Anda di halaman 1dari 23

11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Lalu Lintas


Lalu lintas adalah suatu sistem yang terdiri dari komponen –
komponen. Komponen utama yang pertama atau suatu sistem head way
(waktu antara dua kendaraan yang berurutan ketika melalui sebuah titik
pada suatu jalan) meliputi semua jenis prasarana infrastruktur dan sarana
dari semua jenis angkutan yang ada, yaitu : jaringan jalan, pelengkap jalan,
fasilitas jalan, angkutan umum dan pribadi, dan jenis kendaraan lain yang
menyelenggarakan proses pengangkutan, yaitu memindahkan orang atau
bahan dari suatu tempat ketempat yang lain yang dibatasi jarak tertentu
(Sumarsono, 1996).
Lalu lintas di dalam Undang – Undang No. 22 Tahun 2009
didefinisikan gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas. Ruang lalu
lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukan bagi gerak pindah
kendaraan, orang, dan atau barang yang berupa jalan dan fasilitas
penumpang. Lalu lintas memiliki karakteristik dan keunggulan tersendiri
maka perlu dikembangkan dan dimanfaatkan sehingga mampu menjangkau
seluruh wilayah dan pelosok daratan dengan mobilitas tinggi dan mampu
memadukan sarana transportasi lain. Menyadari peranan transportasi maka
lalu lintas ditata dalam sistem transpotasi nasional secara terpadu dan
mampu mewujudkan tersedianya jasa trnasportasi yang serasi dengan
tingkat kebutuhan lalu lintas yang tertib, selamat, aman, nyaman, cepat,
teratur, lancar, dan biaya yang terjangkau oleh masyarakat. Pengembangan
lalu lintas yang ditata dalam satu kesatuan sistem dilakukan dengan
mengintegrasikan dan mendominasikan unsurnya yang terdiri dari jaringan
transportasi jalan kendaraan beserta dengan pengemudinya, peraturan-
peraturan dan metode sedemikian rupa sehingga terwujud suatu totalitas
yang utuh, berdayaguna, dan berhasil. Lalu lintas dan angkutan jalan perlu

11
12

diselenggarakan secara berkesinambungan dan terus ditingkatkan agar lebih


luas daya jangkau dan pelayanan kepada masyarakat dengan memperhatikan
sebesar-besarnya kepentingan umum dan kemampuan/kebutuhan
masyarakat, kelestarian lingkungan, koordinasi antara wewenang pusat dan
daerah serta unsure instansi sektor, dan antar unsure terkait serta terciptanya
keamanan dan ketertiban masyarakat dalam penyelesaian lalu lintas dan
angkutan jalan, serta sekaligus dalam rangka mewujudkan sistem
transportasi nasional yang handal dan terpadu. Untuk memahami pengertian
lalu lintas, penulis akan mengemukakan pengertian lalu lintas menurut
Undang - undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, maupun pendapat dari para pakar. Menurut Pasal 1 Undang - undang
Nomor 22 tahun 2009, lalu lintas didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan
orang di ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi
gerak pindah kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa jalan dengan
fasilitas pendukungnya. Menurut Muhammad Ali, lalu lintas adalah
berjalan, bolak balik, perjalanan di jalan. Ramdlon Naning juga
menguraikan pengertian tentang lalu lintas yaitu gerak pindah manusia
dengan atau tanpa alat penggerak dari satu tempat ke tempat lainnya.
Sedangkan menurut W.J.S. Poerwodarminto
bahwa lalu lintas adalah:
1.Perjalanan bolak-balik
2.Perihal perjalanan di jalan dan sebagainya
3.Perhubungan antara sebuah

2.2. Kecelakaan Lalu Lintas


Kecelakaan adalah suatu kejadian yang sangat kompleks, karena bisa
memiliki banyak sekali faktor penyebab suatu kecelakaan lalu lintas bisa
berasal dari manusia, mesin/kendaraan, jalanan, dan lingkungan. Faktor
manusia dipengaruhi oleh pengemudi, penumpang, pemakaian jalan, faktor
kendaraan dipengaruhi oleh kendaraan tidak bermotor, kendaraan bermotor.
13

