Anda di halaman 1dari 18

BLOK BASIC DENTAL SCIENCE-2

LAPORAN KELOMPOK 4
PROBLEM BASED LEARNING 1
CRANIO-FACIAL DEFECTS: CLEFT LIP AND CLEFT PALATE

Dosen Pembimbing:
Drg. Fasihul Ngibad
Disusun Oleh:
Mohammad Sawabi Ichsan
Anggita Rizky Rizali Noor
Nabilah
Rachmadiani Noor F
Ziyada Salisa
Hikmah Fajarosita Az
Denada Labda P.
Cinta Yuni Pratami
Ageng Rahma Hijahanis I.
Hayi Aji Rahmatillah
Endang Yunia Ekawati
Apriliana Santoso
Yulia Anggraeni

G1G013018
G1G013022
G1G013031
G1G013033
G1G013037
G1G013038
G1G013042
G1G013053
G1G013056
G1G013057
G1G013058
G1G013059
G1G013068

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO
2014

BLOK BASIC DENTAL SCIENCE-2


LAPORAN KELOMPOK 4
PROBLEM BASED LEARNING
CRANIO-FACIAL DEFECTS: CLEFT LIP AND CLEFT PALATE

Dosen Pembimbing:
Drg. Fasihul Ngibad
Disusun Oleh:
Mohammad Sawabi Ichsan
Anggita Rizky Rizali Noor
Nabilah
Rachmadiani Noor F
Ziyada Salisa
Hikmah Fajarosita Az
Denada Labda P.
Cinta Yuni Pratami
Ageng Rahma Hijahanis I.
Hayi Aji Rahmatillah
Endang Yunia Ekawati
Apriliana Santoso
Yulia Anggraeni

G1G013018
G1G013022
G1G013031
G1G013033
G1G013037
G1G013038
G1G013042
G1G013053
G1G013056
G1G013057
G1G013058
G1G013059
G1G013068

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO
2014
i

KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga
penulis dapat mengerjakan laporan kelompok ini dengan baik. Tidak lupa penulis
ucapkan terima kasih kepada Sie. Akademik Blok Basic Dental Science-2, dosen
pembimbing, dan pihak lain yang sudah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penulis selaku mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman Jurusan Kedokteran
Gigi akan menyampaikan laporan PBL dengan judul Cranio-Facial Defects: Cleft
Lip And Cleft Palate.
Kami sadar, kami masih jauh dari kesempurnaan tapi setidaknya
perbolehkan kami untuk menyumbangkan pendapat kami guna membantu
menambah pengetahuan dan referensi mahasiswa lain kelak. Kurang dan lebihnya
dari laporan kelompok penulis harap dimaklumi. Kritik dan saran yang
membangun, penulis harapkan dari pembaca agar laporan selanjutnya lebih baik
lagi.

4 September 2014,

Penulis

ii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
D. Manfaat.........................................................................................................2
BAB II. ISI..............................................................................................................4
A. Tahap Seven Jumps.......................................................................................4
B. Pembahasan.................................................................................................10
BAB III. PENUTUP...........................................................................................122
A. Simpulan...................................................................................................122
B. Saran..........................................................................................................133
DAFTAR PUSTAKA

iii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak masalah yang dapat dialami selama proses kehamilan oleh ibu dan hal
tersebut dapat berpengaruh terhadap perkembangan janin. Salah satunya yaitu
perkembangan terhadap organ tubuh janin, di antaranya yaitu labioskisis dan
labiopalatoskisis. Labioskisis dan labiopalatoskisis dominan dikarenakan oleh
kelainan kongenital.
Kelainan bawaan (kelainan kongenintal) adalah suatu kelainan pada
ketidaksempurnaan pada penyambungan bibir bagian atas yang biasanya berlokasi
tepat dibawah hidung. Labioskisis dan labiopalatoskisis adalah anomali
perkembangan pada 1 dari 1000 kelahiran. Kelainan bawaan ini berkaitan dengan
riwayat keluarga, infeksi virus pada ibu hamil trimester I dan jika tidak diobati
akan terjadi komplikasi dalam berbicara pada anak.
Kelainan kongenital ini diduga disebabkan karena faktor herediter dan faktor
eksternal. Yang termasuk dalam faktor herediter yaitu gilarsi: 75% dari faktor
keturunan resesif dan 25% bersifat dominan, mutasi gen dan kelainan kromosom.
Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor usia ibu, obat-obatan (asetosal, aspirin
(SCHARDEIN-1985),

