LABIOPALATOSKISIS
Oleh:
Pembimbing:
dr. M. Jailani, Sp.BP-RE (K)
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ke hadirat Allah SWT yang telah
menciptakan manusia dengan akal dan budi dan berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Labiopalatoskisis”.
Shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada nabi besar Muhammad SAW,
atas semangat perjuangan dan panutan bagi umatnya.
Adapun tugas laporan kasus ini diajukan sebagai salah satu tugas dalam
menjalankan kepaniteraan klinik senior pada bagian/SMF Ilmu Bedah Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada dr. M. Jailani, Sp.BP-RE (K) yang telah meluangkan waktunya untuk
memberi arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Saran dan
kritik dari dosen pembimbing dan teman-teman akan penulis terima dengan tangan
terbuka, semoga dapat menjadi bahan pembelajaran dan bekal di masa mendatang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
laki-laki dua kali lipat dari pada wanita. Celah bibir satu sisi lebih sering
dibandingkan dua sisi dan lebih sering terjadi pada sisi kiri, perbandingan insidensi
sisi kiri dan sisi kanan adalah 6 : 3. Celah bibir lebih sering terjadi pada anak laki-
laki dari pada anak perempuan, dengan perbandingan 3 : 2, sedangkan celah langit-
langit saja lebih sering terjadi pada anak perempuan.2
Kelainan yang ditimbulkan akibat celah bibir dapat terlihat, terasa dan
terdengar maka kelainan tersebut menyebabkan penderitaan bagi pasien. Adanya
kelainan ini juga menimbulkan shock barat bagi orang tua. Akibat fisik yang
ditimbulkan antara lain berupa kelainan bentuk wajah, rongga mulut, suara,
gangguan pertumbuhan dan perkembangan rahang, erupsi dan letak gigi tidak
teratur. Hal tersebut mengakibatkan aktifitas makan dan minum terganggu, suara
sengau, bicara kurang jelas karena intonasi huruf tidak sempurna. Dampak yang
kemudian muncul adalah rasa rendah diri.5, 6
Untuk mengatasi keadaan tersebut maka tindakan bedah labioplasty atau
palatoplasty perlu dilakukan untuk merekonstruksi celah bibir dan celah langit-
langit. Syarat pembedahan mengacu pada “The Rule of Tens”, yaitu berat bayi
mencapai 10 pound ( 4,5 kg ), jumlah leukosit dibawah 10.000 per milimeter kubik,
HB di atas 10 gr%, dan umur di atas 10 minggu. Sedangakan menurut Fisher,
rekonstruksi celah bibir sebaiknya dikerjakan sedini mungkin.1, 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Anatomi bibir dan hidung merupakan hal yang penting dalam memahami
kelainan yang disebabkan oleh celah facial. Elemen yang terdapat pada bibir normal
terdiri dari philtrum sentral, sebelah lateral dibatasi oleh collum philtral dan sebelah
inferior dibatasi oleh tuberkel dan cupid bow. Cupid bow merupakan bagian tengah
dari bibir atas yang dibentuk oleh philtrum groove dan collum philtral yang
kedalamannya berbeda untuk tiap individu, sedangkan tuberkel adalah bagian
tengah vermillion yang menonjol. Pertemuan antara vermillion dan kulit
merupakan jembatan mukokutaneus yang biasa disebut white roll. Dua cuping
hidung dipisahkan oleh kolumella pada bagian luar dan septum pada bagian dalam.
Otot primer pada bibir adalah orbicularis oris, yang memiliki dua komponen
yaitu komponen eksternal dan internal. Serabut otot internal berjalan horizontal atau
sirkumferensial yang berperan dalam proses makan. Sedangkan serabut otot
eksternal berjalan obliq dan berfungsi untuk membentuk ekspresi dan pergerakan
bibir saat berbicara.11
Kompetensi oris dikendalikan oleh m. orbicularis oris, dengan musculus
ekspresi wajah lainnya daerah otot ini dikenal dengan istilah modiolus.
3
4
Inervasi
Inervasi sensoris bibir atas berasal dari cabang n. cranialis V (n. trigeminus)
dan n. infraorbitalis.Bibir bawah mendapat inervasi sensoris dari n. mentalis.
Pengetahuan inervasi sensoris ini penting untuk melakukan tindakan blok anestesi.