Faktor jalanan dipengaruhi oleh kebaikan jalan, sarana jalan dan faktor
lingkungan dipengaruhi oleh cuaca dan geografi (Bustan, 2000).
Dalam melakukan suatu analisa kecelakaan lalu lintas diperlukan
pengetahuan mengenai definisi kecelakaan. Kecelakaan merupakan suatu
kejadian tidak direncanakan atau tidak terkendali, ketika aksi atau reaksi
suatu obyek, bahan, atau radiasi menyebabkan cidera atau kemungkinan
cidera (Heinrich, 1980). Kecelakaan tidak terjadi kebetulan melainkan ada
sebabnya. Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus dianalisis
dan ditemukan, agar tindakan korektif kepada penyebab itu dapat dilakukan
serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah. (D.A.
Colling. 1990)
Kecelakaan lalu lintas dapat diartikan sebagai suatu peristiwa di
jalan raya yang tidak disangka – sangka dan tidak disengaja, melibatkan
kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban
manusia atau kerugian harta benda (PP No. 43 Tahun 1993). Berdasarkan
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, mengungkapkan kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan
yang tidak diduga dan tidak disengaja yang melibatkan kendaraan dengan
atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia
dan/atau kerugian harta benda. Kecelakaan lalu lintas adalah kejadian pada
lalu lintas jalan yang sedikitnya melibatkan satu kendaraan yang
menyebabkan cedera atau kerusakan atau kerugian pada pemiliknya
(korban) (WHO, 1984). Kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian yang
sulit diprediksi kapan dan dimana terjadinya. Kecelakaan tidak hanya
trauma, cedera, ataupun kecacatan tetapi juga kematian. Kasus kecelakaan
sulit diminimalisasi dan cenderung meningkat seiring pertambahan panjang
jalan dan banyaknya pergerakan dari kendaraan. (F.D. Hobbs, 1995).
Dari beberapa definisi kecelakaan lalu lintas dapat disimpulkan
bahwa kecelakaan lalu lintas merupakan suatu peristiwa pada lalu lintas
jalan yang tidak diduga dan tidak diinginkan yang sulit diprediksi kapan dan
dimana terjadinya, sedikitnya melibatkan satu kendaraan dengan atau tanpa
14

pengguna jalan lain yang menyebabkan cedera, trauma, kecacatan, kematian


dan/atau kerugian harta benda pada pemiliknya (korban).

Berdasarkan jenis kendaraan yang melintas di jalan raya, kendaraan


bermotor roda dua atau sepeda motor mempunyai resiko yang tinggi dalam
menyumbang kejadian kecelakaan lalu lintas. Cedera tak disengaja akibat
kecelakaan kendaraan bermotor lebih banyak menyebabkan kematian
dibandingkan dengan tipe cedera yang lainnya. Jumlah kecelakaan lalu
lintas akibat dari kendaraan bermotor dengan jenis kendaraan sepeda motor
mengalami kenaikan dari tahun ketahun dari pada jenis lainya seperti mobil
penumgpang, bus, mobil truk. Berdasarkan latar belakang diatas untuk
meneliti hubungan karakteristik dan perilaku individu berkendara dengan
kecelakaan lalu lintas.

2.1.1 Klasifikasi Kecelakaan Lalu Lintas


2.1.1.1 Penggolongan Kecelakaan Lalu Lintas
Berdasarkan undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada pasal 229, karakteristik
kecelakaan lalu lintas dapat dibagi kedalam 3 (tiga) golongan,
yaitu:
1) Kecelakaan Lalu Lintas Ringan
yaitu kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan kendaraan
dan atau barang.
2) Kecelakaan Lalu Lintas Sedang
yaitu kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan
kerusakan kendaraan dan/atau barang.
Luka ringan dimaksud adalah luka yang mengakibatkan
korban menderita sakit yang tidak memerlukan perawatan
inap dirumah sakit atau selain yang diklasifikasikan luka
berat.
15

3) Kecelakaan Lalu Lintas Berat


yaitu kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal
dunia atau luka berat. Yang dimaksud luka berat adalah
yang mengakibatkan korban jatuh sakit dan tidak ada
harapan sembuh sama sekali atau menimbulkan bahaya
maut, tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas
dan jabatan atau pekerjaan, kehilangan salah satu panca
indra, menderita cacat berat atau lumpuh, terganggu daya
pikir selama 4 minggu lebih, gugur atau matinya seseorang,
dan luka berat yang membutuhkan perawatan rumah sakit
lebih dari 30 hari
2.1.1.2 Jenis Kecelakaan Lalu Lintas
Jenis kecelakaan lalu lintas menurut Dephub RI (2006) yang
dapat dibagi menjadi :
a. Jenis kecelakan menurut jenis tabrakan
1. Angle (Ra), tabrakan antara kendaraan yang bergerak
pada arah yang berbeda, namun bukan dari arah
berlawanan.
2. Rear-End (Re), kendaraan menabrak dari belakang
kendaraan lain yang bergerak searah.
3. Sideswape (Ss), kendaraan yang bergerak menabrak
kendaraan lain dari samping ketika berjalan pada arah
yang sama, atau pada arah yang berlawanan.
4. Head-On (Ho), tabrakan antara yang berjalanan pada
arah yang berlawanan (tidak sideswape).
5. Backing, tabrakan secara mundur.
b. Jenis kecelakaan menurut jumlah kendaraan yang terlibat
1. Kecelakaan Tunggal, yaitu kecelakaan yang melibatkan
satu kendaraan bermotor dan tidak melibatkan pemakai
jalan lain, contohnya seperti menabrak pohon,
kendaraan tergelincir, dan terguling akibat ban pecah.
16

