Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Basis Gigi Tiruan
Gigi tiruan penuh merupakan protesa gigi lepasan yang bertujuan untuk
menggantikan fungsi pengunyahan dan struktur-struktur yang menyertainya
pada satu lengkung gigi rahang atas maupun rahang bawah. Protesa tersebut
dibuat dari gigi-gigi tiruan yang dilekatkan pada basis protesa. Basis protesa
didukung dengan kontak yang erat terhadap jaringan mulut di bawahnya
(Anusavice, 2003).
Basis merupakan bagian gigi yang menggantikan tulang alveolar yang
sudah hilang dan berfungsi mendukung (elemen) gigi tiruan yang di desain
sesuai di atas sisa alveolar ridge dan disekitar gingiva. Basis protesa dapat
dibuat dari bermacam-macam bahan seperti logam atau campurannya, namun
kebanyakan basis protesa dibuat menggunakan polimer. Pemilihan polimer
yang digunakan sebagai basis protesa tersebut dipilih berdasarkan kestabilan
dimensi,

warna,

karakteristik

penanganan,

keberadaannya,

serta

kekompakkan dengan jaringan mulut. Jenis polimer yang dipilih juga harus
dapat memperbaiki ketepatan dan kestabilan dimensi dari protesa gigi
lengkap (Anusavice, 2003).
Pada tahun 1950 diperkenalkan bahan termoplastik untuk gigi tiruan
yang terdiri dari poliamida dengan tingkatan yang berbeda (plastik nilon),
kemudian pada tahun 1962 diperkenalkan bahan flexite termoplastik yang
merupakan flouropolymer (menyerupai teflon). Resin berbahan dasar nilon
yang diperkenalkan selanjutnya adalah Valplast, sebuah resin termoplastik
semi-transparan yang fleksibel. Jika bahan tidak cukup kuat untuk dudukan
rest tulang gigi konvensional, fleksibilitas ditambahkan agar pasien nyaman
memakai piranti tersebut (Negrutiu dkk., 2011).

2.

Nilon termoplastik (Valplast)

Definisi Valplast
Nilon termoplastik (Valplast) merupakan suatu basis gigi tiruan resin
fleksibel yang ideal untuk gigi tiruan sebagian lepasan, dan
biokompatibel dengan sifat fisik. Valplast memungkinkan warna alami
dari jaringan mulut tampak melalui bahan tersebut, yang disesuaikan
dengan kategori warna dasar, misalnya medium, light pink atau meharry
(Negrutiu dkk., 2011).
Nilon termoplastik (Valplast)

merupakan salah satu bahan yang

digunakan dalam proses relining. Bahan ini memiliki sifat yang lentur,
estetika yang baik, dan sangat fungsional.
Komposisi unik dari Valplast menghasilkan

stabilitas

dan

fleksibilitas yang ideal apabila diproses dengan baik. Bentuk unik


komposisi nilon semi-kristalin ini memberikan kekuatan, fleksibilitas,
tranparansi, dampak resistensi yang tinggi, warna yang stabil, resistensi
terhadap creep yang tinggi, fatigue endurance yang tinggi, karakter
penggunaan yang sempurna, resistensi yang baik, tidak ada porositas,
tidak ada bahan biologis terbentuk yang menimbulkan bau atau stain,
rendahnya daya serap air dan dimensi stabilitas yang baik, serta monomer
tanpa logam dan struktur yang mikrokristalin cukup mudah diselesaikan
dan dihaluskan seperti akrilik (Tando, dkk., 2011).
Valplast sebaiknya tidak digunakan pada free end unilateral atau
bilateral karena akan tidak stabil. Pasien dengan kondisi oral hygiene
yang buruk akan menyebabkan Valplast menjadi berubah warna pada
b

plat.
Komposisi Valplast
Nilon adalah nama generik untuk beberapa tipe polimer
termoplastik yang masuk ke dalam kelas yang dikenal sebagai poliamid.
Bahan ini merupakan famili dari polimer kondensasi yang berasal dari
reaksi diacid dengan diamine. Nilon ini menghasilkan variasi poliamid
dengan sifat fisik dan mekanik yang tergantung pada kelompok ikatan
antara kelompok acid dengan kelompok amine (Thakral dkk., 2012).

