Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SKENARIO 1

Bayi Tidak Dapat Menghisap Susu dan Sering Tersedak

TUTOR :

drg. Gunawan Oentaryo


DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :
NURIL FAJRIANI

I1D114252

AFIFAH RAHMIATI

I1D114251

SARI RAHMITA

I1D114234

M. DENI RAHMAN

I1D114228

PENIASI

I1D114238

M. FAUZAN IHSAN

I1D114241

DEISY FIRDA ANNISA


ARIFANI SETYAWAN

I1D114263
I1D114229

RABIATUL ADAWIYAH

I1D114211

NADIA DEWI ASTUTI

I1D114245

SITI FARIDA RIZKI A

I1D114223

DAYANNE SEMBIRING

I1D114203

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. karena atas berkat taufik dan rahmat-Nya kami
selaku kelompok empat dalam diskusi tutorial dapat menyelesaikan makalah tutorial skenario
1 yang berjudul Bayi Tidak Dapat Menghisap Susu dan Sering Tersedak tepat pada
waktunya. Makalah ini dibuat sebagai bahan pembelajaran, kedokteran gigi Universitas
Lambung Mangkurat tahun ajaran 2015 diharapkan makalah ini dapat bermanfaat dalam
pembelajaran selanjutnya.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepadadrg.Gunawan
Oentaryo yang telah membimbing kami dalam diskusi tutorial hingga penyusunan makalah
inidan juga kepada semua pihak yang terlibat.Kami sangat menyadari bahwa makalah ini
belum sempurna, oleh karena itusaran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi perbaikan penyusunan makalah lain di kemudian hari.Apabila
ada kesalahan dan kekurangan pada makalah ini kami mohon maaf. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Atas perhatiannya kami mengucapkan terimakasih.

Banjarmasin, Oktober 2015

Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................... i
Daftar Isi ....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1Identifikasi Masalah................................................................................1
1.2 Klarifikasi Masalah...............................................................................1
1.3 ProblemTtree.........................................................................................2
1.4 Sasaran Belajar......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
ISI.................................................................................................................3
2.1 Pengertian cleft palate..........................................................................3
2.2 Etiologi cleft palate..............................................................................3
2.3 Klasifikasi Cleft Palate.........................................................................7
2.4 Pencegahan Cleft Palate.......................................................................9
2.5 Definisi Obturator...............................................................................10
2.6 Bahan Obturator.................................................................................10
2.7 Klasifikasi Obturator..........................................................................11
2.8 Fungsi Obturator...................................................................................11
2.9 Indikasi dan Kontraidikasi Obturator....................................................11
2.10 Penanganan Secara Operasi..................................................................11
BAB II PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................9
3.2 Saran.......................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................10

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Identifikasi Masalah
1. Apaakibat yang akanditimbulkanapabilabayitidaksegeraditangani ?
2. Apasajafungsidariobturator ?
3. Apanama lain daricelahpalatum ?
4. Apasajaindikasidankontraindikasidariobturator ?
5. Apasajakaidahpersyaratanoperasi yang dimaksuddalamscenario ?
6. Apaetiologicelahpalatum ?
Apa hubungan tersedaknya bayi dengan celah palatum?

7. Apa saja bahan-bahan dari obturator?


8. Apa saja klasifikasi celah pada langit-langit?
9. Usiaberapa agar memnuhisyaratoprasi?
10.Apa saja komplikasi pasca oprasi dan perawatan pasca bedah?
11.Apa saja tipe dari obturator?
1.2 Klarifikasi Masalah
1. Akibatnya nutrisibayiakanberkurang,psikologisorangtuaburuk
2. Alat untuk menutup celah langit-langit untuk membantu bayi tidak
tersedak kalau minum susu
3. cleft palate ataupalatoschisis
4. SB
5. role over ten
6. Faktor herediter, faktor lingkungan
7. Denganadanyakeberadaancelahmembuatkemampuanbayiuntukmenutupro
nggamulutdanmenciptakanisapantidakmemadasehinggabayitidakmampu
menarikcairankedalammulutsecaraefisien. Yang
mengakibatcairanbisamasukkedalamsistemrespirasidanituygmembuatnyat
ersedak
8. SB
9. SB
10.Usia untuk oprasi (labioplasty) bayi umur 3 bulan yang telah memunuhi
kaidah oparasi (role of tens). Stlah itu baru di lanjutkan ke tahap-tahap
berikutny
11.Perdarahan,Fistelpalatum,Midfaceabnormalities,MalposisiPremaksilar

