Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Jalan Raya

Oleh :

Erryvan Nugroho
1110121017
4 D4 Elektronika A

Dosen :

Budi Nur Iman

PRODI D4 TEKNIK ELEKTRONIKA


DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kasus kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan serius yang menjadi
masalah kesehatan di negara maju maupun berkembang. Di negara berkembang
seperti Indonesia, perkembangan ekonomi dan industri memberikan dampak
kecelakaan lalu lintas yang cenderung semakin meningkat.
Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pertambahan jumlah
kendaraan (14-15% per tahun) dengan pertambahan prasarana jalan hanya sebesar
4% per tahun. Lebih dari 80% pasien yang masuk keruang gawat darurat adalah
disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, berupa tabrakan sepeda motor, mobil,
sepeda, dan penyeberang jalan yang ditabrak. Sisanya merupakan kecelakaan yang
disebabkan oleh jatuh dari ketinggian, tertimpa benda, olah raga, dan korban
kekerasan.
Indonesia dewasa ini menghadapi permasalahan kecelakaan lalu lintas jalan
yang cukup serius, menurut data dari Mabes Polri setiap tahun tercatat 9.856 orang
meninggal akibat kecelakaan lalu lintas jalan tersebut. Tingginya korban kecelakaan
tersebut disadari telah mendorong tingginya biaya pemakai jalan, dan secara
ekonomi
Hingga saat ini kecelakaan jalan raya masih memegang predikat pembunuh
terbesar ketiga di dunia, setelah penyakit jantung dan TBC. Data Kepolisian RI tahun
2009 menyebutkan, sepanjang tahun itu terjadi sedikitnya 57.726 kasus kecelakaan
di jalan raya. Artinya, dalam setiap 9,1 menit sekali terjadi satu kasus kecelakaan.
Kemudian di tahun 2010 Kepolisian Republik Indonesia (Polri) melaporkan jumlah
kematian akibat kecelakaan lalu lintas mencapai 31.186 jiwa. Rata-rata sebanyak 84
orang meninggal setiap harinya atau antara tiga hingga empat orang setiap jamnya.
Masalah dan beban karena kecelakaan lalu lintas bervariasi menurut wilayah
secara geografi. Lebih dari separuh kematian karena kecelakaan lalu lintas jalan
terjadi di Asia Tenggara dan wilayah Pasifik Barat dan angka tertinggi kecelakaan
terjadi di wilayah Afrika.
Risiko kecelakaan lalu lintas bervariasi menurut tingkat ekonomi negara. Di
negara-negara dengan tingkat ekonomi tinggi, mayoritas korban kecelakaan lalu

lintas adalah pengemudi dan penumpang, sedangkan di negara dengan tingkat


ekonomi rendah sampai sedang, sebagaian besar kematian terjadi pada pejalan
kaki, pengendara sepeda motor, dan pemakai kendaraan umum. Di Indonesia,
sebagian besar (70%) korban kecelakaan lalu lintas adalah pengendara sepeda
motor dengan golongan umur 15-55 tahun dan berpenghasilan rendah, dan cedera
kepala merupakan urutan pertama dari semua jenis cedera yang dialami korban
kecelakaan. Proporsi disabilitas (ketidakmampuan) dan angka kematian karena
kecelakaan

masih

cukup

tinggi

yaitu

sebesar

25%

dan

upaya

untuk

mengendalikannya dapat dilakukan melalui tatalaksana penanganan korban


kecelakaan di tempat kejadian kecelakaan maupun setelah sampai di sarana
pelayanan kesehatan.
Sedangkan di dunia oleh Badan kesehatan dunia WHO mencatat, hingga
saat ini lebih dari 1,2 juta nyawa hilang di jalan raya dalam setahun, dan sebanyak
50 juta orang lainnya menderita luka berat. Dari seluruh kasus kecelakaan yang ada,
90 persen di antaranya terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia.
1.2 Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Untuk mengetahui definisi kecelakaan lalu lintas.


Untuk mengetahui cara inspeksi kendaraan.
Untuk mengetahui aturan umum keselamatan berkendara.
Untuk mengetahui aturan batas kecepatan.
Untuk mengetahui APD bagi pengendara di lalu lintas.
Untuk mengetahui contoh kasus kecelakaan di lalu lintas.
Untuk mengetahui resiko terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Untuk mengetahui upaya pengendalian risiko kecelakaan lalu lintas.
Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan mengurangi resiko kecelakaan.

1.3 Rumusan Masalah


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Menjelaskan definisi kecelakaan lalu lintas.