Keuntungan Valplast
Menurut Prashanti (2010), Keuntungan Valplast adalah sebagai berikut :
a) Keuntungan

Estetika
Material yang translusen menunjukkan warna jaringan
dibawahnya, sehingga hampir tidak mungkin untuk terdeteksi
dalam mulut. Tidak ada clasp yang terlihat pada permukaan gigi
(bila digunakan dalam membuat clasp), sehingga meningkatkan
fungsi estetik. Valplast memungkinkan warna alami dari jaringan
mulut tampak melalui bahan tersebut, yang disesuaikan dengan

kategori warna dasar.


Kekuatan
Bahan gigi tiruan fleksibel begitu kuat sehingga dapat dibuat
sangat tipis menjadikannya nyaman untuk dipakai dan secara
estetik disukai. Valplast fleksibel yang tetap kuat tidak bisa patah
dan tidak menggunakan kawat retensi tetapi perlekatan dalam

rongga mulut sangat baik.


Akurasi
Sebagai gigi tiruan

fleksibel

yang

dibuat

dengan

menggunakan teknik injeksi, gigi tiruan tersebut menunjukkan


akurasi

yang

lebih

baik

dibandingkan

dengan

teknik

konvensional. Penanganan undercut basis gigi tiruan fleksibel


beradaptasi

dengan

baik

pada

daerah

undercut.

Jumlah

penyesuaian yang diperlukan pada saat insersi gigi tiruan sangat


sedikit. Hal ini juga mengurangi keluhan setelah insersi gigi
4

tiruan yang dapat menimbulkan trauma (ulserasi).


Biokompatibilitas
Biokompatibilitas seluruhnya terpenuhi karena bahan tersebut
bebas dari monomer dan logam, ini menjadi prinsip penyebab
reaksi alergi pada bahan gigi tiruan konvensional.

Gigi tiruan sementara


Gigi tiruan sementara dianjurkan oleh dokter gigi selama
masa penyembuhan. Gigi tiruan dengan bahan fleksibel dapat
menjadi solusi sementara setelah pasien melakukan rekonstruksi
rahang. Gigi tiruan yang terbuat dari bahan fleksibel mencegah
adanya tekanan yang paling besar dan dengan demikian, menjaga

regenerasi jaringan tulang yang lebih banyak dari pada gigi tiruan
6

resin akrilik yang keras.


Pengelolaan fraktur midline
Fraktur midline gigi tiruan penuh telah dilaporkan sebagai
jenis fraktur kedua yang paling sering terjadi pada gigi tiruan.
Bahan gigi tiruan fleksibel dilaporkan memiliki keuntungan terapi

dalam mengatasi fraktur midline gigi tiruan.


Kenyaman yang lebih baik untuk pasien
Bentuk gigi tiruan fleksibel merupakan alternatif yang sangat
baik untuk gigi tiruan yang keras. Pasien memperlihatkan
kerjasama yang sangat baik karena tidak ada logam yang terlihat.
Bahan yang lembut, kuat, dan ringan dibandingkan dengan gigi
tiruan konvensional membuat pasien lebih menyukai bahan ini
karena nyaman dan bebas metal/logam. Hal-hal diatas mendorong
adaptasi lidah dan pipi yang lebih baik terhadap basis gigi tiruan.
Gigi tiruan fleksibel tidak akan menyebabkan sore spots (bintikbintik merah yang sakit) dan memiliki tingkat kenyamanan yang
lebih baik yang dapat menghasilkan modulus elastisitas yang
rendah. Gigi tiruan ini menyerap sedikit air yang menjadikan gigi

tiruan kompatibel terhadap jaringan lunak.


Keuntungan lain
Gigi tiruan fleksibel juga dapat digunakan untuk membuat
night guard dan sleep apnea, microstomia, jaringan parut pada
mulut dan wajah akibat penyakit, trauma, atau luka bakar.

3. Bahan Pembersih Gigi tiruan


a. Pengertian
Bahan pembersih gigi tiruan dapat berupa krim, pasta, gel atau
larutan yang dibuat untuk membersihkan gigi tiruan penuh atau gigi
tiruan sebagian lepasan. Sebuah bahan pembersih gigi tiruan yang efektif
harus mempunyai kemampuan untuk menghilangkan lapisan plak bakteri
dan mencegahnya terbentuknya kembali serta memiliki kemampuan
untuk menghilangkan debris makanan, kalkulus, dan stain. Bahan
pembersih gigi tiruan merupakan produk pembersih yang dijual di apotik

