PENDAHULUAN
sebuah alat untuk proses berkomunikasi. Cara berkomunikasi yang efisien dan
interaktif pada dasarnya mengikat dua pihak adalah pengujar dan lawan ujar.
memahami bahasa yang digunakannya satu dengan yang lainnya dengan baik.
keberadaan bahasa tidak diterima satu sama lain. bahasa dapat dipakai untuk
ada peristiwa komunikasi kepada orang lain. Peristiwa tuturan adalah terjadinya
interaksi kebahasaan yang terjadi satu atau lebih bentuk tuturan yang menyertakan
2 pihak, adalah pengujar dan lawan ujar, pada ujaran waktu, tempat, dengan
komunikasi bahasa menentukan makna dan kalimat. Dipilih sesuai dengan situasi
penutur, posisi penutur, dan wujud di dalam bahasa. Pengujar memakai bahasa
kepada bahasa yang informatif. Tindak tutur adalah tuturan dilakukan oleh
pengajar terhadap lawan ujar menggunakan wujud serta tujuan. Tindak tutur
1
dikategorikan menjadi tiga, yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi
Dipilihnya kajian tindak tutur untuk diteliti, yaitu (1) tindak tutur dapat
dilihat dalam sebuah tulisan yang dibukukan berupa novel, (2) tindak tutur
digunakan untuk memahami bentuk tuturan yang menyatakan tindak tutur secara
Pentingnya tindak tutur, yaitu (1) untuk kesepahaman antara penutur dan
lawan tutur, (2) untuk mencapai suatu hasil penyampaian informasi yang memiliki
arti tuturan, (3) dapat menelaah makna yang ada di dalam novel.
Tindak tutur terletak didalam karya sastra. Karya sastra adalah tulisan
memasuki dunia dan membawa pembaca pergi dari dunia nyata dan memasuki
dunia karangan ketika sedang dibaca. Karya sastra juga menyediakan pembaca
dengan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan, didalam karya sastra yang
berupa sajak, cerita rekaan sekalipun drama terdapat beragam jenis tanda, ikon
yang ada dalam karya sastra berguna untuk mengenal sudut pandang konvensional
atau bentuk bentuk fisiknya. (Prayogi & Ratnaningsih, 2020) Karya sastra secara
umum dibagi atas tiga jenis drama, puisi, dan prosa. Karya sastra yang berbentuk
Novel adalah salah satu sarana berbentuk fiksi didalamnya terdapat ujaran
dan tindak ujar. ujaran bisa berupa ucapan maupun tertulis. akan tetapi yang telah
dituturkan oleh lawan ujar dapat melakukan sesuatu aktivitas yang diharapkan
Tetapi kecintaannya pada baca dan tulis membuatnya memilih terjun ke dunia
buku dan media. Ia pernah menjadi editor buku, baik fiksi dan nonfiksi, di
beberapa penerbit.
diterbitkannya antara lain Dead Smokers Club part 1 (2013), Rahasia Hujan
(2014), Dead Smokers Club part 2 (2015), Dead Smokers Club part 3 (2017),
Surat dari Kematian (2018) yang difilmkan dengan judul yang sama oleh Max
Pictures (2019), dan Anak Gembala yang Tertidur Panjang di Akhir Zaman
Tertidur Panjang di Akhir Zaman sebagai subjek penelitian yang didasari dari
beberapa alasan, yaitu (1) novel Anak Gembala yang Tertidur Panjang di Akhir
Novel Dewan Kesenian Jakarta 2018, (2) menjadi novel ketiga yang dibahas oleh
Bincang Buku Petra di tahun 2020, (3) layak untuk dijadikan bahan bacaan, (4)
belum ada yang meneliti dari segi tindak tutur, khususnya Mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Kotabumi.
Masalah yang sering muncul bagi pembaca khususnya peserta didik, yaitu
tidak dapat memaknai makna tersirat yang telah disampaikan oleh pengarang.
menjadi tulisan fiksi, novel menunjukan jalan cerita melalui dialog antar tokoh.
Tentu suatu kewajiban pendidik bagi bahasa dan sastra Indonesia untuk
menentukan, menuturkan, menguasai, serta mengevaluasi terlebih dalam karya
perumusan tujuan pembelajaran sastra lebih efektif. Nilai-nilai dalam karya sastra
dapat dianalisis oleh peserta didik secara imajinatif. Oleh karena itu, diperlukan
untuk seseorang pendidik merupakan modal mula bagi seorang pendidik untuk
bahan pembelajaran yang relevan serta kehidupan peserta didik dan tujuan
pembelajaran.
sebagai berikut:
1. Analisis Tindak Tutur Ilokusi Pada Novel Anak Gembala Yang Tertidur
Di SMA.
2. Analisis Tindak Tutur Ilokusi Pada Novel Anak Gembala Yang Tertidur
Di SMA.
3. Analisis Tindak Tutur Perlokusi Pada Novel Anak Gembala Yang Tertidur
Di SMA.
sebagai berikut.
SMA”?
SMA”?
SMA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pragmatik
analisisnya berupa tindak tutur (speech act). Pragmatik adalah studi mengenai
menghadapi situasi tertentu (Chaer, 2010). Tindak tutur sebagian bukan sebagai
bentuk tuturan pernyataan saja, tetapi bisa juga berupa tindakan (Nadar, 2019)
peristiwa tutur (speech event) (Chaer, 2010). Dari hasil tinjauan tersebut
didasarkan bahwa (1) Tuturan akan memiliki makna jika direalisasikan dalam
(Rusminto, 2020)
8
Tindak tutur dibagi menjadi tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan
oleh seorang penutur, yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi
(Rusminto, 2020).
sebagaimana adanya (Chaer, 2010). Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk
lawan tuturnya.
memberikan jawaban.
melakukan sesuatu.
jika diutarakan oleh seseorang kepada temannya yang baru saja berulang tahun,
sesuatu, tetapi juga untuk melakukan sesuatu, yakni bermaksud untuk meminta
maaf karena tidak bisa hadir dalam pesta ulang tahun. Searle dalam (Rusminto,
a) Representatif
(3) Dosen: pokok bahasan kita hari ini mengenai analisis wacana
Tuturan dosen di atas merupakan salah satu contoh tindak tutur yang
b) Direktif
Tindak tutur direktif, yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk mendorong
c) Komisif
Tindak tutur komisif, yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk mendorong
d) Ekspresif
berterimakasih.
e) Deklaratif
antara lain seperti tidak setuju, setuju, benar, salah dan lain sebagainya
yang selain untuk menyatakan sesuatu juga untuk melakukan sesuatu dan tindak
terhadap lawan tutur (Chaer, 2010). Tindak tutur perlokusi berhubungan dengan
ucapan orang lain berdasarkan sikap dan perilaku nonlinguistik (Hanifah dalam
Tindak perlokusi adalah efek atau dampak yang ditimbulkan oleh tuturan
terhadap mitra tutur (Rusminto, 2020). Sementara itu, mengenai makna bahasa
dan fonetik, tindak tutur perlokusi dibagi ke dalam enam kategori yang disebut
sebagai kalimat. Ke enam kategori itu adalah (1) deklaratif, adalah kalimat untuk
jawaban, (3) imperatif, adalah kalimat suruhan, permohonan, ajakan, larangan dan
perintah, (4) aditif, adalah unsur bersambung pada kalimat pernyataan, (5)
informasi kepada lawan tutur, baik lisan maupun tulisan. Bahasa tulis digunakan
dalam komunikasi antara penutur dan lawan tutur itu terkadang tidak dapat
dipahami melalui teks kalimat yang disampaikan oleh penutur saja, tetapi harus
ujaran yang menyertakan penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di
dalam situasi, tempat dan waktu tertentu. Peristiwa tutur harus mencukupi delapan
5. Key, mengacu pada cara penyampaian informasi dan nada serius, singkat,
dalam berinteraksi.
peristiwa tutur dalam kehidupan sehari-hari. Jadi peristiwa tutur adalah hubungan
2.5 Konteks
Bahasa dan konteks adalah dua hal yang berkaitan. Bahasa membutuhkan
saat berinteraksi. Konteks adalah struktur fisik yang mewujudkan anggapan mitra
tutur tentang dunia. konteksnya tidak terbatas pada suatu informasi tentang
klasifikasi, yaitu (1) konteks linguistik yang terdiri atas kalimat-kalimat atau
ujaran-ujaran, (2) konteks sosial, yakni relasi sosial dan latar yang melengkapi
hubungan antara penutur dan mitra tutur, (3) konteks epistemis atau latar belakang
pengetahuan, (4) konteks fisik yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa
Dari sekian banyak teori yang telah diuraikan, penelitian ini menggunakan
teori Rusminto (2020) yang mencakup pada tindak tutur lokusi, ilokusi dan
perlokusi, teori ini menggunakan bahasa yang mudah, cukup luas dan jelas
2.6 Tindak Tutur dalam Novel Anak Gembala yang Tertidur Panjang Di
Akhir Zaman Karya A. Mustafa Sebagai Alternatif Bahan Ajar di Sekolah
Menengah Atas
Pendidikan adalah proses kegiatan yang dilakukan antara pendidik dan peserta
didik. Dalam proses pembelajaran tentunya melibatkan dua pihak yang tidak dapat
dipisahkan yaitu pendidik dan peserta didik Priyatni (dalam Ningsih, 2019).
