MAKALAH
Oleh:
Kelompok 5
TAHUN 2018
BAB 1
A. Latar Belakang
Kasus kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan serius yang menjadi masalah
kesehatan di negara maju maupun berkembang. Di negara berkembang seperti Indonesia,
perkembangan ekonomi dan industri memberikan dampak kecelakaan lalu lintas yang
cenderung semakin meningkat.
Jumlah kecelakaan lalu lintas dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal ini disebabkan
oleh ketidakseimbangan antara pertambahan jumlah kendaraan (14-15% per tahun) dengan
pertambahan prasarana jalan hanya sebesar 4% per tahun.Lebih dari 80% pasien yang masuk
ke ruang gawat darurat adalah disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, berupa tabrakan sepeda
motor, mobil, sepeda, dan penyeberang jalan yang ditabrak. Sisanya merupakan kecelakaan
yang disebabkan oleh jatuh dari ketinggian, tertimpa benda, olah raga, dan korban kekerasan.
Indonesia dewasa ini menghadapi permasalahan kecelakaan lalu lintas jalan yang
cukup serius, menurut data dari Mabes Polri setiap tahun tercatat 9.856 orang meninggal
akibat kecelakaan lalu lintas jalan tersebut. Tingginya korban kecelakaan tersebut disadari
telah mendorong tingginya biaya pemakai jalan, dan secara ekonomi menyebabkan terjadinya
pemborosan sumber daya. Berbagai upaya penanganan juga telah dilakukan untuk
mengurangi jumlah dan kelas kecelakaan lalu lintas jalan (accident severity) tersebut.
Distribusi korban kecelakaan lalu lintas terutama kelompok usia produktif antara 15-
44 tahun dan lebih didominasi kaum laki-laki. Kelompok ini merupakan aset sumber daya
manusia yang sangat penting untuk pembangunan bangsa.
B. Tujuan
1.Tujuan Umum
Setelah dilakukan seminar diharapkan mahasiswa mampu memahami disaster
management bencana kecelakaan massal.
2.Tujuan Khusus
a. Diharapkan mahasiswa memahami definisi kecelakaan massal .
b. Diharapkan mahasiswa memahami penyebab kecelakaan massal .
c. Diharapkan mahasiswa memahami penanganan pertama pada kecelakaan .
d. Diharapkan mahasiswa memahami disaster management pra, intra dan pasca
bencana kecelakaan massal.
e. Mahasiswa mampu menganilisis penanganan bencana yang didapat dari video
yang telah di download
BAB II
Tinjauan Teori
A. Definisi Bencana
Berdasarkan UU No. 24 tahun 2007 mendefinisikan bencana sebagai
“peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana adalah hasil dari munculnya kejadian luar biasa (hazard) pada
komunitas yang rentan (vulnerable) sehingga masyarakat tidak dapat mengatasi
berbagai implikasi dari kejadian luar biasa tersebut. Dengan adanya kondisi bencana
ini maka diperlukanlah upaya untuk menghindarkan masyarakat dari ancaman
terjadinya bencana baik dengan mengurangi kemungkinan munculnya hazard maupun
mengatasi kerentanan. Hal in disebut juga dengan “Manajemen bencana”
B. Definisi kecelakaan
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang terjadi di darat, laut atau udara yang dapat
menimbulkan kerusakan gangguan ekologis, memburuknya derajat kesehatan dalam
skala tertentu yang memerlukan respon dari luar, ataupun dapat menyebabkan
kematian apabila tidak segera diberikan pertolongan tanggap darurat. Bentuk bencana
di darat umumnya berupa Kecelakaan lalu lintas bisa motor, mobil, kereta api,
ataupun pejalan kaki yang tertabrak kendaraan lain.
Kecelakaan lalu-lintas adalah kejadian di mana sebuah kendaraan bermotor
tabrakan dengan benda lain dan menyebabkan kerusakan. Kadang kecelakaan ini
dapat mengakibatkan luka-luka atau kematian manusia atau binatang. Kecelakaan
lalu-lintas menelan korban jiwa sekitar 1,2 juta manusia setiap tahun menurut WHO.
Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan
tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa penggunaan jalan lain yang
mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda (pasal 1 angka 24 UU
Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan)
C. Penyebab Kecelakaan Massal
Ada tiga faktor utama yang menyebabkan terjadikanya kecelakaan, pertama
adalah faktor manusia, kedua adalah faktor kendaraan dan yang terakhir adalah faktor
jalan. Kombinasi dari ketiga faktor itu bisa saja terjadi, antara manusia dengan
kendaraan misalnya berjalan melebihi batas kecepatan yang ditetapkan kemudian ban
pecah yang mengakibatkan kendaraan mengalami kecelakaan. Disamping itu masih
ada faktor lingkungan, cuaca yang juga bisa berkontribusi terhadap kecelakaan.
a. Faktor manusia
Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan.
Hampir semua kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran rambu-rambu
lalu lintas. Pelanggaran dapat terjadi karena sengaja melanggar, ketidaktahuan
terhadap arti aturan yang berlaku ataupun tidak melihat ketentuan yang
diberlakukan atau pula pura-pura tidak tahu. Selain itu manusia sebagai pengguna
jalan raya sering sekali lalai bahkan ugal ugalan dalam mengendarai kendaraan,
tidak sedikit angka kecelakaan lalu lintas diakibatkan karena membawa
kendaraan dalam keadaan mabuk, mengantuk, dan mudah terpancing oleh ulah
pengguna jalan lainnya yang mungkin dapat memancing gairah untuk balapan.
b. Faktor kendaraan
Faktor kendaraan yang paling sering adalah kelalaian perawatan yang
dilakukan terhadap kendaraan. Untuk mengurangi faktor kendaraan perawatan
dan perbaikan kendaraan diperlukan, disamping itu adanya kewajiban untuk
melakukan pengujian kendaraan bermotor secara reguler.
c. Faktor jalan dan lainnya
Faktor jalan terkait dengan kecepatan, rencana jalan, geometrik jalan, pagar
pengaman di daerah pegunungan,ada tidaknya median jalan, jarak pandang dan
kondisi permukaan jalan. Jalan yang rusak/berlobang sangat membahayakan
pemakai jalan terutama bagi pemakai sepeda dan sepeda terbang
d. Faktor Cuaca
Hari hujan juga memengaruhi kondisi kerja kendaraan seperti jarak
pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin, jarak pandang juga
terpengaruh karena penghapus kaca tidak bisa bekerja secara sempurna atau
lebatnya hujan mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek. Asap dan
kabut juga bisa mengganggu jarak pandang, terutama di daerah pegunungan.
D. Penanganan Pertama Pada Kecelakaan
Menurut World Health Organization (WHO), kecelakaan lalu lintas di
Indonesia dinilai sebagai pembunuh terbesar ketiga, di bawah penyakit jantung
koroner dan tuberculosis/TBC dalam dua tahun terakhir ini. Data dari WHO pada
tahun 2011 menyebutkan bahwa 67% korban kecelakaan lalu lintas masih berusia
produktif, yaitu berusia antara 22-50 tahun. Sekitar 400.000 korban kecelakaan lalu
lintas yang meninggal di jalan raya berusia di bawah 25 tahun. Artinya rata-rata angka
kematian kematian anak dan remaja akibat kecelakaan lalu lintas sekitar 1.000 orang
setiap harinya. Selain itu, kecelakaan lalu lintas dianggap menjadi penyebab utama
kematian anak-anak di dunia pada rentang usia 10-24 tahun.
Salah satu faktor yang memicu meningkatnya angka kejadian kecelakaan lalu
lintas di Indonesia adalah faktor kelalaian pengguna jalan, serta meningkatnya jumlah
kendaraan di Indonesia. Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia meningkat setiap
tahunnya. Data yang dirilis dari Kepolisian Republik Indonesia (POLRI)
menyebutkan bahwa pada tahun 2012 terdapat 109.038 kasus kecelakaan dengan
korban meninggal dunia sebanyak 27.441 orang, dan potensi kerugian sosial ekonomi
ditaksir sekitar 203 triliun - Rp 217 triliun rupiah setiap tahun. Kerugian tersebut
merupakan 2,9%-3,1 % dari Pendapatan Domestik Bruto/PDB Indonesia. Selain itu
pada tahun 2011, kejadian kecelakaan lalu lintas sebanyak 109.776 kasus, dengan
korban meninggal dunia sebesar 31.185 orang.