dan toko obat, aman apabila digunakan sesuai dengan instruksi pabrik.
b. Persyaratan
Bahan pembersih gigi tiruan yang ideal umumnya memiliki
persyaratan seperti

tidak

toksik,

mempunyai

kemampuan

menghancurkan atau melarutkan tumpukan bahan organik dan anorganik


yang terdapat pada gigi tiruan, tidak merusak bahan-bahan yang
dipergunakan dalam pembuatan gigi tiruan, tidak merusak pakaian dan
bahan lainnya apabila dengan tidak sengaja tertumpah, stabil pada
penyimpanan, bersifat bakterisidal dan fungisidal.
c. Klasifikasi
Pembersihan gigi tiruan dapat dilakukan secara mekanis, kimia atau
gabungan keduanya.
1) Mekanis
Pembersihan secara mekanis dilakukan dengan menyikat gigi
tiruan dengan sikat dan sabun atau pasta pembersih gigi tiruan,
serta menggunakan pembersih ultrasonik. Metode pembersihan ini
memiliki keuntungan yaitu mudah, murah dan cepat,

namun

pembersihan seperti ini juga dapat mengikis basis gigi tiruan


dan menyebabkan kekasaran pada gigi tiruan akibat terlalu kasarnya
bulu sikat atau pasta pembersih yang digunakan bersifat abrasif.
Sikat gigi biasa tidak desain untuk membersihkan area-area sempit
pada permukaan gigi tiruan. Pasien disarankan untuk menyikat gigi
tiruan dengan air dan sikat kecil yang lembut secara perlahan,
teratur, dan hati-hati agar dapat menjangkau semua basis gigi tiruan.
2) Kimia
Pembersihan secara kimia dilakukan dengan merendam gigi
tiruan ke dalam bahan kimia yang tersedia dalam bentuk bubuk dan
tablet. Bahan pembersih kimia dapat dibagi menjadi lima kelompok
tergantung pada pemilihan dan mekanisme kerjanya, antara lain
(Meutia, 2006):
a) Effervesen Peroksida

Saat ini dikenal dengan nama alkalin peroksida. Alkalin


peroksida merupakan bahan pembersih yang bekerja cepat,
mudah digunakan dan relatif efektif pada gigi tiruan yang tidak
memiliki plak yang keras dan kalkulus di permukaan jika
digunakan dengan benar dan teratur. Bahan pembersih alkalin
peroksida umumnya tersedia dalam 2 bentuk utama, yaitu
bubuk

dan

tablet,

dan

pengunaan

bahan pembersih ini

ditambah dengan air.


Effervesen

peroksida

terbagi

(Fittydent International GmbH),

antara

lain:

Steradent

Fittydent
Original,

Steradent Minty, Steradent Deep Clean Tablets, Steradent


Denture Cleansing Powder (Reckitt Dental Care, Reckitt And
Colman Hull, Inggris); Boots Effervescent Original, Boots
Double Action, Boots Denture Cleansing Powder (The Boots
Company PLC, Notthingham, Inggris); Superdrug Original
Superdrug Minty, Super Drug Extra Strength Tablets (Superdrug
Stores Plc, Croydon, Surrey, Inggris); Super Efferdent Tablet
(Warner Lambert Healthcare, Eastleigh, Hampshire, Inggris)
b) Alkalin Hipoklorit
Alkalin hipoklorit merupakan bahan pembersih yang
efektif dalam menghilangkan plak dan mempunyai efek dalam
mencegah pembentukan kalkulus. Alkalin hipoklorit terbagi
antara lain: Dentural (Martindale Pharmaceutical, Romford,
Essex, Inggris), Milton (Procter And Gambler Ltd, Egham,
Surrey, Inggris).
c) Asam
Bahan pembersih asam tersedia dalam bentuk cairan
beserta sikat dalam pembungkus plastik. Bahan asam memiliki
keunggulan dapat menghilangkan stain yang keras dan deposit
kalkulus, tetapi dapat menyebabkan korosi pada basis gigi
tiruan logam.

