Anda di halaman 1dari 8

KASUS MEDIKOLEGAL/KEMATIAN: “Kecelakaan Lalu Lintas”

No. ID dan Nama Peserta : dr. Andi Ridha Annisa Rahmat


No. ID dan Nama Wahana : RSU Massenrempulu Enrekang
Topik : Kecelakaan Lalu Lintas
Tanggal (Kasus) : 7 April 2019
Nama Pasien: Tn. A No. Registrasi : 109023
Tanggal Presentasi: 7 Mei 2019 Pendamping: dr. Zulfakhry Sulaiman
Tempat Presentasi: Ruang Pertemuan RSU Massenrempulu Enrekang
Objek Presentasi: Anggota Komite Medik & Dokter Intrensip RSU Massenrempulu Enrekang
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi:
Telah datang seorang laki-laki berumur 18 tahun ke IGD RSU Massenrempulu Enrekang pada hari
Ahad, 7 April 2019 pukul 14.05 WITA diantar oleh polisi. Kejadian terjadi pada hari Ahad sekitar
pukul 10.30 WITA di Jalan Poros Enrekang-Toraja, Kabupaten Enrekang. Kejadian berawal ketika
korban sedang naik motor perjalanan pulang menuju rumahnya dengan santai dan kecepatan sedang
tiba-tiba sebuah motor yang melaju cepat, menyalip motor yang korban kendarai sehingga terjadi
tabrakan yang membuat korban terjatuh di aspal motor korban hancur. Kemudian korban melapor di
Kantor Polisi dan bersama dengan polisi korban di bawa ke IGD RSU Massenrempulu Enrekang.
Korban sampai di IGD RSU Massenrempulu Enrekang dalam keaadan sadar.

Tujuan: Mampu mengidentifikasi kasus kecelakaan lalu lintas, melakukan terapi suportif dan edukasi
kepada pasien terkait diagnosis dan terapi.
Bahan Bahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara Pembahasan: Diskusi Presentasi dan Diskusi E-mail Pos

Data Pasien Nama: Tn.A No. Registrasi : 109023


Poliklinik UGD RSU Massenrempulu Enrekang
Data Utama untuk bahan diskusi:
HASIL PEMERIKSAAN :
Regio shuolder dextra:
 Tampak luka lecet geser berukuran 3,5 cm x 2,6 cm

Tindakan medis yang dilakukan :


- Obat-obatan : Ada (Cefadroxyl 2x1, asam mefenamat 3x1)
- Rawat luka : ada (obat merah)
- Rawat inap : Tidak ada
- Pem. Penunjang : Tidak ada

KESIMPULAN
- Telah diperiksa korban hidup, berjenis kelamin Laki-laki berusia 18 tahun.
- Ditemukan luka lecet geser berukuran 3,5 cm x 2,6 cm pada bahu kanan.
- Dari hasil pemeriksaan ini dapat disimpulkan bahwa perlukaan yang dialami oleh korban ini
merupakan perlukaan akibat benda tumpul.
1
2. Riwayat Pengobatan: -
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit: -
4. Riwayat Keluarga: -
5. Riwayat Trauma: -
6. Lain-Lain: -

Daftar Pustaka:
1. Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Dalam : Kecelakaan Transportasi . Jakarta:
Bina Rupa Aksara. 1997.
2. Peraturan Pelaksanaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta: CV Eko Jaya. 1993.
3. Fauzi AA. Penanganan Cedera Kepala di Puskesmas. Disitasi pada tanggal 4 Mei 2019 dari :
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/072002/pus-1.html-17k. [Last update : Desember 2007]
4. Japardi I. Cedera Kepala. Dalam : Patologi dan Fisiologi Cedera Kepala. Jakarta: Bhuana Ilmu
Populer. 2004.
5. Badan Litbang Departemen Pekerjaan Umum. Perhitungan besaran biaya kecelakaan lalu lintas
dengan menggunakan metoda the gross output (human capital). Jakarta : Departemen Pekerjaan
Umum. 2005.
6. Atmadja DS, Poernomo S, Wijaya R. Hubungan Antara Lokasi Benturan dengan Lokasi
Fraktur dan Cedera Jaringan Otak pada Kekerasan Tumpul Kepala. MKI. Volume : 40, Nomor :
4, April,1990.
7. World Health Organization (WHO). Traffic Accidents. Disitasi pada tanggal 2 Juni 2019 dari :
http://www.who.int/world-health-day/previous/2004/infomaterials/world_report/ en/. [Last
update : Januari 2007].
8. Fintan I. Forencic Medicine : Deaths Due to Motorvehicle Accidents. Disitasi pada tanggal 4
Juni 2019 dari : http://ivanfintan.blogspot.com/.htm. [Last update :Februari 2006]
Hasil Pembelajaran:
1. Diagnosis kasus kecelakaan lalu lintas
2. Pemeriksaan kasus kecelakaan lalu lintas
3. Penanganan kasus kecelakaan lalu lintas

