Anda di halaman 1dari 18

I

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN WAJAH DAN CACAT WAJAH

Wajah atau muka adalah bagian depan dari kepala, pada manusia meliputi wilayah dari dahi
hingga dagu, termasuk rambut, dahi, alis, mata, hidung, pipi, mulut, bibir, gigi, kulit, dan
dagu. Wajah terutama digunakan untuk ekspresi wajah, penampilan, serta identitas.

Wajah seseorang adalah sumber dari banyak informasi. Hal ini dapat menunjukkan emosi, juga
merupakan sebuah jalan untuk berkomunikasi

Hilangnya struktur wajah dapat memiliki dampak fisik, sosial dan psikologis bagi mereka yang
terkena dampak dari trauma maksilofasial.

Cacat pada daerah wajah dapat disebabkan oleh penyakit tertentu, perubahan patologis, radiasi,
luka bakar, atau karena intervensi bedah atau campur tangan dari bedah.Perluasan dari cacat
mulai defek kecil atau bahkan sampai mencakup ke jaringan keras maupun jaringan lunak, baik
intraoral maupun ekstraoral. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi pengucapan,
masuknya cairan dari rongga mulut kedalam rongga hidung, serta gangguan fungsi mastikasi.

Cacat wajah dapat mengakibatkan kerugian traumatis , bedah reseksi , anomali kongenital dan
luka bakar . restorasi cacat wajah dapat dicapai baik melalui pembedahan prosthetically atau
kombinasi keduanya .

1. restorasi cacat wajah dicoba mana bedah rekonstruksi tidak mungkin . Catatan pra -
bedah seperti foto, dipasang gips lisan intra dan cor wajah jika tersedia dapat memfasilitasi
fabrikasiprostesis .

2. Hasil prostodontik dibatasi oleh bahan yang digunakan dalam konstruksi dan fabrikasi
wajah prostesis sebagai keberhasilan tergantung terutama pada fisik dan sifat mekanik material
itu.
3. Bahan biasanya digunakan untuk pembuatan prostesis wajah yangresin akrilik ,
kopolimer akrilik, polimer vinil ,elastomer poliuretan dan elastomer silikon tapi
tidak satupun dari mereka memenuhi semua persyaratan untuk memuaskan prostesis.

4. Resin akrilik memiliki kelebihan stabilitas warna, tetap serviceable upto 2 tahun dan
dapat relined jika diperlukan . Namun , silikon tetap lebih banyak digunakan bahan untuk
restorasi wajah karena kebaikan mereka tekstur permukaan dan kekerasan .

2.2 KELAINAN PADA WAJAH

Kasus kelainan pada wajah yang cukup banyak dijumpai adalah celah bibir dengan atau tanpa
disertai celah langit langit. Celah bibir dan langit-langit disebabkan oleh cacat bawaan dan faktor
lingkungan. Kelainan ini muncul akibat gangguan formasi pembentukan bibir dan proses
penutupan langit-langit mulut yang tidak sempurna.

Pravalensi terjadi celah bibir dan langit-langit bervariasi tergantung kepada, antara lain ras,
gender dan tipe kelainan ini dengan kisaran 1 : 788 kelahiran pada orang kulit putih dan 1 : 1000
kelahiran pada orang kulit hitam. Di Indonesia data tentang prevalensi celah bibir dan langit-
langit ini belum ada yang akurat namun diperkirakan oleh Godfrey (1994) sebesar 1 dari 750
kelahiran hidup.

2.2.1 Celah Bibir Dan Langit-Langit

Celah bibir dan langit-langit adalah salah satu jenis kelainan pada wajah yang cukup banyak
ditemukan. Oleh karna itu diperlukan pemahaman mendalam untuk melakukan perawatan
dengan kelainan ini dimulai dari etiologi, perkembangan celah bibir dan langit-langit, klasifikasi
sampai dengan tahap-tahap perawatan bedah.
2.2.2 Etiologi Celah Bibir Dan Langit-Langit

Kombinasi faktor genetika dan lingkungan biasa menjadi penyebab terjadinya kelainan ini.

1. Faktor Genetik

Menurut penelitian faktor genetik terjadi sebanyak 20 -30% pada kelainan ini. Jika anak
dilahirkan dengan kelainan ini maka bayi yang dilahirkan berikutnya pada orang tua yang sama
mempunyai resiko terjadinya celah bibir dan langit-langit sebesar 5% dan jika orang tua dan satu
anaknya mempunyai kelainan ini maka kemungkinan terjadinya kelainan ini pada anak
berikutnya sebesar 15%. Pada anak kembar persentasenya 30-50% ( monozygot ) dan 5% (
dizygot ).

2. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan mempunyai peranan pada periode tahap perkembangan embriologi ketika
bibir dan palatum akan berfusi. Faktor pemicu yang dapat menyebabkan kelainan celah bibir dan
langit-langit ini diantaranya adalah : kekurangan nutrisi, radiasi ( radiasi pada wanita hamil
dapat menyebabkan mutasi gen pembentuk wajah ), hipoksida, kelebihan atau kekurangan
riboflavin dan asam folat, bahan kimia (ethanol), diabetes mellitus maternal, asap rokok,
pemakaian obat-obatan (kortison, anti-sifilis) dan trauma pada trimester pertama kehamilan.

2.2.3 Klasifikasi
Celah bibir dan langit-langit terbagi menjadi beberapa tipe, hal ini memperlihatkan variasi mulai
dari ringan sampai berat. Klasifikasi yang sering dipakai adalah klasifikasi menurut Kernahan
dan Stark. Klasifikasi ini meliputi kelainan pada bibir, alveolar dan langit-langit dengan
variasinya. Klasifikasi ini dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu: celah palatum primer; celah
pada palatum sekunder;celah pada palatum primer dan sekunder.

2.2.4 Perawatan Kelainan Pada Celah Bibir Dan Langit-Langit

Perawatan celah bibir dan langit-langit merupakan perawatan interdisiplin yang bertujuan
memperbaiki penampilan, bicara, pengunyahan, penelanan, dan psikososial. Pusat rehabilitasi
celah bibir dan langit-langit yang lengkap mempunyai hampir 30 spesialis dari disiplin ilmu yang
berbeda. Para profesionalis ini dibagi dalam empat dasar disiplin ilmu yaitu: spesialis medic (ahli
bedah plastic, ahli anak, ahli endokrin, ahli THT dan lain-lain), spesialis rahang dan gigi (ahli
bedah mulut, orthodontis, prostodontis dan pedodontis), spesialis behavioral (speech
therapis, psikolog dan audiologist) dan spesialis khusus (ahli gizi).

Masing-masing spesialis mempunyai peranan penting dan bersama-sama menentukan


diagnose serta rencana perawatan terbaik bagi pasien. American Cleft Palate Association (
ACPA) menyatakan bahwa dalam perawatan kelainan celah bibir dan langit-langit dapat berjalan
dengan baik minimal harus melibatkan tiga spesialis yaitu bedah plastic, berperan
dalammerekonstruksi celah bibir untuk mencapai fungsi dan estetik yang optimal serta speech
therapis menangani masalah perkembangan bicara.
2.3 KANKER WAJAH DAN LEHER

Kanker kepala dan leher adalah istilah yang diterapkan pada kelompok tumor ganas yang terjadi
di daerah anatomis kepala dan leher. Kanker paling umum melibatkan rongga mulut adalah sel
karsinoma skuamosa.8

Rekonstruksi cacat kepala dan leher dapat dicapai dengan operasi, pembuatan protesa, atau
keduanya. Tujuan rekonstruksi pembedahan adalah untuk memperbaiki cacat, memungkinkan
keberhasilan penyembuhan luka, mengembalikan fungsi, dan penyediaan estetik yang lebih
baik.

Kanker kepala dan kanker leher mencapai 17% dari semua kasus kanker.Ini mempengaruhi
struktur fisik dari wajah dan rongga mulut. Hal ini mempengaruhi berbagai fungsi seperti fungsi
menelan, pengucapan, pernapasan dan estetika. Hal ini juga mempengaruhi kualitas hidup
individu.9

Dalam rehabilitasi, ada keterbatasan bedah di mana satu-satunya pilihan adalah sebuah prostesa.
Prostesis maksilofasial adalah cabang dasar kedokteran gigi yang berhubungan dengan
rehabilitasi protesa buatan untuk cacat bawaan atau yang diperoleh dari mulut dan wajah yang
mempengaruhi fungsi dan estetik.9

Obturators termasuk ke dalam jenis protesa hibrid. Istilah ini digunakan untuk desain komposisi
campuran maupun konvensional, yang mempunyai manfaat untuk memperbaiki kerusakan
sebagian atau total pada bagian rahang. Ini adalah suatu perangkat yang dibuat untuk
mengembalikan fungsi mastikasi, artikulasi atau pengucapan, dan estetik.

