Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR

“Cedera dan Kecelakaan Lalu Lintas”

OLEH :

KELOMPOK 1

 Ferina Khairunnisa 1511216010


 Desi Hanriani 1711216012
 Fauziah 1711216016
 Perawati 1711216017
 Vivi Susanti 1711216027
 Diana Azani 1711216007
 Welsa Riana Fitri 1711216010
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat
kesehatan dan kesempatan, sehingga kelompok dapat menyelesaikan tugas makalah
epidemiologi penyakit tidak menular mengenai “cedera dan kecelakaan lalu lintas”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen mata kuliah yang telah membimbing dan
membantu kami dalam memahami semua hal yang terkait dengan epidemiologi penyakit
tidak menular .
Kelompok sangat menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.
Untuk itu kelompok mengharapkan kritikan maupun saran kepada pembaca yang sifatnya
membangun. Akhir kata kelompok mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua. Amin

Padang, April 2018

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang.......................................................................... 1
B. Tujuan....................................................................................... 1

BAB II. PEMBAHASAN

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan .............................................................................. 10
B. Saran......................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Epidemiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang sifat, penyebab, pengendalian
dan faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit, kecacatan dan
kematian dalam populasi manusia. Epidemiologi juga meliputi pemberian ciri pada distribusi
status kesehatan, penyakit atau kesehatan masyarakat lainnya berdasarkan usia, jenis kelamin,
ras, geografi, agama, pendidikan, pekerjaan, perilaku, waktu, tempat, orang dan sebagainya.
Penyakit tidak menular (PTM) dan pengendalian faktor risikonya berhubungan erat dengan
determinan kualitas hidup, yaitu tingkat pendidikan dan sosial ekonomi.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, “transportasi jalan diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan
angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, tertib dan teratur, nyaman dan efisien, mampu
memadukan moda transportasi lainnya, menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan, untuk
menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas sebagai pendorong, penggerak dan
penunjang pembangunan nasional dengan biaya tejangkau oleh daya beli masyarakat”

Kecelakaan lalu lintas adalah “suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak
disengaja yang melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang
mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda Kecelakaan Lalu Lintas dapat
terjadi di darat (KLL Darat), di Laut (KLL Laut) dan di Udara (KLL Udara)”.

Kasus kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan serius yang menjadi masalah
kesehatan di negara maju maupun berkembang. Di negara berkembang seperti Indonesia,
perkembangan ekonomi dan industri memberikan dampak kecelakaan lalu lintas yang
cenderung semakin meningkat. Jumlah kecelakan lalu lintas dari tahun ke tahun terus
meningkat.

Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab terbanyak terjadinya cedera di seluruh


dunia. Kecelakaan lalu lintas menempati urutan ke-9 pada disability adjusted life years
(DALYs) dan diperkirakan akan menempati peringkat ke-3 di tahun 2020. Sedangkan di
Negara berkembang urutan ke-28. Cedera akibat kecelakaan lalu lintas adalah penyebab
utama kematian dan disabilitas (ketidakmampuan) secara umum terutama di Negara
berkembang
Menurut riskesdas tahun 2013, “jumlah data yang dianalisis seluruhnya 1.027.748
orang untuk semua umur. Adapun responden yang pernah mengalami cedera 84.774 orang
dan tidak cedera 942.984 orang. Responden yang mengalami cedera akibat kecelakaan
transportasi sepeda motor sebanyak 34.409 orang”.

Perlunya keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan untuk menghindari setiap orang
dari keadaan risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia,
Kendaraan, Jalan, dan/atau lingkungan
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat mengetahui memahami cedera dan kecelakaan lalu lintas dan untuk memenuhi
tugas kelompok dalam mata kuliah epidemiologi penyakit tidak menular pada
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas (Unand).

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami definisi cedera dan kecelakaan lalu lintas
b. Mengetahui dan memahami epidemiologi kecelakaan lalu lintas
c. Mengetahui dan memahami klasifikasi kecelakaan lalu lintas
d. Mengetahui dan memahami faktor risiko kecelakan lalu lintas
e. Mengetahui dan memahami kategori kecelakaan lalu lintas
f. Mengetahui dan memahami pencegahan cedera dan kecelakaan lalu lintas