Mengetahui cara inspeksi kendaraan
Mengetahui aturan umum keselamatan berkendara.
Menjelaskan aturan batas kecepatan.
Menjelaskan APD bagi pengendara di lalu lintas.
Dapat mengetahui contoh kasus kecelakaan di lalu lintas.
Menjelaskan faktor resiko terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Mengetahui upaya pengendalian faktor risiko kecelakaan lalu lintas.
Menjelaskan pelaksanaan kegiatan mengurangi faktor resiko.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Menurut UU NO.22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, Pasal
1 No.24 disebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan
yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa
pengguna jalan yang lain yang mengakibatkan korban manusia dan atau kerugian
harta benda.
Kecelakaan lalu lintas dapat terjadi kapan saja. Namun terdapat saat-saat
dimana jumlah dapat meningkat seperti pada saat menjelang Idul fitri dimana terjadi
arus mudik besar-besaran. Sekitar 70 persen kecelakaan lalu lintas (lakalantas) di
jalan raya di Indonesia disebabkan oleh para pengendara sepeda motor, menurut
pakar transportasi,
Berdasarkan UU NO.22 Tahun 2009 Pasal 229 No.1-5 membagi kecelakaan
lalu lintas sendiri menjadi 3, yaitu:
a.

Kecelakaan lalu lintas ringan, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan


kendaraan dan/atau barang.

b.

Kecelakaan lalu lintas sedang, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan
dan kerusakan kendaraan dan/atau barang.

c.

Kecelakaan lalu lintas berat, yaitu merupakan kecelakaan yang mengakibatkan


korban meninggal dunia atau luka berat.

2.2 Inspeksi Kendaraan


Kenapa pemeriksaan kendaraan harus di lakukan secara berkala :
Tentunya untuk keselamatan transportasi darat saat memulai aktifitas
berkendara, yang telah tercantum dalam peraturan pemrintah pusat maupun
pemerintah daerah, serta peraturan atau kewajiban yang harus di patuhi dan di
miliki oleh setiap pelaku usaha transportasi atau logistic.
Membentuk dan membina pengendara agar lebih professional sehingga
mengerti dan paham tindakan pengemudi akan mempengaruhi keselamatan orang
lain di jalan raya.
Hal yang harus di perhatikan penjadwalan pemeriksaan berkala :

Pemeriksaan hariaN
Pemeriksaan mingguan
Pemeriksaan bulanan
Pemeriksaan tahunan

Hal yang harus dilakukan dalam pemeriksaan sebelum beraktifitas di jalan raya:
Memeriksa secara visual bagian luar kendaraan amati dan cermati sedetail
mungkin.
Memeriksa secara cermat di bagian mesin.
Memeriksa dokumen / surat-surat kendaraan.
Memeriksa
sistem
operasional
kendaraan

dan

memeriksa

peralatan/perlengkapan kendaraan untuk saat terjadi keadaan darurat.


Instrument kendaraan yang wajib di perhatikan dalam pengecekan :
Cek keadaan mesin, apakah ada bekas tetesan pelumas atau air.
Cek volume pelumas mesin dan air radiator dll.
Cek instrument elektrikal kendaraan.
Yang terakhir adalah memastikan kendaraan siap untuk beroperasi dengan
mengecek kembali tekanan angin ban dan memeriksa kembali seluruh kendaraan
secara visual dengan cermat dan teliti.
2.3 Aturan Umum Keselamatan Berkendara
1. Pastikan anda telah mengikuti pelatihan atau kursus mengemudi yang
sesuai, dan secara legal kemampuan ada diotorisasi dengan bukti Surat Izin
Mengemudi (SIM) diperlukan untuk mengoperasikan kendaraan.
2. Sebelum memasuki kendaraan, berjalanlah mengelilingi mesin, pastikan tidak
ada orang yang berada di daerah blind spot atau titik buta disekitar
kendaraan anda.
3. Jangan paksakan kendaraan untuk dikemudikan apabila ada masalah rem,
ban, steering (kemudi), klakson, kerusakan kaca spion, kurang bahan bakar
dan lampu kendaraan mati pada malam hari.
4. Datanglah ke bengkel mobil resmi untuk berkonsultasi menyakinkan seluruh
kendaraan dan perlengkapannya telah memenuhi standard keselamatan dan
persyaratan operasi.
5. Seluruh pengemudi di lalu lintas umum harus memperlihatkan kemampuan
mengemudi yang aman dan berkelakuan baik selama mengemudi (tidak