Rekonstruksi pada bagian kepala dan leher yang cacat dapat dilakukan dengan pembedahan,
pembuatan protesa, ataupun keduanya. Tujuan dari operasi rekonstruksi adalah untuk
memperbaiki yang bagian yang rusak pada wajah, memungkinkan penyembuhkan luka,
mengembalikan fungsi, dan menyediakan estetik yang baik

2.4 TIM APPROACH

Tim pada penanggulangan cacat wajah akan terdiri dari :

· Ahli Craniofacial,
· Dokter bedah plastik dengan keahlian dalam Cacat Craniofacial ,

· Ahli bedah saraf

· Dokter gigi ,

· Ahli terapi bicara

· THT spesialis

· Spesialis mata

· Spesialis mendengar

· Psikiater

· Pekerja sosial dan konseling

2.5 PENANGGULANGAN

Waktu yang optimal untuk mencari pengobatan bedah untuk anak Anda untuk memperbaiki
Wajah Cacat adalah sebelum usia satu tahun sejak tulang masih sangat lunak dan mudah untuk
bekerja dengan baik .
Intervensi bedah mungkin diperlukan pada usia lebih awal tergantung pada tingkat keparahan
Deformitas Craniofacial . Dalam beberapa kasus, pembedahan mungkin harus dilakukan secara
bertahap untuk mendapatkan hasil yang optimal . Tim kesehatan anak Anda akan terdiri dari
beberapa profesional kesehatan ( Tim Craniofacial ) dengan keahlian yang berbeda untuk menilai
dan memantau kemajuan anak Anda saat ia / dia tumbuh . The Craniofacial Tim akan mendidik
Anda dan keluarga Anda tentang cara merawat yang terbaik untuk anak Anda di rumah, dan juga
akan menguraikan masalah spesifik yang membutuhkan perhatian medis segera .

2.5 MACAM-MACAM BAHAN YANG DAPAT DIGUNAKAN

1) Akrilik resin

2) Akrilik polimer ( sifat : lunak dan elastis )

3) Polyvinyl dan kopolimer

Merupakan campuran :

o Polivinil chloride : resin yang keras, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.

o Plasticizer : bahan yang memungkinkan dilakukan prosesing dengan tepat.

4) Polyurethane elastomer

5) Silikon

2.4.1 Macam-Macam Silicon

1. HTV ( HEAT TEMPERATURE VULCANIZATION )

Komposisi heat-vulcanized silicone adalah polydimethyl vinyl silicone copolymer (0,5%); 2,4
diclorobenzoll peroksida sebagai indicator; dan silica filter yang dihasilkan dari pemanasan
metyl silicone. Cara memproses heat vulcanized sillikon adalah dengan pemanasan kering
vulkanisasi menggunakan oven.

Prosesing butuh temperature tinggi


Keuntungan :

a. Stabilitas temperature baik sekali

b. Warna stabil

c. Bias dibuat duplikat

Kerugian :

a. Elastisitas kurang

b. Kekuatan tepi rendah perlu penguatan dari nylon

c. Warna opak kesan dingin

d. Sulit pewarnaan ekstrinstik

e. Pewarnaan intrinsic sulit ( dengan alat khusus )

f. Butuh mold siloxane.

Contoh : Silastic 382, 399; MDX 4-4210; Silastic 891 Foaming Silicone.

2. ROOM TEMPERATURE VULCANIZED SILICONE

Komposisi sama seperti heat vulcanized silicone dengan penambahan vinil dan hidrida yang
mengandung siloxanes dan berpolimerisasi dengan asam katalis kloroplatinik. System
vulcanizing bahan ini adalah pada suhu kamar.
Klasifikasi silicone :

1) Implant Grade

2) Medical Grade

3) Clean Grade

4) Industrial Grade

Bahan silikon yang paling banyak digunakan untuk prostesis wajah . Faktor penting untuk
dipertimbangkan ketika memilih silikon biokompatibilitas , fleksibilitas , tembus , stabilitas
warna , dan durability. Keuntungan silikon mencakup proses fabrikasi disederhanakan , estetika
yang optimal , ringan , dan kemampuan untuk menggunakan proyeksi fleksibel lembut yang
lembut dapat terlibat jaringan kecil memotong untuk meningkatkan retensi dan stability.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

- Cacat pada daerah wajah dapat disebabkan oleh penyakit tertentu, perubahan patologis,
radiasi, luka bakar, atau karena intervensi bedah atau campur tangan dari bedah.

