Anda di halaman 1dari 7

Definisi Evakuasi

Istilah evakuasi dapat diartikan luas atau sempit, istilah evakuasi korban diartikan
sebagai upaya memindahkan korban ke pusat pelayanan kesehatan atau tempat
rujukan lainnya agar korban mendapatkan perawatan dan pengobatan lebih lanjut.
Evakuasi korban merupakan kegiatan memindahkan korban dari lokasi kejadian
menuju ke tempat aman, sehinggga akhirnya korban mendapatkan perawatan dan
pengobatan lebih lanjut. (Ramsi,et al ,2014).

Dalam proses evakuasi dari lokasi kecelakaan, penanganan pertolongan pertama


yang cepat sangat penting. Dalam kasus gangguan sirkulasi dan pernapasan,
gangguan klinis, perdarahan, fraktur terbuka dan tertutup, luka bakar termal dan
terkena cairan kimia, keterlambatan dalam memberikan bantuan dengan cepat
menyebabkan kemunduran yang signifikan pada kondisi tubuh dan bahkan bisa
sampai mengakibatkan kematian (Kochadze, 2019)

Penyebab kematian dan kecacatan pada korban kecelakaan lalu lintas sebagian
besar disebabkan oleh kesalahan dalam pertolongan pertama kepada korban
kecelakaan. Bantuan pertama yang dimaksud di sini termasuk 1. Kesalahan
evakuasi, 2. Kesalahan resusitasi dan 3. Kesalahan dalam belat. Kesalahan
evakuasi adalah yang paling umum dalam pertolongan pertama pra-rumah sakit/
pre-transfer di masyarakat.

Oleh karena itu upaya menangani kasus gawat darurat ini dalam situasi dan
keadaan tertentu sangat penting, misalnya saat evakuasi korban gawat darurat,
ketika korban harus mendapatkan perawatan dan pengobatan di rumah sakit
sehingga evakuasi korban harus dilakukan nsecara cepat dan dan waspada serta
diusahakan tidak memperburuk keadaaan korban atau menambah cedera baru.
(Ramsi,et al ,2014)

Definisi Kecelakaan Lalu Lintas/Di Darat

Kecelakaan Lalu Lintas merupakaan suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga
dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa Pengguna Jalan
lainnya mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda (PP No. 22
Tahun 2009).

Definisi lain dari kecelakaan adalah suatu kecelakaan jalan yang berakibat
terjadinya korban luka yang diakibatkan oleh suatu kendaraan atau lebih yang
terjadi di jalan raya, dan didata polisi (Azizirrahman, Normelani, Arisanty, Lintas,
& Kecelakaan, 2015).

Tipe Dan Karakteristik Kecelakaan

Menurut Abubakar (1996), dalam Mayuna (2011) secara garis besar


pengelompokan kecelakaan berdasarkan proses terjadinya adalah:

1. Kecelakaan tunggal (KT), yaitu kecelakaan tunggal yang dialami oleh satu
kendaraan.
2. Kecelakaan pejalan kaki (KPK), yaitu kecelakaan tunggal yang melibatkan
pejalan kaki.
3. Kecelakaan membelok dua kendaraan (KMDK), yaitu kejadian kecelakaan
pada saat melakukan gerakan membelok dan hanya dua kendaraan yang
membelok.
4. Kecelakaan membelok lebih dari dua kendaraan (KMLDK), yaitu kejadian
kecelekaan pada saat melakukan gerakan membelok dan lebih dari dua
kendaraan yang terlibat.
5. Kecelakaan tanpa ada gerakan membelok dua kendaraan (KDK), yaitu
kejadiaan kecelakaan pada saat berjalan lurus atau kejadiaan kecelakaan tanpa
ada gerakan dan hanya dua kendaraan yang terlibat.
6. Kecelakaan tanpa membelok lebih dari dua kendaraan (KLDK) yaitu
kejadiaan kecelakaaan pada saat berjalan lurus atau kecelakaan yang terjadi
tanpa ada gerakan membelok dan lebih dari dua kendaraan yang terlibat.

Klasifikasi Kecelakaan

Secara garis besar karakteristik kecelakaan menurut tabrakan dapat


diklasifikasikan dengan dasar yang seragam (Fachrurozy, 1986, dalam Mayuna,
2011):
1. Rear-angle (Ra), tabrakan antara kendaraan yang bergerak pada arah yang
berbeda, tidak berlawanan arah, kecuali pada sudut kanan.
2. Rear-end (Re), kendaraan menabrak dari belakang kendaraan lain yang
bergerak searah, kecuali pada jalur yang sama.
3. Sideswipe (Ss), kendaraan yang menabrak kendaraan lain dari samping ketika
berjalan pada arah yang sama, atau pada arah yang berlawanan, kecuali pada
jalur yang berbeda.
4. Head on (Ho), tabrakan antara kendaraan yang berjalan pada arah yang
berlawan.
5. Backing, tabrakan secara mundur.

Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas

Faktor-faktor penyebab kecelakaan biasanya diklasifikasikan identik dengan


unsur-unsur transportasi yaitu (Dishub, 2006)

1. Faktor manusia, manusia sebagai pemakai jalan yaitu sebagai pejalan kaki
dan pengendara kendaraan. Pejalan kaki tersebut menjadi korban kecelakaan
dan dapat juga menjadi penyebab kecelakaan. Pengemudi kendaraan
merupakan penyebab kecelakaan yang utama, sehingga paling sering
diperhatikan.
2. Faktor kendaraan, kendaraan bermotor sebagai hasil produksi suatu pabrik,
telah dirancang dengan suatu nilai faktor keamanan untuk menjamin
keselamatan bagi pengendaranya, kendaraan harus siap pakai, oleh karena itu
kendaraan harus dipelihara dengan baik sehingga semua bagian mobil
berfungsi dengan baik, seperti mesin, rem kendali, ban, lampu, kaca spion,
sabuk pengaman, dan alat-alat mobil. Dengan demikian pemeliharaan
kendaraan tersebut diharapkan dapat:
a. Mengurangi jumlah kecelakaan
b. Mengurangi jumlah korban kecelakaan pada pemakai jalan lainnya.
c. Mengurangi besar kerusakan pada kendaraan bermotor.
3. Faktor kondisi jalan, sangat berpengaruh sebagai penyebab kecelakaan lalu
lintas. Kondisi jalan yang rusak dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas.
Begitu juga tidak berfungsinya marka, rambu dan sinyal lalu lintas dengan
optimal juga dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Ahli jalan raya dan
ahli lalu lintas merencanakan jalan dan rambu-rambunya denga spesifikasi
standar, dilaksanakan dengan cara yang benar dan perawatan secukupnya,
dengan harapan keselamatan akan didapatkan dengan demikian.
4. Faktor Lingkungan jalan, jalan dibuat untuk menghubungkan suatu tempat
ketempat lain dari berbagai lokasi baik di dalam kota maupun di luar kota.
Berbagai faktor lingkungan jalan yang sangat mempengaruhi dalam kegiatan
berlalulintas. Hal ini mempengaruhi pengemudi dalam mengatur kecepatan
(mempercepat, memperlambat, berhenti) juka menghadapi situasi seperti :
a. Lokasi Jalan: 1) di dalam kota (di daerah pasar, pertokoan,
perkantoran, sekolah, perumahan), 2) di luar kota (pedesaan).
b. Iklim, indonesia mengalami musim hujan dan musim kemarau yang
mengundang perhatian pengemudi untuk waspada dalam
mengemudikan kendaraannya.
c. Volume Lalu Lintas, berdasarkan pengamatan diketahui bahwa makin
padat lalu lintas jalan, makin banyak pula kecelakaan yang terjadi,
akan tetapi kerusakan fatal, makin sepi lalu lintas makin sedikit
kemungkinan kecelakaan akan tetapi fatalitas akan semakin tinggi.
Adanya komposisi lalu lintas seperti tersebut diatas, diharapkan pada
pengemudi yang sedang mengendarai kendaraannya agar selalu
berhati-hati dengan keadaan tersebut.

Syarat Korban Untuk Dapat di Evakuasi

a. Penilaian awal sudah dilakukan lengkap, dan keaadan umum korban dipantau
terus.
b. Denyut nadi dan napas korban stabil dan dalam batas normal.
c. Perdarahan yang sudah diatasi dan dikendalikan.
d. Patah tulang yang ada sudah ditangani.
e. Mutlak tidak ada cedera.
f. Rute yang dilalui memungkinkan dan tidak membahayakan penolong dan
korban.

Posisi Korban Pada Saat Diberi Tindakan (Wartatmo,et al,2017)