rifampisin,

fenasetin,

indometasin,

flufetamat,

ibuprofen,

asam

sulfonamid,

aminoglikosid,

penisilamin,

antihistamin,

antineoplastik, dan kortikosteroid), nutrisi, penyakit infeksi (sifilis dan rubella),


radiasi, stres emosional, trauma, dan merokok khususnya pada trimester pertama.
Ada

beberapa

kelainan

bawaan

di

antaranya

adalah

labioskisis,

labiopalatoskisis, atresia esofagus, atersia rekti dan ani, obstruksi biliaris,


omfalokel, hernia diafragmatika, atresia duodeni, meningokel, ensefalokel,
hidrosefalus, fimosis, dan hipospadia. Salah satu kelainan bawaan yang akan
dijelaskan lebih jauh disini adalah labioskisis dan labiopalatoskisis.

Labioskisis dan labiopalatoskisis merupakan deformitas (kelainan) daerah


mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna pada
masa embrional berkembang, bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak
tumbuh bersatu. Labioskisis atau yang lebih dikenal dengan sebutan bibir
sumbing, merupakan masalah yang dialami oleh sebagian kecil masyarakat. Setiap
tahun, diperkirakan 700-10000 bayi lahir dengan keadaan bibir sumbing.
Labio/palato skisis merupakan kongenital yang berupa adanya kelainan bentuk
pada struktur wajah. Bibir sumbing adalah malformasi yang disebabkan oleh
gagalnya propsuesus nasal median dan maksilaris untuk menyatu selama
perkembangan embriotik. Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada polatum
yang terjadi karena kegagalan 2 sisi untuk menyatu karena perkembangan
embriotik. Labio/palato skisis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada
daerah mulut, palato skisis (sumbing palatum) dan labio skisis (sumbing tulang)
untuk menyatu selama perkembangan embrio.
B.

Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, kami merumuskan beberapa rumusan


masalah yang akan dibahas dalam laporan ini:
1. Apakah yang dimaksud dengan cleft lip dan cleft palate?
2. Apa saja macam-macam dari cleft lip dan cleft palate?
3. Bagaimana patofisiologi dari cleft lip dan cleft palate?
C. Tujuan

Dari beberapa rumusan masalah di atas, penulisan laporan ini ditulis


dengan tujuan:
1. Mengetahui pengertian cleft lip dan cleft palate
2. Mengetahui macam-macam dari cleft lip dan cleft palate
3. Mengetahui proses terjadinya cleft lip dan cleft palate
D. Manfaat

Setelah mengetahui pengertian cleft lip dan cleft palate diharapkan


masyarakat dapat melakukan beberapa langkah pencegahan guna mengurangi
frekuensi bayi lahir dengan cleft lip dan cleft palate. Selain itu diharapkan
kami sebagai mahasiswa kedokteran gigi, pada masa yang akan datang dapat

menemukan inovasi-inovasi terbaru dalam melakukan tindakan kepada bayi


lahir dengan cleft lip dan cleft palate.

BAB II
ISI
A. Tahap Seven Jumps
STEP 1
1.

Cell signalling pathways: sinyal antarsel yang mempunyai struktur dan

2.
3.
4.
5.

fungsi yang sama


Cleft lip and cleft palate: celah pada bibir dan celah pada langit-langit
Life-threatening: mematikan
Defect: gangguan/kehilangan struktur normal
Congenital craniofacial defects: gangguan pembentukan wajah (turunan)

STEP 2
1.
2.

Mengapa cleft lip dan cleft palate lebih sering terjadi pada orang Asia?
Apa yang dimaksud dengan cleft lip dan cleft palate? Bagaimana

3.
4.
5.
6.
7.
8.

klasifikasinya?
Apakah penyebab dari cleft lip dan cleft palate?
Bagaimanakah proses terjadinya cleft lip dan cleft palate?
Pada usia kehamilan berapakah dapat terjadiya cleft lip dan cleft palate?
Bagaimana cara mengobati penderita cleft lip dan cleft palate?
Apa akibat dari cleft lip dan cleft palate?
Bagaimana cara mencegahnya?

STEP 3
1.

Apa yang dimaksud dengan cleft lip dan cleft palate? Bagaimana

2.
3.

klasifikasinya?
Apakah penyebab dari cleft lip dan cleft palate?
Bagaimanakah proses terjadinya cleft lip dan cleft palate? Pada usia

4.
5.
6.
7.

kehamilan yang keberapa?