- Kemungkinan penyebab lebih banyaknya kasus tidak ditangani dibandingkan yang


ditangani yaitu kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) dalam hal ini seperti drg spesialis
prostetik, kurangnya alat, bahan dan tempat yang diperlukan untuk melakukan perawatan dengan
protesa maksilofasial, kurangnya ekonomi dari pasien yang ingin melakukan perawatan dengan
protesa maksilofasial serta kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya estetik.

3.2 SARAN

- Sebaiknya di setiap rumah sakit lebih memperhatikan mengenai kasus – kasus yang
membutuhkan penanganan dengan protesa maksilofasial.

- Lebih meningkatkan kinerja rumah sakit dengan alat serta bahan yang digunakan untuk
pembuatan protesa maksilofasial.
- Meningkatkan kualitas dari dokter dan penyediaan dokter atau dokter gigi spesialis untuk
kasus – kasus kelainan maksilofasial.

DAFTAR PUSTAKA

alifkurniai.blogspot.com/2014/03/teknik-gigi-maxillofacial.html

www.orli.or.id/index.php/orli/article/view/96/102http://www.jdentistry.ui.ac.id/index.php/JDI/art
icle/viewFile/820/724http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/9955/Isi%20Skri
psi.docx?sequence=1

Rekonstruksi Defek 1/3 Medial Daun Telinga dengan Flap Dieffenbach

Irwandanon Irwandanon, Al Hafiz, Sukri Rahman, Dolly Irfandy

Abstract

Telinga dapat mengalami defek baik karena pasca pengangkatan tumor atau trauma. Berbagai
teknik dapat digunakan untuk menutup defek pada telinga. Flap Dieffenbach merupakan salah
satu teknik untuk merekonstruksi 1/3 medial daun telinga. Dilaporkan satu kasus seorang
perempuan 48 tahun dengan keratosis seboroik pada 1/3 medial daun telinga yang kemudian
dilakukan eksisi dan defek ditutup dengan flap Dieffenbach. Eksisi tumor daun telinga dapat
menimbulkan defek pada telinga yang memerlukan rekonstruksi. Flap Dieffenbach dapat
digunakan untuk menutup defek pada 1/3 medial daun telinga dengan hasil yang sangat baik dan
memuaskan.
Ada banyak sekali jenis kelainan langka, yang nampak maupun tidak nampak.

Pernahkah kamu melihat orang yang telinganya kecil atau bahkan tidak ada telinga?
Ini bukan hoax, memang ada loh orang yang telinganya mungil, atau bahkan tidak punya telinga,
namanya microtia dan anotia
Penasaran?
Kita bahas yuks hehehehehe.

Microtia adalah.............

Microtia is a congenital malformation of variable severity of the external and middle


ear. (Sumber : Medscape)
Microtia adalah malformasi kongenital dari telinga bagian luar (daun telinga) dan telinga bagian
tengah, dengan berbagai variasi tingkat keparahan.

Microtia is a congenital anomaly of the ear that ranges in severity from mild structural
abnormalities to complete absence of the ear, and can occur as an isolated birth defect or as part
of a spectrum of anomalies or a syndrome. (Sumber : NCBI)
Microtia adalah anomali kongenital pada telinga dengan tingkat keparahan mulai dari
abnormalitas struktur yang ringan hingga tidak ada telinga sama sekali, dan bisa merupakan
kelainan bawaan lahir yang terisolasi (tanpa kelainan lainnya) atau merupakan bagian dari
spektrum suatu anomali atau sindrom.

Anotia and microtia are birth defects of a baby’s ear. Anotia happens when the external ear (the
part of the ear that can be seen) is missing completely. Microtia happens when the external ear is
small and not formed properly. (Sumber : CDC)
Anotia dan microtia adalah kelainan bawaan lahir pada telinga bayi. Anotia adalah ketika tidak
ada daun telinga sama sekali. Microtia adalah ketika daun telinga berukuran kecil dan tidak
terbentuk dengan baik.

