Anda di halaman 1dari 19

TUGAS RC GILUT

“CLEFT LIP AND PALATE”

OLEH :

PATRICK A. THERIK
NPM. 15700169

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan resume Rc Gilut yang berjudul
“Cleft Lip and Palate” dengan tepat waktu.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam resume ini. Oleh


karena itu, penulis berharap kepada pembaca agar dapat memberikan saran, kritik
dan rekomendasi yang dapat membuat resume ini lebih baik selanjutnya.

Akhir kata, penulis berharap resume ini dapat memberikan manfaat bagi
semua orang.
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………………………………………………... i

KATA PENGANTAR………….………………………………….…. ii

DAFTAR ISI…………………..…………………………….……….... iii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang……………………………….........………...…....… i

BAB II PEMBAHASAN

1. Definisi ………………………………………………………....…... 3

2. Etiologi ………………………………………………………...…... 3

2.3 Etiologi dan Faktor Risiko ………………………………….…... 3

2.4 Patogenesis.. .…………………………….…………………...…... 4

2.5 Gambaran Klinis ……………………………………………...….. 5

2.6 Diagnosis.......…………………………………………………….... 8

2.7 Komplikasi……………………………………………….……....... 9

2.8 Pengobatan dan Manajemen…………………………………...... 10

2.10 Pencegahan………………………………………………….….. 11

2.11 Prognosis….……………………………………………..…….... 12

BAB III KESIMPULAN

3.1 Simpulan ……………………………………………………….…... 13

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 14


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Celah bibir dan langit-langit adalah jenis cacat lahir kraniofasial
yang mempengaruhi ribuan anak di seluruh dunia setiap tahun. Kondisi ini
menjadi topik pembicaraan yang sensitif, seringkali dipengaruhi oleh
stigma cacat lahir fisik dan mitos budaya. Bibir sumbing didefinisikan
sebagai kelainan kongenital yang terjadi pada palatum primer yang terletak
di anterior foramen incisivus. Terjadinya mungkin unilateral, bilateral,
lengkap atau tidak lengkap. Celah langit-langit didefinisikan sebagai
kelainan bawaan yang terjadi pada langit-langit sekunder (langit-langit
lunak dan keras). Terjadinya mungkin unilateral, bilateral, lengkap atau
tidak lengkap.
Alasan utama terjadinya sumbing pada bayi dapat berupa faktor
lingkungan (seperti merokok, alkohol, gizi buruk) atau faktor genetik
(seperti faktor keluarga dan kromosom). Sejumlah spesialis terlibat dalam
perawatan sumbing dan memutuskan rencana perawatan terbaik
tergantung pada lokasi cacat dan usia bayi.
Di dunia prevalensi bibir sumbing atau cacat bibir dan langit-langit
diperkirakan 16,86 kasus per 10.000 kelahiran hidup, celah langit-langit
yang terisolasi, serta celah bibir dengan atau tanpa celah langit-langit,
adalah malformasi orofasial kongenital yang paling umum di Amerika
Serikat. Anak-anak dengan kelainan sumbing mungkin mengalami banyak
tantangan fisik dan perkembangan. Mungkin juga ada kekhawatiran
psikososial dan emosional untuk pasien dan keluarga mereka. Dengan
demikian, perawatan komprehensif untuk pasien dengan celah bibir
dan/atau langit-langit membutuhkan tim interdisipliner. Pedoman untuk
perawatan tim yang digariskan oleh American Cleft Palate Association
merekomendasikan anggota tim yang mungkin termasuk anestesiologi,
audiologi, genetika, bedah saraf, keperawatan, oftalmologi, bedah mulut
maksilofasial, ortodontik, THT-bedah kepala dan leher, pediatri,
kedokteran gigi anak, antropologi fisik , bedah plastik, prostodontik,
psikiatri, psikologi, pekerjaan sosial, dan patologi wicara-bahasa.
Meskipun setiap spesialisasi mungkin tidak terwakili, kualitas perawatan
ditingkatkan melalui diskusi kolaboratif dan koordinasi perawatan.
Di indonesia menurut riset Kesehatan dasar (RISKESDAS,2013)
menunjukkan terdapat 0,08% anak usia 24-59 bulan dengan CLP di
Indonesia, dimana terjadi peningkatan dibandingkan beberapa tahun
sebelumnya.
Penaganan bagi penderita bibir sumbing dapat dilakukan dengan
menjalani operasi serta Penderita dengan celah bibir dan langit-langit
memerlukan perawatan yang ektensif dan rutin. Perawatan dilakukan
dalam 4 tahap yaitu sebelum pembedahan awal untuk memperbaiki bentuk
bibir, selama masa gigi geligi sulung, masa gigi geligi bercampur, dan
awal masa gigi geligi tetap.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Defenisi
Cleft Lip and Palate adalah suatu kondisi dimana terdapat celah
abnormal di bibir atas dan atap mulut yang terjadi ketika beberapa bagian
gagal bergabung bersama selama awal kehamilan. Bibir dan palatum
berkembang secara terpisah, sehingga memungkin bagi bayi untuk
dilahirkan hanya dengan bibir sumbir, hanya celah pada langit langit
palatum atau kombinasi keduanya.
Bibir sumbing didefinisikan sebagai kelainan kongenital yang
terjadi pada palatum primer yang terletak di anterior foramen incisivus.
Terjadinya mungkin unilateral, bilateral, lengkap atau tidak lengkap.
Kelainan Celah langit-langit didefinisikan sebagai kelainan bawaan yang
terjadi pada langit-langit sekunder (langit-langit lunak dan keras).
Terjadinya mungkin unilateral, bilateral, lengkap atau tidak lengkap.

