yang masih belum memiliki kemampuan membaca, menulis dan
berhitung. Akibatnya, orang tua siswa harus memberikan les tambahan berupa belajar
membaca, menulis dan berhitung bagi anak-anaknya agar bisa membaca, menulis dan
berhitung dalam waktu singkat. Memberi les privat membaca, menulis dan berhitung
sangat memerlukan kemampuan cara berkomunikasi yang baik dan beragam untuk
memudahkan siswa memahami bahan ajar dalam les privat tersebut. Interaksi selama
proses belajar membaca, menulis dan berhitung antara guru les dengan siswa
memungkinkan terjadinya komunikasi. Guru les memilih cara berkomunikasi yang
efektif agar siswa bisa dengan mudah menerima pesan yang disampaikan, hingga
siswa mampu membaca, menulis dan berhitung dalam waktu singkat. Pemilihan cara
berkomunikasi diperlukan hingga tercipta komunikasi yang efektif. Yakni, terjadinya
kesamaan pemahaman (meliputi penyamaan pikiran, makna dan pesan) antara guru les
dengan siswa.
Kata kunci: proses komunikasi, membaca, menulis, berhitung.

1. Pendahuluan: bisa menguasai baca, tulis dan


berhitung hitung (calistung).
Seiring terus berkembangnya Akibatnya, para orang tua harus
sistem pendidikan nasional mulai dari membekali anak-anaknya kemampuan
segi kurikulum, target lulusan hingga membaca, menulis dan berhitung.
fasilitas dan bahan ajar di sekolah.
Akibatnya, banyak sekolah (terutama Meski standar sekolah dasar
sekolah yang dianggap favorit) yang sudah mengharuskan calon siswa baru
juga meningkatkan standar bagi calon untuk bisa membaca, menulis dan
siswa baru yang hendak belajar di berhitung, ternyata ada beberapa siswa
sekolah yang bersangkutan. Tak ayal, kelas satu hingga kelas tiga sekolah
banyak sekolah dasar (khususnya dasar yang masih belum memiliki
sekolah yang dianggap favorit) yang kemampuan membaca, menulis dan
mematok standar bagi siswa lulusan berhitung. Akibatnya, orang tua siswa
taman kanak-kanak yang ingin harus memberikan les tambahan berupa
melanjutkan ke sekolah dasar tersebut. belajar membaca, menulis dan
Patokan standar diantaranya berhitung bagi anak-anaknya agar bisa
mewajibkan calon siswa baru untuk
membaca, menulis dan berhitung untuk menjawab masalah secara
dalam waktu singkat. aktual”.
Munculnya les privat membaca, Sedangkan, A. Muri Yusuf
menulis dan berhitung menjadi lahan (2014) menyatakan bahwa penelitian
tersendiri bagi para mahasiswa, sarjana kualitatif merupakan penelitian yang
maupun lulusan SMA untuk bisa berusaha untuk mencari makna,
mencari nafkah tambahan. Meski pemahaman, pengertian, verstehen
terlihat mudah dan sederhana, memberi tentang suatu fenomena, kejadian,
les privat membaca, menulis dan maupun kehidupan manusia. Penelitia
berhitung sangat memerlukan bisa terlibat langsung maupun secara
kemampuan cara berkomunikasi yang tidak langsung selama pengumpulan
baik dan beragam untuk memudahkan data sehingga diperoleh data yang
siswa memahami bahan ajar dalam les menyeluruh dan kontekstual. Juga,
privat tersebut. peneliti berusaha menginterpretasikan
sesuatu, misalnya kondisi atau
Untuk menghindari terjadinya hubungan yang ada, pendapat yang
ketidak-fokusan dalam penelitian kali berkembang, proses yang sedang
ini, penulis menitikberatkan penelitian berlangsung, akibat atau efek yang
pada cara berkomunikasi guru les terjadi atau tentang kecenderungan
privat membaca, menulis dan yang sedang berlangsung.
berhitung.
Dari kedua pengertian tersebut,
dapat dikatakan bahwa metode
penelitian kualitatif adalah sebuah
2. Metode Penelitian
metode yang digunakan untuk
Realitas sosial berupa adanya mendeskripsikan, menginterpretasikan
proses komunikasi yang intensif antara sesuatu fenomena, misalnya kondisi
guru les dan murid merupakan realitas atau hubungan yang ada, pendapat
yang kompleks, utuh, dinamis dan yang berkembang, dengan
penuh makna. Jika menggunakan menggunakan prosedur ilmiah untuk
metode penelitian menjawab masalah secara aktual.
kuantitatif/positifistik tidak memadai. Dengan demikian, penulis beranggapan
Maka, metode penelitian yang bahwa metode penelitian kualitatif
digunakan adalah metode kualitatif. sesuai dengan penelitian yang
Yakni, metode penelitan yang banyak dilaksanakan oleh penulis. Karena
digunakan pada penelitian yang dalam penelitian ini, penulis berusaha
bertujuan untuk menjelaskan suatu mendeskripsikan proses komunikasi
kejadian. Seperti yang dikemukakan yang terjadi selama les privat menulis,
oleh Sugiyono (2014). membaca dan berhitung.

“Penelitian kualitatif adalah Bagaimana proses komunikasi


sebuah penelitian yang guru les privat membaca, menulis dan
bertujuan untuk memberikan berhitung dengan siswa menjadi bagian
atau menjabarkan suatu penting yang akan diteliti. Selain itu,
keadaan atau fenomena yang bagaimana guru les privat mengetahui
terjadi saat ini dengan bahwa telah terjadi komunikasi efektif
menggunakan prosedur ilmiah antara dirinya dengan murid les privat
juga mennadi bagian penting untuk pesan. Sekaligus berupaya memahami
teliti. pesan yang dikirim balik oleh penerima
pesan dengan cara berupaya
Secara sederhana, penulis menyesuaikan dengan ruang
berharap agar hasil penelitian ini pengalaman yang dimiliki pengirim
nantinya bisa dimanfaatkan Hasil pesan.
penelitian yang berkaitan dengan
proses pembelajaran maupun media 3.2 belajar
pembelajaran sudah cukup banyak.
Bahkan, sejumlah hasil penelitian Pola komunikasi yang
sudah diterbitkan dalam bentuk buku dikemukakan oleh Wilbur Schramm
yang menjadi rujukan bagi para pegiat tersebut juga mirip dengan
di dunia pendidikan baik mahasiswa, penggambaran pola pembelajaran yang
dosen, aktivis pendidikan maupun dikemukakan oleh Wina Sanjaya.
guru. Akan tetapi, penelitian yang Yakni, pola pembelajaran yang
fokus pada proses komunikasi dalam memerlukan adanya saling
belajar membaca, menulis dan ketergantungan antara guru dengan
berhitung masih belum ada. Penelitian murid. Pembelajaran bisa efektif jika
ini juga memungkinkan adanya guru dan murid bersama-sama saling
kolaborasi antara kajian ilmu bergantung untuk menciptakan
komunikasi dengan kajian pendidikan. perubahan dalam segi kognitif, afektif
dan psikomotor murid.
Selain manfaat teoritis,
diharapkan hasil penelitian ini juga bisa
dimanfaatkan sebagai salah satu
referensi bagi tenaga pendidik dalam
menyampaikan pelajaran membaca, mengajar PB
menulis dan berhitung secara efektif.

3. Kerang pikir/landasan teori


3.1 Pola Komunikasi
3.3 membaca, menulis dan berhitung
Terdapat banyak pola dari
beberapa ahli ilmu komunikasi untuk Pada saat belajar membaca,
menggambarkan proses komunikasi. menulis dan berhitung diperlukan
Diantaranya model komunikasi yang keterpaduan dalam mengirimkan pesan.
dikemukakan oleh Wilbur Schramm. Sebelum lancar membaca, hal pertama
yang dilakukan adalah belajar abjad
(alfabet) dari A sampai Z. Keterpaduan
yang dimaksud adalah, murid bukan
hanya diharuskan menghafal
Semakin besar pertemuan dua huruf/abjad melalui bunyi, tetapi juga
lingkaran di atas (di wilayah signal), diarahkan untuk memahami bentuk
akan semakin besar pula tingkat huruf secara visual. Untuk menarik
efektifitas komunikasi yang dilakukan perhatian murid, bisa juga ditambahkan
oleh dua orang. Artinya, seorang perumpamaan atau persamaan antara
pengirim pesan harus berupaya huruf dengan benda yang biasa dilihat
memadukan ruang pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari.
dengan ruang pengalaman penerima
Begitu juga pada saat belajar kemampuan daya serap terhadap pesan
menulis dan berhitung. Menulis yang dimiliki oleh murid les.
maupun berhitung akan mudah Komunikasi ini merupakan komunikasi
dipahami jika yang ditulis berasal dari yang berorientasi pada sumber pesan
benda-benda yang mudah ditemui (guru les).
dalam keseharian.
Untuk menjadi pengirim pesan
4. Pembahasan yang baik dan efektif, seorang guru les
harus menyampaikan pesan (baik
Interaksi selama proses belajar verbal maupun non verbal) dengan
membaca, menulis dan berhitung sengaja secara utuh, jelas, tepat, dan
antara guru les dengan siswa kontekstual. Tentunya dengan
memungkinkan terjadinya komunikasi. tambahan gaya yang menarik dan
Bahkan, tidak mungkin terjadi interaksi bervariasi agar murid les mudah
tanpa terjadinya peristiswa komunikasi. tertarik dan tidak cepat bosan.
Bagaimana guru les memilih cara
berkomunikasi yang efektif agar siswa Interaksi selama les privat,
bisa dengan mudah menerima pesan proses pembelajaran menjadi lebih
yang disampaikan, hingga siswa personal. Sudirwan Danim
mampu membaca, menulis dan mengkelompokkan interaksi yang lebih
berhitung dalam tempo cepat. personal antara guru les dengan murid
ke dalam pembelajaran sebagai sebuah
Sejumlah ilmuwan yang seni.
concern pada kajian terkait komunikasi
telah memetakan proses komunikasi Karakteristik pembelajaran sebagai
dalam berbagai bentuk mulai dari seni sebagai berikut:
proses komunikasi yang berbentuk
mekanis, hingga proses komunikasi 1. Penampilan lebih bersifat
terkini yang lebih kompleks. Pemetaan individu
proses komunikasi ditujukan agar 2. Konsep berpikir ilmiah lebih
komunikasi yang terjadi antara guru les banyak dikembangkan melalui
dengan siswa bisa dikaji dengan lebih dialog
mudah. Selain itu, pemetaan proses 3. Interaksi tatap muka guru-
komunikasi dilakukan untuk mengurai murid lebih diutamakan
beberapa pilihan cara berkomunikasi 4. Tidak dapat dilakukan dengan
hingga tercipta komunikasi yang pendekatan teknologis
efektif. Yakni, terjadinya kesamaan 5. Lebih banyak melibatkan
pemahaman (meliputi penyamaan unsur-unsur emosi, di samping
pikiran, makna dan pesan) antara guru rasionalisasi ilmiah.
les dengan siswa, sebagaimana definisi
komunikasi yang dikemukakan oleh Terdapat empat langkah utama
Deddy Mulyana. yang bisa dilakukan seorang guru les
Proses komunikasi dalam les untuk merancang cara belajar
privat membaca, menulis dan berhitung membaca, menulis dan berhitung.
merupakan proses yang disengaja 1. Identifikasi
sehingga komunikasi yang dilakukan
bersifat instrumental karena guru les Langkah pertama berupa
harus mengirim pesan baik verbal identifikasi diperlukan untuk
maupun non-verbal sesuai dengan mengetahui profil calon siswa
yang hendak belajar membaca, memperhatikan pelajaran
menulis dan berhitung. Profil membaca. Potongan kertas
meliputi minat, kecenderungan, warna-warni berbentuk huruf
dan sejauh mana kekurangan vokal maupun konsonan, bisa
dalam membaca, menulis dan juga berasal dari potongan
berhitung. Proses identifikasi kertas bekas. Deretan angka
diperlukan untuk mengetahui warna-warni dengan bentuk
data awal mengenai siswa yang yang unik juga bisa menjadi
hendak belajar membaca, pilihan.
menulis dan berhitung. Data
awal diperoleh dengan bertanya Sedangkan untuk
kepada orang tua siswa, atau kelompok kedua, kemampuan
bisa juga dilakukan dengan menghafalnya cukup baik
bertanya langsung kepada siswa sehingga tidak terlalu sulit
yang bersangkutan. dalam menyampaikan pelajaran
membaca, menulis dan
2. Klasifikasi berhitung.
Secara sederhana, 3. Eksekusi
terdapat dua kelompok siswa
yang belum bisa membaca, Selama pembelajaran
menulis dan berhitung. membaca, menulis dan
Kelompok pertama adalah berhitung diperlukan adanya
siswa yang tidak suka dengan keutuhan penyampaian pesan
pelajaran membaca dan baik bunyi huruf/angka, mimik
menulis tetapi suka pelajaran mulut dan bentuk huruf/angka
berhitung. Kedua, kelompok secara visual. Pesan yang
siswa yang tidak suka berhitung disampaikan menjadi utuh dan
tapi suka membaca dan mudah dimengerti oleh siswa
menulis. dengan menekan sedikit
mungkin adanya noise. Karena
Terdapat perbedaan cara proses komunikasi yang
menangani dua kelompok siswa berlangsung dalam skala
tersebut meski sama-sama komunikasi interpersonal
memiliki persoalan dalam sehingga kemungkinan
kemampuan membaca, menulis terjadinya komunikasi yang
dan berhitung. Kelompok efektif antara guru les dan siswa
pertama dibutuhkan variasi sangat besar.
dalam penyampain pelajaran
menulis, membaca dan 4. Evaluasi
berhitung. Kegiatan menghafal
Evaluasi pembelajaran
huruf/angka, kata maupun frasa
membaca, menulis dan
diusahakan seminimal mungkin
berhitung selama ini masih
karena karakteristik kelompok
terfokus pada bagaimana siswa
siswa yang pertama ini kurang
mampu hafal dengan benar
menyukai hafalan. Huruf-
huruf-huruf maupun angka-
huruf/angka-angka berwarna-
angka. Padahal, target guru
warni bisa menjadi pilihan
seharusnya lebih kepada
untuk menarik minat siswa
bagaimana siswa benar-benar
paham tentang materi yang Persoalan berikutnya adalah
disampaikan selama mengikuti sarana/channel/alat bantu/media
pelajaran membaca, menulis pembelajaran dalam pelajaran
dan berhitung. Hafal, memiliki membaca yang digunakan seharusnya
kelemahan mendasar karena bervariasi dan menarik minat siswa
kemampuan siswa dalam untuk menyimak pelajaran membaca.
menghafal relatif berbeda Variasi bentuk, warna, dan ukuran
antara satu dengan yang lain. media pembelajaran dalam pelajaran
Sedangkan memahami akan membaca akan menarik minat siswa.
membuat siswa mudah untuk Media pembelajaran yang bervariasi
mengingat bahkan mengulang tidak harus identik dengan barang yang
kembali pelajaran yang harganya mahal, media pembelajaran
disampaikan. yang berasal dari barang-barang bekas
yang bisa didaur ulang juga bisa
a. Membaca digunakan. Bahkan, guru bisa
mengajak siswa untuk ikut serta
Persoalan utama kenapa siswa
mendaur ulang barang bekas menjadi
belum bisa membaca meski sudah
media pembelajaran membaca.
duduk di bangku sekolah dasar adalah
karena minimnya perhatian guru Media pembelajaran diperlukan
kepada masing-masing siswa. Perhatian untuk menunjang kelengkapan pesan
guru harus terbagi ke seluruh siswa yang hendak disampaikan guru kepada
yang ada di kelas yang berjumlah siswa, sehingga siswa bisa menangkap
antara 20 hingga 30 siswa. Minimnya dan memahami pesan yang lebih utuh
perhatian tersebut berdampak pada dari guru. Baik itu pesan verbal
tidak efektifnya proses komunikasi maupun non-verbal dengan ditunjang
yang terjadi antara guru sebagai adanya media pembelajaran.
komunikator tunggal berhadapan
dengan komunikator lain berjumlah Pemilihan media pembelajaran
puluhan. Guru tidak bisa menangkap yang tepat bisa membantu efektifitas
pesan secara utuh pesan-pesan yang komunikasi yang dibangun oleh guru
disampaikan oleh para siswa. les privat dengan siswa. Media
Banyaknya jumlah siswa berdampak pembelajaran tidak harus berasal dari
pada banyak dan beragamnya pesan- barang mewah, ataupun teknologi
balik (feedback) yang disampaikan canggih yang harganya relatif mahal.
siswa kepada guru. Pesan yang Kreatifitas guru les diperlukan untuk
disampaikan guru les harus lengkap membuat media pembelajaran
(meliputi suara/lafal, gambar, bentuk sederhana dari barang yang mudah
huruf). ditemukan sehari-hari. Bahkan, guru
les juga bisa memanfaatkan barang
Idealnya, satu guru yang bekas yang bisa didaur ulang menjadi
mengajar membaca memegang media pembelajaran. Mengembangkan
maksimal sepuluh siswa agar pesan kreatifitas sekaligus mengurangi
yang disampaikan guru kepada siswa sampah.
bisa lebih utuh dengan sedikit noise.
Guru pun bisa menangkap dan Persoalan berikutnya yang tidak
memahami pesan-balik (feedback) kalah penting adalah pemilihan dan
yang disampaikan siswa karena pemilahan pesan yang hendak
jumlahnya yang tidak terlalu banyak. disampaikan oleh guru les. Pesan-pesan
seharusnya bersifat sederhana, mudah Huruf c seperti bulan sabit
dimengerti dan mampu mendorong
terbentuknya kesamaan persepsi antara
guru les dan siswa. Efektif atau
tidaknya
idaknya suatu komunikasi selama
proses pembelajaran membaca bisa
dilihat dengan feedback yang muncul
dari siswa. c. Berhitung

b. Menulis Pengenalan angka menjadi


langkah awal bagi murid yang masih
Belajar menulis yang telah belum bisa membaca, menulis maupun
lazim diajarkan di sekolah-sekolah
sekolah berhitung. Tidak jauh berbeda dengan
adalah dengan pengenalan huruf/abjad, pengenalan
mengarsir/membubuhkan garis pada angka juga memerlukan adanya
huruf/angka yang ditulis dengan garis keterpaduan pesan. Pengucapan angka,
putus-putus.
putus. Selain terus berlatih agar akan lebih mudah dipahami jika
semakin terbiasa menulis huruf/angka, masing-masing
masing angka juga memiliki
guru les juga bisa menambahkan kemiripan dengan benda yang ada di
perumpamaan huruf/angka dengan lingkungan
gkungan tempat tinggal murid.
benda yang biasa ditemui dalam
kehidupan sehari-hari.
hari. Misalnya, huruf Angka 1 seperti tongkat
b (kecil) sama dengan ibu hamil, angka
1 sama dengan tongkat pramuka yang
berdiri tegak.
Huruf A digambarkan seperti
tangga.

Angka dua seperti


bebek

Huruf B seperti ibu hamil.


Angka 3 seperti dua
lingkaran dibelah dua
guru dengan murid menjadi
semakin besar.
Pemanfaatan barang-barang
KESIMPULAN yang mudah ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari bisa
Proses komunikasi efektif
dijadikan media pembelajaran.
dalam pembelajaran membaca,
Selain mempermudah guru les
menulis dan berhitung bagi siswa
dalam menyampaikan pelajaran,
usia sekolah dasar diperlukan untuk
pemanfaatan barang bekas untuk
mempermudah siswa mengerti dan
didaur ulang menjadi media
memahami pelajaran yang
pembelajaran juga merupakan
disampaikan. Seorang guru sebagai
upaya pembangunan karakter
pengirim pesan kepada siswa satu
murid.
kelas yang belum bisa membaca,
menulis dan berhitung akan DAFTAR PUSATAKA
mengalami banyak hambatan.
Sehingga, sangat mungkin ada A. Muri Yusuf, Metode Penelitian:
siswa yang belum bisa membaca, Kuantitatif, Kualitatif
menulis dan berhitung meski sudah dan Penelitian
duduk di bangku sekolah dasar. Gabungan. Jakarta:
Karena peserta komunikasi yang Prenadamedia Group.
terlibat dalam les privat hanya dua Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi,
orang, intensitas penyampaian Suatu Pengantar.
pesan bisa dilakukan oleh guru les Bandung: PT. Remaja
kepada murid. Pun sebaliknya, guru Rosdakarya, 2008.
les juga bisa mudah menangkap Deddy Mulyan, Komunikasi Efektif,
feedback (pesan berupa umpan Suatu Pendekatan Lintas
balik) dari murid. Sehingga, Budaya. Bandung: PT.
pelajaran membaca, menulis dan Remaja Rosdakarya,
berhitung bisa dipahami oleh siswa 2005.
dengan mudah. Sugiyono, Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif
Materi yang disampaikan dalam
dan R&D. Bandung:
les membaca, menulis dan
CV. Alfabeta.
berhitung seharusnya ‘membumi’.
Wina Sanjaya, Media Komunikasi
Dalam artian, materi atau pelajaran
Pembelajaran. Jakarta:
yang disampaikan harus memiliki
Kencana, Prenadamedia
keterkaitan yang erat dengan
Group, 2012.
kehidupan yang ada di lingkungan
sekitar murid. Sehingga,
keterpaduan field experience antara
PHONOLOGICAL ANALYSIS OF ALVEOLAR STOPS AND PALATAL FRICATIVES
SOUNDS

Hendra Sudarso
STKIP PGRI Bangkalan
apriliandra_27@yahoo.com

By studying English, it means which spoken in the observation and


that we must understand the speech sounds, interview.
like the sounds of English. A sound is a one Further, from the most
of language aspect that we produce when we occurrence of category, which fricative
speak, listen at the time the others people consonants category. The writer thinks that
speak to extend the intention and purpose. the category can be considered as an insight
There is one important thing that we must to be the most difficult part to study in
make notable progress in pronunciation pronouncing. Thus, we need correct
skill. Although all the fourth semester pronunciation, because pronunciation affects
students in the English Department of very much on the understanding of the
STKIP PGRI Bangkalan have dedicated meanings of the words. If the sounds of
many years to study of English, they keep words is differing it may lead the listener to
having problem in phonetic, especially some other meanings, and if this happens, it
fricative English consonant pronunciation. is very much obvious that it is not a proper
Therefore, the goal of this study communication.
is to answer the problems relating to the
fourth semester students in the English Key Words: Phonetic, Consonant, and
Department of STKIP PGRI Bangkalan Fricative.
students production of English consonant
pronunciation or include seeking to identify INTRODUCTION
which English consonants are the most
By studying English, it means that we
problematic among the fourth semester
must understand the speech sounds, like the
students in the English Department of
sounds of English. A sound is a one of
STKIP PGRI Bangkalan and the affect that
language aspect that we produce when we
caused by the fourth semester English
speak, listen at the time the others people
Department of STKIP PGRI Bangkalan
speak to extend the intention and purpose.
students in their speaking English. This
To be able to understand the intention and
study was done in STKIP PGRI Bangkalan,
meaning which are extended, we must
precisely fourth semester English
understand the sounds which are expression
Department. This study uses a descriptive
and meaning delivery device.
qualitative design which only describes what
In order that, we can speak English,
is and what exists in the reality. During the
we must study about system of sounds,
research, the writer found mispronouncing
that’s called phones or speech sounds. To
in their speaking, from observation and the
understand it well, the writer will discuss
respondents’ interview, which the number of
about English phonetic and phonology
errors that made by the fourth semester
system that both of them are interrelated
students in the English Department of
close. Phonology is the branch of linguistics,
STKIP PGRI Bangkalan were voiceless
which investigates the ways in which sounds
dental or interdental fricative //; three, are used systematically in different
think, thing, and voiceless post alveolar languages of form words and utterance
fricative /ʃ/; she, especially. Those are (Katamba, 2003)
problematic English fricative consonants
Nowadays, speaking English is the existence of language of social
common thing in the society. Although there communication among the member of any
have been many people can speak English, societies.
most of them still have difficulty when they In learning a language people are
are communicating with people from foreign considered on mastering the grammar and
country let alone with native speaker. The meaning to carry it on their life which is
difficulty of people can be found when their carried on speaking ways, so that English
communication is sudden break down or it may not only be acceptable and understood
happens a misunderstanding among of by English man but also the foreigner who
speakers. In this case, it can occur because learn English. English as international
problematic pronunciation so that the language has studied by many nation in the
listener does not understand speaking of the world with many purposes. As a matter of
partner. fact the English language, it is so widely
In learning of English language, there used in many fields of study, for example,
is one important thing that we must make economics, mathematics, etc.
notable progress in pronunciation skill.
Although all the fourth semester students in LITERATURE REVIEW
the English Department of STKIP PGRI
Bangkalan have dedicated many years to Phonology and Phonetic (April
study of English, they keep having problem McMahon)
in phonetic, especially fricative English
There are two subdisciplines in
consonant pronunciation. Problematic
linguistics which deal with sound, namely
pronunciation not only interferes with
phonetics and phonology, and to fulfill the
communication, but it may also lead to
aim of this book, which is to provide an
inaccurate perceptions by native English
outline of the sounds of various English
speakers. In addition, pronunciation
accents and how those sounds combine and
difficulties may be especially confusing
pattern together, we will need aspects of
when students are unaware of the reason for
both. Phonetics provides objective ways of
a particular breakdown in communication
describing and analyzing the range of
(Derwing, 2003). Through this study, the
sounds humans use in their languages. More
writer wants to know in which part or
specifically, articulatory phonetics identifies
category phonetic the errors mostly occur
precisely which speech organs and muscles
among the fourth semester students in the
are involved in producing the different
English Department of STKIP PGRI
sounds of the world’s languages. Those
Bangkalan.
sounds are then transmitted from the speaker
Therefore, the goal of this study is to
to the hearer, and acoustic and auditory
answer the problems relating to the fourth
phonetics focus on the physics of speech as
semester students in the English Department
it travels through the air in the form of
of STKIP PGRI Bangkalan production of
sound waves, and the effect those waves
English consonant pronunciation or include
have on a hearer’s ears and brain. It follows
seeking to identify which English
that phonetics has strong associations with
consonants are the most problematic for the
anatomy, physiology, physics and
fourth semester students in the English
neurology. However, although knowing
Department of STKIP PGRI Bangkalan and
what sounds we can in principle make and
the affect that caused by the fourth semester
use is part of understanding what makes us
students in the English Department of
human, each person grows up learning and
STKIP PGRI Bangkalan in their speaking
speaking only a particular human language
English.
or languages, and each language only makes
Language is simple a device of
use of a subset of the full range of possible,
communicating about any subject. It is very
producible and distinguishable sounds.
important ways to establish and maintain
relationship with other people. It means that
Phonology is a branch of linguistics 1. Articulatory phonetics is the study of
which studies the sound systems of the way speech sounds are made
languages. Out of the very wide range of (‘articulated’) by the vocal organs
sounds the human vocal apparatus can 2. Acoustic phonetics studies the physical
produce, and which are studied by properties of speech sound, as
phonetics, only a relatively small number transmitted between mouth and ea or the
are used distinctively in any one language. branch of phonetics which studies the
The sounds are organized into a system of physical properties of speech sounds, as
contrasts, which are analyzed in terms of transmitted from mouth to ear, using
phonemes, distinctive features or other such instrumental techniques of investigation.
phonological units, according to the theory 3. Auditory phonetics studies the
used. The aim of phonology is to perceptual response to speech sounds, as
demonstrate the patterns of distinctive sound mediated by ear, auditory nerve and
found in a language, and to make as general brain or the branch of phonetics which
statements as possible about the nature of studies how the ears, auditory nerves,
sound systems in the languages of the world. and brain process speech.
Putting this another way, phonology is The term instrumental phonetics is
concerned with the range and function of used for the study of any of these aspects of
sounds in specific languages (and often the subject using physical apparatus, such as
therefore referred to as ‘functional devices for measuring airflow, or for
phonetics’), and with the rules which can be analyzing sound waves. Phonetic categories
written to show the types of phonetic are generally defined using terms which
relationships that relate and contrast words have their origins in other subjects, such as
and other linguistic units. In linguistic anatomy, physiology and acoustics.
theories, phonology is seen in one of two Consonant sounds, for example, are
main ways: (a) as a level of linguistic described with reference to anatomical place
organization, contrasted with the levels of of articulation (as in dental, palatal, etc.), or
phonetics, grammar and semantics in the to their physical structure (the frequency and
first instance, (b) as a component of a amplitude characteristics of the sound
generative grammar (the phonological waves). Because these methods of analysis
component), contrasted with various other are equally valid for all human speech
components (e.g. syntactic/semantic in early sounds, regardless of the language or
generative grammar; covert in the speaker, the subject is often referred to as
minimalist programme). Within phonology, general phonetics. (A Dictionary of
two branches of study are usually Linguistics and Phonology, David Crystal,
recognized: segmental and suprasegmental. 2008 : 363-365)
Segmental phonology analyses speech into
discrete segments, such as phonemes; In this case the writer will focus more
suprasegmental or non-segmental phonology to articulatory phonetics which studies
analyses those features which extend over organs of speech, and ways to produce
more than one segment, such as intonation language sounds generally. More specially,
contours. (read An Introduction to English articulatory phonetics indentifies precisely
Phonology, April MaMahon, 2002 : 1) which speech organs and muscles are
To comprehend phonology, we need involved in producing the different sounds
to study a phonetics. Phonetics is the science of the world languages.
which studies the characteristics of human Classification of English Consonants
sound making, especially those sounds used (Daniel Jones)
in speech, and provides methods for their
description, classification and transcription. English consonants may be classified
Three branches of the subject are generally by the manner of articulation as plosives,
recognized: fricatives, nasals, liquids, and semivowels
(Cowley 1990, O'Saughnessy 1987).
Plosives are known also as stop consonants. the obstacle (or one the obstacles), so
Liquids and semivowels are also defined in that the air escapes making an
some publications as approximants and explosive sound. Example p, d.
laterals. Further classification may be made b. Affricative, resembling a plosive but
by the place of articulation as labials (lips), with separation of the articulating
dentals (teeth), alveolars (gums), palatals organs performed less quickly, with the
(palate), velars (soft palate), glottal (glottis), result that a fricative sound is perceive
and labiodentals (lips and teeth). during the process of separation.
Example t ʃ.
Consonants may be classified: c. Nasal, formed by completely closing
the mouth at some point, the soft palate
a. According to the organs which remaining lowered so that the air is free
articulates, to pass out through the nose.
b. According to the manner in which the Example m.
organs articulate them. d. Lateral, formed by an obstacle placed
in the middle of the mouth, the air
If we classify them according to the being free to escape at one or both
organs which articulate them, we distinguish sides. Example l.
seven main classes: e. Rolled, formed by a rapid succession of
a. Labial or lip sounds, which may be taps of some elastic part of the speech
subdivided into bi-labial, namely mechanism. Example rolled r.
sounds articulated by the two lips. f. Flapped, formed like rolled consonant
Example p, m but consisting of single tap only.
Labio-dental namely sounds articulated Example flapped r.
by the lower lip against the upper teeth. g. Fricative, formed by narrowing of the
Example f. air passage at some point so that the air
b. Dental, namely sounds articulated by in escaping makes a kind of hissing
the tip of the tongue against the upper sound. Example f, z, fricative r.
teeth. Example ð. h. Semi-vowel, a gliding sound in which
c. Alveolar, namely sounds articulated by the speech organs start at or near a
the tip or blade of the tongue against close vowel and immediately move
the teeth-ridge. Example normal away to some other vowel (or
English t. occasionally to some other sound of
d. Palato-alveolar, namely sounds which equal or greater prominence, such as
have alveolar articulation together with syllabic l). Example w.
a simultaneous raising of the main body
of the tongue towards the roof of the
mouth. Example ʃ.
e. Palatal, namely sounds articulated by
the front the tongue against the hard
palate. Example j.
f. Velar, namely sounds articulated by the
back of the tongue against the soft
palate. Example k.
g. Glottal, namely sounds articulated in
the glottis. Example h.