12.SB
1.3 Problem tree

1.4 Sasaran Belajar


1. Definisi Cleft Palate
2. Etiologi celah palatum
3. Klasifikasi Cleft Palate
4. Pencegahan Cleft Palate
5. Definisi Obturator
6. Fungsi dari obturator
7. Apa saja bahan-bahan dari obturator
8. Apa saja tipe dari obturator
9. Indikasi dan kontraindikasi Obturator
10.Penanganan Secara Operasi

BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Definisi Cleft Palate
Celah palatum adalah celah pada palatum yang terjadi akibat kegagalan penyatuan
palatum yang mempengaruhi baik jaringan lunak, komponen tulang bagian atas, alveolar
ridge, serta palatum lunak dan palatum keras.
Cleft Palate dapat terjadi secara lengkap (dalam palatum keras, palatum lunak, dan juga
gap pada rahang) dan tidak lengkap berupa (berupa lubang pada atap rongga mulut biasanya
sebagai palatum lunak saja). Saat terjadi cleft palate, maka biasanya uvula akan terbagi. Hala
ini terjadi oleh karena kegagalan fusi pada prosessus palatina lateralis, septum nasalis, dan
prosessus palatina mediana (pembentukan palatum sekunder). Lubang pada atap rongga
mulut disebabkan oleh karena adanya hubungan secara langsung antara rongga mulut dengan
cavum nasi.
Akibat dari hubungan terbuka antara rongga mulut dan rongga hidung disebut sebagai
Velopharingeal Inadequency (VPI). Oleh adanya gap tersebut, maka udara akan memasuki
rongga hidung menyebabkan resonansi suatu hepernasal (Hypernasal voice resonance) dan
emisi nasal. Efek sekunder dari VPI diantaranya ada kekacauan dalam berbicara (speech
articulation errors). (Sloan,2006)

2.2 Etiologi Cleft Palate


Celah paltum merupakan hasil kegagalan proses penggabungan lempeng palatina lateral
untuk bergabung satu sama lain, dengan septum nasal, atau dengan palatum primer. Celah
bibir dan celah palatum dapat dibedakan berdasarkan abnormalitas kongenital dan keduanya
sering terjadi secara bersamaan. (Bishara,2001)
Perkembangan wajah dikoordinasikan oleh adanya suatu morfogenetik kompleks, ekspansiproliferasi jaringan yang cepat, dan pengaruh genetik dan lingkungan kandungan ibu. Faktorfaktor tersebut merupakan suatu kondisi dimana rentan sekali terjadi malformasi fasial.
Selama 6-8 minggu pertama kehamilan, terjadilah pembentukan kepala beserta 5 jaringan
primitif, diantaranya :
1. Satu dari puncak kepala hingga ke calon bibir bawah (Frontonasal Prominence).
2. Dua dari pipi, yang mempertemukan lobus pertama untuk membentuk bibir atas
(MaxilarnProminence).
3. Dua tambahan lobus yang hipoksia. Hasilnya adalah anak dari tikus tersebut mengalami
cleft palate (Leonarz,2009).
Pada manusia, kelainan cleft palate dan koengenital lainnya semenjak lahir telah
dihubungkan dengan maternal hipoksia yang disebabkan oleh merokok, alkohol, atau
beberapa obat hipertensi. Faktor-faktor lingkungan yang masih dalam tahap penelitian
diantaranya :faktor musim (seperti pada saat musim tanam dimana banyak penggunaan
pestisida), nutrisi ibu dan intake vitamin, retinoid (anggota vitamin A), obat-obatan
antikonvulsan, nitrat dan narkotika (Loenarz,2009).

FaktorHerideter

Sekitar 25% pasien yang menderita palatoschisis memiliki riwayat keluarga yang menderita
penyakit yang sama. Orang tua dengan palatoschisis mempunyai resiko lebih tinggi untuk
memiliki anak dengan palatoschisis.
Berdasarkan genetik (syndrom)

Bisa terjadi karna ada kelainan gen dan kromosom contohnya,syndrom

Pada syndrom genetik celah bibir dan langit-langit bilateral 2x lipat lebih banayk
terjadi dari pada celah bibir dan langit-langit unilateral

Syndrom genetik yg paling sering di kaitkan dengan celah langit-lnagit terisolasi


adalah piere robin, sticklet,apert,dan syndrom crouzon

FaktorLingkungan

Obat-obatan yang dikonsumsi selama kehamilan, seperti fenitoin, retinoid (golongan vitamin
A), dan steroid beresiko menimbulkan palatoschisis pada bayi. Infeksi selama kehamilan
semester pertama seperti infeksi rubella dan cytomegalovirus, dihubungkan dengan
terbentuknya celah. Alkohol, keadaan yang menyebabkan hipoksia, merokok, dan defisiensi
makanan (seperti defisiensi asam folat) dapat menyebabkan palatoschisis.
Berdasarkan genetik (syndrom)

