Disusun Oleh:
Kelompok 5A
A. Latar Belakang
Penyakit kronis merupakan fenomena yang banyak terjadi dikalangan
masyarakat dimana terjadi peningkatan yang signifikan terhadap penyakit tidak
menular. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam faktor diantaranya perilaku
individu yang berisiko terhadap kesehatan seperti konsumsi rokok, gaya hidup
yang tidak sehat, merokok, pengaturan diet dan kurangnya aktivitas fisik(Purwanti
et al., 2020). Pasien penyakit kronis yang terinfeksi COVID-19 akan
mempengaruhi kondisi kesehatan dan berdampak pada rendahnya kualitas hidup
pasien penyakit kronis. Semua masalah ini tampknya meningkat selama saat-saat
kritis, ketika waktu dan sumber daya terbatas seperti di masa pandemic COVID-
19.
Data WHO, pasien kritis di ICU yang umumnya tidak menular masih
menjadi penyebab 73% kematian di Indonesia. Selain itu laporan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas 2018) menunjukkan bahwa risiko masyarakat Indonesia
terserang penyakit kritis semakin meningkat. Kenaikan ini berhubungan erat
dengan gaya hidup masyarakat yang kurang baik (Sulaeman et al., 2021). Dunia
saat ini sedang dihadapkan oleh pandemi COVID-19. Menurut WHO per tanggal
30 Oktober 2020 terdapat 44,9 juta kasus terkonfimrasi COVID-19, 1,18 juta
diantaranya meninggal dunia. Di Indonesia, kasus COVID-19 tanggal 26 Oktober
2021 terdapat 4.241.090 ribu kasus terkonfirmasi COVID-19, 143.270 ribu
diantaranya meninggal dunia, 4.084.831 dinyatakan sembuh (Kemkes 2021).
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh
setiap manusia. Dalam pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan
harus memiliki peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Perawat
dituntut mampu memberikan pemenuhan yang lebih pada saat pasien akan
dioperasi, pasien kritis atau menjelang ajal. Dengan demikian, terdapat keterkaitan
antara keyakinan dengan pelayanan kesehatan dimana kebutuhan dasar manusia
yang diberikan melalui pelayanan kesehatan tidak hanya berupa aspek biologis,
tetapi juga aspek spiritual. Aspek spiritual dapat membantu membangkitkan
semangat pasien dalam proses penyembuhan [ CITATION Asm18 \l 1033 ]
Ketika penyakit, kehilangan atau nyeri menyerang seseorang, kekuatan
spiritual dapat membantu seseorang kearah penyembuhan atau pada
perkembangan kebutuhan dan perhatian spiritual. Selama penyakit atau
kehilangan, misalnya saja, individu sering menjadi kurang mampu untuk merawat
diri mereka dan lebih bergantung pada orang lain untuk perawatan dan dukungan.
Distres spiritual dapat berkembang sejalan dengan seseorang mencari makna
tentang apa yang sedang terjadi, yang mungkin dapat mengakibatkan seseorang
merasa sendiri dan terisolasi dari orang lain. Individu mungkin mempertanyakan
nilai spiritual mereka, mengajukan pertanyaan tentang jalan hidup seluruhnya,
tujuan hidup dan sumber dari makna hidup (Husaeni & Haris, 2020)
B. Tujuan
1. Tujuan utama
Mengetahui perawatan spiritual pada pasien sakit kritis selama pandemic
covid-19
2. Tujuan Khusus
a) Penerapan penerapan perawatan spiritual pada pasien sakit kritis selama
pandemic covid-19
b) Untuk mengetahui hasil penerapan perawatan spiritual pada pasien sakit
kritis selama pandemic covid-19
BAB II
ABSTRAK ARTIKEL
Abstract
Introduction : Spiritual care has a positive influence when patients are subjected to
serious illnesses, and critically ill situations such as the case of the COVID-
19 pandemic.
Purpose : The purpose of this study was to investigate the perceptions and attitudes of
nurses working at critical care units and emergency services in Spain
concerning the spiritual care providing to patients and families during the
COVID-19 pandemic.
Methods : A qualitative investigation was carried out using in-depth interviews with
19 ICU nursing professionals.
Findings : During the pandemic, nurses provided spiritual care for their patients.
Although they believed that spirituality was important to help patients to
cope with the disease, they do not had a consensual definition of spirituality.
Work overload, insufficient time and lack of training were perceived as
barriers for providing spiritual healthcare.
Discussion : These results support the role of spirituality in moments of crisis and
should be considered by health professionals working in critical care
settings.
Intisari
Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi dan sikap
perawat yang bekerja di unit perawatan kritis dan layanan darurat di Spanyol
tentang pemberian perawatan spiritual kepada pasien dan keluarga selama
pandemi COVID-19.
Diskusi : Hasil ini mendukung peran spiritualitas di saat-saat krisis dan harus
dipertimbangkan oleh profesional kesehatan yang bekerja di tempat
perawatan kritis.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Judul Penelitian
“Perawatan spiritual pada pasien sakit kritis selama Pandemi covid-19”
B. Penulis
Roc-ıo de Diego-cordero, PhDA, Lorena Lo-pez-Go-mez, RNB, Giancarlo Lucchetti,
MD, PhDC, Ba-rbara Badanta, PhDD,
C. Sumber
Nursing Outlook 000(2021)1-14, ScienceDirect
D. Tanggal Publikasi
17 Juni 2021
E. Tujuan dan Masalah penelitian
Tujuan :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi dan sikap perawat
yang bekerja di unit perawatan kritis dan layanan darurat di Spanyol tentang
pemberian perawatan spiritual kepada pasien dan keluarga selama pandemi COVID-
19. Metode: Investigasi kualitatif dilakukan dengan menggunakan wawancara
mendalam dengan 19 profesional keperawatan ICU.