If we classify consonant according to


the manner in which the organs articulate
them, we distinguish eight main classes:
a. Plosive, formed by completely closing
the air passage and suddenly removing
Place of articulation
Manner of
articulation labio- Post
bilabial dental alveolar palatal velar glottal
dental alveolar
plosive p b t d k g
m n ŋ
nasal
tʃ dʒ
affricatice
f v θ ð s z ʃ ʒ h
fricative
liquid
semi-vowel w lr j
(Appril McMahon, 2002, 53) voiceless voiced Table. 1

Note: in fool and laugh, the /θ/ in thigh and bath,


the /ʃ / in shock and nation, the /s/ in soup.
1. Voiced Consonant: A voiced consonant These following fricative consonants:
is a sound produced when the vocal
cords are vibrating. Place our hand on a. Labio-Dental ( f and v )
our throat over our vocal cords while For labio-dental sounds, the active
making a humming sound. We can feel articulator is again the bottom lip, but this
our vocal cords vibrate as we say time it moves up to the top front teeth. Note
“mmmmmmm.” that these sounds are labio-dental, while /w/
2. Voiceless Consonant: A voiceless and /ʍ/ are labial-velar, because in the first
consonant is a sound made with no case, articulation takes place only at a single
vibration of the vocal cords. Put our location, while in the second, there are two
hand over our vocal cords and make the separate, simultaneous articulations.
hissing sound “sssssssssssss.” We will /f/ fat voiceless labio-dental fricative
not feel any vibration this time. (Dale & /v/ vat voiced labio-dental fricative
Poms 2005: 116)

The Fricative and Affricative English


Consonants (J.D. O’Connor and April
McMahon)
1. The Fricatives
The Fricatives are consonants
produced by forcing air through a narrow
channel made by placing two articulators
close together. Or it occurs when the air
stream is audibly disrupted but not stopped Figure.2
completely. Voiced fricatives are the /v/ in
very and shove, the /ð/ in they and with, the b. Dental ( θ and ð )
/z/ in zoo and wise, and the /ʒ/ in measure θ In most English sounds, and most
and Zha Zha. Voiceless fricatives are the /f/ speech sounds in general, the active
articulator is part of the tongue; to avoid
confusion, places of articulation where the protrusion you can feel if you curl your
tongue is involved are therefore generally tongue back just behind your top front teeth.
called after the passive articulator. For the
two dental fricatives, it follows that the There will be a sound similar to /s/ in
passive articulator is the top front teeth; the language, make this sound, then keep the
active articulator is the tip of the tongue. mouth in that position and draw air inwards;
The tongue itself is conventionally divided make small changes in the position of the tip
into the tip (the very front); the blade (just and blade of the tongue until we can feel
behind the blade, and lying opposite the that the cold air is hitting the tongue at the
alveolar ridge); the front (just behind the very centre of the alveolar ridge, not further
blade, and lying opposite the hard palate); forward and not further back. /z/ is the weak
the back (behind the front, and lying sound, so when we are satisfied friction for
opposite the velum); and the root (right at /s/, push air through more slowly so that the
the base, lying opposite the wall of the friction is weaker. Alternate strong and
pharynx). weak friction.
[θ] thigh voiceless dental fricative
Once again, as for the other consonant,
[ð] they voiced dental fricative
the strong one, /s/, is longer and always
So that, here some notice in
voiceless, the weak one, /z/, is quite short
pronunciation of /θ/ and /ð/
and may be voiced, but again gentleness of
1. The soft palate is raised so that all the
/z/ is the thing to concentrate on.
breath is forced to go through the
mouth. /s/ sip voiceless alveolar fricative
2. The tip of the tongue is close to the /z/ zip voiced alveolar fricative
upper front teeth: is the narrowing
where the friction is made.
3. The noise made by the friction for /θ/
and /ð/ is not very great, much less than
for /s/ and /z/.
Some of the most common English
words which contain /θ/ and /ð/ are: thank,
thick, thin, think, thirsty, three, thousand,
month, this, that, their, than, mother, with,
whether, clothes, south, and so on.

Figure.4
d. Post alveolar ( ʃ and ʒ )
If you move your tongue tip back
behind the alveolar ridge, you will feel the
hard palate, which then, moving further
back again, becomes the soft palate, or
velum. Post alveolar sounds are produced
with the blade of the tongue as the active
articulator, and the adjoining parts of the
alveolar ridge and the hard palate as the
Figure.3 passive one. They include two fricatives,
and the affricates introduced in the last
c. Alveolar ( s and z )
section.
Alveolar sounds are produced by the
tip or blade of the tongue moving up /ʃ/ ship voiceless post alveolar
towards the alveolar ridge, the bony fricative
/ ʒ / beige voiced post alveolar 2. The Affricative
fricative
The notice for in pronunciation of ( ʃ
and ʒ ):
1. The soft palate is raised so that all the
breath is forced to go through the
mouth.
2. There is narrowing between the tip of
the tongue and the back of the alveolar
ridge.
3. The front of the tongue is higher than Figure.6
/s/ and /z/.
4. The lips are very slightly rounded. The soft palate being raised and the
nasal resonator shut off, the obstacle to the
air-stream is formed by a closure made
between the tip, blade, and rims of the
tongue and the upper alveolar ridge and side
teeth. At the same time, the front of the
tongue is raised towards the hard palate in
readiness for the fricative release. The
closure is release slowly, the air escaping in
a diffuse manner over the whole of the
central surface of the tongue with friction
occurring between the blade/front region of
the tongue and the alveolar/front palatal
Figure.5 section of the roof of the mouth. During
both stop and fricative stages, the vocal
e. Glottal (h) cords are wide apart for /tʃ/, but may be
Glottal sounds are in the minority in vibrating for all or part of /dʒ/ according to
articulatory terms, since they do not involve the situation in the utterance (Indriani, 2001
the tongue: instead, the articulators are the : 9).
vocal folds, which constitute a place of Some sounds are produced by a stop
articulation as well as having a crucial role closure followed immediately by a slow
in voicing. English has two glottal sounds. release of the closure characteristic of a
The first is allophonic, namely the glottal fricative. These sounds are called affricates.
stop, [ʔ], which appears as an intervocalic The sounds that begin and end the words
realization of /t/ in many accents, as in church and judge are voiceless and voiced
butter. affricates, respectively. Phonetically, an
The glottal stop is technically affricate is a sequence of a stop plus a
voiceless, though in fact it could hardly be fricative. Thus the ch in church is the same
anything else, since when the vocal folds are as the sound combination t + sh, as is
pressed together to completely obstruct the revealed by observing that in fast speech
airstream, as must be the case for a stop white shoes and why choose may be
sound, air cannot simultaneously be passing pronounced identically. Because the air is
through to cause vibration. The second, the stopped completely during the initial
voiceless glottal fricative [h], is a phoneme articulation of an affricate, theses sounds are
in its own right. continuants (read An Introduction to
/h/ high voiceless glottal fricative Language, Victoria F).
Affricative is a complete closure at
some point in the mouth, behind which the
air pressure builds up; the separation of the
organs is slow compared with that of a According to Creswell (1994 : 148)
plosive, so that friction is characteristic the data collection steps involve:
second element of the sound 1. Setting the boundaries for the study
(Indriani, 2001 : 9). a. Setting
Setting is location which will be
research. This study will be
The Problem in Pronunciation conducted on the campus of STKIP
PGRI Bangkalan for the fourth
These days, the English language is
semester in the English department.
being used as a secondary or second
The subject of this research is to find
language by many non-native speakers
out the students’ ability in English
around the world. Since English has gone on
pronunciation, while the object is to
to become the language of choice for
find out their differences in the
communication between the people of
pronunciation. There are about 120
different countries, it is a good decision to
students in population, but the writer
learn English as a second language. The
takes 15% from population to
primary benefit of English language is that it
sample. In determining sample, the
is easy to learn. It is made easier if we are
writer asks to the leader of class or
able to find proper resources to learn
lecturer teaching at that time to
English. When we are developing English
choose or give either male or female
and Communication Skills, pronunciation
voluntary students whom will be
plays a very important role. A wrong
interviewed.
pronunciation can communicate something
b. Actors
that we never intended to or may confuse
The informant in this study is the are
the listener or at times not provide the
the fourth students of English
message with clarity. The biggest reason for
department
this is that many words of the language are
c. Events
not pronounced the same way as they are
The focus of this study will be the
spelt. Hence, we may have to concentrate on
everyday experiences and events of
learning the correct pronunciation of words
in the class, the perceptions and
while learning English. (www.scribd.com)
meaning attached to those
METHOD experiences as expressed by the
informant. This includes the
In execution of research, there are two assimilation of surprising events or
approaches. They are quantitative and information, and making sense of
qualitative. In this case, the writer uses critical events and issues that arise.
qualitative approach. Tuckman expresses d. Processes
that execution of research can be done with e. Ethical consideration
qualitative approach if conception of data is 2. Collecting information through
conducted with observation and or interview observations, interviews, documents,
(Tuckman in Metodologi Penelitian Ilmu- and visual materials
ilmu Sosial & Pendidikan, Sunarto : 68).

Qualitative data collection types, option and advantages


Data collection
Option within types Advantages of the type
types
Observation  Complete participant the  The writer has firsthand
writer conceals role experience with informant
 Observer as participant role  The writer can record
of writer is known information as it occurs
 Participant as observer  Unusual aspects can be
observation role secondary noticed during observation
to participant role  Useful in exploring topics
 Complete observer the that may be uncomfortable
writer observers without for informants to discuss.
participating
interviews  face to face one on one, in  Useful when informants
person interview cannot be directly observed
documents  Public documents such as  Enables a writer to obtain
minutes of meetings, the language and words of
newspapers informants
 Private documents such as  Can be accessed at a time
journal or diary, letter convenient to writer
 As written evidence, it saves
a writer the time and
expense of transcribing.
audiovisual  Photographs  May be an unobtrusive
materials  Videotapes method of collecting data
 Art objects  Provides an opportunity for
 Computer software informant to share directly
 Film his or her “reality”
 Creative in that it captures
attention visually.
Table. 2

Before entering the field, the writer and making comparisons and contrasts. It
plans approach to data recording. The writer also requires that the writer be opened to
records information from interviews by possibilities and see contrary or alternative
using note taking or audiotapes (Creswell, explanations for the findings. Also the
1994 : 152). tendency is for beginning writer to collect
In this chance, the writer use video much more information than they can
recorder each interview and observation, manage or reduce to a meaningful analysis.
then transcribe them later. Also during the RESULT AND DISCUSSION
interview and observation, the writer use
notes in the event that the recording Based on the data of interview and
equipment fails. For the writer, planning in observation, the writer found several
advance for the needs of a transcriptionist is phonemes which were spoken by the fourth
important. semester students in the English Department
This study is about the analysis of the of STKIP PGRI Bangkalan, such as “three,
pronunciation of the /θ/ and /ʃ/ in conducting think, especially, she, something, anything,
the study. The writer used human researcher thing, English”.
instrument (the writer himself) with
From the listing data above, the
knowledge of the theories in English
students made some errors in pronouncing
pronunciation.
those words. e. g. three [ri:] that has
After collecting data the writer will
meaning tiga, was pronounced [tri], it may
analysis data. Creswell (1994 : 153) explain
have slightly meaning, that is pohon. and
that several components might comprise the
discussion about the plan for analyzing the also think [k] that has meaning
data. Data analysis requires that the writer berpikir/mengira, was pronounced [ting]
be comfortable with developing categories
that has meaning benda, and on the Simple. United States of America:
contrary. Pearson Education, Inc.
Eventually, a wrong pronunciation can Damanhuri, Adam, 2004, Unpublished
communicate something that we never Thesis,
intended to or may confuse the listener or at Fromkin, Victoria, Am I ntruduction to
times not provide the message with clarity. language
The biggest reason for this is that many Hastshorn, K. James, Pronunciation Matter-
words of the language are not pronounced Paper. Central Washington
the same way as they are spelt. Hence, we Universiy
may have to concentrate on learning the Indriani, M.I, 2001, English Pronunciation –
correct pronunciation of words while The English Speech Sound Theory &
learning English. Practic. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka
Based on the data analysis and content Jasen, Wouter, 2004, Laryngeal Contrast
of presented data, there are many mistakes and Phonetic Voicing – A
in either interview or observation, especially Laboratory Phonology Approach to
in pronouncing // and /ʃ/ that are stated by English, Hungarian, and Dutch.
J. D. O’Connor and April McMahon. Those Dublin: PrintPartners Ipskamp
mispronunciations which occur against the Enschede.
object can be caused lack of comprehending Jones, Daniel, 1956, The Pronunciation of
about articulation. The writer thinks that English. Cambridge: Cambridge
comprehending in pronunciation is not easy University Press
without exercising. Kreidler, Charles W, 2004, The
By being the problematic fricative Pronunciation of English - A Course
consonants among the fourth semester Book, 2nd edn. Blackwell Publishing
students in the English Department of Ltd.
STKIP PGRI Bangkalan, the accuracy in McMahon, April, 2002, An Introduction to
pronouncing is not an easy thing that it can English Phonology. Edinburgh:
cause wrong perception. So that Edinburgh University Press Ltd.
miscommunication can be happen. Muhammad, 2004, Belajar Bunyi Bahasa
And also, there is other problematic Inggris Tanpa Dosen. Yogyakarta:
fricative consonants which occurs among Liebe Book.
the fourth semester students in the English O’Conor, J.D, 1976, Better English
Department of STKIP PGRI Bangkalan, for Pronunciation, new edition.
example in pronouncing // so that it can be Cambridge: Cambridge University
further research. Press.
Sunarto, 2001, Metodologi Penelitian Ilmu-
ilmu dan Pendidikan – Pendekatan
REFERENCES Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya:
Creswell, John W, 1994, Research Design – UNESA University Press.
Qualitative & Quantitative Wahyui, Iwan, 2006, A Study of English
Approaches. California: Sage Noun Phrase in Newsweek
Publications, Inc. Magazine’s Article, Thesis. Stiba
Crystal, David, 2008, A Dictionary of Satya Widya Surabaya.
Linguistics and Phonetics, 6th edn. http://en.wikipedia.org/wiki/phonetics.
Blackwell Publishing Ltd. www.scribd.com, 2009, the importance of
Dale, Paulette, and Poms, Lillin, 2005, pronunciation
English Pronunciation – Made www.scribd.com, 2009, phonetic
www.wisegeek.com/what-is-aconsonant.htm
USAHA KESEHATAN SEKOLAH SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN KARAKTER
BERPERILAKU SEHAT

Muji Sulistyowati
Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Airlangga, Surabaya

Abstrak

Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 dinyatakan


bahwa Pendidikan Nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pendidikan karakter sejatinya tidak hanya meliputi pendidikan moral dan etika saja
tetapi juga meliputi nilai-nilai yang lain termasuk bagaimana mendidik anak didik
untuk peduli dan menghargai kesehatan diri dan lingkungannya. Usaha Kesehatan
Sekolah merupakan upaya pendidikan dan kesehatan yang dilaksanakan secara
terpadu dalam menanamkan, menumbuhkan dan mengembangkan serta
melaksanakan prinsip hidup bersih dan sehat, baik untuk siswa, guru dan masyarakat
lingkungan sekolah. Beberapa hasil penelitian menunjukkan belum optimalnya UKS
dalam melaksanakan pendidikan kesehatan. Padahal apabila upaya tersebut
dilaksanakan dengan optimal akan membentuk nilai karakter siswa yang kuat dan
sehat.
Kata kunci : Usaha Kesehatan Sekolah, Pendidikan Karakter, Perilaku Sehat

Pendidikan Karakter Suyanto (2009) mendefinisikan karakter


Karakter atau watak adalah sifat sebagai cara berpikir dan berperilaku yang
batin yang mempengaruhi segenap pikiran, menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup
perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dan bekerja sama, baik dalam lingkup
dimiliki manusia atau makhluk hidup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun
lainnya. Karakter dalam banyak acuan negara.
diartikan sebagai moral dan atau etika. Pendidikan karakter dewasa ini
Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai sangat diperlukan mengingat maraknya
pendidikan untuk membentuk dan atau kasus kriminal, kekerasan dan pergaulan
memperbaiki moral dan etika individu. bebas pada remaja. Pendidikan karakter
Menurut Thomas Lickona, pendidikan telah menjadi perhatian berbagai negara
karakter adalah suatu usaha yang disengaja dalam rangka mempersiapkan generasi yang
untuk membantu seseorang sehingga ia berkualitas, bukan hanya untuk kepentingan
dapat memahami, memperhatikan, dan individu warga negara, tetapi juga untuk
melakukan nilai-nilai etika yang inti. warga masyarakat secara keseluruhan.
Dalam pelaksanaannya pendidikan karakter mengembangkan manusia Indonesia
memerlukan metode khusus yang tepat agar seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
tujuan pendidikan dapat tercapai. Di antara bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
metode pembelajaran yang sesuai adalah dan berbudi pekerti luhur, memiliki
metode keteladanan, metode pembiasaan, pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan
dan metode pujian dan hukuman. jasmani dan rohani, kepribadian yang
Pendidikan karakter yang berkualitas mantap dan mandiri serta rasa tanggung
menurut Timothy Wibowo terdapat pada jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
adanya alat ukur yang benar sehingga Untuk mendapatkan sumber daya manusia
terdapat evaluasi terhadap pendidikan yang yang sehat fisik, mental dan sosial serta
telah dilakukan dan tahu apa yang harus mempunyai produktivitas yang optimal
diperbaiki. Selain itu, terdapatnya tiga diperlukan upaya pemeliharaan dan
komponen penting yaitu guru, keluarga dan peningkatan kesehatan secara terus menerus,
masyarakat dalam upaya merealisasikan dimulai sejak dalam kandungan, usia dini
pendidikan karakter yang berlangsung sampai dengan usia lanjut. Pembinaan dan
secara nyata, bukan hanya wacana saja tanpa pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah
aksi. Pendidikan karakter melalui sekolah, merupakan salah satu upaya pemeliharaan
tidak semata-mata pembelajaran dan peningkatan kesehatan yang ditujukan
pengetahuan semata, tetapi lebih dari itu, kepada anak didik, merupakan mata rantai
yaitu penanaman moral, nilai-nilai etika, yang penting dalam meningkatkan kualitas
estetika, serta budi pekerti yang luhur dalam fisik penduduk.
kegiatan anak didik sehari-hari di sekolah. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Kunci yang lain adalah mempraktekkan adalah upaya untuk membina dan
segala informasi yang telah diberikan dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat
dilakukan dengan disiplin oleh setiap yang dilakukan secara terpadu, melalui
elemen sekolah. kegiatan Trias UKS (Pusat Promosi
Komitmen merupakan langkah awal Kesehatan, 2007). Tujuan UKS adalah untuk
jika ingin memiliki karakter yang baik meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi
(Wibowo, 2013). Akan tetapi komitmen belajar peserta didik dengan meningkatkan
seperti apa yang dibutuhkan untuk perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat
mensukseskan pendidikan karakter? kesehatan peserta didik dan menciptakan
Komitmen awal yang harus terbentuk adalah lingkungan yang sehat, sehingga
disiplin terhadap pelaksanaan pendidikan memungkinkan pertumbuhan dan
karakter itu sendiri. Semua elemen sekolah perkembangan yang harmonis dan optimal
mulai dari anak didik sampai dengan dalam rangka pembentukan manusia
penjaga sekolah dan kepala sekolah wajib Indonesia seutuhnya (TP UKS Pusat, 2008).
mematuhi dan ikut melakukan apa yang UKS sebagai salah satu program
telah disusun dalam pendidikan karakter yang langsung berhubungan dengan peserta
sekolah tersebut. didik sudah dirilis sejak tahun 1976 dan
diperkuat tahun 1984 dengan terbitnya SKB
Usaha Kesehatan Sekolah 4 menteri yaitu Menteri Pendidikan dan
Dalam UU no 20 tahun 2003 tentang Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri
sistem pendidikan nasional dinyatakan Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri, yang
bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk diperbarui tahun 2003. Program UKS
mencerdaskan kehidupan bangsa dan dikenal dengan TRIAS UKS yaitu
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, UKS sebagai program sejatinya
dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. dilaksanakan oleh hampir setiap sekolah di
Pendidikan kesehatan dalam TRIAS Indonesia. UKS merupakan program wajib
UKS meliputi aspek meningkatkan yang harus dilaksanakan oleh setiap sekolah
pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk menurut PERMENDIKNAS nomor 39
berperilaku hidup sehat, serta menanamkan tahun 2008. Pelaksanaan UKS secara
kebiasaan dan pola hidup sehat. Pelayanan optimal merupakan bentuk upaya efisiensi
kesehatan meliputi kegiatan yang promosi kesehatan. Tidak hanya anak didik
komprehensif dalam promotif, preventif, yang akan mendapatkan hasil langsung dari
kuratif dan rehabilitatif kesehatan anak didik. pelaksanaan program UKS, tetapi keluarga
Sementara Pembinaan lingkungan dan masyarakat di lingkungan sekolah akan
kehidupan sekolah sehat dilaksanakan dapat merasakannya. Peran serta keluarga
dalam rangka menjadikan sekolah/perguruan dan lingkungan sekitar akan dapat
agama sebagai institusi pendidikan yang mempercepat capaian program UKS yaitu
dapat menjamin berlangsungnya proses perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
belajar mengajar serta mampu anak didik. Dalam setiap capaian Trias UKS
menumbuhkan kesadaran, kesanggupan dan yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan
keterampilan peserta didik untuk kesehatan dan pembinaan lingkungan
menjalankan prinsip hidup sehat. Kegiatan sekolah sehat, sejatinya mengandung nilai-
pembinaan lingkungan kehidupan sekolah nilai pendidikan karakter.
sehat mencakup kegiatan bina lingkungan Pendidikan kesehatan
fisik dan kegiatan bina lingkungan mental memungkinkan anak didik peserta UKS
sosial, sehingga tercipta suasana dan untuk meningkatkan pengetahuan tentang
hubungan kekeluargaan yang akrab dan erat kesehatan, sehingga dapat bersikap dan
antara sesama warga sekolah. bertindak konsisten dalam menjaga
Sasaran pembinaan dan kesehatan dengan menerapkan PHBS di
pengembangan UKS menurut TP UKS Pusat sekolah. Anak didik akan mendapatkan
(2008) meliputi: proses pembelajaran rasa ingin tahu yang
a. Sasaran primer, yaitu peserta didik tinggi, gemar membaca, serta disiplin untuk
b. Sasaran sekunder, yaitu guru, pamong meng-update informasi kesehatan. Salah
belajar/tutor, orang tua, pengelola satu bentuk kegiatan Pendidikan Kesehatan
pendidikan dan pengelola kesehatan, adalah penyuluhan dan demonstrasi tentang
serta Tim Pelaksana UKS pada setiap cara cuci tangan dan menggosok gigi yang
jenjang benar. Setelah mendapat materi di sekolah,
c. Sasaran tersier, yaitu lembaga anak didik diharapkan mencari informasi
pendidikan mulai dari tingkat pra sekolah lain terkait materi tersebut, sehingga dapat
sampai pada sekolah lanjutan tingkat membentuk sikap positif tentang cuci tangan
atas, termasuk satuan pendidikan luar dan gosok gigi serta dapat mempratekkan
sekolah dan perguruan agama serta dengan konsisten. Nilai-nilai inilah yang
pondok pesantren beserta lingkungannya, akan didapat jika Trias Pendidikan
yaitu masyarakat di sekitar sekolah. Kesehatan dilaksanakan dengan baik.
Materi lain dalam Pendidikan Kesehatan
adalah tentang kesehatan reproduksi, bahaya
UKS Sebagai Upaya dan Wadah merokok, penyalah gunaan narkoba, dan
Pendidikan Karakter sebagainya.
Dokter kecil atau Tiwisada melakukan pendidikan karakter dalam
merupakan bentuk keterlibatan anak didik berperilaku sehat.
dalam Trias Pelayanan Kesahatan. Peran
tersebut tidak dapat dilakukan oleh anak Hambatan dan Tantangan
didik hanya jika mereka disiplin, memiliki Menurut Depdiknas (2007), dari
rasa ingin tahu, toleransi, dan peduli sosial berbagai hasil penelitian maupun
dan lingkungan, serta bertanggung jawab. pengamatan yang dilakukan baik oleh
Tiwisada ikut bertanggung jawab memantau Departemen Pendidikan Nasional,
kesehatan teman-teman/ anak didik lain di Departemen Kesehatan, Departemen
sekolah. Tiwisada akan mengingatkan Agama, dan Departemen Dalam Negeri
temannya untuk selalu mencuci tangan bahwa pelaksanaan UKS, ditinjau dari
setelah berolah raga dan sebelum makan. sarana/prasarana, pengetahuan dan sikap
Pendidikan karakter dengan membentuk peserta didik di bidang kesehatan, warung
nilai tanggung jawab inilah yang akan sekolah, makanan sehari- hari/gizi,
didapatkan bila Trias Pelayanan Kesehatan kesehatan gigi, kesehatan pribadi dan
dilaksanakan dengan optimal. sebagainya secara umum memperlihatkan
Pembinaan lingkungan sekolah bahwa prinsip hidup sehat dan derajat
sehat, merupakan Trias yang lebih kesehatan peserta didik belum mencapai
komprehensif dalam upaya pendidikan tingkat yang diharapkan. Data
karakter anak didik. Trias ini tidak hanya Kemendikbud (2012) juga menyebutkan
melibatkan anak didik sebagai sasaran, bahwa pelaksanaan program UKS masih
tetapi juga keluarga dan masyarakat di dirasakan belum sesuai dengan yang
lingkungan sekolah. Dalam program diharapkan. Kegiatan pendidikan
larangan merokok di sekolah, tidak hanya kesehatan lebih bersifat pengajaran,
anak didik yang dilarang merokok, tetapi penambahan pengetahuan dan kurang
seluruh warga sekolah seharusnya juga menekankan pada segi praktis yang dapat
melaksanakan peraturan tersebut dengan diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari.
disiplin dan konsisten. Seluruh guru, bahkan Disamping itu koordinasi dalam
penjaga sekolah wajib memberikan contoh pelaksanaan program belum terjalin
perilaku yang sehat kepada anak didik. dengan baik pada setiap jenjang Tim
Disamping itu sekolah juga berkewajiban Pembina UKS. Berbagai penelitian lain
untuk menyediakan lingkungan yang sehat juga menunjukkan belum optimalnya
bagi anak didik. Lingkungan sehat bukan pelaksanaan UKS terkait pencapaian
berarti gedung yang mewah ataupun fasilitas indikator Trias UKS (Permatasari, 2010;
yang lengkap. Cukup menjaga kebersihan Limbu, 2010; Maghfiroh, 2011). Effendi
sekolah dengan mengikut sertakan seluruh (2010), Mukminin (2012); Mursyal
elemen sekolah, akan dapat mencapai (2013); dan Sulistyowati & Megatsari
derajat kesehatan sekolah yang optimal. (2014) menunjukkan belum optimalnya
Berdasarkan uraian diatas terlihat koordinasi, perencanaan, pelaksanaan dan
bahwa upaya UKS memiliki potensi sebagai evaluasi antar sektor terkait. Sulistyowati
wadah untuk melakukan pendidikan & Megatsari (2014) juga menyampaikan
karakter pada anak didik. Tidak hanya bahwa responden dari sekolah masih
pendidikan karakter terkait nilai-nilai etika melihat peran puskesmas (kementrian
tetapi lebih spesifik diharapkan dapat kesehatan) yang seharusnya paling besar
dalam pelaksanaan UKS di sekolah.
Berbagai hambatan diatas Sekolah (UKS) di MTsN 1 Kota
seharusnya menjadi tantangan kementrian Blitar dan MTsN Kepanjenkidul
terkait, khususnya kementrian pendidikan Kota Blitar, Skripsi, FKM-UNAIR.
nasional untuk lebih meningkatkan peran Mukminin, Amirul, 2012, Analisis
UKS. BAnyak hal yang dapat dilakukan Pengelolaan Program Usaha
antara lain dengan mengevaluasi dan Kesehatan Sekolah pada Sekolah
menata kembali kementrian terkait Dasar di Kota Semarang tahun 2011,
pelaksanaan UKS (SKB 4 menteri), Tesis, Universitas Diponegoro,
mengevaluasi indikator yang digunakan Semarang.
untuk penilaian UKS, serta sosialisasi dan Kemendikbud, 2012, Pedoman Pembinaan
pelatihan berkelanjutan bagi elemen- dan Pengembangan Usaha Kesehatan
elemen UKS khususnya Tim Pembina dan Sekolah, Jakarta.
Tim Pelaksana UKS. Hal ini diharapkan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,
dapat mengoptimalkan pelaksanaan UKS, 2012, Pedoman Pelaksanaan UKS di
sehingga muatan pendidikan karakter Sekolah. Jakarta: Kemdikbud.
dalam pelaksanaan UKS dapat Limbu, Ribka, 2010, Analisis Pelaksanaan
dilaksanakan dengan mudah. Tiga Program Pokok Usaha
Kesehatan Sekolah (TRIAS UKS)
Tingkat Sekolah Dasar Kecamatan
Daftar Pustaka Blimbing Kota Malang, Tesis,
Program Magister IKM, FKM-
Timothy Wibowo, 2013, Mewujudkan UNAIR.
Pendidikan Karakter yang Maghfiroh, Apriliana L., 2011, Kajian
Berkualitas, diakses dari Faktor Penentu Pelaksanaan Tiga
http://www.pendidikankarakter.com, Program Pokok Usaha Kesehatan
pada tanggal 11 Pebruari 2015 Sekolah (TRIAS UKS) di SDN
Pusat Promosi Kesehatan, 2007. Paduan Banyuanyar 1 Dan SDN Rongtengah
Promosi Kesehatan di Sekolah. 2 Kecamatan Sampang Kabupaten
Jakarta: Departemen Kesehatan RI Sampang, Skripsi, FKM-UNAIR.
Sulistyowati, M., dan Megatsari, H., 2014,
Peran Tim Pembina Usaha
Kesehatan Sekolah dalam “Character cannot be develop in
Meningkatkan Pelaksanaan TRIAS ease and quite. Only through
UKS Sekolah Dasar di Kota experience of trial and suffering
Surabaya, Inpublished. can the soul be strengthened, vision
Mursyal, 2013, Pengelolaan Usaha cleared, ambition inspired, and
Kesehatan Sekolah Untuk success achieved”.
Menunjang Kegiatan Belajar Siswa Helen Keller (manusia buta-tuli
di Sekolah Dasar Propinsi Riau : pertama yang lulus cum laude dari
Studi Deskriptif Analitik di Sekolah Radcliffe College di tahun 1904)
Dasar Negri Kotamadya Pekanbaru,
Tesis, Universitas Pendidikan “intelligence plus character that is
Indonesia, Jakarta. the goal of true education”
Permatasari, Dina, 2010, Analisis (kecerdasan yang berkarakter
Pelaksanaan Usaha Kesehatan
adalah tujuan akhir pendidikan Dr. Martin Luther King
yang sebenarnya).
TEAM TEACHING AS A TEACHING MODEL
FOR SPEAKING CLASS IN BANGKALAN

