PENDAHULUAN
Menurut UU NO.22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan,
Pasal 1 No.24 disebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di
jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau
tanpa pengguna jalan yang lain yang mengakibatkan korban manusia dan atau
kerugian harta benda.1
2.2 Klasifikasi
Berdasarkan UU NO.22 Tahun 2009 Pasal 229 No.1-5 membagi kecelakaan lalu
lintas sendiri menjadi 3, yaitu:
2.4 Insidensi
2.5 Pola
2.6 Penyebab Kematian Dalam Kecelakaan Lalu Lintas
parah pada bagian kepala yang kemudian mengalami gegar otak dan
tewas setelah bertahan beberapa saat setelah ditabrak, biasanya akan terdapat
udara dari darah, atau asfiksia traumatis dari fiksasi bagian dada yang
ekstensif, embolisme lemak, infeksi lokal, infeksi dada atau sistemik lainnya,
2.10
BAB III
A. Pemeriksaan Forensik
Dalam rangka membantu proses peradilan dalam hal menyelesaikan
kasus hukum mengenai kecelakaan lalu lintas, seorang dokter adalah
seorang ahli yang tepat bagi penegak hukum untuk memeriksa barang bukti
yang berupa mayat, orang hidup, bagian tubuh manusia, atau sesuatu yang
berasal dari tubuh manusia.10
Kegiatan otopsi secara umum identik dengan prosedur yang biasanya
berlaku tetapi ditambah dengan perhatian khusus pada hal-hal berikut ini:
Bunuh diri dengan kendaraan bermotor adalah salah satu hal yang
sulit dalam praktek forensik. Kecuali situasi dan bukti-bukti jelas. Cara dan
posisi kematian pada pemeriksaan forensic sangat penting bagi pihak
perusahaan asuransi dalam hal klaim terhadap asuransi tersebut.8
Luka ringan adalah luka yang tidak menyebabkan sakit atau halangan
dalam melakukan pekerjaan (jabatan atau pencarian). Luka sedang adalah
luka/cedera diantara luka berat dan luka ringan (misalnya vulnus laceratum,
vulnus scissum, atau fraktur) yang tidak mengancam nyawa. Dengan kata
lain, luka sedang merupakan luka yang menyebabkan penyakit atau
menghalangi pekerjaan untuk sementara waktu. Luka yang termasuk luka
berat dirinci dalam KUHP pasal 90 antara lain adalah jatuh sakit atau
mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali atau
yang menimbulkan bahaya maut, tidak mampu terus-menerus untuk
menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan, kehilangan salah satu
pancaindera, mendapat cacat berat, menderita sakit lumpuh, terganggunya
daya pikir selama empat minggu lebih, gugur atau matinya kandungan
seorang perempuan.11
Hal penting pada investigasi tabrak lari adalah indentifikasi dari kendaraan
dan pengemudi yang menyebabkan kematian. Pemeriksaan yang teliti dari
TKP, tubuh, dan pengumpulan bukti adalah hal yang penting. Beberapa
barang yang harus dikumpulkan misalnya: pakaian termasuk sepatu, darah,
urin, rambut dari kepala dan kelamin, kotoran, kaca, oli dan karat pada
pakaian dan tubuh.8
c) Kecelakaan palsu untuk menyebunyikan tindakan kriminal. Kejadian ini
sangat jarang ditemukan, tetapi bukan berarti tidak ada. Seseorang bisa saja
dibunuh d engan suatu maksud, kemudian tubuhnya diletakan di dalam
kendaraan dan kemudian didorong ke jalan raya agar terlihat seperti
kecelakaan. Ketelitian yang tinggi dibutuhkan dalam mengidentifikasi kasus
seperti ini. Pemeriksaan terhadap seluruh luka dan penyebab kematian dapat
membantu dalam proses identifikasi.8
d) Menyembunyikan tindakan kriminal dengan membakar korban di dalam
mobil. Pada kasus seperti ini dapat dilakukan tes CO, karena pada kasus
menyembunyikan korban di dalam mobil dan dibakar, kadar
carboxyhemoglobin pada darah akan rendah. Pemeriksaan otopsi lainnya
juga dapat ditemukan adanya luka-luka lain yang dapat menyebabkan
kematian selain luka bakar.8
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
www.hukumonline.com/pusatdata/download/lt4a604fffd43d3/parent/lt4a64
cfd406d
2.