mabuk alkohol & obat-obatan terlarang, mematuhi seluruh rambu lalu lintas,
memprioritaskan pejalan kaki).
6. Seluruh pengemudi di lalu lintas umum harus patuh pada peraturan yang
berlaku dan peraturan pemerintah sebagai syarat minimum.
7. Sabuk Keselamatan (seat belt) harus digunakan ketika mengendarai
kendaraan bermotor. Jika anda pengemudi, dilarang menjalankan kendaraan
sebelum semua penumpang dalam keadaan aman.
8. Laporkan segera setiap kecelakaan atau tindakan/perilaku tidak aman
selama mengendarai kendaraan.
2.4 Aturan Batas Kecepatan
1. Batas kecepatan maksimum tersedia di ruas jalan, semua sopir atau
pengemudi wajib mengikutinya. Dilarang melampaui batas kecepatan harus
mengemudi di batas yang sudah ditentukan.
2. Bila jarak pandang tidak jelas atau kondisi jalan buruk dan licin, batas
kecepatan maksimum dikurangi sampai cukup aman untuk kondisi yang
sedang dihadapi.
3. Kecepatan kendaraan yang melintasi jalan umum harus disesuaikan dengan
arus lalu lintas dan tidak boleh terlalu pelan hingga mengganggu perjalanan
kendaraan lainnya.
2.5 APD Bagi Pengendara Di Lalu Lintas
Pakaian

dan

peralatan

pelindung

untuk

pengendara

motor:

Studi menunjukkan bahwa kepala, lengan dan kaki yang paling sering terluka dalam
kecelakaan. Pakaian dan peralatan pelindung memberikan perlindungan tiga kali
lipat lebih baik bagi pengendara sepeda motor: Kenyamanan dan perlindungan dari
unsur-unsur berbahaya, beraneka ukuran untuk perlindungan cedera, dan melalui
penggunaan warna atau bahan reflektif, memberikan sinyal bagi pengendara motor
lain untuk melihat sepeda motor.
Helm
Ini

adalah

bagian

paling

penting

dari

peralatan.

Helm

pengaman

menyelamatkan nyawa dengan mengurangi tingkat cedera kepala dalam peristiwa

kecelakaan. Helm yang baik banyak tersedia. Pastikan cocok dengan nyaman dan
pas, dan diikat untuk naik. Dalam memilih helm, mencari label SNI di helm. Label
SNI pada helm merupakan sertifikasi produsen helm yang sesuai dengan standar
mutu. Di banyak negara, penggunaan helm bagi pengendara motor diwajibkan oleh
hukum. Penumpang juga harus memakai helm.
Perlindungan mata
Sejak sepeda motor banyak yang tidak memiliki kaca depan, pengendara
motor harus melindungi mata mereka terhadap serangga, kotoran, batu atau bahan
udara lainnya. Bahkan angin yang dapat menyebabkan mata mengeluarkan air
mata dan mengaburkan penglihatan, dan penglihatan yang baik adalah penting
ketika mengendarai motor. Pilih kacamata berkualitas baik, kacamata dengan lensa
plastik cukup aman, atau helm yang dilengkapi dengan pelindung wajah.
Pelindungan alat pengindraan (mata), mata kita sangat sensitif terhadap
benda dan zat yang ada disekitar kita. Maka kita harus mengunakan kaca pelindung
mata (safety glasses).
Jaket dan Celana
Pakaian yang dikenakan saat mengendarai sepeda motor harus menyediakan
beberapa ukuran perlindungan dari abrasi dalam hal tumpahan. Ini harus menjadi
bahan yang tahan lama (misalnya, bahan sintetis khusus atau kulit). Jaket harus
memiliki lengan panjang.
2.6 Contoh Kasus Kecelakaan Di Lalu Lintas
Salah satu kasus kecelakaan yang menarik perhatian massa di Indonesia
yakni pada 22 Januari 2012 adalah kasus tabrakan pengemudi mobil yang
menabrak 12 pejalan kaki. Akibatnya, 5 orang tewas di lokasi, 4 orang tewas dalam
perawatan pertolongan di RSPAD Gatot Soebroto, dan 3 orang luka berat.
Berdasarkan pengusutan polisi terbukti bahwa hasil tes urine pengemudi
tersebut menunjukkan kandungan metamfetamin, yang unsur ini bisa ditemukan
pada ekstasi dan sabu. Tersangka juga mengaku minum minuman beralkohol, yakni
Whisky dan bir sebelum kejadian. Tersangka pengemudi mobil maut itu menjadi
hilang kendali diri dalam mengemudi.

Kasus Afriyani, merupakan tanda orang yang tidak mengikuti aturan yang
berlaku. Apalagi Afriyani juga tidak memiliki kemampuan mengemudikan kendaraan
secara baik karena terpengaruh oleh obat dan alkohol. Kesalahan yang dilakukan
Afriyani bisa berlipat ganda, yakni tidak mengikuti aturan dan tidak berkesadaran
penuh dalam mengemudi.
2.7 Data Kecelakaan di Indonesia Tahun 2000-2013

