BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11
12
Faktor jalanan dipengaruhi oleh kebaikan jalan, sarana jalan dan faktor
lingkungan dipengaruhi oleh cuaca dan geografi (Bustan, 2000).
Dalam melakukan suatu analisa kecelakaan lalu lintas diperlukan
pengetahuan mengenai definisi kecelakaan. Kecelakaan merupakan suatu
kejadian tidak direncanakan atau tidak terkendali, ketika aksi atau reaksi
suatu obyek, bahan, atau radiasi menyebabkan cidera atau kemungkinan
cidera (Heinrich, 1980). Kecelakaan tidak terjadi kebetulan melainkan ada
sebabnya. Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus dianalisis
dan ditemukan, agar tindakan korektif kepada penyebab itu dapat dilakukan
serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah. (D.A.
Colling. 1990)
Kecelakaan lalu lintas dapat diartikan sebagai suatu peristiwa di
jalan raya yang tidak disangka – sangka dan tidak disengaja, melibatkan
kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban
manusia atau kerugian harta benda (PP No. 43 Tahun 1993). Berdasarkan
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, mengungkapkan kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan
yang tidak diduga dan tidak disengaja yang melibatkan kendaraan dengan
atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia
dan/atau kerugian harta benda. Kecelakaan lalu lintas adalah kejadian pada
lalu lintas jalan yang sedikitnya melibatkan satu kendaraan yang
menyebabkan cedera atau kerusakan atau kerugian pada pemiliknya
(korban) (WHO, 1984). Kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian yang
sulit diprediksi kapan dan dimana terjadinya. Kecelakaan tidak hanya
trauma, cedera, ataupun kecacatan tetapi juga kematian. Kasus kecelakaan
sulit diminimalisasi dan cenderung meningkat seiring pertambahan panjang
jalan dan banyaknya pergerakan dari kendaraan. (F.D. Hobbs, 1995).
Dari beberapa definisi kecelakaan lalu lintas dapat disimpulkan
bahwa kecelakaan lalu lintas merupakan suatu peristiwa pada lalu lintas
jalan yang tidak diduga dan tidak diinginkan yang sulit diprediksi kapan dan
dimana terjadinya, sedikitnya melibatkan satu kendaraan dengan atau tanpa
14
a) Kecerdasan
Istilah kecerdasan diturunkan dari kata inteligensi. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, inteligensi adalah kemampuan berurusan dengan
abstraksi- abstraksi mempelajari suatu kemampuan menangani situasi-
situasi baru.
Secara umum, kecerdasan (inteligensi) merupakan suatu konsep abstrak
yang diukur secara tidak langsung oleh para psikolog melalui tes
inteligensi untuk mengestimasi proses intelektual / kesanggupan mental
untuk memahami, menganalisis secara kritis cermat dan teliti, serta
menghasilkan ide-ide baru secara efektif dan efisien, sehingga kajian-
kajian kecelakaan yang terkait dengan kecerdasan menunjukkan semakin
tinggi kecerdasan akan semakin baik menganalisis keadaan untuk
mengambil langkah pengemudian kendaraan yang lebih tepat.
b) Motivasi
Pertimbangan motivasi untuk melakukan perjalanan merupakan bagian
dasar perencanaan lalu lintas. Motivasi dipengaruhi oleh kelelahan
suasana batin pengemudi dan kejenuhan sehingga pengemudi menjadi
kurang hati-hati dan beresiko terhadap kecelakaan.
c) Belajar
Untuk bisa mengendalikan kendaraan dalam lalu lintas dengan sempurna,
pengguna jalan senantiasa harus meningkatkan keahliaannya dan
pengetahuannya. Semakin berpengalaman seorang pengemudi semakin
mulus mengemudikan kendaraannya dan semakin rendah pelanggaran
20
2. Emotional Aggression
Merupakan perilaku mendahului kendaraan dengan jarak yang
cukup tetapi dengan kecepatan yang tinggi dengan tujuan
untuk mengejar kendaraan didepan karena adanya pelecehan
yang mengganggu emosi pengendara.
b. Defensive driving behavior
Merupakan perilaku pengemudi yang positif, seperti tidak
mengendarai kendaraan (sepeda motor) disamping mobil
karena sangat berbahaya ketika mobil akan berpindah jalur
ataupun berbelok, memberikan tanda untuk berbelok,
mempertahankan jarak aman untuk kendaraan didepan,
berhenti sebentar sebelum membelok, tidak melanggar lampu
merah, memberikan klakson untuk memperingatkan kendaraan
didepan dan perilaku positif lainnya.