2
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO

1. Subyektif:
Telah datang seorang laki-laki berumur 18 tahun ke IGD RSU Massenrempulu Enrekang pada
hari Ahad, 7 April 2019 pukul 14.05 WITA diantar oleh polisi. Kejadian terjadi pada hari Ahad
sekitar pukul 10.30 WITA di Jalan Poros Enrekang-Toraja, Kabupaten Enrekang. Kejadian
berawal ketika korban sedang naik motor perjalanan pulang menuju rumahnya dengan santai dan
kecepatan sedang tiba-tiba sebuah motor yang melaju cepat, menyalip motor yang korban
kendarai sehingga terjadi tabrakan yang membuat korban terjatuh di aspal motor korban hancur.
Kemudian korban melapor di Kantor Polisi dan bersama dengan polisi korban di bawa ke IGD
RSU Massenrempulu Enrekang. Korban sampai di IGD RSU Massenrempulu Enrekang dalam
keaadan sadar.

2. Obyektif:
PemeriksaanFisik
a. Primary survey (Tanda-Tanda Vital)
1. Airway (Saluran napas) : Clear (bebas).
2. Breathing (Pernapasan): dada simetris, pernafasan 20x/i, thorako-abdominal
3. Circulation (Sirkulasi Darah): 110/60 mmHg
4. Denyut nadi: 80x/i, regular, kuat angkat
5. Tingkat kesadaran: Sadar penuh (GCS E4M6V5)
6. Suhu tubuh : 36,3 C
b. Secondary survey (Status lokalis)
1. Daerah Kepala: Tidak tampak kelainan tertentu
2. Daerah wajah : Tidak tampak kelainan tertentu
3. Daerah telinga: Tidak tampak kelainan tertentu
4. Daerah leher :Tidak tampak kelainan tertentu
5. Daerah bahu: Tampak luka lecet geser berukuran 3,5 cm x 2,6 cm
6. Daerah dada : Tidak tampak kelainan tertentu
7. Daerah perut : Tidak tampak kelainan tertentu
8. Daerah punggung : Tidak tampak kelainan tertentu
9. Daerah lengan kanan: Tidak tampak kelainan tertentu
10. Daerah lengan kiri: Tidak tampak kelainan tertentu
11. Daerah tangankanan : Tidak tampak kelainan tertentu
12. Daerah tangankiri : Tidak tampak kelainan tertentu
13. Daerah punggungbawah: Tidak tampak kelainan tertentu
14. Daerah tungkai kanan: Tidak tampak kelainan tertentu
15. Daerah tungkai kiri: Tidak tampak kelainan tertentu
16. Daerah kaki kanan: Tidak tampak kelainan tertentu
17. Daerah kaki kiri : Tidak tampak kelainan tertentu
c. Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukanpemeriksaan penunjang