Data Korlantas Polri 2011-2013 menyatakan bahwa tingkat kecelakaan sebesar


34,48% terjadi pada pagi hari dan 24,14% pada sore hari. Berdasarkan jenis kendaraan
yang mengalami kecelakaan adalah sepeda motor sebesar 52,5%, mobil pribadi 20%, truk
17,5% dan bus 10%. Sementara usia korban berkisar 15-29 tahun (46,89%) dan 30-50
tahun (21,52%) dengan profesi karyawan/swasta sebesar 55%, PNS 17%, pelajar/
mahasiswa 17%, dan pengemudi 10%. Sedangkan faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu
lintas terutama akibat tidak tertib sebanyak 27.035 kasus, akibat lengah 21.073 kasus, dan
melebihi batas kecepatan 9.278 kasus

Pemerintah sebagai penyelenggara negara, turut berupaya untuk meminimalisir


tingginya angka kecelakaan di Indonesia. Melalui program Dekade Keselamatan Jalan 20112020, yang dicanangkan oleh Wakil Presiden di Jakarta pada 20 Juni 2011 lalu, pemerintah
menargetkan penurunan fatalitas hingga 50 persen pada 2020. Dengan tahun basis 2010
yang menelan 31.234 korban jiwa, pada 2020 fatalitas atau korban jiwa kecelakaan lalu
lintas harus ditekan hingga dibawah 15.000 jiwa. Untuk mewujudkan Dekade Keselamatan
Jalan Indonesia pada 2020, selain menjadi tanggungjawab pemerintah, juga dibutuhkan
peran masyarakat, produsen kendaraan dan pihak terkait lainnya untuk ikut menciptakan
pengguna jalan yang berkeselamatan sebagaimana diamanatkan UU No. 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU LLAJ).

2.7.1 Analisa Resiko Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas


Dari seluruh kecelakaan yang terjadi di jalan raya, faktor kelalaian manusia
(human error) memiliki kontribusi paling tinggi. Yaitu mencapai antara 80-90 persen
dibandingkan faktor ketidaklaikan sarana kendaraan yang berkisar antara 5-10
persen, maupun akibat kerusakan infrastruktur jalan (10-20 persen). (Departemen
Perhubungan, 2010)
Tiga faktor utama penyebab terjadinya kecelakaan yaitu manusia, kendaraan,
dan lingkungan (lingkungan fisik dan ekonomi).

Tabel : Tiga faktor utama penyebab terjadinya kecelakaan

Tahap

Manusia

Kendaraan

Pra
Apakah manusia lebih
Kecelakaan rentan atau tidak
terhadap faktor resiko

Apakah
kendaraan layak
jalan (tidak
membahayakan)

Saat
Apakah manusia dapat
Kecelakaan menerima/mentoleransi
benturan akibat
kecelakaan

Apakah
kendaraan bisa
memberikan
perlindungan
terhadap
kecelakaan
Apakah kondisi
kendaraan
berperan
terhadap tingkat
keparahan
cedera akibat
kecelakaan

Pasca
Bagimana tingkat
Kecelakaan keparahan cedera
akibat kecelakaan

Lingkungan
Fisik
Sosial
(Prasarana)
Ekonomi
Apakah
Apakah
lingkungan
sosial
(prasaranan
ekonomi
berbahaya)
menambah
resiko
Apakah
Apakah
lingkungan
sosial
berperan
ekonomi
terjadinya
berperan
cedera
terjadinya
cedera
Apakah
Apakah
lingkungan
ekonomi
menambah
sosial
keparahan
mendukung
cedera
terhadap
akibat
pemulihan
kecelakaan
cedera
akibat
kecelakaan

Penjelasan matriks di atas dijabarkan dalam butir-butir di bawah ini:


Faktor-Faktor
Tahap
Kendaraan dan
Lingkungan
Manusia
Peralatan
(Prasarana)
Pra
Pencegahan Informasi
Kelayakan kendaraan Desain jalan dan
kecelakaan kecelakaan Perilaku
permukaan jalan
Tersedianya alat

Rambu lau lintas


ketidakmampuan
tangkap darurat
dan marka jalan
Pembinaan oleh Cara dan kesesuaian
Fasilitas bagi
polisi
angkut
pejalan kaki
Saat
Pencegahan Penggunaan alat Alat pelindung diri
Fasilitas
kecelakaan cedera saat pelindung diri
perlengkapan
Alat kemudahan
KKL
(APD)
jalan tersedia dan
penyelamatan
berfungsi
Resiko kebakaran
tangkap darurat
berfungsi
Desain perlindungan