2. Kecelakaan Ganda, yaitu kecelakaan yang melibatkan


lebih dari satu kendaraan atau kendaraan dengan
pejalan kaki yang mengalami kecelakaan diwaktu dan
tempat bersamaan.
Secara teknis kecelakaan lalu lintas didefinisikan
sebagai suatu kejadian yang disebabkan oleh banyak
faktor yang tidak sengaja terjadi. Dalam pengertian secara
sederhana, bahwa suatu kecelakaan lalu lintas terjadi
apabila semua faktor keadaan tersebut secara bersamaan
pada satu titik waktu tertentu bertepatan terjadi. Hal ini
berarti memang sulit memprediksi secara pasti dimana dan
kapan suatu kecelakaan akan terjadi. (Anas Tahir .2006)
a. Jumlah kasus kecelakaan lalu lintas dikota Surabaya
dalam kurun waktu 5 tahu terakhir mencapai 1717
kasus dengan jumlah kasus tertinggi mencapai 538
kasus pada tahun 2001 dan terendah 195 pada tahun
1999. Kerugian material setiap tahunnya mencapai
633,062 juta rupiah dan rata – rata jumlah korban
sebanyak 386 orang.
b. Frekuensi kejadian kecelakaan lalu lintas selama 5
tahun terakhir ini sebanyak 169 kasus dengan frekuensi
kecelakaan tertinggi pada tahun 2001 sebanyak 72
kasus atau sekitar 42,60%.
c. Jumlah korban kecelakaan lalu lintas adalah 192 jiwa
dengan kategori meninggal dunia 29 orang (15,10%),
luka berat 76 orang (39,58%), dan luka ringan sebanyak
87 orang (45,31%).
d. Penyebab kecelakaan tertinggi disebabkan oleh sepeda
motor yakni 48,10% terutama sepeda motor dengan
penyebrang jalan.
17

e. Frekuensi kejadian kecelakaan lalu lintas tertinggi


terjadi pada jam puncak siang hari yaitu 29,13%.
Waktu kejadian kecelakaan untuk setiap jam puncak
termasuk malam hari selama aktifitas ekonomi
berlangsung tidak berbeda secara signifikan.
2.1.1.3 Faktor Penyebab Kecelakaan
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan antara lain.(Anas Tahir. 2006)
a. Faktor Manusia
Faktor manusia merupakan penyebab kecelakaan yang
paling besar, bisa mencapai 85% dari seluruh kejadian
kecelakaan. Hampir seluruh kejadian kecelakaan didahului
dengan pelanggaran terhadap ketentuan peraturan
perundangan tentang lalu lintas dan angkutan. Faktor
manusia berupa keahlian yang tidak memadai dalam
menjalankan kendaraan, kesalahan aturan, pengemudian
sedang mabuk atau sakit, atau terkadang sengaja
melakukan pelanggaran karena ingin lebih cepat sampai
ditujuan dengan mengemudikan kendaraan lebih cepat dari
ketentuan atau sengaja melanggar lampu lalu lintas dan
berbagai penyebab lainnya.
b. Faktor Kendaraan
Faktor kendaraan diantaranya yang paling sering terjadi
adalah ban pecah, rem tidak berfungsi sebagaimana
seharusnya, kelelahan logam yang mengakibatkan bagian
kendaraan patah, peralatan yang sudah aus tidak diganti
dan berbagai penyebab lainnya. Keseluruhan faktor
kendaraan sangat terkait dengan teknologi yang
digunakan, perawatan yang dilakukan terhadap kendaraan.
Untuk mengurangi faktor kendaraan perawatan perbaikan
kendaraan diperlukan, disamping itu adanya kewajiban
18

untuk melakukan pengujian kendaraan bermotor secara


reguler.
c. Faktor Jalan
Faktor jalan terkait dengan kecepatan rencana jalan,
geometrik jalan, kemiringan permukaan jalan, pagar
pengaman didaerah pegunungan, tidak adanya median
jalan, jarak pandang dan kondisi permukaan jalan, tidak
memadainya bahu jalan fasilitas pejalan kaki yang sering
diabaikan atau tidak tersedia. Jalan yang rusak/berlubang
sangat membahayakan pemakai jalan terutama bagi
pemakai sepeda motor.
d. Faktor Cuaca
Faktor cuaca seperti hari hujan juga mempengaruhi untuk
kerja kendaraan seperti jarak pengereman menjadi lebih
jauh, jalan menjadi lebih licin, jarak pandang juga
terpengaruh karena penghapus kaca tidak bisa bekerja
secara sempurna atau lebatnya hujan mengakibatkan jarak
pandang menjadi lebih pendek. Asap dan kabut juga bisa
mengganggu jarak pandang terutama didaerah
pegunungan.
Dari beberapa kajian dan penelitian dilapangan dapat
disimpulkan bahwa kecelakaan lalu lintas dapat dipengaruhi
oleh faktor manusia, kendaran, dan lingkungan jalan serta
interaksi oleh kombinasi dua atau lebih faktor tersebut.

