Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTRITIS

“Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktik klinik Keperawatan Keluarga”

Dosen pembingbing : Ns Omay Rohmana. S.Kep,M.Kep

Disusun oleh :

Syifa fauzia (P2.06.20.2.18.075)

Kelas : 3B
Prodi : DIII Keperawatan Cirebon

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TASIKMALAYA WILAYAH CIREBON


Jalan Pemuda Nomor 38 Telepon (245739) Kota Cirebon
2020
A. Konsep Dasar Masalah Kesehatan

1. Definisi Gastritis

Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik
difus atau local, dengan karakteristik anoreksia, perasaan penuh di perut (begah),
tidak nyaman pada epigastrium, mual, dan muntah. (Suratun SKM, 2010).

Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung. Gastritis akut berlangsung selama


beberapa jam sampai beberapa hari dan sering kali disebabkan oleh diet yang tidak
bijaksana (memakan makanan yang mengiritasi dan sangat berbumbu atau makanan
yang terinfeksi). (Smeltzer, 2011). Gastritis adalah istilah yang mencakup serangkaian
kondisi yang hadir dengan inflamasi mukosa lambung. (Joyce M.Black & Jane
Hokanson Hawks, 2014). Gastritis adalah suatu inflamasi dinding lambung, yang
disebabkan oleh iritasi pada mukosa lambung. (Priscilla LeMonne, dkk 2015).

2. Klasifikasi lain dari gastritis menurut (Wim de Jong et al. 2005 dikutip Amin &
Hardhi, 2015). Adalah:

a. Gastritis Akut
1) Gastritis akut tanpa pendarahan
2) Gastritis akut dengan perdarahan (gastritis hemoragik atau gastritis erosive)
Gastritis akut berasal dari makanan terlalu banyak atau terlalu cepat,
makan-makanan yang terlalu berbumbu atau yang mengandung mikroorganisme
penyebab penyakit, iritasi bahan semacan alcohol, aspirin, NSAID, lisol, serta
bahan korosif lain, refluks empedu atau cairan pankreas.

b. Gastritis Kronik

Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna
dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H. pylory).

c. Gastritis bacterial

Gastritis bacterial yang disebut juga gastritis infektiosa, disebabkan oleh refluks
dari duodenum.
3. Etiologi

a. Konsumsi obat-obatan kimia digitalis (asetaminofen/aspirin, steroid


kortikosteroid). Aseteminofen dan kostikosteroid dapat mengakibatkan iritasi pada
mukosa lambung, NSAIDS (nonsteroid anti inflamasi drugs) dan kostikosteroid
menghambat sintesis prostaglandin, sehingga sekresi HCL meningkat dan
menyebabkan suasana lambung menjadi sangat asam dan menimbulkan iritasi
mukosa lambung.
b. Konsumsi alcohol dapat menyebabkan kerusakan mukosa gaster.
c. Terapi radiasi, reflux empedu, zat-zat korosif (cuka, lada) dapat menyebabkan
kerusakan mukosa gaster dan menimbulkan edema serta pendarahan.
d. Kondisi stress atau tertekan (trauma, luka bakar, kemoterapi, dan kerusakan
susunan saraf pusat) merangsang peningkatan produksi HCL lambung.
e. Infeksi oleh bakteri, seperti Helicobacter pylory, Eschericia coli, salmonella, dan
lain-lain.
f. Penggunaan antibiotik, terutama untuk infeksi turut mempengaruhi penularan
kuman di komunitas, karena antibiotik tersebut mampu mengeradikasi infeksi
Helicobacter pylory, walaupun persentase keberhasilannya sangat rendah.
g. Jamur dari spesies candida, seperti Histoplasma capsulaptum dan Mukonaceace
dapat menginfeksi mukosa gaster hanya pada pasien immunocompromezed. Pada
pasien yang sistem imunnya baik, biasanya tidak dapat terinfeksi oleh jamur.
Sama dengan jamur, mukosa lambung bukan tempat yang mudah terkena infeksi
parasite.