Mustain
STKIP PGRI Bangkalan
e-mail: muz_tain@yahoo.co.id

Abstract:

Team teaching or Collaborative teaching as a teaching model describes on teaching and learning
activity in the classroom conducted by two or more teacher. In this research used qualitative
research methodology and focused on A case Study. The setting of the research is STKIP PGRI
Bangkalan and the subjects are two lecturers and students of the sixth semester of English
Department. The instruments of the research are observation checklist and interview sheet. In
collecting those data, the researcher observed the implementation of Team Teaching in teaching
speaking using observation checklist. After collecting data of observation checklist, the
researcher interviewed the students using unstructured interview sheet. The data were analyzed
using data reduction, data display, and conclusion or verification. The research found that team
teaching strategy as a teaching model in teaching speaking class was implementated well in the
class, but it still had some problems. In the students’ aspects responded that they were satistifed
and interested. This research suggested that the reader could use this model in teaching speaking
as teaching model in the class and the next researcher could investigate it any more in another
time.
Keywords: team teaching model and speaking class

INTRODUCTION independency drills the students are familiar


Indonesian education sytem requires with using their competency. Therefore, the
a student learning center conducted by the teacher is expected to teach maximally
teacher in the classroom, because it creates without emphasizing the students to be
good athsmosphere and independent student. similar with him or her, especially in
Richard and Schmidt (2006:521) define that teaching speaking in the classroom.
student centered is methods of teaching Speaking is a productive skill. The
which (a) emphasize the active role of students should produce their language to
students in learning (b) try to give learners someone to communicate and to give ideas,
more control over what and how they learn opinion, and messages. Renandya and Denes
and (c) encourage learners to take more (2002) define that speaking is one of central
responsibility for their own learning. This elements of communication in English as
may be contrasted with more traditional foreign language. In the speaking class, the
teacher-centred approaches, in which control teacher is sometimes dominant to teach. It
rests with the teacher. The independent causes the students participate passively.
students are going to quit of the dependency The students think that they are not involved
of people. The independency is necessity in in any learning activity. As a result,
learning process, such as doing the task and problems appears on their skills such as
completing learning material. The speaking skill. Their speaking problems in
terms of their himselves were not motivated, activity in the classroom conducted by two
passive participation and interaction, less or more teacher. A group of teachers
self-confidence and experience, difficult to together prepares lesson plan, conducts
speak correctly, and they were affraid if they learning process, and evaluate teaching and
do mistakes . In other speaking skill learning process on the same group of
problems were not fluent, comprehen, lack students. Goetz defines team teaching is a
of grammar and vocabulary mastery, and group of two or more teachers working
weak pronunciation. The mastery of together to plan, to conduct, and evaluate the
speaking skill is a target language for learning activities for the same group of
students to express their ideas, opinion, learners (http://people.ucalgary.ca-
feeling, and messages. egalbary/goetz.html. retrieved January 21st,
In this case, the lecturers of English 2015). Buckley also states that team
Department at STKIP PGRI Bangkalan teaching involve a group of instructors
frequently used to some effective strategies working purposefully, regularly, and
in teaching English skills, especially cooperatively to help a group of any age
speaking skill. One of some strategies learners. Teacher set goals for a course,
familiarly used in teaching speaking skill is design syllabus, prepare individual lesson
team teaching or collaborative teaching plans, teach students, and evaluate the
strategy. results. They share insights, argue with one
Collaborative teaching or team another and perhas even challenge students
teaching describes on teaching and learning to decide which approach is better (
activity in the classromm conducted by two http://education.stateuniversity.com/pages/2
or more teacher. The following discussions 493/team-teaching.htnl. retrieved in Januari
explain about collaborative teaching or team 21st, 2015). In this case, team teaching can
teaching that could become the best way out be categorized as collaborative teaching,
of the teacher and students during in the because a group of teacher in same subject
classroom. lesson collaborate to teach the same students
Therefore, the researcher consider in the classroom has some purposes to
that team teaching or collaborative teaching design learning activity and evaluate the
strategy is needed to investigate how far of process and the product of learning.
the strategy is implemented in teaching
speaking class conducted by the lecturer of Why Team Teaching is Needed?
English Department at STKIP PGRI There are several reasons why team teaching
Bangkalan and what the students’ responses needed to conduct teaching and learning
on the use of team teaching or collaborative process. those are:
teaching give contribution on the 1. Team teaching probably think about
improvement of speaking skill. change of learning or learning correction
Based on the statement above, the 2. Team teaching improve the quality of
researcher interests to conduct the research working together or collaboration
by entitling team teaching as a teaching 3. The schools in Indonesia have big
model in teaching speaking class at the sixth classes, so team teaching should be the
semester of STKIP PGRI Bangkalan. the best way out of the problem
reseacher thinks it is very important to 4. Problems appear could be finished
create new teaching style for teacher or comprehensively
educator for improving the students’ 5. Innovative and effective teaching should
behavior and ability, but it needs discussion be implemented in the classroom
deeply in further research and regulation of 6. The students mixed-ability
the government. heterogeneously need to pay attention
individually
Definition of Team Teaching Strenght and Weakness of Team
Collaborative teaching or team Teaching
teaching describe on teaching and learning
Team teaching that has purposes as  There is a group of teacher teach
sounding board for sharing the joys and the the same lesson in the different class.
dissappointments of a particular class The material and the way to explain
session. When team teaching involves have to be similar, in order that
interdisciplinary subjects, each members can mastery of students is not over
gain enlightment about lesson-known fields, variety. Therefore, it is needed a
and therefore grow intelectually (Robinson plan together in one team.
and Schaible in Team Facilitator, 2014). Of  There is some lesson that qualify the
course, team teaching has strenghts and practice or the lesson practice need
weaknesses as follows: guidance intensively, with the result
The strenghts of team teaching that the class is divided into small
1. Providing mutual trust among members groups, in which the students have to
of team be guided by a teacher.
2. Team teaching has programmed activity
for successfully learning process Models of Team Teaching
3. Team teaching can discuss learning 1. Full team teaching Maroney and
problem everytimes if necessary Schaible
4. Understanding and openness among Maroney and Schaible (in Team
members facilitator of Kopertis VII, 2014)
5. Evaluattion can be done every time identified there are six models of team
The weaknesses of team teaching teaching. Team teaching model Maroney
1. The differences of perception Frequently and Schaible is seldom done in
happen about something that has already Indonesia. This model is often practiced
been deal in international senior high school. this
2. Lack of appreciation each others uses bilingual method in teaching and
3. It is difficult to meet the time out of learning activity. Those following
teaching activity models are
4. Team teaching appears favoritsm among a. Traditional Team Teaching
students A teacher explain learning material,
another help to prepare presentation
Variety of Team Teaching material to the students.
1. Full team teaching b. Collaborative team teaching
Full team teaching is a learning model Team teacher makes lesson plan to
conducted by two or more teacher in the be explained to the students together.
same class and time. During learning A scenario of the model have to be
activity is being conducted, all the made to avoid the mistakes in front
member of the team are in the same of the students. Distribution of the
class and time. Every member of the task should be clear to who explains
team does the task based on something is the material and prepares questions,
agreed with. The member of the team and when it needs additional
can teach in substituion, or another information and divides the students
member help learners finish the tasks or into groups.
exercises is already designed by member c. Complementary/supportive team
of the team. teaching
2. Semi team teaching A teacher acts to explain lesson,
Semi Team teaching or team planning is others help the students who have
found as variety of team teaching . in difficulty to understand the material.
this type, member of team formulates This model has many advantages
learning plan together, but he or she especially if the lesson have to be
teaches individually. A plan is made in followed by visual display.
some reasons as follows: d. Parallel Instruction
Students are divided into group English Department. The subjects of the
appropriate with a number of team research were the lecturer of speaking and
teaching. Each teachers teach into implemented to the Sixth Semester Students
one group and guide every groups to of English Department at STKIP PGRI
finis their tasks until presentation Bangkalan. The reasons are the students was
session. often given the Team Teaching by the
e. Differentiated Split class/station lecturer in Speaking Class. The instruments
teaching of the research are observation checklist and
Team teacher divides students into interview recording. In collecting those data,
group based on the need. the researcher observed the implementation
f. Monitoring teacher of Team Teaching in teaching speaking
One teacher has responsibility to using observation checklist. After collecting
teach students, another teacher data of observation checklist, the researcher
monitor the students’ behavior and interviewed the students using unstructured
ability interview sheet. The data were analyzed
using data reduction, data display, and
conclusion or verification.
2. Full team teaching model Rumsey
This model emphasizes on the Research Finding and Discussion
implementation of team teaching in the The Implementation of Team Teaching In
class in the same time. Teaching Speaking Class
3. Team teaching in Indonesia Based on the data collection obtained
Team teaching In Indonesia is seldom from observation and interview. In teaching
implemented in the classroom, because speaking, the lecturer implemented well in
this model need more teacher in the teaching speaking class through team
classroom. teaching using the model of model Rumsey
Research Method (team teaching. 2014), but the students had
In this research used Qualitative research little problems. The students felt satisfaction
design focused on A Case Study. and interesting on the use of team teaching
Qualitative is research studies that strategy to improve the students speakingb
investigate the quality of relationships, skill. Almost of The students participate
activities, situations, or materials (Fraenkle actively by asking question to the lecturers
& Wallen, 2009: 422). While Case Study is and performing in the classroom. They felt
a case comprises just one individual, that the time of teaching was so fast. While
classroom, school, or program. Typical the students’ problems during teaching and
cases are a student who has trouble learning learning speaking class through team
to read, a social studies classroom, a private teaching strategy were from activities of
school, or a national curriculum(Fraenkle & teaching and learning speaking, the students
Wallen, 2009: 430). In this case, the confused on the lecturers’ substitutions
researcher is primarily interested in during the teaching exhange on the material
understanding a specific individual or distributed to the students. The students felt
situation. He described, in detail, the a different teaching style conducted by
particulars of the case in order to shed some another lecturer than the previous lecturer
light on what is going on. Thus, a researcher when giving the material. They thought that
might study a particular student in order to the lecturers were too dominant in teaching
find out why that student is having trouble speaking class, because the lecturers tend to
learning to speak. The setting of the research dominate in the classroom. Teaching
was STKIP PGRI Bangkalan conducted on speaking in the classroom should be
January, 2015. The reasons the location of communicative and interactive. Teachers
the research choosed, because Team have to be facilitator to create
Teaching used to teach speaking skill by the communicative atmosphere and interaction
lecturer in the Sixth Semester Students of
by giving stimulation and questions, in order REFERENCES
that the student participate actively. Buckley, 2015. Team teaching.
http://education.stateuniversity.com
/pages/2493/team-teaching.htnl.
retrieved in Januari 21st, 2015
Conclusion Fraenkle, R. Jack & Norman, E. Wallen,
Based on the concept in the previous 2009. How to Design and Evaluate
discussion, it could be concluded that the Research in Education.Seventh
lecturers implemented team teaching well as Edition. New York. Mc Graw Hill
a teaching model in teaching speaking class Publisher
could use team teaching models in teaching Goetz, 2015. Team Teaching.
speaking, but the students had little http://people.ucalgary.ca-
problems. egalbary/goetz.html. retrieved
In different cases, (1) schools in January 21st, 2015)
Indonesia have big classes that contain more Renandya J and Denes, M, 2002. Exploring
than 30 students each class, (2) teachers Measures and Perception of Fluency
accumulate in city, on the contrary teachers in The Speech of Second Language
decrease in suburban and others, (3) Learner. Budapest: Eotvos Lorand
Indonesian Education System , (4) others. University.
To anticipate the decreased Richard, C Jack & Schmidt, Richard, 2006.
competence of the students in speaking, the Longman Dictionary; Language
teachers could use some teaching teaching Teaching and Applied Linguistics.
models to improve the teaching and learning Third edition. Pearson Education
process and students’ ability. Here, the Tim Fasilitator Pelatihan Pekerti-AA, 2014.
teacher and partners work together to Modul Pelatihan Pengembangan
transfer the material and interact to the Keterampilan Dasar Teknik
students in speaking class. Instruksional (PEKERTI). Kopertis
Wilayah VII. Surabaya.
Perbedaan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah (Problem Solving) dengan NHT
(Numbered Heads Together) terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VIII di SMP
Islam Nurul Imam Klampis.

Drs. Zaeful Arief, M.Si


STKIP PGRI Bangkalan

Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan hasil belajar IPS siswa
dengan menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) dan model
pembelajaran NHT (Numbered Heads Together). Dalam Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif yaitu dengan menitik beratkan pada pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik
analisis statistik yaitu uji “t” (Uji Beda). Menggunakan data primer yaitu data yang dicari sendiri
oleh peneliti karena tidak ada yang menyediakan dan data sekunder yaitu data yang sudah
tersedia teknik pengumpulan datanya dengan cara observasi langsung, pada kelas VIII (A-B)
SMP Islam Nurul Imam Kecamatan Klampis, dokumentasi, wawancara dan pemberian tes
setelah penerapan model pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) di kelas VIII-A
sedangkan model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) di kelas VIII-B.
Temuan hasil penelitian yaitu nilai rata – rata hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada
kelas VIII-A yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah
(Problem solving) adalah 79,44 dan nilai rata – rata hasil belajar kelas VIII-B dengan
menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT)adalah 83,17 dengan nilaithitung
= -6,78 dan ttabel = 2,10 maka thitung lebih kecil dari ttabel (2,10 > 6,78) dengan demikian Ho ditolak
dan Ha diterima jadi kesimpulannya terdapat perbedaan model pembelajaran pemecahan
masalah (problem solving) dan model pembelajaran Number Head Together (NHT). Model
pembelajaran pemecehan masalah (problem solving) yaitu model pembelajaran menekankan
terselesainya suatu masalah secara bernalar sedangkan model pembelajaran NHT (Numbered
Heads Together) yaitu model pembelajaran menekankan pada diskusi kelompok kemudian
memberikan nomer pada masing – masing siswa serta pemberian pertanyaan sesuai dengan
nomer yang ditunjuk oleh guru.
Kata kunci : pemecahan masalah (problem solving), Number Head Together (NHT), hasil belajar
siswa

PENDAHULUAN pendidikan dasar sampai perguruan tinggi


dimana tiap jenjang pendidikan mempunyai
Pendidikan nasional pada hakekatnya peranan sendiri terhadap siswa yaitu
diarahkan pada pembangunan Indonesia mempersiapkan diri dan memberikan bekal
seutuhnya yang menyeluruh baik lahir untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi
maupun batin. Salah satu usaha untuk dan kemampuan yang berupa ilmu
menciptakan manusia yang berkualitas pengetahuan , sikap, dan keterampilan agar
adalah melalui pendidikan karena siap terjun didalam kehidupan masyarakat.
pendidikan dapat membantu penyelesaian
masalah pembangunan yang ada. Upaya Banyak siswa sekali Sekolah
yang dilakukan oleh pemerintah untuk Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah
meningkatkan pembangunan adalah Tsanawiyah (MTs) pada mata pelajaran
pelaksanaan pendidikan formal di sekolah. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) terpadu
Pendidikan formal yang dilaksanakan di memperoleh hasil belajar yang rendah dan
sekolah itu secara berjenjang dan kurang memiliki motivasi dalam belajar.
berkesinambungan dimulai dari jenjang Berdasarkan hasil pengamatan siswa kurang
aktif dalam kegiatan belajar mengajar, Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu para
berdasarkan hasil wawancara langsung siswa rendah yaitu faktor internal dan
dengan siswa sebagian besar siswa eksternal siswa. Faktor internal antara lain :
mengeluh jika pelajaran IPS sifatnya motivasi belajar, integensi, sikap siswa
menghafal dengan cara yang membosankan. terhadap guru, sikap siswa terhadap mata
pelajaran, sikap siswa terhadap model yang
Beberapa masalah yang terdapat diterapkan guru dalam melaksanakan
dalam proses pembelajaran Ilmu kegiatan pembelajaran. Sedangkan faktor
Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu proses eksternal adalah faktor yang ada diluar diri
pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu siswa atara lain : lingkungan keluarga,
Pengetahuan Sosial (IPS) kurang kondusif. lingkungan tempat tinggal, lingkungan
Hal tersebut antara lain disebabkan karena sekolah, sarana dan prasarana sekolah,
interaksi guru dengan siswa kurang, para kurikulum yang diterapkan disekolah,
siswa hanya mendengarkan sedangkan guru strategi dan model yang diterap yang
menerangkan dari awal pembelajaran hingga diterapkan guru dalam mengajar.
bel tanda pembelajaran selesai. Ini situasi
yang membosankan bagi para siswa proses SMP Islam Nurul Imam Klampis
pembelajaran hanya bersifat satu arah mempunyai input yang beraneka ragam
ditambah lagi dengan model pembelajaran tetapi pada dasarnya bahwa tujuan dari
yang kurang menarik, kadang – kadang guru belajar adalah merubah siswa dari yang
hanya duduk didepan kelas sambil tidak tahu menjadi tahu. Para guru di SMP
menerangkan tidak perduli apakah yang Islam Nurul Imam Klampis selalu berusaha
disampaikan diperhatikan oleh siswa untuk mendidik siswa agar dapat bermanfaat
ditambah lagi guru tidak menggunakan bagi masyarakat. Dari hasil pengamatan
media yang relevan. Dalam hal ini guru yang dilakukan melalui observasi kelas pada
hanya sekedar memenuhi kewajibannya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
sebagai seorang guru. Seharusnya guru (IPS) pada kelas VIII SMP Islam Nurul
menciptakan suasana kelas yang dapat Imam Klampis menunjukkan bahwa
membuat para siswa mendapat kesempatan pencapaian kompetensi mata pelajaran Ilmu
untuk saling berinteraksi aktif dengan Pengetahuan Sosial (IPS) belum optimal.
seluruh komponen kelas. Dapat disimpulkan bahwa adanya
permasalahan dengan keaktifan dan hasil
Dampak dari pembelajaran Ilmu belajar yang disebabkan oleh:
Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu yang 1. Pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan
kurang kondusif adalah motivasi para siswa Sosial (IPS) guru selalu menugaskan
dalam mengikuti pembelajaran Ilmu siswa untuk menghafal menyebabkan
Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu rendah. siswa merasa kesulitan dalam kegiatan
Banyak siswa yang sering melakukan hal – belajar.
hal yang bukan aktivitas belajar ketika 2. Berdasarkan hasil observasi yang
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dilakukan di SMP Islam Nurul Imam
seperti berbicara dengan teman satu minat belajar siswa masih rendah, siswa
bangkunya, mengerjakan tugas mata cenderung pasif dalam kegiatan belajar
pelajaran yang lain atau mengantuk dalam mengajar.
kelas selama proses pembelajaran 3. Kurangnya perhatian guru dalam
berlangsung. Dengan motivasi yang rendah meningkatkan kerja sama antar siswa
para siswa tidak bisa mengembangkan dalam proses pembelajaran terutama
potensi yang dimiliki dan hasil belajar siswa dalam melatih keterampilan proses dalam
dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan pembelajaran sehingga siswa masih
Sosial (IPS) Terpadu rendah. bersifat individual dalam belajar.
Banyak faktor yang menyebabkan
TUJUAN PENELITIAN
hasil belajar mata pelajaran Ilmu
Sesuai dengan rumusan masalah diatas 4. Persoalan yang disajikan hendaknya
maka tujuan penelitian ini yaitu: Untuk jelas dapat merangsang siswa untuk
mengetahui perbedaan model pembelajaran berpikir.
pemecahan masalah (problem solving) 5. Persoalan harus bersifat praktis dan
dengan NHT (Numbered Heads Together) sesuai dengan kemampuan siswa.
terhadap hasil belajar siswa pada mata b. Pelaksanaan
pelajaran IPS Terpadu kelas VIII di SMP 1. Guru menjelaskan secara umum
Islam Nurul Imam Klampis. tentang masalah yang dipecahkan.
2. Guru meminta kepada siswa untuk
TINJAUAN PUSTAKA mengajukan pertanyaan tentang tugas
yang akan dilaksanakan.
Pengertian Model Pembelajaran 3. Siswa dapat bekerja secara individual.
Menurut (Suprijono, 2009:45) “Model 4. Siswa dapat menemukan
adalah bentuk representasi akurat sebagai pemecahannya dan mungkin pula
proses aktual yang memungkinkan tidak.
seseorang atau sekelompok orang mencoba 5. Kalau pemecahannya tidak ditemukan
bertindak berdasarkan model itu”. Menurut siswa, hal tersebut didiskusikan.
(Triyanto, 2007:5) “Model pembelajaran 6. Pemecahan masalah dapat
adalah suatu perencanaanyang digunakan dilaksanakan dengan pikiran.
sebagai pedoman dalam merencanakan 7. Data diusahakan mengumpulkan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran sebanyak-banyaknya untuk analisis
dalam tutorial dan untuk menentukan sehingga dijadikan fakta.
perangkatperangkat pembelajaran termasuk 8. Membuat kesimpulan.
didalamnya buku-buku, film, komputer,
kurikulum, dan lain-lain”. Kelebihan Model Pemecahan Masalah
Pengertian Pemecahan Masalah (Problem (Problem Solving) Adalah :
Solving) a. Melatih siswa untuk menghadapi masalah
Menurut (Hamdani, 2011:84- yang timbul secara spontan.
86)“Model pembelajaran pemecahan b. Siswa menjadi aktif dan berinisiatif serta
masalah (problem solving) adalah suatu cara bertanggung jawab.
menyajikan pelajaran dengan mendorong c. Dapat membuat peserta didik menjadi
siswa untuk mencari dan memecahkan suatu lebih menghayati kehidupan sehari-hari
masalah atau persoalan dalam rangka d. Dapat melatih dan membiasakan para
pencapaian tujuan pengajaran”. Menurut peserta didik untuk menghadapi dan
(Hamalik, 2010 : 70) “problem solving memecahkan masalah secara terampil.
adalah suatu proses mental dan intelektual e. Dapat mengembangkan kemampuan
dalam menemukan masalah dan berpikir peserta didik secara kreatif.
memecahkan berdasarkan data dan f. Peserta didik sudah mulai dilatih untuk
informasi yang akurat, sehingga dapat memecahkan masalahnya.
diambil kesimpulan yang tepat dan cermat”. Kelemahan Model Pemecahan Masalah
Langkah-langkah pelaksanaan model (Problem Solving) Adalah :
pemecahan masalah (problem solving) a. Memerlukan waktu yang lama artinya
a. Persiapan memerlukan alokasi waktu yang lebih
1. Bahan-bahan yang akan dibahas panjang dibandingkan dengan metode
terlebih dahulu disiapkan oleh guru. pembelajaran yang lain.
2. Guru menyiapkan alat-alat yang b. Siswa yang pasif dan malas akan
dibutuhkan sebagai bahan pembantu tertinggal.
dalam memecahkan persoalan. c. Melibatkan lebih banyak orang.
3. Guru memberikan gambaran secara d. Tidak semua materi pelajaran
umum dan jelas tentang cara-cara mengandung masalah.
pelaksanaannya. e. Memerlukan perencanaan yang teratur
dan matang.
f. Tidak efektif jika terdapat beberapa siswa berhubungan dengan materi yang
yang pasif. disajikan.

