Anda di halaman 1dari 3

2.

8 Tatalaksana
Prinsip dari penatalaksanaan pasien dengan gangguan skizofrenia adalah
mengintegrasikan medikasi antipsikotik dengan modalitas psikososial yang mendukung
regimen obat tersebut. Indikasi utama untuk perawatan di rumah sakit adalah untuk tujuan
diagnostik, menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau
membunuh, dan perilaku yang sangat kacau atau tidak sesuai, termasuk ketidakmampuan
untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, pakaian, dan tempat berlindung. Rencana
perawatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan,
perawatan diri sendiri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan di rumah
sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas pasca rawat, termasuk
keluarganya, agar pasien dapat memperbaiki kualitas kehidupan sehari-hari pasien sehingga
dapat berfungsi normal dalam kehidupan sosial.

a. Psikofarmaka
1) Anti Psikotik
Berikut merupakan penggolongan obat anti psikotik tipikal dan atipikal:
(a) Obat Anti-psikosis Tipikal (Typical Anti Psychotics)
1. Phenotiazine
 Rantai Aliphatic : Chlorpromazine (Largacil)
 Rantai Piperazine : Perphenazine (Trilafon)
Trifluoperazine (Stelazine)
Fluphenazine (Anatensol)
 Rantai Piperidine : Thioridazine (Melleril)
2. Butyrophenone : Haloperidol (Haldol, Serenace,dll)
3. Diphenyl-butyl-piperidine : Pimozide (Orap)
(b) Obat Anti-psikosis Atipikal (Atypical Anti Psychosis)
1. Benzamide : Supiride (Dogmatil)
2. Dibenzodiazepine : Clozapine (Clozaril)
Olanzapien (Zyprexa)
Quetiapine (Seroquel)
Zotepine (Ludopin)
3. Benzisoxazole : Risperidone (Risperidol)
Aripiprazole (Abilify)
Mekanisme kerja obat anti-psikosis tipikal adalah memblokade Dopamine pada
reseptor pasca-sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbic dan sistem ekstrapiramidal
(Dopamine D2 receptor antagonist), sehingga efektif untuk gejala positif.Sedangkan obat
anti-psikosis atipikal disamping berafinitas terhadap “Dopamine D2 Receptors” juga terhadap
“Serotonin 5HT2 Receptors” (Serotonin-dopamine antagonist), sehingga efektif juga untuk
gejala negatif.

2) Lithium
Litium mungkin efektif dalam menurunkan gejala psikotik lebih lanjut sampai pada
50% pasien dengan skizofrenia. Litium juga merupakan obat yang digunakan pada pasien
yang tidak mampu menggunakan medikasi antipsikotik.

3) Antikonvulsan
Carbamazepine dan valproate dapat digunakan sendiri-sendiri atau dalam kombinasi
dengan litium atau suatu antipsikotik. Walaupun kedua antikonvulsan tersebut tidak terbukti
efektif dalam menurunkan gejala psikotik pada skizofrenia jika digunakan sendiri-sendiri,
data menyatakan bahwa antikonvulsan meungkin efektif dalam menurunkan episode
kekerasan pada beberapa pasien skizofrenia.

b. Psikososial
Latihan keterampilan perilaku (behavioral skills training) sering kali dinamakan
terapi keterampilan sosial (social skills therapy) melibatkan penggunaan kaset video orang
lain dan pasien, permainan simulasi (role playing) dalam terapi, dan pekerjaan rumah
tentang keterampilan yang telah dilakukan. Latihan ini berguna untuk membantu pasien
memperbaiki hubungan dengan orang lain.
Menurut pedoman National Institute for Health and Care Excellent (NICE), setiap
pasien dengan gejala skizofrenia harus diberikan terapi Cognitive Behavioural Therapy
(CBT) dan bagi keluarga dekat pasien harus diedukasikan untuk melakukan terapi keluarga.
Terapi CBT bisa membantu pasien dalam mengatasi waham dan halusinasi berkepanjangan.
Tujuannya ialah untuk meringankan penderitaan dan kecacatan, dan tidak untuk
menghilangkan gejala dari gangguan tersebut. Terapi CBT mencakup:
 Mencoba untuk menantang atau memiliki pikiran yang berbeda mengenai suara
(halusinasi auditorik) yang didengarkan.
 Membuat strategi untuk mengatasi suara yang didengarkan. Contohnya seperti
mendengarkan musik atau meminta suara yang didengarkan untuk pergi saja.

Dukungan psikologis merupakan hal yang sangat penting bagi pasien yang mengalami
gejala skizofrenia beserta keluarganya. Terapi keluarga dapat membantu untuk mengurangi
ekspresi keluarga yang berlebihan terkait gejala yang dialami pasien, hal ini terbukti efektif
untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada pasien.

2.9 Prognosis
Prognosis pasien dengan gangguan jiwa skizofrenia tergantung pada pengobatan dan
dukungan keluarga. Prognosis pada ad vitam atau tanda vital pasien yaitu dubia ad bonam,
yang berarti cenderung baik apabila pasien menjalani pengobatan dengan teratur. Pasien yang
patuh minum obat jika ditambah dengan dukungan keluarga yang baik maka akan
meningkatkan kualitas hidup pasien. Prognosis pada ad functionam atau fungsi anggota
gerak/organ yang berkenaan dengan penyakit dan ad sanationam atau fungsi sosial baik
pekerjaan/kehidupan sosial pasien yaitu dubia ad malam, yang berarti cenderung buruk.

Anda mungkin juga menyukai