Bahan pembersih golongan asam terbagi antara lain: Denclen


(Protector

And

Gambler

Ltd, Egham,

Surrey,

Inggris),

Deepclean (Reckitt Dental Care, Reckitt And Colman, Hull,


Inggris.
d) Desinfektan
Bahan

pembersih

ini

dianjurkan

sebagai

perawatan

tambahan pada gigi tiruan yang menyebabkan stomatitis. Gigi


tiruan disarankan direndam dalam klorheksidin selama 15
menit dua kali sehari. Digunakan secara terus-menerus,
sangat efektif sebagai pembersih, namun dapat menyebabkan
stain kecoklatan pada basis gigi tiruan. Bahan pembersih
golongan klorheksidin memiliki contoh seperti:

Chlorhexidin

(Smithkline Beecham Consumer Healthcare, Brrentford, Inggris).


e) Enzim
Penggunaan enzim proteolitik dapat menghidrolisis protein
plak gigi tiruan yaitu protein pelikel dan matriks interseluler
sehingga susunan plak menjadi rusak dan plak terlepas dari gigi
tiruan. Golongan enzim memiliki contoh: Polident (Glaxo Smith
Kline, Irlandia). Enzim merupakan senyawa berstruktur protein
yang dapat berfungsi sebagai katalisator dan dikenal sebagai
biokatalisator. Enzim berperan sebagai katalisator

yang

mengkatalisis reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam sistem


biologis.
3) Gabungan Kimia dan Mekanis
Penggunaan

pembersih

secara

mekanis

berupa

alat

ultrasonik dengan ditambahkan bahan pembersih kimia merupakan


salah

satu

contoh

pembersihan gabungan kimia dan mekanis.

Ultrasonik merupakan suatu alat pembersih gigi tiruan berbentuk


wadah yang dapat bergetar dimana gigi tiruan dimasukkan ke
dalam bersama dengan air sehingga plak pada gigi tiruan dapat
terlepas. Namun penggunaan alat ultrasonik ini lebih dianjurkan bila
ditambahkan dengan bubuk/tablet pembersih pada air yang digunakan,

untuk meningkatkan efektifitas pembersihan.


4. Candida albicans
a. Karakteristik Makroskopik
Candida albicans dapat tumbuh pada suhu 37C dalam kondisi
aerob dan anaerob. Koloni berwarna krem, agak mengkilat, dan halus.
Pada kondisi anaerob Candida albicans mempunyai waktu generasi yang
lebih panjang yaitu 248 menit dibandingkan dengan kondisi pertumbuhan
aerob yang hanya 98 menit. Walaupun Candida albicans tumbuh baik
pada media padat tetapi kecepatan pertumbuhan lebih tinggi pada media
cair dengan digoyang pada suhu 37C. Pertumbuhan juga lebih cepat
pada kondisi asam dibandingkan dengan pH normal atau alkali (PareriraCenci, dkk., 2008).
b. Karakteristik Mikroskopik
Pada media Sabouraud Dextrose Agar, Candida albicans berbentuk
bulat atau oval yang biasa disebut dengan bentuk khamir dengan ukuran
3,5-6 x 6-10 m. Pada media cornmeal agar dapat membentuk
klamidospora

dan

lebih

mudah dibedakan melalui bentuk

pseudomycelium (bentuk filamen). Pada pseudomycelium terdapat


kumpulan blastospora yang bisa terdapat pada bagian terminal
atau intercalary.
c. Mekanisme Infeksi Candida albicans pada Permukaan Sel
Tahap pertama dalam proses infeksi ke tubuh hewan atau manusia
adalah perlekatan (adhesi). Kemampuan melekat pada sel inang
merupakan tahap penting dalam kolonisasi dan penyerangan (invasi) ke sel
inang. Bagian pertama dari Candida albicans yang berinteraksi dengan sel
inang adalah dinding sel. Dinding sel Candida albicans terdiri dari
enam

lapisan

dari

luar

ke

dalam

adalah

fibrillar

layer,

mannoprotein, -glucan, -glucan-chitin, mannoprotein dan membran


plasma. Perlekatan lapisan dinding sel dengan sel inang terjadi karena
mekanisme kombinasi spesifik (interaksi antara ligand dan reseptor) dan
nonspesifik (kutub elektrostatik dan ikatan van der walls) yang kemudian
menyebabkan serangan Candida albicans ke berbagai jenis permukaan

jaringan (Webb, dkk., 1998).