Inervasi motorik bibir berasal dari n. cranialis VII (n. facialis).Ramus buccalis
n.facialis menginervasi m. orbicularis oris dan m. elevator labii. Ramus
mandibularis n. facialis menginervasi m. orbicularis oris dan m. depressor labii.12
2.3 Embriologi
Secara embriologik rangka dan jaringan ikat pada wajah (kecuali kulit dan
otot), termasuk palatum, berasal dari sel-sel neural crest di cranial, sel-sel inilah
yang memberikan pola pada pertumbuhan dan perkembangan wajah. Pertumbuhan
facial sendiri dimulai sejak penutupan neuropore (neural tube) pada minggu ke-4
masa kehamilan yang kemudian dilanjutkan dengan rangkaian proses kompleks
berupa migrasi, kematian sel terprogram, adhesi dan proliferasi sel-sel neural
crest.12, 13
Ada 3 pusat pertumbuhan facial, yaitu :
1. Sentra prosensefalik,
Bertanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangan lobus frontal otak,
tulang frontal. Dorsum nasal dan bagian tengah bibir atas, premaksila dan septum
nasal (regio fronto-nasal).
2. Rombensefalik
6
Membentuk bagian posterior kepala, lateral muka dan sepertiga muka bagian
bawah (regio latero posterior). Ada bagian-bagian yang mengalami tumpang
tindih akibat impuls-impuls pertumbuhan yang terjadi, disebut diacephalic
borders.
3. Diasefalik
Diacephalik borders pertama yaitu sela tursika, orbita dan ala nasi, selanjutnya
ke arah filtrum; dan filtrum merupakan penanada (landmark) satu-satunya dari
diacephalic borders yang bertahan seumur hidup. Diacephalic borders kedua
adalah regio spino-kaudal dan leher.11
2.4 Etiologi
Etiologi celah bibir adalah multifaktorial dan etiologi celah bibir belum dapat
diketahui secara pasti.14 Pembentukan bibir terjadi pada masa embrio minggu
keenam sampai minggu kesepuluh kehamilan. Penyebab kelainan ini dipengaruhi
berbagai faktor, disamping faktor genetik sebagai penyebab celah bibir, juga faktor
non genetik yang justeru lebih sering muncul dalam populasi, kemungkinan terjadi
satu individu dengan individu lain berbeda.15
Faktor genetik
Faktor herediter mempunyai dasar genetik untuk terjadinya celah bibir
telah diketahui tetapi belum dapat dipastikan sepenuhnya. Kruger (1957)
mengatakan sejumlah kasus yang telah dilaporkan dari seluruh dunia tendensi
keturunan sebagai penyebab kelainan ini diketahui lebih kurang 25-30%.
Dasar genetik terjadinya celah bibir dikatakan sebagai gagalnya mesodermal
berproliferasi melintasi garis pertemuan, di mana bagian ini seharusnya
bersatu dan biasa juga karena atropi dari pada epithelium ataupun tidak
adanya perubahan otot pada epithelium ataupun tidak adanya perubahan otot
pada daerah tersebut. Sebagai tanda adanya hipoplasia mesodermal. Adanya
gen yang dominan dan resesif juga merupakan penyebab terjadinya hal ini.
Teori lain mengatakan bahwa celah bibir terjadi karena :
8
Gangguan endokrin
Pemberian hormon seks, dan tyroid
Merokok, alkohol, dan modifikasi pekerjaan
Faktor-faktor ini mempertinggi insiden terjadinya celah mulut, tetapi
intensitas dan waktu terjadinya lebih penting dibandingkan dengan jenis
faktor lingkungan yang spesifik.
e. Trauma
Strean dan Peer melaporkan bahwa trauma mental dan trauma fisik
dapat menyebabkan terjadinya celah. Stress yang timbul menyebabkan
fungsi korteks adrenal terangsang untuk mensekresi hidrokortison sehingga
nantinya dapat mempengaruhi keadaan ibu yang sedang mengandung dan
dapat menimbulkan celah, dengan terjadinya stress yang mengakibatkan
celah yaitu : terangsangnya hipothalamus adrenocorticotropic hormone
(ACTH). Sehingga merangsang kelenjar adrenal bagian glukokortikoid
mengeluarkan hidrokortison, sehingga akan meningkat di dalam darah yang
dapat menganggu pertumbuhan.14
2.5 Patofisiologi
Lingkungan teratogen dan faktor genetik yang terlibat dalam celah bibir dan
langit-langit. eksposur intrauterine dengan fenitoin antikonvulsan dikaitkan dengan
peningkatan 10 kali lipat dalam kejadian bibir sumbing. ibu yang merokok selama
kehamilan, teratogen lain, seperti alkohol, antikonvulsan, dan asam retinoat,
berhubungan dengan pola malformasi yang mencakup celah bibir dan langit-langit,
tapi belum terkait langsung dengan hubungan celah.16
Kelainan genetik dapat mengakibatkan sindrom yang mencakup celah langit-
langit primer atau sekunder selama masa area perkembangan. Lebih dari 40% dari
bibir sumbing yang berhubungan dan merupakan bagian dari sindrom malformasi,
dibandingkan dengan kurang dari 15% dari kasus celah bibir dan langit-langit.