Bisa terjadi karna ada kelainan gen dan kromosom contohnya,syndrom

Pada syndrom genetik celah bibir dan langit-langit bilateral 2x lipat lebih banayk
terjadi dari pada celah bibir dan langit-langit unilateral

Syndrom genetik yg paling sering di kaitkan dengan celah langit-lnagit terisolasi


adalah piere robin, sticklet,apert,dan syndrom crouzon

2.3. Klasifikasi Cleft Palate


Palatoschisis dapat berbentuk sebagai palatoschisis tanpa labioschisis atau disertai
dengan labioschisis. Palatoschisis sendiri dapat diklasifikasikan lebih jauh sebagai celah
hanya pada palatum molle, atau hanya berupa celah pada submukosa. Celah pada keseluruhan
palatum terbagi atas dua yaitu komplit (total), yang mencakup palatum durum dan palatum
molle, dimulai dari foramen insisivum ke posterior, dan inkomplit (subtotal). Palatoschisis
juga dapat bersifat unilateral atau bilateral.

Veau membagi cleft menjadi 4 kategori yaitu :

Cleft palatum molle

Cleft palatum molle dan palatum durum

Cleft lip dan palatum unilateral komplit

Cleft lip dan palatum bilateral komplit

Menurut macamnya :
Congenital cleft palate : celah langit bawaan
Acquired cleft palate : celah langit yang didapat (trauma,penyakit/kanker)
Menurut derajatnya :
Complete cleft palate : celah langit-langit lengkap dimana kelainan yang terdapat di langitlangit juga lingir alveolar dan bibir terkena, baik unilateral maupun bilateral.
Incomplete cleft palate : celah langit-langit tidak lengkap dimana kelainan bentuk hanya
terjadi pada palatum durum atau palatum molle.

KLASIFIKASI KERNAHAN
Berdasarkan pada embriologi yang pakai formaen incisibum sebagai batas yang memiskan
celah pada palayum primer dari palatum sekunder. Klasifikasi ini menggunakan metode stripy.

1.

Tahap 1

Cheilonashoraphy

Role over ten (hb>10gr%, u


ponds

2.

Tahap 2

palatoraphy

Usia 10-18 bulan

3.

Tahap 3

Speech theraphy

Usia 2-4 tahun

4.

Tahap 4

pharyngoplasty

Usia 4-6 tahun

5.

Tahap 5

Orthodonosia

Usia 6-7 tahun

6.

Tahap 6

Alveolar Bone Graft

Usia 8-9 tahun

7.

Tahap 7

Osteotomy LF I

Usia 17 tahun

2.4.

Pencegahan Cleft Palate


1. Konsultasi dengan ahli genetic untuk melihat adanya kemungkinan terjadinya
kelainan yang sama pada anak berikutnya.
2. Jaga kesehatan saat hamil.
3. Menghindari konsumsi minuman beralkohol.
4. Konsumsi asam folat sebanyak 400 mikrogram tiap hari selama ulan sebelum
konsepsi dan selama 2 bulan pertama kehamilan dapat mengurangi resiko cleft lip dan
cleft palate.
5. Hindari konsumsi obat-obatan (trice & filson,1995)

2.5.

Definisi Obturator

alat yang digunakan untuk menutup celah langitan, membantu dalam hal pemberian
makanan, memperbaiki fungsi bicara sehingga dapat menghindari adanya bunyi sengau /
desis, mempertahankan lebar lengkung maksila dan susunan gigi serta memperbaiki
pertumbuhan langit-langit. Fungs lain alat adalah alat antiaspiratorion dan untuk
mendapatkan bentuk palatum yang seperti normal agar lidah terbiasa pada posisi
fisiologisnya.
2.6.

Bahan Obturator

Silicon
Titanium
polimethylmetakrilat

Klasifikasi Obturator

2.7

Jenis obturator pada bayi yang dipakai adalah Prosthetic Feeding Aids.
Obturator terbagi menjadi :

Treatment obturator, yaitu obturator yang dibuat terlebih dahulu dan segera dipasang
setelah tindakanoperasi.
Definitive obturator,yaitu obturator yang berbentuk gigi tiruan sebagian lepasan
dibuat setelah proses penyembuhan.
Prosthetic feeding plate atau early maxillary orthopedics atau presurgical orthopaedic
berfungsi mengurangi lebar celah alveolar dan palatum selain untuk fungsi mulut
yaitu,makan.
Keuntungan prosthetic feeding aids :