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Cedera dan Kecelakaan Lalu lintas
Cedera menurut Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang penting, baik di negara maju maupun negara berkembang. Di Indonesia,
data yang dikumpulkan melalui pengumpulan data rutin dari Rumah Sakit maupun Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan angka morbiditas dan mortalitas yang
tinggi. (Departemen Kesehatan, 1992).
Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, mengungkapkan kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak
diduga dan tidak disengaja yang melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain
yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda. Kecelakaan lalu lintas
adalah kejadian pada lalu lintas jalan yang sedikitnya melibatkan satu kendaraan yang
menyebabkan cedera atau kerusakan atau kerugian pada pemiliknya (korban)

Kecelakaan merupakan tindakan tidak direncanakan dan tidak terkendali, ketika aksi
dan reaksi objek, bahan, atau radiasi menyebabkan cedera atau kemungkinan cedera
(Heinrich, 1980). Menurut D.A. Colling (1990) yang dikutip oleh Bhaswata (2009)
kecelakaan dapat diartikan sebagai tiap kejadian yang tidak direncanakan dan terkontrol yang
dapat disebabkan oleh manusia, situasi, faktor lingkungan, ataupun kombinasi-kombinasi dari
hal-hal tersebut yang mengganggu proses kerja dan dapat menimbulkan cedera ataupun tidak,
kesakitan, kematian, kerusakaan property ataupun kejadian yang tidak diinginkan lainnya.

Dari beberapa definisi kecelakaan lalu lintas dapat disimpulkan bahwa kecelakaan lalu
lintas merupakan suatu peristiwa pada lalu lintas jalan yang tidak diduga dan tidak diinginkan
yang sulit diprediksi kapan dan dimana terjadinya, sedikitnya melibatkan satu kendaraan
dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang menyebabkan cedera, trauma, kecacatan,
kematian dan/atau kerugian harta benda pada pemiliknya (korban).

2.2 Epidemiologi Kecelakaan Lalu Lintas

Di Amerika Serikat, kejadian kecelakaan lalu lintas setiap tahunnya diperkirakan


mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah tersebut, 10% korban meninggal sebelum tiba di rumah
sakit dan lebih dari 100.000 korban menderita berbagai tingkat kecacatan akibat kecelakaan
lalu lintas tersebut.

Masalah kecelakaan lalu lintas bervariasi menurut wilayah secara geografi. Lebih dari
separuh kematian karena kecelakaan lalu lintas jalan terjadi di Asia Tenggara dan wilayah
Pasifik Barat dan angka tertinggi kecelakaan terjadi di wilayah Afrika. (Yusherman, 2008)
Risiko kecelakaan lalu lintas bervariasi menurut tingkat ekonomi negara. Di negara-negara
dengan tingkat ekonomi tinggi, mayoritas korban kecelakaan lalu lintas adalah pengemudi
dan penumpang, sedangkan di negara dengan tingkat ekonomi rendah sampai sedang,
sebagaian besar kematian terjadi pada pejalan kaki, pengendara sepeda motor, dan pemakai
kendaraan umum.

Di Indonesia, sebagian besar (70%) korban kecelakaan lalu lintas merupakan


pengendara sepeda motor dengan golongan umur 15-55 tahun dan berpenghasilan rendah,
dan cedera kepala merupakan urutan pertama dari semua jenis cedera yang dialami korban
kecelakaan. Proporsi disabilitas (ketidakmampuan) dan angka kematian karena kecelakaan
masih cukup tinggi yaitu sebesar 25% dan upaya untuk mengendalikannya dapat dilakukan
melalui tatalaksana penanganan korban kecelakaan di tempat kejadian kecelakaan maupun
setelah sampai di sarana pelayanan kesehatan. (Yusherman, 2008)

Berdasarkan hasil dari Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) pada tahun
2007. Pada masyarakat kelompok umur 45-54 tahun, proporsi kecelakaan lalu lintas menurut
tipe daerah di perkotaan sebanyak 5,2%. Untuk kelompok masyarakat yang berdomisili di
pedesaan, kecelakaan lalu lintas tidak termasuk ke dalam penyebab kematian tertinggi.

2.3 Faktor Risiko Kecelakaan Lalu Lintas (KLL)


Berbagai faktor telibat dalam KLL, mulai dari manusia sampai sarana jalan yang tersedia.
Secara garis besar ada lima faktor yang berkaitan dengan peristiwa KLL, yaitu faktor-faktor
pengemudi, penumpang, pemakai jalan, kendaraan, dan fasilitas jalanan. Ditemukan
kontribusi masing-masing faktor: manusia/pengemudi 75%, 5% faktor kendaraan, 5% kondisi
jalan, 1% kondisi lingkungan, dan faktor lainnya.

