Kelompok 3:
Dity Junita
Nurjannah
Reny Yulita
Shinta Nawangsari
DEFINISI KECELAKAAN LALU LINTAS
Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu masalah kesehatan yang tergolong dalam penyakit tidak
menular. Dampak negative dari kecelakaan lalu lintas seperti yang tercantum dalam Peraturan
Keputusan Kementerian Kesehatan No. 1116 Tahun 2003 tentang pedoman penyelenggaraan sistem
surveilans epidemologi kesehatan.
Sementara dalam pasal 93 Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 ayat 1 tentang Prasarana Jalan Raya
dan Lalu Lintas, kecelakaan lalu lintas dapat diartikan sebagai peristiwa yang terjadi di jalan raya yang
tidak disangka-sangka dan tidak disengaja, melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan
lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda.
Etiologi Dan Faktor Resiko Kecelakaan Lalu Lintas
Faktor
Manusia
Faktor
Kendaraan
Faktor-faktor dapat dikelompokkan penyebab kecelakaan menjadi 4 faktor yang terdiri dari :
1. Faktor Manusia
Faktor manusia memegang peranan yang amat dominan, karena cukup banyak faktor yang
mempengaruhi perilakunya. Penyebab kecelakaan lalu lintas di Indonesia paling banyak disebabkan oleh
faktor manusia.Terdapat dua elemen utama dari faktor manusia yaitu faktor fisiologis dan faktor
psikologis.
• Pengemudi
Road Research Laboratory mengelompokkan menjadi 4 kategori :
1. Safe ( S ) : pengemudi yang mengalami sedikit sekali kecelakaan, selalu memberi tanda pada setiap
gerakan. Frekuensi di siap sama dengan frekuensi menyiap.
2. Dissosiated Active ( DA ) : pengemudi yang aktif memisahkan diri, hampir sering mendapat
kecelakaan, gerakan – gerakan berbahaya, sedikit menggunakan kaca spion. Lebih sering menyiap dari
pada disiap.
4. Injudicious ( I ) : pengiraan jarak yang jelek, gerakan kendaraan yang tidak biasa, terlalu sering
menggunakan kaca spion. Dalam menyiap melakukan gerakan – gerakan yang tidak perlu.
• Pejalan Kaki ( Pedestrian )
Untuk mengurangi atau menghindari terjadinya kecelakaan lalu lintas, maka diperlukan suatu pengendalian bagi para
pejalan kaki yang meliputi hal – hal sebagai berikut :
1. Tempat khusus bagi para pejalan kaki
2. Tempat penyeberangan jalan
3. Tanda atau rambu – rambu bagi para pejalan kaki
4. Penghalang bagi para pejalan kaki
• Usia Pengemudi
mayoritas berusia antara 22 s.d 30 tahun kemudian disusul usia antara 31 s.d 40 tahun, di mana pada rentang usia
tersebut tergolong sebagai usia tingkat emosinya paling stabil, tingkat kecekatan dan reflek yang lebih baik
dibanding golongan usia lainnya, namun biasanya pada usia golongan ini tingkat mobilitasnya di jalan juga sangat
tinggi World Health Organization (WHO) mencatat hampir 1,2 juta orang di seluruh dunia setiap tahun tewas akibat
kecelakaan di jalan. Dari jumlah itu, 40 persen berusia di bawah 25 tahun.Jutaan lagi mengalami cedera dan
sebagian lagi mengalami cacat seumur hidup.
2. Faktor Kendaraan
• Beberapa faktor kendaraan yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas :
1. Rem blong atau rem tidak berfungsi, kerusakan mesin, ban pecah adalah merupakan kondisi kendaraan yang tidak laik jalan.
Kemudi tidak baik, lampu mati khususnya pada malam hari, slip dan sebagainya.
2. Over load atau kelebihan muatan adalah merupakan penggunaan kendaraan yang tidak sesuai ketentuan tertib muatan.
3. Design kendaraan dapat merupakan faktor penyebab beratnya ringannya kecelakaan, tombol – tombol di dashboard
kendaraan dapat mencederai orang terdorong kedepan akibat benturan, kolom kemudi dapat menembus dada pengemudi
pada saat tabrakan. Demikian design bagian depan kendaraan dapat mencederai pejalan kaki yang terbentur oleh kendaraan..
