Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KEPERAWATAN BENCANA

ANALISA PENGELOLAAN PENANGGULANGAN BENCANA KECELAKAAN


MASSAL

Disusun oleh :
1. Seva Ikhsan Pambudi (30901800158)
2. Shobahatul Khiyaroh (30901800160)
3. Shofiyana Indah Utami (30901800161)
4. Sigit Setiawan (30901800162)
5. Silviana Riska A (30901800163)
6. Siti Arum Suwanda (30901800165)
7. Siti Khoirunnisa’ (30901800166)
8. Siti Mamdukah (30901800167)
9. Siti Nuraini (30901800168)
10. Siti Nurhaliza (30901800169)

11. Siti Rohmatun (30901800171)

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecelakaan lalu lintas menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia.
Ada beberapa negara yang masih memiliki tingkat kematian akibat kecelakaan lalu lintas
tertinggi. Statistik dari Bank Dunia, Transportasi untuk Pengembangan mengungkapkan,
negara-negara berkembang memiliki jumlah yang lebih tinggi dalam jumlah kematian di
jalan. Masalahnya ada pada infrastruktur yang buruk, standar keamanan kendaraan yang
kurang baik dan hukum berkendara yang kurang memadai (Rahadiansyah, 2016).
Lembaga kesehatan dunia dibawah naungan PBB WHO (2015) merilis The Global Status
Report on Road Safety yang menampilkan angka kecelakaan lalu lintas yang terjadi di
180 negara, menunjukkan bahwa di seluruh dunia jumlah total kematian lalu lintas
sebesar 1,25 juta per tahun, dengan angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas tertinggi
terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah.
Data dari Kementerian Kesehatan RI (2012) menunjukkan bahwa terhitung mulai
tahun 2010, kejadian kecelakaan angkutan darat masuk ke dalam 10 besar penyakit
penyebab rawat jalan terhadap seluruh penyakit pasien rawat jalan di rumah sakit
Indonesia tahun 2009 dan 2010, dan menduduki peringkat ke-10 setelah penyakit
hipertensi lainnya, serta menduduki peringkat kesembilan dari 10 besar penyakit
penyebab rawat inap terhadap seluruh penyakit pasien rawat inap di rumah sakit
indonesia tahun 2009 dan 2010 setelah penyakit tuberkulosis paru lainnya dan juga
disusul oleh kejadian lahir mati.
Mengingat banyaknya kerugian yang ditimbulkan oleh kecelakaan jalan, maka
kita perlu membangun dan mengembangkan budaya keselamatan jalan (road safety
culture). Budaya dapat mempengaruhi bagaimana seseorang bersikap dan bertindak.
Budaya yang baik akan memberikan hasil yang optimal, sebaliknya budaya yang tidak
kondusif tidak akan memberikan hasil yang optimal. Dalam kaitannya dengan
keselamatan jalan (road safety), seseorang yang telah berkondisi dengan budaya disiplin
akan bersikap patuh dengan peraturan dan etika di perjalanan, begitu juga sebaliknya
(Sutawi, 2006).
Ketidakdisiplinan seseorang pada saat mengemudi dapat menyebabkan
kecelakaan. Dari sekian banyak kecelakaan yang terjadi di Indonesia, sebagian besarnya
(90,3%) disebabkan oleh faktor manusia. Lebih jauh lagi, dari 90,3% kecelakaan yang
disebabkan oleh faktor manusia tersebut, sebesar 86,8% disebabkan oleh kesalahan
pengemudi (Data Direktorat Jendral Perhubungan Darat Departemen Perhubungan RI,
2006).
Berdasarkan fenomena sehari-hari dapat dilihat bahwa banyak pengendara yang
melanggar tanda-tanda lalu lintas. Tingkah laku melanggar tanda-tanda lalu lintas ini
merupakan salah satu contoh dari tingkah laku mengendara agresif yang dapat
membahayakan pengguna jalan lainnya. Mengingat semakin sempitnya 3 ruang gerak,
tingginya jumlah penduduk, dan banyaknya kendaraan yang tidak sebanding dengan
jumlah jalan yang disediakan, mengakibatkan kemacetan lalu lintas. Yang kemudian
muncullah kemacetan di berbagai tempat yang memberikan tekanaan tersendiri bagi
pengemudi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Pengertian dari kecelakaan massal ?
2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan massal ?
3. Apakah upaya untuk mengurangi kecelakaan massal?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari kecelakaan massal
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan massal
3. Untuk mengetahui upaya untuk mengurangi kecelakaan massal
4. Untuk mengetahui penanganan pertama dalam kecelakaan massal
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kecelakaan Massal