Apa akibat dari cleft lip dan cleft palate?
Mengapa cleft lip dan cleft palate lebih sering terjadi pada orang Asia?
Bagaimana cara mengobati penderita cleft lip dan cleft palate?
Bagaimana cara mencegahnya?

STEP 4
1. Cleft lip adalah celah pada bibir, sedangkan cleft palate adalah celah pada

2.

3.

langit-langit. Klasifikasinya terbagi menjadi empat, yaitu:


a. Unilateral: satu celah
b. Bilateral: dua celah
c. Komplit: celah sampai menembus hidung
d. Inkomplit: celah kecil dan tidak sempurna
Penyebabnya adalah:
a. Genetik
b. Paparan radiasi saat kehamilan
c. Kurangnya zat besi
d. Kurangnya asam folat
e. Trauma
f. Konsumsi obat-obatan
g. Faktor usia
h. Merokok
Usia trimester I kondisi kehamilan sangat rentan, yaitu masa embrionik
(3-8 minggu). Pada tahap tersebut telah terjadi organogenesis atau proses
terbentuknya organ-organ. Empat bagian yang seharusnya menyatu
karena telah terjadi disfungsi dapat terjadi celah pada bibir dan langitlangit.

4.

5.

6.

Beberapa komplikasi akibat celah pada bibir dan langit-langit adalah:


a.

Pengucapan atau pelafalan yang kurang jelas

b.

Pendengaran terganggu

c.

Gangguan estetika

d.

Gangguan saat menelan dan mengunyah

Rasio penderita bibir sumbing di Asia lebih besar dibandingkan di Afrika


disebabkan oleh:
a. Faktor ekonomi
b. Faktor gizi
c. Rhesus
d. Genetik orang Asia lebih rentan daripada orang Afrika
e. Ras
Usaha preventif yang dapat dilakukan yaitu dengan:
a. Memberikan edukasi kepada ibu hamil
b. Perbaikan nutrisi
c. Tes kesehatan sebelum menikah dan mencari tahu riwayat kesehatan
d.
e.

calon suami atau calon istri


Menghindari faktor risiko bibir sumbing
Hindari usia hamil tua.

7. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengobati penderita bibir sumbing


adalah dengan operasi dengan bantuan 3 profesional, yaitu dokter spesialis
THT, dokter spesialis bedah plastik dan dokter spesialis bedah mulut.
STEP 5
1.
2.
3.
4.
5.

Bagaimana proses terjadinya cleft lip dan cleft palate?


Bagaimana klasifikasi cleft lip dan cleft palate?
Obat-obatan apa saja yang dapat menyebabkan cleft lip dan cleft palate?
Apakah merokok dapat menyebabkan cleft lip dan cleft palate?
Mengapa cleft lip dan cleft palate dapat menyebabkan gangguan

6.

pendengaran?
Faktor apa yang menyebabkan orang Asia lebih sering terkena cleft lip

7.

dan cleft palate?


Apakah ada solusi selain operasi untuk penderita cleft lip dan cleft
palate?

STEP 6
Belajar mandiri.
STEP 7
1. Pada minggu ke-5, kegagalan mesoderm berpenetrasi di antara
prominensia maxillary dengan prominensia nasal median mengakibatkan
celah pada bibir. Sedangkan kegagalan palatine shelf dalam proses fusi
satu sama lain pada minggu ke-7 mengakibatkan celah palatum (Arbi,
2.

2012).
Cleft lip dan atau cleft palate dapat diklasifikan sebagai berikut:
a. Veau dalam Pujiastuti dkk (2008) mengklasifikasikan menjadi dua
kelompok besar, yaitu
1) Klasifikasi celah bibir dan atau langitan:
Kelas I: tonjolan unilateral pada vermillion yang tidak meluas
sampai ke bibir.
Kelas II: tonjolan bilateral dari batas vermillion sampai bibir
tapi tidak sampai ke dasar hidung.
Kelas III: celah unilateral dari batas vermillion bibir sampai ke
dasar hidung.

Kelas IV: celah bibir bilateral lainnya baik tonjolan komplit


maupun inkomplit.
2) Klasifikasi celah langitan:
Kelas I: celah yang hanya mengenai palatum molle saja.
Kelas II: celah yang mengenai palatum molle dan palatum
durum.
Kelas III: celah unilateral yang mengenai palatum molle dan
palatum durum.
Kelas IV: celah bilateral yang mengenai palatum molle dan
palatum durum.
b.