Sindrom yang paling umum terkait dengan celah bibir dan langit-langit adalah van
sindrom derWoude dengan atau tanpa lubang bibir bawah atau sinus.
Microdeletions kromosom 22q mengakibatkan velocardiofacial, DiGeorge, atau
sindrom anomali conotruncal adalah diagnosis yang paling umum terkait dengan
10
bibir sumbing yang terisolasi. meskipun ada komponen genetik yang diakui
nonsyndromic celah bibir dan / atau langit-langit, tampaknya menjadi
multifaktorial.16
Selama minggu ketiga dan kedelapan, lima prominences pada wajah
digabungkan. Bibir kemudian berkembang antara minggu ketiga dan ketujuh yang
diikuti dengan langit-langit antara minggu kelima dan kedua belas minggu. Karena
proses ini sangat rumit, beberapa faktor-faktor genetik dan lingkungan dapat
mempengaruhi jenis dan tingkat keparahan celah bibir dan langit-langit dan
mengakibatkan kerusakan jaringan berbagai yang terlibat.17
Terjadi fusi antara prominensia maxillaris, nasal media dan lateral melalui
apoptosis, diferensiasi epithelial, dan subepitelial mesenkim. Celah bibir dan celah
palatum terjadi jika terdapat kegagalan fusi dari jaringan ini.Beberapa penelitian
menunjukkan kelainan ini merupakan akibat sekunder dari defek pertumbuhan
mesenkim atau differensiasi epitel.Selain itu kesalahan dari pemprograman genetic
juga dapat mengganggu fusi prominensia maxillaries dan nasal medial. Akibatnya,
suplai darah dan otot terganggu dan mengakibatkan terjadinya cacat pada bibir dan
palatum.
11
PATHWAY10, 18
2.6 Klasifikasi
Gambar 1. A. Celah pada langit-langit lunak saja. B. Celah pada langit-langit lunak dan keras. C.
Celah yang meliputi langit-langit dan lunak keras juga alveolar pada satu sisi. D. Celah yang
meliputi langit lunak dan keras juga alveolar dan bibir pada dua sisi.
2. Unilateral Complete
Apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga
ke hidung.
3. Bilateral Complete
Apabila celah sumbing terjadi di ke dua sisi bibir dan memanjang hingga
ke hidung.
4. Bilateral Inkomplit
Jika celah ini terjadi secara inkomplit dimana kedua hidung dan daerah
kedua premaxilla tidak mengalarni pemisahan dan hanya menyertakan dua
sisi bibir
14
Ada cara penulisan lokasi celah bibir dan langit-langit yang diperkenalkan
oleh Otto Kriens, yaitu sistem LAHSHAL yang sangat sederhana dapat
menjelaskan setiap lokasi celah pada bibir, alveolar, hard palate dan soft palate.
Kelainan komplit, inkomplit, microform, unilateral atau bilateral.17
Bibir disingkat sebagai L (lips), gusi disingkat sebagai A (alveolar), langit-
Iangit dibagi menjadi dua bagian yaitu H (hard palate) dan S (soft palate). Bila
norrnal (tidak ada celah) maka urutannya dicoret, celah komplit (lengkap) dengan
huruf besar, celah inkomplit (tidak lengkap) dengan huruf kecil dan huruf kecil
dalam kurung untuk kelainan microform. Pemakaian sistem LAHSHAL ini juga
sesuai dengan ICD(International Code Of Diagnosis).17
LAHSAL SYSTEM
L=Lip; A=Alveolus; H=Hard Palate; S=Soft Palate
S selalu di tengah
Yang mendahului S adalah bagian kanan dan sesudah S adalah bagian kiri
Huruf besar menunjukkan bentuk ce1ah total
Huruf kecil menunjukkan bentuk partial
Di dalam kurung adalah bentuk microform
Strip berarti normal atau intak.1
Contoh :
1. CLP/L-----L
Cleft Lip and Palate lokasi celah berada di bibir kanan dan kiri, celah komplit
2. CLP/-----SHAL
15
CLP dengan lokasi celah komplit pada soft palate, alveolus dan bibir bagian
kiri.
3. CLP/ I-----
CLP celah bibir sebelah kanan inkomplit.1
2.9 Penatalaksanaan
Post-Operative
Makanan oral: untuk anak yang masih menyusui, setelah operasi boleh
langsung disusui. Namun ada beberapa center yang masih menganjurkan untuk
18
memberikan makanan lewat NGT sampai 10 hari postoperatif kemudian baru bisa
makan sebagaimana biasa.