Agar bayi dapat memperoleh nutrsi yang baik sehingga kesehatan dan pertumbuhan /
perkembangan bayi dapat berjalan baik.
Sebagai alat bantu minum sehingga bayi tidak tersedak.
Membuat kondisi optimal dari segmen rahang atas untuk berkembang dan tumbuh
Klasifikasi obturator berdasarkan pada tahap perawatannya :

2.8

Obturator selama pembedahan ( surgical obturator ) adalah suatu protesa sementara


yang digunakan untuk menyembuhkan bagian palatum keras segera setelah operasi,
kehilangan sebagian atau seluruh palatum keras atau struktur alveolar yang
berdekatan.
Obturator interim adalah suatu protesa yang dibuat beberapa minggu atau bulan
setelah pembedahan sebagian dari atau kedua belah maksila termasuk penggantian
gigi didaerah yang mengalami kecacatan.
Oburator definitive adalah obturator permanen yang menggantikan sebagian atau
seluruh rahang atas dan gigi-gigi yang hilang akibat pembedahan atau trauma dan
akan dipergunakan pasien seterusnya.

Fungsi Obturator
1. Mengembalikan fungsi
2. Mengembalikan estetik, fonetik, dan fisiologis
3. Memperbaiki dan mengembalikan kesehatan jaringan

2.9

Indikasi dan Kontraidikasi Obturator

Indikasi obturator
1.
2.
3.
4.

Keadaan kekurangan jaringan apabila masih terdapat pembukaan dibagian palatum


Defek pada maksila karena maksilektomi
Jaringan pendukung dalam kondisi sehat dan stabil
Frekuensi karies rendah

Kontraindikasi obturator
1. Frekuensi karies tinggi
2. Obturator imediet
3. Jaringan pendukung dalam kondisi tidak sehat & tidak stabil ( kusmiati,eti.2014)
2.10

Penanganan Secara Operasi

LABIOPLASTY
Di lakukan pada usia lebih dari 3bulan dan mengikuti ketentuan role of tens
Tujuannya untuk menciptakan bibir dan hidung yang sempurna dan simetris dengan jaringan
parut yg minimal dan berfungsi dengan baik dengan mengurangi pengaruh oprasi terhadap
pertumbuhan dan perkembangan maksila
Keuntungan:

mempertahankan cupids bow

dapat di pakai untuk kasus celah bibir yang sangat lebar

jarinagn yang di buang hanya sedikit

nostril floor yang simetris

jaringan parut yang halus

fungsi dan bentuk bibir simetris

Kerugian:

bulky/dropping pada bibir merah pada sisi celah/cleft slide

PALATOPLASTY
Dilakukan untuk memisahkan rongga mulut dan hidung , membentuk velovaringeal yang
kedap air dan udara dan memperoleh tumbuh kembang maksiofacial yang lemah. Di lakukan
sbelum usia 2 tahun.
Von langenbeck Palatoplasty
Teknik ini menggunakan muko periostealflap bipedikel pada palatum durum dan
molle untuk menutup defek celah langit-langit
Keuntungan:

teknik mudah di kerjakan

waktu operasi cepat

Kerugian:

tidak mampu memanjangkan palatum sampai ke posterior sehingga kemungkinan


terjadinya velopharingeal incompetence lebih tinggi

fungsi bicara tidak optimal

TEKNIK V-Y PUSHBECK(VEAU-WARDILL-KILNER)PALATOPLASTY

Keuntungan:

memperpanjang palatum ke posterior

meningkatkan fungsi bicara

Kekurangan:

kemungkinan adanya timbul fistula di daerah palatum durum dan palatum molle karan
mukoperiosteum yang tipis

meninggalkan tulang terbuka/denuded bone yang lebar pada tepi lateral celah langitlangit.daerah ini kemudian membentuk jaringan parut yang berperan terhadap
kontruksi lengkung maksila

waktu opperasi yang lrbih lama

Teknik V-Y pushback(veau-wardill-kilner)partial split flap palatoplasty

Palatoplasty yang di lakukan menggunakan teknik V-Y pushback dan partial split flap
palatoplasty , adapun dplit flap palatoplasty yang bertujuan untuk tetap
mempertahankan periostium di daerah flap sehingga tidak ada daerah tulang terbuka
dengan bertujuan untuk menguarangi jaringan parut di daerah lateral insisi. Teknik ini
termassuk teknik yang sering di gunakan.

