Anda di halaman 1dari 72

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap individu melakukan aktivitas, dan membutuhkan interaksi secara

lisan maupun tulisan. Dengan kegiatan berkomunikasi tentu mengutamakan

sebuah alat untuk proses berkomunikasi. Cara berkomunikasi yang efisien dan

interaktif pada dasarnya mengikat dua pihak adalah pengujar dan lawan ujar.

Pengujar memberikan informasi dan menerima informasi seseorang saling

memahami bahasa yang digunakannya satu dengan yang lainnya dengan baik.

Bahasa mempunyai peran penting dalam aktivitas seseorang, tanpa

keberadaan bahasa tidak diterima satu sama lain. bahasa dapat dipakai untuk

memberikan gagasan, pikiran, dan perasaannya. Setiap penggunaan bahasa akan

ada peristiwa komunikasi kepada orang lain. Peristiwa tuturan adalah terjadinya

interaksi kebahasaan yang terjadi satu atau lebih bentuk tuturan yang menyertakan

2 pihak, adalah pengujar dan lawan ujar, pada ujaran waktu, tempat, dengan

ujaran utama, dan situasi tertentu.

Bertutur pada berkomunikasi bahasa adalah keutuhan terkecil dalam

komunikasi bahasa menentukan makna dan kalimat. Dipilih sesuai dengan situasi

penutur, posisi penutur, dan wujud di dalam bahasa. Pengujar memakai bahasa

sekedarnya untuk berkomunikasi. Pemilihan bahasa oleh pengujar menuntun

kepada bahasa yang informatif. Tindak tutur adalah tuturan dilakukan oleh

pengajar terhadap lawan ujar menggunakan wujud serta tujuan. Tindak tutur

1
dikategorikan menjadi tiga, yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi

(Heslina, et al, 2018).

Dipilihnya kajian tindak tutur untuk diteliti, yaitu (1) tindak tutur dapat

dilihat dalam sebuah tulisan yang dibukukan berupa novel, (2) tindak tutur

digunakan untuk memahami bentuk tuturan yang menyatakan tindak tutur secara

eksplisit atau bermakna, (3) di dalam kehidupan sehari-hari seseorang selalu

menggunakan tuturan baik secara lisan maupun tulisan.

Pentingnya tindak tutur, yaitu (1) untuk kesepahaman antara penutur dan

lawan tutur, (2) untuk mencapai suatu hasil penyampaian informasi yang memiliki

arti tuturan, (3) dapat menelaah makna yang ada di dalam novel.

Tindak tutur terletak didalam karya sastra. Karya sastra adalah tulisan

unik. Dikatakan unik karena dapat meneruskan keleluasaan pembaca untuk

memasuki dunia dan membawa pembaca pergi dari dunia nyata dan memasuki

dunia karangan ketika sedang dibaca. Karya sastra juga menyediakan pembaca

dengan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan, didalam karya sastra yang

berupa sajak, cerita rekaan sekalipun drama terdapat beragam jenis tanda, ikon

yang ada dalam karya sastra berguna untuk mengenal sudut pandang konvensional

atau bentuk bentuk fisiknya. (Prayogi & Ratnaningsih, 2020) Karya sastra secara

umum dibagi atas tiga jenis drama, puisi, dan prosa. Karya sastra yang berbentuk

prosa salah satunya adalah novel.

Novel adalah salah satu sarana berbentuk fiksi didalamnya terdapat ujaran

dan tindak ujar. ujaran bisa berupa ucapan maupun tertulis. akan tetapi yang telah

dituturkan oleh lawan ujar dapat melakukan sesuatu aktivitas yang diharapkan

oleh pengujar (Laila, 2016)


A.Mustafa alias Adham T. Fusama adalah seorang pengarang yang lahir di

Jakarta, tinggal di Bogor, tetapi mencintai Yogyakarta. Ia adalah lulusan FISIP

(Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik), Jurusan HI (Hubungan Internasional).

Tetapi kecintaannya pada baca dan tulis membuatnya memilih terjun ke dunia

buku dan media. Ia pernah menjadi editor buku, baik fiksi dan nonfiksi, di

beberapa penerbit.

Karya–karya A. Mustafa alias Adham T. Fusama yang telah

diterbitkannya antara lain Dead Smokers Club part 1 (2013), Rahasia Hujan

(2014), Dead Smokers Club part 2 (2015), Dead Smokers Club part 3 (2017),

Surat dari Kematian (2018) yang difilmkan dengan judul yang sama oleh Max

Pictures (2019), dan Anak Gembala yang Tertidur Panjang di Akhir Zaman

menjadi pemenang II Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2018.

Dari beberapa karya A. Mustafa dipilihlah novel Anak Gembala yang

Tertidur Panjang di Akhir Zaman sebagai subjek penelitian yang didasari dari

beberapa alasan, yaitu (1) novel Anak Gembala yang Tertidur Panjang di Akhir

Zaman yang diterbitkan oleh Shira Media, menjadi Pemenang ke II Sayembara

Novel Dewan Kesenian Jakarta 2018, (2) menjadi novel ketiga yang dibahas oleh

Bincang Buku Petra di tahun 2020, (3) layak untuk dijadikan bahan bacaan, (4)

belum ada yang meneliti dari segi tindak tutur, khususnya Mahasiswa Universitas

Muhammadiyah Kotabumi.

Masalah yang sering muncul bagi pembaca khususnya peserta didik, yaitu

tidak dapat memaknai makna tersirat yang telah disampaikan oleh pengarang.

menjadi tulisan fiksi, novel menunjukan jalan cerita melalui dialog antar tokoh.

Tentu suatu kewajiban pendidik bagi bahasa dan sastra Indonesia untuk
menentukan, menuturkan, menguasai, serta mengevaluasi terlebih dalam karya

sastra (novel) yang akan diajarkan kepada peserta didik.

Pembelajaran sastra ditekankan untuk terbentuknya kemampuan siswa

untuk menafsirkan sastra secara memadai. Tujuan penelaahan sastra di sekolah

menengah atas adalah untuk mencapai kemampuan analisis imajinatif supaya

perumusan tujuan pembelajaran sastra lebih efektif. Nilai-nilai dalam karya sastra

dapat dianalisis oleh peserta didik secara imajinatif. Oleh karena itu, diperlukan

rumusan tujuan penelaahan sastra yang lebih memungkinkan peserta didik

menggunakan gaya nalarnya secara bebas. Tujuan penelaahan sastra dijadikan

pedoman bagi para pendidik untuk pemilihan bahan yang sesuai.

Peran pendidik menjadi sumber belajar berkaitan dengan bahan-bahan dan

metode pembelajaran yang dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar, guru

harus memperhatikan bahan-bahan ajar dan metode-metode penelaahan yang akan

diterapkan. Penerapan keterampilan berbahasa adalah metode pembelajaran yang

berupaya meningkatkan kreativitas belajar peserta didik. Keterampilan berbahasa

untuk seseorang pendidik merupakan modal mula bagi seorang pendidik untuk

dapat menciptakan penelaahan yang lebih bermakna.

Bahan pembelajaran adalah komponen pada metode penataran.

Disesuaikan dengan kurikulum 2013 revisi yang menekankan 3 perspektif yaitu

kognitif, afektif dan psikomotorik. Pemilihan bahan pembelajaran merupakan

bahan pembelajaran yang relevan serta kehidupan peserta didik dan tujuan

pembelajaran.

1.2 Fokus Penelitian


Berdasarkan latar belakang masalah diatas fokus penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Analisis Tindak Tutur Ilokusi Pada Novel Anak Gembala Yang Tertidur

Panjang Di Akhir Zaman Karya A. Mustafa Sebagai Alternatif Bahan Ajar

Di SMA.

2. Analisis Tindak Tutur Ilokusi Pada Novel Anak Gembala Yang Tertidur

Panjang Di Akhir Zaman Karya A. Mustafa sebagai alternatif bahan ajar

Di SMA.

3. Analisis Tindak Tutur Perlokusi Pada Novel Anak Gembala Yang Tertidur

Panjang Di Akhir Zaman Karya A. Mustafa sebagai alternatif bahan ajar

Di SMA.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian di atas permasalahan dapat dirumuskan

sebagai berikut.

1. ”Bagaimanakah tindak lokusi dalam novel Anak Gembala yang Tertidur

Panjang di Akhir Zaman karya A. Mustafa sebagai alternatif bahan ajar di

SMA”?

2. “Bagaimanakah tindak ilokusi dalam novel Anak Gembala yang Tertidur

Panjang di Akhir Zaman karya A. Mustafa sebagai alternatif bahan ajar di

SMA”?

3. ”Bagaimanakah tindak perlokusi dalam novel Anak Gembala yang

Tertidur Panjang di Akhir Zaman karya A. Mustafa sebagai alternatif

bahan ajar di SMA”?

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan tindak tutur sebagai

alternatif bahan ajar di SMA sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan tindak lokusi dalam novel Anak Gembala yang Tertidur

Panjang di Akhir Zaman karya A. Mustafa

2. Mendeskripsikan tindak ilokusi dalam novel Anak Gembala yang Tertidur

Panjang di Akhir Zaman karya A. Mustafa sebagai alternatif bahan ajar di

SMA

3. Mendeskripsikan tindak perlokusi dalam novel Anak Gembala yang

Tertidur Panjang di Akhir Zaman karya A. Mustafa sebagai alternatif

bahan ajar di SMA

1.5 Kegunaan Hasil Penelitian

1. Kegunaan Secara Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran dan memperkaya ilmu pengetahuan tentang tindak

tutur sebagai alternatif bahan ajar di SMA. Meningkatkan kemampuan

siswa dalam mengapresiasi karya sastra.

2. Kegunaan Secara Praktis

a. Bagi guru novel Anak Gembala yang Tertidur Panjang di Akhir

Zaman karya A. Mustafa diharapkan dapat dijadikan sebagai

alternatif bahan ajar di SMA.

b. Bagi siswa, untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang

berkaitan dengan tindak tutur sebagai alternatif bahan ajar di SMA.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pragmatik

Pragmatik adalah ilmu yang mengkaji satuan bahasa digunakan dalam

pertuturan untuk berkomunikasi (Chaer, 2010). Putrayasa (dalam Mawarti, 2018)

menyatakan bahwa pragmatik menelaah maksud ujaran menggunakan satuan

analisisnya berupa tindak tutur (speech act). Pragmatik adalah studi mengenai

makna pada hubungannya menggunakan situasi ujar.

2.2 Tindak Tutur

Tindak ujar adalah gejala individual yang bersifat psikologis dan

keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam

menghadapi situasi tertentu (Chaer, 2010). Tindak tutur sebagian bukan sebagai

bentuk tuturan pernyataan saja, tetapi bisa juga berupa tindakan (Nadar, 2019)

Tindak tutur bersifat psikologis. Serangkaian tindak tutur akan membentuk

peristiwa tutur (speech event) (Chaer, 2010). Dari hasil tinjauan tersebut

didasarkan bahwa (1) Tuturan akan memiliki makna jika direalisasikan dalam

bentuk membuat kalimat pertanyaan, komunikasi nyata, permintaan, pernyataan

dan perintah (2) Tuturan adalah metode utama dalam berkomunikasi.

Oleh karena itu, suatu tindakan adalah individualis tuturan untuk

berkomunikasi, dan diasumsi dengan merealisasikan tuturan atau wacana,

seseorang dapat melakukan sesuatu, yaitu bentuk tindakan performansi

(Rusminto, 2020)

2.3 Jenis-Jenis Tindak Tutur

8
Tindak tutur dibagi menjadi tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan

oleh seorang penutur, yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi

(Rusminto, 2020).

2.3.1 Tindak Tutur Lokusi

Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu

sebagaimana adanya (Chaer, 2010). Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk

menyatakan sesuatu (The Act of Saying Something) (Putrayasa, 2014).

(1) Ikan paus adalah binatang mamalia terbesar di samudra.

Tuturan yang telah disampaikan diatas merupakan tindak tutur lokusi

karena pada kalimat tersebut diutarakan semata-mata hanya menginformasikan

sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu, apalagi untuk mempengaruhi

lawan tuturnya.

Berdasarkan kategori gramatikal, Putrayasa (dalam Mawarti) mengatakan

bentuk lokusi dibedakan menjadi tiga yaitu:

a) Bentuk pernyataan (Deklaratif)

berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain sehingga

diharapkan pendengar untuk menarik perhatian.

b) Bentuk pertanyaan (Interogatif)

Berfungsi sebagai menanyakan suatu serta pendengar diharapkan

memberikan jawaban.

c) Bentuk perintah (imperatif)

Memiliki maksud agar pendengar memberi tanggapan berupa tindakan

atau perbuatan yang diminta.

2.3.2 Tindak Tutur Ilokusi


Tindak ilokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan atau

menginformasikan sesuatu dapat juga digunakan untuk melakukan sesuatu (The

Act Of Doing Something) (Putrayasa, 2014).

Rohmadi (dalam Masitoh, 2021) menyatakan tindak ilokusi disebut

sebagai tindak untuk melakukan. Sebuah tuturan yang disampaikan pada

umumnya fungsinya bukan hanya untuk melakukan sesuatu melainkan juga

melakukan sesuatu.

(2) Saya tidak bisa datang

Tuturan yang telah disampaikan merupakan tindak tutur ilokusi, karena

jika diutarakan oleh seseorang kepada temannya yang baru saja berulang tahun,

kalimat tersebut tidak hanya berfungsi untuk menyatakan atau menginformasikan

sesuatu, tetapi juga untuk melakukan sesuatu, yakni bermaksud untuk meminta

maaf karena tidak bisa hadir dalam pesta ulang tahun. Searle dalam (Rusminto,

2020) mengklasifikasikan tindak ilokusi menjadi lima macam:

a) Representatif

Tindak tutur representatif yaitu dimana penutur terikat pada kebenaran

proposisi yang diungkapkan misalnya menyatakan, mengusulkan,

membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, dan melaporkan.

(3) Dosen: pokok bahasan kita hari ini mengenai analisis wacana

Tuturan dosen di atas merupakan salah satu contoh tindak tutur yang

termasuk dalam tindak memberitahukan

b) Direktif

Tindak tutur direktif, yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk mendorong

pendengar melakukan sesuatu, misalnya menyuruh, perintah, meminta,


memberi nasihat

(4) Guru: siapa yang piket hari ini?

Siswa: Ani (siswa yang bersangkutan maju)

Tuturan di atas, merupakan suatu pertanyaan yang tujuannya meminta

informasi mitra tutur.

c) Komisif

Tindak tutur komisif, yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk mendorong

pembicaraan melakukan sesuatu seperti berjanji, bernazar, bersumpah.

(5) Saya berjanji akan datang besok

Tuturan di atas, merupakan salah satu contoh tindak komisif yang

termasuk dalam menjanjikan.

d) Ekspresif

Tindak ekspresif untuk mengekspresikan sikap dan perasaan, seperti

menyampaikan ucapan selamat, mengkritik, memuji, meminta maaf, dan

berterimakasih.

(6) Ya, bagus sekali nilai rapormu

Tuturan di atas, merupakan salah satu contoh ekspresif termasuk pujian

e) Deklaratif

Tindak deklaratif, adalah tuturan berperan untuk mengukuhkan sesuatu,

antara lain seperti tidak setuju, setuju, benar, salah dan lain sebagainya

Dapat disimpulkan bahwa tindak tutur ilokusi adalah sesuatu tindakan

yang selain untuk menyatakan sesuatu juga untuk melakukan sesuatu dan tindak

tutur ilokusi sangat bergantung pada konteks.

2.3.3 Tindak Tutur Perlokusi


Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang mempunyai pengaruh atau efek

terhadap lawan tutur (Chaer, 2010). Tindak tutur perlokusi berhubungan dengan

ucapan orang lain berdasarkan sikap dan perilaku nonlinguistik (Hanifah dalam

Hidayah, et al, 2020).

Tindak perlokusi adalah efek atau dampak yang ditimbulkan oleh tuturan

terhadap mitra tutur (Rusminto, 2020). Sementara itu, mengenai makna bahasa

dan fonetik, tindak tutur perlokusi dibagi ke dalam enam kategori yang disebut

sebagai kalimat. Ke enam kategori itu adalah (1) deklaratif, adalah kalimat untuk

memberikan informasi, (2) interogatif, adalah kalimat untuk membutuhkan

jawaban, (3) imperatif, adalah kalimat suruhan, permohonan, ajakan, larangan dan

perintah, (4) aditif, adalah unsur bersambung pada kalimat pernyataan, (5)

responsif, kalimat bersambung pada kalimat pertanyaan, (5) injeksi, kalimat

menyatakan rasa terkejut dan heran (Rusminto, 2020).

