DENGAN PALATOSKIZIS
KELOMPOK 5
DISUSUN OLEH
1. ERI SYAHRIAH
2. EVI RAHMAWATI
A. PENGERTIAN
Palatoskisis disebut juga cleft palate atau celah palatum, merupakan kelainan
kongenital pada wajah. Kelainan tersebut berupa palatum yang tidak berkembang
secara normal selama masa kehamilan, mengakibatkan palatum terbuka sampai ke
kavum nasi sehingga menyebabkan adanya hubungan antara mulut dengan
hidung. Adanya celah palatum dapat menyebabkan suara sengau dan anak
tersedak pada waktu minum.
B. ANATOMI
Palatum terdiri atas palatum durum dan palatum molle yang bersama-sama
membentuk atap rongga mulut dan lantai dasar rongga hidung. Prosesus palatina tulang
maksila dan lamina horizontal dari tulang palatina membentuk palatum durum sedangkan
palatum molle merupakan suatu jaringan fibromuskuler yang dibentuk oleh beberapa otot
yang melekat pada bagian dari palatum durum. Terdapat enam otot yang melekat pada
palatum durum yaitu muskulus levator palatina, muskulus konstriktur pharingeus
superior, muskulus uvula, muskulus palatopharyngeus, muskulus palatoglosus dan
muskulus tensor veli palatina
C. EMBRIOGENESIS
Janin pada umur akhir minggu ke-4 akan memperlihatkan arkus faring,
prominensia frontonasalis, plakoda nasalis, prominensia maksilaris dan arkus
mandibula yang nantinya akan membentuk wajah dari janin Pada minggu kelima
arkus faring pertama akan berkembang membentuk prominensia fasialis, plakoda
nasalis atau lempeng hidung mengalami invaginasi membentuk fovea nasalis atau
lekukan hidung. Selama dua minggu berikutnya prominensia maksilaris tumbuh
bertambah besar, tonjolan ini tumbuh kearah medial menuju garis tengah dan
menekan prominensia nasalis medial. Kemudian prominensia nasalis media dan
prominensia maksilaris menyatu dan membentuk bibir atas dan komponen palatum
berbentuk bilah yang akan membentuk palatum primer. Pada minggu keenam bilah
palatum berkembang kearah oblik ke bawah diantara kedua sisi lidah, namun pada
minggu ketujuh bilah palatum menyatu di atas lidah sehingga membentuk palatum
sekunder. Prominensia maksilaris membentuk segmen intermaksilaris menyatu
dengan prominensia frontalis membentuk septum nasi. Sedangkan bibir bawah
dibentuk oleh prominensia mandibularis yang menyatu di garis tengah.
D. Etiologi
Penyebab terjadinya palatoskisis adalah multifaktorial dan penyebab
pastinya belum dapat diketahui secara pasti. Pembentukan mulut terjadi pada masa
embrio pada minggu keenam sampai minggu kesepuluh kehamilan. Penyebab
kelainan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, disamping faktor genetik yang
dianggap sebagai penyebab terjadinya celah palatum, faktor non genetik yang lebih
sering muncul dalam populasi.
1.Faktor genetik
Faktor genetik telah diketahui berperan pada terjadinya palatoskisis tetapi
belum dapat dipastikan secara sepenuhnya. Dasar ginetik terjadinya palatoskisis
diyakini sebagai gagalnya mesodermis tumbuh mencapai garis pertemuan yang
seharusnya pada bagian ini mesodermis bersatu, hal ini dikarenakan terjadinya atropi
pada epitelium sebagai tanda terjadinya hipoplasia pada mesodermis. Teori lain yang
berhubungan dengan faktor genetik adalah bertambahnya usia ibu hamil Sejumlah
gen yang terlibat terjadinya palatoskisis adalah transmembran protein1 dan GAD1,
tetapi banyak gen yang sudah diketahui berperan dalam perkembangan daerah
kraniofasial antara lain AXIN2, BMP4, FGFR1, FGFR2, FOXE1, IRF6, MAFB,
MMKP3, MSX1, MSX2, MSX3, PAX7, PDGFC, PTCH1, SATB2, Sox9,
SUMO1, TBX22, TCOF, TFAP2A, VAX1, TP63, Nog, NTN1 dan 8q24.
