Disusun oleh :
1. Seva Ikhsan Pambudi (30901800158)
2. Shobahatul Khiyaroh (30901800160)
3. Shofiyana Indah Utami (30901800161)
4. Sigit Setiawan (30901800162)
5. Silviana Riska A (30901800163)
6. Siti Arum Suwanda (30901800165)
7. Siti Khoirunnisa’ (30901800166)
8. Siti Mamdukah (30901800167)
9. Siti Nuraini (30901800168)
10. Siti Nurhaliza (30901800169)
PRODI S1 KEPERAWATAN
A. Latar Belakang
Definisi bencana (disaster) menurut WHO adalah setiap kejadian
yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa
manusia atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan
pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau
wilayah yang terkena.
Jenis-jenis banjir menurut penyebabnya di Indonesia. Di Indonesia,
banjir adalah sebuah bencana alam yang mudah terjadi. Hal ini karena
letak Indonesia pada daerah tropis yang memungkinkan curah hujan yang
tinggi setiap tahunnya. Banjir di Indonesia terbagi menjadi beberapa jenis,
yaitu : Banjir bandang, Banjir Hujan Ekstrim, Banjir Luapan Sungai /
Banjir Kiriman, Banjir Pantai (ROB), Banjir Hulu
Banjir bandang adalah banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba dan
berlangsung hanya sesaat yang yang umumnya dihasilkan dari curah hujan
berintensitas tinggi dengan durasi (jangka waktu) pendek yang
menyebabkan debit sungai naik secara cepat. Banjir jenis ini biasa terjadi
di daerah dengan sungai yang alirannya terhambat oleh sampah.
Ini biasanya terjadi hanya dalam waktu 6 jam sesudah hujan lebat
mulai turun. Biasanya banjir ini ditandai dengan banyaknya awan yang
menggumpal di angkasa serta kilat atau petir yang keras dan disertai
dengan badai tropis atau cuaca dingin. Umumnya banjir ini akibat
meluapnya air hujan yang sangat deras, khususnya bila tanah bantaran
sungai rapuh dan tak mampu menahan cukup banyak air.
Banjir yang disebabkan angin puyuh laut atau taifun dan
gelombang pasang air laut. Banjir ini terjadi karena air dari laut meresap
ke daratan di dekat pantai dan mengalir ke daerah pemukiman atau karena
pasang surut air laut. Banjir ini biasanya terjadi di daerah pemukiman yang
dekat dengan pantai.
Banjir yang terjadi di wilayah sempit, kecepatan air tinggi, dan
berlangsung cepat dan jumlah air sedikit. Banjir ini biasanya terjadi di
pemukiman dekat hulu sungai. Terjadinya banjir ini biasanya karena
tingginya debit air yang mengalir, sehingga alirannya sangat deras dan bisa
berdampak destruktif.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui tindakan untuk mengurangi banjir, dampak serta
cara penanggulangan banjir bandang
2. Untuk mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dalam
C. Rumusan Masalah
1. Apa tindakan yang harus dilakukan dalam mengurangi banjir bandang,
dampak serta cara penanggulangan banjir bandang ?
Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan.
Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian
daerah banjir.
Tidak membuang sampah ke dalam sungai.
Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan
serta mengurangi aktifitas di bagian sungai rawan banjir.
Dampak fisik
Kerusakan pada sarana-sarana umum, kantor-kantor pelayanan
Dampak lingkungan
Mencakup pencemaran air (oleh bahan pencemar yang dibawa oleh
banjir) atau tumbuhan disekitar sungai yang rusak akibat terbawa
banjir.
Dampak ancaman wabah penyakit
Setelah banjir pada saat dan sesudah banjir, seperti penyakit diare,
penyakit yang disebabkan oleh nyamuk.
sungai
▪ Aliran sungai tidak lancar karena banyaknya sampah serta
fungsi lahan
▪ Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini di
sungai
▪ Tidak membuang sampah ke dalam sungai dan rutin
permukaan laut
▪ Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu
dilaksanakan, dibarengi pengurangan aktivitas di bagian
sungai rawan banjir
3. Yang harus dilakukan sebelum terjadi banjir
penyebar penyakit
▪ Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi banjir
susulan
Tahap Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan adalah upaya menghadapi situasi darurat serta
mengenali berbagai sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pada
saat itu. Hal ini bertujuan agar warga mempunyai persiapan yang lebih
baik untuk menghadapi bencana.