2.4 Peristiwa Tutur

Bahasa adalah alat komunikasi penutur menyampaikan gagasan atau

informasi kepada lawan tutur, baik lisan maupun tulisan. Bahasa tulis digunakan

dalam komunikasi antara penutur dan lawan tutur itu terkadang tidak dapat

dipahami melalui teks kalimat yang disampaikan oleh penutur saja, tetapi harus

menghubungkan pada konteks lainnya (Irawan & Herwin, 2020).

Peristiwa tutur yaitu berlangsungnya korelasi ilmu bahasa dalam bentuk

ujaran yang menyertakan penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di

dalam situasi, tempat dan waktu tertentu. Peristiwa tutur harus mencukupi delapan

komponen. Dell Hymes menyatakan terdapat delapan komponen speech event

yang bila abjad pertama dirangkaikan membentuk singkatan SPEAKING Chaer


dan Agustina (dalam Najiyah, et al, 2019). Adapun komponen-komponen

peristiwa tutur sebagai berikut.

1. Setting and scene, Setting mengenai waktu dan tempat bertutur

berlangsung, sedangkan scene mengacu pada waktu, situasi, dan tempat.

2. Participant yaitu pihak yang terlibat pada pertuturan.

3. Ends, merujuk pada maksud dan tujuan tuturan.

4. Act sequence, mengacu pada ujaran dan isi ujaran.

5. Key, mengacu pada cara penyampaian informasi dan nada serius, singkat,

mengejek, dan lain-lain.

6. Instrumentalities, seperti tulisan dan paragraf atau bahasa lisan di telepon.

7. Norm Of Interaction And Interpretation, mengacu pada norma atau aturan

dalam berinteraksi.

8. Genre, lebih mengarah pada bentuk penyampaian.

Dari yang telah disampaikan Hymes dapat dilihat betapa kompleksitas

peristiwa tutur dalam kehidupan sehari-hari. Jadi peristiwa tutur adalah hubungan

tindak tutur yang tertata untuk mencapai suatu ujaran.

2.5 Konteks

Bahasa dan konteks adalah dua hal yang berkaitan. Bahasa membutuhkan

konteks tertentu ketika digunakan. Bahasa tidak hanya menciptakan dalam

menciptakan situasi interaktif tetapi membentuk dan menciptakan situasi tertentu

saat berinteraksi. Konteks adalah struktur fisik yang mewujudkan anggapan mitra

tutur tentang dunia. konteksnya tidak terbatas pada suatu informasi tentang

lingkungan fisik, tetapi mencakup aturan praktis yang menjelaskan keinginan


untuk masa depan, kenangan anekdot, dan keberadaan umum, anggapan ilmiah

atau keyakinan agama (Rusminto, 2020).

Syafi’e (dalam Rusminto, 2020) konteks dikategorikan ke dalam empat

klasifikasi, yaitu (1) konteks linguistik yang terdiri atas kalimat-kalimat atau

ujaran-ujaran, (2) konteks sosial, yakni relasi sosial dan latar yang melengkapi

hubungan antara penutur dan mitra tutur, (3) konteks epistemis atau latar belakang

pengetahuan, (4) konteks fisik yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa

dalam suatu komunikasi.

Dari sekian banyak teori yang telah diuraikan, penelitian ini menggunakan

teori Rusminto (2020) yang mencakup pada tindak tutur lokusi, ilokusi dan

perlokusi, teori ini menggunakan bahasa yang mudah, cukup luas dan jelas

untuk dipahami, sehingga peneliti memilih menggunakan teori Rusminto (2020).

2.6 Tindak Tutur dalam Novel Anak Gembala yang Tertidur Panjang Di
Akhir Zaman Karya A. Mustafa Sebagai Alternatif Bahan Ajar di Sekolah
Menengah Atas

Pendidikan adalah proses kegiatan yang dilakukan antara pendidik dan peserta

didik. Dalam proses pembelajaran tentunya melibatkan dua pihak yang tidak dapat

dipisahkan yaitu pendidik dan peserta didik Priyatni (dalam Ningsih, 2019).

Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan disegala

bidang yang sedang dilakukan. juga meningkatkan kemampuan pada aspek yang

dikuasai. Djamarah (dalam Widayati, 2019) menyatakan bahwa sebagai pendidik,

guru memiliki peran sebagai evaluator, supervisor, pengelola kelas, mediator,

pembimbing, fasilitator, organisator, motivator, inspirator, dan informatory.

Secara umum tujuan pembelajaran adalah agar peserta didik mendalami bahasa
dari segi fungsi, makna maupun bentuk, serta memanfaatkan dengan kreatif dan

tepat untuk bermacam-macam keperluan, keadaan dan tujuan.

Proses penentuan novel sendiri adalah salah satu proses pemilihan bahan

pembelajaran di sekolah. Beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai suatu

khalayaknya, pertama sejalan dengan kurikulum yang berlaku saat ini. bimbingan

sastra pendidik untuk mengembangkan keterampilan peserta didik. Kemampuan

tersebut diwujudkan dalam bentuk penalaran inderawati yang mengembangkan

berbagai keunggulan pribadi peserta. Berdasarkan tujuan pembelajaran di atas

maka perlu diperhatikan pemilihan bahan pembelajaran.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap

tercapainya tujuan pembelajaran. Penelitian ini berjudul “Analisis Tindak Tutur

pada novel Anak Gembala yang tertidur panjang di akhir zaman karya A.

Mustafa sebagai alternatif bahan ajar di sekolah menengah atas”. Pembelajaran

yang dimaksud adalah menentukan tindak tutur yang berkaitan dengan lokusi,

ilokusi dan perlokusi sebagai alternatif bahan pembelajaran sastra di sekolah

menengah atas. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan efek yang

benar dalam perkembangan apresiasi peserta didik.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang menguraikan

berdasarkan fakta-fakta yang menghasilkan paparan seperti apa adanya (Irawan &

Herwin, 2020). peneliti mendeskripsikan jenis tindak tutur dalam novel Anak

Gembala yang Tertidur Panjang di Akhir Zaman karya A. Mustafa. dalam

penelitian ini bersifat kualitatif dan dilakukan bersamaan dengan pengumpulan

data.

3.1 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Anak Gembala Yang

Tertidur Panjang Di Akhir Zaman karya A. Mustafa cetakan pertama, Agustus

2019 yang diterbitkan oleh Shira Media, yogyakarta. Tebal novel adalah 354

halaman, dengan panjang 13 x 19 cm, memiliki nomor ISBN: 978-602-5868-80-1.

sampul depan novel bertulisan Anak Gembala Yang Tertidur Panjang Di Akhir

Zaman dengan cetakan tebal berwarna hitam keemasan berukuran besar, di bawah

tertulis pengarang, yaitu A. Mustafa berwarna putih. Pewarnaan pada novel

dominan berwarna berwarna kuning, tulisan didominasi warna hitam dan putih.

Gambar atau tampilan pada bagian depan buku adalah satu orang memakai

pakaian berwarna putih yang sedang tertidur.

3.3 instrumen Penelitian

Ada dua komponen yang digunakan dalam instrumen penelitian ini.

Pertama peneliti sebagai instrumen kunci yang membaca secara keseluruhan novel
guna penelitiannya. Kedua kartu data yang digunakan sebagai tempat untuk

mencatat berbagai informasi mengenai tindak tutur.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,

bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya, yang paling sering digunakan

untuk pengumpulan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang

bersifat naratif (Sugiyono dalam Pratiwi, 2017). Teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca, memindai, dan pencatatan.

Langkah-langkah pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1. Membaca novel secara keseluruhan dengan cermat dan berulang-ulang.

Hal ini dilakukan untuk memahami karya sastra lebih dalam.

2. Menandai hal-hal yang yang dianggap penting yang berkaitan dengan

tindak tutur, yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi untuk

mempermudah proses analisis.

3. Melakukan pencatatan bertautan dengan tindak tutur, yaitu tindak tutur

lokusi, ilokusi dan perlokusi, Membaca novel untuk mempermudah proses

analisis dalam kartu data.

3.4 Pengujian Keabsahan Data

Sesudah data terhimpun langkah selanjutnya adalah menguji keabsahan

data. Yang berpedoman pada teori mengenai tindak (lokusi, ilokusi, dan

perlokusi) disampaikan di BAB II. Data yang terkumpul harus sesuai dengan teori

yang ada, agar tidak terjadi penyimpangan antara hasil dan teori yang
disampaikan. Adapun tim validasi dalam penelitian ini adalah pembimbing I dan

II.

3.5 Teknik Analisis Data

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data adalah

sebagai berikut.

1. Mengklasifikasi jenis tindak tutur yang terdapat dalam novel kemudian

mencatatnya di kartu data. Pencatatan tindak tutur dari hasil

mengklasifikasi ini menggunakan teknik yang berpedoman pada rumusan

kode-kode berikut:

a. Kode YANG digunakan untuk menunjukan novel Anak Gembala

yang Tertidur Panjang di Akhir Zaman.

b. Kode-kode yang menunjukan jenis-jenis tindak tutur

No. Kode Indikator

1. TTL Tindak Tutur Lokusi

TTLD Tindak Tutur Lokusi Deklaratif

TTLM Tindak Tutur Lokusi Imperatif

TTLI Tindak Tutur Lokusi Interogatif

2. TTI Tindak Tutur Ilokusi

TTA Tindak Tutur Ilokusi Asertif

TTID Tindak Tutur Ilokusi Direktif

TTIK Tindak Tutur Ilokusi Komisif


TTIE Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif

TTID Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif

3. TTP Tindak Tutur Perlokusi

TTP Tindak Tutur Perlokusi Deklaratif

TTI Tindak Tutur Perlokusi Interogatif

TPIP Tindak Tutur Perlokusi Imperatif

TTPA Tindak Tutur Perlokusi Aditif

TTPR Tindak Tutur Perlokusi Responsif

TPJ Tindak Tutur Perlokusi Injeksi

c. Kode 1,2,3 dan seterusnya untuk menunjukan halaman

d. Kode 1,2,3 dan seterusnya untuk menunjukan baris,

2. Menafsirkan hasil penelitian

3. Menarik kesimpulan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan pada novel menunjukkan adanya macam-

macam bentuk tindak tutur. Tindak tutur yang telah ditemukan kemudian

dikelompokkan berdasarkan jenisnya masing-masing. Misalnya tindak tutur lokusi

jenis deklaratif, imperatif, dan interogatif. Tindak tutur ilokusi jenis representatif,

komisif, ekspresif, deklaratif, dan direktif. Tindak tutur perlokusi jenis aditif,

interogatif, imperatif, responsif, dan interjeksi. Setelah data terkumpul sesuai

dengan jenis tindak tutur maka data diujikan dengan cara menguji keabsahan data

atau validasi yang dilakukan oleh dosen ahli.

Setelah melakukan penelitian menguji keabsahan data atau validasi ahli

peneliti melakukan pengkategorian berdasarkan jenis tindak tutur. Temuan

penelitian dicatat dalam kartu data. Peneliti melakukan kegiatan membaca novel

untuk memperoleh data mengenai jenis tindak tutur.

4.1.1 Jenis Tindak Tutur Lokusi

Jenis tindak tutur lokusi yang terdapat pada novel ini ada tiga jenis. Data

yang ditemukan dalam penelitian berupa kutipan-kutipan yang mendukung

gambaran ketiga jenis tindak tutur lokusi tersebut. Data yang menggambarkan

tindak tutur lokusi sebanyak 34 kutipan.

Tabel

JENIS TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA NOVEL ANAK GEMBALA


YANG TERTIDUR PANJANG DI AKHIR ZAMAN KARYA A. MUSTAFA

No Jenis Tindak Tutur Lokusi Jumlah Data


1 Lokusi Deklaratif 12

2 Lokusi Imperatif 11

3 Lokusi Interogatif 11

Jumlah Data 34

4.1.1.1 Tindak Tutur Lokusi Deklaratif

Bentuk tindak tutur deklaratif adalah berupa pernyataan berfungsi hanya

untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain yang bersifat nyata. Tuturan

deklaratif biasanya berupa informasi yang saat ini benar-benar terjadi dalam suatu

peristiwa. Kutipan novel yang terdapat tindak tutur deklaratif adalah sebagai

berikut.

(1) “Kumandang azan tanda bahwa salat jumat akan segera


dilaksanakan”.
(TTLD/AG/3/Brs 26—27)

Kutipan di atas merupakan contoh kutipan yang di dalamnya terdapat

sebuah informasi. Tindak tutur deklaratif ditandai pada pernyataan dari pengarang

“Kumandang azan tanda bahwa salat jumat akan segera dilaksanakan”.

informasi yang dituliskan pengarang tersebut himbauan kepada seluruh umat

muslim bahwa waktu salat jumat telah tiba. Kumandang azan salat jumat pada

kalimat di atas bertujuan menginformasikan waktu salat. Salat merupakan

kewajiban seluruh umat muslim. Kutipan lain tentang tindak tutur deklaratif

terdapat di bawah ini.

(2) “Pak Wo menawarkan untuk bikinkan secangkir kopi lagi, tapi ustaz
Zul bilang nanti saja”.
(TTLD/AG/39/Brs 25—26)
Kutipan di atas merupakan contoh kutipan yang di dalamnya terdapat

tindak tutur deklaratif. Tuturan deklaratif ditandai pada pernyataan dari pengarang

“Pak Wo menawarkan untuk bikinin secangkir kopi lagi”. Pernyataan yang

disampaikan tersebut menghadirkan tuturan deklaratif yaitu kalimat yang

memberitahukan suatu penawaran yang berisi informasi tentang apakah pak Zul

ingin dibuatkan secangkir kopi lagi. Kutipan lain tuturan deklaratif terdapat di

bawah ini.

(3) “Mbok Wilis adalah salah satu bidadari yang turun menganugerahi
Semarang dengan kehadirannya”.
(TTLD/AG/44/Brs 1—2)

Tindak tutur deklaratif merupakan tindak tutur yang didalamnya

menjelaskan tentang suatu informasi atau pemberitahuan. Tuturan deklaratif

ditandai pada pernyataan “Mbok Wilis adalah salah satu bidadari yang turun

menganugerahi Semarang dengan kehadirannya”. Tuturan deklaratif diatas

adalah bentuk informasi yang disampaikan bahwa Mbak Wilis merupakan waria

yang paling cantik di antara waria lainnya. Mbok Wilis mendapat julukan sebagai

bidadari dari Semarang. Kutipan lain tentang tuturan deklaratif terdapat di bawah

ini.

(4) “Ya sudahlah, Ro, kita pulang saja, “ kata Mety, mengelus elus
punggung kawannya. :paling tidak, sekarang si biang kerok itu sudah
pergi”.
(TTLD/AG/58/Brs 18—20)

Berdasarkan bentuk tindak tutur deklaratif selanjutnya yang dihadirkan

pengarang dalam kutipan diatas adalah bentuk informasi ajakan. Informasi ajakan

yang disampaikan merupakan bukti bahwa kutipan di atas merupakan salah satu
contoh tindak tutur deklaratif. Informasi yang ditandai dengan pernyataan “Ya

sudahlah, Ro, kita pulang saja, “ kata Mety, mengelus elus punggung

kawannya. :paling tidak, sekarang si biang kerok itu sudah pergi”. Pada

kalimat ini mety membujuk temannya agar segera pergi dari tempat itu. Karena

orang yang dicari sudah tidak ada disana. Gambaran bentuk tindak tutur deklaratif

selanjutnya dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

(5) “Hallo Ro. Apa kabar?” Tanya lelaki itu dengan suaranya yang
lembut, penuh kasih, lagi kharismatik”.
(TTLD/AG/69/Brs 24—25)

Berdasarkan kutipan di atas terdapat contoh yang di dalamnya berisi

sebuah informasi. Tindak tutur deklaratif ditandai pada pernyataan “bagaimana

bentuk kabar Ro”. informasi yang dituliskan tersebut merupakan himbauan

kepada seseorang yang sudah lama tidak bertemu. Tegur sapa merupakan bentuk

agar terjalinnya kembali silaturahmi seseorang. Gambaran lain tentang tindak

tutur deklaratif terdapat di bawah ini.