bidang yang sedang dilakukan. juga meningkatkan kemampuan pada aspek yang
Secara umum tujuan pembelajaran adalah agar peserta didik mendalami bahasa
dari segi fungsi, makna maupun bentuk, serta memanfaatkan dengan kreatif dan
Proses penentuan novel sendiri adalah salah satu proses pemilihan bahan
khalayaknya, pertama sejalan dengan kurikulum yang berlaku saat ini. bimbingan
pada novel Anak Gembala yang tertidur panjang di akhir zaman karya A.
yang dimaksud adalah menentukan tindak tutur yang berkaitan dengan lokusi,
menengah atas. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan efek yang
berdasarkan fakta-fakta yang menghasilkan paparan seperti apa adanya (Irawan &
Herwin, 2020). peneliti mendeskripsikan jenis tindak tutur dalam novel Anak
data.
Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Anak Gembala Yang
2019 yang diterbitkan oleh Shira Media, yogyakarta. Tebal novel adalah 354
sampul depan novel bertulisan Anak Gembala Yang Tertidur Panjang Di Akhir
Zaman dengan cetakan tebal berwarna hitam keemasan berukuran besar, di bawah
dominan berwarna berwarna kuning, tulisan didominasi warna hitam dan putih.
Gambar atau tampilan pada bagian depan buku adalah satu orang memakai
Pertama peneliti sebagai instrumen kunci yang membaca secara keseluruhan novel
guna penelitiannya. Kedua kartu data yang digunakan sebagai tempat untuk
bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya, yang paling sering digunakan
untuk pengumpulan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif (Sugiyono dalam Pratiwi, 2017). Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca, memindai, dan pencatatan.
berikut:
tindak tutur, yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi untuk
data. Yang berpedoman pada teori mengenai tindak (lokusi, ilokusi, dan
perlokusi) disampaikan di BAB II. Data yang terkumpul harus sesuai dengan teori
yang ada, agar tidak terjadi penyimpangan antara hasil dan teori yang
disampaikan. Adapun tim validasi dalam penelitian ini adalah pembimbing I dan
II.
sebagai berikut.
kode-kode berikut:
3. Menarik kesimpulan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
macam bentuk tindak tutur. Tindak tutur yang telah ditemukan kemudian
jenis deklaratif, imperatif, dan interogatif. Tindak tutur ilokusi jenis representatif,
komisif, ekspresif, deklaratif, dan direktif. Tindak tutur perlokusi jenis aditif,
dengan jenis tindak tutur maka data diujikan dengan cara menguji keabsahan data
penelitian dicatat dalam kartu data. Peneliti melakukan kegiatan membaca novel
Jenis tindak tutur lokusi yang terdapat pada novel ini ada tiga jenis. Data
gambaran ketiga jenis tindak tutur lokusi tersebut. Data yang menggambarkan
Tabel
2 Lokusi Imperatif 11
3 Lokusi Interogatif 11
Jumlah Data 34
untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain yang bersifat nyata. Tuturan
deklaratif biasanya berupa informasi yang saat ini benar-benar terjadi dalam suatu
peristiwa. Kutipan novel yang terdapat tindak tutur deklaratif adalah sebagai
berikut.
sebuah informasi. Tindak tutur deklaratif ditandai pada pernyataan dari pengarang
muslim bahwa waktu salat jumat telah tiba. Kumandang azan salat jumat pada
kewajiban seluruh umat muslim. Kutipan lain tentang tindak tutur deklaratif
(2) “Pak Wo menawarkan untuk bikinkan secangkir kopi lagi, tapi ustaz
Zul bilang nanti saja”.
(TTLD/AG/39/Brs 25—26)
Kutipan di atas merupakan contoh kutipan yang di dalamnya terdapat
tindak tutur deklaratif. Tuturan deklaratif ditandai pada pernyataan dari pengarang
memberitahukan suatu penawaran yang berisi informasi tentang apakah pak Zul
ingin dibuatkan secangkir kopi lagi. Kutipan lain tuturan deklaratif terdapat di
bawah ini.
(3) “Mbok Wilis adalah salah satu bidadari yang turun menganugerahi
Semarang dengan kehadirannya”.
(TTLD/AG/44/Brs 1—2)
ditandai pada pernyataan “Mbok Wilis adalah salah satu bidadari yang turun
adalah bentuk informasi yang disampaikan bahwa Mbak Wilis merupakan waria
yang paling cantik di antara waria lainnya. Mbok Wilis mendapat julukan sebagai
bidadari dari Semarang. Kutipan lain tentang tuturan deklaratif terdapat di bawah
ini.
(4) “Ya sudahlah, Ro, kita pulang saja, “ kata Mety, mengelus elus
punggung kawannya. :paling tidak, sekarang si biang kerok itu sudah
pergi”.
(TTLD/AG/58/Brs 18—20)
pengarang dalam kutipan diatas adalah bentuk informasi ajakan. Informasi ajakan
yang disampaikan merupakan bukti bahwa kutipan di atas merupakan salah satu
contoh tindak tutur deklaratif. Informasi yang ditandai dengan pernyataan “Ya
sudahlah, Ro, kita pulang saja, “ kata Mety, mengelus elus punggung
kawannya. :paling tidak, sekarang si biang kerok itu sudah pergi”. Pada
kalimat ini mety membujuk temannya agar segera pergi dari tempat itu. Karena
orang yang dicari sudah tidak ada disana. Gambaran bentuk tindak tutur deklaratif
(5) “Hallo Ro. Apa kabar?” Tanya lelaki itu dengan suaranya yang
lembut, penuh kasih, lagi kharismatik”.
(TTLD/AG/69/Brs 24—25)
kepada seseorang yang sudah lama tidak bertemu. Tegur sapa merupakan bentuk
himbauan atau informasi. Tindak tutur deklaratif ditandai pada pernyataan dari
kutipan tersebut berupa tawaran apakah lawan bicaranya ingin jadi pelanggan atau
(7) “ Selamat siang, Pak, Bu. Monggo, monggo, duduk, mau pesan apa?
Kopi? teh?”
(TTLD/AG/155/Brs 8)
Tuturan deklaratif ditandai pada pernyataan “Selamat siang, Pak, Bu.
Monggo, monggo, duduk, mau pesan apa? Kopi? teh?” Tuturan deklaratif diatas
adalah bentuk informasi yang disampaikan oleh seorang pemilik warung ketika
menginformasikan disini ada kopi dan teh. Kutipan lain tentang tuturan deklaratif
merupakan bukti bahwa kutipan di atas merupakan salah satu contoh tindak tutur
Mbok,” kata Iwan Bersegera.“ Aku jatuh cinta sama si Mbok.” Pada penggalan
kutipan ini Iwan memberikan informasi kepada Mbok bahwa dirinya telah jatuh
(9) “ Tidak ada cinta di antara kita, Wan, yang ada Cuma hubungan,”
“Mbok Wilis tegaskan, membuat Iwan pulang dengan hati terluka”
(TTLD/AG/185/Brs 7—8)
sebuah himbauan atau informasi. Tindak tutur deklaratif ditandai pada pernyataan
dari pengarang “ Tidak ada cinta di antara kita, Wan, yang ada Cuma
kepada Iwan dari Mbok Wilis. Bahwa tidak ada cinta antara mereka yang ada
hanya sebatas hubungan saja. Selanjutnya tentang tindak tutur deklaratif terdapat
di bawah ini.
merupakan bukti bahwa kutipan di atas merupakan salah satu contoh tindak tutur
tanya-tanya soal Ahmadiyah, Le?”. Anak laki-laki yang sedang mencari tahu
tentang apa itu ahmadiyah. Gambaran bentuk tindak tutur deklaratif selanjutnya
(11) “Kamu boleh ancam aku sesukamu, Ris, tapi Allah pasti akan selalu
gagalkan rencana-rencana jahatmu itu.”.
(TTLD/AG/314/Brs 6—7)
ditandai pada pernyataan “Kamu boleh ancam aku sesukamu, Ris, tapi Allah
diatas adalah bentuk informasi yang disampaikan bahwa Mbok Wilis kepada
setiap umatnya. Setiap perbuatan pasti bakal ada balasanya. Kutipan lain tentang
maksud agar pendengar memberi tanggapan berupa tindakan atau perbuatan yang
untuk dapat melakukan sesuai dengan apa yang dituturkan oleh si penutur.