Dampak celah bibir dan langitan(Anatomi facial yang terlibat)

1. Asupan makanan
Penderita biasanya akan kekurangan asupan makanan(berat badan di bawah normal)
2. Pendengaran
Ada pasien dengan celah yang melibatkan palatum durum dan palatum mole,otot tensor
palatinii dari palatum mole berhubungan dengan tuba estachius.lemahnya aktifitas otot ini
menyebabkan kurangnya drainase telinga tengah yang kemudian berakibat pada infeksi
telinga tengah dan kada menyebabkan rusaknya gendang telinga
3. Fungsi Bicara
Hal ini diakibatkan velo pharingeal incompetence.bagian posterior palatum mole tidak
mampu berkontak dengan posterior pharing untuk menutup oro naso faring sehingga suara
yang di keluarkan sengau.
4. Kelainan dental

Anodontial parietal

Gigi supernumary

Gigi kaninus impaksi

5. Kontriksi maksila
Serat sharpey yang timbul karena operasi palatoplasty dengan meninggalkan tulang terbuka
menyebabkan kontriksi maksila
6. Masalah psikologis
Pasien dengan celah bibir dan celah langit-langit memiliki rasa percya diri yang rendah dan
cenderung menutup diri dari pergaulan.

BAB III
PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Cleft palate atau celah palatum adalah celah pada palatum yang terjadi akibat kegagalan
dalam penyatuan palatum yang mempengaruhi baik jaringan lunak, komponen tulang bagian
atas, alveolar ridge , celah bisa melibatkan sisi lain dari palatum yaitu meluas juga kebagian
palatum keras dianterior mulut dan palatum lunak kearah tenggorokan.
Cleft palate atau celah palatum disebabkan oleh faktor herideter dan faktor
lingkungan,penanganan cleft palate bisa menggunakan abturator yaitu suatu alat yang
digunakan untuk menutupi celah langit-langit untuk sementara waktu setelah itu bisa
dilakukannya operasi Labioplasty pada bayi berusia lebih dari 3 bulan dengan ketentuan role
of tens.

3.2

Saran

Sebaiknya mulai sekarang kita dapat melakukan pencegahan, untuk ibu - ibu yang sedang
mengalami masa kehamilan dapat menjaga nutrisi dari ibu untuk janin, menghindari
merokok, menghindari alkohol dan suplemen nutrisi yang cukup untuk ibu maupun bayi
selama proses kehamilan, untuk mencegah terjadinya cleft palate pada bayi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Yuzuriha S, Mulliken JB (November 2008. Minor-form, microform, and minimicroform cleft lip: anatomical features, operative techniques, and
revisions. Plast. Reconstr. Surg.122 (5): 148593)
2. Manickam, M.2011. FKG Universitas Sumatera Utara.Hal 8-11.
3. Kusmiati,Eti.2014. Manfaat Pembuatan Feeding Aids Pada Bayi yang Menderita
Celah Bibir & Langit-Langit
4. Gorlin Rj,cohen MM, hennekam RC. Syndromes off the head and neck oxford:
universty press;2010
5. Arbi,Teuku.2012.Evaluasi Labioplasty Cronin dan Palataloplasty Push Back Pada
Celah Bibir dan Langitan Lateral.Tesis FKG UI.Jakarta.Hal.12-13
6. Lisda Damayanti. Penanganan Bayi Celah Bibir dan Langit-Langit secara
Prostodontik (Penggunaan Prosthetic Feeding Aids. FKG UNPAD. 2009
7. Segar, Chandra.2011. Skripsi FKG Universitas Sumatera Utara. Hal.2-3
8. Sloan GM (2006). Posterior pharyngeal flap and sphincter pharyngioplasty: the
state af the art. Cleft PalateCraniofac. J. 37 (2): 112-22.
9. Bishara,Samir E. 2010. Teks Book of Orthodontics.philadelphia : W.B. Saunders
Company.
10. Loenarz, C.; Ge W., Coleman M. L, Rose N. R, Cooper C.D. O., Klose R. J.,
Ratcliffe P.J., Schofield, C. J. (2009). PHF8, a gene associated with cleft

lip/palate and metal retardation, encodes for and N (verepsilon) dimethyl lysine
dimethylase. Hum Mol. Genet.
11. Synder HT, Biboul MJ, Pope AW (2005). Psychosical adjusment in adolescentt
with craniofacial anomalies: a comprison of Prent and selfreports. Cleft Palate
Craniofac. J. 42 (5):548-55.
12. Dudas M, Li WY, Kim J,Yang A, Kaartinen V (2007). Palatal fusion where do
the midline cell go? A Review on cleft palate, a major human birth defect. Acta
Histochem, 109 (1): 1-14.

Anda mungkin juga menyukai