3. Assessment:

Kecelakaan Lalu Lintas


A. Definisi
Kecelakaan adalah serangkaian peristiwa dari kejadian-kejadian yang tidak terduga
sebelumnya, dan selalu mengakibatkan kerusakan pada benda, luka atau kematian.1 Kecelakaan
lalu lintas dibagi atas “A motor-vehicle traffic accident” dan “Non motor-vehicle traffic
accident”. “A motor-vehicle traffic accident” adalah setiap kecelakaan kendaraan bermotor di
jalan raya. “Non motor-vehicle traffic accident”, adalah setiap kecelakaan yang terjadi di jalan
raya, yang melibatkan pemakai jalan untuk transportasi atau untuk mengadakan perjalanan,
dengan kendaraan yang bukan kendaraan bermotor.
Berdasarkan Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Tahun
3
1993 Bab XI :
- Pasal 93 Ayat (1), kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak di sangka-
sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau pemakai jalan lainnya,
mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda.
- Pasal 93 ayat (2), korban kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat
berupa korban mati, koban luka berat dan korban luka ringan.
Kasus kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan serius yang menjadi masalah kesehatan di
negara maju maupun berkembang. Di negara berkembang seperti Indonesia, perkembangan
ekonomi dan industri memberikan dampak kecelakaan lalu lintas yang cenderung semakin
meningkat. Jumlah kecelakaan lalu lintas dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal ini
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pertambahan jumlah kendaraan (14-15% per tahun)
dengan pertambahan prasarana jalan hanya sebesar 4% per tahun. Lebih dari 80% pasien yang
masuk ke ruang gawat darurat adalah disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, berupa tabrakan
sepeda motor, mobil, sepeda, dan penyeberang jalan yang ditabrak. Sisanya merupakan
kecelakaan yang disebabkan oleh jatuh dari ketinggian, tertimpa benda, olah raga, dan korban
kekerasan.
Indonesia dewasa ini menghadapi permasalahan kecelakaan lalu lintas jalan yang cukup
serius, menurut data dari Mabes Polri setiap tahun tercatat 9.856 orang meninggal akibat
kecelakaan lalu lintas jalan tersebut. Tingginya korban kecelakaan tersebut disadari telah
mendorong tingginya biaya pemakai jalan, dan secara ekonomi menyebabkan terjadinya
pemborosan sumber daya. Berbagai upaya penanganan juga telah dilakukan untuk mengurangi
jumlah dan kelas kecelakaan lalu lintas jalan (accident severity) tersebut. Di Jakarta sendiri, dari
614 kasus kecelakaan lalu lintas yang diotopsi sepanjang tahun 1982, 490 kasus sebab
kematiannya merupakan hasil kecelakaan lalu lintas yang fatal, yang mana korban kecelakaan
lalu lintas mengalami luka-luka , seperti luka di bagian kepala, ekstrimitas atas, ektrimitas
bawah, tubuh depan , dan tubuh belakang. Angka kecelakaan lalu lintas di kota Banda Aceh juga
terbilang besar, tercatat sebanyak 752 kasus dengan jumlah korban jiwa 1.035 orang meninggal
dunia, 1.573 luka berat dan 2.294 luka ringan sepanjang tahun 2005-2006. Distribusi korban
kecelakaan lalu lintas terutama kelompok usia produktif antara 15-44 tahun dan lebih didominasi
kaum laki-laki. Kelompok ini merupakan aset sumber daya manusia yang sangat penting untuk
pembangunan bangsa.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas


Ada empat faktor utama yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas, antara lain :
1. Faktor manusia
Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan. Hampir semua
kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran rambu-rambu lalu lintas. Pelanggaran
dapat terjadi karena sengaja melanggar, ketidaktahuan terhadap arti aturan yang berlaku
ataupun tidak melihat ketentuan yang diberlakukan atau pula pura-pura tidak tahu.
2. Faktor kendaraan
Faktor kendaraan yang paling sering terjadi adalah ban pecah, rem tidak berfungsi
sebagaimana seharusnya, kelelahan logam yang mengakibatkan bagian kendaraan patah,
peralatan yang sudah aus tidak diganti dan berbagai penyebab lainnya. Keseluruhan faktor
kendaraan sangat terkait dengan teknologi yang digunakan, perawatan yang dilakukan
terhadap kendaraan.
Untuk mengurangi faktor kendaraan perawatan dan perbaikan kendaraan diperlukan, di
samping itu adanya kewajiban untuk melakukan pengujian kendaraan bermotor secara teratur.
3. Faktor jalan
Faktor jalan terkait dengan perencanaan jalan, geometrik jalan, pagar pengaman di daerah
pegunungan, ada tidaknya median jalan, jarak pandang dan kondisi permukaan jalan. Jalan
yang rusak/berlubang sangat membahayakan pemakai jalan terutama bagi pemakai sepeda
motor.
4. Faktor lingkungan
Hari hujan juga mempengaruhi unjuk kerja kendaraan seperti jarak pengereman menjadi lebih
4
jauh, jalan menjadi lebih licin, jarak pandang juga terpengaruh karena penghapus kaca tidak
bisa bekerja secara sempurna atau lebatnya hujan mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih
pendek. Asap dan kabut juga bisa mengganggu jarak pandang, terutama di daerah
pegunungan.
Perlukaan dan Kematian dalam Kecelakaan Lalu Lintas

