RANCANGAN PENELITIAN
OLEH
FELLYCIA FILDZAH AMELIA
NPM 1788201019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
I. PENDAHULUAN
kepada pembaca dengan susunan kata yang tepat berdasarkan pemilihan kata,
penggunaan kata, dan stuktur kalimat. Dalam memadukan kata untuk menjadi
sebuah kalimat dalam bentuk paragraf seseorang akan mengalami kesulitan karena
ilmu sintaksis. Dalam sintaksis terdapat beberapa cabang ilmu, salah satunya
frasa. “Frasa merupakan cabang ilmu sintaksis yang mempelajari susunan kata
pada kalimat” (Rosyidah, 2021). Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai
frasa.
Sebagai bagian dalam ilmu sintaksis, frasa memiliki fungsi sebagai salah
satu unsur penyusun terbentuknya suatu kalimat. “Kalimat yang terbentuk dari
frasa akan memperkaya kata yang akan dipakai. Selain itu, keberadaan frasa
2021). Pengetahuan akan frasa untuk menyusun kalimat agar memiliki makna
siswa dalam menggabungkan dua kata atau lebih pada tulisannya. Ketika frasa
dipahami oleh siswa sebelum menulis maka makna pada kalimat ditulisannya
akan terbentuk dengan jelas. Selain itu, keberadaan frasa dapat memberikan
Keberadaan frasa dalam bidang sintaksis terbagi menjadi dua jenis, yaitu
yang jelas dengan frasa endosentris. Perbedaan tersebut muncul saat unsur frasa
pada keduanya memiliki kedudukan yang berbeda. Dalam penelitian ini akan
objek penelitian didasari oleh penggunaan frasa endosentris pada kalimat lebih
Kridalaksana (2009) yang menjelaskan “Frasa endosentris terdiri dari tiga jenis,
yaitu koordinatif, subordinatif, dan apositif. Frasa eksosentris hanya dua jenis,
yaitu direktif dan non-direktif”. Kedudukan yang sama atau setara dan
penggunaan jenis frasa yang lebih banyak menjadikan alasan dipilihnya frasa
endosentris.
Setiap karya sastra yang dihasilkan oleh sastrawan tentu akan memiliki
struktur sintaksis dan fungsi sintaksis. “Karya sastra diciptakan oleh pengarang
untuk dipahami dan dinikmati pembaca pada khususnya serta masyarakat pada
umumnya” (Teeuw dalam Pradopo, 2013). Karya sastra harus memiliki struktur
kalimat yang jelas agar mudah dipahami oleh pembaca. Pemakaian struktur dan
4
fungsi sintaksis akan membuat kalimat dalam karya sastra tersusun baik dan
mudah dipahami oleh pembaca. Selain tersusun dengan baik, kalimat dalam karya
Salah satu bentuk karya sastra adalah cerpen. Cerpen merupakan karangan
ialah sintaksis. Salah satu sastrawan yang membuat karya cerpen dan akan
dijadikan objek penelitian ini adalah cerpen karya Ahmad Tohari. Ahmad Tohari
terkenal dengan cerpen yang memiliki rangkaian cerita kehidupan seseorang yang
akan perlindungan-Nya, dan cinta dan kasih sayang manusia terhadap sesama.
pernah mengikuti Writing Program di Lowa City Amerika Serikat tahun 1990.
Menerima hadiah sastra Asean dari karya yang diciptakannya. Karya-karya trilogi
Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jentera Bianglala telah
Lontar menerbitkan trilogi tersebut ke dalam Bahasa Inggris dengan judul The
Dancer. Dalam Wikipedia (2011) novel Ronggeng Dukuh Paruk sudah diadaptasi
cerpen. Novel karya Ahmad Tohari terdiri dari “Kubah (1980), Ronggeng Dukuh
Paruk (1982), Lintang Kemukus Dini Hari (1985), Di Kaki Bukit Cibalak (1986),
Proyek (2002)”. Kumpulan cerpen karya Ahmad Tohari terdiri dari “Senyum
Karyamin (1989), Rusmi Ingin Pulang (2004), dan Mata Yang Enak Dipandang
(2013)” (Wikipedia, 2011). Dari beberapa karya yang dihasilkan Ahmad Tohari
“Bulan Kuning Sudah Tenggelam”. Dari sepuluh cerpen yang ada di dalam
kumpulan cerpen Nyanyian Malam, dipilih Bulan Kuning Sudah Tenggelam untuk
cerpen Nyanyian Malam karya Ahmad Tohari sebagai subjek penelitian didasari
oleh beberapa alasan, yaitu (1) cerita pendek lebih sederhana daripada novel.