Kecelakaan adalah semua kejadian yang tidak direncanakan yang menyebabkan
atau berpotensial menyebabkan cidera kesakitan, kerusakan atau kerugian lainnya.
Kecelakaan dapat didefinisikan sebagai suatu peristiwa yang jarang dan tidak tentu kapan
terjadi dan bersifat multi faktor yang selalu didahului oleh situasi dimana seorang atau
lebih pemakai jalan telah gagal mengatasi lingkungan mereka. Filosofi penelitian
kecelakaan menganggap kecelakaan sebagai suatu peristiwa yang acak, dari dua aspek
yaitu lokasi dan waktu.
Kecelakaan sebagai suatu kejadian yang jarang, bersifat acak, melibatkan banyak
faktor (Multi faktor), didahului oleh situasi dimana satu orang atau lebih melakukan
kesalahan dalam mengatisipasi kondisi lingkungan (RSOPA, 1992).
1. Kecelakaan lalu lintas sebagai suatu kejadian yang jarang Didefinisikan bersifat
jarang, karena pada prinsipnya kecelakaan relatif jarang dengan pengertian kecil bila
dibandingkan dengan jumlah pergerakan kendaraan yang ada.
2. Kecelakaan lau lintas yang bersifat acak Didefenisikan bersifat acak karena kejadian
kecelakaan tersebut dapat terjadi kapan dan dimana saja, tanpa memandang waktu dan
tempat. Berdasarkan pengertian ini ada dua hal yang berkaitan kejadian kecelakaan yaitu
waktu dan lokasi kejadian yang bersifat acak.
3. Kecelakaan lalu lintas yang bersifat multi faktor Didefenisikan bersifat multi faktor,
dengan pendekatan lain melibatkan banyak faktor.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan massal
Faktor yang mempengaruhi kecelakaan ada tiga faktor utama yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan, pertama adalah faktor manusia, kedua adalah faktor kendaraan dan
yang terakhir adalah faktor jalan. Kombinasi dari ketiga faktor itu bisa saja terjadi, antara
manusia dengan kendaraan misalnya berjalan melebihi batas kecepatan yang ditetapkan
kemudian ban pecah yang mengakibatkan kendaraan mengalami kecelakaan. Disamping
itu masih ada faktor lingkungan dan cuaca yang juga bisa berkontribusi terhadap
kecelakaan.
1. Faktor manusia
Merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan. Hampir semua kejadian
kecelakaan didahului dengan pelanggaran rambu-rambu lalu lintas. Pelanggaran dapat
terjadi karena sengaja melanggar, ketidak tahuan terhadap arti aturan yang berlaku
ataupun tidak melihat ketentuan yang diberlakukan atau pula pura-pura tidak tahu.
Selain itu manusia sebagai pengguna jalan raya sering sekali lalai bahkan ugal-ugalan
dalam mengendarai kendaraan, tidak sedikit angka kecelakaan lalu lintas diakibatkan
karena membawa kendaraan dalam keadaan mabuk, mengantuk, dan mudah
terpancing oleh ulah pengguna jalan lainnya yang mungkin dapat memancing gairah
untuk balapan.
2. Faktor kendaraan
Faktor kendaraan yang paling sering terjadi adalah ban pecah, rem tidak berfungsi
sebagaimana seharusnya, kelelahan logam yang mengakibatkan bagian kendaraan
patah, peralatan yang sudah aus tidak diganti dan berbagai penyebab 10 lainnya.
Keseluruhan faktor kendaraan sangat terkait dengan teknologi yang digunakan,
perawatan yang dilakukan terhadap kendaraan. Untuk mengurangi faktor kendaraan
perawatan dan perbaikan kendaraan diperlukan, disamping itu adanya kewajiban
untuk melakukan pengujian kendaraan bermotor secara reguler.
3. Faktor jalan
Faktor jalan terkait dengan kecepatan rencana jalan, geometrik jalan, pagar pengaman
di daerah pegunungan, ada tidaknya median jalan, jarak pandang dan kondisi
permukaan jalan. Jalan yang rusak/berlubang sangat membahayakan pemakai jalan
terutama bagi pemakai sepeda motor.
4. Faktor cuaca
Hari hujan juga mempengaruhi unjuk kerja kendaraan seperti jarak pengereman
menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin, jarak pandang juga terpengaruh karena
wiper (penghapus kaca) tidak bisa bekerja secara sempurna atau lebatnya hujan
mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek. Asap dan kabut juga bisa
mengganggu jarak pandang, terutama di daerah pegunungan.
C. Upaya-upaya untuk mengurangi kecelakaan massal
Upaya yang dilakukan oleh aparat kepolisian dalam menanggulangi kecelakaan ada yaitu
pre-emtif, preventif.Upaya pre-emtif seperti melaksanakan sosialisasi di sekolah
masyarakat,dikyasa kordinasi pendidikan umum. Upaya preventif seperti razia
kepolisian, memberikan banner dititik rawan, kegiatan penagturan lalu lintas seperti :
pengaturan di
pagi hadi dan sore hari, pengaturan rawan macet, rekayasa lalu lintas.