Kematian dalam kecelakaan lalu lintas dapat terjadi sebagai akibat dari tabrakan atau benturan
dari kendaraan. Secara imajinatif semua model dari sarana transportasi mempunyai kemampuan
untuk menyebabkan kematian atau kecacatan.
Kematian karena kecelakaan lalu lintas dapat dibagi menjadi empat kategori tergantung dari arah
terjadinya benturan pada kendaraan, antara lain :
1. Arah depan
Ini adalah paling umum, yang kejadiannya kira-kira mencapai 80% dari semua kecelakaan
lalu lintas. Tabrakan dari arah depan terjadi bila dua kendaraan/orang bertabrakan yang mana
keduanya arah kepala, atau bagian depan dari kendaraan menabrak benda yang tidak
bergerak, seperti tembok, ataupun tiang listrik. Sebagai akibat dari energi gerak, penumpang
dari kendaraan bermotor akan terus melaju (bila tidak memakai sabuk pengaman pada
pengguna mobil). Pola dan lokasi luka akan tergantung dari posisi saat kecelakaan.
2. Arah samping (lateral)
Biasanya terjadi di persimpangan ketika kendaraan lain menabrak dari arah samping, ataupun
mobil yang terpelintir dan sisinya menghantam benda tidak bergerak. Dapat terlihat perlukaan
yang sama dengan tabrakan dari arah depan, bila benturan terjadi pada sisi kiri dari
kendaraan, pengemudi akan cenderung mengalami perlukaan pada sisi kiri, dan penumpang
depan akan mengalami perlukaan yang lebih sedikit karena pengemudi bersifat sebagai
bantalan. Bila benturan terjadi pada sisi kanan, maka yang terjadi adalah sebaliknya, demikian
juga bila tidak ada penumpang.
3. Terguling
Keadaan ini lebih mematikan (lethal) dibandingkan tabrakan dari samping, terutama bila tidak
dipakainya pelindung kepala (helm), terguling di jalan, sabuk pengaman dan penumpang
terlempar keluar mobil. Beberapa perlukaan dapat terbentuk pada saat korban mendarat pada
permukaan yang keras, pada beberapa kasus, korban yang terlempar bisa ditemukan hancur
atau terperangkap di bawah kendaraan. Pada kasus seperti ini penyebab kematian mungkin
adalah traumatic asphyxia.
4. Arah belakang
Pada benturan dari arah belakang, benturan dikurangi atau terserap oleh bagian bagasi dan
kompartemen penumpang belakang (pada pengguna mobil), yang dengan demikian
memproteksi penumpang bagian depan dari perlukaan yang parah dan mengancam jiwa.

Pemeriksaan Forensik Terhadap Korban Kecelakaan Lalu Lintas


Pada kematian yang berhubungan dengan sarana transportasi, pemeriksaan postmortem dilakukan
untuk beberapa alasan :
- Untuk secara positif menegakkan identitas dari korban, terutama bila jenazah telah terbakar
habis, atau termutilasi.
- Untuk menentukan sebab kematian dan apakah kematian disebabkan kesalahan atau kecacatan
sarana transportasi.
- Untuk menentukan seberapa luas luka yang diterima.
- Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan yang dapat menyebabkan kecelakaan
tersebut, seperti infark miokardial atau keracunan obat.
- Untuk mendokumentasikan penemuan untuk kemungkinan penggunaannya yang mengarah
kepada penegakkan keadilan.

