GASTRITIS
“Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktik klinik Keperawatan Keluarga”
Disusun oleh :
Kelas : 3B
Prodi : DIII Keperawatan Cirebon
1. Definisi Gastritis
Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik
difus atau local, dengan karakteristik anoreksia, perasaan penuh di perut (begah),
tidak nyaman pada epigastrium, mual, dan muntah. (Suratun SKM, 2010).
2. Klasifikasi lain dari gastritis menurut (Wim de Jong et al. 2005 dikutip Amin &
Hardhi, 2015). Adalah:
a. Gastritis Akut
1) Gastritis akut tanpa pendarahan
2) Gastritis akut dengan perdarahan (gastritis hemoragik atau gastritis erosive)
Gastritis akut berasal dari makanan terlalu banyak atau terlalu cepat,
makan-makanan yang terlalu berbumbu atau yang mengandung mikroorganisme
penyebab penyakit, iritasi bahan semacan alcohol, aspirin, NSAID, lisol, serta
bahan korosif lain, refluks empedu atau cairan pankreas.
b. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna
dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H. pylory).
c. Gastritis bacterial
Gastritis bacterial yang disebut juga gastritis infektiosa, disebabkan oleh refluks
dari duodenum.
3. Etiologi
4. Patofisiologi
Gastritis Inflamasi dalam waktu lama pada lambung disebabkan baik oleh
bakteri H. phylori, Obat obatan (NSAID, aspirin, sulfanomida steroid, digitalis) dan
Kafein. Obat-obatan (NSAID, aspirin, sulfanomida steroid, digitalis) dapat
mengganggu pembentukan sawat mukosa lambung, sedangkan H. phylori akan
melekat pada epitel lambung yang berakibat menghancurkan lapisan mukosa lambung
sehingga menurunkan barrier lambung terhadap asam dan pepsin. Salah satu yang
menyebabkan inflamasi dalam waktu lama adalah kafein, kafein dapat menurunkan
produksi bikarbonat yang dapat berakibat menurunkan kemampuan protektif terhadap
asam. (Joyce M.Black & Jane Hokanson Hawks, 2014)
Dari menurunkan barrier lambung terhadap asam dan pepsin akan berakibat
difusi kembali asam lambung dan pepsin. Setelah itu, akan terjadi inflamasi dan erosi
mukosa lambung. Inflamasi akan membuat nyeri epigastrium akan memunculkan
masalah Nyeri akut sehingga menurunkan sensori untuk makan dan akan berakibat
menjadi anoreksia. Mual, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
Muntah, Kekurangan volume cairan, Erosi mukosa lambung akan menurunkan tonus
dan peristaltik lambung serta mukosa lambung kehilangan integritas jaringan. Dari
menurunnya tonus dan peristaltik lambung, maka akan terjadi refluk isi duodenum
kelambung yang akan menyebabkan mual, serta dorongan ekspulsi isi lambung
kemulut dan akhirnya muntah. Dengan adanya anoreksia, mual dan muntah akan
memunculkan masalah Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh,
selain itu dengan adanya muntah, mukosa lambung kehilangan integritas jaringan
berakibat terjadinya perdarahan yang akan memunculkan masalah Kekurangan
volume cairan. (Joyce M.Black & Jane Hokanson Hawks, 2014).
a. Manifestasi Klinis Gastritis Akut Manifestasi klinis gastritis akut dan gejala-
gejalanya adalah:
1) Anoreksia
2) Nyeri pada epigastrium
3) Mual dan muntah
4) Perdarahan saluran cerna (hematemesis melena)
5) Anemia (tanda lebih lanjut)
Komplikasi yang timbul pada gastritis akut adalah pendarahan saluran cerna
bagian atas (SCBA), berupa hematemesis dan melena, yang berakhir dengan shock
hemoragik. Apabila prosesnya hebat, sering juga terjadi ulkus, namun jarang terjadi
perforasi.
Komplikasi yang timbul pada kasus gastritis kronis adalah gangguan penyerapan
vitamin B12. Akibat kurangnya penyerapan vitamin B12 ini, menyebabkan timbulnya
anemia pernesiosa, gangguan penyerapan zat besi, dan penyempitan daerah pylorus
(pelepasan dari lambung ke usus dua belas jari).