D. Penanganan pertama dalam kecelakaan massal


Pertolongan pertama adalah memberikan pertolongan dan pengobatan darurat dengan
sementara yang dilakukan secara cepat dan tepat. Pertolongan pertama pada kecelakaan
(P3K) merupakan pertolongan pertama yang harus segera diberikan kepada korban yang
mendapatkan kecelakaan atau penyakit mendadak dengan cepat dan tepat sebelum korban
dibawa ke tempat rujukan atau rumah sakit. P3K yang dimaksud yaitu memberikan
perawatan darurat pada korban sebelum pertolongan pertama yang lengkap diberikan
oleh dokter atau petugas Kesehatan lainnya (Saputra, 2014)
Tahapan pertolongan pertama menurut Tilong (2014) :
1. Jangan panik
Sebagai penolong jangan pernah panik. Segera berikan pertolongan dengan cekatan
dan tenang supaya korban tidak mengalami hal yang buruk dari semestinya
2. Pastikan keadaan aman untuk menolong
Sebelum menolong korban sebaiknya anda memastikan bahwa lokasi benar-benar
aman bagi penolong, orang-orang sekitar lokasi kejadian, dan korban itu sendiri
3. Jauhkan korban dari kecelakaan berikutnya
Jauhkan korban dari sumber kecelakaan, untuk mencegah terjadinya kecelakaan ulang
yang akan memperparah kondisi korban.
4. Pastikan kondisi kesadaran korban
Periksa kesadaran korban dengan cara memanggil namanya jika kenal atau teriak
agak keras di dekat telinga korban. Jika tidak ada respon juga, tepuk pundak korban
perlahan namun tegas. Berikan rangsangan nyeri misalnya mencubit bagian telinga
korban. Jika korban masih tidak ada respon, segera panggil bantuan medis dan
lakukan tahap selanjutnya, karena masih mempunyai waktu untuk menunggu bantuan
medis datang.
5. Hentikan pendarahan
Pendarahan yang keluar dari pembuluh darah besar dapat membawa kematian hanya
dalam waktu 3 sampai 5 menit. Untuk itu, jika ada luka dengan intensitas darah yang
sangat deras, segera tutup luka dengan menggunakan sapu tangan atau kain bersih.
Kalau lokasi luka memungkinkan, letakan bagian pendarahan lebih tinggi dari pada
bagian tubuh.
6. Perhatikan tanda-tanda syok
Korban ditelentangkan dengan bagian kepala diletakan lebih rendah dari anggota
tubuh yang lain. Apabila korban muntah-muntah dalam keadaan setengah sadar
telungkupkan dengan letak kepala lebih rendah dari bagian tubuh lainnya. Cara ini
juga dilakukan untuk korban-korban yang dikhawatirkan akan tersedak muntahan,
darah dan air ke dalam paru-parunya. Apabila penderita mengalami Cidera didada
dan penderita mengalami sesak nafas, Tetapi masih sadar letakan pada posisi
setengah duduk.
7. Jangan memindahkan korban terburu-buru
Korban tidak boleh dipindahkan dari tempat sebelum dapat di pastikan jenis dan
tingkat cedera Yang dialaminya, kecuali bila tempat kecelakaan tidak memungkinkan
bagi korban untuk dibiarkan di tempat tersebut. Apabila korban hendak diusung
terlebih dahulu, pendarahan harus dihentikan serta tulang-tulang yang patah dibidai.
Ketika mengusung korban, usahakan supaya kepala korban tetap terlindung dan
jangan Sampai saluran pernapasannya tersumbat oleh kotoran atau muntahan.