4. Sistem lampu kendaraan yang mempunyai dua tujuan yaitu agar pengemudi dapat melihat kondisi jalan didepannya
konsisten dengan kecepatannya dan dapat membedakan atau menunjukkkan kendaraan kepada pengamat dari segala penjuru
tanpa menyilaukan,
5. Ban pecah disebabkan pada kondisi mengebut, panas yang ditimbulkan oleh gesekan antara ban dan jalan dapat membuat
kondisi ban semakin tipis dan pada akhirnya ban menjadi pecah, sepeda motor yang mengalami ban pecah akan menjadi sulit
dikendalikan sehingga beresiko tinggi terjadi kecelakaan, faktor kecepatan juga berpengaruh terhadap tingkat keparahan
3. Faktor Jalan
Terdapat hubungan antara lebar jalan, kelengkungan jalan dan jarak pandang pengemudi dengan jalanan memberikan
efek besar terjadinya kecelakaan lalu lintas. Dari pertimbangan keselamatan, sebaiknya dilakukan penilaian kondisi
kecepatan yang mungkin terjadi setelah setiap jenis perbaikan jalan dan mengecek lebar jalur, jarak pandang dan
permukaan jalan semuanya memuaskan untuk menaikkan kecepatan yang diperkirakan. Pemilihan bahan untuk lapisan
jalan yang sesuai dengan kebutuhan lalu lintas dan menghindari kecelakaan selip tidak kurang pentingnya dibanding
pemilihan untuk tujuan – tujuan konstruksi. Pada kondisi jalan yang memang menikung dapat mempengaruhi jarak
pandang seseorang saat mengemudikan kendaraan, jarak pandang pengendara pada saat berada di jalan menikung
lebih terbatas dibandingkan saat di jalan lurus.
1. Faktor Lingkungan
4. Faktor lingkungan
• Pada faktor cuaca ini, pertimbangan pada iklim yang tidak menguntungkan serta kondisi jalan dapat
mempengaruhi kecelakaan lalu lintas, akan tetapi pengaruhnya belum dapat ditentukan. Bagaimanapun
pengemudi dan pejalan kaki merupakan faktor terbesar terjadinya kecelakaan lalu lintas.
• Keadaan sekeliling jalan yang harus diperhatikan adalah penyeberang jalan, baik manusia atau kadang kadang
binatang. Lampu penerangan jalan perlu ditangani dengan seksama, baik jarak penempatannya maupun kekuatan
cahayanya.
• Karena ahli teknik lalu lintas harus berusaha untuk merubah perilaku pengemudi dan pejalan kaki, dengan
penegasan terhadap peraturan dan pelaksanaan yang layak, sampai dapat mereduksi tindakan – tindakan
berbahaya bagi para pengemudi dijalanan.
RIWAYAT PENYAKIT ALAMIAH PREPATOGENEIS DAN
PATOGENESIS KECELAKAAN LALU LINTAS
• Istilah natural history of disease adalah yang paling banyak digunakan. Menurut Rothmann (2008)
studi riwayat alamiah penyakit bertujuan mengukur kondisi kesehatan (health outcome) yang akan
diperoleh pada orang sakit jika tidak mendapatkan pengobatan yang signifikan bagi kesehatannya.
• Prognosis adalah sebuah prediksi dari kemungkinan mulai dari durasi penyakit, perawatan dan juga
hasil akhir dari suatu penyakit. Dengan dilandaskan ilmu patogenesis dan juga faktor resiko penyakit.
• Patogenesis menurut kamus besar Bahasa Indonesia yaitu proses berjangkitnya penyakit yang dimulai
dari permulaan terjadinya infeksi sampai dengan timbulnya reaksi akhir. Dari pernyataan tersebut
dapat dismpulkan bahwa patogenesis pada kejadian kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian setelah
terjadinya kecelakaan awal yang bisa langsung ditangani dengan tingkat pencegahan secondary.
