Disusun Oleh :
Novita Anggreani
(20902100115)
A. Latar Belakang
EKG (Elektrokardiogram) adalah sebuah test yang dilakukan untuk melihat
aktivitas electrical pada jantung seseorang, biasanya hasil dari EKG pada sebuah
kertas EKG atau pada layar yang menggambarkan garis berupa aktivitas pada sebuah
jantung. Hasil test EKG biasanya dibaca oleh seorang dokter ahli atau cardiographer
untuk dilihat apakah terdapat aktivitas yang tidak normal atau tidak biasa pada
jantung seseorang atau tidak. Sekilas pengamatan pada rekaman EKG sudah cukup
untuk menegakkan diagnosis infark miokardium yang sedang terjadi, mengenali
aritmia yang kemungkinan besar mengancam jiwa, menentukan dengan tepat
pengaruh jangka panjang yang ditimbulkan oleh hipertensi yang menetap atau
pengaruh akut emboli paru masif, atau sekedar memberikan data-data kesehatan
kepada seseorang yang ingin memulai program olahraga.
Untuk menghasilkan data yang akurat dibutuhkan sadapan EKG pada 12 leads.
Leads sendiri adalah titik sadapan yang masing-masing sadapannya ditentukan oleh
lokasi dan orientasi berbagai elektroda pada tubuh. Setiap sadapan pada jantung dari
sudut tertentu yang memperkuat sensitivitasnya pada bagian jantung tersebut
dibandingkan dengan bagian jantung lainnya. Semakin banyak sudut pandang,
semakin banyak informasi yang didapat pula. Dua buah elektroda dipasang pada
lengan dan dua lagi dipasang pada kaki pasien dimana elektroda-elektroda tersebut
akan menghasilkan enam sadapan ekstremitas yang meliputi tiga sadapan standar
dan tiga sadapan tambahan/augmented. Enam elektroda lainnya dipasang sepanjang
dada untuk menghasilkan enam sadapan prakodial
Aktivitas jantung dikendalikan oleh sistem saraf otonom. Serat saraf simpatis
meningkatkan denyut jantung, konduksi nodus atrioventrikular dan kontraktilitas
miokardium. Norepinefrin yang disekresikan oleh serabut postganglion
menyebabkan interaksi dengan reseptor beta 1-adrenergic pada jantung dan
meningkatkan permeabilitas sel terhadap ion natrium dan kalsium, sehingga berefek
pada peningkatan kontraktilitas, konduktivitas dan eksitabilitas jantung. Saraf
parasimpatis postganglioner mensyarafi nodus SA dan AV. Stimulasi reseptor
muskarinik melalui pelepasan asetilkolin menurunkan eksitabilitas atrium dan
memperlambat konduksi impuls ke ventrikel
Kelainan bentuk gelombang pada EKG dapat terjadi pada gangguan status
fisiologis, diantaranya karena obat, racun, ketidak seimbangan elektrolit dan
metabolit, dan keadaan hipoksia. Mekanisme utama terjadinya kelainan gambaran
EKG adalah melalui aksi depresan membran dan kerja sistem saraf otonom.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan irama jantung/disritmia
2. Mengetahui keadaan jantung dan otot jantung
3. Untuk mengetahui fungsi diagnostic jantung
C. Sasaran
Pasien Ny.S dengan diagnosa medis hyperglikemia
BAB II
DESKRIPSI KASUS
A. Karakteristik sasaran
1. Jenis kelamin : Perempuan
2. Usia : 46 Tahun
3. Diagnosa medis : Dyspnea
B. Analisa kasus
Ny.S berusia 46 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri dada seperti
ditusuk tusuk Menjalar dan tembus kebelakang, keluhan muncul 1 hari yang lalu,
mual (+), muntah (+), lemas, batuk, sesak nafas, tidak nafsu makan. Klien
mempunyai riwayat Anemia. Pernah di riwayat di RS selama 2 minggu karena
anemia. Saat dilakukan pengkajian didapatkan TD: 132/81 MmHg, R: 32x/menit, N:
84 x//menit, S: 36,7 Spo2 63%.
B. Tujuan tindakan/skill
4. Untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan irama jantung/disritmia
5. Mengetahui keadaan jantung dan otot jantung
6. Untuk mengetahui fungsi diagnostic jantung
C. Ketrampilan spesifik yang diperlukan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan EKG memegang peranan yang sangat penting dalam membantu
menegakkan diagnosis penyakit jantung. EKG disamping mampu mendeteksi kelainan
jantung secara pasti, juga keadaan (kelainan) diluar jantung, missal adanya gangguan
elektrolit terutama kalium dan kalsium. Disamping kemampuannya dalam mendeteksi
secara pasti dari kelainan jantung tetapi EKG harus diakui mempunyai banyak
kelemahan juga. EKG tidak dapat mendeteksi keparahan dari penyakit jantung secara
menyeluruh, misalnya tingkat kerusakan otot jantung dari serangan IMA. EKG juga
tidak dapat mendeteksi gangguan hemodinamik akibat suatu penyakit jantung
B. Saran
Penyusun sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini,
baik dari tulisan maupun bahasan. Oleh karena itu penyusun mohon diberikan saran dan
kritikan agar bisa membuat makalah lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA
Basaruddin, T, dkk. 2011. Klasifikasi Beat Aritmia Pada Siyal EKG Menggunakan Fuzzy
Wavelet Learning Vector Quantization. Universitas Negeri Surabaya, Surabaya.
Fitrian, Nur. 2007. Bab II. Skripsi , Universitas Sumatera Utara, Medan
Hidayati, Nurul, Budi Warsito. Prediksi Terjangkitnya Penyakit Jantung Dengan Metode
Learning Vector Quantization.2010. Universitas Diponegoro, Semarang