2. Etiologi
Cleft Lip atau Celah Bibir adalah penyakit yang disebabkan oleh
kontribusi dari faktor lingkungan serta faktor genetik. Penyebab dari
sebagian besar kejadian celah bibir masih belum diketahui hingga
sekarang. Beberapa anak mengalami celah bibir karena adanya perubahan
genetik. Kasus celah bibir merupakan hal yang diturunkan secara genetik.
1 dari 5 kasus celah bibir merupakan kasus yang terjadi akibat adanya
penurunan secara genetic.
a. Faktor resiko
Faktor resiko terjadinya celah bibir pada anak bayi sudah ada sejak
bayi tersebut masih berada dalam kandungan. Beberapa faktor resiko
bagi janin untuk mengalami celah bibir adalah :
1. Merokok
Merokok dan alkohol dianggap sebagai penyebab utama
kelainan celah bibir dan langit-langit di mana risiko tinggi
terjadinya celah ditemukan pada kehamilan dengan
penyalahgunaan alkohol dan merokok yang tinggi. Menurut
penelitian, merokok pada trimester pertama kehamilan
merupakan faktor risiko utama peningkatan jumlah bayi yang
lahir dengan bibir sumbing dan langit-langit mulut sumbing.
Hal ini dibuktikan dengan sebuah penelitian di Serbia dimana
51% ibu yang merokok selama kehamilan memiliki anak
dengan bibir sumbing.
2. Faktor nutrisi
Status gizi memainkan peran penting dalam terjadinya cleft lip
and pallate atau bibir sumbing dan langit-langit mulut.
Kekurangan vitamin B6 adalah alasan utama peningkatan
risiko sumbing di Belanda dan Filipina. Selain itu, defisiensi
asam folat diamati sebagai alasan utama peningkatan sumbing.
Diamati bahwa penambahan suplemen folat menurunkan
kejadian cleft lip and pallate di Amerika Serikat dan Amerika
Utara. Selanjutnya, zinc dianggap sebagai elemen utama dalam
perkembangan janin. Kekurangan nutrisi ini menyebabkan
bibir sumbing dan langit-langit mulut sumbing. Diamati bahwa
ibu dengan anak dengan sumbing memiliki konsentrasi seng
yang lebih rendah dibandingkan dengan ibu dengan anak tanpa
sumbing.
3. Obat- obatan
Celah pada bibir dan langit-langit dapat disebabkan oleh
beberapa obat seperti steroid kortikosteroid di mana beberapa
kehamilan membutuhkan karena insomnia dan kecemasan.
Selain itu, obat retinoid dianggap sebagai salah satu penyebab
utama terjadinya sumbing pada bayi karena ibu hamil terpapar
obat tersebut.
4. Bahan kimia dan pelarut organik
Paparan bahan kimia dan pelarut dapat menyebabkan celah
pada bibir, langit-langit mulut atau keduanya.
b. Faktor genetik
Riwayat keluarga dianggap sebagai salah satu alasan yang dapat
menyebabkan bibir sumbing dan langit-langit mulut sumbing.
Misalnya, risiko riwayat salah satu orang tua yang memiliki celah
bibir dan langit-langit mulut ke anaknya adalah 9%. Risiko riwayat
orang tua yang tidak terpengaruh memiliki anak dengan celah bibir
dan langit-langit mulut ke anak kedua mereka adalah 4%. Terjadinya
celah bibir dan langit-langit berhubungan dengan banyak sindrom
seperti sindrom Pierre Robin, sindrom Sticklers, sindrom Treacher
Collins, mikrosomia hemifasial, displasia ektodermal. Sindrom
Velocardiofacial. Jadi, dalam kasus ini, disebut sindrom celah langit-
langit. Di sisi lain, sumbing dapat terjadi tanpa sindrom (non sindrom
celah langit-langit. Selain itu, faktor genetik lain yang menyebabkan
bibir dan langit-langit sumbing terkait dengan Trisomi 13, Trisomi 18
dan Trisomi 21.