Tindakan kesiapsiagaan:
▪ TRIASE
sehari-hari.
2. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian.
3. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan
penanganan kesehatan di RS.
4. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian.
5. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan
b. Bidang operasi
c. Bidang perencanaan
Bidang perencanaan bertugas dan bertanggung jawab atas
pengumpulan,analisis data dan informasi yang berhubungan
dengan masalah kesehatan saat penanganan tanggap darurat
bencana dan menyiapkan dokumen rencana serta laporan tindakan
operasi tanggap darurat.
d. Bidang logistik dan peralatan
Tahap penyiagaan
RHA merupakan salah satu upaya awal saat tanggap darurat yang
dilakukan untuk mengetahui besar masalah, potensi masalah kesehatan
yang mungkin terjadi saat bencana serta kebutuhan sumber daya yang
harus segera dipenuhi agar penanganan bencana dapat berdaya guna
dan berhasil guna.
Tim RHA melakukan serangkaian aktivitas untuk memastikan
kejadian bencana, waktu dan lokasi kejadian, mengetahui jumlah
korban, potensi risiko krisis kesehatan, dan kebutuhan sumber daya
yang harus segera dipenuhi. Aspek yang dinilai pada kegiatan RHA
meliputi aspek medis, epidemiologis dan kesehatan lingkungan.
Anggota tim sebaiknya memiliki pengalaman dan pengetahuan di
bidangnya, memiliki integritas dan mampu bekerja dalam situasi
bencana. Apabila dampak bencana sangat luas, dapat dibentuk beberapa
tim.
Aspek medis yang dinilai meliputi masalah serta kebutuhan
pelayanan medis korban pra rumah sakit, rumah sakit dan rujukan.
Penilaian ini harus dilakukan dan dilaporkan sesegera mungkin untuk
penanganan yang cepat dan tepat. Kegiatan ini harus dilakukan oleh
orang yang memiliki pengalaman dan pengetahuan di bidang
kegawatdaruratan medis. Aspek yang dinilai antara lain :
a. Mengidentifikasi lokasi bencana, meliputi daerah pusat bencana,
akses transportasi dan komunikasi dari dan ke lokasi, lokasi pos
medis lapangan(dapat berupa puskesmas atau tenda perawatan
sementara) dan sumber daya yang berada di lokasi;
b. Mengidentifikasi pos medis depan beserta sumber dayanya, yaitu
rumah sakit terdekat, yang akan dijadikan sebagai tempat rujukan
awal. Data mengenai rumah sakit setempat seharusnya sudah
tersedia sebelum terjadi bencana;
c. Mengidentifikasi pos medis belakang beserta sumber dayanya,
yaitu rumah sakit rujukan bagi korban yang memerlukan perawatan
lebih lengkap. Data mengenai sumber daya rumah sakit rujukan ini
seharusnya sudah tersedia sebelum terjadi bencana;
d. Mengidentifikasi pos medis sekunder, yaitu rumah sakit lainnya
seperti rumah sakit TNI, Polri atau swasta yang dapat dijadikan
dan lain‐lain.
b. Keselamatan
Dalam semua tahap operasi, keamanan dan keselamatanmerupakan
faktor paling utama yang harus diperhatikan semua petugas kesehatan.
Perlu dilakukan koordinasi dengan sektor terkait untuk memastikan
keamanan dan keselamatan petugas di lokasi agar petugas dapat
dan keramaian.
1) Melokalisasi korban;
b. Triase
Triase lapangan dilakukan pada tiga tingkat, yaitu:
1. Triase di tempat;
Triase dilakukan di tempat korban ditemukan atau tempat
penampungan korban sementara di lapangan. Karena terbatasnya
tenaga medis dan akses, triase lapangan dapat dilakukan oleh
tenaga awam terlatih yang lebih dahulu berada di lokasi, seperti
polisi dan pemadam kebakaran. Para awam terlatih ini diharapkan
minimal mampu mengidentifikasi kelompok korban gawat darurat
(merah dankuning) dan non gawat darurat (hijau).
Setiap korban diberi tanda sesuai tingkat kegawatdaruratannya
yang dapat berupa pita berwarna(merah untuk gawat darurat, hijau
untuk non gawat darurat dan hitam untuk korban meninggal).
2. Triase medik;
3. Triase evakuasi.
c. Pertolongan pertama
Pertolongan pertama dilakukan oleh para sukarelawan
terlatih,petugas pemadam kebakaran, polisi terlatih, SAR, tim medis
gawat darurat. Pertolongan pertama dapat diberikan di lokasi
bencana (pos medis lapangan), sebelum korban dipindahkan, tempat
penampungan sementara (pos medis depan), pada “tempat hijau” di
pos medis belakang serta dalam ambulans saat korban dipindahkan
ke fasilitas kesehatan.
Pos medis lapangan adalah tempat pertolongan pertama di lokasi
bencana, dapat berupa tenda perawatan dan puskesmas. Pemilahan
korban (triase) dilakukan di pos medis lapangan dan dikelompokkan
sesuai tag (warna) tingkat kegawatdaruratan.
Pos medis depan adalah fasilitas kesehatan terdekat dengan lokasi
bencana, dapat berupa rumah sakit atau puskesmas rawat inap.
Korban yang membutuhkan stabilisasi segera dan pengawasan
intensif dapat dirawat di pos medis depan sebelum di rujuk ke pos
medis belakang.
Apabila pos medis depan adalah rumah sakit yang memiliki fasilitas
lengkap maka pos medis belakang menjadi rujukan sekunder jika
jumlah korban melampaui kapasitas pos medis depan.
Pertolongan pertama yang diberikan pada korban di setiap pos dapat
berupa kontrol jalan nafas, fungsi pernafasan dan
jantung,pengawasan posisi korban, kontrol perdarahan, imobilisasi
fraktur,pembalutan dan usaha‐usaha untuk membuat korban merasa
PENUTUP
1. Kesimpulan
Bencana (disaster) menurut WHO adalah setiap kejadian yang
menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau
memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu
yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena.
Bencana terbagi menjadi dua jenis yaitu bencana alam seperti banjir, genangan,
gempa bumi, gunung meletus, badai, kekeringan, wabah, serangga dan lainnya
dan bencana ulah manusia (man made disaster) seperti tabrakan pesawat udara
atau kendaraan, kebakaran, huru-hara, sabotase, ledakan, gangguan listrik,
ganguan komunikasi, gangguan
transportasi dan lainnya.
Banjir bandang adalah banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba dan
berlangsung hanya sesaat yang yang umumnya dihasilkan dari curah hujan
berintensitas tinggi dengan durasi (jangka waktu) pendek yang menyebabkan
debit sungai naik secara cepat. Peran perawat dalam menghadapi banjir bandang
meliputi pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.
2. Saran
Ada beberapa tindakan yang bisa mengurangi dampak resiko
penanggulangan banjir, diantaranya yaitu :
Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan.
Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian
sungai yang sering menimbulkan banjir.
Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta
daerah banjir.
Tidak membuang sampah ke dalam sungai.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, M. (2015). Kajian Kerentanan di Kawasan Permukiman Rawan Bencana Kecamatan Semarang
Barat, Kota Semarang. Badan Pusat Statistik. (2017). Kabupaten Kendal Dalam Angka Tahun
Bakornas PB. (2007). Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia. Benson,
C., Twigg, J., & Rossetto, T. (2007). Tools for Mainstreaming Disaster Risk Reduction :
Organisations Tools for Mainstreaming Disaster Risk : Disaster Risk : Geneva: ProVention
Consortium.
Birkmann, J., & Wisner, B. (2006). Measuring the un-measurable:The Challenge of Vulnerability. The
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008 Tentang