2.3 Karakteristik Pengendara


Didefinisikan secara berbeda-beda oleh berbagai pihak. Sebagian
menyebutkan karakter sebagai penilaian subyektif terhadap kualitas moral
dan mental, sementara yang lainnya menyebutkan karakter sebagai penilaian
subyektif terhadap kualitas mental saja, sehingga upaya merubah atau
membentuk karakter hanya berkaitan dengan stimulasi terhadap intelektual
19

seseorang. Coon (1983) mendefinisikan karakter sebagai suatu penilaian


subyektif terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan dengan atribut
kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat.
Ada empat karakteristik yang mempengaruhi mental seorang
pengemudi yaitu secara kecerdasan/inteligensia, motivasi, belajar dan
emosi. (S.M.Mahdi Amiripour ).

a) Kecerdasan
Istilah kecerdasan diturunkan dari kata inteligensi. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, inteligensi adalah kemampuan berurusan dengan
abstraksi- abstraksi mempelajari suatu kemampuan menangani situasi-
situasi baru.
Secara umum, kecerdasan (inteligensi) merupakan suatu konsep abstrak
yang diukur secara tidak langsung oleh para psikolog melalui tes
inteligensi untuk mengestimasi proses intelektual / kesanggupan mental
untuk memahami, menganalisis secara kritis cermat dan teliti, serta
menghasilkan ide-ide baru secara efektif dan efisien, sehingga kajian-
kajian kecelakaan yang terkait dengan kecerdasan menunjukkan semakin
tinggi kecerdasan akan semakin baik menganalisis keadaan untuk
mengambil langkah pengemudian kendaraan yang lebih tepat.
b) Motivasi
Pertimbangan motivasi untuk melakukan perjalanan merupakan bagian
dasar perencanaan lalu lintas. Motivasi dipengaruhi oleh kelelahan
suasana batin pengemudi dan kejenuhan sehingga pengemudi menjadi
kurang hati-hati dan beresiko terhadap kecelakaan.
c) Belajar
Untuk bisa mengendalikan kendaraan dalam lalu lintas dengan sempurna,
pengguna jalan senantiasa harus meningkatkan keahliaannya dan
pengetahuannya. Semakin berpengalaman seorang pengemudi semakin
mulus mengemudikan kendaraannya dan semakin rendah pelanggaran
20

yang dilakukannya, dengan catatan bahwa pengemudi senantiasa diawasi


oleh aparat, dan diambil tindakan kalau melakukan pelanggaran.
d) Emosi
Emosi seorang pengemudi akan mempengaruhi keputusan yang akan
dibuatnya atas dasar pengalaman yang dimilikinya, kecerdasannya serta
pengendalian yang dilakukan atas jalannya operasional lalu lintas. Usia
seseorang juga mempengaruhi emosi dalam berlalu lintas.

Sepeda motor dianggap dapat memenuhi kebutuhan masyarakat


golongan ekonomi menengah kebawah, disamping keunggulan dalam
kemampuan bermanuver disela-sela kemacetan. Sepeda motor juga
memberikan efisieni dalam biaya perjalanan. Dampak dari kenaikan BBM
serta ketidak efisienan sarana angkutan umum dan waktu perjalanan yang
tidak dapat diprediksi, menjadi salah satu penyebab meningkatnya
kepemilikan sepeda motor. Meningkatnya jumlah pengguna sepeda motor
mengiringi meningkatnya kecelakaan yang melibatkan sepeda motor.
Salah satu upaya untuk membuat program aksi guna mengurangi
jumlah kecelakaan adalah dengan mengetahui faktor yang berpengaruh
terhadap terjadinya kecelakaan, yang salah satunya adalah faktor manusia.
Untuk hal tersebut di atas maka perlu diketahui tentang karakteristik
pengendara sepeda motor, diantaranya sosioekonomi, karakteristik
pergerakan dan perilaku dalam berkendara.
Warpani (2002) menyebutkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat mengenai kecelakaan lalu lintas
yang dipengaruhi oleh usia pengemudi menunjukkan bahwa kecelakaan lalu
lintas jalan terbesar adalah mereka dengan kelompok usia 16-30 tahun
(55,99%) dan pada kelompok usia 21-25 tahun adalah yang terbesar.
Sedangkan kelompok usia diatas 40 tahun adalah relatif kecil seiring
dengan kematangan usia dan tingkat disiplin yang lebih baik dibandingkan
dengan usia yang lebih muda. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat mengenai kecelakaan yang
21

melibatkan pengemudi menunjukkan bahwa pada umumnya pengemudi


yang terlibat dalam kecelakaan adalah mereka yang berpendidikan Sekolah
Dasar sampai Sekolah Menengah Atas, yaitu SD 13,13%, SLTP 25%,
SLTA 40,52%.
Waldijono (2004) dalam Siti Malkamah dan Ubaidillah (2007),
pengalaman mengemudi atau berkendara merupakan hal yang sangat
penting dibandingkan dengan usia pengendara, disebutkan pula bahwa
pengendara yang berpengalaman akan memiliki ketrampilan berkendara
yang lebih baik dibandingkan dengan yang kurang berpengalaman.
Perbedaan karakteristik pada jenis kelamin dapat memberikan pengaruh
dalam hal berkendara. Laki-laki dan perempuan memiliki perilaku yang
berbeda dalam berkendara, bahkan status pernikahan dapat pula
mempengaruhi kondisi psikologisnya.
Menurut Khisty (2005), pendidikan mengenai mengendarai/
mengemudi yang memadai adalah yang meliputi pengetahuan tentang
interaksi manusiakendaraan- lingkungan, mengembangkan keahlian
berkendara, dan mempengaruhi secara positif perilaku pengendara. Hal ini
akan menciptakan kebiasaan mengendarai yang lebih aman, dan dapat
menurunkan jumlah angka kecelakaan. Sedangkan hukum dan
penegakannya akan memberikan petunjuk dan motivasi demi terwujudnya
perilaku pengendara yang aman dan efisien. (Tyas Permanawati 2010)