Kelebihan Dari Model Pembelajaran


Pengertian Model Pembelajaran Number NHT Adalah:
Head Together (NHT) a. Setiap siswa menjadi siap semua.
Menurut (Hamdani, 2011:89) b. Melatih siswa untuk dapat bekerja sama
“Numbered Heads Together adalah model dan menghargai pendapat orang lain.
belajar dengan cara setiap siswa diberi c. Melatih siswa untuk bisa menjadi tutor
nomor dan dibuat suatu kelompok oleh guru, Sebaya.
kemudian secara acak guru memanggil d. Siswa dapat melakukan diskusi dengan
nomor dari siswa”.Menurut (Suprijono, sungguh-sungguh.
2009:92) “Pembelajaran dengan e. Memupuk rasa kebersamaan
menggunakan Model Numbered Heads f. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa
Together diawali dengan Numbering, yaitu yang kurang pandai.
memberi nomor kepada setiap siswa, guru Kelemahan dari Model Pembelajaran Ini
membagi kelas menjadi kelompok- Adalah:
kelompok kecil jumlah kelompok sebaiknya a. Kemungkinan nomor yang dipanggil,
mempertimbangkan jumlah konsep yang akan dipanggil lagi oleh guru.
dipelajari”. b. Guru harus bisa memfasilitasi siswa
c. Tidak semua anggota kelompok
Model pembelajaran Numbered Heads
dipanggil oleh guru.
Together adalah sebagai berikut :
a. Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap Pengertaian Hasil belajar
Menurut (Slameto, 2011:15) “Belajar
siswa dalam setiap kelompok mendapat
adalah proses usaha yang dilakukan
nomor dalam tahap ini guru membagi
seseorang untuk memperoleh perubahan
para siswa menjadi beberapa kelompok
tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
yang beranggotakan 3-5 orang siswa.
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
Kemudian guru memberi nomor kepada
interaksi dengan lingkungannya”. Menurut
setiap siswa dalam kelompok dan nama
(Suprijono, 2009: 17) “Hasil belajar adalah
kelompok yang berbeda.
pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian -
b. Guru memberikan tugas dan setiap
pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan
kelompok disuruh untuk
keterampilan setelah mengalami proses
mengerjakannya.
belajar”. Menurut (Anni, 2010:10) “Hasil
c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang
belajar merupakan perubahan perilaku yang
benar dan memastikan bahwa setiap
diperoleh pembelajar setelah mengalami
anggota kelompok dapat mengerjakannya
aktivitas belajar”.
dalam kerja kelompok setiap siswa
berpikir bersama untuk menggambarkan
dan meyakinkan bahwa tiap orang METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini diperlukan adanya
mengetahui jawaban dari pertanyaaan
metode yang sesuai agar tujuan yang telah
yang telah diberikan oleh guru.
ditentukan dapat tercapai. Penelitian ini
d. Guru memanggil salah satu nomor siswa
menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu
dari tiap-tiap kelompok dan siswa yang
dengan menitik beratkan pada pengujian
nomornya dipanggil melaporkan hasil
hipotesis. Dalam pendekatan kuantitatif
kerja sama mereka.
mengukur variabel yang sedang diteliti
e. Siswa lain diminta untuk memberi
dengan kesimpulan agar tujuan yang
tanggapan kemudian guru menunjuk
ditentukan dapat tercapai dengan benar.
nomor lain.
Lokasi dan Waktu Penelitian
f. Membuat kesimpulan.
Penelitian ini dilakukan di SMP Islam
Dalam tahap ini guru bersama siswa
Nurul Imam Kecamatan Klampis pada kelas
menyimpulkan jawaban pertanyaan yang
VIII semester II tahun ajaran 2013/2014.
Populasi dimana tes dilaksanakan dalam kegiatan
Menurut (Sugiyono, 2010:117) proses belajar – mengajar.
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang Dalam penelitian ini tes diberikan
terdiri atas Obyek / Subyek yang sesudah penerapan model pembelajaran
mempunyai kualitas dan karakteristik untuk melihat ketuntasan hasil belajar
tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dimana penerapannya adalah peserta didik
dipelajari kemudian ditarik kesimpulan”. dikelas VIIIA dalam proses pembelajaran
Populasi dalam penelitian ini keseluruhan guru menerapkan model pembelajaran
siswa kelas VIII di SMP Islam Nurul Imam pemecahan masalah (problem solving)
tahun 2013/2014 sebanyak 2 kelas dengan kemudian para peserta didik dites secara
jumlah siswa 36 yang terdiri dari kelas VIII tertulis dari materi yang sudah dipelajari
A terdiri dari 18 anak dan kelas VIII B sedangkan dikelas VIIIB guru menerapakan
terdiri dari 18 anak. Selanjutnya seluruh model pembelajaran NHT (Numbered
populasi dijadikan obyek maka tidak di Heads Together) dengan cara diskusi
perlukan pengambilan sampel. Dalam kelompok.
penelitian ini populasi sekaligus dijadikan Metode Analisis Data
sampel. Sehubungan dengan hipotesis diatas
Metode Pengumpulan Data peneliti menggunakan teknik analisis
Dalam sebuah penelitian jenis data Kuantitatif dimana teknik analisisnya
akan menentukan penerapan teknik analisis menggunakan teknik analisis statistik dalam
data yang akan digunakan sedangkan dalam penelitian ini bertujuan untuk mencari
penelitian ini jenis data yang digunakan perbedaan antara model pembelajaran
adalah data primer yaitu data yang pemecahan masalah (problem solving)
diuasahakan sendiri oleh peneliti dan dengan NHT (Numbered Heads Together)
diperoleh secara langsung dari obyek terhadap hasil belajar siswa kelas VIII di
penelitian. Dan data sekunder yaitu data SMP Islam Nurul Imam Klampis.
yang sudah tersedia dalam penelitian. Pengujian hipotesis komparatif berarti
Adapun teknik pengumpulan data menguji parameter populasi yang berbentuk
yang diperoleh dari : perbandingan melalui ukuran populasi yang
a. Observasi sekaligus dijadikan sampel yang juga
Mengadakan observasi atau pengamatan berbentuk perbandingan. Menurut
dimana penelitian ini menggunakan (Sugiyono, 2007 : 140 ) “untuk menentukan
observasi langsung yaitu peneliti sebagai rumus t-test maka perlu diuji dulu varians
pengamat observasi dilakukan untuk kedua sampel homogen atau tidak.”
mengumpulkan informasi tentang situasi pengujian homogenitas varians digunakan
atau peristiwa dalam kegiatan uji F dengan rumus :
pembelajaran IPS Terpadu dikelas F =
dengan mengamati sikap dan perilaku
Kriteria uji homogenitas Ho ditolak jika
siswa dalam mengikuti proses kegiatan
Fhitung lebih besar Ftabel dan Ha diterima jika
belajar mengajar pada setiap pertemuan.
Fhitung lebih kecil dari Ftabel . dan Fhitung
b. Dokumentasi
dibandingkan dengan Ftabel dengan taraf
c. Wawancara
kesalahan ditetapkan 5% atau 0,05 dan
Metode ini diguanakan untuk mengetahui
derajat kebebasan (dk) maka dk pembilang
hal – hal dari responden secara lebih
(n1 -1), dk penyebut (n1 -1). apabila n1 ≠ n2
mendalam dalam penelitian ini
varian homogen besarnya dk = n1 – n2 – 2,
wawancara digunakan untuk
jika n1 = n2 varians tidak homogen besarnya
mendapatkan informasi yang berkaitan
dk = n1 -1 atau dk = n2 -1.
dengan hal – hal yang diteliti
Menurut (Sugiyono: 2007, 138)
d. Tes
“Model yang digunakan dalam penelitian ini
Alat yang digunakan untuk mengukur
adalah statistik parametris yaitu t-tes untuk
kemampuan siswa dalam proses belajar
menguji hipotesis komparatif dua sampel solving ) ini siswa terlibat langsung dalam
yang tidak berkorelasi”. Dengan rumus : mempelajari dan memahami suatu materi
T hitung = 1– 2 secara bersama – sama di kelas. Pelaksanaan
model pembelajaran pemecahan masalah
– ( ) (problem solving) guru mempersiapkan
permasalahan yang harus dipecahkan oleh
Keterangan : masing – masing siswa secara individu
1 = Rata – rata X pertama ( konstanta dimana diharapkan masing – masing siswa
variable pertama ) mampu memberikan solusi yang tepat
2 = Rata – rata X kedua ( konstanta
terhadap permasalahan yang terjadi
variable kedua ) sehingga siswa terlatih berusaha sendiri
S1 = Standart deviasi pertama untuk mencari solusi terbaik terhadap
S2 = Standart deviasi kedua permasalahan yang terjadi tanpa harus
S12 = Varians pertama bergantung kepada orang lain.
S22 = Varians kedua  Tahap Penerapan Model Pemecahan
n = Banyaknya koreponden pertama Masalah di Kelas VIII A.
n = Banyaknya koreponden kedua a. Tahap pertama untuk mengetahui
Teknik Pengujian Hipotesis kemampuan awal siswa sebelum
Untuk menguji hipotesis peneliti pelaksanaan model pembelajaran ini guru
menggunakan uji t maka dapat dirumuskan memberikan salam.
sebagai berikut : b. Tahap kedua guru menjelaskan materi
Pasangan Ho dan Ha yang akan di uji adalah kepada siswa.
: c. Tahap ketiga guru memberikan soal
Ho : Tidak ada Perbedaan model kemudian dijawab bersama – sama
pembelajaran pemecahan masalah (problem dengan siswa.
solving) dengan NHT (Numbered Heads d. Tahap keempat guru menyimpulkan
Together) terhadap hasil belajar IPS materi yang telah dibahas.
Terpadu siswa kelas VIII di SMP Islam e. Tahap kelima untuk mengetahui tingkat
Nurul Imam Klampis. pemahaman siswa terhadap materi yang
Ha : Ada Perbedaan model pembelajaran telah dibahas dalam kegiatan
pemecahan masalah (problem solving) pembelajaran guru memberikan tes
dengan NHT (Numbered Heads Together) kemudian siswa disuruh untuk
terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa mempesentasikan hasil tes yang
kelas VIII di SMP Islam Nurul Imam diberikan ketika ada jawaban yang
Klampis. kurang tepat teman dan guru memberikan
H0 : µ1 = µ2 dan H : µ1 ≠ µ2 masukan.
Dengan taraf signifikan (∝) yang digunakan b. Praktik Model Pembelajaran NHT
dalam penelitian ini adalah 5% atau 0,05. (Numbered HeadsTogether)
Maka kesimpulannya : Dalam penerapan model pembelajaran
Hipotesis (Ha) di terima jika Thitung lebih NHT (Numbered Heads Together)
besar dari Ttabel merupakan pembelajaran yang
Hipotesis (Ho) ditolak jika Thitung lebih kecil mengutamakan adanya kerjasama antar
dari Ttabel siswa dalam kelompok untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke
PEMBAHASAN dalam kelompok-kelompok kecil dan
diarahkan untuk mempelajari materi
Praktik Pembelajaran pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan
dibentuknya kelompok adalah untuk
a. Praktik Pembelajaran Pemecahan memberikan kesempatan kepada siswa agar
Masalah (Problem Solving) dapat terlibat secara aktif dalam proses
Dalam penerapan model berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan
pembelajaran pemecahan masalah (problem
belajar. Dalam hal ini sebagian besar d. Tahap keempat diskusi masalah
aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, Dalam kerja kelompok setiap siswa
yakni mempelajari materi pelajaran serta berpikir bersama untuk menggambarkan
berdiskusi untuk memecahkan masalah. dan meyakinkan bahwa tiap orang
 Tahap Penerapan Model NHT mengetahui jawaban dari pertanyaan
(Numbered Heads Together) yang telah diberikan oleh guru.
a. Tahap pertama guru mempersiapkan Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang
rancangan pelajaran dengan membuat bersifat spesifik sampai yang bersifat
skenario pembelajaran dengan penerapan umum.
model pembelajaran kooperatif tipe NHT. e. Tahap kelima memanggil nomor anggota
b. Tahap kedua pembentukan kelompok atau pemberian jawaban
Dalam pembentukan kelompok Dalam tahap ini, guru menyebut satu
disesuaikan dengan model pembelajaran nomor dan para siswa dari tiap kelompok
kooperatif tipe NHT. Guru membagi para dengan nomor yang sama mengangkat
siswa menjadi beberapa kelompok yang tangan dan menyiapkan jawaban kepada
beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru siswa di kelas.
memberi nomor kepada setiap siswa f. Tahap keenam Memberi kesimpulan
dalam kelompok dan nama kelompok Guru bersama siswa menyimpulkan
yang berbeda. jawaban akhir dari semua pertanyaan
c. Tahap ketiga Tiap kelompok harus yang berhubungan dengan materi yang
memiliki buku paket atau buku panduan disajikan.
dalam pembentukan kelompok, agar
memudahkan siswa dalam menyelesaikan
masalah yang diberikan oleh guru.
Hasil Tes Model Pembelajaran Pemecahan Masalah (Problem Solving) Kelas VIII-A
Nilai Tes X1
No Nama Siswa
Tes 1 Tes 2 Tes 3 Rata - rata
1 AINUR ROFIK A 76 76 76 76
2 AINUR ROFIK B 88 80 90 86
3 BEDRUT TAMAM 76 78 80 78
4 HARIS ARIF 78 80 76 78
5 HOIRIYAH 80 80 80 80
6 LAILATUL KARIMAH 85 90 86 87
7 LUT MUNAWWAROH 80 80 80 80
8 MAHMUBAH 80 79 78 79
9 MOH HOSIN 78 76 80 78
10 MOH SIFA' 78 80 76 78
11 MUHAMMAD HASAN FAHRI 80 80 80 80
12 MUHAYYAROH 80 80 80 80
13 MUHIBBAH 80 80 80 80
14 MUSLIM 76 78 80 78
15 MUSLIMAH 79 78 80 79
16 RISWATUN HASANAH 75 75 75 75
17 SITI HABIBAH 78 80 76 78
18 SUKRON MAKMUN 80 80 80 80
Rata – rata 79,28 79,44 79,61 79,44
Standart deviasi 2,85
Varian 8,12
Sumber : Hasil penilaian guru yang telah diolah peneliti

Hasil Tes Model Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) Kelas VIII-B
Nilai Tes X2
No Nama Siswa Tes 1 Tes 2 Tes 3 Rata - rata
1 HELMI 80 80 80 80
2 HOTIBUL UMAM 80 80 80 80
3 INAYATUL FADILAH 80 82 84 82
4 LULU'ATUN MUBRIKOH 84 82 80 82
5 MAISAROH 80 80 80 80
6 MUHIBAH 82 84 80 82
7 MOH WE'IL 80 82 84 82
8 MUBAROQ 80 80 80 80
9 NUR HASANAH 88 89 90 89
10 HABIBAH 80 84 88 84
11 NURUL MUNAWAROH 88 80 84 84
12 RAUDATUL JANNAH 88 80 90 86
13 SHIFATUL ADEMIYEH 84 80 88 84
14 HOSIN 84 82 80 82
15 SOFIYULLAH 80 80 80 80
16 SULFI 90 90 90 90
17 SYAMSUL ARIFIN 90 90 90 90
18 MUSLIMAH 80 80 80 80
Rata – rata 83,22 82,50 83,78 83,17
Standart deviasi 4,64
Varian 21,52
Sumber : Hasil penilaian guru yang telah diolah peneliti

Perhitungan Nilai Tes Kelas VIII A-B


Nilai Tes
Nilai Tes
Model
Model X1 X2 X1 X2
No Pembelajaran
Pembelajaran ( xi - ) ( xi - ) ( xi - )2 ( xi - )2
pemecahan
NHT (X2)
masalah (X1)
1 76,00 80,00 3,44 3,17 11,83 10,05
2 86,00 80,00 -6,56 3,17 43,03 10,05
3 78,00 82,00 1,44 1,17 2,07 1,37
4 78,00 82,00 1,44 1,17 2,07 1,37
5 80,00 80,00 -0,56 3,17 0,31 10,05
6 87,00 82,00 -7,56 1,17 57,15 1,37
7 80,00 82,00 -0,56 1,17 0,31 1,37
8 79,00 80,00 0,44 3,17 0,19 10,05
9 78,00 89,00 1,44 -5,83 2,07 33,99
10 78,00 84,00 1,44 -0,83 2,07 0,69
11 80,00 84,00 -0,56 -0,83 0,31 0,69
12 80,00 86,00 -0,56 -2,83 0,31 8,01
13 80,00 84,00 -0,56 -0,83 0,31 0,69
14 78,00 82,00 1,44 1,17 2,07 1,37
15 79,00 80,00 0,44 3,17 0,19 10,05
16 75,00 90,00 4,44 -6,83 19,71 46,65
17 78,00 90,00 1,44 -6,83 2,07 46,65
18 80,00 80,00 -0,56 3,17 0,31 10,05
total 1.430,00 1.497,00 0 0 146,44 204,50
rata-rata 79,44 83,17 0 0 8,14 21,53
Sumber : Diolah oleh peneliti

Mx 1 Mx 2 SDX1 SDX2 T Hitung T Tabel 5%

8,14 21,53 2,85 4,24 6,78 2,10

Hasil analisis data menunjukkan nilai rata – dengan demikian Ho ditolak dan Ha
rata hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial diterima.
(IPS) pada kelas VIII-A yang diajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran Saran
pemecahan masalah (problem solving)
adalah 79,44 dan nilai rata – rata hasil Berdasarkan kesimpulan diatas saran
belajar kelas VIII-B dengan menggunakan dalam penelitian tersebut adalah sebagai
model pembelajaran NHT (Numbered berikut :
Heads Together) adalah 83,17 dengan nilai 1. Guru diharapkan mempunyai
thitung = 6,78 dan ttabel = 2,10 maka thitung lebih pengetahuan dan kemampuan yang cukup
kecil dari ttabel (2,10 > 6,78) dengan untuk memilih model pembelajaran yang
demikian Ho ditolak dan Ha diterima. tepat sesuai dengan materi yang diajarkan
sehingga dapat meningkatkan hasil
Kesimpulan pembelajaran siswa dalam kegiatan
Berdasarkan hasil penelitian yang belajar. Diantara model pembelajaran
dilakukan di SMP Islam Nurul Imam yang seharusnya dikuasai guru adalah
Kecamatan Klampis dengan judul penelitian model pembelajaran pemecahan masalah
perbedaan model pembelajaran pemecahan (problem solving) dan model
masalah (problem solving) dengan NHT pembelajaran NHT (Numbered Heads
(Numbered Heads Together) terhadap hasil Together) sebab model tersebut tidak
belajar siswa pada mata pelajaran IPS hanya meningkatkan hasil belajar siswa
Terpadu kelas VIII di SMP Islam Nurul tapi juga dapat membentuk kompotensi
Imam Klampis dapat disimpulkan bahwa sosial siswa seperti saling mengharagai
terdapat perbedaan siswa yang diajarkan dan tanggung jawab terhadap tugas yang
dengan model pembelajaran pemecahan diberikan oleh guru. Pembelajaran yang
masalah (problem solving) dan model menerapkan model pembelajaran
pembelajaran NHT (Numbered Heads pemecahan masalah (problem solving)
Together) dalam pelajaran IPS di SMP dan model pembelajaran NHT
Islam Nurul Imam Kecamatan Klampis (Numbered Heads Together) merupakan
dengan nilai thitung = 6,78 dan ttabel = 2,10 usaha yang dilakukan oleh guru untuk
maka thitung lebih kecil dari ttabel (2,10 > 6,78) menarik perhatian siswa sehingga pada
akhirnya dapat menciptakan keaktifan
dan motivasi siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar lebih
belajar. menyenangkan serta menambah
2. Bagi sekolah diharapkan mengupayakan semangat siswa untuk menjadi yang lebih
pengembangan pengajaran belajar aktif baik.
dengan menitikberatkan pada 3. Dalam penelitian ini masih memiliki
pemberdayaan peserta didik agar banyak kelemahan, oleh karena itu
kreativitas peserta didik semakin disarankan untuk peneliti selanjutnya
berkembang, serta penyediaan sarana dan dapat lebih baik.
prasarana yang lebih memadai sehingga
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Dengan Diskusi Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Negeri 1 Arosbaya.
Ruski. M.Pd
STKIP PGRI Bangkalan, Email : Nasyifa_Arrizki@yahoo.com

Abstrak:
Pembelajaran menggunakan model Kooperatif tipe STAD pada Pelajaran Ekonomi
diharapkan mampu menghasilkan kemampuan siswa secara signifikan. Jenis penelitian ini adalah
penelitian eksperimen dengan menggunakan desain penelitian Nonequivalent Control Group
Design. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X ips di SMA Negeri 1 Arosbaya dengan
jumlah siswa secara keseluruhan sebanyak 140 siswa. Sampel penelitian diambil dengan teknik
purposive random sampling. Jumlah sampel sebanyak 69 siswa yang terbagi dalam kelas control
dan kelas experimen. Teknik pengumpulan data menggunakan tes yaitu pre tes dan pos tes.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah diduga terdapat perbedaan hasil belajar
siswa yang model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan diskusi pada mata pelajaran
ekonomi. Hasil belajar yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji Z. Berdasarkan hasil
analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa secara
siginifikan antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD (kelas eksperimen) dengan diskusi
(kelas kontrol) pada mata pelajaran ekonomi. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil perhitungan
uji Z lebih besar dari pada 0,05 (4,679 > 0,05) sehingga hipotesis diterima dan perolehan rata -
rata kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol (82,29>74,03). Dengan demikian
penerapan metode pembelajaran STAD memberikan pengaruh yang baik terhadap hasil belajar
siswa. Akhirnya, untuk dapat meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa, disarankan kepada guru
untuk mempertimbangkan metode kooperatif tipe STAD sebagai salah satu alternatif dalam
proses pembelajaran ekonomi.

Kata kunci: Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement
Division (STAD), Diskusi.

PENDAHULUAN menantang berarti ada pengetahuan atau


Peningkatan kualitas pendidikan ini keterampilan yang harus dikuasai untuk
harus dilakukan secara terus menerus dan mencapai kompetensi.
berkesinambungan. Salah satu masalah pokok dalam
(http://whuland.blogspot.com/2010/10/- pembelajaran di sekolah dewasa ini adalah
kuliah.html) “Faktor yang menentukan masih rendahnya daya serap peserta didik
kualitas pendidikan antara lain kualitas terhadap pelajaran. Trianto (2007:1)
pembelajaran dan karakter peserta didik menjelaskan bahwa “hal ini nampak
yang meliputi bakat, minat, dan meratanya hasil belajar peserta didik yang
kemampuan. Kualitas pembelajaran dilihat senantiasa masih sangat memprihatinkan. Ini
pada interaksi peserta didik dengan sumber merupakan hasil dari kondisi pembelajaran
belajar, termasuk pendidik”. Interaksi yang yang masih bersifat konvensional dan tidak
berkualitas adalah yang menyenangkan dan menyentuh ranah dimensi peserta didik,
menantang. Menyenangkan berarti peserta yaitu bagaimana arti belajar yang
didik belajar dengan rasa senang, sedangkan sebenarnya”.
Menurut Trianto (2007:2) “Dalam Maka proses pembelajaran di SMA Negeri
arti yang lebih substansial bahwa proses 1 Arosbaya membutuhkan model
pembelajaran hingga dewasa ini masih pembelajaran kooperatif STAD ini bisa
memberikan dominasi guru dan tidak menjadikan siswa lebih aktif dalam
memberikan akses bagi anak didik untuk pembelajaran sehingga bisa mencapai hasil
berkembang secara mandiri melalui belajar maksimal, maka alasan penulis
penemuan dan proses berpikirnya”. tertarik untuk melakukan penelitian
Sehingga aktivitas belajar siswa di dalam pengaruh model pembelajaran tipe STAD
kelas menjadi berkurang. Seperti yang kita dalam memperbaiki hasil belajar siswa
ketahui bahwa aktivitas belajar adalah suatu dalam mata pelajaran ekonomi. Rumusan
kegiatan yang dilakukan siswa untuk masalah yang diajukan dalam penelitian ini
memperoleh suatu perubahan seperti adalah “Apakah Terdapat Perbedaan Hasil
perubahan tingkah laku dan keterampilan Belajar Siswa Antara Model Pembelajaran
dalam usaha mengembangkan dirinya untuk Kooperatif Tipe STAD Dengan Diskusi
lebih maju sehingga memperoleh manfaat Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA
dari kegiatan yang dilakukan. Untuk Negeri 1 Arosbaya?” dengan tujuannya
mengembangkan diri siswa baik secara fisik yaitu untuk mengetahui adanya “Perbedaan
dan mentalnya, siswa tentunya harus aktif Hasil Belajar Siswa Antara Model
dalam proses belajar dan mengajar di kelas. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Dengan kata lain siswa tidak hanya Dengan Metode Diskusi Pada Mata
menunggu penjelasan materi pelajaran dari Pelajaran Ekonomi Di SMA Negeri 1
guru, namun siswa yang harus aktif dalam Arosbaya”.
memahami materi pelajaran agar mampu
meningkatkan hasil belajar siswa. LANDASAN TEORI
SMA Negeri 1 Arosbaya merupakan A. Pengertian Model Pembelajaran
salah satu sekolah menengah atas di Kooperatif
Kabupaten Bangkalan. Sekolah ini Agus Suprijono (2011: 54)
mengajarkan dua bidang ilmu, yaitu Ilmu “Pembelajaran kooperatif adalah konsep
Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan yang lebih luas meliputi semua jenis kerja
Sosial. Salah satu kompetensi dari Ilmu kelompok termasuk bentuk-bentuk lebih
Sosial yang diberikan di Sekolah Menengah dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh
Atas adalah Ekonomi, yang diberikan di guru”. Berbeda dengan pendapat belajar
kelas X, XI dan XII Ilmu Sosial. Ekonomi (Etin Solihatin dan Raharjo, 2009: 5) model
merupakan mata pelajaran inti sehingga pembelajaran Kooperatif merupakan “suatu
siswa dituntut memiliki hasil belajar yang model pembelajaran membantu siswa dalam
tinggi agar mampu bersaing dan dapat mengembangkan pemahaman dan sikapnya
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang sesuai dengan kehidupan nyata di
lebih tinggi. masyarakat, sehingga dengan bekerja secara
Dalam kegiatan pembelajaran selama bersama-sama diantara sesama anggota
ini kondisi pembelajaran mata pelajaran kelompok akan meningkatkan motivasi
ekonomi di SMA Negeri 1 Arosbaya produktivitas dan perolehan belajar”.
cenderung masih bersifat text book, guru Pembelajaran juga lebih baik
memberi penjelasan dan siswa mencatat digunakan dalam model ini, siswa diajak
disertai tanya jawab seperlunya kemudian untuk lebih aktif lagi dalam kegiatan
dilanjutkan dengan latihan soal atau tugas. pembelajaran serta dapat saling membantu
Penggunaan metode ceramah dan diskusi antar teman. Persainganpun menjadi tidak
dalam pembelajaran masih sangat dominan. begitu terasa dengan kegiatan pembelajaran
Berdasarkan masalah diatas kurang yang memerlukan satu sama lain siswa.
aktifnya siswa dalam proses diskusi yang Siswa terlibat aktif pada proses
dilakukan oleh guru mata pelajaran ekonomi pembelajaran sehingga memberikan dampak
di SMA Negeri 1 Arosbaya sehingga hasil positif terhadap kualitas interaksi dan
belajar siswa yang dicapai tidak maksimal. komunikasi, serta dapat memotivasi siswa
untuk meningkatkan hasil belajarnya. Oleh sederhana, dan merupakan model yang
sebab itu, model pembelajaran kooperatif paling baik untuk pemulaan bagi para guru
sangat baik untuk dilaksanakan karena untuk yang baru menggunakan pendekatan
mendorong siswa agar dapat bekerja sama kooperatif”.
dengan baik dan saling tolong-menolong Penjabaran tentang model kooperatif
mengatasi tugas yang dihadapinya. tipe STAD di atas dapat disimpulkan bahwa
B. Student Teams Achievement Division tipe STAD merupakan model pembelajaran
(STAD) kooperatif yang mana siswa - siswa
Menurut Slavin Student Team dikelompokkan dalam 4-5 anggota
Achievement Division (STAD) merupakan berdasarkan tingkat kepandaian, jenis
model pembelajaran kooperatif yang kelamin. Komponen utama dalam STAD
dikembangkan oleh R. Slavin dan teman- adalah presentasi kelas, tim, kuis, skor
temannya di universitas John Hopkin. kemajuan individu, rekognisi tim.
Menurut Slavin (2010 : 143-146) “Model langkah-langkah yang harus
STAD merupakan salah satu metode dilakukan dalam pembelajaran
pembelajaran kooperatif yang paling kooperatif tipe STAD (Trianto, 2007:
48-49): Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Fase Kegiatan Guru
Fase 1 Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin
Menyampaikan tujuan dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi
dan memotivasi siswa siswa belajar
Fase 2 Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
Menyajikan/ mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan
menyampaikan informasi
Fase 3 Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara
Mengorganisasikan siswa membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
dalam kelompok - kelompok agar melakukan transisi secara efisien
kelompok belajar
Fase 4 Membimbing kelompok - kelompok belajar pada
Membimbing kelompok saat mereka mengerjakan tugas mereka
bekerja dan belajar
Fase 5 Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
Evaluasi telah diajarkan atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6 Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya
Memberikan maupun hasil belajar individu dan kelompok
penghargaan
Menurut Trianto (2007:54) mengatakan bahwa keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh
guru dengan melakukan tahapan – tahapan sebagai berikut :
Menghitung skor individu untuk memberikan skor perkembangan individu
Skor
Nilai Tes
perkembangan
Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 5 poin
10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor awal 10 poin
Skor awal sampai 10 poin di bawah skor awal 20 poin
Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 poin
Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor awal) 30 poin
a. Menghitung skor kelompok
Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata–rata skor perkembangan
anggota kelompok, yaitu dengan cara menjumlahkan semua skor perkembangan
yang diperoleh anggota kelompok. Sesuai dengan rata–rata skor perkembangan
kelompok, yang diperoleh dari kategori skor kelompok
Tingkat Penghargaan Kelompok
Rata – Rata Tim Predikat
0≤x≤5 -
5 ≤ x ≤ 15 Tim Baik
15 ≤ x ≤ 25 Tim Hebat
25 ≤ x ≤ 30 Tim Super
b. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok
Setelah masing-masing kelompok predikat, guru memberikan hadiah atau
penghargaan kepada masing–masing kelompok sesuai dengan predikatnya.

C. Diskusi menuangkan ide-idenya untuk memecahkan


1. Pengertian diskusi kelompok permasalahan secara bersama-sama. Dalam
Menurut Tohirin (2007: 291) melaksanakan diskusi siswa dibagi menjadi
“diskusi kelompok merupakan suatu cara kelompok-kelompok kecil dari kelompok
dimana siswa memperoleh kesempatan besar, kemudian dari hasil diskusi masing-
untuk memecahkan masalah secara masing kelompok kecil akan melaporkan
bersama-sama”. Moh. Uzer Usman (2008: hasil diskusinya ke kelompok besar.
94) menyatakan bahwa “diskusi kelompok Pengertian diskusi kelompok kecil
merupakan suatu proses yang teratur yang (buzz group discusion) adalah sebuah
melibatkan sekelompok orang dalam kelompok besar yang berkumpul dibagi
interaksi tatap muka yang informal dengan menjadi kelompok-kelompok kecil sekitar 4
berbagai pengalaman atau informasi, sampai 6 orang, untuk mendiskusikan
pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah tertentu dalam waktu yang singkat,
masalah”. misalnya 5 menit atau tidak lebih dari 15
Menurut Dewa Ketut Sukardi (2008: menit. Sesi buzz kemudian harus
220) “diskusi kelompok adalah suatu ditindaklanjuti dengan diskusi kelas utuh
pertemuan dua orang atau lebih, yang untuk menyimpulkan hasil temuan. Seorang
ditunjukkan untuk saling tukar pengalaman pemimpin yang telah ditunjuk oleh masing-
dan pendapat, dan biasanya menghasilkan masing kelompok buzz melaporkan
suatu keputusan bersama”. temuannya ke kelompok besar. Lalu sebuah
Menurut beberapa pendapat di atas daftar dapat dibuat dengan menggabungkan
dapat disimpulkan teknik diskusi kelompok ide-ide yang berguna dari setiap kelompok.
adalah suatu bentuk kegiatan yang
bercirikan suatu keterikatan pada suatu 2. Langkah-Langkah Diskusi Kelompok
pokok masalah atau pertanyaan, dimana Kecil (Buzz Group Discussion)
anggota anggota atau peserta diskusi itu Berikut ini pendapat mengenai
secara jujur berusaha memperoleh langkah-langkah diskusi kelompok
kesimpulan setelah mendengarkan dan kecil (buzz group discussion).
mempelajari serta mempertimbangkan Sudjana (2005: 123) menyatakan
pendapat-pendapat yang di kemukakan bahwa langkah-langkah diskusi
dalam diskusi. kelompok adalah sebagai berikut a)
Dari berbagai jenis diskusi kelompok Pendidik, mungkin bersama peserta
diatas tidak semuanya akan digunakan. didik, memilih dan menentukan
Dalam penelitian ini jenis diskusi kelompok masalah dan bagian-bagian masalah
yang digunakan adalah diskusi kelompok yang akan dibahas dan perlu
kecil atau (buzz group). Karena dalam dipecahkan dalam kegiatan belajar.
diskusi kelompok kecil (buzz-group) setiap b) guru membantu siswa untuk
siswa mendapatkan kesempatan untuk membentuk kelompok kecil. Jumlah
kelompok disesuaikan dengan subtaksonomi yang mengungkapkan
jumlah bagian masalah yang akan tentang kegiatan mental yang sering berawal
dibahas. c) guru membagikan dari tingkat pengetahuan sampai ketingkat
masalah kepada masing-masing yang paling tinggi yaitu evaluasi.
kelompok kecil. Satu kelompok Dari pendapat tersebut, dapat
membahas satu bagian masalah. d) disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
Kelompok-kelompok kecil penilaian hasil yang sudah dicapai oleh
berdiskusi untuk membahas bagian setiap siswa dalam ranah kognitif, afektif
masalah yang telah ditentukan dan psikomotor yang diperoleh sebagai
dengan waktu 5-15 menit. e) Apabila akibat usaha kegiatan belajar dan dinilai
waktu yang ditentukan telah selesai, dalam periode tertentu. Di antara ketiga
kemudian mempersilahkan para ranah tersebut menurut Nana Sudjana,
pelapor dari masing-masing (2011: 23) “Ranah kognitiflah yang paling
kelompok kecil secara bergiliran banyak dinilai oleh para guru di sekolah
untuk menyampaikan laporannya karena berkaitan dengan kemampuan para
kepada kelompok besar. f) seorang siswa dalam menguasai isi bahan
peserta didik yang ditunjuk, mencatat pengajaran”. Dalam pembatasan hasil
pokok-pokok laporan yang telah pembelajaran yang akan diukur, peneliti
disampaikan. Selanjutnya para mengambil ranah kognitif pada jenjang
peserta didik diminta untuk pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan
menambah, mengurangi, atau aplikasi (C3).
mengomentari laporan itu. g) guru
meminta kelompok kecil untuk E. Hipotesis
merangkum hasil pembahasan akhir Maka penulis mengajukan hipotesis
laporan itu. h) Pendidik bersama dalam penelitian ini yaitu diduga adanya
peserta didik dapat melakukan Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara
evaluasi terhadap proses dan hasil Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
diskusi itu. Dengan Diskusi Pada Mata Pelajaran
Ekonomi Di SMA Negeri 1 Arosbaya.