7. Penatalaksanaan gastritis
1) Mengurangi Ansietas
a) Bantu pasien menangani gejala (misalnya; mual, muntah, nyeri ulu hati, dan
keletihan).
b) Hindari makanan dan minuman per oral selama beberapa jam atau beberapa
hari sampai gejala akut reda.
c) Berikan kepingan es dan cairan jernih ketika gejala reda.
d) Anjurkan pasien untuk melaporkan setiap gejala yang menunjukkan episode
gastritis berulang ketika makanan dimasukkan.
e) Cegah konsumsi minuman berkafein.
f) Rujuk pasien untuk menjalani konseling alkohol dan berhenti merokok jika
tepat.
4) Meredakan Nyeri
1) Gastritis Akut
2) Gastritis Kronik
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah.
Tes ini digunakan untuk memeeriksa adanya antibodi H. pylori dalam darah.
Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada
suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut
terkena infeksi. Tes darah juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi
akibat perdarahan lambung akibat gastritis.
b. Pemeriksaan pernafasan.
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. pylori atau tidak.
c. Pemeriksaan feces.
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak. Hasil
yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
1. Konsep keluarga
a. Pengertian keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan. (Menurut Departemen Kesehatan RI, 1988 dikutip Sudiharto.S.kp
M.Kes, 2007).
Jadi kesimpulannya keluarga adalah dua orang atau lebih yang tinggal bersama dalam
satu atap (serumah) karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi yang memiliki
ikatan emosional dan memiliki peran masing-masing dalam keluarga.
b. Jenis/Tipe keluarga Menurut Friedman, Bowden, & Jones, 2003 dikutip Ns. Tantut
Susanto, M.Kep, Sp.Kep.Kom, 2012 tipe/jenis keluarga terbagi atas :
1) Tipe Tradisional Tipe tradisional ini terdiri dari beberapa jenis yaitu:
a) Nuclear family (keluarga inti)
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak.
b) The dyad family
The dyad family adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah.
c) Keluarga usila
Keluarga usila adalah keluarga yang terdiri terdiri dari suami dan istri yang sudah tua
dengan anak yang sudah memisahkan diri.
d) The childless family
The childless family adalah keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar
karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
e) The extended family
The extended family adalah keluarga terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama
dalam satu rumah seperti nuclear family disertai paman, tante, orangtua (kakek-
nenek), keponakan.
f) The single-parent family
Keluarga yang terdiri dari satu orangtua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi
biasanya melalui proses perceraian, kematian, atau karena ditinggalkan.
g) Commuter family
Kedua orangtua bekerja dikota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai
tempat tinggal dan orangtua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul dengan anggota
keluarga pada saat “weekends”atau pada waktu-waktu tertentu.
h) Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam
satu rumah.
i) Kin- network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling bedekatan dan
saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Contoh: dapur, kamar
mandi, televisi, telepon, dan lain-lain.
j) Blended family
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak
dari hasil perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
k) The single adult living
alones/single-adult family Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihannya atau perpisahan (sepasih) seperti: perceraian atau ditinggal mati.
f. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau sesuatu
tentang apa yang dilakukan oleh keluarhga. Terdapat bebrapa fungsi keluarga menurut
Friedman (1998); Setiawan & Dermawan (2005) yaitu:
1) Fungsi Afektif
2) Fungsi Sosialisasi
3) Fungsi Perawatan
Kesehatan Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluaraga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga seta menjami pemenuhan
kebutuhan perkembangan fisik, mental dan spiritual, dengan cara memelihara dan
merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.
4) Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan dan
kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana keluarga. Mencari sumber
penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penghasilan keluarga,
meabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5) Fungsi Biologis
Fungsi biologis, bukan hanya ditunjukan untuk meneruskan keturunan tetapi untuk
memlihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya. 6) Fungsi
Psikologis Fungsi psikologis, terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang dan
rasa aman, memberikan perhatian diatara anggota keluarga, membina pendewasaan
kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.
6) Fungsi Pendidikan
g. Peran keluarga
e. Tahap perkembangan keluarga Sebagaimana tertulis dalam buku suprajitmo 2008 menurut:
Duvall (1985) keluarga dibagi menjadi delapan tahap perkembangan yaitu:
1. Keluarga baru (berganning family) Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak
tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain:
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan krisis keluarga.