2.4 Perilaku Pengendara


Perilaku merupakan kata yang sering disebut dalam sehari – hari.
Namun seringkali pengertian perilaku ditafsirkan secara berbeda antara satu
orang dengan yang lainnya. Perilaku dapat berarti sebagai tindakan atau
kegiatan yang ditampilkan seseorang dalam hubungannya dengan orang lain
dan lingkungan sekitarnya atau lingkungan dalam. Perilaku pada hakikatnya
adalah aktifitas atau kegiatan nyata yang ditampilkan seseorang yang dapat
teramati secara langsung maupun yang tak tampil terlihat secara langsung
dengan segera (Sjaaf, 2007). Perilaku dapat juga berarti sesuatu yang
22

dibatasi sebagai keadaan berpendapat, berpikir, bersikap, sebagai suatu


respon terhadap situasi diluar subjek (Notoatmodjo, 2007).
Perilaku dapat dibatasi sebagai jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap
dan sebagainya) Untuk memberikan respon terhadap situasi di luar objek
tersebut. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan).
Bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan menjadi 3
(tiga) jenis, yaitu :
1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi
dan rangsangan.

2. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap


keadaan atau rangsangan dari luar diri si subyek, sehingga alam itu
sendiri akan mencetak perilaku manusia yang hidup di dalamnya, sesuai
dengan sifat keadaan alam tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan
lingkungan sosial budaya yang bersifat non fisik, tetapi mempunyai
pengaruh kuat terhadap pembentukan perilaku manusia. Lingkungan ini
adalah merupakan keadaan masyarakat dan segala budi daya
masyarakat itu lahir dan mengembangkan perilakunya.

3. Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa perbuatan


terhadap situasi dan suatu rangsangan dari luar.

2.4.1 Perilaku Kendaraan Bermotor


Menurut Marilena Zingale (2008) dalam penelitiannya menyebutkan
bahwa perilaku pengemudi kendaraan terbagi atas dua kelompok :
a. Aggressive driving behavior
Dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Instrumental aggression
Merupakan perilaku mendahului kendaraan dari jarak yang
sempit dan beresiko untuk terjadinya kecelakaan. Pengemudi
melakukan hal tersebut dengan tujuan hanya untuk
mendahului.
23

2. Emotional Aggression
Merupakan perilaku mendahului kendaraan dengan jarak yang
cukup tetapi dengan kecepatan yang tinggi dengan tujuan
untuk mengejar kendaraan didepan karena adanya pelecehan
yang mengganggu emosi pengendara.
b. Defensive driving behavior
Merupakan perilaku pengemudi yang positif, seperti tidak
mengendarai kendaraan (sepeda motor) disamping mobil
karena sangat berbahaya ketika mobil akan berpindah jalur
ataupun berbelok, memberikan tanda untuk berbelok,
mempertahankan jarak aman untuk kendaraan didepan,
berhenti sebentar sebelum membelok, tidak melanggar lampu
merah, memberikan klakson untuk memperingatkan kendaraan
didepan dan perilaku positif lainnya.
Pengendara berisiko adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan
perilaku pengendara yang berpotensi meningkatkan risiko kecelakaan,
seperti kecepatan melebihi ambang batas, pelanggaran lalu lintas dan sikap
terkait dengan keselamatan Lalu lintas (Yilmaz & Celik, 2006). Remaja
sangat berpotensi menjadi pengendara beresiko. Remaja cenderung
mengadopsi cara berkendaraan penuh risiko dibandingkan orangtua (Deery
& Flides,1999). Hal ini terbukti di lapangan banyak dilihat remaja-remaja
yang berkendara secara agresif, dan penuh resiko, misalkan menyalip
kendaraan yang ada di depan tanpa lampu sen atau menerobos lampu merah.
Pengendara berisiko sangat berbahaya bagi dirinya dan orang lain. Hal ini
karena berpotensi menimbulkan kecelakaaan yang dapat berdampak pada
risiko kematian. Data menunjukkan bahwa kecelakaan lalu lintas
banyak disebabkan oleh ketidakdisplinan pengendara dalam berkendaraan.
Pengendara cenderung mengabaikan keselamatan dirinya dan orang lain.
Secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku pengendara
berisiko pada remaja. Pertama, kepribadian, yaitu bagaimana individu
24