Berdasarkan novel yang terdapat tindak tutur imperatif adalah sebagai berikut.
(1) “Li sebelah sana, li sebelah sana , ucapnya menunjuk, ke arah ruang
salat kaum ibu”.
(TTLIM/AG/4/Brs 15—16)
dalam kutipan diatas adalah bentuk kalimat perintah yang disampaikan kepada Li.
merupakan bukti bahwa kutipan ini memiliki makna perintah kepada seseorang.
(2) “Singkat kata, selama orang itu punya uang, mbok Wilis akan
dengan senang hati melayani nya”.
(TTLIM/AG/12/Brs 26—27)
tindak tutur perintah. Tindak tutur imperatif ditandai pada pernyataan dari
pengarang “Singkat kata, selama orang itu punya uang, mbok Wilis akan
dengan senang hati melayani nya”. Pernyataan yang dibuat pengarang tersebut
menghadirkan kata perintah yaitu selama orang itu memiliki uang mbok Wilis
akan melakukan apapun yang diinginkan oleh pelanggan. Kutipan lain tentang
diatas adalah bentuk kalimat perintah yang disampaikan kepada pamong praja.
merupakan bukti bahwa kutipan ini memiliki makna perintah kepada seseorang.
berupa perintah agar seluruh waria jangan lari. Kutipan tindak tutur imperatif
disampaikan pada kutipan di atas merupakan bukti bahwa kutipan ini memiliki
makna perintah kepada seseorang. Yang di tandai, pada kalimat “ Jawab! Siapa
disini yang namanya Wilis?”. Perintah yang disampaikan berupa polisi pamong
praja mempertanyakan siapa yang namanya Wilis . Kutipan tindak tutur imperatif
pengarang dalam kutipan diatas adalah bentuk kalimat perintah yang disampaikan
kepada seseorang. Perintah yang disampaikan berupa “Pak, buatkan jamu buat
diatas adalah bentuk kalimat perintah yang diberikan Mbok Wilis kepada Haris.
Kutipan di atas merupakan bukti bahwa kutipan ini memiliki makna perintah
Akan tetapi, Mbok Wilis lupa pernah mengatakan itu kepada Haris. Kutipan
atas merupakan bukti bahwa kutipan ini memiliki makna perintah kepada
Setop!”. Gambaran tindak tutur imperatif selanjutnya dapat dilihat di bawah ini.
Tindak tutur imperatif ditandai pada pernyataan dari pengarang “Makanlah, biar
tersebut menghadirkan kata perintah yaitu seorang ibu berharap anaknya kembali
sebagai laki-laki seutuhnya. Kutipan lain tentang tindak tutur imperatif terdapat
di bawah ini.
(9) “Aku tetap mau jadi pacarmu, Mbok,” kata Iwan suatu malam”.
(TTLIM/AG/186/Brs 3—4)
tindak tutur imperatif. Tindak tutur imperatif ditandai pada pernyataan dari
pengarang “Aku tetap mau jadi pacarmu, Mbok,”. Pernyataan yang dibuat
pengarang pada novel tersebut menghadirkan kata perintah yaitu bahwa Iwan
tetap ingin jadi pacar Mbok Wilis. Kutipan lain tentang tindak tutur imperatif
(10) “Kamu boleh benci Ahmadiyah, Mas! Kamu juga boleh benci aku!
Tapi, kamu jangan menghina guru-guru suciku seperti ini!
Keterlaluan!”.
(TTLIM/AG/259/Brs 4—5)
dalam novel adalah bentuk kalimat perintah yang disampaikan seorang adik
kutipan di atas merupakan bukti bahwa kutipan ini memiliki makna perintah
Ahmadiyah tapi jangan pernah untuk menghina guru-guru yang berperan dalam
ini.
(11) “Jadi, datanglah lagi ke masjid, Pak. Tak perlu malu atau khawatir.
Kami nanti juga akan bicara dengan Pak Haris supaya tidak perlu
lagi ada masalah di antara Anda berdua”.
(TTLIM/AG/312/Brs 8—10)
kata perintah yaitu pengurus masjid memerintahkan agar bapak mau datang lagi
dapat memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan sesuai dengan harapan
penutur atas respon yang diberikan. Berikut beberapa kutipan yang digambarkan
kencan, Ro? Sama siapa? Iwan? Parman? Tanya Meti”. Pernyataan yang dibuat
menanyakan kepada Roro apakah dia ada kencan dengan seseorang yang bernama
Iwan. Kutipan lain tentang tindak tutur interogatif terdapat di bawah ini.
(2) “Lama menunggu, Mbok?” Tanya lelaki cina setengah baya yang
masih tampak gagah”.
“ Ah tidak kok Om”.
(TTLI/AG/19/Brs 13—14)
Kalimat yang dihadirkan pengarang dalam kutipan diatas adalah bentuk
tindak tutur interogatif atau pertanyaan. Hadirnya tindak tutur interogatif dalam
kutipan merupakan bukti bahwa kutipan di atas merupakan salah satu contoh
yang sudah menunggunya untuk di jemput oleh lelaki itu. Kutipan lain tentang
(3) “kenapa Yul?” Tanya Mbok Wilis , agak iba juga memandangi Yuli.
Dengan campur emosi, campuran kemarahan dan lara Yuli
menceritakan nasib buruknya”.
(TTLI/AG/48/Brs 25—27)
kenapa Yuli begitu emosi. Yuli menjelaskan kenapa kekesalnya begitu membara.
Kalimat di atas mendapatkan respon dari lawan tutur. Kutipan lain tentang tindak
terhadap apa yang diutarakan. Tuturan interogatif di atas ditandai pada kalimat
interogatif. Mbok Wilis menanyakan kenapa Yuli. Ingin kemana ia akan pergi.
Yuli menjawab ia akan ganti baju karena bajunya sudah basah. Kutipan lain
(5) “saya sedang mencari Pak Suko Djatmoko, apa bapak orangnya?”
“ betul. Saya Sukodjatmoko Carito. Panggil saja Pak Wo. Mohon
maaf, mas siapa ya?”
(TTLI/AG/63/Brs 18—19)
sedang mencari Pak Suko Djatmoko, apa bapak orangnya?”. Pernyataan yang
seseorang yang tengah mencari Pak Suko Djatmoko. Selanjutnya tentang tindak
adalah bentuk tindak tutur interogatif atau pertanyaan. Hadirnya tindak tutur
interogatif dalam kutipan merupakan bukti bahwa kutipan di atas merupakan salah
satu contoh tindak tutur interogatif. Tindak tutur interogatif ditandai dengan
Ahmadiyah?”. Ustaz Zul yang begitu terkejut ketika dia mengetahui ternyata pak
Kutipan selanjutnya lain tentang tindak tutur interogatif terdapat di bawah ini.
(7) “Berapa tarifmu cantik? Temani aku lewat malam yang dingin ini,
boleh?”
(TTLI/AG/80/Brs 6—7)
Penggalan kalimat di atas merupakan bentuk tindak tutur interogatif atau
bahwa kutipan di atas merupakan salah satu contoh tindak tutur interogatif.
memberikan respon atas apa yang disampaikan oleh lawan tutur. Contoh dalam
menginterogasi berapa yang harus ia bayar untuk berkencan dengan waria ini.
lawan tutur, bagaimana mungkin lawan tutur memberikan respon yang diharapkan
penutur ingin mempertanyakan sebuah kisah yang lebih dalam. Oleh karena itu,
interogasi.
(9) “Jadi, bibit-bibit waria sudah ada dalam dirimu sejak kecil,ya?”
(TTLI/AG/102/Brs 13)
Percakapan pada penggalan kutipan di atas merupakan bentuk kalimat tanya yang
waria sudah ada dalam dirimu sejak kecil ,ya?. Pernyataan menjadi pembicaraan
yang lebih dalam tentang bagaimana ia bisa terjun ke dalam dunia yang seperti
terhadap apa yang diutarakan. Tuturan interogatif di atas ditandai pada kalimat
“Ia tanyakan lagi apakah Rara mau pacaran denganya”. Pernyataan tersebut
respon bahwa dirinya juga memiliki rasa yang sama terhadap Bowo. Kutipan lain
(11) siapa orang hebat yang bapak ceritakan, ia? Apakah bapak kenal
beliau?” “wah, kalau kenal, sih, tidak,”
(TTLI/AG/152/Brs 18)
tindak tutur interogatif atau pertanyaan. Hadirnya tindak tutur interogatif dalam
kutipan merupakan salah satu contoh tindak tutur interogatif. Tindak tutur
interogatif ditandai dengan pernyataan “siapa orang hebat yang bapak ceritakan,
ia? Apakah bapak kenal beliau?”. Pada kutipan ini banyak pertanyaan siapa
Tindak tutur ilokusi yang terdapat pada novel ada lima jenis. Data yang
kelima jenis tindak tutur ilokusi tersebut. Data yang menggambarkan tindak tutur
Tindak tutur ilokusi representatif yaitu tindak tutur yang di mana penutur
merupakan wujud dari tindak tutur representatif. Berikut beberapa kutipan yang
(1) “Sepatu itu bagus sekali, berwarna merah dan tinggi haknya 10
senti”.