Tugas perkembangan tahap ini antara lain adalah:
Tugas perkembangan adalah menyelesaikan pada kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai
dengan tumbuh kembang proses belajar dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran
berikutnya.
a. Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah, dan lingkungan lebih
luas.
d. Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi
kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
a. Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarga berperan
sebagai suami,istri, kakek,nenek.
d. Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga baru dimasyarakat
g. Berperan suami istri kakek nenek h. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi
contoh bagi anak- anaknya.
a. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengelolah minat sosial dan
waktu santai.
b. Memulihkan hubungan antara generasi muda tua.
c. Keakrapan dengan pasangan
d. Memelihara hubungan/kontrak dengan anak keluarga.
e. Persiapan masa tua atau pension
a. Pengkajian keluarga
Pengkajian adalah suatu tahapan di mana seorang perawat mengambil informasi secara terus
menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Agar di peroleh data pengkajian yang
akurat dan sesuaidengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa yang
mudah dimegerti yaitu bahasa yang digunakan dalam aktivitas keluarga sehari-hari. Hal yang
perlu dikaji sesuai dengan teori pengkajian keluarga Friedman:
1) Data Umum
b) genogram
c) Tipe keluarga
e) Suku bangsa
f) Agama
(3) Lingkungan
a) Karakteristik rumah:
1) Ukuran rumah (luas rumah)
2) Kondisi dalam dan luar rumah
3) Kebersihan rumah
4) Ventilasi rumah
5) Saluran pembuangan air limbah (SPAL)
6) Air bersih
7) Pengelolaan sampah
8) Kepemilikan rumah
9) Kamar mandi/wc
10) Denah rumah
4) Struktur keluarga
5) Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
b) Fungsi sosialisasi
1) Kondisi perawatan kesehatan seluruh anggota keluarga (bukan hanya kalau sakit
diapakan tetapi bagaimana prevensi/promosi).
2) Bila ditemui data maladaptif, langsung lakukan penjajakan tahap II (berdasar
tugas keluarga seperti Bagaimana keluarga mengenal masalah, Mengambil
keputusan, Merawat anggota keluarga, Memodifikasi lingkungan dan
Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan).
a) Stressor jangkan panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan keluarga
b) Respon keluarga terhadap stress
c) Strategi koping keluarga
d) Strategi adaptasi yang disfungsional: Adakah cara keluarga mengatasi masalah secara
maladaptive
8) Harapan keluarga
Pengkajian tahap II
3) Pengkajian terkait kemampuan keluarga keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,
meliputi:
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga merupakan hasil dari analisis data dari hasil
pengkajian keluarga, dimana diagnosis yang diangkat berdasarkan masalah-masalah
pada fungsi-fungsi keluarga (afektif, sosial, fungsi perawatan kesehatan), masalah
pada struktur keluarga (komunikasi, peran, kekuatan), masalah pada linkungan
keluarga (perumahan, resiko cedera, resiko penularan penyakit) dan masalah koping
keluarga (tidak efektif, tidak mampu).
a. Analisa data
Analisa data dilakukan setelah pengkajian, selanjutnya data dianalisa untuk dapat
dilakukan perumusan diagnosa keperawatan. Tahapan analisa data adalah:
1) Validasi data
2) Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan biopsiko-sosial dan spiritual.
3) Membandingkan dengan standart.
4) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan.
1) Nyeri akut
2) Hambatan mobilitas
3) Intoleransi aktifitas
4) Gangguan pola tidur
b) Masalah keperawatan resiko tinggi Masalah ini sudah ditunjang dengan data
yang akan mengarahkan pada timbulnya masalah kesehatan bisa tidak segera
ditangani seperti :
1) Resiko cedera
2) Resiko defisit perawatan diri
3) Resiko injuri
4) Prioritas masalah
a) Sifat masalah
Pembenaran mengacu pada masalah yang sedang terjadi, baru menunjukkan
tanda dan gejala atau bahkan kondisi sehat.
b) Kemungkinan masalah
untuk diubah Pembenaran mengacu pada: masalah, sumber daya keluarga,
sumber daya perawat, dan sumber daya lingkungan.
c) Potensial masalah
untuk dicegah Pembenaran mengacu pada: berat ringannya masalah, jangka
waktu terjadinya masalah, tindakan yang akan dilakukan, kelompok tinggi
yang bisa dicegah.
Menonjolnya masalah Pembenaran mengacu kepada: persepsi terhadap
masalah
Skor atau angka tertinggi dikalikan bobot Skor X BOBOT Angka
tertinggi
Jumlah skor
Skor tertinggi yang jadi masalah prioritas
c. Perencanaan keperawatan
d. Implementasi
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan, pada tahap ini, perawat yang
mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi
semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan kesehatan di rumah. (Setiadi,2008)
e. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistimatis dan terencana
tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambugan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi
adalah untuk melihat kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan, ( Setiadi, 2008 ).
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, Sulistyo (2012).Keperawatan Keluarga : Konsep Teori, Proses dan
Praktik Keperawatan.Yogyakarta: Graha Ilmu