Dengan demikian, objek kajian lebih sederhana dan mudah dilakukan (2) cerpen
terpanjang dengan halaman terbanyak dari semua cerpen yang terdapat di dalam
kumpulan tersebut dan (3) cerpen Bulan Kuning Sudah Tenggelam belum pernah
Penelitian frasa dalam cerpen Bulan Kuning Sudah Tenggelam diharapkan dapat
Bahan ajar merupakan salah satu komponen yang digunakan guru untuk
atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan
6
siswa dalam proses pembelajaran” (Kantun & Budiawati, 2015). Bahan ajar
menjadi suatu hal yang sangat penting karena akan memudahkan siswa untuk
Pemilihan bahan ajar yang tepat merupakan suatu kewajiban yang hakiki
dilakukan oleh guru. “Masalah yang berkenaan dengan bahan ajar adalah memilih
sumber bahan ajar” (Kantun & Budiawati, 2015). Banyak terjadi kecenderungan
bahwa sumber bahan ajar dititikberatkan pada buku. Padahal banyak sumber
bahan ajar guru di sekolah. Sebagai salah satu karya sastra, cerpen masuk ke
dalam bahan ajar yang dapat digunakan dalam di sekolah, khususnya SMA.
cerpen Bulan Kuning Sudah Tenggelam dalam kumpulan cerpen Nyanyian Malam
karya Ahmad Tohari dapat dijadikan alternatif bahan ajar di sekolah menengah
atas?.
7
Tohari.
penelitian berikutnya.
Kotabumi (UMKO).
8
dan menata kata pada kalimat. Pemahaman tersebut masuk ke dalam bidang
sintaksis. Bagian dalam bidang sintaksis, yaitu berupa kata, frasa, klausa, kalimat,
dan wacana”(Chaer, 2012). Frasa sebagai salah satu bagian dari sintaksis akan ada
Frasa sebagai bagian dari sintaksis berasal dari serapan bahasa asing.
“Istilah frasa dalam bidang sintaksis diserap dari kata asing phrase” (Chaer,
2010). Menurut Bloomfield (dalam Chaer, 2010) “Frasa merupakan bentuk kata
yang terdiri dari dua atau lebih”. Hal ini sejalan dengan pendapat Ramlan (2005)
“Frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak
melebihi batas fungsi unsur klausa”. Fungsi unsur dalam frasa hanya sebagai satu
konstruksi yang dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih, baik dalam bentuk
sebuah pola dasar kalimat maupun tidak”. Sebagai satuan sintaksis yang paling
kecil, frasa biasanya dibangun oleh konstruksi yang lebih dari dua kata. Dalam
satu kesatuan gabungan dua kata atau lebih itulah yang menjadi unsur pembentuk
frasa dalam bahasa Indonesia. “Dua kata atau lebih yang membentuk frasa
kedua kata tersebut menunjukkan relasi tertentu” (Ba’dulu & Herman, 2005).
Pendapat yang sama dari Suhardi (2013) “Frasa terbentuk dari dua kata atau lebih
9
adalah satuan gramatikal yang merupakan gabungan dua kata atau lebih yang
lebih kecil dari klausa. Frasa juga bagian fungsional sebagai pengisi salah satu
fungsi kalimat dengan tidak melebihi batas fungsinya dan bersifat nonpredikatif.
dengan unsur lain”. Ciri-ciri yang terdapat pada frasa sebagai berikut:
Klasifikasi frasa dalam bidang sintaksis terbagi menjadi dua jenis, yaitu
frasa eksosentris dan frasa endosentris. “Frasa eksosentris adalah frasa yang unsur
sebagai preposisi dalam kalimat” (Suhardi, 2013). ”Frasa endosentris adalah frasa
yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksis yang
sama dengan keseluruhannya. Frasa ini memiliki salah satu unsur yang menjadi
Perbedaan tersebut muncul saat unsur frasa pada keduanya memiliki kedudukan
terlihat pada kedudukan frasa yang berunsur sama atau setara dan frasa
eksosentris sebaliknya tidak berunsur sama atau setara”. Contoh pada kalimat (a)
Dua orang siswa sedang belajar di perpustakaan dan kalimat (b) Dua siswa
belajar di perpustakaan. Pada kalimat (a) frasa endosentris terlihat pada kata dua
orang siswa. Ketika dua orang tanpa diberi kata siswa dan sebaliknya akan unsur
sama atau setara pada kalimat yang merujuk pada subjek. Pada kalimat (b) frasa
eksosentris muncul pada kata dua siswa. Ketika kata dua tidak diikuti dengan
yaitu koordinatif, subordinatif, dan apositif. Frasa eksosentris hanya dua jenis,
yaitu direktif dan nondirektif”. Dalam penelitian frasa endosentris ini akan
satu unsur atau komponen memiliki distribusi unsur sama dengan unsurnya. Salah
satu unsur dapat menjadi pusat atau komponen utama dalam kalimat”. Dalam
frasa endosentris tergolong menjadi empat bagian, yaitu frasa endosentris zero,
apositif. Berikut penjelasan dan contoh dari empat golongan Frasa endosentris.