American

Cleft

Association

dalam

Manickam

(2012)

mengklasifikasikan celah bibir dan celah palatum menjadi 3, yaitu:


1) Celah palatum primer: celah bibir unilateral, median, atau
bilateral dan celah alveolar dengan segala variasinya.
2) Celah palatum sekunder: celah palatum molle dan palatum

c.

durum dengan segala variasinya.


3) Celah Mandibula
Klasifikasi celah bibir dan celah palatum menurut Kernahan dan
Stark dalam Manickam (2012) yaitu:
Group 1

: Celah palatum primer : Segala variasi celah yang

terdapat di muka foramen insisivum.


Group II : Celah palatum sekunder : segala variasi celah yang
berada di belakan foramen insisvum.
Group III: Gabungan antara group I dan group II.
3. Arbi (2012) menjelaskan bahwa terdapat beberapa obat yang dapat
menyebabkan lahirnya bayi dengan cleft lip/cleft palate, di antaranya ialah
aspirin atau asetosal yang merupakan obat analgetik khususnya aspirin
dengan dosis diatas 81 mg, contohnya aspirin bayer, naspro dan merk lain

dari ibuprofen, juga obat-obat antiinflamasi non steroid seperti sodium


naproxen dan ketoprofen serta obat golongan antihistamin yang digunakan
sebagai anti emetik pada masa kehamilah trimester pertama, sebagai
pengganti dari anti emetik yang relatif aman digunakan yaitu vitamin B6
(sampai 100 mg/hari), dramamine dan antimo. Obat lainnya yang buruk
jika dikonsumsi selama kehamilah yaitu, antidepresan, acetaminophen,
rifampisin, fenasetin, antihipertensi, sulfonamid, aminoglikosid, asam
flufetamat, indometasin, penisilamin, dan ibuprofen.
4. Ibu hamil yang pada trisemester pertama sangat berbahaya pada janin.
Lebih dari 2500 zat-zat kimia berbahaya yang terkandung dalam rokok.
Ibu hamil yang terpapar zat-zat tersebut memiliki risiko tinggi melahirkan
bayi dengan cacat cleft palate dan cleft lip. Zat-zat kimia dalam rokok
merupakan zat teratogenik yang dapat mengganggu proses pertumbuhan
dan perkembangan janin. Koordinasi sel-sel pembentuk bibir dan palatum
akan terganggu sehingga dapat menimbulkan kegagalan penyatuan
prominensia maxillary dan prominensia nasal median (Manickam, 2012).
5. Penelitian menunjukkan bahwa bayi berkulit hitam mempunyai resiko
lebih rendah terkena cleft lip dan atau cleft palate dibanding bayi berkulit
putih. Tiap ras mempunyai ciri gen yang berbeda-beda dimana tiap ciri
tersebut mempengaruhi kekebalan maupun kerentanan seseorang terhadap
suatu penyakit. Selain itu, adat istiadat suatu masyarakat berupa
pernikahan antar anggota suku mempunyai peranan besar terjadinya cleft
lip dan atau cleft palate. Pernikahan antar anggota suku dengan genetik
cleft lip dan atau cleft palate akan mengakibatkan besarnya peluang terjadi
cleft lip dan atau cleft palate karena defek ini bersifat herediter (Sutrisno
dkk., 1999).
6.

Celah bibir dan atau celah palatum berhubungan dengan pendengaran


karena dapat menyebabkan infeksi pada telinga tengah. Hal ini disebabkan
oleh abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang mengatur pembukaan
dan penutupan tuba eustachius. Tuba eustachius menghasilkan lendir dari
telinga tengah ke nasofaring. Adanya keabnormalan tersebut, maka tuba

eustachius tidak dapat mendrainase lendir yang dihasilkan secara optimal.


Akibatnya, terjadi akumulasi cairan, peningkatan tekanan, hingga infeksi
yang dapat mengganggu pendengaran (Manickam, 2012).
7.