Anotia/microtia usually happens during the first few weeks of pregnancy. These defects can vary
from being barely noticeable to being a major problem with how the ear formed. Most of the
time, anotia/microtia affects how the baby’s ear looks, but usually the parts of the ear inside the
head (the inner ear) are not affected. However, some babies with this defect also will have a
narrow or missing ear canal. (Sumber : CDC)
Anotia/microtia biasanya terjadi saat beberapa minggu pertama kehamilan. Defek ini bisa
bervariasi mulai dari hampir tidak tampak hingga menjadi masalah mayor dengan bentuk telinga.
Seringkali anotia/microtia mempengaruhi bentuk telinga bayi, tapi biasanya bagian telinga yang
di dalam kepala (telinga bagian dalam) tidak terpengaruh. Bagaimana pun, beberapa bayi dengan
defek ini juga akan memiliki kanal telinga yang kecil atau tidak memiliki kanal telinga.

Microtia is often associated with hearing loss and patients typically require treatment for hearing
impairment and surgical ear reconstruction. (Sumber : NCBI)
Microtia biasanya diasosiasikan dengan gangguan pendengaran dan pasien biasanya
membutuhkan penanganan untuk gangguan pendengaran dan operasi rekonstruksi telinga.

Ada 4 tipe microtia, yaitu tipe 1 sampai tipe 4.


Tipe 1 adalah bentuk paling ringan, di mana telinga memiliki bentuk normal, namun ukurannya
lebih kecil dari telinga normal.
Tipe 4 adalah bentuk paling berat, di mana daun telinga sama sekali tidak ada (anotia).
Kondisi ini bisa mempengaruhi salah satu (lebih sering terjadi) atau kedua telinga

Microtia biasanya akan terlihat jelas saat bayi lahir, dan dokter mungkin perlu melakukan
pemeriksaan seperti Ct scan untuk mengetahui struktur dalam telinga, dan juga pemeriksaan
lainnya secara menyeluruh untuk mendeteksi ada atau tidak ada kelainan lainnya.

Seberapa sering sih Microtia terjadi?

from 0.83 to 17.4 per 10,000 births and the prevalence is considered to be higher in Hispanics,
Asians, Native Americans, and Andeans. (Sumber : NCBI)
Bervariasi dari 0,83 sampai 17,4 per 10.000 kelahiran.

Recently, state birth defects tracking systems have estimated that anotia/microtia range from less
than 1 in 10,000 live births to about 5 in 10,000 live births. (Sumber : CDC)
Diperkirakan kejadian anotia/microtia kurang dari 1 dalam 10.000 kelahiran hidup hingga 5
dalam 10.000 kelahiran hidup.

Severe anomalies, such as microtia, occurred in approximately 3 in 10,000 live births.


Occurrence has been reported to be 1 in 4000 in the Japanese population and as high as 1 in 900
to 1 in 1200 in the Navajo population. (Sumber : Medscape)
Microtia diperkirakan terjadi mendekati angka 3 dalam 10.000 kelahiran hidup, di Jepang
dilaporkan terjadi 1:4.000, dan 1 dalam 900 hingga 1 dalam 1.200 di Navajo.

Microtia occurs more frequently in males, with an estimated 20-40% increased risk compared to
females. Microtia can occur bilaterally, although 77–93% of affected individuals have unilateral
involvement. (Sumber : NCBI)
Microtia lebih sering terjadi pada laki-laki, dengan estimasi 20-40% peningkatan resiko jika
dibandingkan pada perempuan.
Microtia bisa terjadi bilateral (di ke dua telinga), meskipun 77-93% dari penyintas mengalami
unilateral (hanya terjadi pada 1 telinga).

Kenapa microtia bisa terjadi? (Sumber : CDC)

The causes of anotia/microtia among most infants are unknown. Some babies have
anotia/microtia because of a change in their genes. In some cases, anotia/microtia occurs because
of an abnormality in a single gene, which can cause a genetic syndrome. Another known cause
for anotia/microtia is taking a medicine called isotretinoin (Accutane®) during pregnancy.
Penyebab terjadinya anotia/microtia pada mayoritas bayi masih belum diketahui. Beberapa bayi
terlahir dengan anotia/microtia karena karena perubahan pada gen. Pada sebagian kasus,
anotia/microtia terjadi karena abnormalitas salah 1 gen, yang bisa menyebabkan sindrom
genetik. Penyebab lainnya yang telah diketahui adalah konsumsi obat bernama
isotretinoin (Accutane®) selama kehamilan.