4. Patofisiologi

Gastritis Inflamasi dalam waktu lama pada lambung disebabkan baik oleh
bakteri H. phylori, Obat obatan (NSAID, aspirin, sulfanomida steroid, digitalis) dan
Kafein. Obat-obatan (NSAID, aspirin, sulfanomida steroid, digitalis) dapat
mengganggu pembentukan sawat mukosa lambung, sedangkan H. phylori akan
melekat pada epitel lambung yang berakibat menghancurkan lapisan mukosa lambung
sehingga menurunkan barrier lambung terhadap asam dan pepsin. Salah satu yang
menyebabkan inflamasi dalam waktu lama adalah kafein, kafein dapat menurunkan
produksi bikarbonat yang dapat berakibat menurunkan kemampuan protektif terhadap
asam. (Joyce M.Black & Jane Hokanson Hawks, 2014)
Dari menurunkan barrier lambung terhadap asam dan pepsin akan berakibat
difusi kembali asam lambung dan pepsin. Setelah itu, akan terjadi inflamasi dan erosi
mukosa lambung. Inflamasi akan membuat nyeri epigastrium akan memunculkan
masalah Nyeri akut sehingga menurunkan sensori untuk makan dan akan berakibat
menjadi anoreksia. Mual, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
Muntah, Kekurangan volume cairan, Erosi mukosa lambung akan menurunkan tonus
dan peristaltik lambung serta mukosa lambung kehilangan integritas jaringan. Dari
menurunnya tonus dan peristaltik lambung, maka akan terjadi refluk isi duodenum
kelambung yang akan menyebabkan mual, serta dorongan ekspulsi isi lambung
kemulut dan akhirnya muntah. Dengan adanya anoreksia, mual dan muntah akan
memunculkan masalah Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh,
selain itu dengan adanya muntah, mukosa lambung kehilangan integritas jaringan
berakibat terjadinya perdarahan yang akan memunculkan masalah Kekurangan
volume cairan. (Joyce M.Black & Jane Hokanson Hawks, 2014).

5. Tanda dan gejala Menurut Smelzer (Smelzer dikutip Ardiansyah, 2014)

Manifestasi gastritis cukup bervariasi, mulai dari keluhan ringan hingga


muncul pendarahan pada saluran cerna bagian atas. Pada beberapa pasien, gangguan
ini tidak menimbulkan gejala yang khas. Manifestasi klinis gastritis akut dan kronis
hampir sama, yaitu diantaranya:

a. Manifestasi Klinis Gastritis Akut Manifestasi klinis gastritis akut dan gejala-
gejalanya adalah:
1) Anoreksia
2) Nyeri pada epigastrium
3) Mual dan muntah
4) Perdarahan saluran cerna (hematemesis melena)
5) Anemia (tanda lebih lanjut)

b. Manifestasi Klinis Gastritis Kronis Manifestasi klinis gastritis kronis dan


gejala-gejalanya adalah:

1) Mengeluh nyeri ulu hati


2) Anoreksia
3) Nausea
6. Komplikasi Gastritis Menurut Smelzer (Smelzer dikutip Ardiansyah, 2014)

komplikasi yang dapat terjadi pada penderita gastritis dibedakan berdasarkan


klasifikasi dari gastritis yaitu;

a. Komplikasi Pada Gastritis Akut

Komplikasi yang timbul pada gastritis akut adalah pendarahan saluran cerna
bagian atas (SCBA), berupa hematemesis dan melena, yang berakhir dengan shock
hemoragik. Apabila prosesnya hebat, sering juga terjadi ulkus, namun jarang terjadi
perforasi.

b. Komplikasi Pada Gastritis Kronis

Komplikasi yang timbul pada kasus gastritis kronis adalah gangguan penyerapan
vitamin B12. Akibat kurangnya penyerapan vitamin B12 ini, menyebabkan timbulnya
anemia pernesiosa, gangguan penyerapan zat besi, dan penyempitan daerah pylorus
(pelepasan dari lambung ke usus dua belas jari).

7. Penatalaksanaan gastritis

a. Penatalaksanaan keperawatan pada pasien gastritis (Huda, A.,dan Kusuma H.


(2015))

1) Mengurangi Ansietas

a) Laksanakan tindakan darurat untuk kasus ingesti asam atau alkali.


b) Berikan terapi suportif kepada pasien dan keluarga selama terapi dan setelah
asam atau basa yang tertelan telah dinetralisasi atau diencerkan.
c) Persiapkan pasien untuk menjalani pemeriksaan diagnostik tambahan
(endoskopi) atau pembedahan.
d) Dengarkan secara tenang dan jawab pertanyaan selengkaplengkapnya jelaskan
semua prosedur dan terapi.