DIAGNOSIS KEJADIAN KECELAKAAN LALU
LINTAS
• Jumlah kecelakaan lalu lintas dan korban tahun 2010-2014
• Jumlah dan proporsi pelaku pada kecelakaan lalu lintas tahun 2010 – 2014
• Jumlah dan proporsi korban pada kecelakaan lalu lintas tahun 2010-2014
• Proporsi Jenis Kendaraan yang Terlibat dalam Kecelakaan Lalu Lintas, Tahun 2010-2014
• Langkah pertama : Pastikan korban kecelakaan masih hidup atau sudah meninggal
• Langkah Kedua : Bila korban masih hidup pastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak.
• Langkah Ketiga : Bila korban tidak sadar, pastikan saluran nafas tidak tersumbat. Lalu
pastikan apakah ada cedera di kepala atau leher.
• Langkah Keempat : Pastikannada pendarahan deras atau tidak, memindahkan korban,
penangan korban dengan patah tulang, dan pertolongan pertama pada korban yang henti
nafas / tidak sadar.
PROGNOSIS KEJADIAN KECELAKAAN LALU LINTAS
Cedera pada dada ditemukan pada 66% dari keseluruhan kasus dan menjadi penyebab kematian pada 22 %
kasus. Cedera pada jantung terjadi pada 11 % kasus dalam studi.
Cedera pada perut ditemukan pada 55% dari keseluruhan kasus. Pada 1/5 kasus cedera abdomen ditemukan
robeknya hati, dan pada 1/5 kasus cedera abdomen yang lain ditemukan robeknya ginjal kiri..
4 . Cedera pada ekstremitas
Cedera pada ekstremitas ditemukan pada semua kasus. Pada 11% kasus ditemukan patahnya kedua tulang tungkai bawah, dan 11%
lainnya ditemukan terkudungnya bagian dari ekstremitas.
Tendon mengalami kerusakan sehingga memengaruhi jaringan di sekitarnya, termasuk kondisi tulang yang rentan mengalami patah
pergelangan tangan.
Muncul masalah arthrosis dan rasa nyeri yang berkepanjangan pada area tulang yang mengalami patah, sehingga menyebabkan
seseorang terserang penyakit insomnia akibat rasa nyeri yang selalu muncul pada malam hari.
• Pada kondisi patah pergelangan tangan tertentu, terapi fisik mungkin diperlukan untuk mengembalikan fungsi tangan seperti semula.
Kondisi patah pergelangan tangan yang parah akan membutuhkan tindakan operasi untuk menanamkan sekrup, kabel, atau piringan di
area tulang yang patah. Tindakan ini dilakukan untuk patah pergelangan tangan terbuka, yaitu ketika tulang menembus kulit akibat
kecelakaan.
•
ANGKA KEJADIAN
KECELAKAAN
KECELAKAAN DI INDONESIA
Jumlah Kecelakaan, Korban Mati, Luka Berat, Luka Ringan, dan Kerugian Materi
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
2013 2014 2015 2016 2017 2018
KECELAKAAN DI JAWA TENGAH
18,000,000,000
16,000,000,000
14,000,000,000
12,000,000,000
10,000,000,000
8,000,000,000
6,000,000,000
4,000,000,000
2,000,000,000
-
2013 2016 2017 2018 2019
TOP 5 KERUGIAN BY WILAYAH
3000
2000 1095
448 408
1000 80
0
Sepeda Motor Mobil Mobil Beban Bus Kendaraan
Penumpang Khusus
KECELAKAAN DI JALAN TOL
Tol Jagorawi Tol Jkt - Tng Tol Jkt Ckp Tol Cwg, Tmg & Ckg
Indikator Kecelakaan
2018 2019 2018 2019 2018 2019 2018 2019
1. Jumlah Kecelakaan 141 142 164 131 468 365 89 70
2. Jumlah Korban meninggal 18 10 10 10 31 26 8 7
3. Faktor Penyebab :
a. Pengemudi 126 117 147 124 415 330 67 61
b. Kendaraan 12 25 16 7 47 32 21 73
c. Lingkungan 3 0 1 0 6 3 3
d. Tidak diketahui 0 0 0 0 0 0 0
KECELAKAAN BY PENDIDIKAN, USIA &
PROFESI
KLL BY Pendidikan DKI 2016 KLL By Usia DKI Jakarta 2016
4% 1% 15%
688 75 222
662
1634
875
80%
Usia 0 - 9 Thn Usia 10 - 15 Thn Usia 16 - 30 Thn
Usia 31 - 40 Thn Usia 41 - 50 Thn Usia > 51 Thn
SD SLTP SLTA PT
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
Pelajar / Mahasiswa Karyawan Profesi ( Sopir ) TNI Profesi Swasta lain
LIMA LEVEL PREVENTION KECELAKAAN LALU LINTAS
Contoh tersebut agar baik individu, keluarga dan masyarakat mendapatkan tubuh yang sehat dan
bisa berkendara dengan nyaman dan fokus, karena dalam kondisi sehat.