(6) “ Kamu mau jadi pelangganku?”


(TTLD/AG/126/Brs 1)

Pada kutipan di atas merupakan contoh yang di dalamnya terdapat sebuah

himbauan atau informasi. Tindak tutur deklaratif ditandai pada pernyataan dari

pengarang “ Kamu mau jadi pelangganku?”. informasi yang dituliskan pada

kutipan tersebut berupa tawaran apakah lawan bicaranya ingin jadi pelanggan atau

tidak?. Selanjutnya tentang tindak tutur deklaratif terdapat di bawah ini.

(7) “ Selamat siang, Pak, Bu. Monggo, monggo, duduk, mau pesan apa?
Kopi? teh?”
(TTLD/AG/155/Brs 8)
Tuturan deklaratif ditandai pada pernyataan “Selamat siang, Pak, Bu.

Monggo, monggo, duduk, mau pesan apa? Kopi? teh?” Tuturan deklaratif diatas

adalah bentuk informasi yang disampaikan oleh seorang pemilik warung ketika

ada seseorang yang mampir ke kedainya. Sebagai pemilik kedai ia

menginformasikan disini ada kopi dan teh. Kutipan lain tentang tuturan deklaratif

terdapat di bawah ini.

(8) “Bukan Mbok, aku menunggumu bukan untuk mengajak kencan.”


“Terus?”
“ Buat bilang sesuatu, Mbok,” kata Iwan Bersegera.
“ Aku jatuh cinta sama si Mbok.”
(TTLD/AG/182/Brs 13-16)

Bentuk tindak tutur deklaratif selanjutnya yang dihadirkan pengarang

dalam kutipan diatas adalah bentuk informasi. Informasi yang disampaikan

merupakan bukti bahwa kutipan di atas merupakan salah satu contoh tindak tutur

deklaratif. Informasi yang ditandai dengan pernyataan “Buat bilang sesuatu,

Mbok,” kata Iwan Bersegera.“ Aku jatuh cinta sama si Mbok.” Pada penggalan

kutipan ini Iwan memberikan informasi kepada Mbok bahwa dirinya telah jatuh

cinta kepadanya. Gambaran bentuk tindak tutur deklaratif selanjutnya dapat

dilihat pada kutipan berikut ini.

(9) “ Tidak ada cinta di antara kita, Wan, yang ada Cuma hubungan,”
“Mbok Wilis tegaskan, membuat Iwan pulang dengan hati terluka”
(TTLD/AG/185/Brs 7—8)

Berdasarkan kutipan di atas merupakan contoh yang di dalamnya terdapat

sebuah himbauan atau informasi. Tindak tutur deklaratif ditandai pada pernyataan

dari pengarang “ Tidak ada cinta di antara kita, Wan, yang ada Cuma

hubungan”. informasi yang dituliskan pada kutipan tersebut berupa himbauan

kepada Iwan dari Mbok Wilis. Bahwa tidak ada cinta antara mereka yang ada
hanya sebatas hubungan saja. Selanjutnya tentang tindak tutur deklaratif terdapat

di bawah ini.

(10) “Memang kenapa kamu tanya-tanya soal Ahmadiyah, Le?”


(TTLD/AG/274/Brs 20)

Berdasarkan bentuk tindak tutur deklaratif selanjutnya yang dihadirkan

pada kutipan diatas adalah bentuk informasi. Informasi yang disampaikan

merupakan bukti bahwa kutipan di atas merupakan salah satu contoh tindak tutur

deklaratif. Informasi yang ditandai dengan pernyataan “Memang kenapa kamu

tanya-tanya soal Ahmadiyah, Le?”. Anak laki-laki yang sedang mencari tahu

tentang apa itu ahmadiyah. Gambaran bentuk tindak tutur deklaratif selanjutnya

dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

(11) “Kamu boleh ancam aku sesukamu, Ris, tapi Allah pasti akan selalu
gagalkan rencana-rencana jahatmu itu.”.
(TTLD/AG/314/Brs 6—7)

Tindak tutur deklaratif merupakan tindak tutur yang didalamnya

menjelaskan tentang suatu informasi atau pemberitahuan. Tuturan deklaratif

ditandai pada pernyataan “Kamu boleh ancam aku sesukamu, Ris, tapi Allah

pasti akan selalu gagalkan rencana-rencana jahatmu itu”. Tuturan deklaratif

diatas adalah bentuk informasi yang disampaikan bahwa Mbok Wilis kepada

haris, ia memberitahukan bahwa Allah akan selalu menggagalkan rencana jahat

setiap umatnya. Setiap perbuatan pasti bakal ada balasanya. Kutipan lain tentang

tuturan deklaratif terdapat di bawah ini.

4.1.1. 2 Tindak Tutur Lokusi Imperatif


Bentuk tindak tutur imperatif ialah berupa kalimat perintah yang memiliki

maksud agar pendengar memberi tanggapan berupa tindakan atau perbuatan yang

diminta. Artinya kalimat imperatif merupakan respon yang diharapkan penutur

untuk dapat melakukan sesuai dengan apa yang dituturkan oleh si penutur.

Berdasarkan novel yang terdapat tindak tutur imperatif adalah sebagai berikut.

(1) “Li sebelah sana, li sebelah sana , ucapnya menunjuk, ke arah ruang
salat kaum ibu”.
(TTLIM/AG/4/Brs 15—16)

Tindak tutur Imperatif selanjutnya yang digambarkan oleh pengarang

dalam kutipan diatas adalah bentuk kalimat perintah yang disampaikan kepada Li.

Hadirnya bentuk kalimat perintah yang disampaikan pada kutipan di atas

merupakan bukti bahwa kutipan ini memiliki makna perintah kepada seseorang.

Perintah yang disampaikan berupa untuk wanita sholatnya di bagian ibu-ibu.

Kutipan tindak tutur imperatif selanjutnya dapat dilihat di bawah ini.

(2) “Singkat kata, selama orang itu punya uang, mbok Wilis akan
dengan senang hati melayani nya”.
(TTLIM/AG/12/Brs 26—27)

Kutipan di atas merupakan contoh kutipan yang di dalamnya terdapat

tindak tutur perintah. Tindak tutur imperatif ditandai pada pernyataan dari

pengarang “Singkat kata, selama orang itu punya uang, mbok Wilis akan

dengan senang hati melayani nya”. Pernyataan yang dibuat pengarang tersebut

menghadirkan kata perintah yaitu selama orang itu memiliki uang mbok Wilis

akan melakukan apapun yang diinginkan oleh pelanggan. Kutipan lain tentang

tindak tutur imperatif terdapat di bawah ini.


(3) “ kena kalian! Sekarang polisi pamong praja berkumis baplang yang
tampaknya pemimpin satuan tampak puas sekali. “ jangan lari lagi
kalian!”.
(TTLIM/AG/52/Brs 20—21)

Kutipan selanjutnya yang digambarkan oleh pengarang dalam kutipan

diatas adalah bentuk kalimat perintah yang disampaikan kepada pamong praja.

Hadirnya bentuk kalimat perintah yang disampaikan pada kutipan di atas

merupakan bukti bahwa kutipan ini memiliki makna perintah kepada seseorang.

Perintah yang disampaikan berupa polisi pamong praja memberikan intrinsik

berupa perintah agar seluruh waria jangan lari. Kutipan tindak tutur imperatif

selanjutnya dapat dilihat di bawah ini.

(4) “ Jawab! Siapa disini yang namanya Wilis?”


“ Mbok Wilis mengangkata tangannya. “ Saya pak.”
“ Oh jadi kamu, Maju sini!”.
(TTLIM/AG/54/Brs 4—6)

Berdasarkan kutipan diatas adalah bentuk kalimat perintah yang

disampaikan kepada pamong praja. Hadirnya bentuk kalimat perintah yang

disampaikan pada kutipan di atas merupakan bukti bahwa kutipan ini memiliki

makna perintah kepada seseorang. Yang di tandai, pada kalimat “ Jawab! Siapa

disini yang namanya Wilis?”. Perintah yang disampaikan berupa polisi pamong

praja mempertanyakan siapa yang namanya Wilis . Kutipan tindak tutur imperatif

selanjutnya dapat dilihat di bawah ini.

(5) “Pak, buatkan jamu buat bapak-bapak pengurus ini, tanyakan


mereka mau jamu apa. Buat saya yang biasa, ya, Pak.”.
(TTLIM/AG/60/Brs 16—18)

Analisis tindak tutur imperatif selanjutnya yang digambarkan oleh

pengarang dalam kutipan diatas adalah bentuk kalimat perintah yang disampaikan

kepada seseorang. Hadirnya bentuk kalimat perintah yang disampaikan pada


kutipan di atas merupakan bukti bahwa kutipan ini memiliki makna perintah

kepada seseorang. Perintah yang disampaikan berupa “Pak, buatkan jamu buat

bapak-bapak pengurus ini”. Kutipan tindak tutur imperatif selanjutnya dapat

dilihat di bawah ini.

(6) “Aku bertobat dan lantas mengikuti saranmu.”


“Saran apa?” Tanya Mbok Wlis, ketus”.
(TTLIM/AG/125/Brs 1—2)

Kutipan selanjutnya yang digambarkan oleh pengarang dalam kutipan

diatas adalah bentuk kalimat perintah yang diberikan Mbok Wilis kepada Haris.

Kutipan di atas merupakan bukti bahwa kutipan ini memiliki makna perintah

kepada seseorang. Perintah yang disampaikan berupa segera untuk bertaubat.

Akan tetapi, Mbok Wilis lupa pernah mengatakan itu kepada Haris. Kutipan

tindak tutur imperatif selanjutnya dapat dilihat di bawah ini.

(7) “hei! Sundal! Jangan lari! Setop!”


(TTLIM/AG/131/Brs 8)

Analisis tindak tutur imperatif selanjutnya yang digambarkan pada

kutipan diatas adalah bentuk kalimat perintah yang disampaikan kepada

seseorang. Hadirnya bentuk kalimat perintah yang disampaikan pada kutipan di

atas merupakan bukti bahwa kutipan ini memiliki makna perintah kepada

seseorang. Perintah yang disampaikan berupa “hei! Sundal! Jangan lari!

Setop!”. Gambaran tindak tutur imperatif selanjutnya dapat dilihat di bawah ini.

(8) “Makanlah, biar tidak sakit” suruh Bu Sri, “Dan segeralah


pulang,Le….” “Bukan itu. Pulanglah ke kodrat ku yang dulu Le….”
(TTLIM/AG/142/Brs 16—18)

Pada penggalan di atas merupakan bentuk contoh tindak tutur perintah.

Tindak tutur imperatif ditandai pada pernyataan dari pengarang “Makanlah, biar

tidak sakit” suruh Bu Sri, “Dan segeralah pulang,Le….” “Bukan itu.


Pulanglah ke kodrat ku yang dulu Le….”. Pernyataan yang dibuat pengarang

tersebut menghadirkan kata perintah yaitu seorang ibu berharap anaknya kembali

sebagai laki-laki seutuhnya. Kutipan lain tentang tindak tutur imperatif terdapat

di bawah ini.

(9) “Aku tetap mau jadi pacarmu, Mbok,” kata Iwan suatu malam”.
(TTLIM/AG/186/Brs 3—4)

Kutipan di atas merupakan contoh kutipan yang di dalamnya terdapat

tindak tutur imperatif. Tindak tutur imperatif ditandai pada pernyataan dari

pengarang “Aku tetap mau jadi pacarmu, Mbok,”. Pernyataan yang dibuat

pengarang pada novel tersebut menghadirkan kata perintah yaitu bahwa Iwan

tetap ingin jadi pacar Mbok Wilis. Kutipan lain tentang tindak tutur imperatif

terdapat di bawah ini.

(10) “Kamu boleh benci Ahmadiyah, Mas! Kamu juga boleh benci aku!
Tapi, kamu jangan menghina guru-guru suciku seperti ini!
Keterlaluan!”.
(TTLIM/AG/259/Brs 4—5)

Berdasarkan penggalan selanjutnya yang digambarkan oleh pengarang

dalam novel adalah bentuk kalimat perintah yang disampaikan seorang adik

kepada kakaknya. Hadirnya bentuk kalimat perintah yang disampaikan pada

kutipan di atas merupakan bukti bahwa kutipan ini memiliki makna perintah

kepada seseorang. Perintah yang disampaikan berupa kamu boleh benci

Ahmadiyah tapi jangan pernah untuk menghina guru-guru yang berperan dalam

ahmadiyah. Gambaran tindak tutur imperatif selanjutnya dapat dilihat di bawah

ini.

(11) “Jadi, datanglah lagi ke masjid, Pak. Tak perlu malu atau khawatir.
Kami nanti juga akan bicara dengan Pak Haris supaya tidak perlu
lagi ada masalah di antara Anda berdua”.
(TTLIM/AG/312/Brs 8—10)

Kutipan di atas merupakan contoh kutipan yang di dalamnya terdapat

tindak tutur perintah. Pernyataan yang dibuat pengarang tersebut menghadirkan

kata perintah yaitu pengurus masjid memerintahkan agar bapak mau datang lagi

ke masjid untuk melakukan ibadah bersama-sama. Pengurus masjid juga akan

memberikan solusi bagi masalah Wilis dan Haris di masjid.

4.1.1. 3 Tindak Tutur Lokusi Interogatif

Tindak tutur interogatif atau pertanyaan kepada lawan tuturnya. Bentuk

pertanyaan berfungsi untuk menanyakan sesuatu sehingga pendengar diharapkan

dapat memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan sesuai dengan harapan

penutur atas respon yang diberikan. Berikut beberapa kutipan yang digambarkan

oleh pengarang tentang tindak tutur interogatif.

(1) “Ada kencan,Ro? Sama siapa? Iwan? Parman? Tanya Meti.


Mbok Wilis menggeleng”.
(TTLI/AG/18/Brs 26)

Kutipan di atas merupakan contoh kutipan yang di dalamnya terdapat

kalimat pertanyaan. Tindak tutur interogatif ditandai dengan pernyataan “Ada

kencan, Ro? Sama siapa? Iwan? Parman? Tanya Meti”. Pernyataan yang dibuat

tersebut menghadirkan kalimat pertanyaan yaitu situasi atau peristiwa Meti

menanyakan kepada Roro apakah dia ada kencan dengan seseorang yang bernama

Iwan. Kutipan lain tentang tindak tutur interogatif terdapat di bawah ini.

(2) “Lama menunggu, Mbok?” Tanya lelaki cina setengah baya yang
masih tampak gagah”.
“ Ah tidak kok Om”.
(TTLI/AG/19/Brs 13—14)
Kalimat yang dihadirkan pengarang dalam kutipan diatas adalah bentuk

tindak tutur interogatif atau pertanyaan. Hadirnya tindak tutur interogatif dalam

kutipan merupakan bukti bahwa kutipan di atas merupakan salah satu contoh

tindak tutur interogatif. Tindak tutur interogatif ditandai dengan pernyataan “

Lama menunggu, Mbok?”. Seseorang yang sedang bertanya kepada si Mbok

yang sudah menunggunya untuk di jemput oleh lelaki itu. Kutipan lain tentang

tindak tutur interogatif terdapat di bawah ini.

(3) “kenapa Yul?” Tanya Mbok Wilis , agak iba juga memandangi Yuli.
Dengan campur emosi, campuran kemarahan dan lara Yuli
menceritakan nasib buruknya”.
(TTLI/AG/48/Brs 25—27)

Tuturan interogatif merupakan tuturan yang di dalamnya terdapat kalimat

pertanyaan. Tuturan interogatif di atas ditandai pada kalimat “kenapa Yul?”.

Pernyataan tersebut menghadirkan tuturan interogatif. Mbok Wilis menanyakan

kenapa Yuli begitu emosi. Yuli menjelaskan kenapa kekesalnya begitu membara.

Kalimat di atas mendapatkan respon dari lawan tutur. Kutipan lain tentang tindak

tutur interogatif terdapat di bawah ini.

(4) “Heh! Mau kemana kamu?”


“ ganti baju!”.
(TTLI/AG/50/Brs 5—6)

Interogatif merupakan tuturan yang di dalamnya terdapat kalimat

pertanyaan yang dimana penutur mengharapkan lawan tutur memberikan respon

terhadap apa yang diutarakan. Tuturan interogatif di atas ditandai pada kalimat

“Heh! Mau kemana kamu?”. Pernyataan tersebut menghadirkan tuturan

interogatif. Mbok Wilis menanyakan kenapa Yuli. Ingin kemana ia akan pergi.
Yuli menjawab ia akan ganti baju karena bajunya sudah basah. Kutipan lain

tentang tindak tutur interogatif terdapat di bawah ini.