Ada

tiga

macam

interaksi

yang

mungkin

terjadi

antara sel Candida dan sel epitel inang yaitu: interaksi protein-protein,
interaksi lectin-like, dan interaksi yang belum diketahui. Interaksi
protein-protein terjadi ketika protein pada permukaan Candida albicans
mengenali ligand protein atau peptida pada sel epitelium atau
endotelium. Interaksi lectin-like adalah interaksi ketika protein pada
permukaan Candida albicans mengenali karbohidrat pada sel epitelium
atau endotelium. Interaksi yang ketiga adalah ketika komponen Candida
albicans menyerang ligand permukaan epitelium atau endothelium
tetapi

komponen

dan mekanismenya belum diketahui dengan pasti.

Mekanisme perlekatan sendiri sangat dipengaruhi oleh keadaan sel tempat


dinding sel Candida albicans melekat (misalnya sel epitelium),
mekanisme invasi ke dalam mukosa dan sel epitelium serta reaksi
adhesi tertentu yang mempengaruhi kolonisasi dan patogenitas
Candida albicans. Perlekatan dan kontak fisik antara Candida albicans
dan sel inang selanjutnya mengaktivasi mitogen activated protein kinase
(Map-kinase). Protein kinase tersebut merupakan bagian dari jalur
integritas yang diaktivasi oleh stress pada dinding sel (tempat Candida
albicans

dan

sel

inang

melakukan

kontak).

Map-kinase juga

diperlukan untuk pertumbuhan hifa invasif dan perkembangan biofilm


pada tahap selanjutnya. Selain aktivasi Map-kinase pada Candida
albicans, dalam waktu yang hampir bersamaan terjadi pengaturan
kembali aktin pada sel inang. Tahap setelah perlekatan adalah invasi.
Penelitian tentang tahapan invasi hifa Candida albicans melakukan
penetrasi ke dalam permukaan epitelium terutama pada cell junction
bersamaan dengan internalisasi sel khamir (Webb, dkk., 1998).
Candida albicans memiliki pH optimal yaitu pH 5 sangat dekat
dengan pH pada vakuola endosom yang memungkinkan Candida
albicans dapat bertahan bahkan berkembang menjadi hifa. Pada ujung
hifa yang terbentuk dan sisi permulaan pembentukan chlamydospora
mulai terdapat aktivitas phospholipase. Invasi yang ditandai dengan

kolonisasi dan pembentukan hifa infektif tersebut dipercepat dengan


keberadaan serum atau saliva dalam lingkungannya. Salah satu penanda
invasi Candida albicans adalah perubahan khamir ke dalam bentuk
hifa (filamen).

Perubahan

bentuk

khamir

menjadi

hifa

sangat

dipengaruhi oleh lingkungan mikro sel inang yang terdeteksi oleh


Candida albicans selama proses invasi (Parerira-Cenci, dkk., 2008).
Kemampuan untuk berubah morfologi merupakan faktor penting
dalam menentukan infeksi dan penyebaran Candida albicans pada
jaringan inang. Saccharomyces cerevisiae dan Candida albicans yang
tidak patogen tidak dapat membentuk hifa dan menginvasi sel
endothelium sementara Candida albicans yang patogen dapat membentuk
germ tube dan hifa intraseluler. Bentuk khamir membuat Candida
albicans lebih mudah melakukan penyebaran daripada bentuk hifa,
sementara bentuk hifa memudahkan Candida albicans melakukan
penetrasi ke tubuh inang. Bentuk hifa terdiri dari bagian-bagian yang
dipisahkan oleh septa. Hifa Candida albicans mempunyai kepekaan
untuk menyentuh sehingga akan tumbuh sepanjang lekukan atau lubang
yang ada di sekitarnya (sifat thigmotropisme). Sifat ini yang mungkin
membantu dalam proses infiltrasi pada permukaan epitel selama invasi
jaringan. Hifa juga bersifat aerotropik dan dapat membentuk helix
apabila mengenai permukaan yang keras. Kemampuan pembentukan
hifa juga berhubungan dengan resistensi. Isolat yang resisten tetap
dapat membentuk hifa dalam lingkungan yang mengandung antifungi
sementara

isolat

yang

rentan

tidak

mampu

membentuk

(Kusumaningtyas, 2005).

5. Biji Pinang
Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari sirih adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Ordo
: Arecales
Familia
: Arecaceae
Genus
: Areca
Spesies
: A. catechu

hifa

Nama binomial

: Areca catechu L.