2) Meningkatkan Nutrisi yang Optimal

a) Bantu pasien menangani gejala (misalnya; mual, muntah, nyeri ulu hati, dan
keletihan).
b) Hindari makanan dan minuman per oral selama beberapa jam atau beberapa
hari sampai gejala akut reda.
c) Berikan kepingan es dan cairan jernih ketika gejala reda.
d) Anjurkan pasien untuk melaporkan setiap gejala yang menunjukkan episode
gastritis berulang ketika makanan dimasukkan.
e) Cegah konsumsi minuman berkafein.
f) Rujuk pasien untuk menjalani konseling alkohol dan berhenti merokok jika
tepat.

3) Meningkatkan Keseimbangan cairan

a) Pantau asupan dan haluaran harian untuk mengetahui adanya dehidrasi


(minimal asupan 1,5L/hari dan haluaran urine 30mL/jam).
b) Kaji nilai elektrolit setiap 24 jam untuk mendeteksi ketidakseimbangan cairan.
c) Waspadai indikator gastritis hemoragik (hematemesis, takikardi, hipotensi).

4) Meredakan Nyeri

a) Instruksikan pasien untuk menghindari makanan dan minuman ringan yang


dapat mengiritasi mukosa lambung.
b) Ajarkan pasien cara penggunaan obat secara benar untuk meredakan gastritis
kronis.
c) Kaji nyeri dan kenyamanan yang dirasakan melalui penggunaan medikasi dan
menghindari zat-zat yang mengiritasi.

b. Penatalaksanaan medis yang bertujuan untuk pengobatan.

1) Gastritis Akut

Faktor utama adalah menghilangkan etiologinya, diet lambung dengan porsi


kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung.
Penatalaksanaan sebaiknya meliputi pencegahan terhadap setiap pasien dengan resiko
tinggi, pengobatan terhadap penyakit yang mendasari dan menghentikan obat yang
dapat menjadi penyebab, serta dengan pengobatan supportif. Pencegahan dapat
dilakukan dengan pemberian antasida. Pencegahan ini terutama bagi pasien yang
menderita penyakit dengan keadaan klinis yang berat. Untuk pengguna anti inflamasi
nonsteroid pencegan terbaik adalah dengan Misaprostol. Penatalaksanaan medikal
untuk gastritis akut dilakukan dengan menghindari alkohol dan makanan asam
ataupun pedas sampai gejala berkurang. Bila gejala menetap, diperlukan cairan
intravena. Bila terdapat perdarahan, penatalaksanaan serupa dengan pada hemoragi
saluran gastrointestinal atas.

2) Gastritis Kronik

Pengobatan gastritis kronis bervariasi, tergantung pada penyakit yang


dicurigai. Bila terdapat ulkus duodenum, dapat diberikan antibiotic untuk membatasi
Helicobacter Pylory. Namun demikian lesi tidak selalu muncul dengan gastritis
kronik. Alkohol dan obat yang diketahui mengiritasi lambung harus dihindari. Bila
terjadi defisiensi besi (disebabkan oleh perdarahan kronis), maka penyakit ini harus
diobati. Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet dan meningkatkan istirahat
serta memulai farmakoterapi. Helicobacter Pylory dapat diatasi dengan antibiotic.

8. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan darah.

Tes ini digunakan untuk memeeriksa adanya antibodi H. pylori dalam darah.
Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada
suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut
terkena infeksi. Tes darah juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi
akibat perdarahan lambung akibat gastritis.

b. Pemeriksaan pernafasan.

Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. pylori atau tidak.

c. Pemeriksaan feces.

Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak. Hasil
yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.

d. Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas.

Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. Konsep keluarga
a. Pengertian keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan. (Menurut Departemen Kesehatan RI, 1988 dikutip Sudiharto.S.kp
M.Kes, 2007).

Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan, adopsi


dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan social dari individu-indivu
yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk
mencapai tujuan bersama. (Menurut Friedman, 1998 dikutip Ns.Komang Ayu Henny
Achjar, SKM, MKep, SpKom, 2010).