1. Faktor manusia
Faktor manusia meliputi pejalan kaki, penumpang sampai pengemudi. Faktor manusia ini
menyangkut masalah disiplin berlalu lintas

a. Faktor pengemudi
Faktor tersebut dianggap sebagai salah satu faktor utama yang menentukan KLL.
Faktor pengemudi ditemukan memberikan kontribusi 75-80% terhadap KLL. Faktor
manusia yang berada di belakang kemudi ini memegang peranan penting. Karakteristik
pengemudi berkaitan erat dengan:
o Keterampilan mengemudi
o Gangguan kesehatan (mabuk, ngantuk, letih)
o Surat Izin Mengemudi (SIM): tidak semua pengemudi punya SIM. Jika ada ‘tilang’,
maka tidak jarang alasan tilang berhubungan dengan ketidaklengkapan administrasi,
termasuk izin mengemudi.
b. Faktor penumpang
Misalnya jumlah muatan (baik penumpangnya maupun barangnya) yang berlebih.
Secara psikologis ada juga kemungkinan penumpang mengganggu pengemudi.
c. Faktor pemakai jalan
Pemakai jalan di Indonesia baukan saja terdiri dari kendaraan. Di sana ada pejalan
kaki atau pengendara sepeda. Selain itu, jalan raya dapat menjadi tempat numpang
pedagang kaki lima, peminta-minta, dan semacamnya. Hal ini membuat semakin
semrawutnya keadaan di jalanan. Jalan umum juga dipakai sebagai sarana parkir. Tidak
jarang terjadi, mobil terparkir mendapat tabrakan.
2. Faktor kendaraan
Jalan raya dipenuhi dengan berbagai jenis kendaraan, berupa:
a. Kendaraan tidak bermotor: sepeda, becak, gerobak, bendi/delman.
b. Kendaraan bermotor: sepeda motor, roda tiga/bemo, oplet, sedan, bus, truk gandengan.
Di antara jenis kendaraan, KLL paling sering terjadi pada kendaraan sepeda motor.

3. Faktor jalanan
Dilihat dari keadaan fisik jalanan, rambu-rambu jalanan.
a. Kebaikan jalan
Antara lain dilihat dari ketersediaan rambu-rambu lalu lintas.
b. Sarana jalanan
Keadaan jalan yang berkaitan dengan kemungkinan KLL berupa:

1) Struktur: datar/ mendaki/ menurun, lurus/ berkelok-kelok.


2) Kondisi: baik/ berlubang-lubang.
3) Luas: lorong, jalan tol.
4) Status: jalan desa, jalan provinsi/negara.
4. Faktor lingkungan (cuaca, geografi)
Faktor lingkungan dapat membawa risiko kecelakaan lalu lintas diduga dengan adanya
kabut, hujan, jalan licin.

5. Faktor lainnya
Secara khusus faktor-faktor pengemudi yang pernah diteliti (antara lain oleh Boediharto
dan kawan-kawan) adalah:

a. Perilaku mengemudi: ngebut, tidak disiplin/melanggar rambu.