bereaksi terhadap situasi sosial. kepribadian meliputi, marah, pencarian


sensasi, cemas, normlessness dan altruisme. Hasil penelitian Chen (2009)
menunjukkan bahwa hubungan kepribadian terhadap perilaku pengendara
berisiko tidak langsung, artinya dimediasi oleh sikap keselamatan berlalu
lintas.misalkan, orang yang memiliki tingkat kecemasan yang tinggi
cenderung memiliki sikap terhadap keselamatan berlalu lintas, artinya ia
cenderung akan berhati-hati dalam berkendara. sementara penelitian lain
menunjukkan bahwa ada hubungan langsung antara faktor kepribadian
(agresif, sensasi) dengan perilkau pengendara berisiko (Zimbardo,
dkk., 1997; Alsaleh, 2006; Gulliver & Begg, 2007; Nabi, dkk., 2005).
Kedua, faktor kognitif, yaitu kemampuan seseorang dalam menilai situasi,
pengambilan keputusan dan mengalisis risiko. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa perilaku pengendara bersiko yang berdampak
timbulnya kecelakaan adalah rendah persepsi risiko (Zimbardo, dkk., 1997:
Alsaleh, 2006). Orang yang memiliki persepsi risiko rendah cenderung
berkendaraan penuh risiko, seperti berkendaraan melebihi kecepatan,
memotong kendaraan di depan. Hal tersebut tentunya akan memiliki potensi
timbulnya kecelakaan lalu lintas.
Perbandingan angka kematian korban kasus kecelakaan berdasarkan
jenis kelamin, Terlihat bahwa laki-laki sebagai korban mati terbanyak akibat
kecelakaan lalu lintas. Hal ini terkaitperan laki-laki sebagai kepala keluarga
yang dituntut untuk mencari nafkah dengan intensitas terbanyak diluar
rumah. Hal ini mengakibatkan kaum laki-laki menjadi populasi dominan di
jalan raya. Selain itu perilaku kaum laki-laki dalam berkendara juga
merupakan faktor penentu tingginya angka kematian kaum laki-laki akibat
kecelakaan lalu lintas.

2.5 Kondisi Jalan


Kondisi Jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas umum
yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, dibawah
25

permukaan tanah dan atau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan rel
dan jalan kabel (UU No 22 : 2009).
Sifat – sifat jalan juga berpengaruh dan dapat menjadi penyebab
terjadinya kecelakaan lalu lintas. Sartono (1993) menyatakan, ada beberapa
hal dari bagian jalan yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan,
seperti:
a. Kerusakan pada permukaan jalan (misalnya, terdapat lubang besar yang
sulit dihindari pengemudi).
b. Konstruksi jalan yang rusak / tidak sempurna (misalnya letak bahu jalan
terlalu rendah bila dibandingkan dengan permukaan jalan, lebar
perkerasan dan bahu jalan terlalu sempit untuk berpapasan).
c. Geometrik jalan yang kurang sempurna (misalnya, superelevasi pada
tikungan terlalu curam atau terlalu landai, jari-jari tikungan terlalu kecil,
pandangan bebas pengemudi terlalu sempit, kombinasi alinyemen
vertikal dan horizontal kurang sesuai, penurunan dan kenaikan jalan
terlalu curam, dan lain - lain).
Sedangkan menurut Polwiltabes Semarang, sebab terjadinya
kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh faktor jalan dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Jalan licin
b. Tikungan terlalu tajam
c. Jalur jalan yang menyempit
d. Teknis pengendalian lantas yang kurang tepat (rambu, traffic light, dan
lain - lain)
e. Jalan bergelombang
f. Jalan berlubang
Bahu jalan adalah bagian tepi jalan yang dipergunakan sebagai tempat
untuk kendaraan yang mengalami kerusakan berhenti atau digunakan oleh
kendaraan darurat seperti ambulans, pemadam kebakaran, polisi yang
sedang menuju tempat yang memerlukan bantuan kedaruratan dikala jalan
sedang mengalami tingkat macet yang tinggi.Selain itu bahu juga
26

dipergunakan sebagai tempat menghindar dari kecelakaan lalu-


lintas terutama pada jalan yang tidak dipisah denganmedian jalan,
khususnya pada saat ada kendaraan yang menyalib tetapi kemudian dari
arah yang berlawanan datang kendaraan, sehingga kendaraan yang datang
dari depan bisa menghindar dan masuk bahu jalan. Oleh karena itu
konstuksi bahu tidak boleh berbeda ketinggian dari badan jalan.Secara
hukum,bahu jalan tidak boleh digunakan untuk mendahului kendaraan lain
tetapi hanya untuk kebutuhan darurat kendaraan umum atau saat
ada kecelakaan(Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.
34 tahun 2006 tentang Jalan).
a. Jalan Arteri
Jalan Arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan utama dengan ciri perjalanannya jarak jauh, dengan kecepatan
rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk ke jalan ini sangat dibatasi
secara berdaya guna.
b. Jalan Kolektor
Jalan Kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
c. Jalan Lokal
Jalan Lokal merupakan jalan umum yang berfungsi
melayaniangkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak pendek,
kecepatan rata-ratarendah, dan jalan masuk tidak dibatasi.
d. Jalan Lingkungan.
Jalan Lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak pendek, kecepatan
rata – rata rendah, dan jalan masuk dibatasi.
Banyaknya jumlah kendaraan bermotor yang meningkat dari tahun
ketahun merupakan faktor pendukung meningkatnya jumlah kecelakaan lalu
lintas. Kepadatan lalu lintas (volume kendaraan), musim
(kemarau/penghujan) jenis kendaraan bermotor, waktu (gelap/terang),
27