(TTIR/AG/1/Brs 4—5)
Kutipan dalam penggalan novel di atas merupakan bentuk dari tindak tutur
ilokusi representatif berupa pertanyaan yang terdapat pada kalimat “Sepatu itu
bagus sekali, berwarna merah dan tinggi haknya 10 senti”. Kalimat tersebut
dapat dikatakan sebagai bentuk dari tindak tutur ilokusi representatif, tuturan
tersebut bermaksud menjelaskan bahwa sepatu yang berwarna merah tersebut jika
dipakai oleh orang yang memiliki jemari kaki gemuk akan lebih terlihat feminim
jika digunakan. Selanjutnya tindak tutur ilokusi representatif dapat dilihat pada
kutipan berikut.
(3) “Pernah pada suatu hari di bulan Oktober, Pak Tedjo pulang
tergopoh-gopoh dan menyuruh seluruh anaknya untuk masuk
kamar”.
(TTIR/AG/107/Brs 17—19)
dalam kalimat “Pernah pada suatu hari di bulan Oktober, Pak Tedjo pulang
memerintah ini merupakan bentuk penegasan atas lawan tutur dapat melakukan
tindakan seperti yang diharapkan oleh pembicara. Seperti Pak Tedjo yang
kamar. Tuturan tersebut bermaksud menjelaskan untuk anak dan istri pak Tedjo
sembunyi di dalam kamar, dan kalau mendengar suara gaduh-gaduh anak pak
Tedjo dan istri harus tutup mata dan tutup telinga. Proses tindak tutur ilokusi
pernyataan dari “Dari mana saja kamu?” “A-aku da-dari” “Kamu tahu ini
penutur bersifat memberikan bukti pada penutur biasanya pada kondisi ini penutur
yang akurat.
pengaruh terhadap lawan tutur untuk mendorong melakukan sesuatu atau tindakan
terdapat beberapa kutipan tindak tutur direktif dapat dilihat sebagai berikut.
menyuruh yang ditandai pada pernyataan “Mbok Wilis menyuruh Mety agar
merupakan tindak tutur yang memiliki pengaruh terhadap lawan tutur, untuk harus
Wilis tidak ingin musibah yang menimpanya jangan sampai menimpa teman-
(2) “Kamu diam saja Met!” hardik Haris dengan suara dingin”.
(TTID/AG/244/Brs )
tindak tutur ilokusi direktif dalam bentuk perintah yang ditandai pada pernyataan
“kamu diam saja Met!”. Pernyataan menghadirkan bentuk direktif perintah ini
memberikan perintah kepada lawan tuturnya untuk tetap diam saja. Tuturan
tersebut menjelaskan bahwa Mety dilarang untuk tidak mengganggu orang yang
sedang memberi nasihat. Oleh karena itu, kutipan di atas dapat dikatakan sebagai
bentuk ilokusi direktif dalam bentuk perintah. Berdasarkan gambaran lain tentang
(3) “Masmu Cuma khilaf, besok juga dia minta maaf, Le. Kamu jangan
pergi. Nanti Ibu siapa yang urus?”
(TTID/AG/260/Brs 15—16 )
ilokusi direktif dalam meminta yang ditandai pada pernyataan “kamu jangan
pergi. Nanti ibu siapa yang urus?”. Pada penggalan ini terdapat bentuk tindak
tutur ilokusi direktif yang meminta agar anaknya tetap tinggal dengan ibunya. Ibu
meminta agar anaknya tidak boleh pergi dari sisinya, siapa yang akan
mengurusnya ketika anak itu pergi. Kutipan di atas dapat dikatakan sebagai
pengaruh terhadap lawan tutur untuk mendorong melakukan sesuatu atau tindakan
Tindak tutur ilokusi komisif merupakan tindak tutur yang mendorong lawan
tutur agar melakukan sesuatu. Penggalan kutipan di atas merupakan bentuk tindak
tutur ilokusi komisif dalam bentuk berjanji. Seperti pada kutipan di atas bahwa
ini mendorong kepada lawan tuturnya, bahwa Yudistira pulang ke Kuru bersama
adik-adiknya untuk meminta apa yang telah menjadi miliknya yaitu takhta Kuru.
Oleh karena itu, kutipan di atas dapat dikatakan sebagai bentuk ilokusi direktif
dalam bentuk perintah. Berdasarkan gambaran lain tentang tindak tutur ilokusi
(2) “Itu hukuman karena kamu ingkar janji! Kamu selingkuh!” Haris
Muntab.
“Justru kamu yang ingkar janji! Mana dulu janji-janjimu yang
bilang akan pernah menyakiti?”.
(TTIR/AG/86/Brs 5—6)
dalam berjanji yang ditandai pada pernyataan Haris begitu marah ketika janjinya
diingkari oleh Mbok Wilis yang katanya dirinya tidak akan selingkuh. Namun,
disisi lain Haris lah yang ingkar janji katanya ia tidak akan perna menyakit Mbok
Wilis. Tindak tutur ilokusi komisif ini merupakan tindak tutur yang mendorong
terhadap lawan tutur. Berdasarkan kutipan di atas dapat dikatakan sebagai bentuk
ilokusi komisif dalam berjanji. Gambaran lain tentang tindak tutur ilokusi komisif
ilokusi komisif dalam berjanji yang ditandai pada pernyataan “Berjanjilah Ris!.
tindak tutur ilokusi komisif yang Roro meminta Haris untuk berjanji untuk tidak
meninggalkan dirinya, dan Roro mengucapkan terima kasih kepada Haris karena
haris tidak akan meninggalkan dirinya. Kutipan di atas dapat dikatakan sebagai
bentuk ilokusi komisif berjanji. Berdasarkan uraian di atas untuk dapat melihat
(4) “ mulai sekarang kami larang bapak kemari atau masuk ke masjid
kami. Demi keselamatan bersama.”
(TTIK/AG/158/Brs 1)
ancaman yang ditandai pada pernyataan kalau bapak dilarang datang ke masjid
demi keselamatan bersama. Tindak tutur ilokusi komisif ini merupakan tindak
tutur yang mendorong terhadap lawan tutur melakukan sesuatu karena pak Wo
di atas dapat dikatakan sebagai bentu ilokusi komisif dalam ancaman. Gambaran
bentuk tindak tutur ilokusi komisif dalam berjanji. Seperti pada penggalan novel
di atas Haris memberikan janji kepada Wilis bahwa akan membelikan baju yang
lebih mahal lagi untuk saat ini ia hanya mampu membelikan hanya sebatas ini.
Haris memberikan janji ini merupakan bentuk ilokusi komisif dalam berjanji.
Gambaran lain tentang tindak tutur ilokusi komisi terdapat di bawah ini.
Bentuk tindak tutur ilokusi komisif ditandai pada kutipan di atas dalam
kalimat “Aku pasti akan datang! Demi si Mbok!”. Kalimat tersebut merupakan
bentuk ilokusi komisif berjanji. Komisif berjanji ini merupakan bentuk dorongan
atas lawan tutur dapat melakukan tindakan seperti yang diharapkan oleh
pembicara. Seperti pada kutipan tersebut menyatakan bahwa ia pasti akan datang
demi Mbok. Artinya ia menepati janji kepada Mbok bahwa ia akan menemuinya.
Penggalan ini dapat dikatakan sebagai bentuk tindak tutur ilokusi komisif. Proses
tindak tutur ilokusi komisif selanjutnya dapat dilihat dalam kutipan lagu berikut
ini.
(7) “Awas saja kalau aku sampai tertular oleh penyakit mu itu!” seru
Haris kepada Mbok Wilis.
(TTIK/AG/229/Brs 11—14)
tindak tutur ilokusi komisif dalam bentuk ancaman yang ditandai pada pernyataan
“Awas saja kalau aku sampai tertular oleh penyakit mu itu!”. Pernyataan
merupakan bentuk dari komisif ancaman yang dimana kalimat ini memiliki
penegasan awas saja kalau aku sampai tertular oleh penyakit yang kamu derita
karena Haris akan membunuh Mbok Wilis. Perkataan ini memiliki makna bahwa
Mbok Wilis. Oleh karena itu, kutipan di atas dapat dikatakan sebagai bentuk
ilokusi komisif dalam bentuk ancaman. Berdasarkan gambaran lain tentang tindak
mengekspresikan perasaan dan sikap. Tutur ilokusi ekspresif ini berupa tindak
mengkritik, ancaman. Kutipan novel yang terdapat tindak tutur ekspresif adalah
sebagai berikut.