3. Patogenesis
Pada morfogenesis wajah, sel neural crest bermigrasi ke daerah
wajah dimana mereka akan membentuk jaringan tulang, jaringan ikat, serta
seluruh jaringan pada gigi kecuali enamel. Bibir atas merupakan turunan
dari prosesus medial nasal dan maxillary. Kegagalan penggabungan
prosesus medial nasal dan maksila pada minggu kelima kehamilan, baik
pada satu atau kedua sisinya, berakibat cleft lip. Cleft lip biasanya terjadi
pada pertemuan antara bagian sentral dan lateral dari bibir atas. Cleft dapat
memengaruhi bibir atas saja atau bisa juga melebar lebih jauh ke maksila
dan palatum primer. Jika terjadi kegagalan pengabungan palatal shelves
juga, terjadi cleft lip dengan cleft palatum, yang membentuk kelainan Cleft
Lip and Palate.
Normalnya, perkembangan palatum sekunder dimulai dari prosesus
palatal kanan dan kiri. Fusi palatal shelve dimulai pada minggu ke-8
kehamilan dan berlanjut sampai minggu ke-12 kehamilan. Cleft palate
terjadi karena kegagalan fusi total atau sebagian dari palatal shelve. Hal ini
dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu ada kelainan pada gen yang
mengatur diferensiasi sel, pertumbuhan, apoptosis, adhesi antar sel, dan
pensinyalan sel, serta adanya gangguan pada fungsi sel yang disebabkan
lingkungan yang teratogenik, atau gabungan keduanya Faktor lingukungan
dan genetik saling memengaruhi dan berperan penting dalam patogenesis
dari Cleft Lip and Palate (CLP). Ibu yang merokok selama kehamilan
berisiko melahirkan anak yang mengalami CLP karena bisa terjadi mutasi
gen TGF α. Merokok saat kehamilan juga memengaruhi pertumbuhan
embrionik dengan menghasilkan hipoksia jaringan yang mengganggu
pertumbuhan jaringan, khususnya pertumbuhan palatum. Selain itu juga,
serum folat juga dapat menurun pada ibu hamil tersebut yang dapat
terbentuknya celah atau cleft yang sering diasosiasikan dengan defisiensi
folat.
Konsumsi alkohol pada kehamilan sering dikaitkan dengan pola
abnormalitas pada keturunannya yang disebut Fetal Alcohol Syndrome
(FAS). Hal ini dikarenakan konsumsi alkohol oleh ibu hamil dapat
memberikan efek teratogenik seperti retardasi mental, gangguan
kardiovaskuler, dan terkadang juga terjadi clefting atau terbentuknya celah
pada ronggal mulut bayinya. Beberapa obat dapat menginduksi terjadinya
CLP. Obat-obatan kemoterapi seperti aminopterin, methotrexate,
cyclophospamide, procarbazine, dan turunan asam hydroxamic
mengganggu sintesis DNA yang menghasilkan malformasi pada fetus.
Penggunaan obat-obatan anti kejang, contohnya phenytoin, dapat
menghambat pertumbuhan embrio secara keseluruhan, termasuk facial
prominences, yang ditandai dengan menurunnya laju proliferasi sel
mesenkimal pada facial prominences sekitar 50%.