perilaku berkendara yang aman (safety riding) kondisi kendaraan


merupakan beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan
lalu lintas.
Menurut konsep Epidemiology Triad, faktor host adalah manusia atau
perilaku manusia dalam berkendara, yang dimaksud adalah tingkah laku
pengendara yang tidak sesuai aturan yang talah ditetapkan dalam undang-
undang tentang lalu lintas di jalan, sedangkan agentnya adalah energi fisik
kendaraan bermotor yaitu kondisi kendaraan atau kualitas kendaraan dalam
hal jaminan mutu ketahanan lama atau tidaknya suatu kendaraan bertahan
(tidak cepat rusak) dan faktor lingkungan adalah keadaan jalan yaitu
keadaan jalan yang tidak sepantasnya dilalui (rusak) atau tidak rata dan
bergelombang-bergelombang, serta musim, cuaca dan lingkungan sosial
yang tidak menetap (indriani dan indawati 2006).
Berdasarkan permasalahan tersebut, penyebab kecelakaan lalu lintas
jalan raya dapat dikelompokan menjadi tiga macam , yaitu faktor manusia,
faktor kendaraan, dan faktor jalan dan lingkungan. Pada dasarnya penyebab
kecelakaan dapat dirinci lagi lebih dalam yang terkait dengan karakteristik
dan perilaku pengendara. Indikator yang termasuk dalam faktor manusia
meliputi kedisiplinan, ketrampilan, konsentrasi, kedewasaan, kecepatan,
emosi, kelelahan, penggunaan alat pelindung diri (APD) serta aspek-aspek
lain yang terkait dengan perilaku pengendara.

2.6 Penelitian Terdahulu


Pada umumnya penelitian terdahulu menggunakan beberapa variabel
yang berbeda yaitu karakteristik pengendara, perilaku pengendara dan
kondisi jalan sebagai variabel dependen di setiap masing – masing
penelitian terdahulu, penelitian mengambil satu variabel dan dikembangkan
pada penelitian ini dengan tempat dan sasaran responden yang berbeda.
Berharap dengan pengenbangan penelitian ini terdapat pebedaan hasil
dimana kedua variabel yang digunakan dapat saling mempengaruhi dan
menghasilkan kesimpulan yang baik dan bermanfaat.
28

1. Tyas Permanawati dkk tahun (2010)


Dengan judul “ model peluang kecelakaan sepeda motor berdasarkan
karakteristik pengendara “
Variabel independennya karakteristik pengendara, peluangan kecelakaan,
sepeda motor dengan variabel dependennya kecelakaan lalu lintas.
Dari hasil penelitian karakterisitik pengendara sepeda motor
digambarkan bahwa di kota surabaya dan malang sebagaian besar usia
pengendara antara 21-25 tahun. Sedangkan di sragen didominasi usia 15-
20 tahun. Baik kota surabaya malang dan sragen jenis pengendara
trbanyak adalah laki-laki. Tingkat pengendara paling banyak adalah
SMU.

2. Ari Anggo Sudibyo dkk tahun (2013)


Dengan judul Hubungan karakteristik dan perilaku individu berkendara
dengan kecelakaan lalu lintas pada remaja SMPN 2 Mesuji raya
Kabupaten Ogan Komering Ilir Palembang tahun 2013.
Dengan variabel independennya adalah perilaku pengendara,
kepatuhanberkendara, kecepatan berkendara dan variabel dependennya
adalah kecelakaan lalu lintas.
Dari hasil penelitian adalah berdasarkan dari jumlah korban yang mati
akibat kecelakaan lalu lintas rata-rata usia masih dibawah umur yang
berusia 14 tahun dikarenakan mendengarkan musik,penggunaan HP saat
berkendara dan tidak kosentrasi saat berkendara.

3. Mulyono Notosiswoyo tahun (2014)


Dengan judul “ pengetahuan, sikap dan perilaku siswa SLTA dalam
pencegahan kecelakaan sepeda motor di kota Bekasi “
Variabel independen Siswa SLTA, perilaku pengendara dan sikap
pengendara dengan variabel dependennya kecelakaan lalu lintas.
Dari hasil yang di teliti sikap dan perilaku pencegahan kecelakkan lalu
lintas sepeda motor siswa 4 SLTA di kota Bekasi baik. Meskipun masih
29

terdapat sebagaian kecil perilaku mereka yang belum mencerminkan


upaya-upaya pencegahaan kecelakaan sepeda motor. Perilaku tersebut
seperti masih ada yang menggunakan hp selama mengendarai motor,
tidak menyalakan lampu besar bila mengendarai sepeda motor siang hari
dan mengendarai sepeda motor meskipun baru saja minumobat yang
menyebabkan kantuk. Terdapat hubungan yang signifikan pengetahun
dengan perilaku dan antara sikap dan perilaku pencegahan kecelakaan
sepeda motor.

