Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecelakaan Lalu Lintas

Kecelakaan lalulintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak
disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan
korban manusia dan/atau kerugian harta benda1. Setiap peristiwa kecelakaan biasanya
disebabkan oleh beberapa faktor yang muncul seperti faktor manusia, faktor kendaraan, faktor
jalan/lingkungan atau kombinasi dari beberapa faktor tersebut2(William, 1968). Intervensi dari
faktor-faktor penyebab kecelakaan akan mempengaruhi tingkatan cedera yang dialami.

Apabila faktor manusia dalam keadaan sehat, faktor kendaraan dan faktor jalan dalam
kondisi baik, maka peristiwa kecelakaan seharusnya tidak terjadi3. Konsep faktor penyebab
kecelakaan mengacu pada epidemiologic triangle, modifikasi dari Haddon matrik, dengan tiga
faktor tersebur ialah agent (faktor manusia), host (faktor kendaraan) serta environment (faktor
jalan/lingkungan) secara bersama-sama melibatkan tindakan intervensi yang ditujukan kepada
faktor yang mempengaruhi kecelakaan.

1
UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
2
William Haddon Jr, The changing approach to the epidemiology, prevention, and amelioration of trauma: the
transition to approaches etiologically rather than descriptively based dalam jurna Am. J. Public Health, 1968, hal.
1433.
3
Paul Gutoskie, The availability of hospitalized Road User Data in OECD Member countries (Paris : IRTAD,
2003), hal. 5.
Gambar 2.1. Interaksi Kecelakaan Lalu Lintas (IRTAD, 2003)

Pengaruh intervensi terhadap kecelakaan lalu lintas juga menjadi salah satu bahan
pertimbangan mengapa kejadian ini diminimalisir dengan berbagai upaya dan kebijakan.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Kepolisian Republik Indonesia, terdapat 107.500 peristiwa
kecelakaan lalu lintas pada 2019, meningkat dari 103.672 peristiwa pasa 2018 lalu. Data ini
dapat digunakan untuk menilai efektivitas sistem manajemen keselamatan jalan dan keamanan
berkendaraan serta penanganan kecelakaan dari berbagai Program Aksi Keselamatan Jalan.
Perserikatan Bangsa Bangsa sudah mengambil langkah tegas dalam menanggapi kejadian yang
terus merenggut nyawa banyak orang diberbagai belahan dunia.

https://nasional.kompas.com/read/2019/12/28/10355741/polri-sebut-jumlah-kecelakaan-lalu-
lintas-meningkat-pada-2019#:~:text=Berdasarkan%20data%20Polri%2C%20terdapat
%20107.500,103.672%20peristiwa%20pasa%202018%20lalu.

Pada tahun 2004, Perserikatan Bangsa Bangsa mendeklarasikan bahwa kecelakaan lalu lintas di
jalan juga merupakan bagian dari kesehatan masyarakat dengan meluncurkan program Decada of
Action for Road Safety 2011-2020. Di Indonesia sendiri, tindak lanjut mengenai program
terbitan PBB ini dikuatkan dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2013
kepada 12 Menteri, Kepala Kepolisian RI dan para Bupati/Walikota agar terjalin koordinasi yang
baik antar pemangku kepentingan di bidang keselamatan jalan (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2013).

Djaja, S., Widyastuti, R., Tobing, K., Lasut, D., & Irianto, J. (2016). Gambaran
Kecelakaan Lalu Lintas Di Indonesia Tahun 2010-2014. Jurnal Ekologi
Kesehatan, 15(1), 30-42.