Aktifitas: menginstruksikan kepada kedua orang tua untuk tidak
memberikan mainan atau dot yang memiliki permukaan yang tajam selama 2
minggu setelah operasi. Beberapa center menganjurkan untuk memakai Velcro
elbow immobilizers pada pasien selama 10 hari untuk meminimalisir resiko cedera
pada bibir yang telah direkonstruksi. Secara periodik diganti beberapa kali sehari
dibawah supervisi.
Perawatan Bibir: garis jahitan luka yang terbuka pada dasar dari bibir dan
hidung dapat dibersihkan menggunakan cotton swabs yang dicelupkan ke hidrogen
peroksida serta antibiotik topikal dapat diberikan beberapa kali sehari.
Pengangkatan jahitan luka yang permanen pada 5 sampai 7 hari postoperatif jika
menggunakan cyanoacrylate adhesive, tidak ada penatalaksanaan tambahan selama
periode pertengahan postoperatif dan secara bertahap mulai meningkat 6-12 bulan
setelah rekonstruksi. Kedua orang tua juga diinstruksikan untuk memijat bibir atas
selama fase ini dan mencegah untuk menempatkan anak pada daerah yang terkena
cahaya matahari langsung sampai scarnya sembuh.
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama Inisial : MS
No RM : 0910202119
Umur : 9 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Bireun
Bangsa : Indonesia
Ruangan : RS Malahayati
Tanggal Masuk : 10-02-2019
Tanggal Pemeriksaan : 10-02-2019
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Sering tersedak saat minum
Keluhan Tambahan
Pasien dengan celah bibir dan celah langit-langit
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merupakan pasien RS Malahayati datang dengan keluhan sering
tersedak saat minum. Keluhan ini sudah dirasakan pasien sejak lahir. Saat
bayi, pasien sering tersedak saat minum ASI. Keluhan demam (-), batuk
(-), sesak napas (-), susah makan (+), BAB (+) konsistensi kenyal, warna
kekuningan, darah (-). BAK (+), konsistensi cair, berwarna putih
kekuningan, 5-6 kali per hari.
Riwayat Penyakit Dahulu
Disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Disangkal
Riwayat Pengobatan
19
20
Tidak ada
Riwayat Kehamilan : tidak ada riwayat sakit selama kehamilan
Riwayat Persalinan : pasien lahir normal. BBL 3500 gr langsung menangis
B. Kepala
Bentuk : Normosefali, Ubun-ubun membenjol (-)
Wajah : Simetris, edema (-)
Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat (-/-), ikterik(-), pupil
isokor 3mm/3mm, RCL (+), RCTL (+)
Telinga : Bentuk normal, serumen minimal.
Hidung : NCH (-/-), Sekret (-/-), mukosa hiperemis (-/-) edema
mukosa (-/-)
Mulut : Sianosis tidak ada.
21
C. Leher
Inspeksi : Tidak ada deformitas, Pembesaran KGB (-).
Palpasi : Kaku kuduk tidak ada, pemeriksaan KGB (-)
D. Thoraks
Inspeksi : Simestris, retraksi interkostal (+/+).
Palpasi : Simetris (-/-), krepitasi (-)
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
E. Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di linea midklavikula sinistra
Perkusi : Batas jantung kesan normal
Auskultasi : Bising (-)
F. Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), darm steifung (-), darm contour (-)
Auskultasi : Bising peristaltic usus (+) 4x/menit,
Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-)
Perkusi :Timpani (+) di keempat kuadran
G. Ekstremitas
Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Edema - - - -
Sianosis - - - -
Akral Dingin - - - -
Capillary refill time <2’ <2’ <2’ <2’
H. Genitalia
Inspeksi : Laki-laki, fimosis (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
22
- Palatoskisis
3.6 Tatalaksana
11. Patel P. Craniofacial, Unilateral Cleft Lip Repair [4 May 2017]. Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/1279641-overview#showall.
13. Dixon MJ, Marazita ML, Beaty TH, Murray JC. Cleft Lip and Palate:
Understanding Genetic and Environmental Influences. Nature Reviews
Genetics. 2011;12(3):167-78.
15. Vinod K. Cleft Lips and Cleft Palate. Textbook of Oral and Maxillofacial
Surgery. 2nd ed. New Delhi: Arya Publishers House; 2009. p. 572-85.
24
25
16. Hopper RA, Cutting C, Grayson B. Cleft Lip and Palate. Grabb and
Smith’s Plastic Surgery 6th Edition Philladelphia: Lippincott Williams and
Wilkins. 2007;201.