4. Klasifikasi
Tidak ada klasifikasi sumbing yang diterima secara universal,
meskipun yang paling umum digunakan adalah klasifikasi Veau, yang
dijelaskan pada tahun 1931 (Moore et al., 1988; Sulik et al., 1988;
Melnick, 1986; Poswillo, 1988). Veau Kelas I adalah celah langit-langit
lunak yang terisolasi; Kelas II adalah langit-langit mulut sumbing
keras/lunak; Kelas III adalah celah bibir dan langit-langit unilateral; Kelas
IV adalah celah bilateral pada bibir dan langit-langit. Kebanyakan ahli
bedah menggambarkan cacat dari pada menggunakan sistem Veau.
Misalnya, Veau Kelas III akan digambarkan sebagai celah lengkap
unilateral pada bibir, alveolus, palatum primer dan sekunder (Moore et al.,
1988; Sulik et al., 1988; Poswillo, 1988; Jones, 1988)
a. The Unilateral Cleft Lip.
CLAP dapat dibagi menjadi defek pada bibir, alveolus dan palatum.
Bibir sumbing adalah kegagalan proliferasi mesodermal yang
mengakibatkan cacat lengkap atau tidak lengkap. Bibir sumbing
unilateral lengkap meliputi otot orbicularis oris, di mana bagian
medial otot menempel pada kolumela dan bagian lateral ke kartilago
ala hidung. Batas vermillion medial biasanya tipis (disebut gulungan
putih). Celah bibir yang tidak lengkap berkisar dari penutup mukosa
hingga defek ringan pada sebagian besar otot orbicularis yang hampir
tidak dapat dideteksi. Cacat hidung dari bibir sumbing unilateral
cukup konstan. Kartilago lateral bawah ipsilateral biasanya diratakan
dan diputar ke lateral dan inferior, menghasilkan tampilan horizontal
dan pendek. Columella pendek dan sering menekuk dan terkilir
septum. Penampilan keseluruhan adalah kubah pipih dengan lubang
hidung ipsilateral yang lebar dan horizontal.
b. The Bilateral Cleft Lip.
Bibir sumbing bilateral mirip dengan defek unilateral dengan
pengecualian tidak adanya otot orbicularis pada aspek medial
(premaxilla atau prolabium). Prolabium biasanya diekstrusi ke tingkat
yang bervariasi. Deformitas hidung pada dasarnya merupakan
duplikasi dari defek unilateral, dengan kubah pipih bilateral, columella
pendek dan lubang hidung horizontal bilateral.
c. Clefts of the Primary Palate and Alveolus.
Palatum primer adalah bagian anterior dari foramen insisivus. Celah
palatum primer menghasilkan celah dari foramen insisivus melalui
alveolus. Celah jenis ini selalu dikaitkan dengan celah bibir.
d. Clefts of the secondary palate
Celah palatum sekunder adalah kegagalan pertumbuhan medial rak
palatal. Fusi dimulai pada foramen insisivus dan berlanjut ke
posterior. Vomer berada di garis tengah, dengan berbagai perlekatan
pada sisa palatum. Cacat langit-langit lunak adalah kegagalan fusi
garis tengah. Otot palatal menempel pada palatum keras posterior.
Terdapat rentang klinis yang luas dari celah langit-langit sekunder,
dari celah submukosa hingga celah lengkap pada langit-langit keras
dan lunak. Celah langit-langit submukosa adalah sebagai garis tengah
diastosis dari otot-otot velar, uvula bifida dan takik di langit-langit
keras posterior (Poswillo, 1968; Amaratunga, 1989; Jones, 1988;
Thompson dan Thompson, 1986).