(1) “cari gara-gara kamu Yul! Mati- matian aku jaga hubungan sama
mereka biar kita aman eee… kamu malah melempari mobil mereka!
Goblok kamu Yul!”.
(TTIE/AG/49/Brs 18—20)
ilokusi ekspresif dalam bentuk kritik yang ditandai pada pernyataan Mbok Wilis
mengkritik kelakuan Yuli yang bisa merusak hubungan dengan mereka. Akibat
kelakuan Yuli ini akan berdampak besar oleh sebab itu Yuli di kritik agar tidak
melakukan hal yang seperti itu lagi. Tindak tutur ilokusi ekspresif ini merupakan
tindak tutur yang mengekspresikan perasaan terhadap lawan tutur. Gambaran lain
merupakan bentuk tindak tutur ilokusi ekspresif dalam bentuk pujian yang
ditandai pada pernyataan “jamu Pak Suko ini enak sekali, “ puji pak
bentuk dari ekspresif dalam bentuk pujian yang diekspresikan karena apa di
dapatkan nya sangat memuaskan dan Pak Wo tersenyum riang mengembang dan
mengucapkan penuh syukur atas pujian tersebut. Oleh karena itu, kutipan di atas
bawah ini.
bentuk dari tindak tutur ilokusi ekspresif dalam bentuk minta maaf. Bentuk tindak
tutur ilokusi ekspresif minta maaf ini merupakan ekspresi yang diutarakan
terhadap lawan tutur. Pada penggalan novel dikatakan rasa bersalah yang ia
mengungkapkan dengan meminta maaf dan Mbok Wilis bahagia karena lelaki
Kalimat ini merupakan bentuk ilokusi ekspresif dalam bentuk minta maaf. Proses
tindak tutur ilokusi ekspresif selanjutnya dapat dilihat dalam kutipan lagu berikut
ini.
(4) “Ternyata, kamu lucu juga, ya. Kok sukanya sama aku, sih?”
“Soalnya kamu baik sama aku”
“Kamu juga baik sama aku”.
(TTIE/AG/113/Brs 14—16)
ilokusi ekspresif dalam bentuk memuji yang ditandai pada pernyataan “Kok
sukanya sama aku, sih?”. “Soalnya kamu baik sama aku”. Pada penggalan
novel tersebut merupakan bentuk pujian kepada orang lain dengan perasaan,
Rusli tidak menganggap dirinya aneh dan tidak menjauhinya. Kutipan di atas
Berdasarkan uraian di atas untuk dapat melihat tindak tutur ekspresif dapat dilihat
di bawah ini.
Mbok Wilis tidak dapat mengungkapan rasa terima kasihnya karena orang
ini sudah membantunya dari maut yang hampir merenggut nyawanya. “Mbok
sudah menolong dengan rasa terima kasih yang begitu besar terhadap dirinya.
berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bentuk tindak tutur ilokusi ekspresif
berbentuk ancaman yang diberikan oleh Haris kepada Wilis. Tindak tutur ilokusi
dalam bentuk terima kasih dorongan ini merupakan bentuk ekspresif yang
diberikan kepada lawan tuturnya. Selanjutnya dapat dilihat uraian bentuk tindak
(6) “Ustaz Zul menolak dibayar, ia merasa tidak enak melihat temannya
itu diusir dan harus membayar. “ Terima kasih atas kebaikan Pak
ustaz,” ucap Pak Wo, tulus sekaligus muram”.
(TTIE/AG/160/Brs 11—15)
tutur ilokusi ekspresif bentuk terima kasih dapat dilihat dalam pernyataan
“Terima kasih atas kebaikan Pak ustaz,” ucap Pak Wo, tulus sekaligus
sebagai bentuk ilokusi ekspresif, dan ustaz Zul mengucapkan terima kasih karena
telah didoakan. Kutipan lain tentang tindak tutur ilokusi ekspresif terdapat di
bawah ini.
ilokusi ekspresif dalam bentuk terima kasih. Bentuk ekspresif terima kasih yang di
ungkapkan rasa dengan penuh perasaan. Seperti yang terlihat pada kutipan di atas
ia mengungungkap rasa sayangnya kepada Mbok Wilis karena Mbok sudah mau
bentuk ilokusi ekspresif dalam bentuk terima kasih. Berdasarkan uraian di atas
untuk dapat melihat tindak tutur ekspresif dapat dilihat di bawah ini.
(8) “Sudah, Le, tak perlu kamu simpan rasa marah kepada mereka,”
pesan ibunya pada suatu subuh”
(TTIE/AG/252/Brs 2—3)
ilokusi ekspresif dalam bentuk mengkritik. Pada uraian di atas dijelaskan ibu yang
mengkritik anaknya karena menyimpan rasa marah kepada orang lain. Ibu
mengkritik sikapnya itu merupakan hal yang tidak baik bagi dirinya. Pada
kepada lawan tuturnya dengan penuh perasaan. Kutipan di atas dapat dikatakan
sebagai bentuk ilokusi ekspresif dalam bentuk kritikan. Gambaran uraian di atas
untuk dapat melihat tindak tutur ekspresif dapat dilihat di bawah ini.
yang didorongan oleh perasaan terhadap lawan tutur. Penggalan kutipan di atas
merupakan bentuk tindak tutur ilokusi ekspresif dalam bentuk meminta maaf yang
lawan tuturnya. Ia dengan kesungguhan hati meminta maaf dengan sepenuh hati
dan Meti memaafkan karena ia tidak mau memperpanjang urusan lagi dan ia
mencoba untuk memahami temannya yang sedang dimabuk cinta. Pernyataan ini
merupakan bentuk dari ekspresi dalam bentuk minta maaf oleh penutur. Oleh
karena itu, kutipan di atas dapat dikatakan sebagai bentuk ilokusi ekspresif dalam
(10) “Kalau kamu tidak mau melayaniku lagi, maka tidak ada yang boleh
memakai lagi”
(TTIE/AG/207/Brs 11—13)
“Kalau kamu tidak mau melayaniku lagi, maka tidak ada yang boleh
memakai lagi”. Penggalan dalam novel tersebut merupakan bentuk dari tindak
tutur ilokusi ekspresif ancaman. Bentuk tindak tutur ilokusi ekspresif ancaman ini
merupakan bentuk dorongan atas lawan tutur dapat melakukan tindakan seperti
yang diharapkan oleh pembicara. Pada penggalan novel dikatakan kalau dirinya
tidak mau melayani dengan baik maka tidak diperuntukan satupun orang yang
boleh memakai dirinya. Kalimat ini merupakan penegasan bahwa ini bersifat
ilokusi ancaman. Proses tindak tutur ilokusi komisif selanjutnya dapat dilihat
(11) “Awas saja kalau aku sampai tertular oleh penyakit mu itu!” seru
Haris kepada Mbok Wilis”.
(TTIE/AG/229/Brs 11—14)
bentuk tindak tutur ilokusi ekspresif dalam bentuk ancaman yang ditandai pada
pernyataan “Awas saja kalau aku sampai tertular oleh penyakit mu itu!”.
Pernyataan merupakan bentuk dari ekspresif ancaman yang dimana kalimat ini
memiliki penegasan awas saja kalau aku sampai tertular oleh penyakit yang kamu
bentuk perkataan yang tidak main-main kepada Mbok Wilis dan Haris akan
membunuh Mbok Wilis. Tuturan tersebut membuat Mbok wilis merasa ketakutan,
ia tidak berani tinggal di kontrakan sendiri. Oleh karena itu, kutipan di atas dapat
gambaran lain tentang tindak tutur ilokusi komisif terdapat di bawah ini.
(12) “Ia lantas memberikan ultimatum, “ Pokoknya, ibu harus keluar dari
jamaah secepatnya! Awas kalau tidak! Sehabis itu,ia pergi
meninggalkan rumah orang tuanya”.
(TTIE/AG/256/Brs 1—4)
“Pokoknya, ibu harus keluar dari jamaah secepatnya! Awas kalau tidak!”. Pada
penggalan novel tersebut merupakan bentuk amarah yang dilontarkan kepada sang
ibu harus secepatnya untuk keluar dari jamaah itu dan ibu-ibu keluar dari jamaah
akibat ancaman dari kakak Pak Wo. Kutipan di atas dapat dikatakan sebagai
bentuk ilokusi ekspresif ancaman. Berdasarkan uraian di atas untuk dapat melihat
(13) “Mbok Wilis tak berdaya ketika ia diseret dan didorong keluar dari
masjid oleh Haris”.
“Pergi kamu dari sini! Jangan datang lagi!