Menurut Supriyadi (2014) “Frasa endosentris zero terdiri atas satu unsur
saja berupa kata. Satu unsur tersebut akan menjadi inti dalam kalimat”. Berikut
contoh frasa endosentris zero pada kalimat: “Doni makan pisang”. Berdasarkan
teori Supriyadi (2014) tentang frasa endosentris zero bahwa masing-masing dari
11
contoh tersebut mewaliki unsur subjek, predikat, dan keterangan. Contoh yang
mewakili unsur tersebut tidak melebihi batas fungsi klausa. Batas fungsi klausa
yang dimaksudkan ialah subjek, predikat, objek, dan keterangan. Dalam contoh
“Doni makan pisang” yang menjadi inti dari kalimat ialah predikat. Letak
predikat pada contoh memberikan keterangan kegiatan yang dilakukan oleh Doni.
beberapa unsur yang memiliki kedudukan yang sama. Kedudukan yang sama dari
unsur tersebut akan memberikan kesetaraan. Unsur yang setaranya juga ditandai
dengan konjungsi dan atau konjungsi atau”. Keberadaan unsur yang setara pada
penggunaan frasa endosentris koordinatif pada kalimat: “Baik keadaaan kaya atau
keadaan miskin sifatnya tetap sama”. Contoh pada kalimat tersebut terdiri dari
dua frasa yaitu keadaan kaya atau keadaan miskin. Berdasarkan teori Supriyadi
(2014) jika salah satu dari frasa tersebut dihilangkan, akan tetap memiliki
kedudukan yang sama. Pada contoh di atas juga terlihat tanda dari frasa
dengan frasa endosentris koordinatif yang terletak pada unsur yang tidak setara.
unsur yang tidak setara pada kalimat akan menandakan adanya frasa endosentris
lima tahun. Contoh pada kalimat terlihat jelas tidak bisa diberikan konjungsi
12
seperti frasa endosentris koordinatif. Dalam contoh terlihat jelas unsurnya tidak
dan tidak diikuti unsur yang setara mencirikan frasa endosentris atributif”.
kata melalui frasa. Penggantian kata yang muncul lewat frasa merujuk kata
sebelumnya yang berbentuk subjek pada kalimat. Hal ini membedakan frasa
Contoh pada kalimat tersebut terlihat bahwa kata Yogyakarta merupakan subjek
pada kalimat. Frasa kota istimewa merupakan frasa endosentris apositif yang
Bagi seorang guru, bahan ajar merupakan bahan pertama yang harus
disiapkan. Bahan ajar harus layak digunakan oleh seorang guru untuk dipakai
dalam memberikan pengajaran pada siswa di kelas. Menurut Kantun & Budiawati
(2015) “Bahan ajar harus disusun secara sistematis, sesuai dengan aturan yang
ditetapkan dalam proses belajar”. Tidak bisa sembarangan bahan ajar diberikan
kepada siswa harus disusun secara sistematis. Dalam penelitian ini, novel Orang-
Orang Biasa karya Andrea Hirata akan ditentukan kelayakannya untuk menjadi
bahan ajar guru di sekolah. Menurut Ramlan (2005) “Dalam memilih bahan ajar
sastra yang tepat, perlu dipertimbangkan 3 aspek berikut ini, yaitu sudut bahasa,
13
psikologi, dan latar belakang budaya”. Berikut penjelasan dari tiga aspek
pembelajaran sastra.
1. Bahasa
masalah yang dibahas, tetapi juga pada faktor-faktor lain seperti: cara penulisan
yang dipakai pegarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan karya itu, dan
pemilihan bahan ajar sastra harus memiliki kriteria-kriteria tertentu, yaitu harus
2. Psikologi
tahap-tahap tertentu yang cukup jelas untuk dipelajari. Dalam memilih bahan ajar
sastra, tahap-tahap psikologi ini hendaknya diperhatikan oleh guru karena sangat
besar pengaruhnya terhadap minat dan keengganan anak didik dalam banyak hal.