5. Manifestasi klinis
Manifestasi klini Bayi dengan bibir sumbing adalah bayi sering
mengalami kesulitan saat mencoba melakukan kontak antara bibir atas dan
bawah, kesulitan makan, Celah langit-langit lunak, termasuk celah sub
mukosa, sering dikaitkan dengan inkompetensi velopharyngeal atau
disfungsi tuba Eustachius. Gangguan pendengaran lazim di antara individu
dengan celah orofasial. Gangguan ini merupakan akibat dari otitis media
kronis dengan efusi karena disfungsi tuba eustachius, Kelainan posisi gigi,
keterlambatan erupsi gigi permanen dan keterlambatan pembentukan gigi
permanen. Insiden kehilangan gigi secara kongenital tinggi, terutama pada
gigi insisivus lateral sulung dan permanen yang berdekatan dengan celah
alveolar. Prevalensi hipodonsia meningkat secara langsung dengan tingkat
keparahan sumbing. Celah alveolar unilateral dan bilateral lengkap sering
dikaitkan dengan gigi supernumerary juga, biasanya gigi seri lateral
rahang atas. Pembentukan gigi sering tertunda, dan hipoplasia email,
mikrodonsia atau makrodonsia, dan gigi yang menyatu sering terlihat.

6. Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang


Orofacial cleft termasuk cleft lip dengan atau tanpa cleft palate
adalah abnormalitas kongenital yang umum. Namun deteksi prenatal yang
tepat sangat penting karena jenis dan ekstensi dari cleft berhubungan
dengan outcome yang berhubungan secara anatomi dan abnormalitas
kromosom. Cleft lip tanpa cleft palate memiliki prognosis yang lebih baik
daripada cleft lip yang disertai cleft palate. Teknik rekonstruksi, operasi,
risiko untuk kronis otitis media, kehilangan pendengaran, lafal yang
abnormal akan sangat berbeda dibandingkan keduanya. Cleft lip yang
disertai cleft palate menimbulkan morbiditas yang lebih besar dan
nmemerlukan perbaikan yang lebih banyak yang berhubungan dengan
lebih banyaknya tindakan operasi.
Transabdominal ultrasonography (TA-US) yang dilakukan pada
trimester dua kehamilan adalah pilihan pertama untuk screening orofacial
cleft. TA-US banyak dilakukan karena mudah dan tidak menimbulkan
radiasi. Selain itu ada juga 3-D US seperti Ultrasonographic surface
rendered oro-palatal (SROP) yang adalah gambaran rekonstruksi 3D dari
regio perioral fetal. SROP dapat melihat superior lip, alveolar ridge, dan
palate sekunder dalam satu kali scan. SROP ini digunakan untuk
managemen cleft lip dengan atau tanpa cleft palate, uni atau bilateral yang
telah didiagnosis pada umur gestasi 22-28 minggu. Namun 3-D US lebih
jarang digunakan karena membutuhkan waktu lebih lama. Sehingga orang
lebih sering menggunakan 2-D US. Untuk meningkatkan akurasi dari 2-D
US ada penggunaan aplikasi warna atau power Doppler. Ultrasound
konvensional yang berwarna abu-abu dapat saja melewati adanya cleft
palate saat pemeriksaan karena bayangan dari bony alveolar ridge yang
menutupi kecacatan pada palate. Penggunaan warna atau power Doppler
pada potongan sagittal dapat memperbaiki keakuratan diagnostik dengan
mendeteksi aliran lambat cairan amniotik diantara ruang buccal dan nasal
fossa selama bernafas atau menelan.
Selain ultrasound yang biasanya dilakukan pada umur gestasi 25-
26 minggu, dapat juga dilakukan MRI pada umur gestasi 29-30 minggu
jika pemeriksaan secara ultrasound terlalu sulit. Kepastian diagnosis akan
terkonfirmasi saat dilakukan pemeriksaan klinis pada bayi yang sudah
lahir.

7. Pengobatan dan Manajemen


Penderita dengan celah bibir dan langit-langit memerlukan
perawatan yang ektensif dan rutin. Perawatan dilakukan dalam 4 tahap
yaitu sebelum pembedahan awal untuk memperbaiki bentuk bibir, selama
masa gigi geligi sulung, masa gigi geligi bercampur, dan awal masa gigi
geligi tetap. Untuk menangani masalah penelanan yaitu masuknya bahan
makanan untuk kepentingan pertumbuhan dan perkembangan, maka
dibuatkanlah suatu obturator yang disesuaikan dengan pertumbuhan tulang
maksila untuk membantu fungsi penelanan penderita dan diharapkan
penderita akan mendapatkan bentuk palatum yang seperti normal agar
lidah terbiasa pada posisi fisiologis. Pembedahan melibatkan beberapa
prosedur primer dan sekunder. Prosedur pembedahan dan waktu
pelaksanaannya bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan. Penutupan
bibir awal dilakuakn selama beberapa bulan pertama lalu dianjurkan
dengan perbaikan langitan.23 Tujuannya adalah untuk mendapatkan
penampilan yang lebih baik, mengurangi insiden penyakit saluran
pernapasan. Prosedur perbaikan sekunder jaringan lunak dan prosedur
ortognatik dapat dilakukan untuk meningkatkan fungsi dan tampilan
estetik.

8. Prognosis
Pada umumnya, prognosis buat celah bibir dan celah langit-langit adalah
bagus kalau pasien di beri perawatan. Perawatan yang terbaik buat pasien
celah bibir dan celah langit-langit ialah pembedahan. Pembedahan untuk
membaiki bibir celah biasanya berlaku dalam beberapa bulan pertama
kehidupan dan disyorkan dalam tempoh 12 bulan pertama kehidupan.
Pembedahan untuk membaiki kelenjar celah disarankan dalam tempoh 18
bulan pertama atau lebih awal jika mungkin. Ramai kanak-kanak
memerlukan prosedur pembedahan tambahan apabila mereka sudah besar.
Pembedahan boleh membaikan rupa muka kanak-kanak dan
mungkin juga meningkatkan kadar pernafasan, fungsi pendengaran, dan
perkembangan dalam komunikasi lisan. Kanak-kanak yang dilahirkan
dengan celah orofacial mungkin memerlukan jenis rawatan dan
perkhidmatan yang lain, seperti penjagaan gigi atau ortodontik khas atau
terapi pertuturan.
Dengan rawatan, kebanyakan kanak-kanak dengan celah bibir dan
celah langit-langit dapat menjalani kehidupan yang baik. Sesetengah
kanak-kanak dengan kecacatan orofacial mungkin mempunyai masalah
dengan harga diri jika mereka bimbang dengan perbezaan yang kelihatan
antara dirinya dan anak-anak lain. Sokongan moral dari ibu bapa boleh
adalah penting dalam memelihara keadaan psikologis kanak-kanak supaya
tidak mengalami depresi dan sebagainya.
Kesimpulannya, walaupun rawatan mungkin melangkaui beberapa
tahun dan memerlukan beberapa pembedahan bergantung kepada
penglibatan, kebanyakan kanak-kanak yang terjejas oleh keadaan ini boleh
mencapai penampilan, ucapan, dan makan yang biasa.
BAB III
PEMBAHASAN RESUME

Pada bab ini akan dibahas jurnal dengan judul An innovative modified feeding
appliance for an infant with cleft lip and cleft palate: A case report.

1. Judul Jurnal
Judul jurnal ini adalah An innovative modified feeding appliance for an
infant with cleft lip and cleft palate: A case report
2. Penulis
Penulis dalam journal ini adalah Naveen BH, Raghavendra Prasad S, KR
Kashinath, Shylesh Kumar, Kalavathi SD, Narendra Laishram
3. Tahun dan halaman
Journal ini dibuat pada bulan Agustus tahun 2019, halaman 2134-2136
4. Latar belakang
Latar belakang dari jurnal ini adalah berdasarkan bahwa neonatus yang
dilahirkan memilki kelainan celah bibir dan langit – langit ( cleft lip and
pallate ) mengalami kesulitan dalam hal makan dimana hal ini dapat
menyebakan bayi / neonatus tersebut terganggu dalam perkembangannya.
Selama bertahun-tahun berbagai metode pemberian makan telah
digunakan untuk membantu bayi dengan kelainan celah bibi dan langit-
langit untuk makan. Alat bantu makan memainkan peran penting dalam
membantu neonatus untuk makan maupun menyusui. Alat ini membantu
memisahkan anatara rongga mulut dan rongga hidung serta memberikan
permukaan yang kaku agar dapat menahan payudara ibu atau puting susu
selama menyusui.
5. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian dalam jurnal ini adalah dengan melakukan
modifikasi pada alat bantu makan untuk bayi dengan kelainan pada celah
bibir dan langit – langit modifikasi dilakukan dengan menggunakan kawat
tembaga untuk retensi
6. Jenis laporan kasus
Dalam kasus ini Seorang neonatus berusia 2 hari dirujuk dari dokter
spesialis anak ke Departemen Prostodonsia, Perguruan Tinggi dan Rumah
Sakit Gigi Sri Siddhartha, Tumkur, dengan keluhan utama kesulitan
makan. Pada pemeriksaan, ditemukan bahwa anak lahir dengan celah bibir
dan langit-langit unilateral pada sisi kiri. Setelah berdiskusi dengan orang
tua anak, ditemukan bahwa ibu mengalami kesulitan dalam menyusui bayi
baru lahir, karena perhatian langsung pada saat itu adalah pemberian
makan dan nutrisi bayi. keputusan untuk membuat alat makan dibuat di
departemen prostodontik. Dalam kasus ini dilakukan KIE terlebih dahulu
bagi orangtua dimana Orang tua dijelaskan tentang prosedur, dan
persetujuan tertulis dan serta menandatangani inform consent sebagai
bentuk persetujuan dan legalitas.
7. Metode / prosedur
Prosedur dalam journal ini adalah peneliti langsung memperaktekan
dengan membuat Cetakan yang dibuat disini dengan menggunakan bahan
dempul polivinil siloksan (dempul lunak Dentsply Aquasil) serta bayi
dipegang dalam posisi tengkurap untuk hal ini bertujuan untuk mencegah
aspirasi bahan cetak. Dalam prosedur ini dijelaskan bahwa bayi tersebut
terus menangis selama pembuatan impresi dikatakan bahwa hal ini
menguntungkan yang berarti jalan nafas bayi tersebut tetap paten. Baki
kustom dibuat pada etakan utama, dan cetakan akhir dibuat dengan bahan
cetakan bodi ringan (Aquasil ultra). Alat feeding dibuat dengan
menggunakan heat cure clear acrylic resin. Dalam pembuatan alat feeding
ini benar-benar memperhatikan tingkat kenyamanan serta mengurangi
resiko trauma dimana pada setiap bagaian tepinnya dipangkas dan dibuat
lunak serta telah dipasangkan benang bila mana terjadi kasus bayi menelan
alat bantu ibu dapat langsung menarik benang.
8. Hasil
Hasil yang didapat adalah dilihat bahwa bayi dapat menyusui dengan
nyaman dengan alat bantu tetap berada di tempatnya serta tidak terjadi
aspirasi, membantu mempersingkat waktu makan, membantu
memposisikan lidah pada tempatnya sehingga membantu pertumbuhan
rahang serta dilihat dalam journal penelitian ini bahwa peneliti juga
menemukan bahwa dengan alat bantu ini bayi ketika mendapatkan ASI,
ASI yang masuk ke nasofaring alirannya berkurang dengan demikian hal
ini dapat mengurangi kejadian infeksi nasofaring dan otitis media.
9. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian kasus ini adalah bahwa penggunaan alat bantu
ini membantu dalam pemberian ASI yang lebih baik, berbicara,
meningkatkan nutrisi yang memadai dan penambahan berat badan karna
ASI yang tercukupi pada bay, mengurangi infeksi nasofaring dan otitis
media sampai koreksi bedah cacat sehingga dapat memastikan
kesejahteraan fisik, mental dan psikologis bayi yang normal serta orangtua

