Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN SUCTION PADA Tn.

DI RUANG ICU
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

Disusun Oleh :

Risma Wulandari

(20902100135)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2022
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Icu (intensive care unit) adalah ruang rawat di rumah sakit yang dilengkapi dengan
staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien dengan perubahan
fisiologi yang cepat memburuk (keadaan kritis). Salah satu peralatan standar minimal di
intensive care unit (icu) diantaranya ventilasi mekanik yang berfungsi untuk membantu
pasien bernafas melalui endotrakeal tube (ett). Pasien yang menggunakan ventilator
mekanik mendapatkan sedatif, analgetik yang kuat dan relaksan otot. Hal ini membuat
pasien tidak mampu mengeluarkan sekret secara spontan sehingga pasien dapat berisiko
terkena pneumonia (musliha, 2010). Kejadian pneumonia nasokomial di ruangan icu
(intensif care unit) lebih banyak dijumpai kurang lebih 25% dari semua infeksi dan
menyebabkan mortalitas sebesar 33-50% dick, a et al (2012).

Pada pasien yang terpasang endotrakeal tube pasti akan dilakukan tindakan suction.
Suction dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kateter melalui (ett) untuk
membersihkan serta memperlancar jalan nafas, mengurangi retensi sputum dan mencegah
terjadinya infeksi paru. Pada umumnya, pasien dengan ett memiliki reflek tubuh yang
kurang untuk mengeluarkan benda asing, sehingga perlu suatu tindakan penghisapan
lendir (suction) (nurachmah & sudarsono, 2000). Terdapat dua jenis teknik suction yaitu
closed suction system (css) dan open suction system (oss). Metode oss merupakan suatu
metode yang mengharuskan pasien untuk melepaskan ventilator sehingga pasien tidak
mampu menerima oksigenasi selama suction (jung, 2008). Sedangkan css digunakan
untuk mencegah kontaminasi udara luar, kontaminasi personil dan pasien, mencegah
penurunan saturasi oksigen selama dan setelah suction, serta mempertahankan tekanan
ventilasi tekanan positif atau peep, terutama pasien yang sensitif saat terlepas dari
ventilator. Wiyoto tahun 2010 mengatakan, bila tindakan hisap lendir (suction) tidak
segera dilakukan pada pasien dengan gangguan bersihan jalan nafas maka dapat
menyebabkan pasien tersebut mengalami kekurangan suplai O2 (hipoksemia), yang dapat
menyebabkan kerusakan otak permanen bila tidak terpenuhi o2 selama 4 menit. Cara
untuk mengecek hipoksemia adalah dengan memantau kadar saturasi oksigen (spo2) yang
dapat menggambarkan prosentase o2 yang mampu dibawa oleh hemoglobin.

Menurut wijaya et al,.tahun 2015 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa setelah


dilakukan suction pasien yang terpasang ett saturasi oksigennya dapat mengalami
penurunan antara 4 – 10 %. Namun, dampak dari tindakan suction diantaranya selain
desaturasi oksigen, perubahan hemodinamik, suction juga dapat menjadi stressor bagi
pasien, sehingga hemodinamik adalah hal yang perlu dipantau dari pasien. Mosby (1998,
dalam jevon dan ewens 2009) menyatakan bahwa perubahan hemodinamik adalah
komponen utama dalam perawatan intensif. Hemodinamik merupakan sebuah
pemeriksaan pada aspek sirkulasi darah, fungsi jantung serta karakteristik fisiologis
vaskular perifer. Hemodinamik pasien dapat berubah dengan mudah sesuai keadaan
pasien pada saat itu. Dalam penelitian maggiore, et all tahun 2013 terdapat 46,8%
responden yang mengalami penurunan kadar saturasi oksigen saat dilakukan suction.
Maggiore menyatakan bahwa tindakan suction ETT dapat menyebabkan terjadi
penurunan kadar saturasi oksigen >5%. Dalam saskatoon health regional authority 2010
menyebutkan bahwa komplikasi yang dapat timbul dari suction diantaranya adalah
hipoksemia/hipoksia. Sehingga pasien yang terpapar penyakit pada sistem pernapasan
akan sangat mudah terjadi penurunan nilai saturasi oksigen yang signifikan saat
dilakukan suction.

b. Tujuan
Mengetahui bagaimana gambaran nilai hemodinamik pasien setelah dilakukan suction.
c. Sasaran
Pasien Tn. S yang terpasang ETT di ruang ICU
BAB II
DESKRIPSI KASUS