Bukti-bukti sisa dapat ditemukan pada kecelakaan kendaraan bermotor, dan pada kasus-kasus
tertentu harus dikumpukan sebagai barang bukti. Barang bukti ini dapat menjadi penting
selanjutnya bila posisi dari penumpang dari kendaraan bermotor pada waktu terjadinya benturan
5
dipertanyakan. Bukti sisa ini dapat ditemukan di dalam kendaraan ataupun pada tubuh korban.
Pencarian bukti dapat dilakukan antara lain :
a. Dalam kendaraan
Carilah rambut, darah, ataupun sobekan baju ataupun rambut dari penumpang yang tertinggal
pada pecahan kaca, gagang pintu/kenop, atau permukaan yang dimana terjadi benturan.
b. Pada tubuh korban Carilah tempelan cat, fragmen kaca, ataupun bagian dari kendaraan yang
bisa tertanam pada luka.
Toksikologi juga seharusnya dilakukan baik pada pengemudi maupun penumpang pada
kecelakaan lalu lintas. Analisa ini haruslah mencakup pemeriksaan untuk alkohol, karbon
monoksida (CO), obat-obatan, dan narkotika. Beberapa kecelakaan lalu lintas disebabkan karena
tindakan bunuh diri (suicidal action). Beberapa bukti yang menyokong (corroborating evidences)
keadaan bisa ditemukan pada kasus seperti ini, seperti:
a. Korban biasanya mempunyai sejarah percobaan bunuh diri ataupun mengidap penyakit mental.
b. Bukti pada tubuh korban yang menyokong dapat ditemukan, seperti luka lama maupun baru,
irisan pada pergelangan, ataupun mengkonsumsi obat-obatan pada dosis letal. Dan pada beberapa
kasus, individu akan menembak dirinya sendiri di dada ataupun di kepala sewaktu mengendarai
kendaraan.
c. Investigasi pada tempat kejadian perkara (TKP) tidak memperlihatkan adanya bukti-bukti
ataupun adanya saksi yang mendukung.
d. Kendaraan bisa sudah keluar dari jalur dan dikemudikan langsung menuju kepada benda yang
tidak bergerak, ataupun sangat jarang ke arah kendaraan dari arah berlawanan.
e. Bukti lain yang dapat ditemukan seperti adanya batu ataupun objek yang besar diletakkan di
bawah injakan rem kendaraan.
Bila tabrakan dari kendaraan menyebabkan kebakaran, dan bila tubuh terbakar, segala upaya
haruslah dilaksanakan untuk mengidentifikasi jenazah yang terbakar.