D. Hasil Belajar METODE PENELITIAN


Setelah mengetahui pengertian A. Definisi Konsep
belajar dan faktor yang mempengaruhinya, Dalam penelitian ini terdapat
maka akan dikemukakan apa itu hasil variabel bebas yang terdiri dari model
belajar. Nana Sudjana (2011: 5) menyatakan pembelajaran tipe STAD dan metode
bahwa “hasil belajar siswa pada hakikatnya diskusi, sedangkan variable terikat dalam
adalah perubahan tingkah laku dan sebagai penelitian ini Peneliti menandai variabel
umpan balik dalam upaya memperbaiki tersebut dengan kelompok eksperimen yaitu
proses belajar mengajar”. Tingkah laku hasil belajar siswa dengan model
sebagai hasil belajar dalam pengertian luas pembelajaran tipe STAD dengan ,
mencakup bidang kognitif, afektif dan sedangkan kelompok kontrol yaitu hasil
psikomotorik. belajar siswa dengan metode diskusi dengan
Tujuan aspek kognitif berorientasi .
pada kemampuan berfikir yang mencakup = Hasil belajar siswa dengan
kemampuan intelektual yang lebih model pembelajaran tipe STAD adalah
sederhana, yaitu mengingat, sampai pada penilaian rata – rata siswa dengan model
kemampuan memecahkan masalah yang pembelajaran kooperatif tipe STAD yang
menuntut siswa untuk menghubungkan dan mana siswa-siswa dikelompokkan dalam 4-5
menggabungkan beberapa ide, gagasan, anggota berdasarkan tingkat kepandaian,
model atau prosedur yang dipelajari untuk jenis kelamin. Komponen utama dalam
memecahkan masalah tersebut. Dengan
demikian aspek kognitif adalah
STAD adalah presentasi kelas, tim, kuis, C. Populasi Dan Sampel
skor kemajuan individu, rekognisi tim. Dalam penelitian ini populasinya
= Hasil belajar siswa dengan adalah seluruh siswa kelas X IPS SMA
metode diskusi adalah penilaian rata–rata Negeri 1 Arosbaya yang berjumlah 140
siswa dengan metode diskusi suatu bentuk siswa. Sampel yang digunakan pada
kegiatan yang bercirikan suatu keterikatan penelitian ini terdiri dari dua kelas di kelas
pada suatu pokok masalah atau pertanyaan, X IPS yang akan dijadikan kelompok
dimana anggota kelompok atau peserta eksperimen dan kelompok kontrol pemilihan
diskusi itu secara jujur berusaha kelas berdasarkan nilai rata–rata kelas yang
memperoleh kesimpulan setelah sama. Yaitu kelas X IPS 3 dijadikan
mendengarkan dan mempelajari, serta kelompok eksperimen dan kelas X IPS 1
mempertimbangkan pendapat-pendapat dijadikan kelompok kontrol.
yang dikemukakan dalam diskusi.
D. Teknik Pengumpulan Data
B. Definisi Operasional Teknik yang dilakukan dalam
Dalam definisi Operasional Variabel penelitian data primer yaitu a) Teknik
ini penulis melakukan rencana penelitian, Metode tes adalah alat ukur yang
yang dimaksud dalam penulis adalah mempunyai standar nilai yang objektif
penelitian eksperimen. Sugiyono (2009: 72) sehingga dapat digunakan secara meluas
menjelaskan bahwa penelitian eksperimen seperti melaksanakan ulangan awal dan pada
adalah meode penelitian yang digunakan saat akhir penerapan metode untuk
untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu memperoleh data yang di-inginkan yang
terhadap yang lain dalam kondisi yang biasa disebut dengan pre tes dan pos tes
terkendalikan. Desain penelitian eksperimen yang berupa tes pilihan ganda pada materi
yang digunakan pada penelitian ini adalah koperasi sekolah. Jenis tes yang digunakan
nonequivalent control group design, dalam penelitian ini yaitu tes yang diberikan
menurut Sugiyono (2010-:116) menyatakan oleh guru mata pelajaran. b). Teknik
bahwa dalam pelaksanaan penelitian dengan Wawancara yang digunakan dalam
desain ini, peneliti memilih berdasarkan penelitian ini yaitu wawancara tidak
pada pertimbangan-pertimbangan tertentu, terstruktur adalah cara mengumpulkan data
berdasarkan kelas yang memiliki nilai rata- melalui kontak langsung antara peneliti
rata yang hampir sama sehingga dapat dengan nara-sumber tanpa menggunakan
dikatakan bahwa kedua kelompok memiliki pedoman wawancara yang tersusun secara
kemampuan yang hampir sama. Kemudian sistematis, narasumber disini yang dimaksud
diberi pretes untuk mengetahui keadaan yaitu dengan kepala sekolah dan guru mata
awal mengenai perbedaan antara nilai pelajaran ekonomi.
kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. E. Teknik Analisis Data
Apabila hasil pre tes kedua Metode analisis data yang digunakan
kelompok tidak berbeda secara signifikan, dalam penelitian ini adalah analisis data
maka dapat dikatakan baik. Kelompok kuantitatif menggunakan metode uji – Z
eksperimen kemudian diberi perlakuan perbandingan dua variabel yang diambil dari
berupa pembelajaran dengan model nilai rata – rata hasil pre tes dan pos tes
pembelajaran Kooperatif tipe STAD. siswa.
Setelah pemberian perlakuan, dilakukan pos −
tes untuk mengetahui perbedaan nilai =
kelompok eksperimen dan kelompok
+
kontrol. Hasil belajar pada penelitian ini
hanya berkenaan dengan hasil belajar pada HASIL PENELITIAN
ranah kognitif. A. Nilai Pre Tes
1. Nilai Pre Tes Kelas Eksperimen
Berdasarkan rekapitulasi nilai Pre tes Kedua data nilai pre tes tersebut
kelas eksperimen yang diolah dengan selanjutnya dilakukan uji beda dua pihak
bantuan program Ms Excel, diperoleh nilai (uji Z) antara kelas eksperimen dengan kelas
Pre tes kelas eksperimen dengan perolehan kontrol. Setelah diperoleh hasil perhitungan
mean sebesar 64; minimum sebesar 47; dan (Z-hitung) maka selanjutnya besarnya nilai
maximum sebesar 72. Mengacu pada Z-hitung dibandingkan dengan 0,05.
rekapitulasi nilai Pre tes kelas eksperimen, Apabila Z-hitung lebih besar dari 0,05 maka
hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa dapat dinyatakan tidak terdapat perbedaan
kelas eksperimen paling banyak meraih nilai secara signifikan terhadap hasil belajar
kurang dari KKM ≥ 75 sehingga rata – rata siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
siswa eksperimen kurang mencapai KKM. sebelum diberi perlakuan, sehingga peneliti
2. Nilai Pre Tes Kelas Kontrol dapat dilaksanakan dengan memberikan
Berdasarkan rekapitulasi nilai pre tes perlakuan (treatment) pada tiap kelompok
kelas kontrol diperoleh nilai pre tes kelas kelas.
kontrol dengan perolehan mean sebesar 60; Sehingga berdasarkan deskripsi data
median sebesar 62; minimum sebesar 47; nilai pre tes kelas eksperimen dan kelas
dan maximum sebesar 68. Mengacu pada kontrol, dilakukan uji beda dua pihak
rekapitulasi nilai pre tes kelas kontrol, terhadap kedua kelas tersebut. Uji ini
menunjukkan bahwa siswa kelas kontrol dilakukan dengan bantuan program data
paling banyak meraih nilai rata- rata siswa analisis Ms Excel pada pilihan Z test Two
tidak lulus KKM nilainya ≥ 75 sehingga sample for Means dengan hasil Z-hitung =
nilai kelas kontrol tidak mencapai KKM 2,610, kemudian hasil Z-hitung tersebut
dibandingkan dengan 0,05. Setelah
B. Nilai Pos Tes dibandingkan ternyata nilai Z-hitung lebih
1. Nilai Pos Tes Kelas Eksperimen besar dari 0,05 (2,610 > 0,05), maka dapat
Berdasarkan rekapitulasi nilai pos tes dinyatakan tidak terdapat perbedaan secara
kelas eksperimen, diperoleh nilai pos tes signifikan terhadap nilai pre tes kelas
kelas eksperimen dengan perolehan mean eksperimen dengan nilai pre tes kelas
sebesar 82; median sebesar 83; minimum kontrol sebelum diberi perlakuan, sehingga
sebesar 73; dan maximum sebesar 90. penelitian dapat dilakukan dengan
Mengacu pada rekapitulasi nilai pos tes memberikan perlakuan (treatment) pada tiap
kelas eksperimen, menunjukkan bahwa kelompok kelas.
siswa kelas eksperimen meraih nilai antara
70 sampai dengan 75, yaitu sebanyak 10 2. Nilai Pos Tes
siswa. Untuk siswa yang lulus KKM Kedua data tersebut selanjutnya
nilainya ≥ 75 sebanyak 25 siswa. dilakukan uji beda dua pihak antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol. Untuk
2. Nilai Pos Tes Kelas Kontrol melakukan pengujian ini, kedua data
Berdasarkan rekapitulasi nilai pos tes tersebut diolah dengan bantuan program
kelas kontrol, diperoleh nilai pos tes kelas data analisis Ms Excel pada pilihan Z test
kontrol dengan perolehan mean sebesar 76; Two sample for Means. Setelah diolah dan
median sebesar 78; minimum sebesar 70; diperoleh hasil perhitungan (Z-hitung) maka
dan maximum sebesar 83.Mengacu pada selanjutnya besarnya nilai Z-hitung
rekapitulasi nilai pos tes kelas kontrol, dibandingkan dengan 0,05. Apabila Z-
menunjukkan bahwa siswa kelas kontrol hitung lebih besar dari 0,05 maka dapat
paling banyak meraih nilai antara 70 sampai dinyatakan terdapat perbedaan secara
dengan kurang dari 75, yaitu sebanyak 13 signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas
siswa. Untuk siswa yang lulus KKM eksperimen dan kelas kontrol sesudah diberi
nilainya ≥ 75 sebanyak 21 siswa. perlakuan, tetapi jika Z-hitung lebih kecil
dari 0,05 berlaku sebaliknya.
C. Analisis Data Berdasarkan deskripsi data nilai pos
1. Nilai Pre Tes tes kelas eksperimen dan kelas kontrol,
dilakukan uji beda dua pihak terhadap kedua model pembelajaran yang tepat yang
kelas tersebut. Uji ini dilakukan dengan digunakan oleh guru akan dapat memotivasi
bantuan program data analisis Ms Excel siswa untuk mengikuti materi yang akan
pada pilihan Z test Two sample for Means disampaikan oleh guru sehingga materi yang
dengan hasil Z-hitung = 4,679 kemudian disampaikan oleh guru akan dapat diserap
hasil Zhitung tersebut dibandingkan dengan untuk dipahami dan diterima dengan mudah
0,05. Setelah dibandingkan ternyata nilai Z- oleh siswa. Model pembelajaran merupakan
hitung lebih besar dari 0,05 (4,679 > 0,05), suatu kerangka yang melukiskan prosedur
maka dapat dinyatakan bahwa terdapat yang sistematis untuk mencapai tujuan
perbedaan secara signifikan terhadap nilai belajar. Penggunaan model pembelajaran
pos tes kelas eksperimen dengan nilai pos STAD memungkinkan siswa lebih banyak
tes kelas kontrol sesudah diberi perlakuan. mendapat pengetahuan dibandingkan
Berdasarkan deskripsi data tersebut dengan model pembelajaran konvensional
maka pengujian hipotesis dapat dengan diskusi. Hal ini dikarenakan model
dilaksanakan. Untuk pengujian hipotesis pembelajaran STAD dapat membantu siswa
tentang hasil belajar siswa dalam penelitian berani untuk mengungkapkan pendapat atau
ini digunakan analisis uji Z. Untuk ide-ide tanpa rasa takut mengenai
menghitung analisis uji Z pada penelitian ini pengetahuan awal yang diperoleh dari hasil
menggunakan bantuan data analisis Ms telaahnya sendiri untuk menemukan
Excel pada pilihan Z test Two sample for hipotesis yang berhubungan dengan masalah
Means, kemudian hasil perhitungan yang dihadapi dan juga ada penghargaan
dibandingkan dengan 0,05. Jika hasil bagi siswa yang mempunyai nilai tinggi.
perhitungan lebih besar dari 0,05 maka B. SARAN
hipotesis diterima, tetapi jika hasil Berdasarkan pengalaman peneliti
perhitungan lebih kecil dari 0,05 maka selama melakukan penelitian di SMA
hipotesis ditolak. Hipotesis pada penelitian Negeri 1 Arosbaya, untuk mencapai hasil
ini adalah adanya perbedaan hasil belajar belajar dengan penerapan metode
siswa antara model pembelajaran kooperatif pembelajaran yang sesuai dengan yang
tipe stad dengan model diskusi pada mata diharapkan, maka peneliti menyarankan
pelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 beberapa hal sebagai berikut
Arosbaya. Hasil dari uji Z ini adalah 4,679 1. Dengan adanya perbedaan hasil
kemudian hasil tersebut dibandingkan belajar yang berarti serta adanya
dengan 0,05 sebesar 1,96. Setelah peningkatan hasil belajar siswa
dibandingkan ternyata nilainya lebih besar menggunakan metode kooperatif tipe
dari 0,05 (4,679 > 1,96), maka dapat STAD, maka sebaiknya guru
dinyatakan bahwa terdapat perbedaan secara ekonomi menjadikan metode ini
signifikan sehingga hipotesis diterima. Hal sebagai salah satu alternatif dalam
ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang metode pembelajaran pada
signifikan antara hasil belajar siswa antara kompetensi dasar memahami konsep
kelas eksperimen dan kelas kontrol. ekonomi dalam kaitannya dengan
kegiatan ekonomi konsumen dan
produsen agar siswa lebih
termotivasi dan bersemangat dalam
KESIMPULAN DAN SARAN proses pembelajaran serta membuat
A. KESIMPULAN siswa lebih mudah mengingat materi
Penelitian ini telah membuktikan yang diberikan yang nantinya akan
bahwa dengan penggunaan model bermuara pada meningkatnya hasil
pembelajaran kooperatif tipe STAD belajar siswa.
memberikan pengaruh terhadap peningkatan 2. Dalam penerapan suatu metode
hasil belajar siswa. Penggunaan model pembelajaran, diharapkan guru
pembelajaran untuk menyampaikan materi mengerti dan paham betul dengan
sangatlah penting karena dengan adanya metode pembelajaran yang
diterapkan karena hal ini akan sangat Http://harminingsih.blogspot.com/2008/
mempengaruhi tercapai atau tidaknya 08/faktor-faktor-yang-
tujuan yang hendak dicapai. mempengaruhi-hasil.html, diakses
3. Siswa hendaknya jangan merasa tanggal 10 maret 2014
takut disalahkan untuk
mengungkapkan pendapat maupun Isjoni. 2007. Cooperative Learning
argumentasinya dengan pengetahuan Efektifitas Pembelajaran
awal yang diperoleh dari berbagai Kelompok. Bandung. Alfabeta
sumber informasi pengetahuan atas
Http://milafitriani2.wordpress.com/2013/
dasar pengetahuannya sehubungan
05/23/diskusi-kelompok, diakses
dengan permasalahan yang sedang
tanggal 10 maret 2014
dihadapi. Untuk itu, hendaklah siswa
memupuk rasa percaya dirinya Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan
seperti berani mengungkapkan Makna Pembelajaran. Bandung:
argumentasi dalam suatu kelompok Alfabeta
untuk memecahkan suatu masalah
pengetahuan yang dihadapi. Dengan Sanjaya, Wina. 2006. Strategi
begitu, siswa akan terdorong untuk Pembelajaran Berorientasi Standar
aktif mencari informasi yang lebih Proses Pendidkan. Jakarta:
banyak lagi sehingga Kencana Prenada Media.
pengetahuannya semakin bertambah.
Slavin, Robert E. 2007. Cooperative
Leraning Teori, Riset dan Praktik.
DAFTAR PUSTAKA Bandung: Nusa Media

Http://www.academia.edu/3415450/Strat _____________. 2010. Cooperative


egi_Pembelajaran, diakses tanggal Leraning Teori, Riset dan Praktik.
10 maret 2014. Bandung: Nusa Media

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar – _____________. 2011. Cooperative


Dasar Evaluasi Pendidikan. Leraning Teori, Riset dan Praktik.
Jakarta: Bina Aksara Bandung: Nusa Media

________________. 2010. Prosedur Sudjana, Nana. 2005. Dasar – dasar


Penelitian Suatu Pendekatan proses belajar mengajar. Jakarta:
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Sinar Baru Algensindo

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran ___________. 2011. Penilaian Hasil


Kooperatif, Jakarta : Depdiknas. Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Depdiknas. 2003. Undang-undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun Http://www.slides-
2003, tentang Sistem Pendidikan hare.net/warhanie/bab-i-ptk-3,
Nasional (UU Sisdiknas) diakses tanggal 10 maret 2014

_________. 2005. Peraturan Pemerintah Solehatin, Etin & Raharjo. 2009.


(PP) No. 19 Tahun 2005 tentang Cooperative Learning Analisis
Badan Standar Nasional Pendidikan Model Pembelajaran IPS. Jakarta :
(BSNP). Bumi Aksara.

Dimyati, dan Mudjiono.2006. Belajar Sugihartono Dkk. 2007. Psikologi


dan pembelajaran. Jakarta:Rineka Pendidikan. UNY Press:
Cipta Yogyakarta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Trianto. 2007. Model-model
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Pembelajaran Inovatif
Kualitatif Dan R&D. Bandung: Berorientasi Konstruk-tivistik.
Alfa Beta Jakarta : Prestasi Pustaka.

Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Pengantar ______. 2010. Model-model


Pelaksanaan Program Bimbingan Pembelajaran Inovatif
dan Konseling di Sekolah. Jakarta : Berorientasi Konstruk-tivistik.
Rineka Cipta Jakarta : Prestasi Pustaka.

Suprijono A. 2009. Cooperative Learning Usman, Moh. Uzer. 2008. Menjadi Guru
Teori dan Aplikasi Paikem. Profesional. Bandung: PT Remaja
Yogyakarta : Pustaka Pelajar Rosdakarya.

__________. 2011. Cooperative Http://www.syair79.files.wordpress.com,


Learning Teori dan Aplikasi diakses tanggal 10 maret 2014
Paikem. Yogyakarta : Pustaka
Http://whuland.blogspot.com/2010/10/-
Pelajar kuliah.html, diakses tanggal 10
Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi maret 2014
Pendidikan dengan Pendekatan
Widoyoko, Eko Putro. 2009.Evaluasi
Baru. Bandung : Remaja
program pembalajaran, Panduan
Rosdakarya.
Praktis Bagi Pendidik dan Calon
Pendidik. Yogyakarta: Pustaka
Tohirin, 2006. Bimbingan dan Konseling
Pelajar
Di Sekolah : PT Grafindo Persada.
Jakarta.
Tohirin, 2007. Bimbingan dan Konseling
Di Sekolah : PT Grafindo Persada.
Jakarta.
TEACHING AND LEARNING READING COMPREHENSION
Moh. Hafidz

STKIP PGRI Bangkalan

Abstract

The students are expected to master language skills such as listening, speaking, reading, and
writing and the teacher should foster student expectations especially about the reading and
arouse their interest to read.Reading is one of four skills that are learned at the school. Teaching
and Learning of reading is not easy job for students to do it, moreover for the teacher teaches
reading in the classroom. Teacher must have a strategy and appropriate technique to teach
reading. In order the students more interested in English.In this case, the writer observed how the
teacher teaches reading, which included the material, technique and media, assessment used in
teaching learning of reading, the problems in teaching reading, and students’ ability in reading.
For answer those questions, the writer observed the teaching of reading process. This observation
is a case study, so that this study is descriptive study. For data collecting technique, teacher used
documentation, interview, and observation. The teacher taught reading comprehension by using
three stages of teaching reading. They were pre-reading stage, whilst reading stage, and post-
reading stage. In every stage, teacher used different techniques. Concerning the problems, there
were two problems were internal and external problems. Internal problems their pronunciation,
vocabularies mastery and student’s understanding of the whole text were very bad. While
external problem were the text was not authentic, limited book and media.

Key Words : teaching, learning and reading comprehension

Introduction important role is the teacher, the teacher is a


Most of people think that English motivator or stimulator. The teacher should
becomes a main language after their mother foster student expectations especially about
tongue because it has many advantagse in the reading and arouse their interest to read.
many aspect especially in education. Illich states (1972:56) Learning is
Recently the government has been trying to human activity which least needs
increase English as compulsory subject. In manipulation by others. Most learning is not
educational curriculum, the government has the result of instruction. It is rather the result
been increasing human resource quality to of unhampered in meaningful setting.
master English the constitute one of the Being an English teacher is not easy,
forms realizing development objective. The but they have to have and use a different
English language is one of the subjects that method in different lesson in order to the
must be learned at school as the foreign students interested in English because most
language. of students are lazy to learn English because
Teaching and learning requires they feel difficult to learn it. One of those
effective instruction and appropriate method problems is in reading skill. Reading is also
based on each skill. Although there are an important skill, however. Those who read
many methods of English teaching do not more who will have larger vocabularies. As
guarantee to its target because of the result, they do better on test and
components of teaching and learning are grammar, write better and spell better. In
more, those are: teacher, students, other words, reading ability affects the
classroom, and media etc. but the most other skills. It is supported with the study
done Kim and Krashen. They investigated direction to a part of a programmer in
five female adult acquired English as a English.
second language. The study shows that the Typically then a teacher might plan a
success of learning a second language is by course (in co-ordination with his/her
taking the power of reading. So by reading a colleagues in English) in a variety of ways.
lot, the students could improve their Over the three years of the course the
English. teacher should ensure that the students
According to May (1999:34) There are repeatedly encounter all the literary genre
two main factors that influence the success (poetry, prose, ploys, novels, short stories
of teaching. Those are external and internal and media material) in a variety of units.
factors. External factors are environment The choice, structure and approach in a
that includes natural and socio- cultural syllabus unit will be very much dependent
factor and also instrument that includes on the teacher's perception of student needs
curriculum, program, facilities, and teacher. in the personal, social and cultural domains
While Internal factors are physic that of language.
include physical condition and five sense Cahill states that syllabus is a tool
and also psychology that includes interest, that describes a specific material and
intelligence, aptitude, motivation, and achievement that consider students
cognitive ability. background on each level to implemented in
teaching and learning process. The target
Literature Reiew activities during the second level should
Material of Teaching and Learning cover the progress made throughout the first
Reading Comprehension year through, repetition of the skills in more
Cahill (1996:6 ) presents the center of challenging contexts, development of a
the syllabus is a series of skills, concepts richer understanding of the concepts
and attitudes which give positive directions encountered, exploration and application of
for the teaching of Junior Cycle English. these concepts in different contexts.
These skills, concepts and attitudes are Beside of target and activities, the
outlined for each year of the program. These students hopefully to develop their language
are essentially the same skills, concepts and understanding that consist of the forms and
attitudes (with some additions) which were structures of paragraphs and of more
taught for the Intermediate Certificate in the extended compositions, the basic
context of prescribed texts. The major punctuation conventions, more complex
difference in this new syllabus is that spelling patterns, more challenging sense of
teachers are free to choose their own texts register, audience and purpose and language
and materials to achieve the objectives of awareness, e.g. prefixes, suffixes, root-
the program. In their choice teachers are words, pronouns, prepositions.
expected to choose materials from a wide Moreover in teaching and learning
range of literary genre along with other print reading comprehension, the teacher
and media material. Lists of material encourage some materials that consist of
appropriate to each year are outlined in this revise and readdress first year activities,
handbook. These lists are neither read silently for a more sustained period of
prescriptive nor exhaustive. time for specific purposes, for pleasure,
Cahill suggests that teachers should information, evidence, engage in private
design their own program appropriate to independent reading in fictional and non-
their students by integrating freely chosen fictional prose, report to class on material
texts with skills and concepts in syllabus read, read newspapers, journals, magazines
units. A syllabus unit is a selection of attending to viewpoint, assumptions,
concepts and skills in literature and accuracy of reporting and style of language,
language organized about a chosen focus Contrast and evaluate the approach of a
(Texts, Theme, Genre, Language range of print-media, comment on use of
forms/functions) which gives purpose and illustrations, cartoons and photographs, and
view TV programs attended to the implicit The last is post- reading,
values and assumptions presented, comment comprehension questions are just one form
on and evaluate the purpose of a variety of of activity appropriate for post-reading. Also
TV programs, read widely in a range of consider vocabulary study, identifying the
literary genre. Develop an awareness of the author’s purpose, discussing the author’s
significance and impact of imagery, line or reasoning, examining grammatical
atmosphere, tone, mood and setting structure, or steering students toward a
(Cahill,1996:15). follow up writing exercise. The teacher can
Based on the explanation above that also ask the students to hold a presentation.
material of teaching and learning reading For advance level, readers can be
comprehension presents some information encouraged to relate content to their existing
that related with student’s daily life in schemata (background knowledge) and
written form. The written presentation evaluate it in light of their own knowledge
becomes specific discussion based on each and experiences.
purposes and the technique. The presentation above is concluded
Technique and Media of Teaching and that subdivide the technique (pre-reading,
Learning Reading Comprehension whilst-reading and post-reading) formulated
Robinson (1997:183) Subdivided the to be effective and effisient technique in
Techniques into : Pre-reading, means that teaching and learning reading process.
the students should spent some time to Reading is a receptive skill. in
introduce a topic, encouraging skimming, developing this skill, Jeremy Harmer
predicting, and activating schema. Here, the (2001:283) subcategorized into extensive
students can bring the best of their and intensive reading.
knowledge and skills to a text when they Extensive Reading
have been given a chance to “case into” a Extensive reading covers some
passage. In pre-reading activity, Robinson techniques which include:-
(1997:234) mentions some techniques, they - Extensive reading materials: one of the
are: Focusing attention, questions, headings fundamental condition of a successful
( teacher could write the title on the extensive reading program is that students
blackboard), non-printing material (media should be reading material they can
like a picture, a concrete object or a film), understand. if they are struggling to
stopper-word (teacher explains the key understand every words, they can hardly
utterances that are too difficult for the be reading for pleasure- the main goal of
students), setting purpose (finding out the this activity.
main idea of the texts, purposes and - Setting up library: in order to set up an
strategies, questions and answers. extensive reading program, we need built
The next is whilst-reading, Not all up a library of suitable books. Although
reading is simply extensive or global this may appear costly, it will be money
reading. There may be certain facts or well spent.
rhetorical devices that students should take - The role of the teacher in extensive reading
note of while they read. Give students a program: most students will not a lot of
sense of purpose for reading rather that just extensive reading by themselves unless
reading. In this technique also includes: they are encouraged to do so by their
Extracting main idea, reading for specific teachers.
information, understanding text - Extensive reading task: because the
organization, predicting, checking up, students should be allowed to choose their
Inferring, understanding complex sentences, own reading texts, following their own
understanding writer’s style, evaluating the likes and interest, they will not all be
texts, linking ideas dealing with unfamiliar reading the same texts at once. For this
words, reacting to the text and writing reason- and because the teacher want to
summaries. prompt students to keep reading, the
teacher should encourage them to report visual media that can be effectively used
back on their reading in a number of ways. by teachers in the classroom. Those media
Intensive Reading are : Pictures, realia or real objects,
Intensive reading used to achieve a drawings or teacher-mode drawings, chart,
purpose of teaching and learning reading poster and cartoon, black board or white
through some techniques that included: board, audio media, Over Head Projector
- The role of the teacher: to create students (OHP), LCD Projector,
interest in topic and task. The first, the Some advantages of using media,
teacher as organizer, giving students a there are : Media is produced some
clear instruction. The second, the teacher observation done by the learners to achieve
as observer. Giving students opportunity to the teachers’ aims, media is kept the basic,
read a text individually or collectively and concrete and real concepts of the teaching,
report what information of the text. The media is aroused the learners’ motivation to
third, as feedback organizer. After learn, media is integrated the experience
reporting information, the teacher gives from the concrete things to the abstract ones,
another to respond. media is avoided the learners bored, media
- The vocabulary question : in this technique make the learners easily to understand the
to find a meaning of each words by using instructional materials, media is reinforced
time limit it means students search the the the students’ comprehension, media is made
meaning of some words with specific time. the teaching-learning process more
Word or phrase limit students need systematic (Ruis, 2009:11).
answer some words. Meaning consensus, The Assessments of Teaching and
the each students write down some words Learning Reading Comprehension
individually or collectively based teachers Assesment is an ongoing process that
instruction. Than making a new group after emphisizes a student responds a question,
finding the meaning to answer the words offer a commentor tries out a new word or
left. structure and students performance
- Letting a student in : teacher ask student to (Brown,2004:4).
do task in a course book and responds it There are four designs of assesement
based on own knowledge. task that stated by brown as follows:
Some techniques above organize the Reading Aloud: students spell sparate letter,
clasroom reading activities individually or words, short sentences
collectively which the students have aloud one by one.
different background knowledge and limited Written Response: the students respond the
time to reach the purposes of teaching and text that distributed by
learning reading comprehension. In teacher in error and good
developing reading comprehension, the reading form
teacher should give understandable steps to Multiplechoices : the students choice an
get information of the text and appropriate approprite answer and matching.
text, it means that the pattern, vocabularies Answring question: students answer the
and content contextualized with student’s questions based on the reading text.
experience and knowledge. The using of these
The Media of Teaching and Learning assessments is to know the student’s
Reading Comprehension understanding of presented material based
Briggs (1970) defines media are on each assessments used.
physical means which are used to send Problems in Teaching and Learning
messages to the students and stimulate them Reading Comprehension
to learn. Ruis states (2009:11) media can Effective reading means being able
help teachers to achieve attracting attention, to read accurately and efficiently,
developing interest, adjusting the learning understanding as much of a text as one
climate and promoting acceptance (of an needs in order to achieve one’s purpose. In a
idea). Vernon ( 1999 ) States there are eight foreign language, the common problems
concern with the comprehension failure. difficult words and discussing and post-
This may be a simple matter of not knowing reading : examining grammatical and
a word, so it needs a number of specific generic structure and following the writing
reading techniques. The reading techniques exercise up.
include pre reading, whilst reading, and post Media used in teaching reading, were
reading. handbook or LKS, blackboard, Whiteboard
Gillet ( 1999:8 ) states there are and a piece of paper. Teacher assessed the
some problems in reading. In his findings, student’ reading comprehension by three
he notes that every student has specific assessments. The first is reading aloud. The
problem in teaching. Those problems second is answring question. The third is
concern with technical vocabulary both written response
identifying the words and understanding There were internal and external
their meanings. The other problems are problems. While internal problems were
locating important information and dealing with the students’ pronunciation,
summarizing what they have already read. their pronunciation, vocabularies mastery
Training the difficult words of and student’s understanding of the whole
unfamiliar words in context can solve text were very bad. English teacher should
problems that concern with vocabulary. use a text based on student’s knowledge,
Thomas (a former reading consultant) and using techniques optimally and using other
Robinson (A Professor of reading) offer media appropriately to make student’s
three ways to help the students attack pronunciation is better, mastering
unfamiliar word through context clues, vocabularies and understanding the whole
through phonic analysis and through text. The students need more drilling to read
structural analysis. In context analysis, they a text.
use a source clues present in language. References
Surrounding the words as a source of
identification. In phonics analysis, they Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
associate sounds with letter and blend these Penelitian.
sounds into the words. In structural analysis, Jakarta: Rineka Cipta
they attack the words by analyzing their Brown, H. Douglas. 2000. Principles of
meaningful parts (Roots inflectional Language Learning and Teaching 5th
endings, prefixes, and suffixes) and use Edition. San Fransisco: San
parts as aids in recognizing the words. In Fransisco
addition a good vocabulary is the result of State University
reading, not vice versa. So if we want a Brown, H. Douglas. 2000. Teaching by
large of vocabulary, we should start to read Principles An Interactive Approach
and keep it. We will soon develop a bigger To
and better vocabulary. Language Pedagogy. San Fransisco:
San Fransisco State Uneversity
Result
The materials designed by Ministery Djuharie, Otong. Setiawan. 2008. Extensive
of National Education which include a basic Reading Top Down Reading.
competence, some standard of competence, Bandung:
indicator and material that was arranged in Yrama Widya
syllabus. The teacher tought students used a Harmer, Jeremy. 2001. The Practice Of
descriptive text and generic structure to get English
information of the text. Techniques Language Teaching Third Edition.
subdivide into tree stage there are :pre- England: Longman
reading : focusing attention, giving Harmer, Jeremy. 1998. Hoe to teach
instructional clearly and predicting difficult English: An
words, whilst-reading: use reading text,
observe the student’s activity, finding
Introduction To The Practice Of Soedarso. 2006. Speed Reading Sistem
language Teaching. England: Membaca Cepat Dan Efektif.
Longman Jakarta:
Junior Certificate English PT. Gramedia Pustaka Utama
Guidelines Sutari. 2000. Basic Readers For teaching
for Teachers,1996 Http:www.nclrc.org/essentials/reading/teach
read
Sutari. 2000. Basic Readers For teaching .htm18:45-21-12-2011
Robinson, H. Alan. 1997. Teaching Http:www.nclrc.org/essentials/reading/stratr
Reading and Study Strategies, the ead.
content areas. USA: Allyn and htm 10:45-25-12-2011
Bacon, http:www.learningrx.com/reading-fluency-
Inc techniques-faq.htm htm18:45-21-12-
Ruis, Nuhung. 2009. Instructional Media,. 2011
Bermutu
Shih, May. 1999. More that practicing
language
communicative reading and writing
for
Asian setting, (TESOL JOURNAL
VOL 08
The Influence of Discussion Method to increase Student’s reading Comprehension
in Narrative texts
At The Second Semesters of STKIP PGRI Bangkalan
Mohammad Arief Wahyudi
STKIP PGRI BANGKALAN
Arwah74@gmail.com