Urutan tahapan perkembangan anak yang diharapkan dapat membantu guru untuk
realistik (13 sampai 16 Tahun), dan tahap generalisasi (16 tahun dan seterusnya).
Bagi siswa SMA, tahap generalisasi lebih tepat digunakan dalam bidang
psikologinya. Pada tahap ini peserta didik sudah tidak lagi berminat pada hal-hal
ini muncul rasa tau akan kehidupan nyata dan proses pengaplikasian lebih lanjut.
Proses pengaplikasian dalam tahap ini berbentuk tindakan yang lebih terkonsep.
Dalam pembelajaran, siswa akan mudah tertarik pada karya sastra dengan
latar belakang yang erat hubungannya dengan kehidupan mereka. Latar belakang
budaya yang sama dengan keadaan siswa dapat membuat karya sastra itu menarik
untuk dibaca. Dengan demikian, siswa dapat tertarik dengan materi yang disajikan
pembelajaran yang baik dapat membantu peserta didik dalam rangka mencapai
kompetensi”. Sumber bahan ajar yang dipilih guru dititikberatkan hanya pada satu
bahan ajar. Padahal banyak pilihan sumber bahan ajar yang bisa digunakan. Selain
sumber bahan ajar, terdapat kendala lain seperti ruang kelas yang tidak kondusif
memilih bahan ajar yang tepat”. Kendala yang terjadi biasanya terdapat pada
kesalahan memilih bahan pembelajaran yang akan dipakai. “Pada dasarnya dalam
terletak di tangan guru. Namun, ada beberapa hal yang diperhatikan sebagai dasar
pegangan memilih bahan pembelajaran” (Kantun & Budiawati, 2015). Dalam hal
ini, pemilihan cerpen diharapkan dapat menjadi bahan ajar di sekolah. Dalam
15
proses pemilihan itu sendiri ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebagai
saat ini.
dalam kumpulan cerpen Nyanyian Malam karya Ahmad Tohari bisa menjadi
alternatif bahan ajar di sekolah menengah atas. Melalui penelitian ini juga akan
akan ditentukan layak atau tidaknya cerpen Bulan Kuning Sudah Tenggelam
dalam kumpulan cerpen Nyanyian Malam karya Ahmad Tohari dijadikan sebagai
alternatif bahan ajar sastra. Cerpen ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
kualitatif. Menurut Emzir (2014) “Metode deskriptif ialah metode penelitian data
yang dikumpulkan, lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar dari pada
sistematis, akurat, dan faktual. Menurut Widayati (2018) “Proses pemaparan data
Bulan Kuning Sudah Tenggelam dalam kumpulan cerpen Nyanyian Malam karya
Ahmad Tohari
Sumber data dalam penelitian ini ialah Cerpen Bulan Kuning Sudah
Nyanyian Malam yang diterbitkan oleh PT Grasindo. Cerpen Bulan Kuning Sudah
Tenggelam terdiri dari 35 halaman. Cerpen dicetak pertama kali pada tahun 2000.
Cerpen ini dicetak dalam bahasa Indonesia dengan nomor ISBN. 978-669-6851.
17
untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati secara spesifik”
tetapi terdapat instrumen yang belum baku bahkan belum ada. “Peneliti harus
mampu menyusun sendiri instrumen pada setiap penelitian dan menguji validitas
yang berperan sebagai perencana, pengumpul data, penafsir data, dan pelapor
hasil penelitian. Dalam penelitian ini digunakan instrumen kartu data sebagai
2. Hal-hal yang berkaitan dengan frasa endosentris pada Cerpen Bulan Kuning
Sudah Tenggelam dalam kumpulan cerpen Nyanyian Malam karya Ahmad Tohari
3. Frasa endosentris yang telah ditandai dan digarisbawahi pada Cerpen Bulan
frasa endosentris apositif pada cerpen Bulan Kuning Sudah Tenggelam dalam
kumpulan cerpen Nyanyian Malam karya Ahmad Tohari akan melalui beberapa
yang ada dalam Cerpen Bulan Kuning Sudah Tenggelam dalam kumpulan
4. Penentuan layak atau tidak Cerpen Bulan Kuning Sudah Tenggelam dalam
5. Penarikan simpulan.
20
Daftar Pustaka