1. Korban duduk
Pada kecelakaan lalu lintas sering terjadi pada korban yang masih berada di
dalam kendaraan. Sebelum melakukan evakuasi korban, penolong harus
menentukan apakah penolong dalam keadaan stabil atau tidak stabil, apakah
perlu evakuasi segera.
2. Korban berbaring
Pada saat kejadian kecelakaan sehari-hari mungkin didapatkan korban pada
posisi berbaring, tetapi mungkin dalam posisi terlentang atau mungkin juga
dalam posisi tertutup. Pada saat melakukan pemindahan perhatikan adakah
kemungkinan cedera pada tulang belakang atau tidak. Bila terdapat fraktur
tulang atau dicurigai adanya fraktur lakukan immobilisasi dahulu sebelum
pengangkatan pasien.
3. Korban yang menggunakan helmet
Pada kecelakaan lalu lintas terutama pasien dengan kendaraan roda dua yang
menggunakan helm. Bila dalam keadaan tidak sadar dan menggunakan helm,
maka helm harus dibuka terlebih dahulu. Helm dengan bagian muka terbuka
mungkin tidak ada masalah untuk membukanya, tetapi jenis helm yang
tertutup seluruhnya, perlu cara khusus untuk membukanya. Pada saat
membuka harus ditentukan adakah kemungkinan/dugaan fraktur pada tulang
leher, lakukan immobilisasi kepala pada saat membuka helm kemudian
pasang collar splint (alat penyangga leher) pada saat melakukan prosedur
pemeriksaan lain.
Macam-macam Situasi Pemindahan Pasien (Wartatmo,et al,2017)
Seberapa cepat anda harus memindahkan penderita? Haruskah menyelesaikan
masalah sebelum memindahkan penderita? Berapa lama waktu yang harus
dihabiskan dalam waktu perlindungan spinal dan keamanan penderita lain?
Jawabannya adalah tergantung pada situasi.
a. Pemindahan Darurat (Emergency)
terdapat 3 situasi yang memerlukan penerapan pemindahan darurat.
1. Tempat kejadian berbahaya. Bahaya mengharuskan untuk memindahka
penderita dengan cepat untuk melindungi penolong dan penderita. Hal ini
dapat terjadi jika terdapat lalu lintas yang tidak terkontrol, api atau
ancaman api, kemungkinan ledakan, bahaya listrik, gas beracun atau
radiasi.
2. Perawatan kondisi yang mengancam hidup memerlukan resusitasi.
Penolong mungkin harus memindahkan penderita ke permukaan yang
keras dan rata untuk melakukan RJP atau penolong mungkin harus
memindahkan penderita untuk menolong perdarahan yang mengancam
hidup.
3. Penolong harus menolong penderita lain. Jika ada penderita lain pada
tempat kejadian yang memerlukan perawatan untuk masalah yang
mengancam hidup, penolong mungkin harus memindahkan penderita lain
untuk memeriksa penderita dengan kondisi yang mengancam hidup.
b. Pemindahan mendesak (urgency)
Pemindahan mendesak diperlukan ketika penderita harus dipindahkan dengan
cepat untuk mengatasi bahaya yang mengancam hidup, namun tidak seperti
pemindahan darurat, pemindahan ini dilakukan dengan tindakan pencegahan
cedera tulang belakang. Contoh kondisi dimana pemindahan mendesak
diperlukan antara lain:
1. Perawatan kondisi penderita memerlukan pemindahan. Penderita harus
dipindahkan untuk memperbaiki pernafasan yang tidak adekuat atau
mengobati shock atau gangguan status kejiwaan.
2. Faktor faktor pada tempat kejadian menyebabkan kondisi penderita
menurun. Jika kondisi penderita menurun dengan cepat karena panas atau
dingin, misalnya, dia harus mungkin dipindahkan.
3. Memindahkan penderita ke papan spinal yang panjang, juga disebut
papan (long spine board), merupakan pemindahan mendesak yang
digunakan ketika terdapat bahaya yang mengancam hidup dan kecurigaan
cedera spinal. Jika penderita telentang pada tanah, maneuver log roll
(menggulingkan) harus dilakukan untuk memindahkan penderita ke
samping. Papan spinal kemudian di tempatkan di dekat tubuh penderita
lalu di gulingkan kembali ke papan. Setelah penderita aman dan
diimobilisasi ke papan spinal, papan dan penderita diangkat bersamaan ke
tandu dan dimasukkan ke ambulans.
c. Pemindahan tidak mendesak
Ketika tidak ada bahaya yang mengancam hidup, penderita harus dipindahkan
ketika transportasi sudah tersedia, menggunakan pemindahan tidak mendesak.
Pemeriksaan pada tempat kejadian dan perawatan pada tempat kejadian yang
diperlukan, seperti pembidaian, harus dilakukan terlebih dahulu. Pemindahan
tidak mendesak harus dilakukan untuk mencegah cedera atau cedera
tambahan pada penderita dan untuk menghindari ketidaknyamanan dan nyeri.

DAFTAR PUSTAKA:
Lestari, Tina. 2020. Studi Literatur Pengaruh Pelatihan Evakuasi Korban
Dengan Metode Simulasi Terhadap Keterampilan Skill Evakuasi Dan
Transportasi Korban Kecelakaan Lalu Lintas Pada Anggota Pemadam
Kebakaran. Skripsi. Banjarmasih: Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
Diakses melalui: http://eprints.umbjm.ac.id/1176/

Anda mungkin juga menyukai