Recently, CDC reported on important findings about some factors that increase the risk of having
a baby with anotia or microtia:

Diabetes ― Women who have diabetes before they get pregnant have been shown to be more at
risk for having a baby with anotia/microtia, compared to women who did not have diabetes.

Maternal diet—Pregnant women who eat a diet lower in carbohydrates and folic acid might have
an increased risk for having a baby with microtia, compared to all other pregnant women.

Baru-baru ini, CDC melaporkan penemuan penting tentang beberapa faktor yang meningkatkan
resiko melahirkan bayi dengan anotia atau microtia :

Diabetes

Diet selama kehamilan (diet rendah karbohidrat dan asam folat)

Bagaimana penanganannya? (Sumber : CDC)

Treatment for babies with anotia/microtia depends on the type or severity of the condition. A
healthcare provider or hearing specialist called an audiologist will test the baby’s hearing to
determine any hearing loss in the ear(s) with the defect. Even a hearing loss in one ear can hurt
school performance. All treatment options should be discussed and early action may provide
better results. Hearing aids may be used to improve a child’s hearing ability and to help with
speech development.

Penanganan bayi dengan anotia/microtia tergantung dari tipe atau tingkat keparahan kondisinya.
Audiologist atau spesialis THT akan melakukan tes pendengaran (screening pendengaran) untuk
mengetahui ada atau tidak ada gangguan pendengaran pada telinga yang mengalami
anotia/microtia.
Seluruh jenis tindakan harus didiskusikan dan tindakan yang dilakukan lebih awal mungkin akan
memberikan hasil yang lebih baik. Alat bantu dengar mungkin bisa digunakan untuk
meningkatkan kemampuan mendengar dan membantu perkembangan wicara.

Surgery is used to reconstruct the external ear. The timing of surgery depends on the severity of
the defect and the child’s age. Surgery is usually performed between 4 and 10 years of age.
Further treatment may be necessary if the child has other birth defects present.

Operasi bisa dilakukan untuk rekonstruksi daun telinga. Operasi dilakukan tergantung tingkat
keparahan defek dan usia anak. Operasi biasanya dilakukan saat anak berusia antara 4-10 tahun.
Tindakan lainnya mungkin juga diperlukan jika anak memiliki kelainan bawaan lahir lainnya.

Kontraindikasi (Sumber : Medscape)

The only absolute contraindication to ear reconstruction is a health condition preventing the
patient from undergoing a series of 2-3 surgeries under general anesthesia. The remaining
contraindications to ear reconstruction are relative.
As in all plastic surgery, the outcome of surgery depends on patient selection. Relative
contraindications to surgery include lack of family support, inability to follow through with
surgical care, and unwillingness of the child.

Satu-satunya kontraindikasi absolut dilakukannya rekonstruksi telinga adalah kondisi kesehatan


yang membuat pasien tidak dapat menerima tindakan operasi sebanyak 2-3 kali, dengan anastesi
umum.

Prognosis

In the absence of other conditions, children with anotia/microtia can develop normally and lead
healthy lives. Some children with anotia/microtia may have issues with self-esteem if they are
concerned with visible differences between themselves and other children. Parent-to-parent
support groups can prove to be useful for new families of babies with birth defects of the head
and face, including anotia/microtia. (Sumber : CDC)

Anak yang lahir dengan anotia/microtia tanpa kondisi lainnya akan berkembang normal dan
memiliki hidup yang sehat.
Beberapa anak dengan anotia/microtia mungkin mengalami isu dengan kepercayaan diri jika
mereka peduli dengan perbedaan yang tampak pada dirinya jika dibandingkan dengan anak
lainnya.