(5) “saya sedang mencari Pak Suko Djatmoko, apa bapak orangnya?”
“ betul. Saya Sukodjatmoko Carito. Panggil saja Pak Wo. Mohon
maaf, mas siapa ya?”
(TTLI/AG/63/Brs 18—19)

Kutipan di atas merupakan contoh analisis yang di dalamnya terdapat

kalimat pertanyaan. Analisis tutur interogatif ditandai dengan pernyataan “saya

sedang mencari Pak Suko Djatmoko, apa bapak orangnya?”. Pernyataan yang

dibuat tersebut menghadirkan kalimat pertanyaan yaitu situasi atau peristiwa

seseorang yang tengah mencari Pak Suko Djatmoko. Selanjutnya tentang tindak

tutur interogatif terdapat di bawah ini.

(6) “Ustaz Zul terperanjat. “ Ghulam Ahmad? Pak Wo adalah pengikut


Ahmadiyah?”
(TTLI/AG/76/Brs 17—18)

Berdasarkan kalimat yang dihadirkan pengarang dalam kutipan di atas

adalah bentuk tindak tutur interogatif atau pertanyaan. Hadirnya tindak tutur

interogatif dalam kutipan merupakan bukti bahwa kutipan di atas merupakan salah

satu contoh tindak tutur interogatif. Tindak tutur interogatif ditandai dengan

pernyataan Ustaz Zul terperanjat. “Ghulam Ahmad? Pak Wo adalah pengikut

Ahmadiyah?”. Ustaz Zul yang begitu terkejut ketika dia mengetahui ternyata pak

Wo merupakan pengikut Ahmadiyah setelah mereka panjang lebar berbicara.

Kutipan selanjutnya lain tentang tindak tutur interogatif terdapat di bawah ini.

(7) “Berapa tarifmu cantik? Temani aku lewat malam yang dingin ini,
boleh?”
(TTLI/AG/80/Brs 6—7)
Penggalan kalimat di atas merupakan bentuk tindak tutur interogatif atau

pertanyaan. Hadirnya tindak tutur interogatif dalam kutipan merupakan bukti

bahwa kutipan di atas merupakan salah satu contoh tindak tutur interogatif.

Tindak tutur interogatif ditandai dengan pernyataan yang lawan bicaranya

memberikan respon atas apa yang disampaikan oleh lawan tutur. Contoh dalam

penggalan di atas seseorang bertanya tarifnya sebelum dia membelinya. Ia

menginterogasi berapa yang harus ia bayar untuk berkencan dengan waria ini.

Selanjutnya lain tentang tindak tutur interogatif terdapat di bawah ini.

(8) “Kok bisa? Bagaimana kisahnya?”


(TTLI/AG/98/Brs 10)

Kalimat interogatif merupakan bentuk pertanyaan yang diutarakan kepada

lawan tutur, bagaimana mungkin lawan tutur memberikan respon yang diharapkan

oleh penuturnya. Kalimat interogatif dalam kutipan di atas ditandai dengan

pernyataan “Kok bisa? Bagaimana kisahnya?”. Pada penggalan kalimat ini

penutur ingin mempertanyakan sebuah kisah yang lebih dalam. Oleh karena itu,

kutipan di atas dapat dikatakan sebagai kutipan yang di dalamnya terdapat

interogasi.

(9) “Jadi, bibit-bibit waria sudah ada dalam dirimu sejak kecil,ya?”
(TTLI/AG/102/Brs 13)

Bentuk kalimat interogatif dalam kutipan diatas adalah sebuah percakapan.

Percakapan pada penggalan kutipan di atas merupakan bentuk kalimat tanya yang

bersifat interogatif. Kalimat itu di tandai dengan pernyataan “Jadi, bibit-bibit

waria sudah ada dalam dirimu sejak kecil ,ya?. Pernyataan menjadi pembicaraan

yang lebih dalam tentang bagaimana ia bisa terjun ke dalam dunia yang seperti

itu. Selanjutnya tindak tutur interogatif terdapat di bawah ini.


(10) Ia tanyakan lagi apakah Rara mau pacaran denganya. Rara segera
jawab dengan anggukan”.
“Mau, Wo. Aku mau”.
(TTLI/AG/117/Brs 23—26)

Tuturan interogatif merupakan tuturan yang di dalamnya terdapat kalimat

pertanyaan yang dimana penutur mengharapkan lawan tutur memberikan respon

terhadap apa yang diutarakan. Tuturan interogatif di atas ditandai pada kalimat

“Ia tanyakan lagi apakah Rara mau pacaran denganya”. Pernyataan tersebut

menghadirkan tuturan interogatif. Bowo meminta Rara apakah dirinya bersedia

menerima perasaannya, Bowo meminta Rara sebagai pacarnya. Cara memberikan

respon bahwa dirinya juga memiliki rasa yang sama terhadap Bowo. Kutipan lain

tentang tindak tutur interogatif terdapat di bawah ini.

(11) siapa orang hebat yang bapak ceritakan, ia? Apakah bapak kenal
beliau?” “wah, kalau kenal, sih, tidak,”
(TTLI/AG/152/Brs 18)

Kalimat yang dihadirkan pengarang dalam kutipan diatas adalah bentuk

tindak tutur interogatif atau pertanyaan. Hadirnya tindak tutur interogatif dalam

kutipan merupakan salah satu contoh tindak tutur interogatif. Tindak tutur

interogatif ditandai dengan pernyataan “siapa orang hebat yang bapak ceritakan,

ia? Apakah bapak kenal beliau?”. Pada kutipan ini banyak pertanyaan siapa

orang hebat itu sampai-sampai semua membicarakannya.

4.1.2 Jenis Tindak Tutur Ilokusi

Tindak tutur ilokusi yang terdapat pada novel ada lima jenis. Data yang

ditemukan dalam penelitian berupa kutipan-kutipan yang mendukung gambaran

kelima jenis tindak tutur ilokusi tersebut. Data yang menggambarkan tindak tutur

ilokusi pada sebanyak 36 kutipan.


Tabel

JENIS TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA NOVEL ANAK GEMBALA


YANG TERTIDUR PANJANG DI AKHIR ZAMAN
KARYA A. MUSTAFA
No Jenis Tindak Tutur Ilokusi Jumlah Data

1 Tindak Tutur Representatif 4 Data

2 Tindak Tutur Direktif 3 Data

3 Tindak Tutur Komisif 7 Data

4 Tindak Tutur Ekspresif 14 Data

5 Tindak Tutur Deklaratif 8 Data

Jumlah Data 36 Data

4.1.2.1 Tindak Tutur Ilokusi Refresentatif

Tindak tutur ilokusi representatif yaitu tindak tutur yang di mana penutur

terikat pada kebenaran proposisi yang diungkapkan. Tuturan menyatakan,

mengusulkan, membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, dan melaporkan

merupakan wujud dari tindak tutur representatif. Berikut beberapa kutipan yang

digambarkan oleh pengarang tentang tindak tutur representatif.

(1) “Sepatu itu bagus sekali, berwarna merah dan tinggi haknya 10
senti”.
(TTIR/AG/1/Brs 4—5)

Kutipan dalam penggalan novel di atas merupakan bentuk dari tindak tutur

ilokusi representatif berupa pertanyaan yang terdapat pada kalimat “Sepatu itu

bagus sekali, berwarna merah dan tinggi haknya 10 senti”. Kalimat tersebut

dapat dikatakan sebagai bentuk dari tindak tutur ilokusi representatif, tuturan

tersebut bermaksud menjelaskan bahwa sepatu yang berwarna merah tersebut jika

dipakai oleh orang yang memiliki jemari kaki gemuk akan lebih terlihat feminim
jika digunakan. Selanjutnya tindak tutur ilokusi representatif dapat dilihat pada

kutipan berikut.

(2) “Ia biasa mejeng di jalan Menteri Supeno, depan SMAN 1


Semarang”.
(TTIR/AG/44/Brs 2—3)

Penggalan novel di atas bentuk tindak tutur ilokusi representatif

memberitahukan ditandai pada kalimat “Ia biasa mejeng di jalan Menteri

Supeno, depan SMAN 1 Semarang”. Kalimat diatas merupakan bentuk

representatif memberitahukan. Proses tindak tutur selanjutnya dapat dilihat dari

kutipan lagu berikut.

(3) “Pernah pada suatu hari di bulan Oktober, Pak Tedjo pulang
tergopoh-gopoh dan menyuruh seluruh anaknya untuk masuk
kamar”.
(TTIR/AG/107/Brs 17—19)

Bentuk tindak tutur ilokusi representatif ditandai pada kutipan di atas

dalam kalimat “Pernah pada suatu hari di bulan Oktober, Pak Tedjo pulang

tergopoh-gopoh dan menyuruh seluruh anaknya untuk masuk kamar”. Kalimat

tersebut merupakan bentuk ilokusi representatif memerintah. Representatif

memerintah ini merupakan bentuk penegasan atas lawan tutur dapat melakukan

tindakan seperti yang diharapkan oleh pembicara. Seperti Pak Tedjo yang

berusaha dengan pulang terpogoh-pogoh untuk menyuruh anaknya segera masuk

kamar. Tuturan tersebut bermaksud menjelaskan untuk anak dan istri pak Tedjo

sembunyi di dalam kamar, dan kalau mendengar suara gaduh-gaduh anak pak

Tedjo dan istri harus tutup mata dan tutup telinga. Proses tindak tutur ilokusi

representatif selanjutnya dapat dilihat dalam kutipan lagu berikut ini.

(4) “Dari mana saja kamu?”


“A-aku da-dari”
“Kamu tahu ini sudah jam berapa?”.
(TTIR/AG/140/Brs 1—3)

Kutipan di atas merupakan contoh kutipan yang didalamnya terdapat

bentuk representatif menunjukkan. Representatif menunjukkan ditandai pada

pernyataan dari “Dari mana saja kamu?” “A-aku da-dari” “Kamu tahu ini

sudah jam berapa?”. Tindak tutur representatif menyatakan yang dituturkan

penutur bersifat memberikan bukti pada penutur biasanya pada kondisi ini penutur

tidak memperoleh kepercayaan dari penutur sehingga perlu menunjukkan bukti

yang akurat.

4.1.2.2 Tindak Tutur Ilokusi Direktif

Tindak tutur direktif merupakan suatu tindak tutur yang memiliki

pengaruh terhadap lawan tutur untuk mendorong melakukan sesuatu atau tindakan

seperti menyuruh, perintah, meminta, memberi nasihat. Pada kutipan novel

terdapat beberapa kutipan tindak tutur direktif dapat dilihat sebagai berikut.

(1) Mbok Wilis menyuruh Mety supaya berhati-hati, kabarkan pula ke


teman-teman mereka supaya tidak menerima tamu sembarangan.
(TTID/AG/228/Brs 11—15)

Kutipan di atas merupakan bentuk tindak tutur ilokusi direktif dalam

menyuruh yang ditandai pada pernyataan “Mbok Wilis menyuruh Mety agar

memberitahukan kepada teman-teman lainnya agar dapat berhati-hati dalam

menerima pelanggan yang sembarangan”. Tindak tutur ilokusi direktif ini

merupakan tindak tutur yang memiliki pengaruh terhadap lawan tutur, untuk harus

lebih berhati-hati. Tuturan tersebut bermaksud untuk menjelaskan bahwa Mbok

Wilis tidak ingin musibah yang menimpanya jangan sampai menimpa teman-

temannya. Berdasarkan kutipan di atas dapat dikatakan sebagai bentu ilokusi


direktif dalam menyuruh. Gambaran lain tentang tindak tutur ilokusi direktif

terdapat di bawah ini.

(2) “Kamu diam saja Met!” hardik Haris dengan suara dingin”.
(TTID/AG/244/Brs )

Tindak tutur ilokusi direktif merupakan tindak tutur yang memiliki

pengaruh terhadap lawan tutur. Penggalan kutipan di atas merupakan bentuk

tindak tutur ilokusi direktif dalam bentuk perintah yang ditandai pada pernyataan

“kamu diam saja Met!”. Pernyataan menghadirkan bentuk direktif perintah ini

memberikan perintah kepada lawan tuturnya untuk tetap diam saja. Tuturan

tersebut menjelaskan bahwa Mety dilarang untuk tidak mengganggu orang yang

sedang memberi nasihat. Oleh karena itu, kutipan di atas dapat dikatakan sebagai

bentuk ilokusi direktif dalam bentuk perintah. Berdasarkan gambaran lain tentang

tindak tutur ilokusi direktif terdapat di bawah ini.

(3) “Masmu Cuma khilaf, besok juga dia minta maaf, Le. Kamu jangan
pergi. Nanti Ibu siapa yang urus?”
(TTID/AG/260/Brs 15—16 )

Berdasarkan penggalan kutipan di atas merupakan bentuk tindak tutur

ilokusi direktif dalam meminta yang ditandai pada pernyataan “kamu jangan

pergi. Nanti ibu siapa yang urus?”. Pada penggalan ini terdapat bentuk tindak

tutur ilokusi direktif yang meminta agar anaknya tetap tinggal dengan ibunya. Ibu

meminta agar anaknya tidak boleh pergi dari sisinya, siapa yang akan

mengurusnya ketika anak itu pergi. Kutipan di atas dapat dikatakan sebagai

bentuk ilokusi direktif meminta.

4.1.2.3 Tindak Tutur Ilokusi Komisif


Tindak tutur komisif merupakan suatu tindak tutur yang memiliki

pengaruh terhadap lawan tutur untuk mendorong melakukan sesuatu atau tindakan

seperti berjanji, bernazar, bersumpah. Gambaran bentuk tindak tutur ilokusi

komisif dapat lihat pada kutipan berikut ini.

(1) “Dretarastra berjanji bahwa ia akan menyerahkan takhta Kuru


kepada Yudistira setelah mereka kembali nanti”.
(TTIK/AG/27/Brs 10—11)

Tindak tutur ilokusi komisif merupakan tindak tutur yang mendorong lawan

tutur agar melakukan sesuatu. Penggalan kutipan di atas merupakan bentuk tindak

tutur ilokusi komisif dalam bentuk berjanji. Seperti pada kutipan di atas bahwa

“drestarasta berjanji akan memberikan tahta kuru kepada Yudistira ketika

mereka kembali nanti”. Pernyataan menghadirkan bentuk komisif dalam berjanji

ini mendorong kepada lawan tuturnya, bahwa Yudistira pulang ke Kuru bersama

adik-adiknya untuk meminta apa yang telah menjadi miliknya yaitu takhta Kuru.

Oleh karena itu, kutipan di atas dapat dikatakan sebagai bentuk ilokusi direktif

dalam bentuk perintah. Berdasarkan gambaran lain tentang tindak tutur ilokusi

direktif terdapat di bawah ini.

(2) “Itu hukuman karena kamu ingkar janji! Kamu selingkuh!” Haris
Muntab.
“Justru kamu yang ingkar janji! Mana dulu janji-janjimu yang
bilang akan pernah menyakiti?”.
(TTIR/AG/86/Brs 5—6)

Berdasarkan kutipan di atas merupakan bentuk tindak tutur ilokusi komisif

dalam berjanji yang ditandai pada pernyataan Haris begitu marah ketika janjinya

diingkari oleh Mbok Wilis yang katanya dirinya tidak akan selingkuh. Namun,

disisi lain Haris lah yang ingkar janji katanya ia tidak akan perna menyakit Mbok

Wilis. Tindak tutur ilokusi komisif ini merupakan tindak tutur yang mendorong
terhadap lawan tutur. Berdasarkan kutipan di atas dapat dikatakan sebagai bentuk

ilokusi komisif dalam berjanji. Gambaran lain tentang tindak tutur ilokusi komisif

terdapat di bawah ini.

(3) “Berjanjilah, Ris!. Berjanjilah kau takkan meninggalkanku!”


“ Aku janji, Ro,” jawab Haris, mengecup kening kekasihnya itu. “
Aku akan selalu ada di hidupmu”.
(TTIK/AG/122/Brs 7—8)

Berdasarkan penggalan kutipan di atas merupakan bentuk tindak tutur

ilokusi komisif dalam berjanji yang ditandai pada pernyataan “Berjanjilah Ris!.