b. Kecakapan mengemudi: pengemudi baru/belum berpengalaman melalui jalanan/rute.
c. Mengantuk pada waktu mengemudi.
d. Mabuk pada waktu mengemudi.
e. Umur pengemudi 20 tahun atau kurang.
f. Umur pengemudi 55 tahun atau lebih.
2.4 Kategori Kecelakaan Lalu lintas
Kecelakaan lalu lintas pada kendaraan bermotor dapat dibagi menjadi empat kategori
tergantung dari arah terjadinya benturan pada kendaraan, antara lain :
1. Arah depan
Kejadian kecelakaan dari arah depan kira-kira mencapai 80% dari semua kecelakaan
lalu lintas. Tabrakan dari arah depan terjadi bila dua kendaraan/orang bertabrakan yang mana
keduanya arah kepala, atau bagian depan dari kendaraan menabrak benda yang tidak
bergerak, seperti tembok, ataupun tiang listrik. Sebagai akibat dari energi gerak, penumpang
dari kendaraan bermotor akan terus melaju (bila tidak memakai sabuk pengaman pada
pengguna mobil). Pola dan lokasi luka akan tergantung dari posisi saat kecelakaan.
2. Arah samping (lateral)
Biasanya terjadi di persimpangan ketika kendaraan lain menabrak dari arah samping,
ataupun mobil yang terpelintir dan sisinya menghantam benda tidak bergerak. Dapat terlihat
perlukaan yang sama dengan tabrakan dari arah depan, bila benturan terjadi pada sisi kiri dari
kendaraan, pengemudi akan cenderung mengalami perlukaan pada sisi kiri, dan penumpang
depan akan mengalami perlukaan yang lebih sedikit karena pengemudi bersifat sebagai
bantalan. Bila benturan terjadi pada sisi kanan, maka yang terjadi adalah sebaliknya,
demikian juga bila tidak ada penumpang.
3. Terguling
Keadaan ini lebih mematikan (lethal) dibandingkan tabrakan dari samping, terutama
bila tidak dipakainya pelindung kepala (helm), terguling di jalan, sabuk pengaman dan
penumpang terlempar keluar mobil. Beberapa perlukaan dapat terbentuk pada saat korban
mendarat pada permukaan yang keras, pada beberapa kasus, korban yang terlempar bisa
ditemukan hancur atau terperangkap di bawah kendaraan. Pada kasus seperti ini penyebab
kematian mungkin adalah traumatic asphyxia
4. Arah belakang
Pada benturan dari arah belakang, benturan dikurangi atau terserap oleh bagian bagasi
dan kompartemen penumpang belakang (pada pengguna mobil), yang dengan demikian
memproteksi penumpang bagian depan dari perlukaan yang parah dan mengancam jiwa.

2.5 Pencegahan Cedera dan Kecelakaan Lalu Lintas


Kegiatan yang bisa dilakukan dalam mencegah kecelakaan lalu lintas lebih banyak
melibatkan peran aktif pihak Kepolisian serta tentu saja masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang
bisa dilakukan, seperti ; Memasang rambu lalu lintas–rambu peringatan, larangan, perintah
dan petunjuk- pada semua tempat yang membutuhkan dengan warna yang jelas dan terang
serta mudah dimengerti. Mengatur, mengawasi dan menertibkan alur lalu lintas dan angkutan.
Melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap kelayakan angkutan lalu lintas dengan
memperhatikan kelengkapan dan umur kendaraan. Sementara pihak kepolisian
mengingkatkan disiplin pemakain jalan dengan cara memperketat pengawasan bagi
pelanggar.

Dinas perhubungan juga berperan dalam menekan kecelakaan lalu lintas. Salah satu
sebab utama terjadinya kecelakaan lalu lintas adalah kondisi jalan raya yang buruk, mulai
dari jalan berlubang, bergelombang dan jalan yang menyempit. Maka dari itu diperlukan
upaya yang serius dari pihak terkait pemerintah kabupaten dan pemerintah provinsi– untuk
membenahi jalan yang rusak dan kurang layak. Selain itu, pemeliharaan jalan harus terus
dilakukan agar jalan lebih aman dan nyaman buat para pengguna jalan raya.

Beberapa macam kegiatan yang bias dilakukan dalam pencegahan kecelakaan lalu lintas
seperti:

1. Pendekatan Promotif

Kegiatan ini untuk memajukan dan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Salah satunya
dengan cara kampanye safety riding dan responsible riding bagi para pengguna jalan raya.
Kampanye seperti ini sekarang lagi marak di beberepa kota seperti di Surabaya. Tujuan dari
kampanye ini adalah meningkatkan kesadaran pengguna jalan raya untuk lebih memahami
dan mematuhi peraturan lalu lintas. Pelaksana kampanye ini tentu saja dipelopori oleh pihak
kepolisian dengan dukungan dari kalangan swasta dan masyarakat, yang turut membantu
sebagai penyandang dana. Kampanye ini terbukti cukup efektif untuk mengurangi angka
kecelakaan sebagaimana sudah dibuktikan dibeberapa jalan di Surabaya.

Pelaksanaan kampanye dilakukan secara lebih berkesinambungan dengan mengangkat


tema-tema yang variatif, atraktif dan komunikatif agar menggugah perhatian para pengguna
jalan raya. Sebagai ilustrasi kampanye sejenis di Surabaya, sepanjang jalan dipasang
informasi berupa spanduk dan tulisan yang menggugah kesadaran pengguna jalan, ada kuis
undian buat pengguna jalan yang diundi tiap minggunya, pemberian souvenir yang menarik,
dll. Tentu saja, kampanye semacam ini ditindaklanjuti dengan penegakan aturan lalu lintas
bagi para pengguna jalan raya yang melanggar dan tidak dilakukan secara sporadis saja.