ABSTRACT: The purpose of study is to know the Discussion Method to increase student’s
comprehension in Narrative texts at the second semester of STKIP PGRI Bangkalan. This
study used Quantitative research. The result of the Discussion Method was the
experimental group higher than the control group by using post -test. The conclusion is
the Second semester of STKIP PGRI Bangkalan could use the Discussion Method to
increase student’s reading comprehension in Narrative texts

INTRODUCTION of the same idea and share information. The


English is an international language researcher gets a research in STKIP PGRI
that is very important thing for our future because the Second Semesters have a
because many countries in the world were problem. For getting a solution the
using it in their daily activities. Talking researcher use this method.
about English especially in the teaching Based on the explanation above, the
learning processed, the students must have researcher had the statement: Does the
many words, Minimal one thousand words discussion method influent to increase the
in our brain.So the student can remember student’sreading Comprehension in
what they read and comprehend faster. Narrative textsat TheSecondsemesters of
Kathleen stated that: STKIP PGRI Bangkalan?The objective of
“How you will read depends on study is to knowthe discussion method
why you are reading and how influent to increase the student’sreading
much you intend to remember Comprehension in Narrative texts at
“(1992:5). TheSecond semesters of STKIP PGRI
As people know that without Bangkalan. The Researcher gets
reading, people could have an empty feeling assumptions that hypothesis null that The
and lack of information. Reading English discussion method does not influent to
texts will improve the students reading increase the student’sreading
abilities and their vocabulary acquisition. In Comprehension in Narrative texts at
this case,teaching reading processed at The TheSecond semesters of STKIP PGRI
Second Semesters of STKIP PGRI Bangkalan, the hypothesis alternative that
Bangkalanthat have been still low to The discussion method influents to increase
comprehend the Narrative textso the the student’sreading Comprehension in
researcher tries to find the solution like Narrative texts at TheSecond semesters of
Discussion Method. It is used to overcome STKIP PGRI Bangkalan.
theseproblems. As Jenson (1980) Discussion
is a process whereby two or more people REVIEW OF LITERATURE
express,clarify and pooltheirknowledge, 1.1Narrative Text
experiences, opinions, and feelings. The Narrative is a text that tell story and
discussion class isintended to be a free give doing entertains the audiences. The
and take between lecturer and students purposed of narrative text provided
among students onthe current topic of entertainment to make the audience think
concern in the course. about an issue, teach them a lesson, or
The advantages of discussion method excited their emotions.Keraf in Dilla states:
can improve the students vocabulary and to “Narrative as a story tells or describes an
create the cooperative.Discussion is a forum action in the past time clearly, so narratives
in which students can give some expression is tried to answer the question: what had
happenned? Narrative as a story. So, it In this case, Derewianka (1990:42)
should have the element that makes the story describes narrative language features into
more interesting to the reader such as a six components. Those are: a. Focus on the
conflict and conclussion of the story. specific of individual participants.
There are many different types of a. Mainly actions verb (ran, lived, slept)
narratives including: a. Humor, b. Romance, and mental processes (said felt, or
c. Crime, d. Real-life fiction, e. Historical thought).
fiction, f. Mystery, g. Fantasy, h. Science b. Use temporal conjunction and temporal
fiction, i. Diary-novels, j. Adventure circumstances, such as: the next
(Anderson, 1997:18). morning, then, meanwhile etc.
2.1The Component of Narrative Genre c. Normally use past tense.
As the narrative genre deals with the d. Choose descriptive language to enhance
reconstruction of event and experience and develop the story by creating images
people have to consider the significant in the readers mind (uses relational and
components which build a narrative genre. mental processes).
Those are the schematic and language e. The participants can be written in the
feature. first person (I, we) or third person (he,
1. The Schematic Structure she, and they).
Here, a narrative text has five In summary, it is imperative to consider
significance schematic structures. Those are: both schematic structure and language
a. Orientation, tells the audience features in constructing a narrative. Those
about who in the story is, when components will help to achieve the purpose
the story is taking place and of genre in communicative events
where the action is happening. (Derewianka, 1990:18)
b. Complication that sets off a
chain of events that influences Types of Discussion
what will happen in the story. There are different types of
c. Sequence of events, deals with discussion as mentioned by
how the characters in the story Jerolimek (1986):
react to the complication. 1. Round table discussion
d. Resolution, the characters in It involves small number of persons
the short story finally sort out nearly three to eight. It needs a moderator
the complication. tointroduce the members of the discussion
e. Coda, that provides a comment group, present the problem to be discussed
or moral based on what has and keep the discussionmoving. The
been learned from the story (an leader’s role is one of guiding the group
optional step) (Anderson; rather than one of dominating it. The
1997:8) responsibilities ofa moderator included the
2. Language Features introduction of the topic, keep the discussion
According to Agustien (1990:42), a moving, avoid having the group
language feature is the consequence of the becomesidetracked, avoid quibbling over
communicative purpose of a text, which irrelevancies, summarize and draw
involves several linguistics components. The conclusions. While the responsibilities
language features usually find in a narrative ofmembers of the discussion group are to be
are: well informed on the topic, speak informally
a. Specific characters. while avoiding arguingand quibbling, stay
b. Time words that connect vents to tell with the topic under discussion, have
when they occur. sources of information available, back up
c. Verbs to show the actions that occur in statementswith facts, and help the group
the story. summarize its conclusions. In this type the
d. Descriptive words to portray the responsibilities of the audience(students) are
characters and settings to listen attentively, withhold questions until
presentation is completed, ask for minded, respect andaccept the
clarification ofideas, ask for evidence on contributions of others, but think
questionable statements, confine remarks to independently. Not dominate the
the topic under discussion, and discussion. Assume responsibility
extendcustomary audience courtesies to for contributing ideas and for
members of the round table. moving thegroup toward its goal.
2. Panel discussion b) Prepare adequately for the discussion
A panel discussion is similar to a round and be able to support ideas with
table discussion in many ways, but different factual evidence. Speakloudly and
toexist. The responsibilities of the moderator clearly enough for all to hear. Not be
are the same as in round table discussion. offended when the group does not
The procedure is moreformal than that of the accept one’sideas or suggestions.
round table. It begins with a short statement c) Ask for clarification of ideas that are
by each discussion member. Panel is not understood. Have confidence in
moreaudience oriented than round tables and the ability of the group to come to a
each panelist is considered to be more or satisfactory decision and support the
less an expert (Vedanayagam,1994). It is decision of the group once it has
summarized that there are certain objectives been made.
of the discussion as pointed out by Emmer, METHODOLOGY RESEARCH
Evertson,Clements, and Worsham (1997). A. RESEARCH DESIGN
The major purpose of using discussion is to The researcher used a quantitative
encourage students to evaluateevents, topics, research design to conduct the data. The
or results; to clarify the bases for their researcher took two groups, the
judgments; and to become aware of other experimental group and the control group.
points of view. The experimental group was taughtby using
Gage and Berliner (1988) also described the discussion method and the control group
following objectives of was without manipulation and the researcher
discussion:a.Thinking critically, gave the pre-test to the two groups. The
b.Democratic skills, c.Complex cognitive researcher uses T- table 0, 05 or 5 % =
objectives, d.Speaking ability, e.Ability to 2,093. If T- value is greater or high than T-
participate, f.Attitude change table it means that the hypothesis is received
Therefore, one participating in a discussion but if T- value is lower than T- table it
should: means that hypothesis is rejected.
a) Listen with attention when others are
speaking. Remain objective, open-
SAMPLE PRE TEST TREATMENT POSTTEST
Experimental group (A) 1 meeting 2 Meting 1 meeting
Control group (B) 1 meeting - 1 meeting

B. population and Sample a. Independent Variable that Discussion


The population is 130 of students at method in student’s reading
STKIP PGRI Bangkalan that consisted of comprehension of narrative texts
four classes and the random technique was b. Dependent Variablesthat The Second
used in getting the sample. The sample of semester of STKIP PGRI Bangkalan
classes was D of second semester that was
30 students. C. The instruments
The various variables in the research can be This research instrument was test that
divided into: consisted pre and post test
D. Data Collection
In relation to the problem, which had samples by using statistics analysis.The
been formulated before, the data was statistics that use the writer as follows:
collected through pre-test and post- test but Md
the group of experiment was applied the t Where:
X 2 d
twice times of treatment.
F. Data Analysis N N  1
After the data obtained from the test Md : different of mean from post-test –
were collected the next step was to analysis pre-test
the data applied in terms of statistical xd : deviation from subject d - Md
computation in order to find the empirical X 2 d : total quadrant of deviation
evidence. In order to know whether the N : subject in sample
differrence between the score means of the db : N  1
experimental and control group is
significance or not. The researcher will
analyze the data that has taken from the
RESEARCH FINDING
A. THE RESULT OF READING COMPREHENSION IN NARRATIVE TEXT
The pre-test scores and means of experimental and control groups
Total
Group number of Scores Mean
student (N)
Control 15 820 58.57
Experimental 15 760 54,28
group had gotten treatment about twice
The table showed that the sum score of the times, namely:
pre-test scores was 820 for the control group 1. The score of the first treatment and
and 760 for the experimental group. While, the second treatment
the mean of the pre-test scores of the control The first treatment that was held by
group was 58,57 and the experimental mean the researcher by giving the texts and they
of group was 54,28. It could be seen that the discuss by using the discussion method.
scores of control group was higher than the After finishing to discuss they are ready to
experimental group. After the experimental answer exercise.

The score of the first treatment


Treatment Score Mean
Treament 1 900 64,28

The writer knows the result of the first The second treatment the same with
treatment. The result of the treatment by the firs that was held by the researcher.The
discussion method had shown that 15 student are very interested to discuss the text
student as experiment group in getting score but they have different from topic. The
average because the researcher calculated a researcher knows the result of the second
result of score in the first treatment was treatment.
average.
The score of the second treatment
Treatment Score Mean
Treament 2 930 66,42

The result of the second treatment in getting score very high because the
teaching speaking by discussion method had researcher calculated of a result of score in
shown that 15 studets experiment group in the second treatment was a very high.

The Result Of Reading Comprehension In Narrative Text By Using Discussion Method.


The Result of means scores pre and post - test
Total
Group number of Scores Mean
student (N)
Control 15 843 42,15
Experimental 15 1395 69,75
The table showed that the sum score of the control group was 42,15and the
pre and post-test was 843 for the control experimental mean of group was 69,7 5. It
group and the experimental group was 1395. could be seen that the scores of experimental
While, the mean of the pre-test scores of the group was higher than the control group.

The Total Of Calculation Score T- Test


The result of calculation score t-test in control and experiment class
Sum Average t
Group D D2 t table
X Y X Y value
Experiment 820 1395 58,57 69,75 230 4400 8,89 5% =2,0931%=3,012

Control 760 843 54,28 42,15 60 1000 2,11 5% =2,0931%=3,012

Because T- test is 8,89 and critical value at of T-test so the result proved that there was
0,05 was 2,093. Because T- test was higher significant difference between them. It
than Critical value so the alternative means that the end of study, the ability of
hypothesis was accepted and null hypothesis both of two groups were significantly
was rejected. different. According to Gage and Berliner
From explanation above the (1988) also described the following
researcher could give a conclusion that the objectives of discussion:a.Thinking
student of Second semesters at STKIP PGRI critically, b.Democratic skills, c.Complex
Bangkalan can use the Discussion Method cognitive objectives, d.Speaking ability,
to increase student’s reading comprehension e.Ability to participate, f.Attitude change.
in narrative texts. Therefore, one participating in a discussion
should:
a) Listen with attention when others are
DISCUSSION speaking. Remain objective, open-
Discussion is a process whereby two minded, respect andaccept the
or more people express, clarify and pooltheir contributions of others, but think
knowledge, experiences, opinions, and independently. Not dominate the
feelings.Based onthe result of pre-test and discussion. Assume responsibility
post-test in reading comprehension, the for contributing ideas and for
researcher calculated to compare the result moving thegroup toward its goal.
b) Prepare adequately for the discussion Arikunto, Suharsimi. 1998.
and be able to support ideas with ProsedurPenelitian:
factual evidence. Speakloudly and SuatuPendekatanPraktek.
clearly enough for all to hear. Not be EdisiRevisi IV. Jakarta:
offended when the group does not RinekaCipta.
accept one’sideas or suggestions. Berry, J.(2005). Quantitative Methods in
c) Ask for clarification of ideas that are Education Research.University of
not understood. Have confidence in Plymouth
the ability of the group to come to a (www.edu.plymouth.ac.uk/.../qua
satisfactory decision and support the ntitative%20methods%202/qualrs
decision of the group once it has hm., accessed on Jan, 24th 10.53
been made. a.m)
When the researcher combined between Brown, H. Douglas, 1994. Teaching by
theory in Discussion Method and Principles An Interactive
narrative texts had affected to the Approach to Language Pedagogy.
Students at Second semester of STKIP New Jersey: San Francisco
PGRI Bangkalan to be able increase University.
their reading comprehension Brown. H. Douglas. 2004. Language
CONCLUSION Assessment Principles and
A. Conclusion classroom Brown. H. Douglas.
Based on the research finding above, 2004. Language Assessment
the effectof Discussion Method in the Principles and classroom
previous chapter: 1. From the statistical Creswell, J.W. (2012).4thednEducational
analysis it is found that the mean score and Research. University of
the standard deviation of experimental NebraskaLincoln:Pearson.
groups were higher than control groups. Harmer, Jeremy. 2001. The
Mean score and the standard deviation of Practice of English Language
group were 58.57 and 8.89, while the mean Teaching.London: Longman.
score of control group was 54.28 and the Hornby, AS. 1995. Oxford Advanced
standard deviation was 2.11 However, the Learner’s Dictionary of Current
student’s reading comprehension for both English. London: Oxford
groups were included in the average University Press.
category.2.All of the above data indicates Kang Shumin .( 2002) Methodology in
the experimental group is more successful Language Teaching Cambridge university
than the control group. The figure of t-test is Press
also higher than t-table. It means that the Richard and Renandya,2002Methodology In
deviation of the two mean scores Language Teaching Cambridge university
aresignificant.3.The t-test score of Press.
experiment class is 8,89 so the ttable<tvalue, Turk, C. (2003). Effective Speaking :
the t-test score in control class is 2,11 so the Communicating in Speech. Spoon Press.
ttable>tvalue. In 5% = 2,160 1% = 3,012 it Tsang and wong. .( 2002) Methodology in
means in the experiment class t-test score is Language Teaching Cambridge university
significant so the alternative hypothesis is Press
accepted and there is a significant between Welty, W. M. (Change
discussion method is rejected. July/August).Discussion Method
REFERENCE Teaching.(www.lc.unsw.edu.au/onlib/pdf/di
sc.pdf, accessed on Jan, 24th 10. 30 a.m
IMPROVING THE TENTH YEAR STUDENTS’ SPEAKING ABILITY USING
PICTURE AS MEDIA AND TALKING CIRCLE STRATEGY IN VOCATIONAL HIGH
SCHOOL 1 AROSBAYA.

Mariyatul Kiptiyah
STKIP PGRI BANGKALAN, e-mail: mariya.abdina@yahoo.com
Abstract: This study aims to improve the tenth year students’ Speaking ability using picture
as media and talking circle strategy. This study uses A classroom action research techniques. The
subject of this research are tenth year students of Vocational High School 1 Arosbaya who take
Technique Automotive. Based on the data, there are some improvement in teaching learning
process. In the teacher activities from 60 % to 100%, and the student activities from 25 % to
87.5 %, and the average value of students’ evaluation for syntactically in the first cycle is 1.6 and
in the last cycle is 3.667, and for vocabulary in the first cycle is 1.5 and the last cycle is 3.238.
The number students who can make sentence improve from 8 students to 21 students in last
cycle. It concluded that the classroom action research is successful.
Key Words: Teaching Speaking, Picture media, Talking Circle Strategy.