Gambar 2.1 Buah Pinang


Pinang (Areca catechu L.) merupakan tumbuhan liar sejenis palma yang
kebanyakan tumbuh di kawasan tropik pasifik, asia (India, Malaysia, Taiwan) dan
bagian Afrika timur dengan tinggi mencapai 25 m. Tanaman pinang mudah tumbuh
di Indonesia. Biasanya tanaman ini ditanam di pekarangan rumah, taman,
atau tumbuh di pinggir sungai.
Buah pinang muda bisa digunakan untuk mengobati luka akibat
kecelakaan (benturan, gesekan, tusukan, teriris atau terbakar). Biji

pinang

mengandung alkaloid, dan proantosianidin, yaitu suatu tanin terkondensasi yang


termasuk

dalam

golongan flavonoid. Tanin tidak hanya berefek untuk

penghambat/peningkat bioavailabilitas (efek khelat), tetapi juga digunakan untuk


perlindungan karena mengandung daya antiseptik. Diduga bahwa tanaman pinang
mengandung sejumlah komponen utama senyawa berbasis selenium sebagai
antibakteri. Tanin yang merupakan golongan flavonoid juga berperan sebagai
senyawa antijamur. Pengaruh senyawa flavonoid terhadap Candida albicans adalah
dengan cara mendenaturasi ikatan protein sel, sehingga membran sel menjadi lisis.
Hasil penelitian Sugianitri (2011) menyimpulkan bahwa ekstrak biji pinang
dengan konsentrasi 20% dalam waktu 2 jam, 6 jam dan 8 jam paling efektif dalam
menurunkan jumlah koloni Candida albicans sehingga ekstrak biji pinang ini
cocok digunakan sebagai bahan pembersih gigi tiruan.
6. Daun Sirih
Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari sirih adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida

Ordo
Familia
Genus
Spesies
Nama binomial

:
:
:
:
:

Piperales
Piperaceae
Piper
Piper betle
Piper betle Linn

Gambar 2.2 Daun Sirih


Sirih merupakan salah satu tanaman yang diketahui berkhasiat sebagai
antiseptik dan desinfektan. Bagian yang dipakai pada sirih adalah daunnya. Daun
sirih memiliki aroma yang khas yaitu rasa pedas, menusuk hidung, dan tajam. Rasa
dan aroma yang khas tersebut diakibatkan oleh kavikol dan bethelphenol
yang terkandung dalam minyak atsiri. Minyak atsiri dari daun sirih mengandung
30% fenol dan beberapa derivatnya (Moeljanto, 2003).
a. Gambaran Umum
Sirih (Familia Piperaceae) merupakan tanaman yang banyak ditanam
orang Indonesia di halaman, memiliki batang berwarna hijau kecoklatan,
permukaan kulit kasar dan berkerut-kerut, mempunyai nodul/ruas yang besar
tempat keluarnya akar. Tumbuhan merambat dan bersandar pada batang
pohon lain, tinggi dapat mencapai 15 m. Sirih (Familia Piperaceae) memiliki
daun tebal, tumbuh berseling, bertangkai, daun berbentuk jantung dengan
ujung daun meruncing, tepi rata dengan lebar 2-5 cm, panjang 1,5-6 cm, dan
mengeluarkan bau aromatik.
b. Jenis-jenis Daun Sirih
Berdasarkan bentuk daun, rasa dan
menjadi beberapa jenis (Moeljanto, 2003):
1) Daun Sirih Banda

aromanya,

sirih

dibedakan

Daun sirih banda berdaun besar, berwarna hijau tua dan kuning di
beberapa bagian, memiliki rasa dan aroma yang menusuk hidung.
2) Daun Sirih Cengkeh
Daun sirih cengkeh

berdaun

kuning,

dan

rasanya

tajam

menyerupai rasa cengkeh.