10. Kelebihan
Dalam penelitian ini telah dibahas berbagai keunggulan maupun kelebihan
baik dalam metode penelitian dimana dilakukan penelitian berupa case
control sehingga dapat langsung melihat keefektifan dari penggunaan alat
bantu makan/menyusui. Kemudian tingkat keberhasilan dari penelitian ini
dimana kasus yang ditemukan dapat ditangani sehingga memberikan
keuntungan bagi bayi maupun orangtua serta dimana hasil yang didapat
berupa bayi dapat menyusi dengan baik kemudian, membantu bayi dalam
memposisikan lidah dalam postur yang benar, mengurangi kejadian infeksi
nasofaring dan otitis media, Mengurangi kesulitan makan seperti
regurgitasi hidung, tersedak, dan mempersingkat waktu makan, Ini juga
membantu dalam cetakan nasoalveolar pra-bedah, Setelah cheiloplasty
memberikan stabilitas lengkung silang dan mencegah kolaps lengkung
rahang atas serta memberikan tingkat kenyamanan bagi bayi dan orantua
dimana alat ini resiko traumanya berkurang.
11. Kekurangan
Dalam penelitian belum dijelaskan secara terperinci berapa lama waktu
penggunaan alat bantu makan dalam jangka waktu tertentu, serta apakah
dapat digunakan untuk anak-anak maupun remaja bukan saja hanya untuk
keperluan dalam membantu makan namun juga dalam kemampuan
berbicara ataupun penampilan, serta kedepannya diharapkan dapat
dilakukan metode penelitian dengan jenis penelitian qualitatif deskriptif
untuk mengatahui pengalaman orangtua dalam menggunakan alat bantu
makan yang telah dimodifikasi dengan penggunaan tambahan kawat
tembaga.
DAFTAR PUSTAKA

Reeta Verma Katiyar, Sharique Ahmad, (2017) Psychosocialand Professional


Challenges For Individual Having Cleft Lipand Palate : A Case Report.

Vinod Kumar, M. K. Shakir, Rohith R. Koppalkar, Anisha Nanda, B. Karthika,


Aleena Babu, Khandelwal Ankita Pravin, (2019). Presurgical Nasoalveolar
Molding Therapy in Cleft Lip Palate Infant: A Successful Case Report.
Doi.10.4103/jnsbm.JNSBM_99_20.

Firas Abd Kati.(2018), Cleft Lip And Palate: Review Article

Nitish Bhat, Kalpna Thakur, Nandini Bhardwaj, Hemwati Nandan, Ankit Rawat,
Anjali Lathwal. Cleft Lip and Palate: A Review

Anda mungkin juga menyukai