2.2 Faktor Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas

Menurut Mohammed Taleb Obaidat and Thanaa M. Ramadan (2012) bahwa penyebab
kecelakaan di negara berkembang masih terjadi ambiguitas pencatatan penyebab kecelakaan.
Seringkali
kecelakaan yang disebabkan oleh geometrik jalan maupun faktor lingkungan meskipun penyebab
kecelakaan sebenarnya adalah manusia

1. Manusia

Manusia sebagai pengemudi memiliki faktor-faktor fisiologis dan psikologis. Faktor


tersebut perlu mendapat perhatian karena cenderung sebagai penyebab potensial kecelakaan.
Faktor fisiologis dan psikologis berupa kondisi fisik yang kurang fit, mengantuk, kondisi mental
yang tidak stabil, melaju cepat, kurangnya keterampilan dan pengetahuan dalam mengemudi,
pengaruh buruk obat-obatan atau alkohol serta mengalihkan perhatian atau fokus dari jalanan,
seperti: membaca pesan, menelpon menggunakan smartphone, makan dan sebagainya.
Akibatnya bukan hanya fokus perhatian yang teralihkan namun posisi tangan yang seharusnya
memegang setir menjadi terganggu. Perilaku pengemudi ini berasal dari interaksi antara faktor
manusia dengan faktor lainnya termasuk hubungannya dengan unsur kendaraan dan
lingkungan jalan. Pengemudi seringkali tidak sabar dalam mengemudikan kendaraan untuk tiba
ditujuan dengan selamat. Sehingga peraturanperaturan yang ada di jalan tidak ditepati. Selain
itu, kurangnya pengetahuan pengemudi tentang arti dari simbol marka-marka yang ada di jalan.

2. Kendaraan

Kendaraan merupakan sarana angkutan yang digunakan sebagai perantara untuk


mencapai tujuan dengan cepat, selamat dan hemat, serta menunjang nilai aman dan nyaman.
Dalamkaitannya dengan keselamatan umum, kendaraan yang digunakan di jalan raya seharusnya
sudah mendapatkan sertifikasi layak jalan yang dikeluarkan oleh Dinas / Kantor Perhubungan
setempat sebelum dioperasikan. Kendaraan dapat menjadi faktor penyebab kecelakaan apabila
tidak dapat dikendalikan sebagaimana mestinya yaitu sebagai akibat kondisi teknisnya yang
tidak layak jalan ataupun penggunaan yang tidak sesuai dengan ketentuan.

3. Lingkungan

kondisi jalan yang menyebabkan kecelakaan terdiri dari kondisi geometrik jalan, keadaan jalan
itu sendiri dan fasilitas jalan. Faktor cuaca hujan pun bisa mempengaruhi kinerja
kendaraan, misalnya jarak pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin, dan
jarak pandang berkurang. Asap dan kabut pun dapat mengganggu jarak pandang,
khususnya di daerah pegunungan. Jika sudah demikian, tidak ada yang bisa dilakukan
kecuali kembali meningkatkan kewaspadaan. Nyalakan lampu dan perlahan laju
kendaraan adalah dua hal yang bisa diandalkan.

2.3 Safety Way and Protector


Safety Way and protector (SWAP) adalah sebuah inovasi yang tercipta karena tingginya angka
kematian yang disebabkan kecelekaan lalu lintas. Maka dari itu penulis mengkaji beberapa faktor
yang menjadi potensi penyebab kecelakaan dan beberapa instrumen lain yang berfungsi sebagai
wadah dan tempat pengolahan data dari faktor yang disebutkan di atas. Hal ini dijelaskan lagi
sebagai berikut .

- Maps

Berfungsi sebagai penentu lokasi dan posisi kendaraan

- Data Bahan

- Cuaca

Fenomena alam atau cuaca menjadi hal yang tidak bisa ditebak akhir-akhir ini, salah satu
penyebabnya adalah Pemanasan global. Perubahan cuaca yang tak menentu, berimbas pada
kondisi kendaraan dan juga cara mengemudi seseorang. Tak seperti di negara-negara empat
musim, Indonesia yang beriklim tropis hanya mengenal dua musim saja.
Kalau cuaca hujan deras maka jalan akan licin

- Bencana Alam

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana alam dapat terjadi
dimana saja dengan atau pertanda.

Faktor ini tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh manusia. Peristiwa ini dapat diprediksi
ketika serangkaian kejadian yang dikategorikan gejala atau potensi bencana dirasakan langsung
ataupun dapat dideteksi oleh berbagai alat khusus sehingga memberikan peringatan dan langkah
cermat kepada masyarakat agar tidak panik guna menekan jumlah korban akibat bencana alam.
Bencana alam dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, salah satunya jalan dan menyebabkan
korban jiwa yang tidak sedikit.