(TTIE/AG/307/Brs 9—10)
Mbok Wilis tak memiliki daya untuk melawan Haris yang berusaha
menyeret dirinya untuk keluar dari masjid. Masjid merupakan tempat ibadah yang
siapapun bisa memasukinya termasuk Mbok Wilis. Namun berbeda dengan Haris
yang tidak menyukai dirinya berada di masjid itu, serta ia memberikan bentuk
ancaman agar Wilis untuk tidak datang lagi ke masjid itu. Tuturan tersebut
membuat Mbok Wilis pergi meninggalkan masjid dengan wajah sedih dan air
tindak tutur ilokusi komisif berbentuk ancaman yang diberikan oleh Haris kepada
Wilis. Tindak tutur ilokusi ekspresif merupakan bentuk dorongan yang diberikan
kepada lawan tuturnya. Selanjutnya dapat dilihat uraian bentuk tindak tutur
(14) “Kayaknya Harus benar, kita harus melakukan sesuatu yang lebih
keras, biar si Wilis itu kapok….”
(TTIE/AG/317/Brs 15)
bentuk tindak tutur ilokusi ekspresif dalam bentuk ancaman. Ilokusi ekspresif
ancaman ditandai pada pernyataan “kita harus melakukan sesuatu yang lebih
keras biar Wilis itu kapok”. Pernyataan tersebut merupakan gambaran ia harus
melakukan sesuatu yang lebih besar lagi agar korban yang diincar memiliki rasa
deklaratif dalam bentuk amarah yang ditandai pada pernyataan amarah Donita
yang begitu membara terhadap Yuli. Yuli begitu banyak menyusahkan teman
Yuli dari tempat mereka bekerja. Tuturan tersebut membuat Yuli harus
Gambaran lain tentang tindak tutur ilokusi ekspresif terdapat di bawah ini.
(2) “Ketika ingin bercinta, lelaki itu meminta izin terlebih dahulu. Mbok
Wilis mengigit bibir bawahnya sebelum mengangguk. Ia serahkan
tubuhnya kepada Haris”.
(TTLD/AG/81/Brs 15—18)
ilokusi deklaratif dalam bentuk meminta izin. Bentuk ini merupakan dari
yang dilakukan Haris kepada Wilis sebelum ia bertindak lebih jauh ia meminta
izin terlebih dahulu kepada Wilis. Kutipan di atas dapat dikatakan sebagai bentuk
ilokusi deklaratif dalam bentuk meminta izin. Berdasarkan uraian di atas untuk
merupakan bentuk tindak tutur ilokusi deklaratif dalam bentuk menghendaki yang
ditandai pada pernyataan . “Aku juga suka sama laki-laki. Dan, aku suka kamu.
Kamu mau tidak pacaran sama aku?”. Berdasarkan gambaran lain tentang
kesepakatan yang ditandai pada pernyataan Bowo dan Rara membuat kesepakatan
antara mereka berdua sehingga tidak ada yang merasa dirugikan satu sama lain.
Tindak tutur ilokusi deklaratif ini merupakan tindak tutur yang memantapkan
suatu keputusan terhadap lawan tutur. Seperti yang terdapat pada penggalan di
atas bahwa Bowo memutuskan Wilis dan pergi begitu saja merupakan
deklaratif. Gambaran lain tentang tindak tutur ilokusi deklaratif terdapat di bawah
ini.
(6) “Cepat! Cepat! Dia mau kabur! Cepat bunuh bencong ini!”
(TTID/AG/131/Brs 1)
Tuturan tersebut menjelaskan bahwa Mbok Wilis tidak mau mati di tangan
mereka, sampai akhirnya Mbok Wilis berhasil kabur dari cengkraman. kutipan di
tindak tutur deklaratif dalam bentuk kesepakatan. Kutipan tindak tutur deklaratif
(7) “Bu, mohon tenang”. Ustaz Zul angkat bicara. “ Dari pada kita rebut-
ribut, kita duduk sama-sama. “ Tidak perlu, Pak Ustaz,” timpak Pak
Darto”.
(TTID/AG/157/Brs 16—18)
Selanjutnya tindak tutur ilokusi deklaratif dalam bentuk menghendaki
merupakan bentuk tindak tutur ilokusi deklaratif dalam bentuk menghendaki yang
solusi. Oleh karena itu, kutipan di atas dapat dikatakan sebagai bentuk ilokusi
(8) “Kalau pengin murah, sana kamu cari dibawah, di Tri lomba Juang.”
“ Tapi, aku maunya si Mbok.”
“kalau mau sama aku, bayarannya segitu.”
(TTID/AG/177/Brs 16—18)
merupakan bukti bahwa kutipan di atas merupakan salah satu contoh tindak tutur
deklaratif. Informasi yang ditandai dengan pernyataan “kalau ingin murah kamu
bisa mencarinya di bawah Tri lomba Juang” ini merupakan bentuk informasi
yang disampaikan.
Tindak perlokusi ialah efek atau dampak yang ditimbulkan oleh tuturan
terhadap mitra tutur, sehingga mitra tutur melakukan tindakan berdasarkan isi
tuturan. Tindak tutur perlokusi yang terdapat pada novel ada enam jenis. Data
gambaran kelima jenis tindak tutur perlokusi tersebut. Data yang menggambarkan
Tabel
JENIS TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA NOVEL ANAK GEMBALA
YANG TERTIDUR PANJANG DI AKHIR ZAMAN
KARYA A. MUSTAFA
No Jenis Tindak Tutur Perlokusi Jumlah Data
adanya kesesuaian antara isi proposisi dengan realitas. Fungsi deklaratif yaitu
yang diacu oleh tuturan dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal yang
baru misalnya status atau keadaan, pernyataan, dan penamaan. Tindak tutur
yaitu kalimat yang membutuhkan jawaban tentang sesuatu yang dinyatakan oleh
penutur terhadap lawan tuturnya. Berdasarkan uraian ini dapat dilihat kutipan
menanyakan siapa yang namanya Wilis”. Hal ini merupakan bentuk pertanyaan,
bernama wilis, perlokusi dalam tuturan tersebut Wilis mendelik kaget dan
di uraikan bentuk ini dapat dikatakan sebagai tindak tutur perlokusi interogatif
dalam bentuk pertanyaan. Kutipan tindak tutur perlokusi selanjutnya dapat dilihat
di bawah ini.
tentang sesuatu dari lawan tutur. Karena secara langsung perkataan penutur
mempengaruhi lawan tutur. Seperti yang terdapat pada penggalan di atas Pak Wo
menjawab salam dari seseorang yang belum ia kenal. Perlokusi dalam tuturan
tersebut Zulkifli mencari Pak Suko Djatmoko Carito, untuk menceritakan kisah
Wayang Purwa dan Pak Suko bersedia menceritakan kisah tersebut. Uraian ini
Gambaran lain tentang tindak tutur perlokusi interogatif terdapat di bawah ini.
(3) “Memangnya, sejak kecil, kamu sudah kepingin jadi perempuan ya?”
(TTPI/AG/102/Brs 18—19)
karena tuturan yang disampaikan mempengaruhi suasana hati lawan tutur, secara
jawaban tentang keinginan untuk jadi seorang perempuan. Tindak tutur perlokusi
pada interogatif merupakan bentuk tindak tutur yang membutuhkan suatu jawaban
seperti yang terdapat pada kutipan di atas. Selanjutnya tentang tindak tutur
jawaban, kalau yang mengirim surat-surat itu adalah dia. Tindak tutur perlokusi
yang tepat dari lawan tuturnya. Bentuk perlokusi pada tuturan tersebut Rara
mengakui bahwa ia yang mengirim surat itu, dan Rusli merasa senang karena ada
perlokusi interogatif. Kutipan lain tentang tindak tutur perlokusi dapat dilihat di
bawah ini.
Tuturan yang disampaikan oleh lawan tutur mempengaruhi suasana hati lawan
tutur, penutur secara langsung membuat lawan tutur terkejut dan heran atas
pertanyaannya mengenai laki-laki yang disukai oleh lawan tutur. Bentuk perlokusi
pada tuturan tersebut Rara menjadi rikuh, apakah Rahmat akan membencinya atau
jijik kepadanya, jika ia tahu disukai oleh sesama jenis. Penggalan kutipan di atas
Seperti yang terdapat pada penggalan di atas menyatakan penutur terhadap lawan
tuturnya. Oleh karena itu, kutipan di atas dapat dikatakan sebagai bentuk perlokusi
disampaikan merupakan bukti bahwa kutipan di atas salah satu contoh tindak
tutur perlokusi interogatif. “Kenapa, Le? Tidak betah di sana?”. Bapak dan
anaknya. Berdasarkan uraian di atas untuk dapat melihat tindak tutur perlokusi
(7) “Sudah lama sekali Pak suko tidak terlihat di masjid, padahal
biasanya rajin sekali beliau datang. Kami pikir jangan-jangan Pak
Suko sakit atau kenapa-kenapa. Makanya kami ke sini.”