Jadi kesimpulannya keluarga adalah dua orang atau lebih yang tinggal bersama dalam
satu atap (serumah) karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi yang memiliki
ikatan emosional dan memiliki peran masing-masing dalam keluarga.

b. Jenis/Tipe keluarga Menurut Friedman, Bowden, & Jones, 2003 dikutip Ns. Tantut
Susanto, M.Kep, Sp.Kep.Kom, 2012 tipe/jenis keluarga terbagi atas :

1) Tipe Tradisional Tipe tradisional ini terdiri dari beberapa jenis yaitu:
a) Nuclear family (keluarga inti)
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak.
b) The dyad family
The dyad family adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah.
c) Keluarga usila
Keluarga usila adalah keluarga yang terdiri terdiri dari suami dan istri yang sudah tua
dengan anak yang sudah memisahkan diri.
d) The childless family
The childless family adalah keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar
karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
e) The extended family
The extended family adalah keluarga terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama
dalam satu rumah seperti nuclear family disertai paman, tante, orangtua (kakek-
nenek), keponakan.
f) The single-parent family
Keluarga yang terdiri dari satu orangtua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi
biasanya melalui proses perceraian, kematian, atau karena ditinggalkan.
g) Commuter family
Kedua orangtua bekerja dikota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai
tempat tinggal dan orangtua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul dengan anggota
keluarga pada saat “weekends”atau pada waktu-waktu tertentu.
h) Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam
satu rumah.
i) Kin- network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling bedekatan dan
saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Contoh: dapur, kamar
mandi, televisi, telepon, dan lain-lain.
j) Blended family
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak
dari hasil perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
k) The single adult living
alones/single-adult family Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihannya atau perpisahan (sepasih) seperti: perceraian atau ditinggal mati.

2). Tipe Non Tradisional

Tipe non tradisional ini terbagi menjadi beberapa tipe yaitu:

a) The unmarried teenage mother


Adalah keluarga yang terdiri dari orangtua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan
tanpa nikah
b) The stepparent family
Adalah keluarga dengan orangtua tiri
c) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara yang
hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang
sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak
bersama.
d) The nonmarital heterosexual cohabiting family
Adalah keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa pernikahan.
e) Gay and lesbian family
Adalah seseorang yang mempunyai persamaan seks dan hidup bersama sebagaimana
“marital partners”
f) Cohabitating family
Adalah orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa
alasan tertentu.

f. Fungsi keluarga

Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau sesuatu
tentang apa yang dilakukan oleh keluarhga. Terdapat bebrapa fungsi keluarga menurut
Friedman (1998); Setiawan & Dermawan (2005) yaitu:

1) Fungsi Afektif

Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan


kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon dari keluarga terhadap kondisi dan
situasi yang dialami tiap anggota keluarga baik senang maupun sedih, dengan melihat
bagaimana cara keluarga mengeksperikan kasih sayang.

2) Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak,


membentuk nilai dan orma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku yang boleh
dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. Bagaimana keluarga
produktif terhadap sosial dan bagaimanakeluarga memperkenalkan anak dengan dunia
luar dengan belajar disipli, mengenal budaya dan norma melalui hubugan interaksi dalam
keluarga sehingga mampu berperan dalam masyarakat.

3) Fungsi Perawatan
Kesehatan Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluaraga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga seta menjami pemenuhan
kebutuhan perkembangan fisik, mental dan spiritual, dengan cara memelihara dan
merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.

4) Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan dan
kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana keluarga. Mencari sumber
penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penghasilan keluarga,
meabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5) Fungsi Biologis

Fungsi biologis, bukan hanya ditunjukan untuk meneruskan keturunan tetapi untuk
memlihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya. 6) Fungsi
Psikologis Fungsi psikologis, terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang dan
rasa aman, memberikan perhatian diatara anggota keluarga, membina pendewasaan
kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.

6) Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan,


keterampilan, membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa,
medidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.

g. Peran keluarga

Menurut Andreson Carter, ciri-ciri peran adalah:

1) Terorganisasi, yaitu adanya interaksi dan interdenden,


2) Terdapat keterbatasan dalam menjalankan tugas dan fungsi,
3) Terdapat perbedaan dan kekhususan. Setiap anggota keluarga mempunyai peran
masing-masing, antara lain adalah:
a) Ayah
Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung/pengayom, pemberi rasa aman bagi anggota keluarga dan juga sebagai
anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.
b) Ibu
Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung
keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga sebagai
anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.
c) Anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental,
sosial dan spiritual.

e. Tahap perkembangan keluarga Sebagaimana tertulis dalam buku suprajitmo 2008 menurut:
Duvall (1985) keluarga dibagi menjadi delapan tahap perkembangan yaitu:

1. Keluarga baru (berganning family) Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak
tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain:

a. Membina hubungan intim yang memuaskan


b. Menetapkan tujuan bersama
c. Membina hubungan dengan keluarga lain teman dan kelompok social
d. Mendiskusikan rencanamemiliki anak atau KB
e. Persiapan menjadi orangtua

f. Memahami prenatal care (pengertian, persalinan, dan menjadi orangtua).

2. Keluarga dengan anak pertama <30 bulan

Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan krisis keluarga.
Tugas perkembangan tahap ini antara lain adalah:

a. Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan kegiatan)

b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan

c. Membagi peran dan tanggung jawab

d. Bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak

e. Konseling KB postpartum 6 minggu

f. Menata ruang untuk anak

g. Biaya/dana child bearing


h. Memfasilitasi rol learing anggota keluarga

i. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin

3. Keluarga dengan anak prasekolah

Tugas perkembangan adalah menyelesaikan pada kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai
dengan tumbuh kembang proses belajar dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran
berikutnya.

a. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga

b. Membantu anak bersosialisasi

c. Beradaptasi dengan anak baru lahir

d. Mempertahankan hubungan didalam maupun diluar keluarga

e. Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak

f. Pembagian tanggung jawab g. Merencanakan kegiatan waktu stimulasi tumbuh dan


kembang anak.

4. Keluarga dan anak dengan usia sekolah (6-13th)

Tugas perkembangan keluarga

a. Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah, dan lingkungan lebih
luas.

b. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual

c. Menyediakan aktifitas untuk anak.

d. Menyesuaikan pada aktifitas komuniti dengan mengikuti sertakan anak.

e. Memenuhi dan kesehatan anggota keluarga .

5. Keluarga dengan anak remaja (13-20th)

tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :


a. Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan tanggung
jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa mulai memiliki otonomi.

b. Memelihara komunikasi terbuka.

c. Memelihara hubungan intim keluarga

d. Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi
kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.

6. Keluarga dengan anak dewasa (anak 1 meninggalkan rumah)

a. Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarga berperan
sebagai suami,istri, kakek,nenek.

b. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

c. Memelihara keluarga intim dalam keluarga

d. Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga baru dimasyarakat

e. Mempersiapkan anak hidup mandiri dan menerima kepergian anak.

f. Menata kembali fasilitas sumber yang ada pada keluarga.

g. Berperan suami istri kakek nenek h. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi
contoh bagi anak- anaknya.

7. Keluarga usia pertengahan (midle age family)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:

a. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengelolah minat sosial dan
waktu santai.
b. Memulihkan hubungan antara generasi muda tua.
c. Keakrapan dengan pasangan
d. Memelihara hubungan/kontrak dengan anak keluarga.
e. Persiapan masa tua atau pension

8. Keluarga lanjut usia Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah:


a. Penyelesaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup
b. Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
c. Mempertahankan keakrapan pasangan dan saling merawat
d. Melakukan life review masalah lalu

2. Konsep Proses Keperawatan Keluarga

a. Pengkajian keluarga

Pengkajian adalah suatu tahapan di mana seorang perawat mengambil informasi secara terus
menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Agar di peroleh data pengkajian yang
akurat dan sesuaidengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa yang
mudah dimegerti yaitu bahasa yang digunakan dalam aktivitas keluarga sehari-hari. Hal yang
perlu dikaji sesuai dengan teori pengkajian keluarga Friedman:

Pengkajian Tahap I Pengkajian merupakan tahapan terpenting dalam proses perawatan,


mengingat pengkajian sebagai awal bagi keluarga untuk mengidentifikasi data-data yang ada
pada keluarga. (Setiawati Santun, 2008). Pengkajian asuhan keperawatan keluarga menurut
teori/model Family Centre Nursing Friedman, meliputi 8 komponen pengkajian yaitu:

1) Data Umum

a) Identitas kepala keluarga

1) Nama Kepala Keluarga (KK) :


2) Umur (KK) :
3) Pekerjaan Kepala Keluarga (KK) :
4) Pendidikan Kepala Keluarga (KK) :
5) Alamat dan nomor telepon :

b) Komposisi anggota keluarga

b) genogram

c) Tipe keluarga

e) Suku bangsa

1) Asal suku bangsa keluarga


2) Bahasa yang dipakai keluarga
3) Kebiasaaan keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat mempengaruhi kesehatan

f) Agama

1) Agama yang dianut keluarga


2) Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan

g) Status sosial ekonomi keluarga

1) Rata-rata penghasilan seluruh anggota keluarga


2) Jenis pengeluaran keluarga tiap bulan
3) Tabungan khusus kesehatan
4) Barang (harta benda) yang dimiliki keluarga (perabot, transportasi)

h) Aktifitas rekreasi keluarga

2) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

a) Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua)


b) Tahap perkambangan keluarga yang belum terpenuhi
c) c) Riwayat keluarga inti
1) Riwayat terbentuknya keluarga inti.
2) Penyakit yang diderita keluarga orang tua (adanya penyakit menular atau penyakit
menular di keluarga)
3) Riwayat keluarga sebelumnya (suami istri)
4) Riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular dikeluarga.
5) Riwayat kebiasaan/gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan

(3) Lingkungan

a) Karakteristik rumah:
1) Ukuran rumah (luas rumah)
2) Kondisi dalam dan luar rumah
3) Kebersihan rumah
4) Ventilasi rumah
5) Saluran pembuangan air limbah (SPAL)
6) Air bersih
7) Pengelolaan sampah
8) Kepemilikan rumah
9) Kamar mandi/wc
10) Denah rumah

b) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal:

1) Apakah ingin tinggal dengan satu suku saja


2) Aturan dan kesepakatan penduduk setempat
3) Budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan

c) Mobilitas geografis keluarga

1) Apakah keluarga sering pindah rumah


2) Dampak pindah rumah terhadap kondisi keluarga (apakah menyebabkan stress)
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e) Perkumpulan/organisasi social yang diikuti oleh anggota keluarga.
f) Sistem pendukung keluarga
g) Termasuk siapa saja yang terlibat bila keluarga mengalami masalah

4) Struktur keluarga

a) Pola komunikasi keluarga


1) Cara dan jenis komunikasi yang dilakukan keluarga
2) Cara keluarga memecahkan masalah
b) Struktur kekuatan keluarga
1) Respon keluarga bila ada anggota keluarga yang mengalami masalah
2) Power yang dilakukan keluarga

c) Struktur peran (formal dan informal) Peran seluruh anggota keluarga

d) Nilai dan norma keluarga

5) Fungsi keluarga

a) Fungsi afektif

1) Bagaimana cara keluarga mengekspresikan perasaan kasih sayang


2) Perasaan saling memiliki
3) Dukungan terhadap anggota keluarga
4) Saling menghargai, kehangatan

b) Fungsi sosialisasi

1) Bagaimana memperkenalkan anggota keluarga dengan dunia luar


2) Interaksi dan hubungan dalam keluarga

c) Fungsi perawatan kesehatan

1) Kondisi perawatan kesehatan seluruh anggota keluarga (bukan hanya kalau sakit
diapakan tetapi bagaimana prevensi/promosi).
2) Bila ditemui data maladaptif, langsung lakukan penjajakan tahap II (berdasar
tugas keluarga seperti Bagaimana keluarga mengenal masalah, Mengambil
keputusan, Merawat anggota keluarga, Memodifikasi lingkungan dan
Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan).

6) Stress dan koping keluarga

a) Stressor jangkan panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan keluarga
b) Respon keluarga terhadap stress
c) Strategi koping keluarga
d) Strategi adaptasi yang disfungsional: Adakah cara keluarga mengatasi masalah secara
maladaptive

7) Pemeriksaan fisik (head to toe)

a) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukanP


b) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga
c) Aspek pemeriksaan fisik mulai vital sign, rambut,, kepala, mata mulut, THT, Leher,
Thorax, abdomen, ekstermitas atas dan bawah, sistem genitalia.
d) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik.

8) Harapan keluarga

a) Terhadap masalah kesehatan keluarga


b) Terhadap petugas kesehatan yang ada

Pengkajian tahap II

1) Pengkajian terkait kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga, meliputi:


a) Persepsi terhadap keparahan penyakit
b) Pengertian penyakit
c) Tanda dan gejala penyakit
d) Faktor penyebab
e) Persepsi keluarga terhadap masalah.

2) Pengkajian terkait kemampuan keluarga mengambil keputusan, meliputi:

a) Sejauhmana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah


b) Masalah dirasakan keluarga
c) Bagaimana keluarga mengambil keputusan terhadap keluarga yang sakit

3) Pengkajian terkait kemampuan keluarga keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,
meliputi:

a) Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakut


b) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan
c) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga
d) Sikap keluarga terhadap yang sakit.

4) Pengkajian terkait kemampuan keluarga keluarga memelihara lingkungan, meliputi:

a) Keuntungan/ manfaat pemeliharaan lingkungan


b) Pentingnya hygiene sanitasi
c) Upaya pencegahan penyakit

5) Pengkajian terkait kemampuan keluarga menggunaan fasilitas keluarga, meliputi:

a) Keberadaan fasilitas kesehatan


b) Keuntungan yang didapat
c) Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan
d) Pengalaman keluarga yang kurang baik
e) Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga

b. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan keluarga merupakan hasil dari analisis data dari hasil
pengkajian keluarga, dimana diagnosis yang diangkat berdasarkan masalah-masalah
pada fungsi-fungsi keluarga (afektif, sosial, fungsi perawatan kesehatan), masalah
pada struktur keluarga (komunikasi, peran, kekuatan), masalah pada linkungan
keluarga (perumahan, resiko cedera, resiko penularan penyakit) dan masalah koping
keluarga (tidak efektif, tidak mampu).

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respons individu,


keluarga, dan komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual
dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi
keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat.
Menentukan diagnosa keperawatan dapat dilakukan dengan cara wawanca,
pengamatan langsung dan pengukuran dengan menunjukkan status kesehatan mualai
dari potensial, resiko tinggi, sampai masalah aktual. Selain diagnosa dari NANDA
yang berorientasi pada keluarga, terdapat empat masalah atau keterbatasan yang
nampak jelas dari penggunaan diagnosa NANDA dalam praktik keperawatan. Empat
keterbatasan tersebut adalah:

1) Diagnosa-diagnosa tersebut tidak bersifat teoritis, yang mana bisa jadi


merupakan kekuatan dan kelemahan, tergantung pada sudut pandang
seseorang.
2) Sebagian besar keperawatan yang berorientasi pada keluarga bersifat sangat
luas dan tidak cukup untuk mengarahkan intervensi. Akan tetapi, dengan
menspesifikan tanda dan gejala dari masalah atau faktor etiologi atau
penyebab, keterbatasan ini dapat dicegah .
3) Diagnosa-diagnosa tersebut lebih berorientasi pada penyakit gastritis
a) Gangguan rasa nyaman nyeri
b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c) Intoleransi aktifitas
d) Ansietas

Adapaun langkah-langkah dalam menentukan diagnosa adalah dengan cara melalui


tahapan:

a. Analisa data

Analisa data dilakukan setelah pengkajian, selanjutnya data dianalisa untuk dapat
dilakukan perumusan diagnosa keperawatan. Tahapan analisa data adalah:

1) Validasi data
2) Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan biopsiko-sosial dan spiritual.
3) Membandingkan dengan standart.
4) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan.

b. Perumusan masalah Perumusan masalah keperawatan dapat diarahkan kepada


sasaran individu dan atau keluarga. Komponen diagnosis keperawatan keluarga
meliputi problem, etiologi dan sign/simptom.