Jenis Luka Forensik atau Jenis Vulnus


Jenis luka Forensik atau vulnus pada forensik wajib kita ketahui. Secara umum, trauma dibagi
menjadi dua, pertama luka tumpul dan luka tajam. Pada luka tumpul, dicikan sebagai tepi luka tidak
rata, dan ditemukan jembatan jaringan, sedangkan pada luka tajam, luka cenderung rata tepinya dan
tidak ada jembatan jarigan.
Trauma luka tumpul dibagi menjadi vulnus ekskoriatium atau luka lecet, kontusio atau luka memar,
dan vulnus laseratum atau luka robek. Vulnus Ekskoriatum (luka lecet) dibagi lagi menjadi luka lecet
gores, luka lecet serut, luka lecet tekan dan luka lecet geser.
Trauma dan luka tajam dibagi menjadi luka tusuk (Stab), vulnus incisum atau luka iris dan chop atau
luka bacok. Untuk lebih jelasnya, perhatikan pembahasan berikut ini:
1. Vulnus Excoriatum atau Luka Lecet
Luka lecet adalah hilangnya jaringan epitelial superfisial dari kulit seperti epidermis akibat
gesekan terhadap benda kasar atau penekanan tertentu. Vulnus excoriatum dibagi menjadi
tangensial atau friksion atau sliding atauscrape dan kompresion atau pressure atau crusing.
Luka tangensial dibagi menjadi linier (luka lecet gores) atau Brush (luka lecet serut) sedangkan
luka kompresion dibagi menjadi kompression only (luka lecet tekan) dan kompression dan
sliding (luka lecet geser).
Luka dapat terjadi sebelum abrasi dan setelah abrasi atau kita sebut dengan antemortem abrasi
dan postmortem abrasi. Ciri Antemortem Abrasi : warna kemerahan dan kecoklatan, batas tidak
tegas karena reaksi lokal. Ciri postmortem Abrasi adalah warna kekuningan, area bening, batas
tajam dan tegas, dan tidak adanya reaksi vital lokal.
 Luka Lecet Gores adalah luka karena benda runcing seperti kuku yang menggereser
lapisan permukaan epidermis dan memicu lapisan tersebut terangkat sehingga dapat
menunjukkan arah kekerasan yang terjadi.
6
 Luka Lecet Serut adalah bentuk lain jenis luka lecet gerus di area terpaparnya terhadap
kulit relatif lebih luas.
 Luka lecet tekan adalah penjejakan benda tumpul pada kulit sehingga ditemukan kulit
kaku dan gelap pada area penekanan akibat pemadatan jaringan yang ditekan.
 Luka lecet geser adalah penekanan linier pada kulit disertai dengan gerakan bergeser
seperti pada kasus gantung diri.
2. Kontusio (Luka Memar)
Kontusio adalah Jenis luka forensik dengan adanya infiltrasi dan ekstrafasasi dari pembuluh
darah ke jaringan karena pecahnya pembuluh darah akibat gaya benturan yang kuat.
Terjadinya pada subkutan tidak disertai diskontinuitas kulit. Pada kontusio superfisial akan
diikuti warna kemerahan, dilanjutkan dengan kontusio lebih dalam beberapa saat kemudian.

3. Vulnus Laceratum (Luka Robek)


Vulnus laceratum adalah jenis luka forensik yang ditimbulkan dari trauma benda tumpul yang
memicu teregangnya kulit ke satu arah dan bila batas elastisitas kulit terlampaui, maka
memicu robekan pada kulit. Ciri Khas : Bentuk luka tidak teratur, tampak jembatan jaringan
kedua tepi luka dan bentuk dasar luka tidak beraturan.
4. Luka Tusuk (Stab Wound)
Luka tusuk diakibatkan benda tajam yang masuk ke dalam tubuh. Kedalam luka relatif lebih
panjang daripada learnya di kulit. Sudut luka dapat memperkirakan benda penyebabnya.
Apabila benda dengan sudut lancip dan yang lain tumpul berarti pisau bermata satu. Apabila
sudut lancip keduanya berarti pisau bermata dua.
5. Vulus Incisum (luka iris)
Vulnus incisum dihasilkan dari alat iris yang tajam seperti pisau, silet dan lainnya. Tepi
berbatas tegas, dan penekanan benda tajam tersebut akan memiliki lebar lebih panjang
dibandingkan kedalamannya. Ciri Khas : tepi reguler, bersih, teretraksi dan teraversi, kecuali
pada leher dan skrotum dengan tepi inverted. Jenisnya ada irisan Drawing, sawing dan
Beveling.
 Drawing Cut, dicirikan awalnya dalam, lalu lebih gradual membengkak dan pada
ujung disertai tailing pada luka.
 Sawing Cut, dicirikan dengan awalnya multiple irisan, dengan kedalam satu yang
disebt irisan tentatif dan hesitasi.
 Beveling Cuts, dicirikan ketika alat mengiris oblik dan tangensial dari tubuh.
6. Chop Wound (Luka Bacok)
Luka bacok adalah luka yang dihasilkan dari instrumen dan alat yang berat seperti kapak
pemotong dan arit. Irisannya antara panjang dan kedalaman relatif sama. itulah Jenis luka
Forensik.
7
Analisis Jenis Luka pada Kasus Pembunuhan, Bunuh diri dan Kecelakaan

C. Penatalaksanaan
- Rawat luka dengan betadine
- Cefadroxyl 500 mg/ 12 jam/ oral
- AsamMefenamat 500 mg/ 8 jam/ oral

D. Prognosis: Dubia et Bonam

Enrekang,7 Mei 2019

Peserta Pendamping

dr. Andi Ridha Annisa Rahmat dr. Zulfakhry Sulaiman

Anda mungkin juga menyukai