Berjanjilah kau takkan meninggalkanku!”. Pada penggalan ini terdapat bentuk

tindak tutur ilokusi komisif yang Roro meminta Haris untuk berjanji untuk tidak

meninggalkan dirinya, dan Roro mengucapkan terima kasih kepada Haris karena

haris tidak akan meninggalkan dirinya. Kutipan di atas dapat dikatakan sebagai

bentuk ilokusi komisif berjanji. Berdasarkan uraian di atas untuk dapat melihat

tindak tutur komisif dapat dilihat di bawah ini.

(4) “ mulai sekarang kami larang bapak kemari atau masuk ke masjid
kami. Demi keselamatan bersama.”
(TTIK/AG/158/Brs 1)

Kutipan di atas merupakan bentuk tindak tutur ilokusi komisif dalam

ancaman yang ditandai pada pernyataan kalau bapak dilarang datang ke masjid

demi keselamatan bersama. Tindak tutur ilokusi komisif ini merupakan tindak

tutur yang mendorong terhadap lawan tutur melakukan sesuatu karena pak Wo

dianggap mengajarkan ajaran sesat yaitu tentang Ahmadiyah. Berdasarkan kutipan

di atas dapat dikatakan sebagai bentu ilokusi komisif dalam ancaman. Gambaran

lain tentang tindak tutur ilokusi direktif terdapat di bawah ini.


(5) “ Sekarang aku belikan baju dulu, kapan-kapan ku belikan yang lebih
mahal.” “Ah, tak usah,Ris. Ini saja sudah cukup.”
(TTIK/AG/162/Brs 1—2)

Kutipan di atas merupakan contoh kutipan yang didalamnya terdapat

bentuk tindak tutur ilokusi komisif dalam berjanji. Seperti pada penggalan novel

di atas Haris memberikan janji kepada Wilis bahwa akan membelikan baju yang

lebih mahal lagi untuk saat ini ia hanya mampu membelikan hanya sebatas ini.

Haris memberikan janji ini merupakan bentuk ilokusi komisif dalam berjanji.

Gambaran lain tentang tindak tutur ilokusi komisi terdapat di bawah ini.

(6) “ gairah mudanya jadi menggelegak.


“Aku pasti akan datang! Demi si Mbok!”
(TTIK/AG/178/Brs 20—22)

Bentuk tindak tutur ilokusi komisif ditandai pada kutipan di atas dalam

kalimat “Aku pasti akan datang! Demi si Mbok!”. Kalimat tersebut merupakan

bentuk ilokusi komisif berjanji. Komisif berjanji ini merupakan bentuk dorongan

atas lawan tutur dapat melakukan tindakan seperti yang diharapkan oleh

pembicara. Seperti pada kutipan tersebut menyatakan bahwa ia pasti akan datang

demi Mbok. Artinya ia menepati janji kepada Mbok bahwa ia akan menemuinya.

Penggalan ini dapat dikatakan sebagai bentuk tindak tutur ilokusi komisif. Proses

tindak tutur ilokusi komisif selanjutnya dapat dilihat dalam kutipan lagu berikut

ini.

(7) “Awas saja kalau aku sampai tertular oleh penyakit mu itu!” seru
Haris kepada Mbok Wilis.
(TTIK/AG/229/Brs 11—14)

Selanjutnya tindak tutur ilokusi komisif merupakan bentuk dorongan lawan

tutur untuk melakukan tindakan. Penggalan kutipan di atas merupakan bentuk

tindak tutur ilokusi komisif dalam bentuk ancaman yang ditandai pada pernyataan
“Awas saja kalau aku sampai tertular oleh penyakit mu itu!”. Pernyataan

merupakan bentuk dari komisif ancaman yang dimana kalimat ini memiliki

penegasan awas saja kalau aku sampai tertular oleh penyakit yang kamu derita

karena Haris akan membunuh Mbok Wilis. Perkataan ini memiliki makna bahwa

yang diucapkannya merupakan bentuk perkataan yang tidak main-main kepada

Mbok Wilis. Oleh karena itu, kutipan di atas dapat dikatakan sebagai bentuk

ilokusi komisif dalam bentuk ancaman. Berdasarkan gambaran lain tentang tindak

tutur ilokusi komisif terdapat di bawah ini.

4.1.2.4 Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif

Bentuk tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur untuk

mengekspresikan perasaan dan sikap. Tutur ilokusi ekspresif ini berupa tindak

meminta maaf, berterima kasih, menyampaikan ucapan selamat, memuji,

mengkritik, ancaman. Kutipan novel yang terdapat tindak tutur ekspresif adalah

sebagai berikut.

(1) “cari gara-gara kamu Yul! Mati- matian aku jaga hubungan sama
mereka biar kita aman eee… kamu malah melempari mobil mereka!
Goblok kamu Yul!”.
(TTIE/AG/49/Brs 18—20)

Berdasarkan kutipan di atas dapat dikatakan sebagai bentuk tindak tutur

ilokusi ekspresif dalam bentuk kritik yang ditandai pada pernyataan Mbok Wilis

mengkritik kelakuan Yuli yang bisa merusak hubungan dengan mereka. Akibat

kelakuan Yuli ini akan berdampak besar oleh sebab itu Yuli di kritik agar tidak

melakukan hal yang seperti itu lagi. Tindak tutur ilokusi ekspresif ini merupakan

tindak tutur yang mengekspresikan perasaan terhadap lawan tutur. Gambaran lain

tentang tindak tutur ilokusi ekspresif terdapat di bawah ini.


(2) “jamu Pak Suko ini enak sekali, “ puji pak Mirajuddin, usai
menyerap beras kencur kesukaannya”.
(TTIE/AG/60/Brs 24—25)

Selanjutnya tindak tutur ilokusi ekspresif merupakan bentuk dorongan

ekspresi atau perasaan terhadap lawan tutur. Penggalan kutipan di atas

merupakan bentuk tindak tutur ilokusi ekspresif dalam bentuk pujian yang

ditandai pada pernyataan “jamu Pak Suko ini enak sekali, “ puji pak

Mirajuddin, usai menyerap beras kencur kesukaannya”. Pernyataan merupakan

bentuk dari ekspresif dalam bentuk pujian yang diekspresikan karena apa di

dapatkan nya sangat memuaskan dan Pak Wo tersenyum riang mengembang dan

mengucapkan penuh syukur atas pujian tersebut. Oleh karena itu, kutipan di atas

dapat dikatakan sebagai bentuk ilokusi ekspresif dalam bentuk pujian.

Berdasarkan gambaran lain tentang tindak tutur ilokusi ekspresif terdapat di

bawah ini.

(3) “Maaf aku baru datang lagi sekarang.maaf aku meninggalkanmu


setelah bertahun-tahun lamanya. Tapi, percayalah aku rindu kamu”.
(TTIE/AG/70/Brs 1—3)

“Maaf aku baru datang lagi sekarang.maaf aku meninggalkanmu

setelah bertahun-tahun lamanya”. Penggalan dalam novel tersebut merupakan

bentuk dari tindak tutur ilokusi ekspresif dalam bentuk minta maaf. Bentuk tindak

tutur ilokusi ekspresif minta maaf ini merupakan ekspresi yang diutarakan

terhadap lawan tutur. Pada penggalan novel dikatakan rasa bersalah yang ia

rasakan selama bertahun-tahun lamanya sehingga ia hanya mampu

mengungkapkan dengan meminta maaf dan Mbok Wilis bahagia karena lelaki

yang ia cintai dan ia anggap telah melupakannya kini datang menemuinya.

Kalimat ini merupakan bentuk ilokusi ekspresif dalam bentuk minta maaf. Proses
tindak tutur ilokusi ekspresif selanjutnya dapat dilihat dalam kutipan lagu berikut

ini.

(4) “Ternyata, kamu lucu juga, ya. Kok sukanya sama aku, sih?”
“Soalnya kamu baik sama aku”
“Kamu juga baik sama aku”.
(TTIE/AG/113/Brs 14—16)

Berdasarkan penggalan kutipan di atas merupakan bentuk tindak tutur

ilokusi ekspresif dalam bentuk memuji yang ditandai pada pernyataan “Kok

sukanya sama aku, sih?”. “Soalnya kamu baik sama aku”. Pada penggalan

novel tersebut merupakan bentuk pujian kepada orang lain dengan perasaan,

kutipan tersebut bermaksud menjelaskan bahwa Rara merasa gembira karena

Rusli tidak menganggap dirinya aneh dan tidak menjauhinya. Kutipan di atas

dapat dikatakan sebagai bentuk ilokusi ekspresif dalam bentuk pujian.

Berdasarkan uraian di atas untuk dapat melihat tindak tutur ekspresif dapat dilihat

di bawah ini.

(5) “Mbok Wilis lega bukan main.


Sesampainya di kontrakan ,ia mengucapkan terima kasih lagi kepada
pak satpam. Pak satpam mengangguk.”lain kali lebih berhati-hati
ya”.
(TTIE/AG/138-139/Brs 26—28)

Mbok Wilis tidak dapat mengungkapan rasa terima kasihnya karena orang

ini sudah membantunya dari maut yang hampir merenggut nyawanya. “Mbok

Wilis meresa lega bukan main”. Ia mengekspresikan perasaan senangnya karena

sudah menolong dengan rasa terima kasih yang begitu besar terhadap dirinya.

berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bentuk tindak tutur ilokusi ekspresif

berbentuk ancaman yang diberikan oleh Haris kepada Wilis. Tindak tutur ilokusi

dalam bentuk terima kasih dorongan ini merupakan bentuk ekspresif yang
diberikan kepada lawan tuturnya. Selanjutnya dapat dilihat uraian bentuk tindak

tutur ekspresif sebagai berikut.

(6) “Ustaz Zul menolak dibayar, ia merasa tidak enak melihat temannya
itu diusir dan harus membayar. “ Terima kasih atas kebaikan Pak
ustaz,” ucap Pak Wo, tulus sekaligus muram”.
(TTIE/AG/160/Brs 11—15)

Tindak tutur ilokusi ekspresif merupakan tindak tutur yang berusaha

mengekspresikan perasaan. Penggalan kutipan di atas merupakan bentuk tindak

tutur ilokusi ekspresif bentuk terima kasih dapat dilihat dalam pernyataan

“Terima kasih atas kebaikan Pak ustaz,” ucap Pak Wo, tulus sekaligus

muram.” Pernyataan menghadirkan bentuk ekspresif yang mendorong lawan tutur

mengekspresikan perasaan. Oleh karena itu, kutipan di atas dapat dikatakan

sebagai bentuk ilokusi ekspresif, dan ustaz Zul mengucapkan terima kasih karena

telah didoakan. Kutipan lain tentang tindak tutur ilokusi ekspresif terdapat di

bawah ini.

(7) “Tapi, aku sayang kamu, Mbok…”


“Terima kasih. Kalau kamu masih mau jadi pacarku, aku juga mau.
Tapi ada syaratnya.
“Apa, Mbok?”
“Kamu tidak boleh cemburu”
(TTIE/AG/184/Brs 9—13)

Berdasarkan penggalan kutipan di atas merupakan bentuk tindak tutur

ilokusi ekspresif dalam bentuk terima kasih. Bentuk ekspresif terima kasih yang di

ungkapkan rasa dengan penuh perasaan. Seperti yang terlihat pada kutipan di atas

ia mengungungkap rasa sayangnya kepada Mbok Wilis karena Mbok sudah mau

nereima dirinya sebagai kekasihnya. Kutipan di atas dapat dikatakan sebagai

bentuk ilokusi ekspresif dalam bentuk terima kasih. Berdasarkan uraian di atas

untuk dapat melihat tindak tutur ekspresif dapat dilihat di bawah ini.
(8) “Sudah, Le, tak perlu kamu simpan rasa marah kepada mereka,”
pesan ibunya pada suatu subuh”
(TTIE/AG/252/Brs 2—3)

Berdasarkan penggalan kutipan di atas merupakan bentuk tindak tutur

ilokusi ekspresif dalam bentuk mengkritik. Pada uraian di atas dijelaskan ibu yang

mengkritik anaknya karena menyimpan rasa marah kepada orang lain. Ibu

mengkritik sikapnya itu merupakan hal yang tidak baik bagi dirinya. Pada

penggalan novel tersebut merupakan bentuk kritikan yang ekspresikan seseorang

kepada lawan tuturnya dengan penuh perasaan. Kutipan di atas dapat dikatakan

sebagai bentuk ilokusi ekspresif dalam bentuk kritikan. Gambaran uraian di atas

untuk dapat melihat tindak tutur ekspresif dapat dilihat di bawah ini.

(9) “Aku minta maaf. Sungguh, aku sudah keliru menyinggung


perasaanmu….”
(TTIE/AG/298/Brs 22)
Selanjutnya tindak tutur ilokusi ekspresif dalam bentuk meminta maaf

yang didorongan oleh perasaan terhadap lawan tutur. Penggalan kutipan di atas

merupakan bentuk tindak tutur ilokusi ekspresif dalam bentuk meminta maaf yang

ditandai pada pernyataan ia merasa bersalah karena sudah menyinggung perasaan

lawan tuturnya. Ia dengan kesungguhan hati meminta maaf dengan sepenuh hati

dan Meti memaafkan karena ia tidak mau memperpanjang urusan lagi dan ia

mencoba untuk memahami temannya yang sedang dimabuk cinta. Pernyataan ini

merupakan bentuk dari ekspresi dalam bentuk minta maaf oleh penutur. Oleh

karena itu, kutipan di atas dapat dikatakan sebagai bentuk ilokusi ekspresif dalam

bentuk minta maaf.

(10) “Kalau kamu tidak mau melayaniku lagi, maka tidak ada yang boleh
memakai lagi”
(TTIE/AG/207/Brs 11—13)
“Kalau kamu tidak mau melayaniku lagi, maka tidak ada yang boleh

memakai lagi”. Penggalan dalam novel tersebut merupakan bentuk dari tindak

tutur ilokusi ekspresif ancaman. Bentuk tindak tutur ilokusi ekspresif ancaman ini

merupakan bentuk dorongan atas lawan tutur dapat melakukan tindakan seperti

yang diharapkan oleh pembicara. Pada penggalan novel dikatakan kalau dirinya

tidak mau melayani dengan baik maka tidak diperuntukan satupun orang yang

boleh memakai dirinya. Kalimat ini merupakan penegasan bahwa ini bersifat

ilokusi ancaman. Proses tindak tutur ilokusi komisif selanjutnya dapat dilihat

dalam kutipan lagu berikut ini

(11) “Awas saja kalau aku sampai tertular oleh penyakit mu itu!” seru
Haris kepada Mbok Wilis”.
(TTIE/AG/229/Brs 11—14)

Selanjutnya tindak tutur ilokusi komisif merupakan bentuk dorongan

lawan tutur untuk melakukan tindakan. Penggalan kutipan di atas merupakan

bentuk tindak tutur ilokusi ekspresif dalam bentuk ancaman yang ditandai pada

pernyataan “Awas saja kalau aku sampai tertular oleh penyakit mu itu!”.

Pernyataan merupakan bentuk dari ekspresif ancaman yang dimana kalimat ini

memiliki penegasan awas saja kalau aku sampai tertular oleh penyakit yang kamu

derita. Perkataan ini memiliki makna bahwa yang diucapkannya merupakan

bentuk perkataan yang tidak main-main kepada Mbok Wilis dan Haris akan

membunuh Mbok Wilis. Tuturan tersebut membuat Mbok wilis merasa ketakutan,

ia tidak berani tinggal di kontrakan sendiri. Oleh karena itu, kutipan di atas dapat

dikatakan sebagai bentuk ilokusi komisif dalam bentuk ancaman. Berdasarkan

gambaran lain tentang tindak tutur ilokusi komisif terdapat di bawah ini.
(12) “Ia lantas memberikan ultimatum, “ Pokoknya, ibu harus keluar dari
jamaah secepatnya! Awas kalau tidak! Sehabis itu,ia pergi
meninggalkan rumah orang tuanya”.
(TTIE/AG/256/Brs 1—4)

Berdasarkan penggalan kutipan di atas merupakan bentuk tindak tutur

ilokusi ekspresif dalam bentuk ancaman yang ditandai pada pernyataan

“Pokoknya, ibu harus keluar dari jamaah secepatnya! Awas kalau tidak!”. Pada

penggalan novel tersebut merupakan bentuk amarah yang dilontarkan kepada sang

ibu harus secepatnya untuk keluar dari jamaah itu dan ibu-ibu keluar dari jamaah

akibat ancaman dari kakak Pak Wo. Kutipan di atas dapat dikatakan sebagai

bentuk ilokusi ekspresif ancaman. Berdasarkan uraian di atas untuk dapat melihat

tindak tutur komisif dapat dilihat di bawah ini.