1) Defisiensi nutrisi, nutrisis yang kurang dalam masa kehamilan merupakan salah
satu penyebab kelainan ini.
2) Zat kimia, pemberian obat-obatan seperti aspirasi, kortison dan insulin pada masa
kehamilan terutama pada trismester pertama dapat menyebabkan terjadinya
palatoskisis.
3) Virus rubella, virus ini diyakini dapat menyebabkan teradinya cacat berat pada
janin, tetapi beberapa peneliti melaporkan virus rubella dapat menyebabkan
palatoskisis tetapi kemungkinannya sangat sedikit.
4) Trauma, trauma mental dan trauma fisik dapat menimbukan stres. Stres ini akan
merangsang kortek adrenal untuk mensekresi hidrokortison sehingga kadar
hidrokortison di dalam darah meningkat dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan
E. Patofisiologi
Organ-organ pembentuk wajah termasuk didalamnya palatum berasal dari
migrasi dan penyatuan masenkim dari sel-sel kranioneural kepala. Berdasarkan
embriologi, palatum dapat dibagi menjadi dua fase yaitu fase pembentukan
palatum primer yang akan diikuti dengan pembentukan palatum sekunder.
Pembentukan palatum dimulai kira-kira pada hari ke-35 atau minggu ke-4 kehamilan
yang ditandai dengan pembentukan prosesus fasialis, penyatuan prosesus nasalis
medial dengan prosesus maksilaris, dilanjutkan dengan penyatuan prosesus nasalis
lateral dengan prosesus nasalis medial. Sedangkan pembentukan palatum sekunder
dimulai setelah palatum primer terbentuk dengan sempurna, kira-kira pada minggu
ke-9 kehamilan. Palatum sekunder terbentuk dari perkembangan kearah medial dari
prosesus maksilaris bilateral, kemudian kedua sisi ini akan bertemu di garis tengah.
Ketika sisi tersebut berkembang kearah superior maka proses penyatuan dimulai.
Kegagalan atau kerusakan yang terjadi pada proses penyatuan ini menyebabkan
timbulnya celah pada palatum
F. Klasifikasi
Palatoskisis dapat berbentuk sebagai palatoskisis tanpa labioskisis atau
disertai dengan labioskisis. Palatoskisis sendiri dapat diklasifikasi lebih jauh sebagai
celah yang hanya pada palatum molle atau hanya berupa celah pada submukosa.
Celah pada palatum dibagi menjadi dua yaitu total dan subtotal, celah total
mencakup celah yang terjadi pada palatum durum dan palatum molle, mulai dari
foramen insisivum sampai ke posterior Palatoskisis dapat di kelompokkan, menurut
American Cleft Association palatoschisis dikelompokkan menjadi:
3) celah mandibula.
4) Celah palatum bilateral komplit yang biasanya bersamaan dengan celah bibir
bilateral
G. Komplikasi Palatoskisis
Beberapa masalah yang dapat ditimbulkan oleh palatoskisis yang harus
kita ketahui seperti:
DIAGNOSA
1. Pre Operasi :
a. Ketidakefektifan pemberian ASI b.d rekfleks hisap bayi buruk
b. Ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake tidak adekuat
c. Risiko aspirasi berhubungan dengan gangguan menelan
d. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan kesulitan berbicara
e. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan benda asing
dalam jalan napas
2. Post Operasi :
a. Nyeri berhubungan dengan inisiasi pembedahan
b. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi pasca pembedahan
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Intervensi Keperawatan Pre-Operasi :
DAFTAR PUSTAKA