4. Arischarompis dkk tahun (2015)


Dengan judul Kematian akibat kecelakaan lalu lintas di Kota Tomohon
tahun 2012-2014.
Variabel independennya adalah kondisi jalan, kondisi kendaraan, kondisi
lingkungan, perilaku pengendara dan variabel dependennya adalah
kecelakaan lalu lintas. Dari hasil penelitian berdasarkan dari data bagian
lalu lintas polersta Tomohon tentang kematian akibat kecelakkan lalu
lintas di Kota Tomohon jumlah korban yang meninggal terbanyak ialah
laki-laki.

5. Nasarudintahun (2013)
Dengan judul studi kasus kecelakaan lalu lintas pada pengendara motor
di kecamatan lasusua kabupaten kolaka utara.
Variable independenya adalah, kelalaian pengendara, kondisi kendaraan,
kondisi jalan dan variabel dependennya kecelakaan lalu lintas.
Dari hasil penelitian Jumlah kecelakaan lalu lintas berdasarkan kelalaian
pengendara adalah sebanyak 30 orang (78.9%) yang lalai dan sebanyak 8
orang (21.1) yang tidak lalai berkendara.
Kelalaian yang menyebabkan kecelakaan ini sangatlah sering terjadi pada
pengendara disebabkan oleh banyaknya faktor yang mempengaruhi saat
mengemudi dijalan raya, maka untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas
atau mengurangi kelalaian yang terjadi perlulah berhati-hati dan fokus
30

pada saat mengemudi serta beristirahatlah dahulu jika anda mengantuk,


lelah, dan jangan sering ngebut.

2.7 Hipotesis

Pengertian Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2009), hipotesis


merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di
mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang
merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan.

Dalam penelitian ini, hipotesis dikemukakan dengan tujuan untuk


mengarahkan serta memberi pedoman bagi penelitian yang akan dilakukan.
Apabila ternyata hipotesis tidak terbukti dan berarti salah, maka masalah
dapat dipecahkan dengan kebenaran yang ditentukan dari keputusan yang
berhasil dijalankan selama ini. Adapun hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah :
H1 = Diduga karakteristik pengendara berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kecelakaan lalu lintas.
H2 = Diduga perilaku pengendara berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kecelakaan lalu lintas.
H3 = Diduga kondisi jalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kecelakaan lalu lintas.
H4 = Diduga karakteristik pengendara, perilaku pengendara, kondisi
jalan secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kecelakaan lalu lintas.
31

2.8 Alur Pemikiran

Latar Belakang Masalah

Landasan Teori

Metodologi Penelitian

Pengumpulan Data

Karakteristik Perilaku
Pengendara pengendara Kondisi Jalan
(X1) (X2) (X3)

Kecelakaan
Lalu Lintas
(Y)

Pengolahan Data
(data kurang lengkap)

Analisis Data

Implikasi Manajerial

Kesimpulan dan Saran

Gambar 2.1
Alur Pemikiran
32

2.9 Pemikiran Teoritis

X1.1
Karakteristik
X1.2 Pengendara
(X1)
H1
X1.3

Y.1
X2.1

H2
Perilaku Kecelakaan
X2.2 Lalu Lintas Y.2
Pengendara
(X2 (Y)
X2.3 Y.3
H3

X3.1

Kondisi Jalan H4
X3.2 (X3)
H4

X3.3

Keterangan :
= Indikator = Pengukur
H = Hipotesis = Pengaruh
= Variabel

Gambar 2.2
Pemikiran Teoritis
33

Variabel dalam penelitian ini meliputi :


1) Karakteristik Pengendara (X1)
Indikator - indikator karakter pengendara antara lain :
a. (X1.1) sikap pengendara
b. (X1.2) Pengalaman dalam mengendarai
c. (X1.3) jenis kelamin
2) Perilaku Pengendara (X2)
Indikator - indikator sikap pengendara antara lain :
a. (X2.1) Menggunakan telepon genggam saat berkendara
b. (X2.2) Berkendara dalam keadaan mabuk
c. (X2.3) Tidak konsentrasi dalam berkendara
3) Kondisi Jalan (X3)
Indikator - indikator pengetahuan pengendara antara lain :
a. (X3.1) Lebar bahu jalan
b. (X3.2) Jalan bergelombang
c. (X3.3) Jalan berlubang
4) Kecelakaan Lalu Lintas (Y)
Indikator - indikator resiko kecelakaan lalu lintas antara lain :
a. (Y1) Korban kecelakaan lalu lintas meninggal
b. (Y2) Korban luka berat
c. (Y3) Korban luka ringan

Anda mungkin juga menyukai