Masalah :
Selama pandemi, perawat memberikan perawatan spiritual untuk pasien
mereka. Meskipun mereka percaya bahwa spiritualitas penting untuk membantu
pasien mengatasi penyakitnya, mereka tidak memiliki definisi konsensual tentang
spiritualitas. Beban kerja yang berlebihan, waktu yang tidak mencukupi dan
kurangnya pelatihan dianggap sebagai hambatan untuk menyediakan perawatan
kesehatan spiritual. Hasil ini mendukung peran spiritualitas di saat-saat krisis dan
harus dipertimbangkan oleh profesional kesehatan yang bekerja di tempat perawatan
kritis.
F. Metode Penelitian
1) Desain
Telah dilakukan penelitian kualitatif, eksploratif dan deskriptif dengan
pendekatan etnografi-fenomenologis. Pendekatan ini dicirikan oleh
a) orientasi konseptual yang diberikan oleh tim peneliti;
b) fokus pada komunitas yang berbeda;
c) fokus pada masalah dalam konteks tertentu;
d) jumlah peserta terbatas;
e) penggunaan peserta yang mungkin memiliki pengetahuan khusus; dan
f) penggunaan episode observasi partisipan yang dipilih ( Muecke, 1994).
Pengumpulan data terdiri dari wawancara mendalam yang dilakukan oleh
penyidik yang memenuhi syarat dari Januari hingga Juni 2020 (pengumpulan
data 6 bulan).
2) Sampel dan Pengaturan
3) Pengumpulan data
Selain itu, sebagai bagian dari wawancara, peserta diminta untuk mengirim
gambar yang diambil oleh mereka selama pandemi COVID-19. Gambar-gambar
ini penting untuk menguatkan pernyataan peserta dan untuk menunjukkan
pengalaman mereka dengan spiritualitas dan perawatan spiritual. Dalam beberapa
dekade terakhir, ada kecenderungan minat untuk menggunakan teknik kualitatif
seperti photovoice, sebagai metode penelitian dalam penelitian kesehatan untuk
sepenuhnya memeriksa konteks yang dipelajari (Oosterbroek, Yonge, & Myrick,
2020). Para peserta diorientasikan untuk menghasilkan foto dan mereka diminta
untuk melaporkan apa yang diwakili oleh setiap foto kepada mereka. Tim peneliti
menganalisis gambar-gambar ini, yang dimasukkan ke dalam analisis.
4) Instrumen
5) Analisis data
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas menunjukan perawat bertanggung jawab memberikan
perawatan spiritual kepada pasien walaupun mereka tidak memeliki definisi
konseptualitas dan tidak untuk penanganan ini. Kebingungan dengan keragaman
agama yang menjadi hambatan bagi pemberian perawatan spiritualitas. Walaupun
Organisasi Kesehatan Dunia mengusulkan aspek spiritual sebagai komponen
kesehatan pada tahun 1983, namun belum ada definisi spritual yang jelas. Dalam
perawatan spiritual sangat berpengaruh dalam spiritualitas/ regionalitas.
Dalam hal yang sama perawatan spiritual lebih di berikan keluarga. Dalam penelitian
menunjukkan bahwa perawatan spiritual masih banyak di percayai yang dapat
memberikan perawatan tersebut adalah pendeta, ataupun sesuai dengan agamanya.
Dalam masa pendemi yang pasien tidak boleh di jenguk akan membuat pasien tegang
dan merasa stress nah di sinilah peran perawatan spiritual sangat berguna untuk
memperkuat spirituallitas. Dengan demikian perlunya perawat meningkatkan
kompetensi mereka untuk memberikan keperawatan spiritual.
B. Saran
Dalam masa pendemi yang pasien tidak boleh di jenguk akan membuat pasien tegang
dan merasa stress nah di sinilah peran perawatan spiritual sangat berguna untuk
memperkuat spirituallitas. Maka saran dari kelompok kami untuk para perawat yaitu
perlunya perawat meningkatkan kompetensi untuk memberikan/memenuhi kebutuhan
spiritual yang tepat bagi klien.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, A. (2018). teknik prosedural keperawatan : Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar
klien (19). Salemba Medika.
Husaeni, H., & Haris, A. (2020). Aspek Spiritualitas dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual
Pasien. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 12(2), 960–965.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v12i2.445
Purwanti, O. S., Studi, P., Keperawatan, I., Kesehatan, F. I., & Surakarta, U. M. (2020).
Strategi Peningkatan Kualitas Kesehatan Pasien Kronis di Era New Normal. 147–151.
Sulaeman, Basra, Muhajirah, Hasanuddin, I., & Purnama, J. (2021). Pengaruh Edukasi
Terhadap Kecemasan Keluarga Pada Pasien Menjelang Ajal. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Pencerah, 10(1), 21–27.