INTRODUCTION describe that communicative competence


consists of language competence, strategic
The purpose of real communication competence, and Psychophysiological
is to accomplish a task, such as describing a Mechanisms. Language competence
thing (real-life thing or in the form of includes organizational competence, which
teacher-made picture/photograph taken out consists of grammatical and textual
from magazine or newspaper), conveying a competence, and pragmatic competence,
telephone massage, obtaining information, which consists of illocutionary and
or expressing an opinion. Exposing the sociolinguistic competence. Grammatical
students in practicing the language in a real competence consists of vocabulary,
situation can make them easier to express Morphology, phonology/graphology and
their ideas and can make their language syntax. Contextual competence consists of
more natural. The most important thing is cohesion and rhetorical organization.
that they do not only speak by imitating Illocutionary competence consist of
someone speaking but they also know how functional abilities, and sociolinguistic
to use language naturally. According to Jack competence consists of dialect, register, and
C Richards (2006: 25), language should cultural reference. It is an evident that most
serve as a means of developing higher-order of the time the students have already had a
thinking skill, Also known as critical and certain idea in their mind but they get stuck
creative thinking. In language teaching, this in expressing their ideas orally.
means that students do not learn language
for its own sake but in order to develop and As the other Senior High Schools,
apply their thinking skills in situations that vocational high Schools are based on the
go beyond the language classroom. newest curriculum. The newest curriculum
of teaching and learning English in
Speaking ability is still considered Vocational high School is that it is
by the students as difficult and as emphasized on the achievement of the
complicated to master. Most Junior and standard of competence that is the students
Senior High School students can hardly use are expected to be able to communicate
English for communicative purpose even in orally or in written form by using
the simple form of English expression. appropriate types of language fluently and
O’Grady and Archibald (2000: 508) accurately in the interaction.
The basic competence in spoken or speaking ability in cycles. When the last
oral English in Vocational High School is cycle is considered to fulfill the criteria of
that the students are expected to be able to the improving of student’s ability, the
express the meaningful expression by classroom action research is stopped (the
improving an appropriate rhetoric in spoken researcher will make report). Each cycle of
form. During teaching and learning process this classroom action research uses the
in schools, we often find that many teacher procedure. The procedure, as Kemmis and
especially use picture as their media of Mc Taggart in Mc Niff (1992: 22) proposed,
teaching. This media is not only economical consists of four fundamental aspects;
but also effective for teaching learning planning, acting, observing, and reflecting.
process, as we know that giving a real or This procedure, according to Mc Niff (1996:
visual thing could help students to 22) is ‘spiral cycle”. The subjects of the
remember much. Furthermore pictures are study are the tenth year students who take
interesting because they make learning more Technical Automotive of Vocational High
enjoyable. Beside, The Talking Circle is an School (SMK Negeri) 1 Arosbaya
excellent teaching strategy which is Bangkalan which is located on Jl. Raya
consistent with First Nations values. The Arosbaya No. 01 Arosbaya-Bangkalan in
circle symbolizes completeness. In a academic year 2011/2012.
Talking Circle, each one is equal and each
one belongs. Students in a Talking Circle The source of data in this study is
learn to listen and respect the view of taken from student’s speaking activities.
others.So they will be skillful in speaking Arikunto (2006: 129) states that the source
and able to communicate or to express their of data is the subject from where the data
ideas, opinions, agreements or transferring were obtained. Based on this definition, the
information in English. Speaking is a mean source of data in the classroom action
of interaction among people. research are any information from students
speaking ability related to the statement of
So that, this research combined problems. The research data are taken from
between the picture media and talking circle the student’s speaking ability performance,
strategy in teaching speaking to the students. to deal vocabulary, and syntax.
And the objective of this research is to find
out the Improving Tenth Year Students’ DATA ANALYSIS
Speaking Ability Using Picture As Media
The researcher wants to apply
And Talking Circle Strategy In Vocational
appropriate mechanism of data processing to
High School 1 Arosbaya.
conduct the speaking ability by using picture
RESEARCH METHOD as media and talking circle strategy.
However, the strategy is used by the teacher
This research uses an action design in the process of language learning is
called classroom action research (CAR) complicated. To produce qualified strategy
design. The aim of the research is to control on their teaching-learning activity, the
the variable that in fact, affects the result of strategy needs to be improved to make it
the system or program process. The better. If the teacher has many strategies in
implementations in this action research are teaching speaking, it can improve students’
some lesson plans, and experiments. It is speaking ability and students can be
viewed specially and continuously, and then motivated to speak English. Therefore, the
establishes the control change until the purpose of this chapter is to describe the
maximal effort in the exact action form in collected data. Those data are analyzed by
order to get the maximal score. Through this using the previous theory, that is
classroom action research, the researcher Communicative Competence and the
attempts to employ the picture as media and researcher presents the research result by
talking circle strategy in improving students’
describing the techniques of Action strategy in learning today. The teacher
Research. It is described in the following: explains how to talk using picture as media
in a circle, when one of the members in a
First Cycle small circle didn’t know and understand
teacher hope that their friend who has
Before conducting the first cycle, the
understood can help each other. The teacher
researcher has made preliminary observation
then, groups the students based on the pre-
to know the students’ speaking ability. It has
speaking that have done before, and he gives
been done as preliminary data, and the
the students a few minutes to make an
average value in the preliminary
opinion in asking and giving an opinion.
obeservation is 1.2 for the value in syntax,
These activities end of this process is to
1.4 for vocabulary, and the number of the
create a picture media and talking circle
students who can answer the teacher is 5
strategy as one whole conversation, then
students. From the preliminary data through
presented their opinion from their sit by
observation and field notes, it is found that
standing and in turn. After all the activities
the students did not speak English well.
have been done, and then the teacher checks
They Even speak by using their mother
understanding and provides feedback
tongue, that is Madurese language in
through theme/topic, spelling, and
speaking class. Therefore, teacher and
conformity discussion.
researcher explain to them how important
the learning strategies are. The data are At the final phase, the teacher and
useful for classroom action research in order students conclude important points of
to determine the speaking class based on the learning that have been done about the
speaking ability. conversation using picture media and talking
a. Planning Phase circle strategy. Then the teacher gives
First phase of this research is individual home work to find the next topic
planning. Researcher at planning phase and determine the theme/topic and then
organizes as follow: develop the picture media and talking circle
strategy.
1) Creating a lesson plan with the material:
a) Conducting preliminary Based on the field notes in the first
observation without using the cycle, the researcher found some obstacles,
picture media and talking circle they are: some students did not attend to
strategy. classroom, did not attend on time, used
b) Describing how to use picture mother tongue all the time in the classroom
media and talking circle strategy activities, did not understand what the
2) Making observations test to observe the teacher told, they had limited vocabulary,
activities during the teaching-learning and they forgot the last topic in the last
process going on in the classroom meeting.
3) Making an evaluation to see the
students’ ability in speaking using c. Observation Phase
picture media and talking circle strategy Observation Phase is made during
b. Implementation Phase the teaching-learning activity. This phase is
In these activities the teacher the phase of activity to observe in carrying
motivates students to learn seriously. First of out the process of teaching learning. This
all, the teacher explains the material and activity is one determinant of the success of
asks the students ask and give an opinion. If classroom action research.
the students cannot make a sentence the
teacher guides them. These activities still In this phase, the researcher finds that
use the natural teaching. the teacher in carrying out the improving
process of learning does not fully perform in
In the next phase, the teacher accordance with the lesson plans that have
explains picture media and talking circle been made at the planning phase before. The
teacher does only 60 %. Based on the ten not maximum that should be held further
events observed only six are held, the improvement. The result of this study
teacher at the preliminary activities just does indicates that the first cycle is unfinished.
apperception learning, without conveying This is because the students do not
the purpose of improving learning and understand fully how to ask and give an
motivating students. opinion. They also difficult to understand
the process of picture media and talking
In the core activities, almost all circle strategy. Thus, it also affects the
activities have been conducted by the evaluation result when it comes to present in
teacher including mastering teaching front of the class.
materials, conducting question and answer
with the students, using the picture media It makes the picture media and
and talking circle strategy in learning talking circle strategy is not unified. Some
process, and providing inputs to the students students were seen to impose ideas that are
who make presentations based on picture not related to the topic so that the topic did
media and talking circle strategy. However, not seem coherent. Having held
there are activities that have not been carried observations about the understanding of
out by the teacher, which provides guidance matter, and students’ evaluation will be
to students who have difficulty and give obtained the following results:
feedback to the students. This causes the
learning is not going according to plans that The students average value
have been made in the previous phase. syntactically is 1.5, and the average value in
vocabulary is 1.6. From the result, it appears
Teacher at the closing event has been that the students didn’t understand with the
concluded important points of learning, so instruction and the students’ vocabulary is
students can understand the essence of still low. Some students give their idea but
learning improvement expected by this because of their vocabularies, they can’t
activity through picture media and talking make it communicatively. From 29 students
circle strategy. in the classroom just some of them that
answer the teacher asking, from this
In students activities the researcher condition we know that the students’
finds out that the srudents do not practice motivation are low and they are passive in
the activities completely. The students only the classroom because they didn’t
does 25 % from the eight events were understand what the teacher said. From
observed only two are held. So, the purpose supported data in appendix 2 mostly
of improving learning and motivating students never do some activities that have
students is not success. positive effect.
From the result appears that the Based on the value in this cycle, we
understanding, cooperation and activities can conclude that this cycle is still less than
have not as expected by the teacher. In satisfactory results. This means that this
working together the students are cycle is not able to achieve the desired result
individualistic and some students even do that improves student speaking ability. For
not do the activity well. The students can not that reason this cycle is not successful. It
determine with certainty the themes/topics needs a further action so the results obtain
that will be made, so that at the time of can be improved.
presentation speaking in picture media and
talking circles strategy, students feel d. Reflection phase
nervous. Lack of teacher’s motivation also Based on the first cycle was,
influences the teaching-learning process. researcher conducted a reflection of the
results in these activities. The teacher
The result obtained in the process of observes activity is not maximally
picture media and talking circle strategy is conducting activities that have previously
designed; the teacher does not tell the discussing student work by picture media
purpose of learning and also does not and talking circle strategy.
motivate the students so that students have
no interest in the material being taught. At the final phase, the teacher and
the students conclude important points of
Teacher does not give feedback and learning that have been done about the
guide students when they get difficult in conversation using picture media and talking
speaking through picture media and talking circle strategy. Then the teacher gave
circle strategy, so that students feel less individual home work to find the next topic
confident when it comes to present speaking and determine the theme/topic and then
in front of the class. The value obtained is develop the picture media and talking circle
still less than satisfactory results. This strategy.
means that the first cycle was still not able
to achieve the desired, it is need more cycle. The field notes in second cycle,
researcher has found some obstacles, they
Second Cycle are: some students still did not attend on
time, did not understand what the teacher
The activities in this cycle are told, they forget the last topic in the last
improving the previous cycle. In this cycle meeting, they can not arrange the sentence,
the researcher hope the students can and students still have difficulties in
improve their speaking ability through completing test hrough picture as media and
picture media and talking circle strategy. talking cicle strategy.
a. Planning Phase
The planning in this phase is similar The researcher help teacher to give
with the first phase. solution to the students obstacles, they are:
they are asked to attend on time, the teacher
b. Implementation Phase explains using multilingual, asks the
In this phase the teacher tries to find students to study at night before, help
out whether the students still remember the students to arrange the sentence, and give
task by asking their opinion through some of the students some examples how to solve the
their home work and motivates students to test.
follow leaning improvement seriously.
c. Observation Phase
In the next phase, a teacher explains Phase observations have made
the material that would be given to improve during the teaching-learning activity. This
the learning activity in second cycle. phase is the phase of activity which observes
Teacher re explains how to talk in a circle, in carrying out the process of teaching
when one of the members in a small circle learning. This activity is one determinant of
didn’t know and understand teacher hopes the success of classroom action research
that their friend who has understood can conducted.
help each other. The teacher then, groups the
students based on the pre-speaking that have The teacher in carrying out the
done before, and he gives the students a few improving process of learning does not fully
minutes to make sentence based on the perform in accordance with lesson plans that
degree of comparison. These activities end have been made at the planning phase
of this process is to create a picture media before. In this activity can be proven the
and talking circle strategy as one whole teacher done only 90 % looks from the ten
conversation, then presented their sentence events were observed only eight are held,
about degree of comparison from their sit by most activities in the opening and closing
standing and in turn. After all the activities activities has been done by her.
have done, and then the teacher checks
understanding and provides feedback by In the core activities, almost all
activities have conducted by teacher of
mastering teaching materials, using media in result that improves student speaking
learning process, providing inputs to the ability. For that reason this cycle is not
students who make presentations of picture successful. It needs a further action so the
media and talking circle strategy, give results obtain can be improved.
students input who make a sentence orally
and give feedback to the students. However, d. Reflection phase
there are activities that have not been carried Based on the second cycle,
out by teacher, which conduct question and researcher has conducted a reflection of the
the students answer. This causes the learning results of these activities. The teacher was
is not going according to lesson plans that observed activity was more maximally than
have been made in the previous phase. the first cycle; the teacher has told the
purpose of learning and also has given
Teacher at the closing event motivating to the students.
concluded important points of learning, so
students can understand the essence of a Although the teacher’s activities
place of learning improvement, expected by have improved but the students’ activities
this activity can enhance the students and got result are still satisfactory results.
speaking ability through picture media and This means that the second cycle has been
talking circle strategy. still able to achieve the desired result
through the media increased picture media
The student in do their activities do and talking circle strategy.
not fully. In this activity can be proven the
students done 62.5 % looks from the eight
events were observed only two are held. So,
Third Cycle
the purpose of improving learning and
motivating students is improve than first This third cycle is focused to the
cycle. students’ activities and students’ evaluation
to improve their speaking ability through
Based on the table above from the
picture media and talking circle strategy.
students’ evaluation sheet, cycle average
a. Planning Phase
value syntactically is 3.12, from the result it
Researcher at the planning phase
appears that the students have been
organizes as follow:
understood with the instruction and the
students’ vocabulary is still need improving 1) Creating a lesson plan with the material:
although their average 3. Some students give a) Define the themes/topics into picture
their idea but because of their vocabularies, media and talking circle strategy.
they can’t make it communicatively. From b) Preparing speaking on picture media
29 students in the classroom just some of and talking circle strategy.
them that answer the teacher asking, from 2) Making observations test to observe the
this condition we know that the students’ activities during the teaching-learning
motivation are low and they are passive in process going on in the classroom
the classroom because they didn’t 3) Making an evaluation to see the
understand what the teacher said. From students’ ability in speaking by using
supported data in appendix 3, number picture media and talking circle strategy
students who have never done some b. Implementation Phase
activities that have positive effect and In this phase the teacher has tried to
related to the improving students ability find out whether the students still remember
abated. the task by asking the last topic to the
students through some of their home work
This cycle is still less than
and motivates students to follow leaning
satisfactory results. Because the value in this
improvement seriously.
cycle shows unsatisfacfory. This means that
this cycle is not able to achieve the desired
In the next phase, a teacher has the students could understand the material.
explained the material that would be given It can be seen in the students’ evaluation
to improve the learning activity in second sheet below:
cycle. Teacher explains how to talk in a
circle, when one of the members in a small Students’ evaluation shows the
circle have not known and understand average of students’ vocabulary is 3.238 and
teacher’s hope that their friend who has students’ syntax is 3.667. From the result the
understood can help each other. The teacher collaborator and the teacher conclude that
then, groups the students based on the pre- the students can make the classroom
speaking that have done before, and he gives activities more active than previous cycle
the students a few minutes to make sentence because almost students could make
based on the topic (using pronoun). These sentence based on the teacher asking, and
activities end of this process is to create a they can make sentences by using their own
picture media and talking circle strategy as word.
one whole conversation, then presented their
Result obtained in speaking is the
sentence from their sit by standing and in
maximum that is not necessary to hold a
turn. After all the activities teachers have
further improvement. The results of this
done and then check understanding and
research indicate that in third cycle students
provide feedback by discussing student
learning activity is complete.
work by way discussions.
d. Reflection phase
At the final phase, teacher and
Based on the third cycle, it can be
student conclude important points of
considered as a successful cycle. in this
learning that have been done about the
cycle shown the classroom activities,
conversation using picture media and talking
teacher activities, students’ activities, and
circle strategy. Then the teacher gave
students’ evaluation sheet have successful.
individual home work to find the next topic
and determine the theme/topic and then
develop the picture media and talking circle RESEARCH FINDINGS
strategy. The research findings are related to
general research problem, that is whether the
c. Observation Phase use of Picture media and talking circle
Phase observation is made during the
Strategy can improve students’ speaking
teaching-learning activity. This phase is the
ability or not.
phase of activity observes in carrying out the
process of teaching learning. This activity is The first Cycle
one determinant of the success of classroom
action research. In the first cycle, the teacher’s and
the students’ activities sheet that observed
The teacher in carrying out the are not complete. The teacher is not entirely
teacher-learning activity is completely done performed four activities that is design
in accordance with lesson plans that have before, and the students only do listening or
been made at the planning before. The paying more attention to the teacher’s
average is 100%, from ten events were explanation and evaluating. So the purpose
observed everything is done. of this learning improvement do not reach in
the first cycle. Based to the students
From students’ activities in the
evaluation sheet the average value
classroom better than previous cycle. In this
Vocabulary is 1.5 and the average value
cycle all of activities are completely done.
syntax is 1.6. This means that the first cycle
The average in this table is 87.5 %, it has
is not still able to achieve the desired result
shown that the eight activities have
through picture media and talking circle
observed. Students’ participation and
strategy that improves speaking ability. For
activeness have made teacher believes that
that evidence, the first cycle was not High School 1 Arosbaya, and it affects the
success. It needs further action so the result competence of the students’ itself.
obtained to be increased.
The data analysis shows that Picture
The second cycle media and talking circle Strategy have
improved students’ speaking abilities and
In the second cycle, the teacher’s and the research result is grounded by the
the students’ activities sheet that observed answer of four specific research problem.
are not complete yet. The teacher is not they are: first, communicative competence
entirely performed an activity that is design of the tenth year students in Vocational High
before, and the students’ do five activities. School 1 Arosbaya, second, the influence of
They are, listening or paying more attention the picture media and talking circle strategy
to the teacher’s explanation, understanding to the speaking ability of the tenth year
the material well, cooperating with group, students of Vocational High School 1
doing the task, evaluating and doing the test. Arosbaya this research problem have two
So the purpose of this learning improvement point, they are: a.the picture media and
does not reach in the second cycle. Based to talking circle strategy improve students’ to
the students evaluation sheet the average speak, b. the picture media and talking circle
value Vocabulary is 3 and the average value strategy motivates the speaking ability of the
syntax is 3.1. This means that the second tenth year students of Vocational High
cycle is not still able to achieve the desired School 1 ArosbayaBangkalan.
result through picture media and talking After did three cycles, students can
circle strategy that improves speaking speak more communicative than before. It
ability. For that evidence the second cycle is was shown from students evaluation sheet.
not success, it needs further action so the In the first evaluation, almost students used
result obtained to be increased. their mother tongue, didn’t understand the
material, didn’t answer the question, didn’t
The third cycle
cooperate with group and they also didn’t
In the third cycle, the teacher’s and know what the teacher asking. Second
the students’ activities sheet that observed evaluation, the students begin understand
are complete. The teacher is fully the material, cooperative with their group
conducting activities that had previously doing the task. Although the number
design. if earlier in the first and second cycle students who answer the teacher question
are not significant improvement, then in the are not increase but some of them decrease
third cycle occurs a significant improvement their mother tongue. In the last cycle, the
in can be seen from the average value of the numbers of the students answer increase
third students’ evaluation sheet the average more. It could be shown in students’
vocabulary is 3.5, and average syntax is 3.7 evaluation sheet, and the average of the
the value obtained is improve better than students’ vocabulary improve from 1.5 to
before. It means that in the third cycle 3.238. the average of students’ syntax also
achieve the desired result through picture improve from 1.6 to 3.667.
media and talking circle strategy improve CONCLUSION
speaking ability. For that evidence the third
using picture media and talking circle
cycle is success. It does not need more
strategyhad been positively significant
cycle.
change to the student speaking ability. It can
Based on the result above, the also say that the teaching speaking ability
discussion explain that in the first, second using picture media and talking circle
and third cycle through picture media and strategy produced a greater improvement
talking circle strategy can improve the tenth than the conventional activity.
year students’ speaking ability in Vocational
REFERENCES O’Grady, William and Archibald. 2000.
Contemporarry Linguistic
Arikunto, Suharsimi, et al. 2006. Penelitian Anlaysis: An Introduction. Toronto:
TindakanKelas. Jakarta: PT. Bbumi Addison Wesley Longman.
Aksara.
Richard, Jack C. 2006. Communicaive
Kayi, Hayriye. 2006.Teaching Speaking: Language Teaching Today.
Activities to promote Speaking a Cambridge: Cambridge University
Second Language. the Internet Press.
TESL Journal, Vol. XII, No. 11,
(online http://itesl.org/accessed on _____________, Talking Circle.
January10, 2010) http://www.saskschools.ca/~aborigi
nal_res/suplem.htm.
Mc. Niff. 1992. Action Research Principles (online/accessed on 20 February
and Practice. London: Routledge. 2010)
Mc, Niff, J. L. P., and Whitehead J. 1996.
You and Your Action Reseearch
Project. London: Heyde.
STRATEGIES IN FACING LISTENING TEST DONE BY
ENGLISH LEARNERS
Tera Athena
STKIP PGRI Bangkalan
(athenatera@yahoo.com)

Abstract: This study was reported as a project to describe the students’ readiness while they
wanted to face the listening test. Here, the study focused on the attempt to reveal: (1) the
differences of strategies done by the English Department Students in Before-Test section, and (2)
the differences of strategies in While-Test section. The data were gotten from 120 university
students who were in fifth semester, in STKIP PGRI Bangkalan. The field note observation and
15 items questionnaire were used to find the real information to answer those problems. The
findings have shown that most students apply Familiarize form of the Test, Segmentation, and
Reading the Transcript. Those were applied while the students built their background
knowledge. Another finding shown that the students built their skill to answer efficiently in
While-Test section. Most of them used: Using multiple inputs, Catching main ideas, Paying
attention to voice changes, Academic Conversations, and Class Discussion. These findings imply
that strategies in facing listening test whether in Before-Test or While-Test must be drilled by the
students in order they can find the answer efficiently.
Keywords: Strategies in Listening Test, Listening.

INTRODUCTION Based on the previous study written by


The main reason in learning English, Athena (2012, 43-47) there are some
they can build communication with different responses did by the students as their
people of world and also they can open their reaction when the listening activity taken
mind in global community. In inquiring the place. The responding consisted of No overt
information thought English, the students responses, Short responses, longer
need to studying four skills, those are: responses, Extended responses, note taking
speaking, reading, writing and listening. All and obeying instruction. From the data it can
of the activities are not purely listening be described that only some students who
activities but all involve some aural were active in making responds. Most of the
comprehension as an essential component of students just sat down and listened. From
the communicative situation (Ur, 1984: 2). the field note data, the students needed to be
Rarely, if we listen to something without given some clarifications when they want to
some idea of what we are going to hear: start listening. Students can be successful
only, perhaps, when we turn on the radio or in following listening tests not only
television at random, or enter a room where because they are good at listening, but
a conversation is already progress. Usually also because they are supported by
we have some preconceived idea of the techniques or strategies to do the
content, formality level and so on of the listening tests, such as the before-test
discourse we are about to hear. Based on Ur and while-test strategies. Before-test
(1984: 03) our expectations may often be strategies refer to techniques applied by
linked to our purpose in listening: if we teachers to teach listening
want to know the answer to a question, then comprehension in the forms of
we will ask, and expect to hear a relevant familiarization of test formats, extensive
response. listening, segmentation, and reading the
Responding is demanded as a test of transcripts. Despite the fact that students
memory rather than of comprehension. should be prepared before the test, they
should also be prepared with strategies some questions to support the observation
during the test. While-test strategies result.
include using pictures, using multiple in- The subjects of this study were thirty
puts, catching main ideas, paying attention students and one lecturer on second
to voice changes, remembering specific semester students in STKIP PGRI
information, interpreting, and finding Bangkalan. Here, the lecturer tried to
hidden meaning. Longer conversations encourage the students to be active in using
such as academic conversations, class their strategies when they are facing
discussions, academic talks, and lectures listening test. The researcher described the
can also be understood using those lecturer and the students activities in the
strategies. In understanding and making classroom when they involved in certain
good responds in the listening passage the time that is listening test.
students must have strategies. The strategies In conducting this research, researcher
are required to make them ready to face the used some techniques to make valid the
test. The students can prepare themselves data. Here, the researcher used
and make the listening activity can be alive. Triangulations in order the data that have
They must be able to manage some steps been gotten is valid. In Wikipedia stated that
and be ready to follow the listening test. Triangulation is a powerful technique that
From this reason, the researcher aims to facilitates validation of data though cross
conduct a research about the strategies done verification from two or more sources. In
by the students as their readiness in facing particular, it refered to the application and
the listening test. combination of several research
From the description, the researcher methodologies in the study of the same
has conducted three research questions, phenomenon.
those are : Based on the previous aim, the researcher
(1) How are the strategies done by the conducted two instruments. The first is field
students in previous section, before note observation. The researcher became a
listening test? non-participant observer because she only
And (2) How are the strategies done by the sat in the back and did not interfere the
students in following section, while listening process of teaching-learning. She only sat
test.? and observed the activities which happened
The research was conducted to the second during the learning process and noted the
semester students of university when they important information which was needed.
were preparing themselves in facing She observed the classroom condition and
listening test I. situation. It included the interaction between
METHOD the lecturer and the students in preparing the
According to McMillan (1992: 9) listening test.
qualitative data is understanding the Observation Field note
meaning though verbal narrative and In the first step the researcher conducted
observations rather than through numbers. It field note to describe the condition of the
is supported by Mack,et al (2005:1) that class and the interaction between the
qualitative research is a type of scientific lecturer and the students. The Observation
research. Additionally, it seeks to has been gotten to note the students
understand a given research problem or activities in preparing themselves during pre
topic from the perspective of the local listening test and while listening test.
population it involves. Qualitative research Questionnaire
is especially effective in obtaining culturally Some questions were prepared to check and
specific information about the values, support the students activities in listening
opinions, behaviors and social context of test.
particular populations. Here, the researcherl It was needed to convince what the students
listened and observed what the students and did in pre listening test and while listening
the lecturer did. Besides, the researcher gave test.
RESULT References:
From the data, the researcher found that the Athena,Tera.2012. The Facilitation of
students did some strategies in facing and Cognitive Strategies in
preparing themselves in listening test. It has Listening Comprehension I of
been shown that most students applied the second semester University
Familiarize form of the Test, Segmentation, students (Unpublished S-2
and Reading the Transcript. Those were Thesis) Surabaya.: Universitas
applied while the students built their Negeri Surabaya.
background knowledge. Another finding Mc. Millan,James.1992. Educational
shown that the students built their skill to Research: Fundamental for the
answer efficiently in While-Test section. customer. Harper Collins
Most of them used: Using multiple inputs, Publisher Inc: New York
Catching main ideas, Paying attention to Ur,Penny.2003. A Course in Language
voice changes, Academic Conversations, Teaching. Cambridge
and Class Discussion. These findings University Press. USA
implied that strategies in facing listening test Hatch. J.A.2002. Doing Qualitative
whether in Before-Test or While-Test must Research in Education
be drilled by the students in order they can Settings. Albany: State
find the answer efficiently. University of New York Press.
CONCLUSION Knight, Lindsay. 2006. Learning and
As it has been mentioned before that Teaching English. A Course for Teachers.
actually listening skill is needed to support Oxford University Press.
other skills in learning English. And the
listening skill can be gotten from exercising
some strategies in facing pre listening test
and while listening test. As a lecturers, they
can encourage the students to develop their
skill in using some strategies.
CAMPUR KODE DAN ALIH KODE BAHASA MADURA KE DALAM
BAHASA INDONESIA PADA TUTURAN SISWA DAN GURU SDN 7
JADDIH SOCAH BANGKALAN TAHUN PEMBELAJARAN 2011/2012
NAHLIH, S. Pd.
SDN JADDIH 7 SOCAH BKL

Abstrak :
Campur kode adalah pencampuran atau kombinasi antara variasi-variasi yang berbeda di dalam
satu klausa yang sama, Thelander (dalam Jendra, 1991:130), Alih kode (code switching) adalah
peristiwa peralihan dari satu kode ke kode yang lain. Appel (1976:79) (dalam Chaer, 2010:107)
memberikan batasan alih kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena perubahan
situasi.
Pilihan kode adalah pemilihan suatu sistem struktur yang penerapan unsur-unsurnya
mempunyai cirri-ciri khas sesuai dengan latar belakang penutur, relasi penutur dengan mitra
tutur dan situasi yang ada (bdk. Poedjosoe-darmo, 1978) (dalam Rahardi, 210:55).Peristiwa
campur kode dan alih kode adalah digunakannya dua bahasa atau lebih, atau dua varian dari
sebuah bahasa dalam satu masyarakat tutur (Chaer, 2010:114).
Masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pilihan kode, faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya pilihan kode pada peristiwa
campur kode dan alih kode yang digunakan siswa dan guru SDN 7 Jaddih Kecamatan Socah
Kabupaten Bangkalan. Tujuan penelitian ini adalah Mendeskripsikan pilihan kode, faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya pilihan kode pada peristiwa campur kode dan alih kode yang
digunakan siswa dan guru SDN 7 Jaddih Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, yaitu metode yang
menggambarkan gejala dan fakta secara sistematis. Metode penelitiannya adalah deskriptif,
yakni metode yang mencoba memberikan deskripsi sesuatu sesuai dengan kualitas yang ada.
Metode yang digunakan adalah sadap, catat, dan wawancara, yakni pengumpulan data yang
diambil dari hasil sadap, pencatatan yang tidak bisa disadap, wawancara dari responden.
Sedangkan tehnik yang digunakan analisis isi (contens analisis) terhadap penafsiran yang
diambil dalam data yang diperoleh dari hasil sadap dan wawancara.
Pilihan kode pada peristiwa campur kode dan alih kode sebagai berikut: (1) campur kode
dari bahasa Madura ke dalam bahasa Indonesia (BM-BI), (2) campur kode dari bahasa Madura
ke dalam bahasa Indonesia dan ke dalam bahasa Madura (BM-BI-BM), (3) campur kode dari
bahasa Indonesia ke dalam bahasa Madura (BI-BM), (4) campur kode dari bahasa Indonesia ke
dalam bahasa Madura dan ke dalam bahasa Indonesia (BI-BM-BI), (5) alih kode dari bahsa
Madura ke dalam bahasa Indo-nesia (BM-BI), dan (6) alih kode dari bahasa Indonesia ke dalam
bahasa Madura (BI-BM).
Faktor penyebab terjadinya pilihan kode pada peritiwa campur kode dan alih kode yaitu;
1) lupa, 2) variasi, 3) ikut-ikutan, 4) penjelasan, 5) humur,
6) menghormati 7) terbiasa, 8) tidak tahu kosa kata, 9) biar keren.