Tingginya angka kematian pada korban kecelakaan lalu lintas mungkin bisa
disebabkan oleh pemberian pertolongan pertama yang kurang tepat pada korban
tersebut. Umumnya saat terjadi kecelakaan di Indonesia, seringkali masyarakat
berkerumun di sekitar tempat kejadian. Kerumunan tersebut tidak untuk membantu
korban, tetapi malah cuma sekedar ingin melihat korban kecelakaan.
Berikut ini adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh penolong pada
korban kecelakaan lalu lintas :
1. Lakukan prinsip 3A (aman penolong, aman korban, dan aman lingkungan). Pada
korban dengan perdarahan, usahakan agar kulit Anda tidak kontak langsung
dengan darah tersebut karena itu akan berisiko untuk menularkan penyakit. Selain
itu, korban juga harus dipindahkan ke tempat yang aman sebelum diberikan
pertolongan lanjut. Namun, pada proses pemindahan korban ke tempat yang aman
harus dilakukan dengan metode yang tepat. Kalau korban mengalami perdarahan
hebat pada kepala, memar pada area kepala dan wajah, serta adanya memar pada
leher dan sekitar bahu korban maka Anda harus berhati-hati. Anda harus
mencurigai adanya patah tulang leher (fraktur cervical). Kalau terjadi fraktur
cervical, maka proses pengangkatan harus benar. Jika proses pengangkatan tidak
tepat, maka akan menjadi pembunuh yang paling cepat karena pada ruas tulang
leher ada syaraf untuk pernapasan.
2. Periksa kesadaran korban. Cara memeriksa kesadaran korban adalah dengan
menepuk dan menggoyangkan bahu korban disertai dengan memanggil korban
dengan nada lantang. Kalau korban tidak berespon, berikan rangsangan nyeri
pada pertengahan dada korban (tulang sternum).
3. Kalau korban tidak menunjukkan adanya respon yang normal, segera berteriak
minta bantuan kepada masyarakat sekitar kalau memang Anda sendirian. Tetapi,
kalau Anda tidak sendirian, Anda dapat meminta orang lain untuk mencari
bantuan/menghubungi kantor pelayanan kesehatan terdekat (Puskesmas dan
rumah sakit terdekat).
4. Raba nadi karotis (nadi yang ada di leher korban). Kalau nadi karotis tidak teraba,
maka korban mengalami henti jantung. Segera lakukan resusitasi jantung paru
(RJP)/Cardiopulmonary Rescucitation (CPR). Tetapi kalau nadi karotis masih
teraba, lanjutkan dengan penilaian napas pada pasien.
5. Lihat apakah ada pengembangan dada atau tidak. Dengarkan suara
napas/hembusan udara dari hidung atau mulut. Kalau tidak ada napas pada
korban, lakukan/berikan bantuan napas pada korban. Bantuan napas dapat
diberikan dengan teknik mouth to mouth/dari mulut ke mulut. Tetapi kalau Anda
memutuskan memberikan bantuan napas melalui mouth to mouth, Anda harus
melindungi diri Anda agar tidak tertular oleh penyakit yang mungkin dipunyai
korban.
6. Kalau korban masih menunjukkan respon yang bagus, dan ada perdarahan
terbuka, maka segera hentikan perdarahan dengan memberikan balut tekan pada
area yang mangalami perdarahan.
B : breathing (pernapasan)
Untuk tahap ABC dapat dilakukan siapa saja, sedangkan tahap D dan E dilakukan
oleh tim kesehatan.
Tahap ABC merupakan langkah awal yang perlu dilakukan saat terjadi
trauma pada penderita sebelum dilakukan cardio-pulmonal resuscitation (resusitasi
jantung paru/RJP). Berikut ini adalah tahap tahap primary survey :