KKL
Kelanjutan Kemampuan
kehidupan pertolongan awal
Akses ke
pelayanan
kesehatan

Pasca
Kecelakaan

Aksesibilitas ke
lokasi kecelakaan

Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan 4 elemen utama resiko terjadi


kecelakaan.
1. Elemen yang mempengaruhi paparan faktor resiko
Faktor ekonomi berpengaruh dalam terjadinya kecelakaan lalu lintas, di mana
terdapat penelitian yang menunjukkan semakin tinggi tingkat kesejahteraan atau
kemakmuran suatu negara semakin tinggi tingkat mobilitas orang dan kendaraan
yang berakibat probabilitas kecelakaan semakin tinggi pula.
Faktor kependudukan berpengaruh terhadap KLL, dimana di negara berkembang
mayoritas penduduk usia muda (15-44 tahun) lebih berisiko mengalami
kecelakaan disebabkan mobilitasnya yang tinggi sebagai pekerja.
Penyimpangan pemanfaatan tata guna lahan dapat menyebabkan kemacetan,
perpanjangan waktu tempuh dan jenis kendaraan angkutan, seperti :
A. Belum dilakukannya audit keselamatan jalan (rambu lalu lintas, marka
jalan dan geometrik jalan)
B. Penggunaan jalan seharusnya sesuai dengan fungsinya, sebagai
contoh jalan tol yang cukup panjang jarak tempuhnya, hanya cocok
untuk kendaraan roda 4 ke atas dengan kecepatan tertentu (60-80
km/jam)
C. Kurangnya keterpaduan penataan fungsi dengan batasan kecepatan
kendaraan. Pada jalan yang melalui daerah padat penduduk
seharusnya diberikan batas kecepatan tertentu.
2. Elemen mempengaruhinya terjadinya KLL (Pra Kecelakaan)
1. Pelanggar batas kecepatan yaitu kecepatan kendaraan yang tidak sesuai
dengan jenis jalan, misalnya kecepatan tinggi lebih berisiko terhadap KLL.
Berdasarkan penelitian WHO rata-rata kenaikan kecepatan 1 km/jam
berkorelasi

terhadap

menyebabkan cedera.

3%

peningkatan

resiko

kejadian

KLL

yang

2. Pemakaian obat dan penyalahgunaan alkohol, yang dapat mengurangi


kewaspadaan dalam mengemudi lebih berisiko tinggi terhadap KLL.
3. Kelelahan baik fisik dan psikis berpengaruh terhadap stamina sehingga
mengurangi kewaspadaan dalam mengemudi.
4. Beberapa faktor yang mempengaruhi adalah faktor waktu, faktor lingkungan
dan faktor mengantuk.
5. Penyakit tertentu yang diidap pengemudi (epilepsi, penyakit jantung, DM
dengan neuropati).
6. Pemakai jalan berusia muda cenderung emosional sehingga lebih berisiko
tinggi mengalami KLL.
7. Kelompok masyarakat yang lebih berisiko KLL adalah dari daerah urban dan
area perumahan.
8. Berlalu lintas di kegelapan lebih berisiko. Kecelakaan KLL adalah dari daerah
urban dan area perumahan.
9. Berlalu lintas di kegelapan lebih berisiko. Kecelakaan di malam hari
mengakibatkan cedera yang lebih parah 1,53 kali dibandingkan siang hari.
10. Faktor kendaraan dan perawatan berkala mempengaruhi KLL.
11. Disain jalan, permukaan jalan dan perawatan jalan yang kurang, dapat
membahayakan penggunaan jalan.
12. Keterbatasan jarak pandang akibat faktor lingkungan, menyebabkan kesulitan
untuk mendeteksi pemakai jalan lain.
13. Kurang tajamnya penglihatan pengemudi, berpengaruh pada keselamatan
contohnya pada pengemudi dengan katarak, rabun jauh-dekat tanpa alat
bantu dan penyakit kronis (jantung, epilepsi, diabetes).
3. Elemen mempengaruhi keparahan saat KLL
A. Kemampuan bertoleransi terhadap benturan akibat kecelakaan
B. Kecepatan kendaraan yang tidak sesuai, kecepatan berbanding lurus dengan
tingkat keparahan KLL. Berdasarkan data WHO rata-rata kenaikan kecepatan
1 km/jam menyebabkan kenaikan risiko keparahan sebesar 4%-5%.
C. Tidak menggunakan sabuk keselamatan
D. Tidak menggunakan helm saat mengendarai kendaraan bermotor roda, atau
penggunaan helm tidak benar berisiko 2,54 kali mengalami cedera yang
parah.