3) Daun Sirih Hitam
Daun sirih hitam aromanya tajam, biasanya digunakan untuk
campuran obat.
4) Daun Sirih Jawa
Daun sirih jawa berwarna hijau tua dan rasanya tidak begitu tajam.
Daun sirih ini merupakan jenis yang sering digunakan masyarakat untuk
menyirih.
c. Kandungan dan Kegunaan Daun Sirih
Daun sirih telah dikenal sebagai tanaman tradisional karena
memiliki kandungan antiplak, antioksidan, antiseptik, antijamur, dan
antidiabetes. Dalam 100 gram daun sirih terdapat kandungan: air 85,4 mg;
protein 3,1 mg; karbohidrat 6,1 mg; serat 2,3 mg; yodium 3,4 mg; mineral 2,3
mg, kalsium 230 mg; Fosfor 40 mg; besi ion 3,5 mg; karoten (vitamin A)
9600 iu; kalium nitrat 0,26-0,42 mg; tiamin 70 mg; riboflavin 30 mg; asam
nikotinal 0,7 mg; vitamin C 5 mg; kanji 1,0-1,2%; gula non reduksi 0,6-2,5%;
gula reduksi 1,4-3,2%. Sedangkan minyak atsirinya terdiri dari : alikatekol
2,7-4,6%; kadinen 6,7-9,1%; karvakol 2,2-4,8%; kariofilen 6,2-11,9%;
kavibetol 0,0-1,2%; sineol 3,6-6,2%; eugenol 26,8-42,5%; eugenol metil
eter 26,8-15,58%; pirokatekin; fenol; matanol; kavikol 5,1-8,2%. Daun sirih
mengandung senyawa aktif kavikol yang merupakan gabungan antara gugus
fenol, memberikan bau khas dan memiliki daya bunuh bakteri lima kali lebih
besar dari fenol. Daun sirih mengandung senyawa aktif kavikol yang
merupakan gabungan antara gugus fenol, memberikan bau khas dan memiliki
daya bunuh bakteri lima kali lebih besar dari fenol (Kusumaningtyas, dkk.
2008).
Daun sirih memiliki aroma yang khas yaitu rasa pedas dan tajam. Rasa dan

aroma yang khas tersebut disebabkan oleh kavikol dan bethelphenol yang
terkandung dalam minyak atsiri.
Daun sirih mengandung minyak atsiri di mana komponen utamanya terdiri
atas fenol dan senyawa turunannya seperti kavikol, kavibetol, karvacol, eugenol,
dan allilpyrocatechol. Selain minyak atsiri, daun sirih juga mengandung
karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotinat, vitamin C, tannin, gula, pati dan
asam amino. Daun sirih yang sudah dikenal sejak tahun 600 SM ini
mengandung zat antiseptik yang dapat membunuh bakteri sehingga banyak
digunakan sebagai antibakteri dan antijamur. Hal ini disebabkan oleh turunan
fenol yaitu kavikol dalam sifat antiseptiknya lima kali lebih efektif
dibandingkan fenol biasa. Kandungan eugenol dalam daun sirih bersifat
antifungal dengan menghambat pertumbuhan yeast (sel tunas) dari Candida
albicans dengan cara menghambat pertumbuhan dinding sel. Ini menyebabkan
gangguan fungsi dinding sel dan peningkatan permeabilitas membran terhadap
benda asing dan seterusnya menyebabkan kematian sel. Daun sirih juga
memiliki efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans, Streptococcus
sanguis, Streptococcus viridans, Actinomyces viscosus, dan Staphylococcus
aureus.
Praja (2009) melaporkan bahwa ada pengaruh perendaman bahan basis
gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam rebusan daun sirih terhadap
pertumbuhan Candida albicans.
7. Sabouraud Dextrose Agar
Sabouraud agar dikembangkan untuk mendukung studi dermatofit, yang
membutuhkan masa inkubasi yang lama (minggu). Ada dua kekuatan pendorong
di belakang pengembangan Sabouraud tentang media ini yaitu: kebutuhan untuk
menghindari kontaminasi bakteri sementara dermatofit kultur dan jamur lainnya,
dan kebutuhan untuk menyediakan media yang akan menghasilkan hasil yang
dapat

diandalkan

untuk

identifikasi

jamur

di

laboratorium.

Menurut

konsistensinya, media SDA merupakan media berbentuk padat (solid). Menurut


fungsinya, media SDA merupakan media selektif untuk pertumbuhan jamur dan
menghambat pertumbuhan bakteri. Menurut bahan penyusunnya, media SDA
tersusun dari bahan sintetis. Menurut wadahnya, media SDA merupakan media
yang disimpan dalam plate (cawan petri) (Atlas, 2006).

B. Kerangka Teori
Nilon termoplastik (Valplast)

Pertumbuhan Candida albicans

Larutan rebusan daun sirih 25%

Ekstrak biji pinang 20%

Flavonoid

Eugenol

Denaturasi ikatan protein sel

Gangguan fungsi dinding sel

Membran sel lisis

Peningkatan permeabilitas membran sel terhadap jamur

Kematian sel

Antifungi

Pembersih gigi tiruan

Anda mungkin juga menyukai