(TTPI/AG/309/Brs 5—8)
bentuk tindak tutur perlokusi interogatif dalam bentuk pertanyaan. Tuturan yang
disampaikan oleh lawan tutur secara langsung mempengaruhi lawan tutur karena
penutur merasa heran biasanya pak suko rajin untuk beribadah di masjid akan
tetapi akhir-akhir ini bapak Suko tidak terlihat di masjid. Perlokusi interogatif
dalam bentuk pertanyaan ditandai pada pernyataan “Sudah lama sekali Pak suko
tentang pak Suko yang sudah tidak terlihat lagi di masjid. Untuk mendapatkan
jawaban yang pasti mereka datang menemui Pak Suko di rumahnya. Perlokusi
pada tuturan tersebut Mbok Wilis tidak menyangka bahwa jamaah masjid peduli
akan ketidak hadirnya dan mencarinya, ia sudah bertaubat kembali ke jalan Allah
Jenis tindak tutur perlokusi imperatif, yaitu kalimat yang berisi perintah
atau suruhan, permohonan, dan ajakan atau larangan. Tindak tutur imperatif atau
imperatif juga bukan hanya menyebutkan kata kerja yang digunakan dalam
kalimat itu. Berdasarkan uraian ini dapat dilihat kutipan novel yang terdapat
merupakan salah satu contoh tindak tutur perlokusi imperatif. Permohonan yang
ditandai dengan pernyataan “bisa bapak ceritakan semuanya kepada saya?. Pada
Kutipan lain tentang tindak tutur perlokusi imperatif dapat dilihat di bawah ini.
yang diekspresikan oleh penutur terhadap lawan tutur. Tuturan yang disampaikan
mempengaruhi lawan tutur karena secara tidak langsung penutur meminta atau
kepada lawan tutur. Penggalan kutipan di atas merupakan bentuk tindak tutur
Perlokusi pada tuturan tersebut Pak Wo menceritakan kepada ustaz Zul bahwa
Pandawa Lima adalah perlambangan dari lima rukun islam. Oleh karena itu,
kutipan di atas dapat dikatakan sebagai bentuk perlokusi imperatif dalam bentuk
permohonan.
(3) “Tolong beritahu saya, Pak Wo! Tolong beritahu saya siapa Al-
Mahdi dan Almasih yang dijanjikan itu! Tolong akhiri derita rasa
penasaran ini!”
(TTLIM/AG/76/Brs 8—9)
penjelasan lebih dalam tentang siapa itu Al-Mahdi dan Al-masih itu kepada Pak
Wo yang lebih mengetahui tentang kedua ajaran ini. Hal ini merupakan bentuk
tutur akan menjelaskan Al-Mahdi dan Al-Masih sehingga lawan tutur tidak akan
imam Al-Mahdi dan Al-Masih telah turun ke dunia lebih dari 1000 tahun di Anak
Benua Timur Damaskus, tempat di mana bendera putih berdiri dengan terang
yang telah di uraikan bentuk ini dapat dikatakan sebagai tindak tutur perlokusi
kutipan di atas merupakan salah satu contoh tindak tutur perlokusi imperatif.
Seperti yang terlihat dalam kutipan ia memohon kepada Haris untuk tinggalkan
dirinya dan ia memberikan bentuk perintah agar Haris kembali kepada anak
istrinya. Perlokusi pada tuturan tersebut Haris tidak meninggalkan Mbok Wilis,
dan akan terus bersama Mbok Wilis, walaupun Mbok Wilis meminta haris untuk
meninggalkan dirinya. Berdasarkan uraian di atas untuk dapat melihat tindak tutur
pengarang dalam kutipan diatas adalah ajakan. Karena tuturan yang diucapkan
mempengaruhi lawan tutur supaya lawan tutur agar mengikuti apa yang diminta
atas salah satu contoh tindak tutur perlokusi imperatif ajakan. Seperti yang terlihat
dalam kutipan Mbok berusaha mengajak temannya untuk mencoba dengan harga
murah. “Berapa, Mbok?” “Tiga Ribu. Harga standar, tidak mahal, kok. Cobain
ya?”. Ajakan ini bertujuan agar lawan tutur bersedia untuk memakai jasanya.
Berdasarkan uraian di atas untuk dapat melihat tindak tutur perlokusi imperatif
suruhan. Seperti yang terlihat pada penggalan tersebut penutur meminta lawan
tuturnya untuk makan soto ayam dulu. Perlokusi pada kutipan tersebut Mbok
Wilis mengikuti perkataan Mety untuk makan soto terlebih dahulu. Penggalan
novel di atas dapat dikatakan sebagai bentuk tindak tutur imperatif ajakan atau
suruhan. Gambaran tindak tutur imperatif selanjutnya dapat dilihat di bawah ini.
Tuturan diatas ialah bentuk tuturan yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih. Bentuk tindak tutur perlokusi imperatif ini berbentuk meminta selanjutnya
yang dihadirkan pengarang dalam kutipan diatas adalah bentuk meminta. Bentuk
meminta yang disampaikan merupakan bukti bahwa kutipan di atas ini salah satu
contoh tindak tutur perlokusi imperatif. Seperti yang terlihat seseorang yang
meminta berapa bayaran yang harus dikeluarkan. Perlokusi pada kutipan tersebut
kutipan di atas dapat dilihat bentuk tindak tutur perlokusi imperatif selanjutnya.
(8) “Kalau aku sedang bosan dengan istriku, atau istriku lagi mens, aku
tetap datang ke kamu, dan kamu harus layani aku.”
“ kalau aku tidak mau?”
(TTPIM/AG/205/Brs 16—17)
perintah kepada lawan tutur. Perlokusi pada tuturan tersebut Mbok Wilis akan
melayani Haris. Oleh karena itu, kutipan di atas dapat dikatakan sebagai bentuk
(9) “Mbok Wilis hampir saja bangkit saking kagetnya, tetapi Haris
menyuruhnya untuk tetap berbaring. “ Tidak perlu menjemputku
begitu Ro,” katanya manis”.
(TTPIM/AG/243/Brs 8—10)
Haris meminta mbok Wilis agar tetap berbaring saja di atas tempat
tidurnya. Mbok Wilis tidak perlu bangun dari tempat tidurnya. Tuturan tuturan
tuturan tersebut Roro harus tetap beristirahat supaya kembali sehat. Berdasarkan
penjabaran yang telah di uraikan bentuk ini dapat dikatakan sebagai tindak tutur
(10) “Haris, jangan. Kumohon…Aku sudah sakit seperti ini, jangan kamu
tambahkan dengan sakit yang lain.”
(TTPIM/AG/243/Brs 23—24)
langsung penutur meminta atau memohon kepada lawan tutur. Penggalan kutipan
contoh tindak tutur perlokusi imperatif. Seperti yang terlihat dalam kutipan Mety
begitu kesal dengan Haris sehingga ia menegur Haris dengan rasa kesal
masalah penyakit yang diderita oleh Wilis. Berdasarkan uraian di atas untuk
dapat melihat tindak tutur perlokusi imperatif dapat dilihat di bawah ini.
bentuk suruhan. Berdasarkan uraian di atas untuk dapat melihat tindak tutur
(13) “Aku titip Vespa-ku di sini, ya, Ro. Kamu boleh pakai buat pergi ke
rumah sakit”.
(TTPIM/AG/245/Brs 20—21)
tolong kepada Roro bahwa ia akan pergi sehingga ia meminta Roro untuk
menjaga motor vespa miliknya. Roro bisa menggunakan motor itu untuk ia pergi
kerumah sakit sehingga Roro tidak perlu naik angkutan umum lagi. Bentuk
karena sudah peduli terhadapnya dan Wilis pergi kerumah sakit menggunakan
uraikan bentuk ini dapat dikatakan sebagai tindak tutur perlokusi imperatif dalam
bentuk minta tolong. Kutipan tindak tutur perlokusi selanjutnya dapat dilihat di
bawah ini.
(14) “Ibu juga ingin bergabung bersamamu. Ibu mau Jamaah. Baiat Kan
ibu, ya Le.”
(TTPIM/AG/252/Brs 23—24)
merupakan salah satu contoh tindak tutur perlokusi imperatif. Permohonan yang
ditandai dengan pernyataan “Ibu mau Jemaah. Baiat Kan ibu, ya Le.” Perlokusi
pada tuturan tersebut Pak Wo memeluk ibunya, dan tangis bahagia mengalir di
wajah Pak Wo. Pada penggalan ini seseorang memohon seorang ibu yang
memohon kepada anaknya agar ia bisa di baitkan. Ibu ingin memeluk keyakinan
yang sama dengan sang anak. Kutipan lain tentang tindak tutur perlokusi imperatif
perintah. Tuturan diatas adalah bentuk yang memengaruhi lawan tutur. Bentuk
tindak tutur perlokusi imperatif selanjutnya yang dihadirkan pengarang dalam
kutipan diatas adalah bentuk perintah. Perlokusi pada tuturan tersebut Pak Wo
dengan rasa berduka karena atas kepergian sang ayah. Bentuk perintah yang
contoh tindak tutur perlokusi imperatif. Seperti yang terlihat dalam kutipan sang
kalimat yang memiliki unsur terkait dengan bersambung pada bentuk kalimat
pertanyaan. Berdasarkan uraian ini dapat dilihat kutipan novel yang terdapat
(1) “ Lama menunggu, Mbok?” Tanya lelaki cina setengah baya yang
masih tampak gagah”.