1) Masalah (Problem) Daftar diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan NANDA


1995, yang dikutip oleh Setiadi 2008 adalah sebagai berikut :

a) Masalah keperawatan actual Masalah ini memberikan gambaran berupa tanda


dan gejala yang jelas mendukung bahwa masalah benar-benar terjadi:

1) Nyeri akut
2) Hambatan mobilitas
3) Intoleransi aktifitas
4) Gangguan pola tidur

b) Masalah keperawatan resiko tinggi Masalah ini sudah ditunjang dengan data
yang akan mengarahkan pada timbulnya masalah kesehatan bisa tidak segera
ditangani seperti :

1) Resiko cedera
2) Resiko defisit perawatan diri
3) Resiko injuri

c) Masalah keperawatan potensial atau sejahtera Status kesehatan berada pada


kondisi sehat dan ingin meningkat lebih optimal seperti:

1) Potensial peningkatnya pemeliharaan kesehatan


2) Potensial peningkatan proses keluarga
3) Potensial meningkatkan koping keluarga

2) Menetapkan etiologi Menentukan penyebab atau etiologi dalam perumusan


diagnosa keperawatan dengan model single diagnosis diangkat dari lima tugas
keluarga antara lain:

a) Ketidakmampuan keluarga mengenal mengenal msalah kesehatan


b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.

3) Menetapkan etiologi Menentukan penyebab atau etiologi dalam perumusan


diagnosa keperawatan dengan model single diagnosis diangkat dari lima tugas
keluarga antara lain:

a) Ketidakmampuan keluarga mengenal mengenal msalah kesehatan


b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.

4) Prioritas masalah

a) Sifat masalah
Pembenaran mengacu pada masalah yang sedang terjadi, baru menunjukkan
tanda dan gejala atau bahkan kondisi sehat.
b) Kemungkinan masalah
untuk diubah Pembenaran mengacu pada: masalah, sumber daya keluarga,
sumber daya perawat, dan sumber daya lingkungan.
c) Potensial masalah
untuk dicegah Pembenaran mengacu pada: berat ringannya masalah, jangka
waktu terjadinya masalah, tindakan yang akan dilakukan, kelompok tinggi
yang bisa dicegah.
Menonjolnya masalah Pembenaran mengacu kepada: persepsi terhadap
masalah
 Skor atau angka tertinggi dikalikan bobot Skor X BOBOT Angka
tertinggi
 Jumlah skor
 Skor tertinggi yang jadi masalah prioritas

c. Perencanaan keperawatan

Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan


keluarga yang meliputi penentuan tujuan perawatan (jangka panjang/pendek), penetapan
standart kriteria serta menentukan perencanaan untuk mengatasi masalah keluarga, (Setiadi,
2008).
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, mencakup tujuan
umum dan khusus, rencana intervensi serta dilengkapi dengan rencana evaluasi yang memuat
kriteria dan standar. Selanjutnya intervensi keperawatan keluarga diklasifikasikan menjadi
intervensi yang mengarah pada aspek kognitif, efektif dan psikomotor (prilaku). Semua
intervensi baik berupa pendidikan kesehatan, terapi modalitas ataupun terapi komplementer
pada akhirnya ditujukan untuk meningkatkan kemampuan keluarga melaksanakan lima tugas
keluarga dalam kesehatan. Kriteria dan standar merupakan rencana evaluasi, berupa
pertanyaan spesifik tentang hasil yang diharapakan dari setiap tindakan berdasarkan tujuan
khusus yang ditetapkan. Kriteria dapat berupa respon verbal, sikap atau psikomotor,
sedangkan standar berupa patokan/ukuran yang kita tentukan berdasarkan kemampuan
keluarga, sehingga dalam mementuka standar antara klien satu dengan klien yang lainnya
walaupun masalahnya sama, standarnya bisa jadi berbeda, (Padila, 2012)

d. Implementasi
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan, pada tahap ini, perawat yang
mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi
semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan kesehatan di rumah. (Setiadi,2008)

e. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistimatis dan terencana
tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambugan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi
adalah untuk melihat kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan, ( Setiadi, 2008 ).
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, Sulistyo (2012).Keperawatan Keluarga : Konsep Teori, Proses dan
Praktik Keperawatan.Yogyakarta: Graha Ilmu

Padila, (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Nuha Medika

Setiadi, (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga.Yogyakarta : Graha Ilmu

Https:///www. academia.edu. Diakses tanggal 5 desember

Anda mungkin juga menyukai