E. Badan jalan tidak dilengkapi dengan pengaman jalan.


F. Kurangnya alat proteksi bagi penumpang saat kecelakaan lalu lintas dari
himpitan kendaraan yang ditumpanginya.
G. Konsumsi alkohol dan obat lain yang mempunyai efek kantuk.
4. Elemen yang mempengaruhi tingkat keparahan pasca kecelakaan lalu lintas:
A. Keterlambatan deteksi akibat kecelakaan lalu lintas, contoh: korban
kecelakaan tabrak lari di tempat yang sepi.
B. Kebakaran akibat kecelakaan lalu lintas
C. Kebocoran bahan-bahan berbahaya dan beracun
D. Konsumsi alkohol dan obat yang mempunyai efek ngantuk.
E. Kesulitan penyelamatan dan evekuasi korban KLL dari kendaraan
F. Penanganan pra rumah sakit yang kurang memadai, dari tempat kejadian
sampai pelayanan kesehatan.
G. Penanganan di Unit Gawat Darurat (UGD) yang kurang memadai,
keterampilan SDM pelayanan dan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan.
H. Kesulitan akses ke lokasi kecelakaan lalu lintas memperlambat kecepatan
penanganan awal korban kecelakaan lalu lintas.
2.8 Upaya Pengendalian Risiko Kecelakaan Lalu Lintas
Upaya-upaya pengendalian faktor resiko kecelakaan lalu lintas :
1. Faktor manusia
Peningatan perilaku positif dalam pemakaian jalan melalui edukasi,
sosialisasi dan kampanye :
A. Kampanye melalui media massa (elektronik dan cetak).
B. Memberikan sanksi bagi pengemudi yang di dalam darahnya mengandung
kadar alkohol di atas ambang batas.
C. Rehabilitasi untuk pengendara yang terbukti melanggar batas kadar alkohol
dalam darah.
D. Memasang poster dan tanda-tanda Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
E. Larangan mengemudikan kendaraan saat dalam pengaruh obat tertentu
F. Pengaturan jam kerja dan lama mengemudikan kendaraan terutama untuk
pengemudi alat transportasi massal.

G.

Pemasangan kamera pada lampu lalu lintas untuk memantau perilaku


pemakai jalan.

H. Melengkapi dan mengharuskan penggunaan sabuk keselamatan dan kursi


khusus untuk bayi dan anak-anak.
I. Penggunaan alat pelindung diri sesuai dengan jenis kendaraan.

2. Faktor kendaraan dan lingkungan fisik


Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu
proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia
meninggal dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya
dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. Akan tetapi,
dalam proses interaksi manusia dengan lingkungan ini tidak selalu
mendapatkan keuntungan, kadang-kadang manusia mengalami kerugian.
Jadi di dalam lengkungan terdapat faktor-faktor yang dapat menguntungkan
manusia (eugenik), ada pula yang merugikan manusia (disgenik). Usahausaha di bidang kesehatan lingkungan ditunjukkan untuk meningkatkan daya
guna faktor eugenik dan mengurangi peran atau mengendalikan faktor
disgenik. Secara naluriah manusia memang tidak dapat menerima kehadiran
faktor disgenik di dalam lingkugan hidupnya, oleh karenanya ia selalu
berusaha

untuk

memperbaiki

keadaan

sekitarnya

sesuai

dengan

kemampuannya.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan faktor resiko
kendaraan dan lingkungan, antara lain :
Desain

sistem

lalu

lintas

untuk

keamanan

dan

pemakaian

yang

berkelanjutan :
A. Kerjasama lintas sektor dalam penyusunan rencana strategis sistem
lalu lintas dengan mempertimbang 3 elemen utama yaitu kendaraan,
pemakai jalan dan infrastruktur jalan.
B. Upaya rekayasa kendaraan dan jalan harus mempertimbangkan
kebutuhan keamanan dan keterbatasan kondisi fisik pemakai jalan.
C. kendaraan dengan perlengkapan jalan harus selaras.

D. Upaya dari aspek teknologi kendaraan harus didukung dengan perilaku


pemakai jalan yang sesuai seperti pemakaian sabuk keselamatan.
Mengelola pajanan risiko melalui kebijakan pemakaian lahan dan transportasi
:
A. Mengurangi volume kendaraan bermotor dengan cara pemisahan
fungsi:
Tata guna lahan yang efisien (kedekatan permukiman dengan tempat
kerja, kepadatan penduduk perkotaan dan pola pertumbuhan, luas
permukiman, penyediaan alat transportasi massal)

Kajian

dampak

keselamatan

untuk

mendukung

perencanaan

pengelolaan jalan
Menyediakan jalur jalan yang lebih pendek dan lebih aman
Menyediakan trotoar dan penyebrangan jalan yang aman dan nyaman
untuk pejalan kaki.
B. Mengurangi frekuensi perjalanan, dengan cara penyediaan teknologi
komunikasi, pengelolaan transportasi khusus yang lebih baik (bus
sekolah, bus kantor, dan sejenisnya), pengelolaan transpor untuk
pariwisata yang lebih baik, pengaturan transport kendaraan berat,
pengaturan perparkiran dan pemanfaatan jalan.
C. Menyediakan akses yang efisien dalam hal jarak tempuh, kecepatan
dan keamanan.
D. Mendorong

masyarakat

untuk

memilih

alat

transportasi

yang

mempunyai risiko rendah.