Sejauh ini belum ditemukan solusi lain untuk memperbaiki celah palatum
dan atau celah bibir selain dengan tindakan operasi. Penatalaksanaannya
perawatan dimulai saat bayi baru lahir sampai berumur sekitar 18 bulan.
Tahapannya yaitu:
a. Usia 0-1 minggu: pemberian nutrisi dengan kepala miring sekitar 45.
b. Usia 1-2 minggu: Pemasangan obturator sebagai penutup celah pada
langitan agar dapat menghisap susu atau memakai dot lubang ke arah
bawah untuk mencegah aspirasi (dot khusus).
c. Usia 10 minggu: Labioplasty dengan memenuhi Rules of Ten (umur
>10 minggu, berat >10 pons, Hb >10gr%)
d. Usia 1,5-2 tahun : Palatoplasty
e. Usia 2-4 tahun: Speech therapy
f. Usia 4-6 tahun: Velopharyngoplasty, untuk mengembalikan fungsi
katup yang dibentuk m. tensor veli palatini dan m. levator veli palatini,
g.
h.
i.
j.

untuk bicara konsonan.


Usia 6-8 tahun: Orthodonsi
Usia 8-9 tahun: Alveolar Bone Grafting
Usia 9-17 tahun: Orthodonsi ulang
Usia 17-18 tahun: Cek kesimetreisan mandibula dan maksila (Arbi,
2012).

C. Pembahasan
Celah bibir dan celah palatum merupakan hasil dari kegagaan jaringan
lunak atau struktur tulang untuk menyatu selama perkembangan embrionik.
Celah bibir adalah suatu pemisahan dua sisi bibir, yang dapat memengaruhi
kedua sisi bibir juga tulang dan jaringan lunak alveolus. Celah palatum
merupakan lubang di garis tengah palatum yang terjadi karena kegagalan
kedua sisi palatum untuk menyatu selama perkembangan embrionik (Sowden
dan Betz, 2009).
Veau dalam Pujiastuti dkk (2008) mengklasifikasikan menjadi dua
kelompok besar, yaitu celah bibir dan atau langitan dan celah langitan. Dalam

10

kelompok celah bibir dan atau langitan dibagi kembali menjadi 4 kelas, di
antaranya kelas I dengan

tonjolan unilateral pada vermillion yang tidak

meluas sampai ke bibir, kelas II dengan tonjolan bilateral dari batas


vermillion sampai bibir tapi tidak sampai ke dasar hidung, kelas III dengan
celah unilateral dari batas vermillion bibir sampai ke dasar hidung, dan kelas
IV dengan celah bibir bilateral lainnya baik tonjolan komplit maupun
inkomplit. Kemudian pada kelompok celah langitan terbagi menjadi 4 kelas
pula, di antaranya yaitu kelas I dengan celah yang hanya mengenai palatum
molle saja, kelas II dengan celah yang mengenai palatum molle dan palatum
durum, kelas III dengan celah unilateral yang mengenai palatum molle dan
palatum durum, dan kelas IV dengan celah bilateral yang mengenai palatum
molle dan palatum durum.
Proses pembentukan dan perkembangan wajah pada janin dimulai selama
masa embriogenesis (minggu ke-3 sampai ke-8). Pada minggu ke-4, tumbuh
lima penonjolan (swelling) yang disebut facial prosessus di sekitar
stomotodeum. Swelling tersebut terdiri dari prominensia frontonasalis, 2
prominensia maxillary, dan 2 prominensia mandibular. Prominensia
frontonasalis berkembang menjadi prominensia nasal lateral dan prominensia
nasal median. Pada minggu ke-5, prominensia maxillary menekan
prominensia nasal median ke arah midline sehingga terbentuk palatum
primer. Kegagalan mesoderm berpenetrasi di antara prominensia maxillary
dengan prominensia nasal median mengakibatkan celah pada palatum primer.
Sedangkan kegagalan palatine shelf dalam proses fusi satu sama lain pada
minggu ke-7 mengakibatkan celah palatum sekunder (Arbi, 2012). Celah
pada palatum juga dapat terjadi karena bilah-bilah palatum ukuran terlalu
kecil, kegagalan bilah-bilah palatum untuk meninggi, serta kegagalan lidah
untuk turun dari antara kedua bilah palatum (Sadler, 2010).