Berdasarkan dari hasil analisa yang dilakukan di RTMC Ditlantas Polda Jatim yang termasuk
dalam faktor jalan sebagai faktor penyebab kecelakaan lalu lintas adalah kondisi alam seperti
bencana alam (banjir, gempa, tanah longsor, tsunami, angin topan, dan sebagainya), cuaca buruk
dan kabut tebal.

Banyaknya korban jiwa di jalan pada saat terjadi bencana alam disebabkan oleh pengguna jalan
yang memfokuskan pikiran dan kegiatan mereka hanya pada aktivitas mengemudi, sehingga
sebagian besar pengguna jalan tidak menyadari tanda-tanda bencana alam. Salah satu contohnya
gempa, ketika terjadi pergerakan sesaat pada permukaan bumi, para pengguna jalan sering kali
tidak menyadari hal tersebut dikarenakan posisi mereka juga dinamis sehingga pergerakan yang
dialami oleh pengguna jalan sepenuhnya diinterpretasikan sebagai akibat kegiatan mengemudi.

Faktor alam adalah faktor yang tidak dapat kita kendalikan secara keseluruhan. Namun kita
masih dapat juga meminimalisir agar tidak banyak korban kecelakaan yang terjadi karena faktor
alam, misalkan pada saat terjadinya bencana banjir, tanah longsor, angin topan, dan lain-lain
pengemudi diingatkan dan diberi instruksi mengenai langkah cepat yang harus dilakukan
sehingga para pengemudi kendaraan waspada, guna mengurangi kecelakaan lalu lintas
disebabkan oleh bencana alam.

- Kepadatan Kendraan

Terminologi yang digunakan dalam penyajian data angkutan darat adalah sebagai berikut :

1. Kendaraan bermotor

adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang ada pada kendaraan
tersebut, biasanya digunakan untuk angkutan orang atau barang diatas jalan raya selain
kendaraan yang berjalan di atas rel. Kendaraan bermotor yang dicatat adalah semua jenis
kendaraan kecuali kendaraan bermotor TNI/Polri dan Korps Diplomatik.

2. Mobil Penumpang
adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi dengan tempat duduk untuk sebanyak-
banyaknya delapan orang, tidak termasuk tempat duduk untuk pengemudi, baik dilengkapi atau
tidak dilengkapi bagasi.

3. Mobil bis

adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi dengan tempat duduk untuk lebih dari delapan
orang, tidak termasuk tempat duduk untuk pengemudi, baik dilengkapi atau tidak dilengkapi
bagasi.

4. Mobil Truk

adalah setiap kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan barang, selain mobil
penumpang, mobil bis, dan kendaraan bermotor roda dua.

5. Sepeda Motor

adalah setiap kendaraan bermotor yang beroda dua.

Tabel Jumlah Kendaraan tiga tahun terakhir

Daerah Tahun Mobil Mobil Mobil Sepeda Jumlah


Penumpang 1 Bus Barang Motor

Dairi 2017 205 4 159 2 319 2 687


2018 204 4 189 2 552 2 949
2019 441 12 354 3 314 4 121

- Kondisi Jalan
Kondisi jalan yang diobservasi adalah jalan yang melintasi hutan lindung Lae Pondom.Hutan ini
terletak di sepanjang Jalan Sidikalang Medan.Jalan ini mempunyai kondisi yang sangat buruk
sehingga tidak sedikit kecelakaan terjadi di wilayah ini.Adapun kondisi jalan yaitu beram yang
cukup tinggi dan jalan yang berlubang. Hal ini kerap kali menyebabkan ban kendaraaan robek
dan mengakibatkan kecelakaan berkelanjutan. Jurang yang dalam dan banyak di sepanjang jalan
juga tidak jarang menelan korban. Demikian juga jalan yang miring dan menanjak menyebabkan
beberapa truk terguling dan menyebabkan kecelakaan untuk kendaraan lainnya.