E. Memberlakukan peraturan terhadap pengendara, kendaraan dan
infrastruktur jalan.
Membatasi akses antar jenis pemakai jalan dengan cara membedakan zona
pejalan kaki atau pengendara sepseda dengan pemakai kendaraan bermotor.
A. Memberikan prioritas pada alat transportasi massal.
B. Membatasi kecepatan dan spesifikasi kendaraan roda dua.
C. Meninggikan batasan usia untuk memperoleh SIM kendaraan roda
dua.
D. Memperketat persyaratan kelulusan untuk memperoleh SIM.

E. Menyediakan sarana penghalang untuk mencegah kendaraan di


belakang mendahului.
3. Faktor Sosial
Peningkatan kesadaran masyarakat dalam pemakaian jalan melalui
edukasi, advokasi, sosialisasi, dan kampanye meliputi :
Pendidikan berlalu lintas dengan baik sejak usia dini.
Pemahaman batasan usia pemakaian kendaraan bermotor.
Perlindungan pemakai jalan yang termasuk dalam kelompok rentan.
Pemahaman

terhadap

pembatasan

pemakaian

jalan

tertentu

seperti

pelarangan pejalan kaki, pengendara sepeda dan kendaran roda dua di jalan
bebas hambatan.
Pentingnya pembatasan kecepatan kendaraan bermotor sesuai jenis jalan.
Perilaku aman bagi pejalan kaki.
Tidak minum minuman beralkohol dan obat yang menyebabkan ngantuk pada
saat mengendarai kendaraan.
4. Pelayanan Kesehatan
Penanganan pra rumah sakit yang kurang memadai
A. Memberikan pelatihan untuk kelompok masyarakat yang dapat menjadi
penolong yang pertama (first responder) seperti: Pengemudi alat
transportasi massal, polisi, kader kesehatan, tokoh masyarakat. Materi
pelatihan mengenai pertolongan medik dasar (Basic Life Support),
antara lain meliputi :

Bagaimana melakukan pelaporan (kontak telepon) untuk mencari


bantuan.

Cara memadamkan kebakaran secara sederhana dan cepat.

Cara mengamankan lokasi kecelakaan (mencegah bahaya ikutan,


menurunkan risiko bahaya untuk penolong, mengendalikan massa).

Cara memberikan pertolongan pertama (resusitasi, menghentikan


perdarahan, memasang bidai dan pembalut, transportasi korban)

B. Menyiapkan nomor telepon yang dapat dihubungi untuk menginformasikan


kejadian kecelakaan (Ambulans 118, polisi, pemadam kebakaran).

C. Membuat kode atau standar pelaporan masyarakat terhadap kejadian


kecelakaan yang sederhana dan mudah diingat.
D. Membuat standar ambulans untuk pertolongan dan evakuasi korban
kecelakaan lalu lintas.
E. Memberikan pelatihan kepada petugas Puskesmas.
Penanganan di UGD/sarana pelayanan kesehatan yang kurang memadai
Pengaturan kompetensi petugas rumah sakit, meliputi pelatihan penanganan
trauma (ATLS, ACLS).
Pemenuhan kebutuhan peralatan medis.
.
2.9 Pelaksanaan Kegiatan Mengurangi Resiko Kecelakaan
Langkah-langkah kegiatan untuk mengurangi risiko kecelakaan lalu lintas adalah :
a. Faktor Manusia
Teori perubahan perilaku menyatakan bahwa perubahan dapat terjadi apabila
terjadi motivasi untuk berubah. Salah satu cara untuk menimbulkan motivasi pada
seseorang ialah dengan melibatkannya ke dalam suatu aktivitas. Aktivitas demikian
disebut sebagai keadaan anteseden. Keadaan ini dapat memberi stimulasi,
sehingga terjadi partisipasi.
Partisipasi selanjutnya menimbulkan interaksi antar anggota masyarakat
sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan pada dirinya sehingga timbul kesadaran
tentang keadaan dirinya tersebut, atau terjadi realisasi. Kesadaran atau realisasi
inilah yang kemudian menimbulkan keinginan ataupun dorongan untuk berubah,
yakni merubah keadaannya yang jelek menjadi baik; keadaan inilah yang
menunjukkan motif pada diri seseorang telah terbentuk. Atas dasar perubahan inilah
akan terjadi perubahan perilaku. Dengan demikian usaha kesehatan lingkungan pun
perlu didukung oleh usaha pendidikan kesehatan.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi faktor resiko
kecelakaan lalu lintas dari faktor manusia, yaitu :
Melakukan advokasi baik perorangan maupun kelompok.
Melakukan pelatihan baik terhadap lintas sektoral program dan lintas sektor
maupun terhadap masyarakat