(TTPA/AG/19/Brs 12—13)
sebuah pertanyaan. Tindak tutur aditif ditandai dengan unsur pernyataan seperti
pada penggalan ini. “Lama menunggu, Mbok?” Tanya lelaki cina setengah baya
merupakan bentuk tanya yang dilontarkan lelaki cina kepada Mbok. Bentuk
perlokusi pada kutipan tersebut Mbok Wilis merasa kesenangan karena Om Ping
pertanyaan lelaki cina dan Mbok. Kutipan lain tentang tindak tutur deklaratif
kalimat di atas terdapat bentuk kalimat yang memiliki unsur pertanyaan kepada
lawan tuturnya. Kalimat tanya yang disampaikan dapat dikatakan sebagai bentuk
kalimat tindak tutur perlokusi aditif. Perlokusi pada tuturan tersebut Mbok Wilis
menjelaskan bahwa orang itu sudah tidak mengejarnya lagi. Pada penggalan ini
adalah seseorang yang bertanya tentang apakah orang jahat itu masih mengejar
yang memiliki unsur terkait dengan bersambung pada bentuk kalimat pertanyaan
sama. Berdasarkan uraian ini dapat dilihat kutipan novel yang terdapat tindak
Percakapan pada penggalan kutipan di atas merupakan bentuk kalimat tanya yang
bersifat responsif. Kalimat itu di tandai dengan pernyataan “Siapa yang lebih
hebat di ranjang. Bowo atau aku?”. Pernyataan menjadi pembicaraan yang lebih
dalam tentang respon yang diberikan oleh lawan tuturnya Selanjutnya tindak
respon atau umpan balik dari lawan tutur. Kalimat responsif dalam kutipan di atas
ditandai dengan pernyataan “Jadi, apakah sekarang kamu tidak benar-benar
diberikan lawan tutur. Bentuk perlokusi pada kutipan tersebut ia mengakui bahwa
ia sangat mencintainya. Oleh karena itu, kutipan di atas dapat dikatakan sebagai
umpan balik dari lawan tutur. Tuturan responsif di atas ditandai pada kalimat
tuturnya apakah tidak ada bentuk diskon yang diberikan untuk anak yang masih
sekolah ini. perlokusi pada tuturan tersebut bahwa memanglah tidak ada diskon
untuk anak SMA semua sama. Kalimat di atas mendapatkan respon dari lawan
tutur. Kutipan lain tentang tindak tutur responsif terdapat di bawah ini.
ditandai pada kalimat “Jangan lupa pulang lagi, Le?”. Perlokusi pada tuturan
tersebut Pak Wo pergi dan akan kembali pulang kerumah kedua orang tuanya.
Berdasarkan uraian ini dapat dilihat kutipan novel yang terdapat tindak tutur
(1) “ Sundal murahan!” raung Haris. Kamu kena penyakit kotor ya?.
(TTPIJ/AG/229/Brs 4—5)
terhadap lawan tuturnya. Seperti yang tergambar pada penggalan novel di atas
rasa terkejut itu di tumpahkan dengan rasa marah karena lawan tuturnya terkena
sebuah penyakit yang berbahaya. Uraian dari penjelasan diatas kutipan ini dapat
4.1.2 Novel Anak Gembala Yang Tertidur Panjang Di Akhir Zaman Karya A.
Mustafa sebagai Alternatif Bahan Ajar di Sekolah Menengah Atas
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dan sarana pemahaman yang dapat
Pemilihan bahan ajar harus tepat karena ketepatan bahan ajar menentukan
menyatakan agar dapat memilih bahan ajar yang tepat, beberapa aspek perlu
dipertimbangkan. Berikut ini akan dibahas tentang tiga aspek penting dalam
memilih bahan pengajaran sastra yaitu: dari sudut segi kematangan jiwa
1. Aspek Bahasa
Penggunaan bahasa yang sesuai tindak tutur dalam novel Anak Gembala Yang
ini.
dengan tingkat penguasaan siswa. Hal ini ditujukan agar siswa dapat mengerti dan
memahami apa yang diajarkan oleh guru. Penulisan dalam novel dapat digunakan
sebagai alternatif bahan ajar di SMA. Sehingga membuat siswa mudah untuk
mengerti.
psikologi yang baik. Dalam novel Anak Gembala Yang Tertidur Panjang Di
Akhir Zaman Karya A. Mustafa memiliki psikologi jiwa yang tetap teguh, percaya
diri pada dirinya, tanpa menghiraukan hal-hal yang tidak baik. Hal ini dibuktikan
yang akan diajarkan. Tahap pemikiran setiap peserta didik berbeda dengan
pemikiran orang dewasa, tahap psikologi anak SMA adalah tahap generalisasi.
Latar belakang yang ada pada novel Anak Gembala Yang Tertidur
Setiap hari Jumat masjid Nusrat Janah selalu ramai. Para pengurus
jamaah biasanya mengerjakan tugas-tugas mereka pada hari jumat
atau akhir pekan. Makanya, Mbok Wilis aman berada disana sampai
sholat ashar tiba.
khususnya siswa SMA yang sesuai dengan keadaan latar belakang budaya dalam
kehidupan siswa dan prinsip karya sastra yang latar ceritanya dikenal oleh para
para siswa tersebut. Oleh karena itu dapat dijadikan sebagai alternatif bahan
pembelajaran di SMA. Karena latar belakang budaya yang terdapat dalam tokoh
banyak mengandung budaya islam, yang memang sangat erat kaitannya dengan
4.2 Pembahasan
pada novel Anak Gembala Yang Tertidur Panjang Di Akhir Zaman karya A.
Mustafa. terdapat tiga jenis tindak tutur dalam pragmatik seperti teori yang
disampaikan oleh Nurlaksana Eko Rusminto. Tindak tutur adalah ilmu yang
mengkaji makna dalam bahasa. Adapun pembahasan tentang ketiga jenis tindak
tutur tersebut yaitu: 1) tindak tutur lokusi, yaitu meliputi a) deklaratif, b)
Tindak tutur yang banyak ditemukan adalah tindak tutur lokusi dan
ilokusi, dalam tindak tutur lokusi yang paling banyak digunakan yaitu tindak tutur
deklaratif yang berbentuk pertanyaan, sedangkan pada tindak tutur ilokusi yaitu
tindak tutur ekspresif yang berbentuk mengekspresikan sesuatu, dan tindak tutur
yang sedikit digunakan yaitu tindak tutur perlokusi interjeksi. Berdasarkan hasil
penelitian tentang tindak tutur dapat dijadikan sebagai alternatif bahan ajar
bahasa dan sastra indonesia di sekolah menengah atas. Materi yang akan dipelajari
melalui alternatif pembelajaran berupa novel ini adalah mengenai tindak tutur
yang mencakup tindak tutur atau kaidah bahasa. Materi ini sesuai dengan
kebutuhan siswa karena disesuaikan dengan sumber yang baku atau sesuai dengan
Mustafa dapat dijadikan sebagai bahan ajar di SMA karena novel banyak
menunjukkan jenis tindak tutur yang perlu diketahui oleh para siswa. Dengan
bentuk tindak tutur. Dilihat dari aspek kebahasaan novel dapat dijadikan sebagai
bahan ajar karena bahasa yang digunakan A. Mustafa mudah dipahami novel
secara psikologis dapat dijadikan bahan ajar di SMA karena para siswa pada
masalah.
Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2012
dengan judul skripsi “Tindak Tutur Ekspresif pada novel Dom Sumurup Ing
sama-sama meneliti tentang tindak tutur dan menggunakan teori yang berbeda.
tindak tutur. Akan tetapi penelitian yang dilakukan adalah menjadikan penelitian
ini sebagai bahan ajar di sekolah menengah atas dengan didasari tiga aspek yaitu
5.1 Simpulan
berjumlah 99 kutipan terdapat tiga jenis bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi, dan
perlokusi. Hasil analisis pada penelitian ini terdapat adanya tiga bentuk jenis
tindak tutur dengan jumlah data secara keseluruhan 99 data. Jenis bentuk tindak
tutur yang dominan adalah bentuk tindak tutur ilokusi. Data yang ditemukan pada
tentang tindak tutur memenuhi kriteria pemilihan bahan ajar. Selain itu, dari hasil
analisis pada penelitian ini dapat menambah pengetahuan pada siswa dalam
memahami bentuk jenis tindak tutur. Dengan digunakan novel pada pembelajaran
5.2 Saran
misalnya saja pesan dan amanat yang dapat memberikan pandangan moral
pada siswa.
tutur.