- Riwayat Kecelakaan

Lae Pondom merupakan daerah yang terkenal selalu menghasilkan setidaknya satu kecelakaan
tiap bulannya. Masyarakat sekitar seakan sudah terbiasa mendengar kabar kecelakaan di jalan
hutan lindung Lae Pondom. Beberapa kasus kecelakaan di daerah Lae Pondom dijabarkan
sebagai berikut :

- 25 Februari 2015, 1 korban tewas dan 7 luka-luka akibat tabrakan antara mini bus dan
mobil pick up. Kecelakaan terjadi ketika mini bus datang dari arah sidikalang menuju
medan sedang mendahului kendaraan lain dengan tidak menyadari mobil pick up
bermuatan roti datang dari arah berlawanan. Kecelakaan terjadi pada jalan lurus dan
kondisi berkabut.
- 22 Juli 2015, tabrakan maut terjadi menewaskan 1 keluarga dan 6 orang luka-luka.
Kecelakaan berawal dari sebuah mini bus berkecapatan tinggi datang dari arah
Sidikalang. Bagian ban depan kiri kendaraan terperosok ke beram jalan mengakibatkan
supir banting setir ke arah kanan menyebabkan mobil naas tersebut melintang di badan
jalan. Di saat bersamaan, dari arah berlawanan sebuah bis melaju dengan kecepatan
tinggi dan langsung menghantam bagian samping mini bus hingga ringsek menewaskan 3
orang di dalam mini bus. Pada saat terjadi tabrakan, kondisi jalan berkabut disertai hujan
gerimis.
- 10 Juli 2019, dua unit bus rombongan pesta datang dari arah Medan menuju Sidikalang.
Dari arah berlawanan sebuah truk berkecepatan tinggi terperosok ke beram dan banting
setir ke arah kanan menabrak bagian belakang bus pertama mengakibatkan bus terbalik.
Sementara dari arah belakang menghantam bagian depan truk mengakibatkan bus kedua
juga terbalik. Jumlah semua penumpang di kedua bus sebanyak 40 orang.

Kecelakaan diatas dan beberapa kasus lainnya umumnya terjadi di jalan lurus dan disebabkan
oleh beram jalan mengakibatkan pengemudi banting stir dan terjadi kecelakaan. Beberapa factor
lain seperti kabut dan hujan juga menambah potensi terjadinya kecelakaan.

- Notifikasi

Notifikasi adalah sebuah tanda yang diluncurkan akibat respon dari olah data kepada pengguna.
Notifikasi dapat berupa hal apapun sesuai dengan keinginan pembuat. Notifikasi menjadi krusial
karena sering kali menjadi output akhir dari kegiatan olah data. Pada sistem SWAP, notifikasi
yang diluncurkan berupa suara, gambar, dan tulisan yang didasarkan kepada olah data yang
dilakukan. Notifikasi berisikan instruksi singkat mengenai saran terbaik yang dapat dilakukan
oleh pengguna pada kondisi dan waktu tertentu. Instruksi yang dimaksud dapat berupa
pengaturan kecepatan dan pengingat isitirahat sesuai dengan kebutuhan pengguna.

2.4 Hipotesis

Kesimpulan sementara yang dapat diambil adalah peningkatan kendaraan berdampak


pada pertambahan angka kecelakaan disertai dengan beberapa faktor penyebab berupa manusia,
kendaraan, dan lingkungan. SWAP merupakan aplikasi yang efektif dan efisien untuk diterapkan
diberbagai situasi dan kondisi jalan maupun lingkungan pengguna guna mengurangi angka
kecelakaan dengan memberi sebuah sinyal yang berisi intsruksi singkat tentang kondisi yang
akan dihadapi pengemudi serta saran tindakan yang harus dilakukan demi menghindari potensi
kecelakaan yang mungkin terjadi.

William, H.J., 1968. The changing approach to the epidemiology, prevention, and
amelioration of trauma: the transition to approaches etiologically rather than descriptively ba
William, H.J., 1968. The changing approach to the epidemiology, prevention, and amelioration
of trauma: the transition to approaches etiologically rather than descriptively based. Am. J.
Public Health 58, 1431–1438

Anda mungkin juga menyukai