Studi banding.
Melakukan kegiatan reward dan punishment, dengan cara melakukan
identifikasi lokasi rawan kecelakaan dan waktu pelaksanaan, kemudian
melaksanakan operasi patuh lalu lintas. Pemberian sanksi bagi pengendara
yang melanggar peraturan lalu lintas, sebaliknya memberikan pengahargaan
bagi pengendara yang mematuhi peraturan lalu lintas, secara acak.
Kegiatan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
Kegiatan pemeriksaan kesehatan

b. Faktor Kendaraan
Kegiatan pemeriksaan rutin kondisi kendaraan sebelum pemakaian, seperti
melakukan pemeriksaan ban, rem, lampu, bahan bakar, mesin dan radiator.
pemakaian kendaraan sesuai dengan peruntukannya, seperti melakukan
pembatasan kapasitas angkut dan melakukan kesesuaian angkutan.
Kesesuaian antara kendaraan dan pengemudi, seperti melakukan pemeriksaan
kesehatan, melakukan peningkatan sistem pemberian Surat Izin Mengemudi
(SIM), dan melakukan/menerapkan sertifikasi pengemudi angkutan umum.
Pemeliharaan kendaraan secara rutin, seperti melakukan pemeliharaan secara
berkala.
Uji kelayakan dan keamanan kendaraan, dengan cara melakukan pemeriksaan
kelengkapan fasilitas keselamatan dan kelayakan secara berkala.
c. Faktor risiko lingkungan
Mendesain jalan dan jembatan sesuai dengan peruntukannya.
Pemeriksaan dan pemeliharaan jalan dan jembatan yang aman untuk
berkendara.
Pemasangan dan pengaturan penempatan rambu-rambu lalu lintas dan
marka jala sesuai dengan standar keselamatan.
Menginformasikan kondisi cuaca dan ajalanan yang tiba-tiba berubah secara
ekstrim oleh petugas pemakai jalan, dengan cara menginventariassi
karakteristik alam (cuaca, daerah patahan, suhu, dan lain-lain), melakukan
penyesuaian disain dengan meninggikan faktor keamanan, dan melakukan
pemantauan secara berkala.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Angka kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Indonesia masih cukup tinggi.
Oleh sebab itu, kecelakaan lalu lintas masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang perlu mendapat perhatian karena kecelakaan lalu lintas adalah
masalah yang luas dan kompleks dengan faktor penyebab utamanya adalah
manusia, angka kematian yang ditimbulkan cukup tinggi, dan kejadiannya dapat
terjadi di semua tempat.
Sampai saat ini, kecelakaan masih menjadi permasalahan pemerintah di
bidang transportasi. Untuk mengatasinya perlu terlebih dahulu diketahui faktor-faktor
penyebab kecelakaan lalu lintas. Ada 3 faktor yang dianggap menjadi penyebab
kecelakaan lalu lintas yaitu manusia, kendaraan, dan lingkungan. Pemerintah juga
menempatkan tingginya jumlah kecelakaan sebagai permasalahan lalu lintas dan
angkutan jalan.
3.2 Saran dan Rekomendasi
Saran kepada pemerintah, agar semakin berusaha mengurangi terjadinya
kecelakaan lalu lintas, harus lebih jelas dalam membuat peraturan berlalu
lintas dan meningkatkan lagi peraturan lalu lintas, serta yang terakhir
memberi kemudahan dan kenyamanan bagi para pengguna saran dan
prasarana transportasi.
Saran kepada pihak polisi, berusaha mengarahkan seluruh anggota agar
terjun langsung kejalan raya mengatur jalannya lalu lintas, serta mengadakan
penyuluhan ketertiban lalu lintas.
Saran untuk kita semua setelah dijelaskan semoga kita memiliki kesadaran
yang tinggi dalam mematuhi peraturan lalu lintas serta menggunakan sarana
dan prasarana transportasi
Rekomendasi yang dapat diberikan untuk dapat mengurangi angka
kecelakaan lalu lintas adalah melaksanakan kampanye Global Road Safety
lebih dari satu bulan dan melakukan revitalisasi kawasan tertib lalu lintas
seperti memberikan sosialiasi mengenai jarak aman antar kendaraan

saat berkendara maupun pembangunan pagar pembatas pada trotoar dan


jalan untuk mencegah pengemudi sepeda motor yang naik ke atas
trotoar saat keadaan jalan padat maupun pengemudi sepeda motor yang
seringkali melawan arus.
3.3 Daftar Pustaka
https://polmas.wordpress.com/2014/10/21/
http://taufiqdwia.blogspot.co.id/2015_03_01_archive.html
http://kesmas-ode.blogspot.co.id/2012/11/kesehatan-dan-keselamatankerja-di-lalu.html

Anda mungkin juga menyukai