(13) “Mbok Wilis tak berdaya ketika ia diseret dan didorong keluar dari
masjid oleh Haris”.
“Pergi kamu dari sini! Jangan datang lagi!
(TTIE/AG/307/Brs 9—10)

Mbok Wilis tak memiliki daya untuk melawan Haris yang berusaha

menyeret dirinya untuk keluar dari masjid. Masjid merupakan tempat ibadah yang

siapapun bisa memasukinya termasuk Mbok Wilis. Namun berbeda dengan Haris

yang tidak menyukai dirinya berada di masjid itu, serta ia memberikan bentuk

ancaman agar Wilis untuk tidak datang lagi ke masjid itu. Tuturan tersebut

membuat Mbok Wilis pergi meninggalkan masjid dengan wajah sedih dan air

mata mengalir di wajahnya. berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bentuk

tindak tutur ilokusi komisif berbentuk ancaman yang diberikan oleh Haris kepada

Wilis. Tindak tutur ilokusi ekspresif merupakan bentuk dorongan yang diberikan
kepada lawan tuturnya. Selanjutnya dapat dilihat uraian bentuk tindak tutur

komisif sebagai berikut.

(14) “Kayaknya Harus benar, kita harus melakukan sesuatu yang lebih
keras, biar si Wilis itu kapok….”
(TTIE/AG/317/Brs 15)

Kutipan di atas merupakan contoh kutipan yang didalamnya terdapat

bentuk tindak tutur ilokusi ekspresif dalam bentuk ancaman. Ilokusi ekspresif

ancaman ditandai pada pernyataan “kita harus melakukan sesuatu yang lebih

keras biar Wilis itu kapok”. Pernyataan tersebut merupakan gambaran ia harus

melakukan sesuatu yang lebih besar lagi agar korban yang diincar memiliki rasa

jera serta memiliki ketakutan.

4.1.2.5 Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif

Tindak tutur deklaratif, yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk

memantapkan sesuatu yang dinyatakan, membaptis, memecat, memberi nama,

menjatuhkan hukuman, mengangkat.

(1) “Dasar yulianto sontoloyo! Memang tukang bikin masalah saja!”


Donita jengkel” Ayo! Kita samperin saja dia ke kontrakan lalu kasih
dia pelajaran!”.
“ betul itu! Blacklist saja dia sekalian, Ro! Usir!”.
(TTID/AG/57/Brs 10—12)

Kutipan di atas dapat dikatakan sebagai bentuk tindak tutur ilokusi

deklaratif dalam bentuk amarah yang ditandai pada pernyataan amarah Donita

yang begitu membara terhadap Yuli. Yuli begitu banyak menyusahkan teman

seangkatannya dalam tempat kerja. Donita menyuruh Roro untuk mengeluarkan

Yuli dari tempat mereka bekerja. Tuturan tersebut membuat Yuli harus

mempertanggung jawabkan ulahnya itu. Tindak tutur ilokusi deklaratif ini


merupakan tindak tutur yang memantapkan keputusan yang akan diambil.

Gambaran lain tentang tindak tutur ilokusi ekspresif terdapat di bawah ini.

(2) “Ketika ingin bercinta, lelaki itu meminta izin terlebih dahulu. Mbok
Wilis mengigit bibir bawahnya sebelum mengangguk. Ia serahkan
tubuhnya kepada Haris”.
(TTLD/AG/81/Brs 15—18)

Berdasarkan penggalan kutipan di atas merupakan bentuk tindak tutur

ilokusi deklaratif dalam bentuk meminta izin. Bentuk ini merupakan dari

memantapkan suatu pernyataan atau keputusan terhadap lawan tuturnya. Seperti

yang dilakukan Haris kepada Wilis sebelum ia bertindak lebih jauh ia meminta

izin terlebih dahulu kepada Wilis. Kutipan di atas dapat dikatakan sebagai bentuk

ilokusi deklaratif dalam bentuk meminta izin. Berdasarkan uraian di atas untuk

dapat melihat tindak tutur deklaratif dapat dilihat di bawah ini.

(3) “ Hahaha. Tidak kok. Aku sungguh-sungguh,” jawab Bowo. “Aku


juga suka sama laki-laki. Dan, aku suka
kamu. Kamu mau tidak pacaran sama aku?”
(TTID/AG/117/Brs 18—20)

Selanjutnya tindak tutur ilokusi deklaratif adalah memantapkan suatu

pernyataan yang diputuskan terhadap lawan tutur. Penggalan kutipan di atas

merupakan bentuk tindak tutur ilokusi deklaratif dalam bentuk menghendaki yang

ditandai pada pernyataan . “Aku juga suka sama laki-laki. Dan, aku suka kamu.

Kamu mau tidak pacaran sama aku?”. Berdasarkan gambaran lain tentang

tindak tutur ilokusi deklaratif terdapat di bawah ini.

(4) “Bowo sebenarnya mengajak Rara untuk bercinta tetapi Rara


menolak. Sebagainya gantinya, Bowo meminta Rara memainkan
punyanya”.
(TTID/AG/108/Brs 13—14)

Kutipan di atas merupakan bentuk tindak tutur ilokusi deklaratif dalam

kesepakatan yang ditandai pada pernyataan Bowo dan Rara membuat kesepakatan
antara mereka berdua sehingga tidak ada yang merasa dirugikan satu sama lain.

Tindak tutur ilokusi deklaratif ini merupakan tindak tutur yang memantapkan

keputusan terhadap lawan tutur melakukan sesuatu. Berdasarkan kutipan di atas

dapat dikatakan sebagai bentuk ilokusi deklaratif dalam kesepakatan. Gambaran

lain tentang tindak tutur ilokusi deklaratif terdapat di bawah ini.

(5) “ Suatu hari, Bowo menuduhku berselingkuh sama salah satu


temannya. Dia minta putus lalu pergi begitu saja”.
(TTID/AG/121/Brs 2—3)

Tindak tutur ilokusi deklaratif merupakan tindak tutur yang memantapkan

suatu keputusan terhadap lawan tutur. Seperti yang terdapat pada penggalan di

atas bahwa Bowo memutuskan Wilis dan pergi begitu saja merupakan

pengambilan keputusan yang termasuk dalam bentuk tindak tutur ilokusi

deklaratif. Gambaran lain tentang tindak tutur ilokusi deklaratif terdapat di bawah

ini.

(6) “Cepat! Cepat! Dia mau kabur! Cepat bunuh bencong ini!”
(TTID/AG/131/Brs 1)

Tuturan tersebut menjelaskan bahwa Mbok Wilis tidak mau mati di tangan

mereka, sampai akhirnya Mbok Wilis berhasil kabur dari cengkraman. kutipan di

atas merupakan bentuk tindakan dengan memantapkan suatu keputusan yang

dibuat secara bersama-sama. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bentuk

tindak tutur deklaratif dalam bentuk kesepakatan. Kutipan tindak tutur deklaratif

selanjutnya dapat dilihat di bawah ini.

(7) “Bu, mohon tenang”. Ustaz Zul angkat bicara. “ Dari pada kita rebut-
ribut, kita duduk sama-sama. “ Tidak perlu, Pak Ustaz,” timpak Pak
Darto”.
(TTID/AG/157/Brs 16—18)
Selanjutnya tindak tutur ilokusi deklaratif dalam bentuk menghendaki

suatu keputusan atau memantapkan suatu tindakan. Penggalan kutipan di atas

merupakan bentuk tindak tutur ilokusi deklaratif dalam bentuk menghendaki yang

ditandai pada pernyataan ustad Zul menghendaki permasalahan ini di bicarakan

baik-baik dan duduk bersama-sama untuk bermusyawarah agar mendapatkan

solusi. Oleh karena itu, kutipan di atas dapat dikatakan sebagai bentuk ilokusi

deklaratif dalam bentuk menghendaki.

(8) “Kalau pengin murah, sana kamu cari dibawah, di Tri lomba Juang.”
“ Tapi, aku maunya si Mbok.”
“kalau mau sama aku, bayarannya segitu.”
(TTID/AG/177/Brs 16—18)

Bentuk tindak tutur deklaratif selanjutnya yang dihadirkan pengarang

dalam kutipan diatas adalah bentuk informasi. Informasi yang disampaikan

merupakan bukti bahwa kutipan di atas merupakan salah satu contoh tindak tutur

deklaratif. Informasi yang ditandai dengan pernyataan “kalau ingin murah kamu

bisa mencarinya di bawah Tri lomba Juang” ini merupakan bentuk informasi

yang disampaikan.

4.1.3 Jenis Tindak Tutur Perlokusi

Tindak perlokusi ialah efek atau dampak yang ditimbulkan oleh tuturan

terhadap mitra tutur, sehingga mitra tutur melakukan tindakan berdasarkan isi

tuturan. Tindak tutur perlokusi yang terdapat pada novel ada enam jenis. Data

yang ditemukan dalam penelitian berupa kutipan-kutipan yang mendukung

gambaran kelima jenis tindak tutur perlokusi tersebut. Data yang menggambarkan

tindak tutur perlokusi sebanyak 29 kutipan.

Tabel
JENIS TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA NOVEL ANAK GEMBALA
YANG TERTIDUR PANJANG DI AKHIR ZAMAN
KARYA A. MUSTAFA
No Jenis Tindak Tutur Perlokusi Jumlah Data

1 Tindak Tutur Deklaratif 0 Data

2 Tindak Tutur Interogatif 7 Data

3 Tindak Tutur Imperatif 15 Data

4 Tindak Tutur Aditif 2 Data

5 Tindak Tutur Responsif 4 Data

6 Tindak Tutur Interjeksi 1 Data

Jumlah Data 29 Data

4.1.3.1 Jenis Tindak Tutur Perlokusi Deklaratif

Tindak tutur deklaratif merupakan tindak tutur yang mengungkapkan

adanya kesesuaian antara isi proposisi dengan realitas. Fungsi deklaratif yaitu

yang diacu oleh tuturan dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal yang

baru misalnya status atau keadaan, pernyataan, dan penamaan. Tindak tutur

deklaratif dalam penelitian perlokusi. Peneliti tidak menemukan data pada

perlokusi dalam bentuk deklaratif untuk dianalisis selanjutnya.

4.1.3.2 Jenis Tindak Tutur Perlokusi Interogatif

Tindak tutur perlokusi interogatif merupakan bentuk kalimat interogatif,

yaitu kalimat yang membutuhkan jawaban tentang sesuatu yang dinyatakan oleh

penutur terhadap lawan tuturnya. Berdasarkan uraian ini dapat dilihat kutipan

novel yang terdapat tindak tutur interogatif adalah sebagai berikut.

(1) “siapa yang namanya Wilis?” Tanya Baplang, dingin.


(TTPI/AG/53/Brs 29)
Pada kutipan diatas terdapat penggalan kata yang “seseorang baplang

menanyakan siapa yang namanya Wilis”. Hal ini merupakan bentuk pertanyaan,

karena secara tidak langsung penutur mempengaruhi lawan tutur untuk

memberitahukan suatu informasi sekaligus untuk menginterogasi orang yang

bernama wilis, perlokusi dalam tuturan tersebut Wilis mendelik kaget dan

menelan ludah karena si Baplang mencarinya. Berdasarkan penjabaran yang telah

di uraikan bentuk ini dapat dikatakan sebagai tindak tutur perlokusi interogatif

dalam bentuk pertanyaan. Kutipan tindak tutur perlokusi selanjutnya dapat dilihat

di bawah ini.

(2) “Assalamu'alaikum…” sapa lelaki itu.


Waalaikum salam,” Pak Wo mendongak. “Ya mas? Cari siapa?”
(TTPI/AG/63/Brs 15—16)

Tindak tutur perlokusi merupakan tindak tutur yang membutuhkan jawaban

tentang sesuatu dari lawan tutur. Karena secara langsung perkataan penutur

mempengaruhi lawan tutur. Seperti yang terdapat pada penggalan di atas Pak Wo

menjawab salam dari seseorang yang belum ia kenal. Perlokusi dalam tuturan

tersebut Zulkifli mencari Pak Suko Djatmoko Carito, untuk menceritakan kisah

Wayang Purwa dan Pak Suko bersedia menceritakan kisah tersebut. Uraian ini

dapat dikatakan sebagai bentuk perlokusi interogatif dalam bentuk pertanyaan.

Gambaran lain tentang tindak tutur perlokusi interogatif terdapat di bawah ini.

(3) “Memangnya, sejak kecil, kamu sudah kepingin jadi perempuan ya?”
(TTPI/AG/102/Brs 18—19)

Memangnya, sejak kecil, kamu sudah kepingin jadi perempuan ya?

karena tuturan yang disampaikan mempengaruhi suasana hati lawan tutur, secara

tidak langsung penutur menginginkan lawan tutur kembali ke kodratnya yaitu

sebagai laki-laki. Perlokusi dalam tuturan tersebut Rara menjelaskan bahwa


dirinya sedari kecil dilahirkan sebagai laki-laki tetapi memiliki jiwa perempuan.

Bentuk kalimat ini lebih berbentuk kalimat pertanyaan yang membutuhkan

jawaban tentang keinginan untuk jadi seorang perempuan. Tindak tutur perlokusi

pada interogatif merupakan bentuk tindak tutur yang membutuhkan suatu jawaban

seperti yang terdapat pada kutipan di atas. Selanjutnya tentang tindak tutur

perlokusi interogatif terdapat di bawah ini.

(4) “ Kamu, ya, yang kirim surat-surat itu?”


(TTPI/AG/113/Brs 11)

Penggalan di atas merupakan jenis tindak tutur perlokusi interogatif.

Karena tuturan yang diucapkan mempengaruhi lawan tutur untuk memberikan

jawaban, kalau yang mengirim surat-surat itu adalah dia. Tindak tutur perlokusi

interogatif biasanya berbentuk kalimat tanya yang membutuhkan suatu jawaban

yang tepat dari lawan tuturnya. Bentuk perlokusi pada tuturan tersebut Rara

mengakui bahwa ia yang mengirim surat itu, dan Rusli merasa senang karena ada

yang menyukainya. Berdasarkan kalimat di atas merupakan bentuk tindak tutur

perlokusi interogatif. Kutipan lain tentang tindak tutur perlokusi dapat dilihat di

bawah ini.

(5) “Kudengar, dulu kamu suka sama rahmat, ya anak kampung


sebelah…”
(TTPI/AG/116/Brs 26—27)

Berdasarkan tindak tutur perlokusi interogatif adalah bentuk tuturan yang

disampaikan penutur kepada lawan tuturnya untuk membutuhkan suatu jawaban.

Tuturan yang disampaikan oleh lawan tutur mempengaruhi suasana hati lawan

tutur, penutur secara langsung membuat lawan tutur terkejut dan heran atas

pertanyaannya mengenai laki-laki yang disukai oleh lawan tutur. Bentuk perlokusi
pada tuturan tersebut Rara menjadi rikuh, apakah Rahmat akan membencinya atau

jijik kepadanya, jika ia tahu disukai oleh sesama jenis. Penggalan kutipan di atas

merupakan bentuk tindak tutur perlokusi interogatif dalam bentuk pertanyaan.

Seperti yang terdapat pada penggalan di atas menyatakan penutur terhadap lawan

tuturnya. Oleh karena itu, kutipan di atas dapat dikatakan sebagai bentuk perlokusi

dalam bentuk pertanyaan. Berdasarkan gambaran lain tentang tindak tutur

perlokusi interogatif terdapat di bawah ini.

(6) “Bapak ibunya mulai bertanya-tanya kenapa, karena ia selalu rajin


pergi Jumatan atau pamit ke pengajian. “Kenapa, Le? Tidak betah di
sana?”
(TTPI/AG/308/Brs 1—3)

Bentuk tindak tutur perlokusi interogatif selanjutnya yang dihadirkan

pengarang dalam kutipan diatas adalah bentuk pertanyaan. Informasi yang

disampaikan merupakan bukti bahwa kutipan di atas salah satu contoh tindak

tutur perlokusi interogatif. “Kenapa, Le? Tidak betah di sana?”. Bapak dan

ibunya mempertanyakan sesuatu yang membutuhkan jawaban yang tepat kepada

anaknya. Berdasarkan uraian di atas untuk dapat melihat tindak tutur perlokusi

interogatif dapat dilihat di bawah ini.