Pengendara berisiko adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan
perilaku pengendara yang berpotensi meningkatkan risiko kecelakaan,
seperti kecepatan melebihi ambang batas, pelanggaran lalu lintas dan sikap
terkait dengan keselamatan Lalu lintas (Yilmaz & Celik, 2006). Remaja
sangat berpotensi menjadi pengendara beresiko. Remaja cenderung
mengadopsi cara berkendaraan penuh risiko dibandingkan orangtua (Deery
& Flides,1999). Hal ini terbukti di lapangan banyak dilihat remaja-remaja
yang berkendara secara agresif, dan penuh resiko, misalkan menyalip
kendaraan yang ada di depan tanpa lampu sen atau menerobos lampu merah.
Pengendara berisiko sangat berbahaya bagi dirinya dan orang lain. Hal ini
karena berpotensi menimbulkan kecelakaaan yang dapat berdampak pada
risiko kematian. Data menunjukkan bahwa kecelakaan lalu lintas
banyak disebabkan oleh ketidakdisplinan pengendara dalam berkendaraan.
Pengendara cenderung mengabaikan keselamatan dirinya dan orang lain.
Secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku pengendara
berisiko pada remaja. Pertama, kepribadian, yaitu bagaimana individu
24
permukaan tanah dan atau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan rel
dan jalan kabel (UU No 22 : 2009).
Sifat – sifat jalan juga berpengaruh dan dapat menjadi penyebab
terjadinya kecelakaan lalu lintas. Sartono (1993) menyatakan, ada beberapa
hal dari bagian jalan yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan,
seperti:
a. Kerusakan pada permukaan jalan (misalnya, terdapat lubang besar yang
sulit dihindari pengemudi).
b. Konstruksi jalan yang rusak / tidak sempurna (misalnya letak bahu jalan
terlalu rendah bila dibandingkan dengan permukaan jalan, lebar
perkerasan dan bahu jalan terlalu sempit untuk berpapasan).
c. Geometrik jalan yang kurang sempurna (misalnya, superelevasi pada
tikungan terlalu curam atau terlalu landai, jari-jari tikungan terlalu kecil,
pandangan bebas pengemudi terlalu sempit, kombinasi alinyemen
vertikal dan horizontal kurang sesuai, penurunan dan kenaikan jalan
terlalu curam, dan lain - lain).
Sedangkan menurut Polwiltabes Semarang, sebab terjadinya
kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh faktor jalan dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Jalan licin
b. Tikungan terlalu tajam
c. Jalur jalan yang menyempit
d. Teknis pengendalian lantas yang kurang tepat (rambu, traffic light, dan
lain - lain)
e. Jalan bergelombang
f. Jalan berlubang
Bahu jalan adalah bagian tepi jalan yang dipergunakan sebagai tempat
untuk kendaraan yang mengalami kerusakan berhenti atau digunakan oleh
kendaraan darurat seperti ambulans, pemadam kebakaran, polisi yang
sedang menuju tempat yang memerlukan bantuan kedaruratan dikala jalan
sedang mengalami tingkat macet yang tinggi.Selain itu bahu juga
26
5. Nasarudintahun (2013)
Dengan judul studi kasus kecelakaan lalu lintas pada pengendara motor
di kecamatan lasusua kabupaten kolaka utara.
Variable independenya adalah, kelalaian pengendara, kondisi kendaraan,
kondisi jalan dan variabel dependennya kecelakaan lalu lintas.
Dari hasil penelitian Jumlah kecelakaan lalu lintas berdasarkan kelalaian
pengendara adalah sebanyak 30 orang (78.9%) yang lalai dan sebanyak 8
orang (21.1) yang tidak lalai berkendara.
Kelalaian yang menyebabkan kecelakaan ini sangatlah sering terjadi pada
pengendara disebabkan oleh banyaknya faktor yang mempengaruhi saat
mengemudi dijalan raya, maka untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas
atau mengurangi kelalaian yang terjadi perlulah berhati-hati dan fokus
30
2.7 Hipotesis
Landasan Teori
Metodologi Penelitian
Pengumpulan Data
Karakteristik Perilaku
Pengendara pengendara Kondisi Jalan
(X1) (X2) (X3)
Kecelakaan
Lalu Lintas
(Y)
Pengolahan Data
(data kurang lengkap)
Analisis Data
Implikasi Manajerial
Gambar 2.1
Alur Pemikiran
32
X1.1
Karakteristik
X1.2 Pengendara
(X1)
H1
X1.3
Y.1
X2.1
H2
Perilaku Kecelakaan
X2.2 Lalu Lintas Y.2
Pengendara
(X2 (Y)
X2.3 Y.3
H3
X3.1
Kondisi Jalan H4
X3.2 (X3)
H4
X3.3
Keterangan :
= Indikator = Pengukur
H = Hipotesis = Pengaruh
= Variabel
Gambar 2.2
Pemikiran Teoritis
33