2. Perlindungan khusus
Contoh :
Pencegahan terjadinya kecelakaan menggunakan alat perlindungan diri seperti helm atau
sabuk pengaman.
Hindari menggunakan handphone saat berkendara.
Periksa kendaraan secara berkala.
Berkendara secara perlahan tapi pasti.
Contoh tersebut agar baik individu, keluarga dan masyarakat mendapatkan tubuh yang sehat
dan bisa berkendara dengan nyaman dan fokus, karena dalam kondisi sehat.
3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat Merupakan tindakan jika
terjadi kejadian kecelakaan lalu lintas.
Contoh :
Penjajakan kasus (case finding), dan pemberian obat yang rational dan efektif pada pengendara yang
mengalami kecelakaan.
Merupakan tindakan penatalaksanaan terapi yang adekuat pada pasien dengan penyakit yang telah lanjut
untuk mencegah penyakit menjadi lebih berat, menyembuhkan pasien, serta mengurangi kemungkinan
terjadinya kecacatan yang akan timbul.
Contoh :
Pembatasan Kecacatan (Disability Limitation) misalnya: pemasangan pin pada tungkai yang patah pada
anggota tubuh pengendara yang mengalami kecelakaan.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
Merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk mengembalikan pasien ke masyarakat agar mereka
dapat hidup dan bekerja secara wajar, atau agar tidak menjadi beban orang lain.
Contoh :
Rehabilitasi cacat tubuh dengan pemberian alat bantu/protese pada pengendara yang
kecelakaan (cacat).
PROGRAM DAN PERATURAN PEMERINTAH (NASIONAL) DAN
INTERNASIONAL (WHO/CDC) SERTA EVALUASI PENERAPANNYA
Lembaga Swadaya dan Lembaga Pemerintah PERAN MASING-MASING
• Memfasilitasi pemanggilan media massa, baik cetak maupun elektronik untuk peliputan
kegiatan.
• Memfasilitasi unit teknis dalam rangka press conference dan press release.
Kementerian Perhubungan/ Dinas Perhubungan • Sebagai Narasumber pada pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
prov/kab/kota tupoksi
• Terlibat secara aktif mulai dari persiapan sampai dengan
evaluasi saat kegiatan
• Terlibat dalam penyusunan panduan kegiatan.
• Menambahkan media KIE
Kementerian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat/Dinas • Sebagai Narasumber pada pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tupoksi
PU daerah
• Terlibat secara aktif mulai dari persiapan sampai dengan evaluasi saat
kegiatan
• Menambahkan media KIE
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan/Dinas Pendidikandan • Sebagai Narasumber pada pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tupoksi
Kebudayaan
• Terlibat secara aktif mulai dari persiapan sampai dengan evaluasi saat
kegiatan
Pihak Swasta/ LSM yang sudah memiliki MOU dengan • Sebagai mitra dalam pelaksanaan kegiatan, dalam hal pendanaan
kesehatan dan sponsorship.
Organisasi Masyarakat
• Sebagai mitrapelaksanaan kegiatan, dalam hal
pendanaan dan sponsorship.