11

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Proses pembentukan dan perkembangan wajah pada janin dimulai
selama masa embriogenesis (minggu ke-3 sampai ke-8). Pada minggu ke5, prominensia maxillary menekan prominensia nasal median ke arah
midline sehingga terbentuk palatum primer. Kegagalan mesoderm
berpenetrasi diantara prominensia maxillary dengan prominensia nasal
median mengakibatkan celah pada palatum primer. Sedangkan kegagalan
palatine shelf dalam proses fusi satu sama lain pada minggu ke-7
mengakibatkan celah palatum sekunder.
Klasifikasi cleft lips dan cleft palate terbagi menjadi berbagai
macam, yaitu diantaranya klasifikasi celah bibir dan atau langitan dan
klasifikasi celah langitan. Selain itu, terdapat klasifikasi celah palatum,
yaitu celah palatum primer dan sekunder. Celah palatum primer yaitu celah
bibir unilateral, median, atau bilateral dan celah alveolar dengan segala
variasinya sedangkan celah palatum sekunder ialah celah palatum molle
dan palatum durum dengan segala variasinya.
Obat obatan yang dapat meningkatkan terjadinya cleft lip atau
cleft palate yaitu antara lain aspirin atau asetosal yang merupakan obat
analgetik khususnya aspirin dengan dosis diatas 81 mg, contohnya aspirin
bayer, naspro dan merk lain dari ibuprofen, juga obat-obat antiinflamasi
non steroid seperti sodium naproxen dan ketoprofen serta obat golongan
antihistamin yang digunakan sebagai anti emetik pada masa kehamilan
trimester pertama. Sebagai gantinya dapat diberikan vitamin B6 (sampai
100 mg/hari), dramamine dan antimo untuk mengganti dari anti emetik.
Ibu yang terpapar oleh asap rokok ataupun ibu yang menjadi
perokok aktif sangat beresiko memiliki bayi yang menderita cleft lip atau
cleft palate terlebih lagi apabila terpapar pada trisemester pertama yang

12

13

merupakan kondisi yang sangat optimal sebagai pertumbuhan dan


perkembangan janin.
Kejadian cleft lip atau cleft palate lebih sering terjadi pada ras
Asia, karena gen ras Asia lebih rentan dibandingkan ras lainnya. Selain itu,
pernikahan dalam satu suku yang menjadi adat di daerah Asia juga
merupakan faktor yang mendorong peningkatan kejadian cleft lip atau
cleft palate di kawasan Asia.
Penderita cleft lip dan cleft palate memiliki kemungkinan besar
mengalami gangguan pendengaran. Hal ini dikarenakan terdapat saluran
Eustacheus (Tuba Eustacheus) yang menghubungkan hidung dengan
telinga. Apabila terjadi infeksi, Tuba Eustacheus akan menghasilkan lendir
menuju nasofaring. Namun, karena keabnormalan dari otot otot pengatur
pembuka penutupan Tuba Eustacheus sehingga tidak dapat mengatur
drainase lendir dan dapat mengganggu pendengaran.
Solusi yang selama ini diberikan kepada penderita cleft lip dan
cleft palate ialah tindakan bedah dengan beberapa persyaratan yaitu
diantaranya memenuhi syarat syarat rule of ten yaitu berat minimal 10
pon, umur minimal 10 minggu, serta kadar Hemoglobin sebanyak 10%.
B. Saran
Pada kultur budaya di Indonesia juga menganut pernikahan satu
suku yang dapat mengakibatkan terjadinya cleft lip atau cleft palate pada
keturunannya apabila terdapat gen cleft lip dan cleft palate. Untuk dapat
mengurangi frekuensi dari terjadinya cleft lip atau cleft palate yaitu
dengan mengurangi kebiasaan pernikahan dalam satu suku yang masih
dalam satu garis keturunan sehingga kejadian cleft lip dan cleft palate
dapat berkurang.

DAFTAR PUSTAKA
Arbi, 2012, Evaluasi Labioplasty Cronin dan Palatoplasty Push Back pada Celah
Bibir dan Langitan Unilateral, Thesis, Spesialis Bedah Mulut dan
Maxillofacial, Universitas Indonesia, Jakarta. Tidak Dipublikasikan.
Manickam, E., 2012, Celah Bibir (Cleft Lip), Skripsi, Sarjana Kedokteran Gigi,
Universitas Sumatera Utara, Medan. Tidak Dipublikasikan.
Pujiastuti, N., Hayati, R. S., 2008, Perawatan Celah Bibir dan Langitan pada Anak
Usia 4 Tahun, Jurnal Kedokteran Gigi UI, 15(3):232-238.
Sadler, T. W., 2010, Embriologi Kedokteran Langman, edisi 10, EGC: Jakarta.
Sutrisno et. al. 1999. Hasil Penelitian Insiden Sumbing Bibir dan Langit-Langut di
Kecamatan Insana, Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, Available
At http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10InsidenSumbingBibirdanLangitlangit122.pdf/10InsidenSumbingBibirdanLangit-langit122.html,

diakses

tanggal 2 September 2014.


Sowden, L., Betz, C., 2009, Buku Saku Keperawatan Pediatri, EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai