Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Anak usia dini merupakan masa keemasan untuk menanamkan nilai-nilai
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sehingga berpotensi sebagai agen perubahaan
untuk mempromosikan PHBS, baik di lingkungan Rumah Sakit, sekolah, keluarga
dan masyarakat. Memberikan edukasi sejak dini mengenai personal hygiene pada
anak, terutama cara menggosok gigi yang benar, makan dengan mandiri, berhias atau
berpakaian dan toileting secara mandiri. Selain itu membiasakan mencuci tangan
pakai sabun pada anak dapat mencegah terjadinya penyakit yang diakibatkan oleh
bakteri, seperti diare, typoid, dan sebagainya. Penyakit infeksi nosokomial yang
disebabkan oleh bakteri sering menyerang anak-anak terutama mereka yang status
gizi dan personal hygienenya rendah. Berdasarkan prevalensi infeksi nosokomial di
Indonesia melalui Departemen Kesehatan RI, telah melakukan survey pada tahun
2013 terhadap 10 Rumah Sakit Umum Pendidikan, didapatkan angka yang cukup
tinggi 6-16 % angka infeksi nosokomial, dengan rata-rata 9,8%. Survey yang
dilakukan di 10 rumah sakit di DKI Jakarta ini menunjukkan bahwa pasien rawat inap
yang mendapat infeksi yang baru selama dirawat di rumah sakit adalah sebanyak
9,8%. Hal ini tidak akan terjadi jika orang tua dan perawat yang memegang peran
penting membantu personal hygiene anak (Riani and Syafriani 2019).
Personal hygiene adalah upaya yang dilakukan oleh individu untuk menjaga
kebersihan pribadinya agar terhindar dari penyakit. Pemenuhan personal hygiene
dipengaruhi bebagai faktor seperti faktor budaya, nilai sosial individu atau keluarga,
pengetahuan tentang personal hygiene serta persepsi terhadap perawatan diri (Alimul
dikutip dari Putri, dkk, 2016). Masih rendahnya daya tahan tubuh anak di usia dini
memungkinkan banyaknya penyakit yang akan diderita jika personal hygine anak
tidak diperhatikan(Asthiningsih and Wijayanti 2019).
Dalam melakukan personal hygiene harus dilakukan secara baik dan benar
agar terwujud kebersihan yang seutuhnya. Anak-anak dalam hospitalisasi sering kali
tidak melakukan kebersihan gigi dan mulut serta orang tua yang melupakan peranan
penting tersebut, padahal kebersihan rongga mulut yang kurang dijaga dengan baik
dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada jaringan keras seperti gigi, maupun
infeksi jaringan lunak seperti pada pipi, bibir, gusi, dan lidah. Mencuci tangan dengan
sabun merupakan salah satu dari personal hygiene yang perlu diajarkan kepada anak
sejak dini. Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya
pencegahan penyakit nosokomial di lingkungan rumah sakit, hal ini dilakukan karena
tangan seringkali menjadi pembawa mikroorganisme dan menyebabkan
mikroorganisme ini dapat berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak
langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain
seperti handuk, gelas, dan lain sebagainya) (Asthiningsih and Wijayanti 2019).
Dari kasus diatas dikarenakan personal hygiene pada anak adalah salah satu
pilar penting untuk mencegah infeksi nosokomial maka kelompok 9 tertarik untuk
mengambil khasus jurnal artikel yang berjudul “Pemenuhan Kebutuhan Personal
Hygiene Pada Anak : Literature Review” dikarenakan personal hygiene yang baik dan
tepat dapat mencegah infeksi nosokomial dengan peranan penting antara perawat dan
orang tua anak.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui kebutuhan dasar (personal hygien) pasien melalui kebersihan
gigi, kebersihan makan, toileting, berpakaian dan berhias.
2. Untuk mengetahui implikasi pemenuhan kebutuhan personal hygien.
Daftar Pustaka
Asthiningsih, Ni Wayan Wiwin, and Tri Wijayanti. 2019. “Edukasi Personal Hygiene Pada
Anak Usia Dini Dengan G3CTPS.” Jurnal Pesut: Pengabdian Untuk Kesejahteraan
Umat 1(2):84–92.
Riani, and Syafriani. 2019. “Hubungan Antara Motivasi Dengan Kepatuhan Perawat
Melaksanakan Hand Hygiene Sebagai Tindakan Pencegahan Infeksi Nosokomial Di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit A.” Jurnal Ners 3(23):49–59.

Anda mungkin juga menyukai