Kata kunci : campur kode dan alih kode guru dan siswa, tuturan bahasa Madura dan bahasa
Indonesia.
A. Latar Belakang berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
Manusia adalah makhluk ciptaan Terjadinya peristiwa campur kode
tuhan yang paling sempurna diantara dilatarbelakangi oleh kebiasaan di
makhluk-makhluk lainnya karena manusia lingkungan keluarga maupun dengan teman-
memiliki keistimewaan sendiri yaitu teman sebayanya. Peristiwa campur kode
manusia memiliki bahasa sedangkan dan alih kode yang sering terjadi pada
makhluk lainnya seperti hewan tidak tuturan siswa-siswi dan guru SDN 7 Jaddih
memiliki bahasa. Manusia memiliki bahasa Kecamatan Socah Kabuapten Bangkalan,
oleh sebab itu manusia dalam yaitu jenis campur kode dan alih kode
berkomunikasi sering menggunakan dua bahasa Madura ke dalam bahasa Indonesia.
bahasa atau lebih. Bahasa sendiri memang Penelitian campur kode dan alih
termasuk aktivitas manusia dalam kode tersebut lebih menekankan bagaimana
melakukan komunikasi dan bahasa itu penggunaan campur kode dan alih kode
sendiri dapat dikatakan sebagai suatu sistem bahasa Madura ke dalam bahasa Indonesia
simbol yang bebas dipergunakan. Oleh dan faktor-faktor penyebab terjadinya pada
sebab itu, manusia sering menggunakan dua tuturan siswa-siswi dan guru SDN 7 Jaddih
bahasa dalam kehidupannya baik di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.
lingkungan keluarga ataupun di luar B. Rumusan Masalah
lingkungan keluarga. Berdasarkan uraian latar belakang
Jakobson (dalam Soeparno 2003:6) di atas masalah penelitian ini sebagai
membagi fungsi bahasa atas enam macam, berikut.
yakni fungsi emotif, konotif, referensi, 1. Bagaimana pilihan kode pada peristiwa
puitik, tatik, dan metalingual. Pemakaian campur kode dan alih kode yang
dua bahasa dalam ilmu sosiolinguistik digunakan siswa dan guru SDN 7
biasa disebut dengan campur kode. Jaddih Kecamatan Socah Kabupaten
Nababan (dalam Jendra 1991 :130) Bang-kalan?
memberikan pengertian campur kode adalah 2. Faktor apa yang menyebabkan
pencampuran dua (atau lebih) bahasa atau terjadinya pilihan kode pada peristiwa
ragam bahasa dalam suatu tindak berbahasa campur kode dan alih kode yang
tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa digunakan siswa dan guru SDN 7
itu yang menuntut percampuran bahasa itu. Jaddih Kecamatan Socah Kabupaten
Sehingga bahasa sering dianggap sebagai Bangkalan?
produk sosial atau budaya, bahkan C. Tujuan
merupakan bagian tak terpisahkan dari Tujuan penelitian ini diuraikan
kebudayaan itu (Sumarsono 2009: 20). sebagai berikut.
Bahasa sebagai hasil budaya 1. Mendeskripsikan pilihan kode pada
mengandung nilai-nilai masyarakat penu- peristiwa campur kode dan alih kode
turnya. Oleh sebab itulah dalam yang digunakan siswa dan guru SDN 7
penggunaanya manusia sering menggunakan Jaddih Kecamatan Socah Kabupaten
dua bahasa secara tidak sengaja dalam Bang-kalan.
melakukan komunikasi, dalam 2. Mendeskripsikan faktor-faktor yang
penggunaannya sangat beragam disebabkan menyebabkan terjadinya pilihan kode
di Indonesia banyak memiliki ragam bahasa. pa-da peristiwa campur kode dan alih
Salah satunya selain bahasa Indonesia kode yang digunakan siswa dan guru
sebagai bahasa persatuan. Masyarakat dalam SDN 7 Jaddih Kecamatan Socah
berkomunikasi sering mencampuradukkan Kabupaten Bangkalan.
bahasa ibunya seperti bahasa Madura, Bali, D. Manfaat
Batak, dan lain-lainnya. 1. Manfaat Teoretis
Campur kode di sekolah sering Diharapkan dapat memberi
terjadi di luar jam pelajaran (istirahat) masukan atau sumbangan khususnya dalam
ataupun ketika pelajaran berlangsung, bidang ilmu bahasa, yaitu sosiolinguistik
sedangkan alih kode sering terjadi ketika
dan menjadi bahan pengembangan Istilah bilingualisme (Inggris:
penelitian yang lain. bilingualism) dalam bahasa Indonesia dise-
2. Manfaat Praktis but juga kedwibahasaan. Bilingualisme
Secara praktis penelitian ini adalah hal yang berkenaan dengan dua
bermanfaat sebagai berikut. bahasa atau dua kode bahasa. Secara
(1) Bagi peneliti, diharapkan dapat sosiolingualistik secara umum,
memberikan sebuah pengetahuan baru bilingualisme diartikan sebagai penggunan
khususnya di bidang sosiolinguistik. dua bahasa oleh seorang penutur dalam
(2) Bagi guru bahasa sebagai tambahan pergau-lannya dengan orang lain secara
bahan pengajaran khususnya dalam bergantian (Mackey 1962:12, Fishman,
mempelajari bahasa dan sebagai 1975:73).
rujukan dalam menggunakan suatu Untuk dapat menggunakan dua
bahasa. bahasa tentunya seseorang harus menguasai
(3) Bagi para ahli kodifikasi bahasa dapat dua bahasa itu. Pertama, bahasa ibunya
digunakan seabagai bahan masukan sendiri atau bahasa pertamanya (disingkat
agar pengkodifikasian mereka semakin B1), dan yang kedua adalah bahasa lain
lengkap dan mendalam. yang menjadi bahasa kedua-nya (disingkat
E. Definisi Operasional B2). Orang yang dapat menggunakan kedua
Untuk memudahkan langkah bahasa itu disebut orang yang bilingual
selanjutnya, dalam penelitian ini perlu dije- (dalam bahasa Indonesia disebut juga
laskan secara operasional pengertian istilah dwibahasawan). Sedangkan kemampuan
yang terdapat dalam judul tersebut. Berikut menggunakan dua bahasa disebut
ini diuraikan beberapa definisi operasional. bilingualitas (dalam bahasa Indonesia
(1) Campur kode adalah pencampuran disebut juga kedwibahasawanan).
atau kombinasi antara variasi-variasi Menurut Lado (1964:214)
yang berbeda di dalam satu klausa kedwibahasaan merupakan kemampuan
yang sama, Thelander (dalam berbi- cara dua bahasa dengan sama atau
Jendra, 1991:130) hampir sama baiknya. Kedwibahasaan
(2) Alih kode (code switching) adalah adalah pemakaian dua bahasa oleh seorang
peristiwa peralihan dari satu kode penutur atau masyarakat ujaran (Hartman
ke kode yang lain. Appel (1976:79) dan Stork 1972:27). Haugen (1968:10)
(dalam Chaer, 2010:107) menyatakan bahwa kedwibahasaan adalah
memberikan batasan alih kode pemakaian dua bahsa secara bergantian baik
sebagai gejala peralihan pemakaian secara produktif maupun reseltif oleh
bahasa karena perubahan situasi. seorang individu atau oleh masyarakat.
(3) Pilihan kode adalah pemilihan suatu 2. Jenis-Jenis Bilingualisme
sistem struktur yang penerapan (Kedwibahasaan)
unsur-unsurnya mempunyai cirri- Adapun beberapa jenis pembagian
ciri khas sesuai dengan latar kedwibahasaan berdasarkan tipologi
belakang penutur, relasi penutur kedwibahasaan seabagai berikut.
dengan mitra tutur dan situasi yang 1) Kedwibahasaan Majemuk
ada (bdk. Poedjosoe-darmo, 1978) (compound bilingualism).
(dalam Rahardi, 210:55). Kedwibahasaan yang menunjukkan
(4) Peristiwa campur kode dan alih 2) bahwa kemampuan berbahasa salah
kode adalah digunakannya dua satu bahasa lebih baik daripada
bahasa atau lebih, atau dua varian kemampuan berbahasa bahasa yang
dari sebuah bahasa dalam satu lain.
masyarakat tutur (Chaer:2010:114) 3) Kedwibahasaan Koordinatif atau
sejajar. Kedwibahasaan yang
KAJIAN PUSTAKA menunjukkan bahwa pemakaian dua
A. Kajian Sosiolinguistik bahasa sama-sama baik oleh seorang
1. Bilingualisme individu.
4) Kedwibahasaan Subordinatif unsur bahasa lain dalam suatu bahasa.
(kompleks). Kedwibahasaan yang Tetapi unsur bahasa lain itu fungsi dan
menunjukkan bahwa seorang peranannya berbeda (Jendra, 1991:130)
individu pada saat memakai B1 Nababan (dalam Jendra,1991:130)
sering memasukkan B2 atau memberikan pengertian campur kode adalah
sebaliknya. pencam-puran dua (atau lebih) bahasa atau
3. Diglosia ragam bahasa dalam suatu tindakan bahasa
Menurut Fishman (dalam Sumarsono (speech act atau discourse) tanpa ada
2009:39-40) diglosia adalah objek SL sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang
(Sosiolinguistik) yang mengacu kepada menuntut percampuran bahasa itu.
pendistribusian lebih dari satu ragam bahasa Thelander (dalam Jendra, 1991:130)
atau bahasa yang melayani tugas-tugas memberikan pengertian campur kode adalah
komunikasi yang berbeda dalam suatu pencampuran atau kombinasi antara variasi-
masyarakat. Ia mengacu kepada perbedaan variasi yang berbeda di dalam satu klausa
linguistik, bagaimanapun bentuk dan yang sama.
wujudnya, mulai dari perbedaan gaya dalam Ciri-ciri daripada campur kode itu
satu bahasa serta penggunaan dua bahasa disebabkan oleh situasi dan konteks
yang sangat berbeda. Lalu Ferguson pembicaraan, karena adanya kesantaian
menjelaskan diglosia itu dari sembilan segi: pembicara dan kebiasaannya dalam
fungsi, prestise, warisan tradisi sastra, pemakaian bahasa dan campur kode sering
pemerolehan, standarisasi, stabilitas, terjadi dalam situasi tidak resmi (informal).
gramatika, leksikon, dan fonologi. Fungsi Campur kode sering terjadi dalam dunia
dalam masyarakat diglosis terdapat dua pendidikan. Salah satunya pada siswa SDN
variasi dari dua bahasa. 7 Jaddih Kecamatan Socah Kabupaten
Wardaugh (1986:90) (dalam Wijana, Bangkalan sebagian dari siswa-siswinya
2010:35) mengisyaratkan bahwa keinginan banyak yang menggunakan campur kode,
yang besar untuk menciptakan bahasa yaitu campur kode ba-hasa Madura ke
persatuan merupakan salah satu faktor yang dalam bahasa Indonesia, baik di dalam
paling dominan perannya dalam kelas maupun di luar kelas (jam istirahat).
melemahkan situasi diglosia. Campur kode itu menurut Basir
B. Campur Kode (2002:61) dibagi menjadi dua bagian
Menurut Chaer (2010:114) yaitu campur kode positif dan negatif.
kesamaan yang ada antara alih kode dan Campur kode positif adalah bentuk
campur kode adalah digunakannya dua pemakaian unsur bahasa lain seperti apa
bahasa atau lebih, atau dua varian dari adanya. Sedangkan campur kode negatif
sebuah bahasa dalam satu masyarakat tutur. adalah bentuk pengambilan dan pemakaian
Sedangkan di dalam campur kode ada unsur bahasa lain. Sementara dalam bahasa
sebuah kode utama atau kode dasar yang yang bersangkutan terdapat unsur kata
digunakan dan memiliki fungsi dan yang sepadan produktif dan representatif.
keotonomiannya, sedangkan kode-kode lain 1. Macam-Macam Campur Kode
yang terlibat dalam peristiwa tutur itu Menurut Jendra (1991:132), campur
hanyalah berupa serpihan-serpihan tanpa kode terbagi atas tiga macam campur kode,
fungsi atau keotonomian sebagai sebuah yaitu campur kode ke dalam, keluar, dan
kode. campur kode campuran. Campur kode ke
Seorang yang beralih kode dalam adalah jenis campur kode yang
mempunyai latar belakang tertentu, menyerap unsur-unsur bahasa asli yang
demikian pula seseorang yang bercampur masih sekerabat, seperti bahasa Madura
kode. Hanya saja latar belakangnya berbeda, kasar ke dalam bahasa Madura ha-lus.
persamaan keduanya akibat adanya kontak Sedangkan campur kode ke luar (Outer
bahasa dan saling ketergantungan (la- Code Mixing), adalah campur kode yang
nguage dependesy). Keduanya baik alih menyerap unsur-unsur bahasa asing, seperti
kode maupun campur kode sama-sama ada bahasa Indonesia ke dalam bahasa Madura.
Campur kode campuran (Hibrid Code kebiasaannya dalam pemakaian
Mixing), ialah campur kode yang di bahasa.
dalamnya (mungkin klausa atau kalimat) (3) Campur kode pada umumnya terjadi
telah menyerap unsur bahasa asli (bahasa- dalam situasi tidak resmi (informal).
bahasa daerah) dan bahasa asing, seperti (4) Campur kode berciri pada ruang
bahasa Madura ke dalam Indonesia. lingkup klausa pada tingkat tataran
2. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya yang paling tinggi dan kata pada
Campur Kode tataran yang terendah.
Faktor-faktor terjadinya campur (5) Unsur bahasa sisipan dalam
kode dilatarbelakangi adanya perbedaan peristiwa campur kode tidak lagi
etnis, peserta bicara, media, bahasa yang mendukung fungsi bahasa secara
diguanakannya. Dan campur kode itu sering mandiri, tetapi sudah menyatu
terjadi pada setiap bahasa. dengan bahasa yang disisipi.
Jendra (1991:134) menjelaskan C. Alih Kode
terjadinya campur kode karena adanya Alih kode (code switching) adalah
beberapa faktor antara lain faktor penutur peristiwa peralihan dari satu kode ke kode
dan faktor bahasa. Faktor penutur seo-rang yang lain. Appel (1976:79) memberikan
penutur yang berlatar belakang bahasa ibu batasan alih kode sebagai gejala peralihan
Bali yang memiliki sikap bahasa yang pemakaian bahasa karena perubahan situasi
positif dan kadar kesetiaan yang tinggi (dalam Chaer, 2010:107). Suwito (1983)
terhadap bahasa Bali, bila dia ber-bicara (dalam Chaer, 2010:114) membagi alih
bahasa Indonesia tentu akan terjadi campur kode menjadi dua, yaitu (1) alih kode intern
kode ialah bila alih kode berupa alih varian,
ke dalam, artinya bahasa Indonesianya akan seperti dari bahasa Jawa ngoko merubah ke
sering disisipi unsur bahasa Bali (Jendra, kromo, dan (2) alih kode ekstern ialah bila
1991:135). alih kode berupa alih bahasa, seperti bahasa
Faktor bahasa, yaitu penutur dalam Indonesia beralih ke bahasa Inggris atau
pemakaian bahasanya sering berusaha untuk sebaliknya.
mencampur bahasanya sehingga terjadi Interferensi pada hakikatnya adalah
campur kode karena ingin mencapai peristiwa pemakaian unsur bahasa yang satu
tujuannya lebih cepat dan tepat (Jendra, ke dalam bahasa yang lain yang terjadi
1991:136). dalam diri penutur (Suwito, 1983:54)
Menurut Basir (2002: 65) peristiwa (dalam Wijana, 2010:181).
campur kode disebkan oleh beberapa alasan Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Alih
yaitu (1) adanya keterbatasan padanan kata, Kode
(2) pengaruh pihak ke dua, (3) kurang Menurut Chaer (2010:109) ada
menguasai kode bahasa yang dipakai, dan beberapa faktor yang menyebabkan alih
(4) pengaruh unsur prestise. kode adalah;
3. Ciri-ciri Campur Kode (1) penutur, seorang penutur kadang
Campur kode adalah percampuran dengan sengaja beralih kode
atau kombinasi antara variasi-variasi yang terhadap mitra tutur karena
berbeda didalam satu klausa yang sama. suatu tujuan;
Dan campur kode juga mempunyai ciri-ciri, (2) mitra tutur, mitra tutur yang latar
menurut Jendra (1991:131) campur kode belakang kebahasaannya sama
mempunyai ciri sebagai berikut. dengan penutur biasanya beralih
(1) Campur kode tidak dituntut oleh kode dalam wujud alih varian dan
situasi dan konteks pembicaraan bila mitra tutur berlatar belakang
seperti dalam gejala alih kode, kebahasaan berbeda cenderung alih
tetapi tegantung kepada kode berupa alih bahasa;
pembicaraan (fungsi bahasa). (3) hadirnya penutur ketiga, untuk
(2) Campur kode terjadi karena menetralisasi dan menghormati
kesantaian pembicara dan kehadiran mitra tutur
ketiga, biasanya penutur dan mitra Fasold (1984) (dalam Chaer, 2004:
tutur beralih kode, apalagi latar 115) menawarkan kriteria gramatika untuk
belakang kebahasaan mereka membedakan campur kode dan alih kode.
berbeda; Kalau seseorang menggunakan satu kata
(4) pokok pembicaraan, pokok atau frase dari satu bahasa, dia telah
pembicaraan atau topik merupakan melakukan campur kode. Tetapi apabila satu
faktor yang dominan dalam klausa jelas-jelas memiliki struktur grmatika
menentukan terjadinya alih kode; satu bahasa, dan klausa berikutnya disusun
(5) untuk membangkitkan rasa humor, menurut struktur gramatika bahasa lain,
biasanya dilakukan dengan alih maka peristiwa yang terjadi adalah alih
varian, alih ragam, atau alih gaya kode.
bicara; Persamaan diantara keduanya adalah
(6) untuk sekedar bergengsi, walaupun antara campur kode dan alih kode
faktor situasi, lawan bicara, dan digunakannya dua bahasa atau lebih, atau
faktor sosio-situasional tidak dua varian dari sebuah bahasa dalam satu
mengharapkan alih kode, terjadi alih masyarakat tutur (Chaer, 2010:114).
kode, sehingga tampak adanya
pemaksaan, tidak wajar, dan METODE PENELITIAN
cenderung tidak komumikatif. A. Jenis Penelitian
Menurut Fishman (1976: 15) (dalam .Penelitian campur kode dan alih
Chaer,2004: 108) secara umum penyebab kode yang terjadi pada tuturan siswa dan
alih kodeantara lain adalah (1) pembicara guru SDN 7 Jaddih Kecamatan Socah
atau penutur, (2) pendengar atau lawan Kabupaten Bangkalan tersebut
tutur, (3) perubahan situasi dengan hadirnya menggunakan metode deskriptif kualitatif.
orang ketiga, (4) perubahan dari formal ke Alasan penggunaan pendekatan deskriptif
in informal atau sebaliknya, (5) perubahan kualitatif ini, karena penelitian tentang
topik pembicaraan. penggunaan campur kode dan alih kode
D. Persamaan Campur Kode dan Alih tersebut berupa gambaran sesuatu dan fakta
Kode sistematis, berdasarkan fakta dan metode
Campur kode dan alih kode adalah deskriptif merupakan penelitian yang
ilmu bahasa yang sama-sama mempelajari mencoba memberikan deskripsi sesuatu
tentang bahasa dan dalam pengguanaannya sesuai dengan kualitas yang ada.
terdapat unsur bahasa lain dalam suatu Menurut Moleong (2008:6)
tindak bahasa. Dalam artian campur kode menyimpulkan bahwa penelitian kualitatif
terjadi tanpa adanya tuntutan situasi adalah penelitian yang bermaksud untuk
sedangkan alih kode terjadi karena adanya memahami fenomena tentang apa yang
tuntutan dan campur kode sering terjadi dialami oleh subjek penelitian misalnya
pada acara informal sedangkan alih kode perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan
terjadi pada acara formal. lain-lain, secara holistik, dan dengan cara
Thelander (1976: 103) (dalam Chaer, deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
2004: 115) menjelaskan perbedaan campur bahasa, pada suatu konteks khusus yang
kode dan alih kode, apabila di dalam suatu alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
peristiwa tutur terjadi pera-lihan dari satu metode alamiah.
klausa suatu bahasa ke klausa bahasa yang B. Subjek dan Data Penelitian
lain, maka peristiwa yang terjadi adalah alih 1. Subjek Penelitian
kode. Tapi apabila di dalam suatu peristiwa Subjek penelitian adalah subjek yang
tutur, klausa- klausa maupun frase-frase dituju untuk diteliti oleh peneliti (Arikunto,
yang digunakan terdiri dari klausa dan frase 2010: 188). Subjek penelitian ini diambil
campuran, dan masing-masing klausa atau dari siswa dan guru SDN 7 Jaddih
frase itu tidak lagi mendukung fungsi Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan
sendiri-sendiri, maka peristiwa yang terjadi kelas 4 s.d 6, karena anak pada kelas ini
adalah campur kode. secara umum sudah bisa menguasai dua
bahasa yaitu bahasa ibu (bahasa Madura) Perekaman ini dilakukan ketika jam
dan bahasa Indonesia serta semua guru yang pelajaran berlangsung.
mengajar di kelas tersebut, karena secara Di samping menggunakan teknik
umum bahsa pengantar guru menyesuaikan sadap juga menggunakan teknik catat yang
dengan kondisi bahasa murid. Meskipun dilakukan untuk mencatat hal-hal yang tidak
demikian perlu adanya kriteria subjek bisa direkam pada proses perekaman
penelitian adalah tidak tuli, tidak bisu, berlangsung, yaitu orang yang berbicara,
menguasai dua bahasa, suku Madura asli, lawan bicara, topik yang dibicarakan, waktu
tidak cacat mental. pembicaraan, suasana pembicaraan, dan
Subjek penelitian ini terdiri dari 3 tempat pembicaraan berlangsung.
orang guru dan 46 orang siswa dari kelas 4 Pencatatan ini menggunakan buku kosong
s.d 6 yang merupakan salah satu unsur yang telah disediakan sebelumnya.
penunjang pada proses kegiatan belajar Dalam pengambilan data sebuah
mengajar di kelas. Antara siswa dan guru penelitian digunakan bahasa lisan agar di-
sama-sama menguasai dua bahasa yaitu dapatkan data yang jelas, maka digunakan
bahasa Madura dan Indonesia, karena metode simak dan metode cakap (Mahsun,
mereka sama-sama suku bangsa Madura 2007: 92).
asli. Hal ini kemungkinan dari mereka akan Data dengan metode cakap suatu
mengalami peristiwa campur kode dan alih cara yang ditempuh dalam pengumpulan
kode dari bahasa Madura ke dalam bahasa data yang berupa percakapan antara peneliti
Indonesia atau sebaliknya. dengan informan (Mahsun, 2007:95).
2. Data Penelitian 2) Prosedur Pengumpulan Data
Data adalah hasil penyadapan Langkah - langkah yang digunakan
terhadap subjek (Siswa dan guru SDN 7 dalam penelitian tersebut menggunakan
Jaddih Kecamatan Socah Kabupaten teknik sadap/rekam, cakap, catat, dilakukan
Bangkalan), data ini berupa tuturan yang dengan langkah-langkah sesuai dengan
disadap dari subjek penelitian yang pendapat Mahsun (2007:242) metode simak
dihasilkan berupa data peristiwa tutur adalah suatu metode yang digunakan dalam
tergolong pilihan kode pada peristiwa penyediaan data dengan cara peneliti
campur kode dan alih kode. Peristiwa tutur melakukan penyimakan penggunaan
tersebut dilampirkan dalam bentuk dialog. bahasa. Pada penelitian ini dalam
a. Pengumpulan Data pengumpulan data dengan langkah-langkah
1) Teknik Pengumpulan Data sebagai berikut.
Pengumpulan data dalam (1) Melakukan perekaman melalui sadap
penelitian ini manggunakan teknik sadap terhadap peristiwa tutur.
yaitu merekam tuturan informan tanpa ada (2) Melakukan penyimakan terhadap
rekayasa sebelumnya untuk mendapatkan hasil data yang direkam melalui
data yang asli. sadap.
Untuk mendapatkan tuturan siswa dan (3) Melakukan teknik lanjutan yang
guru yang dijadikan informan, perekaman berupa teknik catat yang dengan
dilakukan dengan menggunakan handphone dibantu dengan rekaman untuk
yang kemudian dipindahkan ke CD kosong. mencatat hasil rekaman tuturan
Handphone sebelumnya sudah dipersiapkan informan (siswa dan guru SDN 7
terlebih dahulu sehingga nantinya Jaddih Socah Bangkalan).
mempermudah dalam mencari data, (4) Mempelajari catatan-catatan atau
perekaman ini dilakukan untuk mentranskripsikan rekamannya,
mendapatkan tuturannya yang mengalami untuk meleng-kapinya dengan
peritiwa campur kode dan alih kode. membuat catatan-catatan yang tidak
Perekaman dilakukan dalam satu bulan yang bisa disadap di lapangan.
dilaksanakan 4 hari dalam satu minggu yaitu (5) Mencoba membuat rumusan
setiap Senin, Rabu, Jumat dan Sabtu. simpulan sementara untuk mengecek
kembali data dari informan yang berikut: (1) membaca atau mempelajari
dijadikan penelitian tersebut. data, menandai kata-kata kunci dan gagasan
(6) Mencatat hasil rekaman dan yang ada dalam data, (2) mempelajari kata-
catatan-catatan hasil penyimakan kata kunci itu, berupaya menemukan tema-
peristiwa tutur yang tema yang berasal dari data, (3) menuliskan
mengalami campur kode dan alih ‘model’ yang di temukan, dan (4) koding
kode pada tuturan yang digunakan yang telah dilakukan.
oleh siswa dan guru SDN 7 Jaddih 2) Prosedur Penganalisisan Data
Kecamatan Socah Kabupaten Agar tujuan dari penelitian campur
Bangkalan. kode dan alih kode tercapai dengan lancar
b. Penganalisisan Data dan baik maka perlu adanya prosedur
1) Teknik Penganalisisan Data penganalisisan data. Penganalisisan data-
Teknik analisis data dilakukan datanya dapat dila
setelah data-data terkumpul, kemudian kukan dengan langkah-langkah
diolah dan dianalisis. Dalam menganalisis sebagai berikut.
dan pengolahan data, yang pertama-tama (1) Mengidentifikasikan data
dilakukan adalah menguji tingkat validitas berdasarkan hasil transkripsi dengan
dan reliabilitasnya(Narbuko, 2010:64). cara me-ngenali data satu persatu
Setelah data terkumpul langsung dianalisis yang sudah ditranskripsi.
permasalahan dengan data yang telah ada (2) Seleksi data, yaitu menyeleksi data
dalam penelitian. berdasarkan data yang diperlukan
Bogdan dan Biklen (1982) (dalam untuk penelitian dan data yang tidak
Moleong, 2008:248) bahwa analisis data terpakai diabaikan.
kualitatif adalah upaya yang dilakukan (3) Pengodean data yaitu melakukan
dengan jalan bekerja dengan data, pengodean dengan cara
mengorganisasikan data, memilah-milahnya mempermudah untuk mencari data
menjadi satuan yang dapat dikelola, yang akan diteliti dan data yang akan
mensintesiskannya, mencari dan dianalisis.Sistem pengodeannya
menemukan pola, menemukan apa yang adalah PT 1/02 yang berarti
penting dan apa yang dipelajari, dan peristiwa tutur satu data nomer dua.
memutuskan apa yang dapat diceriterakan (4) Klasifikasi data, yaitu
kepada orang lain. pengelompokan data yang tergolong
Seiddel (1998) (dalam Moleong, bentuk campur kode dan alih kode
2008:248) bahwa analisis data kualitatif serta faktor-faktor penyebab
adalah prosesnya berjalan sebagai berikut. terjadinya campur kode dan alih
(1) Mencatat yang menghasilkan catatan kode.
lapangan, dengan hal itu diberi kode (5) Generalisasi, yaitu menyimpulkan
agar sumber datanya tetap dapat hasil dari analisis yang telah
ditelusuri. dilakukan atau yang talah diteliti
(2) Menngumpulkan, memilah-milah, sebagai bentuk dari hasil penelitian
mengklasifikasikan, mensintesiskan, yang telah dikerjakan.
mem-buat ikhtisar, dan membuat (6) Mentranskripsikan hasil rekaman
indeknya. dalam bentuk wacana sebagai hasil
(3) Berpikir, dengan jalan membuat agar dari penelitian yang direkam. Data
kategori data itu mempunyai makna, yang berupa hasil rekaman tersebut
mencari dan menemukan pola dan ditranskripsikan dalam bentuk
hubungan-hubungan, dan membuat te- tulisan.
muan-temuan umum. (7) Mengetik hasil transkripsi
Menurut Mc. Drury (Collaborative rekaman, agar data yang didapat
Group Analisis of Data, 1999) (dalam terlihat rapi dan jelas sehingga dapat
Moleong, 2008:248) menjelaskan terhadap memperjelas dan mempermudah
analisis data kualitatif adalah sebagai untuk mencari tuturan yang
mengalami peristiwa campur kode Instrumen penganalisisan data
dan alih kode. penelitian ini adalah korpus data. Berikut ini
korpus data yang digunakan dalam
c) Instrumen Penganalisisan Data penganalisisan data.

Tabel 1.1 : Campur Kode

NO KUTIPAN/PERISTIWA TUTUR KODE


1 “Bari’ saya tidak masuk”. (PT 1/CK 01)
2 “Soleh nempeleng saya pak”. (PT 2/CK 02)
3 “Ali tengkar bi’ Safi”. (PT 3/CK 03)
4 “Pelajaran matematika mlarat”. (PT 4/CK 04)
5 “Hasin males belajar maca”. (PT 5/CK 05)

Tabel 1.2 Alih Kode

NO KUTIPAN/PERISTIWA TUTUR KODE


1 “Sapè masó kèban sè abudu’an,karena sapi merupakan (PT 1/AK 01)
hewan mamalia”.
2 “Ali sateya ta’ masó, Ali ikut pamannya ke Surabaya”. (PT 2/AK 02)
3 “Ajâm atelloran, ayam tidak termasuk hewan mamalia”. (PT 3/AK 03)
“Tang roma neng Jaddih, Jaddih berada di wilayah (PT4/AK 04)
4
kecamatan Socah”.
“Oreng Jaddih patang tolonge, masyarakat Jaddih (PT5/AK 05)
5
senang bergotong royong”.
Keterangan :
PT = Peristiwa Tutur
CK = Campur Kode
AK = Alih Kode
Angka 1-5 = urutan peristiwa tutur
Angka 01-05 = urutan campur kode dan alih kode
PEMBAHASAN (BM-BI-BM), campur kode dari bahasa
A. Pilihan Kode Pada Peristiwa Campur Indonesia ke dalam bahasa Madura (BI-
Kode dan Alih Kode yang digunakan BM), campur kode dari bahasa Indonesia ke
Siswa dan Guru SDN 7 Jaddih Socah bahasa Madura ke bahasa Indonesia ( BI-
Bangkala BM-BI), alih kode dari bahasa Madura ke
Peristiwa campur kode dan alih kode dalam bahasa Indonesia (BM-BI),alih kode
yang terdapat pada hasil penelitian, analisis dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa
data dan hasil wawancara pada tuturan Madura (BI-BM) Pilihan kode pada pristiwa
siswa dan guru di kelas 4 s.d 6 SDN 7 campur kode yang terjadi pada tuturan siswa
Jaddih Socah Bangkalan, telah ditemukan dan guru SDN 7 Jaddih Socah Bangkalan
beberapa pilihan kode pada peristiwa didasarkan pada pendapat Jendra
campur kode dan alih kode dalam (1991:132), campur kode terbagi atas tiga
tuturannya pada waktu interaksi di dalam macam yaitu; campur kode ke dalam yaitu
kelas, baik antara siswa dengan siswa campur kode yang menyerap unsur-unsur
maupun guru dengan siswa. Pilihan kode bahasa asli yang masih sekerabat, campur
pada peristiwa campur kode dan alih kode kode keluar (Outer Code Mixing) yaitu
tersebut terdiri dari; campur kode dari campur kode yang menyerap unsur-unsur
bahasa Mdura ke dalam bahasa Indonesia bahasa asing, campur kode campuran
(BM-BI), campur kode dari bahasa Madura (Hibrid Code Mixing) yaitu campur kode
ke bahasa Indonesia ke bahasa Madura yang di dalamnya (mungkin klausa atau
kalimat) telah menyerap unsur bahasa asli Sedangkan faktor penyebab terjadinya
(bahasa-bahasa daerah) dan bahasa asing. pilihan kode pada peristiwa alih kode
Peristiwa campur kode pada hasil didasarkan pada Chaer (2010:109) ada
penelitian ini ditemukan dua macam campur beberapa faktor yang menyebabkan alih
kode yaitu; campur kode keluar (Outer kode adalah; (1) penutur, (2) mitra tutur, (3)
Code Mixing) adalah campur kode bahasa hadirnya penutur ketiga, (4) pokok
Madura yang menyerap unsur-unsur bahasa pembicaraan, (5) membangkitkan rasa
Indonesia, dan campur kode campuran humor, (6) sekedar bergengsi.
(Hibrid Code Mixing) adalah campur kode Penyebab terjadinya peristiwa campur
yang di dalamnya berupa klausa yang kode dan alih kode pada tuturan siswa dan
menyerap unsur-unsur bahasa Indonesia. guru SDN 7 Jaddih Socah Bangkalan,
Sedangkan peristiwa alih kode ditemukan beberapa faktor yang sama,
didasarkan pada pendapat Suwito (1983) walaupun ada per-bedaan tapi sedikit yaitu
(dalam Chaer, hanya pada pokok pembicaraan saja terdapat
2010:114) bahwa alih kode dibagi menjadi pada alih kode, maka dari itu diambil
dua yaitu; (1) alih kode intern ialah bila alih kesimpulan sama, sabagaimana yang
kode berupa alih varian, seperti dari bahasa disbutkan di bawah ini.
jawa ngoko merubah ke kromo, dan (2) alih Faktor yang menyebabkan terjadinya
kode ekstern ialah bila alih kode berupa alih cmpur kode dan alih kode pada penelitian
bahasa, seperti bahasa Indonesia ke bahasa ini adalah; 1) lupa, 2) variasi, 3) ikut-ikutan,
Asing atau sebaliknya. 4) penjelasan, 5) humur, 6) menghormati,
Peristiwa alih kode yang terjadi pada 7) ter-
penelitian ini ditemukan satu macam alih biasa, 8) tidak tahu kosa kata, 9) biar keren.
kode ekstern, yaitu peristiwa alih kode
bahasa Madura ke bahasa Indonesia atau
sebaliknya. Dalam penelitian ini telah DAFTAR PUSTAKA
ditemukan pula bahwa tuturan yang berupa
campur kode lebih didominasi siswa Arikunto,Suharsimi. 2010.Prosedur
daripada guru, tetapi sebaliknya pada Penelitian Suatu Pendekatan
tuturan yang berupa alih kode lebih Praktik.Jakarta: Bumi Aksara.
didominasi guru daripada siswa. Di samping Basir, Udjang. 2002. Sosiolinguistik
itu jumlah tuturan siswa yang paling banyak Pengantar Kajian Tindak
berupa campur kode dari bahasa Madura ke Berbahasa. Surabaya: Unesa
dalam bahasa Indonesia, sedangkan jumlah University Press.
tuturan guru lebih banyak yang berupa alih Chaer,Abdul. Agustina Leonie. 2010.
kode dari bahasa Madura ke dalam bahasa Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:
Indonesia, hal ini disebabkan karena penutur Rineka Cipta.
maupun lawan tutur sama-sama asli Jendra. I wayan. 1991. Dasar-dasar
Madura, baik siswa maupun guru. sosiolinguistik. Denpasar Ikayana.
Campur kode dan alih kode tersebut, Mahsun. 2007. Metodologi Penelitian
ditemukan juga tuturan siswa yang berupa Bahasa Tahapan Strategi,
campur kode dalam tataran bahasa Metodologi dan Tehniknya.
Indonesia berupa tataran kata dan frase, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
sedangkan tuturan guru yang berupa alih Moleang, Lexy. 2008. Metodologi
kode dalam tataran bahasa Indonesia berupa Penelitian Kualitatif. Bandung:
tataran klausa atau kalimat. Remaja Rosdakarya.
B. Faktor Penyebab Terjadinya Pilihan Narbuko, Cholid. Achmadi, Abu. 2007.
Kode Pada Peristiwa Campur dan Metodologi penelitian. Jakarta:
Alih Kode Bumi Aksara.
yang Digunakan Siswa dan Guru Rahardi, Kunjana. 2010. Kajian
SDN 7 Jaddih Socah Bangkalan Sosiolinguistik. Bogor: Ghalia
Faktor penyebab terjadinya pilihan kode pada peristiwaIndonesia.
campur kode didasarkan pada pendapat Basir (20
Soeparno, 2003. Dasar-dasar linguistik. dan Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Yogyakarta: Mitra Gama. Pelajar.
Sumarsono. 2009. Sosiolinguistik. http://anaksastra.blogspot.com/2012/02/ked
Yogyakarta:Sabda Lembaga Studi wibahasaan-dan-diglosia.html
Agama Budaya dan Perdamaian.
Wijana, Dewa Putu. Rohmadi, Muhammad.
2010. Sosiolinguistik Kajian Teori

Anda mungkin juga menyukai