8. Segera bawa korban ke Rumah Sakit
Setelah dilakukan pertolongan pertama, mungkin pertolongan medis segera datang.
Jika tidak, segera bawa korban ke sentral pengobatan, puskesmas, atau rumah sakit.
Serahkan keputusan selanjutnya kepada dokter atau tenaga medis yang kompeten.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Faktor penyebab kecelakaan lalu-lintas terbagi 4 yaitu faktor manusia, kendaraan,
kejadian alam, dan jalan. Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan. Dalam
sebuah peristiwa kecelakaan lalu-lintas. Sebagian besar kejadian kecelakaan diawali
dengan pelanggaran. Pelanggaran ini bisa terjadi karena sengaja melanggar peraturan,
ketidaktahuan atau tidak adanya kesadaran terhadap arti aturan yang berlaku atau pun
tidak melihat ketentuan yang diberlakukan dalam berkendara. Terjadinya kecelakaan
lalu-lintas di jalan raya juga dapat disebabkan karena kelalaian korban, selain pengemudi
kendaraan dalam berkendara.
B. Saran
1. Bagi masyarakat pengguna jalan raya, baik masyarakat sebagai
pengemudi kendaraan maupun masyarakat pejalan kaki untuk lebih memperhatikan
rambu-rambu lalu-lintas karena sebagian besar terjadinya kecelakaan diawali dengan
pelanggaran rambu-rambu lalu-lintas dan pengemudi dalam berkendara supaya
berkonsentrasi dalam mengemudikan kendaraannya.
2. Pihak kepolisian selaku aparat penegak hukum sebaiknya meningkatkan
sosialisasi kepada seluruh masyarakat tentang tata cara berlalu-lintas yang baik dan
benar. Serta memberikan pemahaman berlalu-lintas sejak dini dan untuk mendapatkan
perhatian lebih dari masyarakat dalam mematuhi peraturan lalu lintas. Mengingat salah
satu kendala penanggulangan kecelakaan lalu-lintas adalah kurang perhatian dari
masyarakat untuk mematuhi peraturan lalu-lintas. Diharapkan pihak kepolisia dalam
penanggulangan pelanggaran lalu-lintas lebih ditingkatkan penjagaan di pos-pos polisi
dan lebih tegas dalam menindaki pelanggaran tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Agus Surya dan Wedasana., 2011, Analisis Daerah Rawan Kecelakaan Dan

Penyusunan Database Berbasis Sistem Informasi Geografis. Denpasar.

Harahap, G., 1995, Masalah Lalu lintas dan Pengembangan Jalan, Bandung.

Muhammad Syaeful Fajar., 2015, Analisis Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Raya Di

Kota Semarang menggunakan Metode K-Means Clustering, Universitas Negeri

Semarang.

Oglesby, C. H., 1988, Teknik Jalan Raya, Erlangga. Jakarta.

Soesantiyo., 1985, Teknik Lalu Lintas I (Traffic Engineering), Institut Teknologi

10 Nopember, Surabaya.

Sanjaya, I.P.A,. 2007. Analisis Kecelakaan Lalu Lintas di Kabupaten Tabanan.

Tugas Akhir. Denpasar: Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Udayana.

Santoso. T. I,. 2007. Analisis Daerah Rawan Kecelakaan Lalu-Lintas (Studi

Kasus Jalan Tol Jatingaleh-Srondol Semarang). Thesis. Semarang: Universitas

Negeri Semarang.

Warpani, S.P. 2001. Rekayasa Lalu Lintas. Jakarta: Bharata.

Anda mungkin juga menyukai