(7) “Sudah lama sekali Pak suko tidak terlihat di masjid, padahal
biasanya rajin sekali beliau datang. Kami pikir jangan-jangan Pak
Suko sakit atau kenapa-kenapa. Makanya kami ke sini.”
(TTPI/AG/309/Brs 5—8)

Kutipan di atas merupakan contoh kutipan yang didalamnya terdapat

bentuk tindak tutur perlokusi interogatif dalam bentuk pertanyaan. Tuturan yang

disampaikan oleh lawan tutur secara langsung mempengaruhi lawan tutur karena

penutur merasa heran biasanya pak suko rajin untuk beribadah di masjid akan

tetapi akhir-akhir ini bapak Suko tidak terlihat di masjid. Perlokusi interogatif
dalam bentuk pertanyaan ditandai pada pernyataan “Sudah lama sekali Pak suko

tidak terlihat di masjid, padahal biasanya rajin sekali beliau datang”.

Pernyataan tersebut merupakan gambaran seluruh jamaah masjid bertanya-tanya

tentang pak Suko yang sudah tidak terlihat lagi di masjid. Untuk mendapatkan

jawaban yang pasti mereka datang menemui Pak Suko di rumahnya. Perlokusi

pada tuturan tersebut Mbok Wilis tidak menyangka bahwa jamaah masjid peduli

akan ketidak hadirnya dan mencarinya, ia sudah bertaubat kembali ke jalan Allah

merasa tersentuh karena jamaah masjid mau menerimanya.

4.1.3.3 Jenis Tindak Tutur Perlokusi Imperatif

Jenis tindak tutur perlokusi imperatif, yaitu kalimat yang berisi perintah

atau suruhan, permohonan, dan ajakan atau larangan. Tindak tutur imperatif atau

perintah pada bahasa Indonesia digunakan untuk memberikan perintah. Bentuk

imperatif juga bukan hanya menyebutkan kata kerja yang digunakan dalam

kalimat itu. Berdasarkan uraian ini dapat dilihat kutipan novel yang terdapat

tindak tutur imperatif adalah sebagai berikut.

(1) “bisa bapak ceritakan semuanya kepada saya?”


(TTPIM/AG/64/Brs 11)

Bentuk tindak tutur perlokusi imperatif selanjutnya yang dihadirkan

pengarang dalam kutipan di atas adalah bentuk permohonan. Tuturan yang

disampaikan oleh penutur mempengaruhi lawan tutur. Bentuk kalimat

Permohonan yang disampaikan merupakan bukti bahwa kutipan di atas

merupakan salah satu contoh tindak tutur perlokusi imperatif. Permohonan yang

ditandai dengan pernyataan “bisa bapak ceritakan semuanya kepada saya?. Pada

penggalan ini seseorang memohon kepada seorang bapak untuk dapat

menceritakan sesuatu informasi yang diharapkan oleh si penutur. Perlokusi pada


tuturan tersebut pak Wo akan menceritakan kisah wewenang kepada Zulkifli.

Kutipan lain tentang tindak tutur perlokusi imperatif dapat dilihat di bawah ini.

(2) “Mohon petunjuk dan pencerahanya pak Wo.”


(TTPIM/AG/73/Brs 6)

Selanjutnya tindak tutur perlokusi imperatif dalam bentuk permohonan

yang diekspresikan oleh penutur terhadap lawan tutur. Tuturan yang disampaikan

mempengaruhi lawan tutur karena secara tidak langsung penutur meminta atau

memohon kepada lawan tutur untuk memberikan petunjuk atau pengarahan

kepada lawan tutur. Penggalan kutipan di atas merupakan bentuk tindak tutur

perlokusi imperatif dalam bentuk permohonan yang ditandai pada pernyataan

yang memohon kepada Pak Wo untuk memberikan petunjuk serta pencerahan.

Perlokusi pada tuturan tersebut Pak Wo menceritakan kepada ustaz Zul bahwa

Pandawa Lima adalah perlambangan dari lima rukun islam. Oleh karena itu,

kutipan di atas dapat dikatakan sebagai bentuk perlokusi imperatif dalam bentuk

permohonan.

(3) “Tolong beritahu saya, Pak Wo! Tolong beritahu saya siapa Al-
Mahdi dan Almasih yang dijanjikan itu! Tolong akhiri derita rasa
penasaran ini!”
(TTLIM/AG/76/Brs 8—9)

Pada kutipan di atas terdapat penggalan kalimat seseorang yang meminta

penjelasan lebih dalam tentang siapa itu Al-Mahdi dan Al-masih itu kepada Pak

Wo yang lebih mengetahui tentang kedua ajaran ini. Hal ini merupakan bentuk

perlokusi permohonan. Tuturan tersebut mempengaruhi lawan tutur karena lawan

tutur akan menjelaskan Al-Mahdi dan Al-Masih sehingga lawan tutur tidak akan

merasa penasaran. Perlokusi pada tuturan tersebut pak Wo menceritakan tentang

imam Al-Mahdi dan Al-Masih telah turun ke dunia lebih dari 1000 tahun di Anak
Benua Timur Damaskus, tempat di mana bendera putih berdiri dengan terang

benderang, dan beliau adalah Mirza Ghulam Ahmad. Berdasarkan penjabaran

yang telah di uraikan bentuk ini dapat dikatakan sebagai tindak tutur perlokusi

imperatif dalam bentuk permohonan. Kutipan tindak tutur perlokusi selanjutnya

dapat dilihat di bawah ini.

(4) “Tinggalkan aku, Ris. Kembalilah ke anak istrimu.”


(TTPIM/AG/125/Brs 18—19)

Tuturan tersebut mempengaruhi lawan tutur. Bentuk tindak tutur perlokusi

imperatif selanjutnya yang dihadirkan pengarang dalam kutipan diatas adalah

bentuk perintah. Bentuk perintah yang disampaikan merupakan bukti bahwa

kutipan di atas merupakan salah satu contoh tindak tutur perlokusi imperatif.

Seperti yang terlihat dalam kutipan ia memohon kepada Haris untuk tinggalkan

dirinya dan ia memberikan bentuk perintah agar Haris kembali kepada anak

istrinya. Perlokusi pada tuturan tersebut Haris tidak meninggalkan Mbok Wilis,

dan akan terus bersama Mbok Wilis, walaupun Mbok Wilis meminta haris untuk

meninggalkan dirinya. Berdasarkan uraian di atas untuk dapat melihat tindak tutur

perlokusi imperatif dapat dilihat di bawah ini.

(5) “ Hallo, cah ganteng. Mau main?” tawarnya.


Si pemuda tersenyum malu-malu. “ Berapa, Mbok?”
“Tiga Ribu. Harga standar, tidak mahal, kok. Cobain ya?”
(TTPI/AG/121/Brs 9—10)

Bentuk tindak tutur perlokusi interogatif selanjutnya yang dihadirkan

pengarang dalam kutipan diatas adalah ajakan. Karena tuturan yang diucapkan

mempengaruhi lawan tutur supaya lawan tutur agar mengikuti apa yang diminta

oleh penutur. Informasi yang disampaikan merupakan bukti bahwa kutipan di

atas salah satu contoh tindak tutur perlokusi imperatif ajakan. Seperti yang terlihat
dalam kutipan Mbok berusaha mengajak temannya untuk mencoba dengan harga

murah. “Berapa, Mbok?” “Tiga Ribu. Harga standar, tidak mahal, kok. Cobain

ya?”. Ajakan ini bertujuan agar lawan tutur bersedia untuk memakai jasanya.

Berdasarkan uraian di atas untuk dapat melihat tindak tutur perlokusi imperatif

dapat dilihat di bawah ini.

(6) “ Makan dulu, yuk. Kubuatkan kamu soto ayam”.


(TTPIM/AG/165/Brs 5)

Perlokusi pada kutipan di atas merupakan bentuk perlokusi ajakan atau

suruhan. Seperti yang terlihat pada penggalan tersebut penutur meminta lawan

tuturnya untuk makan soto ayam dulu. Perlokusi pada kutipan tersebut Mbok

Wilis mengikuti perkataan Mety untuk makan soto terlebih dahulu. Penggalan

novel di atas dapat dikatakan sebagai bentuk tindak tutur imperatif ajakan atau

suruhan. Gambaran tindak tutur imperatif selanjutnya dapat dilihat di bawah ini.

(7) “ Berapa bayaranmu?


“delapan ratus. Piye, jal?
“Yo wis, aku mau .”
(TTPIM/AG/174/Brs 25—27)

Tuturan diatas ialah bentuk tuturan yang dilakukan oleh dua orang atau

lebih. Bentuk tindak tutur perlokusi imperatif ini berbentuk meminta selanjutnya

yang dihadirkan pengarang dalam kutipan diatas adalah bentuk meminta. Bentuk

meminta yang disampaikan merupakan bukti bahwa kutipan di atas ini salah satu

contoh tindak tutur perlokusi imperatif. Seperti yang terlihat seseorang yang

meminta berapa bayaran yang harus dikeluarkan. Perlokusi pada kutipan tersebut

kesepakatan antara mereka berdua dengan permintaan delapan ratus. Berdasarkan

kutipan di atas dapat dilihat bentuk tindak tutur perlokusi imperatif selanjutnya.

(8) “Kalau aku sedang bosan dengan istriku, atau istriku lagi mens, aku
tetap datang ke kamu, dan kamu harus layani aku.”
“ kalau aku tidak mau?”
(TTPIM/AG/205/Brs 16—17)

Selanjutnya tindak tutur perlokusi imperatif dalam bentuk perintah yang

diekspresikan oleh penutur terhadap lawan tutur. Tuturan yang disampaikan

mempengaruhi lawan tutur karena secara tidak langsung penutur memberikan

perintah kepada lawan tutur. Perlokusi pada tuturan tersebut Mbok Wilis akan

melayani Haris. Oleh karena itu, kutipan di atas dapat dikatakan sebagai bentuk

perlokusi imperatif dalam bentuk permohonan.

(9) “Mbok Wilis hampir saja bangkit saking kagetnya, tetapi Haris
menyuruhnya untuk tetap berbaring. “ Tidak perlu menjemputku
begitu Ro,” katanya manis”.
(TTPIM/AG/243/Brs 8—10)

Haris meminta mbok Wilis agar tetap berbaring saja di atas tempat

tidurnya. Mbok Wilis tidak perlu bangun dari tempat tidurnya. Tuturan tuturan

yang disampaikan memiliki pengaruh terhadap lawan tuturnya. Perlokusi pada

tuturan tersebut Roro harus tetap beristirahat supaya kembali sehat. Berdasarkan

penjabaran yang telah di uraikan bentuk ini dapat dikatakan sebagai tindak tutur

perlokusi imperatif dalam bentuk meminta. Kutipan tindak tutur perlokusi

selanjutnya dapat dilihat di bawah ini.

(10) “Haris, jangan. Kumohon…Aku sudah sakit seperti ini, jangan kamu
tambahkan dengan sakit yang lain.”
(TTPIM/AG/243/Brs 23—24)

Berdasarkan tindak tutur perlokusi imperatif dalam bentuk permohonan

Tuturan yang disampaikan mempengaruhi lawan tutur karena secara tidak

langsung penutur meminta atau memohon kepada lawan tutur. Penggalan kutipan

di atas merupakan bentuk tindak tutur perlokusi imperatif dalam bentuk

permohonan yang ditandai pada pernyataan Roro ia memohon jangan memberikan


sakit lagi kepada dirinya. Kutipan di atas dapat dikatakan sebagai bentuk

perlokusi imperatif dalam bentuk permohonan. Tindak tutur perlokusi imperatif

dapat dilihat di bawah ini.

(11) “Haris! Mety menegur kesal”.


(TTPIM/AG/244/Brs 7)

Bentuk tindak tutur perlokusi imperatif selanjutnya yang dihadirkan

pengarang dalam kutipan diatas adalah bentuk larangan. Larangan yang

disampaikan merupakan bukti bahwa kutipan di atas merupakan salah satu

contoh tindak tutur perlokusi imperatif. Seperti yang terlihat dalam kutipan Mety

begitu kesal dengan Haris sehingga ia menegur Haris dengan rasa kesal

terhadapnya. Perlokusi pada tuturan tersebut Haris tidak boleh membicarakan

masalah penyakit yang diderita oleh Wilis. Berdasarkan uraian di atas untuk

dapat melihat tindak tutur perlokusi imperatif dapat dilihat di bawah ini.

(12) “Jangan menangis, Ro. Lebih baik kamu lakukan pencegahan”.


(TTPIM/AG/244/Brs 14—15)

Kutipan di atas berbentuk suruhan dari temannya agar ia melakukan

pencegahan. Bukannya mencegah lebih baik dari pada mengobati. Hanya

menangis tidak akan melakukan pencegahan. Bentuk tindak tutur perlokusi

imperatif selanjutnya yang dihadirkan pengarang dalam kutipan diatas adalah

bentuk suruhan. Berdasarkan uraian di atas untuk dapat melihat tindak tutur

perlokusi imperatif dapat dilihat di bawah ini.

(13) “Aku titip Vespa-ku di sini, ya, Ro. Kamu boleh pakai buat pergi ke
rumah sakit”.
(TTPIM/AG/245/Brs 20—21)

Pada kutipan di atas terdapat penggalan kalimat seseorang yang meminta

tolong kepada Roro bahwa ia akan pergi sehingga ia meminta Roro untuk
menjaga motor vespa miliknya. Roro bisa menggunakan motor itu untuk ia pergi

kerumah sakit sehingga Roro tidak perlu naik angkutan umum lagi. Bentuk

Perlokusi pada tuturan tersebut Wilis mengucapkan terimakasih kepada Haris

karena sudah peduli terhadapnya dan Wilis pergi kerumah sakit menggunakan

motor yang ditinggalkan Haris di rumahnya. Berdasarkan penjabaran yang telah di

uraikan bentuk ini dapat dikatakan sebagai tindak tutur perlokusi imperatif dalam

bentuk minta tolong. Kutipan tindak tutur perlokusi selanjutnya dapat dilihat di

bawah ini.

(14) “Ibu juga ingin bergabung bersamamu. Ibu mau Jamaah. Baiat Kan
ibu, ya Le.”
(TTPIM/AG/252/Brs 23—24)

Bentuk tindak tutur perlokusi imperatif selanjutnya yang dihadirkan

pengarang dalam kutipan di atas adalah bentuk permohonan. Bentuk kalimat

Permohonan yang disampaikan merupakan bukti bahwa kutipan di atas

merupakan salah satu contoh tindak tutur perlokusi imperatif. Permohonan yang

ditandai dengan pernyataan “Ibu mau Jemaah. Baiat Kan ibu, ya Le.” Perlokusi

pada tuturan tersebut Pak Wo memeluk ibunya, dan tangis bahagia mengalir di

wajah Pak Wo. Pada penggalan ini seseorang memohon seorang ibu yang

memohon kepada anaknya agar ia bisa di baitkan. Ibu ingin memeluk keyakinan

yang sama dengan sang anak. Kutipan lain tentang tindak tutur perlokusi imperatif

dapat dilihat di bawah ini.

(15) “Sang kakak mengingatkan bahwa hari sudah sedemikian larut,


“Sebaiknya kamu pulang, “ katanya”.
(TTPIM/AG/285/Brs 7—8)

Tindak tutur imperatif merupakan bentuk tindak tutur berisi bentuk

perintah. Tuturan diatas adalah bentuk yang memengaruhi lawan tutur. Bentuk
tindak tutur perlokusi imperatif selanjutnya yang dihadirkan pengarang dalam

kutipan diatas adalah bentuk perintah. Perlokusi pada tuturan tersebut Pak Wo

mengangguk dan mendengarkan perkataan sang kakak untuk pulang kerumah

dengan rasa berduka karena atas kepergian sang ayah. Bentuk perintah yang

disampaikan merupakan bukti bahwa kutipan di atas merupakan salah satu

contoh tindak tutur perlokusi imperatif. Seperti yang terlihat dalam kutipan sang

kakak mengingatkan bahwa hari semakin malam sebaiknya ia segera pulang.