2. Pembinaan pengemudi.

Penyuluhan kepada pengemudi angkutan umum, pemilihan awak kendaraan umum teladan
yang dilaksanakan tiap tahun tetap dilanjutkan. Namun prioritas pembinaan sekarang mulai
diarahkan kepada pengemudi kendaraan pribadi dan sepeda motor, dibarengi dengan seleksi
pemberian SIM yang ketat.

3. Pendidikan dan pengawasan kepada sekolah mengemudi.

Banyaknya sekolah mengemudi ternyata belum mencerminkan tingkat kesadaran


pengemudi untuk mematuhi aturan lalulintas. Permasalahannya adalah sekolah mengemudi
tersebut hanya mengajarkan cara menyetir kendaraan dan tidak memberikan pendidikan
tentang dampak dan kerugian yang ditimbulkan karena pengemudi yang tidak disiplin.
Bahkan seringkali sekolah mengemudi memberikan kemudahan untuk membuat SIM, yang
pada akhirnya ini seringkali dimanfaatkan oleh calon pengemudi untuk mendapat kemudahan
tersebut tanpa mempertimbangkan kemampuan mengemudinya. Demi terciptanya lalulintas
yang lancar dan bertanggung jawab, ekses-ekses negatif ini sebaiknya segera ditertibkan.

4. Peningkatan prasarana dan fasilitas lalu lintas jalan

Data dari Dinas Bina Marga menunjukan bahwa tidak ada penambahan panjang jalan
dalam tiga tahun terakhir. Hal ini sangat memprihatinkan karena jumlah pendududk dan
kendaraan meningkat sangat pesat. Dengan segala keterbatasan dana yang ada, Pemerintah
Daerah harus tetap mencari akal untuk menyelesaikan masalah ini, misalnya dengan cara
bekerja sama dengan pengusaha pusat perbelanjaan untuk menyediakan fasilitas yang
dibutuhkan. Karena pada akhirnya upaya peningkatan kelancaran dan keselamatan lalu lintas
tersebut dapat meningkatkan kemajuan usaha mereka.

Hal lain yang perlu dilakukan dengan pendekatan partisipasi masyarakat. Pihak yang
pertama mengetahui terjadinya kecelakaan lalu lintas adalah para masyarakat sekitar tersebut,
karena itu pendekatan kepada mereka juga perlu dilakukan. Salah satunya dengan penyuluhan
kepada masyarakat sekitar jalan raya dan mereka yang senantiasa berkecimpung di sekitar
jalan raya (tukang ojek, tukang becak, sopir angkot, dll) tentang bagaimana menangani
korban kecelakaan lalu lintas.

Menurut undang-undang lalu lintas no.22 tahun 2009 bagian kesatu pasal 226, kecelakaan
lalu lintas dapat dicegah dengan:

a. Partisipasi dari para pemangku kepentingan


b. Pemberdayaan masyarakat

c. Penegakan hukum

d. Kemitraan global

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas
mendefinisikan kecelakaan lalu lintas sebagai "suatu peristiwa di jalan yang tidak disangka-
sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya,
mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda", memang menjadi perhatian
semua pihak yang menjadi stakeholders angkutan jalan. Dinas Perhubungan dan pihak
Kepolisian dan masyarakat sangan berperan penting dalam kegiatan dalam pencegahan
kecelakaan lalu lintas untuk menghindari setiap orang dari keadaan risiko kecelakaan selama
berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, Kendaraan, Jalan, dan/atau lingkungan

B. Saran
Dengan makalah ini penulis mengharapkan agar pembaca dapat memahami tentang
cedera dan kecelakaan lalu lintas
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI.2007. Profil Kesehatan Indonesia 2005.

2. Kemenkes RI.2010. Profil Kesehatan Indonesia 2009.

3. World Health Organization. Statistic of road traffic accident. Geneva: UN Publication,


2000.

4. Bustan. M.N. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34939/4/Chapter%20II.pdf (diakses
pada tanggal 26 April 2018)

5. https://www.academia.edu/11548417/PENCEGAHAN_KECELAKAAN_LALU_LIN
TAS (diakses pada tanggal 26 April 2018)

6. http://www.organisasi.org/1970/01/cara-mengurangi-resiko-kecelakaan-di-jalan-raya-
umum.html (diakses pada tanggal 26 April 2018)

Anda mungkin juga menyukai