a. Karakteristik sasaran
1. Jenis kelamin : Laki-laki
2. Usia : 45 Tahun
3. Mode ventilator : ventilator mekanik dengan mode PAC
4. Hemodinamik : hemodinamik pasien menunjukkan TD: 140/89 mmhg, HR:75
x/menit, Suhu: 370c, spo2: 100%, RR: 10x/mnt
b. Analisa kasus
Tn.S berusia 45 tahun diagnosis medis Post Cholesistomy, Gagal napas, Pasien
terpasang ETT dan Pemeriksaan status kesadaran diperoleh tingkat kesadaran GCS: 10
(E: 4, V:ett, M:5 ). Pasien mengalami penurunan kesadaran dan saturasi oksigen
menurun. Dan saat dilakukan pemeriksaan suara nafas pasien, terdengar seperti ada
secretnya oleh karena itu, pasien perlu dilakukan prosedur suction untuk membebaskan
jalan napas pasien dari penumpukan sekret akibat pemasangan ETT.
c. Prinsip tindakan menurut teori (sesuai dengan karakteristik sasaran),
Penerapan prosedur suction diharapkan sesuai dengan standar prosedur yang sudah di
tetapkan dengan menjaga kesterilan dan kebersihan agar pasien terhindar dari infeksi
tambahan karena prosedure tindakan suction
1. Aseptik : Segala upaya yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme
ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi.
2. Asianotik : Tindakan yang tidak boleh menimbulkan sianosis.
3. Afektif : Tindakan yang dilandaskan gaya atau makna yang menunjukan perasaan dan
emosi.
4. Atraumatik : Tindakan yang mencegah terjadinya trauma.
d. Data hasil pemeriksaan
1. Setelah dilakukan tindakan section di harapkan meningkatnya suara napas
2. Menurunya peak inspiratory pressure, menurunya ketegangan saluran napas
3. Meningkatnya tidal volume.
4. Adanya peningkatan dari nilai arterial blood gas, atau saturasi oksigen yang bisa di
pantau dengan pulse oxymeter dan hilangnya sekresi pulmonal.
BAB III
METODOLOGI TINDAKAN

a. Terdiri dari deskripsi tindakan/skill (sesuai karakteristik sasaran),


Prosedur suction ETT

1. Cuci tangan

2. Memakai alat pelindung diri (sarung tangan steril/bersih dan masker)

3. Menghidupkan mesin penghisap sekresi dan atur regulator vakum untuk


menetapkan tekanan yang sesuai

4. Siapkan suction, lalu hubungkan satu ujung selang penghubung suction dengan
mesin penghisap dan tempatkan ujung yang lain di tempat yang aman

5. Masukkan (insersi) suction di area mulut (orofaring),di daerah yang terpasang ett

6. Pengisapan dilakukan sambil menarik kateter suction dengan gerakan memutar.


Jika ada rangsangan batuk, tarik sepanjang kira-kira 2 cm untuk mencegah trauma
pada carina

7. Jika jalan napas klien sudah bersih dari sekret, hentikan tindakan

8. Bilas suction dengan air bersih yang sudah disipakan dalam kom.

9. Matikan mesin pengisap, kemudian lepaskan selang penghubung suction dengan


mesin penghisap.

10. Letakkan suction di dekat klien

11. Lepas sarung tangan dan cuci tangan

12. Dokumentasikan tindakan dan monitor respon pasien pada lembar catatan asuhan
keperawatan pada meja pasien
b. Tujuan tindakan/skill,
Untuk mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses
pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret pada klien yang tidak
mampu mengeluarkannya sendiri.
c. Ketrampilan spesifik yang diperlukan,

d. Alat yang diperlukan,


Persiapan alat
1) Set penghisap sekresi atau suction portable lengkap dan siap pakai
2) Kateter penghisap steril dengan ukuran 20 untuk dewasa
3) Sarung tangan steril/bersih
4) Masker
5) Kassa steril/bersih
6) Kom berisi air/nacl untuk membilas kateter suction
e. Waktu pelaksanaan,

1. Pada auskultasi terdengar suara napas yang kasar atauu ada suara napas tambahan.
2. Diduga ada sekresi mucus pada saluran pernapasan.
3. Apabila klinis memperlihatkan adanya peningkatan beban kerja sistem pernafasan.
4. Pengambilan specimen untuk pemeriksaan laboratorium.
5. Sebelum dilakukan radiologis ulang untuk evaluasi.
6. Untuk mengetahui kepatenan dari pipa endotrakeal.
f. Hal-hal yang perlu diwaspadai,
1. Hipoksia / hipoksemia
2. Kerusakan mukosa bronkial atau trakeal
3. Cardiac arest
4. Arithmia
5. Atelektasis
6. Perdarahan dari paru
7. Peningkatan tekanan intra kranial
g. Antisipasi untuk meminimalkan hambatan,
1. Posisikan klien dengan kepala lebih rendah.
2. Setiap periode suctioning tidak boleh lebih dari 10 detik. Jeda antara periode
suctioning sekitar 1-3 menit.
3. Bila suction telah dilakukan namun masih terdapat sekret maka prosedur dapat di
ulangi 1-4 kali sesuai yang dibutuhkan.
h. Sistem evaluasi.
1. Observasi keadaan umum klien dan status pernapasannya.
2. Observasi sekret tentang jumlah, warna, bau, konsistensi.
BAB IV
PENUTUP

a. Kesimpulan
Suction (Pengisapan Lendir) merupakan tindakan pengisapan yang bertujuan
untuk mempertahankan jalan napas, sehingga memungkinkan terjadinya proses
pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret dari jalan nafas, pada
klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri. Suction merupakan suatu metode
untuk mengeluarkan secret jalan nafas dengan menggunakan alat dari mulut, nasofaring,
atau trakea.
b. Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang
diharapkan, karena masih terbatasnya pengetahuan penyusun. Oleh karena itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Hudak & gallo.(2006). Critical care nursing : a holistic approach. (7th edition). Lippincott:
philadelphia
Kozier, b., erb, g., berman, a. & snyder, s.j. (2009). Fundamental of nursing: concepts, process
and practice seventh. Jakarta: egc.
Smeltzer, s.c., & bare, b.g. (2008). Buku ajar keperawatan medical bedah (8 ed)(vol 2). Jakarta:
EGC

TIM FIK.(2019). Buku skill lab keperawatan medical bedah (1). Unissula semarang. SA press

Anda mungkin juga menyukai