4.1.3.4 Jenis Tindak Tutur Perlokusi Aditif

Tindak perlokusi aditif merupakan bentuk kalimat pertanyaan, yaitu

kalimat yang memiliki unsur terkait dengan bersambung pada bentuk kalimat

pertanyaan. Berdasarkan uraian ini dapat dilihat kutipan novel yang terdapat

tindak tutur aditif adalah sebagai berikut.

(1) “ Lama menunggu, Mbok?” Tanya lelaki cina setengah baya yang
masih tampak gagah”.
(TTPA/AG/19/Brs 12—13)

Kutipan di atas merupakan contoh kutipan yang di dalamnya terdapat

sebuah pertanyaan. Tindak tutur aditif ditandai dengan unsur pernyataan seperti

pada penggalan ini. “Lama menunggu, Mbok?” Tanya lelaki cina setengah baya

yang masih tampak gagah”. Pertanyaan yang dituliskan pengarang tersebut

merupakan bentuk tanya yang dilontarkan lelaki cina kepada Mbok. Bentuk

perlokusi pada kutipan tersebut Mbok Wilis merasa kesenangan karena Om Ping

telah datang menghampirinya. Unsur pertanyaan ini merupakan bentuk terkaitnya

pertanyaan lelaki cina dan Mbok. Kutipan lain tentang tindak tutur deklaratif

terdapat di bawah ini.

(2) “orang-orang jahat itu masih mengejar kamu tidak?”


(TTPA/AG/138/Brs 1)
Tuturan yang disampaikan mempengaruhi lawan tutur. Pada penggalan

kalimat di atas terdapat bentuk kalimat yang memiliki unsur pertanyaan kepada

lawan tuturnya. Kalimat tanya yang disampaikan dapat dikatakan sebagai bentuk

kalimat tindak tutur perlokusi aditif. Perlokusi pada tuturan tersebut Mbok Wilis

menjelaskan bahwa orang itu sudah tidak mengejarnya lagi. Pada penggalan ini

adalah seseorang yang bertanya tentang apakah orang jahat itu masih mengejar

atau tidak lagi.

4.1.3.5 Jenis Tindak Tutur Perlokusi Responsif

Tindak perlokusi responsif merupakan bentuk pertanyaan, yaitu kalimat

yang memiliki unsur terkait dengan bersambung pada bentuk kalimat pertanyaan

sama. Berdasarkan uraian ini dapat dilihat kutipan novel yang terdapat tindak

tutur responsif adalah sebagai berikut.

(1) “Namanya juga malam pertama. pastilah berkesan.”


“Siapa yang lebih hebat di ranjang. Bowo atau aku?”
“kenapa? Kamu cemburu?”.
(TTIR/AG/120/Brs 18—20)

Bentuk kalimat responsif dalam kutipan diatas adalah sebuah percakapan.

Percakapan pada penggalan kutipan di atas merupakan bentuk kalimat tanya yang

bersifat responsif. Kalimat itu di tandai dengan pernyataan “Siapa yang lebih

hebat di ranjang. Bowo atau aku?”. Pernyataan menjadi pembicaraan yang lebih

dalam tentang respon yang diberikan oleh lawan tuturnya Selanjutnya tindak

tutur responsif terdapat di bawah ini.

(2) “Jadi, apakah sekarang kamu tidak benar-benar mencintaiku…”


(TTPR/AG/121/Brs 16)

Kalimat responsif merupakan bentuk pertanyaan yang mengharapkan

respon atau umpan balik dari lawan tutur. Kalimat responsif dalam kutipan di atas
ditandai dengan pernyataan “Jadi, apakah sekarang kamu tidak benar-benar

mencintaiku?”. Pada penggalan kalimat ini merupakan bentuk respon yang

diberikan lawan tutur. Bentuk perlokusi pada kutipan tersebut ia mengakui bahwa

ia sangat mencintainya. Oleh karena itu, kutipan di atas dapat dikatakan sebagai

kutipan yang di dalamnya terdapat responsif.

(3) “ Tidak ada diskon untuk anak sekolah?”


(TTPR/AG/178/Brs 1)

Tuturan responsif merupakan bentuk tuturan yang penutur mengharapkan

umpan balik dari lawan tutur. Tuturan responsif di atas ditandai pada kalimat

“Tidak ada diskon untuk anak sekolah?”. Pernyataan tersebut menghadirkan

tuturan responsif. Seorang anak sekolah yang mempertanyakan kepada lawan

tuturnya apakah tidak ada bentuk diskon yang diberikan untuk anak yang masih

sekolah ini. perlokusi pada tuturan tersebut bahwa memanglah tidak ada diskon

untuk anak SMA semua sama. Kalimat di atas mendapatkan respon dari lawan

tutur. Kutipan lain tentang tindak tutur responsif terdapat di bawah ini.

(4) “ Jangan lupa pulang lagi, Le?…”


(TTPR/AG/260/Brs 23)

Tuturan responsif merupakan tuturan yang di dalamnya terdapat kalimat

pertanyaan yang dimana penutur mengharapkan umpan balik lawan tutur

memberikan respon terhadap apa yang diutarakan. Tuturan responsif di atas

ditandai pada kalimat “Jangan lupa pulang lagi, Le?”. Perlokusi pada tuturan

tersebut Pak Wo pergi dan akan kembali pulang kerumah kedua orang tuanya.

Pernyataan tersebut menghadirkan tuturan responsif.

4.1.3.6 Jenis Tindak Tutur Perlokusi Interjeksi

Tindak perlokusi injeksi merupakan bentuk kalimat terkejut, yaitu kalimat


yang terkait dengan kalimat yang menyatakan rasa terkejut atau heran.

Berdasarkan uraian ini dapat dilihat kutipan novel yang terdapat tindak tutur

interjeksi adalah sebagai berikut.

(1) “ Sundal murahan!” raung Haris. Kamu kena penyakit kotor ya?.
(TTPIJ/AG/229/Brs 4—5)

Pada kutipan di atas penutur mengungkapkan rasa marah dan terkejutnya

terhadap lawan tuturnya. Seperti yang tergambar pada penggalan novel di atas

rasa terkejut itu di tumpahkan dengan rasa marah karena lawan tuturnya terkena

sebuah penyakit yang berbahaya. Uraian dari penjelasan diatas kutipan ini dapat

dikatakan sebagai bentuk perlokusi injeksi.

4.1.2 Novel Anak Gembala Yang Tertidur Panjang Di Akhir Zaman Karya A.
Mustafa sebagai Alternatif Bahan Ajar di Sekolah Menengah Atas

Pembelajaran bahasa Indonesia lebih menekankan pada tujuan untuk

membina keterampilan berbahasa secara lisan dan tulisan serta dapat

menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dan sarana pemahaman yang dapat

membentuk peserta didik dalam melakukan proses kegiatan pembelajaran.

Pemilihan bahan ajar harus tepat karena ketepatan bahan ajar menentukan

keberhasilan suatu proses pembelajaran. Ardianto (dalam Afrilia, 2014)

menyatakan agar dapat memilih bahan ajar yang tepat, beberapa aspek perlu

dipertimbangkan. Berikut ini akan dibahas tentang tiga aspek penting dalam

memilih bahan pengajaran sastra yaitu: dari sudut segi kematangan jiwa

(psikologi), bahasa, dan latar belakang kebudayaan siswa.

1. Aspek Bahasa

Penggunaan bahasa yang sesuai tindak tutur dalam novel Anak Gembala Yang

Tertidur Panjang Di Akhir Zaman Karya A. Mustafa banyak memberikan


pelajaran bagi pembacanya. Hal ini dibuktikan dengan kutipan seperti di bawah

ini.

Justru rumah Allah didirikan sebagai tempat membersihkan kotoran-


kotoran hati. Kalau masjid Cuma buat orang yang suci, barangkali
Cuma malaikat yang boleh masuk kedalamnya.
Dalam pembelajaran guru harus memperhatikan bahasa yang sesuai

dengan tingkat penguasaan siswa. Hal ini ditujukan agar siswa dapat mengerti dan

memahami apa yang diajarkan oleh guru. Penulisan dalam novel dapat digunakan

sebagai alternatif bahan ajar di SMA. Sehingga membuat siswa mudah untuk

mengerti.

2. Segi Kematangan Jiwa (Psikologi)

Psikologi tokoh yang ada di dalam novel sangat membuat pembacanya

mendapatkan pembelajaran karena tokoh-tokoh yang ada dalam novel memiliki

psikologi yang baik. Dalam novel Anak Gembala Yang Tertidur Panjang Di

Akhir Zaman Karya A. Mustafa memiliki psikologi jiwa yang tetap teguh, percaya

diri pada dirinya, tanpa menghiraukan hal-hal yang tidak baik. Hal ini dibuktikan

dengan kutipan yang diambil dari novel tersebut.

Ibu tidak pernah ambil hati omongan-omongan orang tentang kamu,


lanjut sang ibu. Ibu justru senang kamu masuk Ahmadiyah.

Sebelum menerapkan bahan ajar guru harus memperhatikan karakter siswa

yang akan diajarkan. Tahap pemikiran setiap peserta didik berbeda dengan

pemikiran orang dewasa, tahap psikologi anak SMA adalah tahap generalisasi.

Guru harus menentukan konsep-konsep abstrak dengan menganalisis fenomena

mereka berusaha menemukan dan merumuskan penyebab utama fenomena itu


yang terkadang mengarang pemikiran untuk menentukan keputusan-keputusan.

Psikologi tokoh yang ada di novel dapat membantu dan memberikan

pembelajaran pada siswa dan menempuh pendidikan di dalam kehidupan.

3. Aspek Latar Belakang Budaya

Latar belakang yang ada pada novel Anak Gembala Yang Tertidur

Panjang Di Akhir Zaman Karya A. Mustafa banyak menunjukkan latar belakang

budaya yang sesuai dengan masyarakat di Indonesia. Latar belakang budaya

Islam. Hal ini dibuktikan dalam kutipan di bawah ini.

Setiap hari Jumat masjid Nusrat Janah selalu ramai. Para pengurus
jamaah biasanya mengerjakan tugas-tugas mereka pada hari jumat
atau akhir pekan. Makanya, Mbok Wilis aman berada disana sampai
sholat ashar tiba.

Latar belakang yang harus diperhatikan guru untuk mendidik siswa

khususnya siswa SMA yang sesuai dengan keadaan latar belakang budaya dalam

kehidupan siswa dan prinsip karya sastra yang latar ceritanya dikenal oleh para

para siswa tersebut. Oleh karena itu dapat dijadikan sebagai alternatif bahan

pembelajaran di SMA. Karena latar belakang budaya yang terdapat dalam tokoh

banyak mengandung budaya islam, yang memang sangat erat kaitannya dengan

latar belakang budaya siswa di SMA.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya

pada novel Anak Gembala Yang Tertidur Panjang Di Akhir Zaman karya A.

Mustafa. terdapat tiga jenis tindak tutur dalam pragmatik seperti teori yang

disampaikan oleh Nurlaksana Eko Rusminto. Tindak tutur adalah ilmu yang

mengkaji makna dalam bahasa. Adapun pembahasan tentang ketiga jenis tindak
tutur tersebut yaitu: 1) tindak tutur lokusi, yaitu meliputi a) deklaratif, b)

imperatif, dan c) interogatif. 2) tindak tutur ilokusi, yaitu a) representatif, b)

direktif, c) komisif, d) ekspresif, dan e) deklaratif. 3) tindak tutur perlokusi, yaitu

a) deklaratif, b) interogatif, c) imperatif, d) aditif, e) responsif, dan f) interjeksi.

Data tindak tutur lokusi keseluruhannya ditemukan data sebanyak 34 kutipan,

Data tindak tutur ilokusi keseluruhannya ditemukan data sebanyak 36 kutipan.

Data tindak tutur perlokusi keseluruhannya ditemukan data sebanyak 29 kutipan.

Jadi, data keseluruhan dari tindak tutur sebanyak 99 data.

Tindak tutur yang banyak ditemukan adalah tindak tutur lokusi dan

ilokusi, dalam tindak tutur lokusi yang paling banyak digunakan yaitu tindak tutur

deklaratif yang berbentuk pertanyaan, sedangkan pada tindak tutur ilokusi yaitu

tindak tutur ekspresif yang berbentuk mengekspresikan sesuatu, dan tindak tutur

yang sedikit digunakan yaitu tindak tutur perlokusi interjeksi. Berdasarkan hasil

penelitian tentang tindak tutur dapat dijadikan sebagai alternatif bahan ajar

bahasa dan sastra indonesia di sekolah menengah atas. Materi yang akan dipelajari

melalui alternatif pembelajaran berupa novel ini adalah mengenai tindak tutur

yang mencakup tindak tutur atau kaidah bahasa. Materi ini sesuai dengan

kebutuhan siswa karena disesuaikan dengan sumber yang baku atau sesuai dengan

teori tindak tutur.

Novel Anak Gembala Yang Tertidur Panjang Di Akhir Zaman karya A.

Mustafa dapat dijadikan sebagai bahan ajar di SMA karena novel banyak

menunjukkan jenis tindak tutur yang perlu diketahui oleh para siswa. Dengan

digunakannya sebagai bahan ajar diharapkan siswa dapat mengetahui bentuk-

bentuk tindak tutur. Dilihat dari aspek kebahasaan novel dapat dijadikan sebagai
bahan ajar karena bahasa yang digunakan A. Mustafa mudah dipahami novel

secara psikologis dapat dijadikan bahan ajar di SMA karena para siswa pada

umumnya telah memiliki kemampuan untuk menyimpulkan secara umum suatu

masalah.

Penelitian relevan dilakukan oleh Maya Primaningrum, Pendidikan Bahasa

Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2012

dengan judul skripsi “Tindak Tutur Ekspresif pada novel Dom Sumurup Ing

Banyu Karya Suparto Brata”. Berdasarkan hasil penelitian hanya membahas

tentang tindak tutur ekspresif. Penelitian dilakukan oleh Maya Primaningrum

sama-sama meneliti tentang tindak tutur dan menggunakan teori yang berbeda.

Perbedaan dengan penelitiannya adalah hanya menggunakan tindak tutur ekspresif

dan rancangan penelitian pembelajaran.

Berkaitan dengan penelitian-penelitian di atas, dapat dilihat bahwa

terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian sebelumnya, dengan

penelitian yang dilakukan. Pada penelitian di atas adalah mendeskripsikan bentuk

tindak tutur. Akan tetapi penelitian yang dilakukan adalah menjadikan penelitian

ini sebagai bahan ajar di sekolah menengah atas dengan didasari tiga aspek yaitu

aspek psikologi, bahasa, dan latar belakang budaya siswa SMA.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada novel Anak

Gembala Yang Tertidur Panjang Di Akhir Zaman karya A. Mustafa yang

berjumlah 99 kutipan terdapat tiga jenis bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi, dan

perlokusi. Hasil analisis pada penelitian ini terdapat adanya tiga bentuk jenis

tindak tutur dengan jumlah data secara keseluruhan 99 data. Jenis bentuk tindak

tutur yang dominan adalah bentuk tindak tutur ilokusi. Data yang ditemukan pada

tindak tutur ilokusi berjumlah 36 data. Dapat dijadikan sebagai bahan

pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran tentang pemahaman

tentang tindak tutur memenuhi kriteria pemilihan bahan ajar. Selain itu, dari hasil

analisis pada penelitian ini dapat menambah pengetahuan pada siswa dalam

memahami bentuk jenis tindak tutur. Dengan digunakan novel pada pembelajaran

bahasa Indonesia akan menambah motivasi bagi siswa untuk belajar.

5.2 Saran

Ada beberapa saran yang akan disampaikan dalam penelitian mengenai

analisis tindak tutur adalah sebagai berikut.

1. Saran untuk Guru

Guru mata pelajaran bahasa Indonesia hendaknya dapat mencari contoh

jenis tindak tutur dalam karya sastra khususnya dalam novel.

2. Saran untuk Siswa


Siswa diharapkan dapat menyukai dan membiasakan untuk membaca

karya sastra karena selain karya sastra merupakan bagian dari

pembelajaran bahasa Indonesia yang banyak manfaat untuk diambil,

misalnya saja pesan dan amanat yang dapat memberikan pandangan moral

pada siswa.

3. Bagi pembaca, khususnya mahasiswa-mahasiswi Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia agar memanfaatkan kajian ini

untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan tentang tindak

tutur.

Anda mungkin juga menyukai