Pembuatan Mata Palsu


Mata palsu yang diproduksi di laboratorium Ilyarsi Okularis terbuat dari bahan akrilik khusus yang
disebut Polymethyl methacrylate (PMMA), merupakan akrilik yang sulit untuk dapat dipecahkan,
bebas bergerak, dan tidak menimbulkan alergi yang sepenuhnya cocok dengan jaringan tubuh
manusia. PMMA tidak bisa rusak oleh air mata, tidak berpori, tahan korosi dan tidak menyerap
zat apa pun.
Dalam proses pembuatan mata palsu, diperlukan tiga kali pertemuan. Berikut proses pembuatan
mata palsu:
Hari pertama, mencetak bahan khusus ke dalam soket mata untuk mengetahui bentuk pola mata
palsu yang sesuai dengan soket.
Hari kedua, Pembuatan pola menggunakan bahan wax khusus yang aman dan tidak lengket di
mata ataupun bulu mata. Setelah mendapat pola yang pas maka digunakan akrilik putih sebagai
sclera yang dipanaskan supaya menjadi keras.
Hari ketiga, dilakukan pelukisan agar mata palsu terlihat mirip dengan bola mata asli. Umumnya
dibutuhkan sekitar 15-60 menit. Setelah itu, mata palsu dilapisi akrilik transparan dan di
panaskan agar terlihat lebih alami dan menghindari paparan zat kimia dari lapisan cat yang dapat
menyebabkan radang mata.
Hari keempat, dilakukan pemasangan mata palsu yang sudah dipoles terlebih dahulu dengan
waktu pemasangan yang relatif singkat, seperti memasang lensa kontak.

Perawatan Mata Palsu


PEMBERSIHAN: sesuai kebutuhan, biasanya dilakukan oleh pengguna, menggunakan sabun
anti bakteri.
POLES: 1-2 kali setahun tergantung perawatan pasien, tujuannya untuk menghilangkan protein
yang diproduksi tubuh yang menumpuk pada mata palsu dan menghilangkan goresan kecil pada
mata palsu.
PEMBESARAN/PERUBAHAN BENTUK MATA PALSU: dalam 1-3 tahun pertama penggunaan
mata palsu atau karena pertumbuhan atau penyesuaian soket.
PENGGANTIAN: 5 tahun atau sesuai kebutuhan ketika soket berubah.
Mata palsu tidak perlu dilepas dan dibersihkan setiap hari, karena akan berpotensi menimbulkan
goresan dan kelopak mata akan menjadi kendur.
Catatan: kami tidak menerima poles atau mengubah ukuran mata palsu yang dibuat
oleh pembuat mata palsu lain.

Konsultasi
Sebaiknya Anda berkonsultasi dengan kami terlebih dahulu sebelum membuat mata palsu. Ini
bisa dilakukan di klinik kami atau melalui telepon. Hal ini perlu dilakukan supaya membantu
memberikan gambaran tentang kondisi rongga mata anda dan jenis mata palsu yang diperlukan.
Protesa mata , disebut juga sebagai prostesis mata, adalah mata palsu estetis untuk orang yang
kehilangan satu mata setelah mengalami cedera atau penyakit, untuk orang yang cacat mata sejak
lahir, untuk orang buta dengan mata kisut atau jelek.
Indikasi untuk memakai protesa mata dalam medis dan kosmetik:

 Mengembalikan keindahan wajah dan pandangan.


 Menghentikan sakit psikologi, mengembalikan kepercayaan diri sehingga memudahkan
bermasyarakat.
 Mencegah kolaps kelopak mata dan menahan bentuk rongga mata.
 Mencegah akumulasi cairan dalam rongga mata sehingga dapat mempermudah keluarnya air
mata.
Sebutan internasional untuk kualifikasi orang yang membuat protesa mata
adalah ocularist, okularis dalam bahasa Indonesia.
Ada dua tipe protesa:

1. Protesa yang dibuat oleh okularis sesuai ukuran yang kemudian disesuaikan pada pasien.
2. Protesa buatan pabrik dengan kualitas meragukan yang dibuat tidak sesuai ukuran.
Protesa mata yang dibuat sesuai ukuran, dikerjakan dengan teknik yang benar, menggunakan
bahan berkualitas baik, serta bisa diterima oleh pasien dengan demikian protesa tidak dapat
dibedakan dengan mata asli.
Protesa buatan dari pabrik dilarang peredarannya di Eropa karena seringkali tidak dapat diterima
oleh pasien, dipasang tanpa penyesuaian, dan hasil estetiknya mengecewakan.
Protesa dibuat di laboratorium, dari bahan kaca akrilik, atau dari bahan beling. Proses pembuatan
protesa mata lama dan kompleks, dan memakan biaya cukup mahal.
Protesa mata harus netral karena letaknya berada di dalam rongga mata, di belakang kelopak mata
dengan kontak permanen dengan jaringan; protesa harus non toksik supaya dapat diterima
oleh sistem immun tanpa menimbulkan peradangan.

Anda mungkin juga menyukai