RESUME
KELAINAN PULPA DAN KELAINAN PERIRADIKULAR
DISUSUN OLEH:
JULIUS ANTHONY KURNIAWAN
G1G012015
2015
3.
4.
Sementum
Menghubungkan gigi dengan tulang rahang dengan jaringan yang terdapat pada
selaput periodontal. Semakin tua usia maka sementum akan semakin tebal karena
Pulpa adalah jaringan ikat vaskular yang terdapat didalam rongga gigi, dikelilingi oleh
jaringan keras dentin, apabila terjadi kerusakan pada pulpa maka sangat kecil kemungkinan
untuk sembuh (Grossman, 1995).
Kerusakan atau penyakit pulpa dapat disebabkan secara fisik, kimiawi dan bakteri.
1. Fisik
Kerusakan fisik yang terjadi pada pulpadapat dibagi menjadi tiga faktor, yaitu
a) Mekanis
1) Trauma
Disebabkan oleh kecelakaan, olahraga, atau prosedur gigi iatrogenic (gerakan
gigi pada perawatan ortodonsi, preparasi gigi atau mahkota)
2) Perubahan barometrik (barodontalgia)
3) Retak melalui badan gigi
4) Pemakaian patologi (abrasi, atrisi)
b) Termal
1) Panas dari proses preparasi kavitas
2) Panas isotermik karena mengerasnya semen
3) Panas friksional (gesekan) pada saat pemolesan restorasi
c) Listrik
Arus galvanik yang timbul akibat tumpatan metalik dengan bahan yang berbeda,
contohnya tumpatan amalgam dibawah dan onlay di atas (Grossman, 1995).
2. Kimiawi
a) Bahan bahan kedokteran gigi
Semen silikat (kandungan arsen), aplikasi stanus-fluorida 8% lebih dari 30 detik,
alkohol dan kloroform, dikatakan sering menyebabkan kematian dan kerusakan
pulpa.
b) Erosi asam pada permukaan labial dan fasial servikal gigi (Grossman, 1995).
3. Bakteri
Bakteri berkemungkinan menyebabkan inflamasi di dalam pulpa. Inflamasi pada
pulpa akibat bakteri dapat terjadi karena terdapat celah pada dentin sehingga bakteri
dapat masuk kedalam pulpa (Grossman, 1995).
Jenis penyakit pulpa atau kelainan pulpa dapat didasarkan pada tanda dan gejala klinis.
Beberapa jenis penyakit pulpa adalah, sebagai berikut
1. Pulpitis Reversibel
Merupakan inflamasi pulpa ringan hingga sedang, disebabkan oleh stimuli noksius.
Rasa sakit hanya sementara, jika penyebab dihilangkan maka pulpa akan kembali
normal. Stimulus ringan seperti karies, erosi servikal, atau atrisi oklusal, sebagian besar
prosedur operatif, kuretase periodontal yang dalam, dan fraktur email yang
menyebabkan tubulus dentin terbuka adalah faktor yang dapat mengakibatkan pulpitis
reversibel (Walton, 2008;Grossman,1995).
Secara mikroskopis, pada pulpitis reversible dapat terlihat pembesaran pembuluh
darah, dentin reparatif, dan gangguan pada lapisan odontoblas. Pulpitis reversibel
umumnya terbagi menjadi asimtomatik (kronis) dan simptomatik (akut).
a) Pulpitis Reversibel Asimtomatik
Disebabkan oleh karies yang baru timbul, apabila karies dihilangkan dan gigi
direstorasi dengan baik, kondisi pulpa dapat membaik.
b) Pulpitis Reversibel Simtomatik
Umumnya ditandai dengan nyeri yang tajam dengan durasi yang pendek.
Pulpitis reversibel simtomatik kebanyakan disebabkan oleh makanan ataupun
minuman dan udara yang dingin.
Diagnosis
ditegakkan
berdasarkan
anamnesa
dan
pemeriksaan
pendukung.
disebabkan paparan karies yang besar dengan pulpa terbuka atau oleh trauma
sebelumnya yang mengakibatkan rasa sakit dalam durasi yang lama (Grossman, 1995).
Apabila pada pemeriksaan ditemukan kavitas yang dalam dan meluas hingga pulpa,
saat dilakukan tes termal rasa sakit tetap ada meskipun stimulus dihilangkan, serta hasil
tes mobilitas, perkusi dan palpasi negatif, maka diagnosa dapat ditegakkan (Grossman,
1995).
3. Pulpitis Hiperplastik Kronis
Pulpitis hiperplastik kronis atau polip pulpa merupakan suatu inflamasi pulpa
produktif, karena suatu pembukaan karies yang luas pada pulpa muda. Gangguan ini
ditandai dengan jaringan granulasi yang berkembang. Jaringan granulasi adalah jaringan
penghubung vaskular, neutrofil polimorfonuklear, limfosit, dan sel-sel plasma (Grossman,
1995).
Terbukanya pulpa karena karies yang lambat dan progresif menjadi salah satu
penyebab pulpitis hiperplastik kronis. Akan timbul rasa kurang nyaman pada saat terjadi
tekanan oleh bolus makanan (Grossman, 1995).
Umumnya terjadi pada anak-anak ataupun dewasa muda. Jaringan polip secara
klinis terlihat sangat khas dengan terlihat suatu masa pulpa kemerahan seperti daging
yang mengisi kamar pulpa dan meluas melewati batas gigi. Pada gambaran radiografi
terlihat suatu kavitas besar yang terbuka dengan pembukaan langsung kearah kamar
pulpa. Gigi yang terdiagnosis pulpitis hiperplastik kronis bereaksi lemah atau terkadang
tidak bereaksi sama sekali terhadap tes termal (Grossman, 1995).
4. Nekrosis Pulpa
Nekrosis pulpa adalah matinya pulpa atau kematian pada pulpa secara keseluruhan
atau sebagian (Grossman, 1995). Trauma, bakteri, dan iritasi kimiawi dapat menjadi
penyebab utama terjadinya nekrosis pulpa. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini
merupakan gejala asimtomatik dan diskolorasi. Sedangkan untuk menegakkan
diagnosis, pada gambaran radiografi terlihat kavitas atau tumpatan besar dengan pulpa
terbuka hingga saluran akar dan adanya penebalan pada ligament periodontal, serta
terdapat hasil negatif untuk tes termal dan tes kavitas (Grossman, 1995).
Pulpa sangat erat hubungannya dengan jaringan periradikular. Jaringan periradiuklar
antara lain adalah ligament periodontal, tulang alveolar dan sementum. Inflamasi yang terjadi
pada pulpa dapat menyebabkan perubahan inflamasi pada ligament periodontal bahkan
sebelum pulpa mengalami nekrotik secara menyeluruh. Penyakit pulpa adalah salah satu dari
berbagai penyakit yang dapat memungkinkan terjadinya penyakit pada jaringan periradikular.
pada gambaran radiografi gigi vital akan terlihat struktur periradikular normal,
sedangkan pada gigi non vital terlihat ligament periodontal mengalami penebalan
(Grossman, 1995).
2. Penyakit Periradikular Kronis
a) Abses Alveolar Kronis
Abses alveolar kronis atau periodontitis apikal supuratif kronis merupakan
infeksi tulang alveolar periradikular yang berjalan lama dan bertingkat rendah
dengan sumber infeksi terdapat pada saluran akar. Penyakit ini disebabkan
proses alami nekrosis pada pulpa dengan perluasan infeksi sebelah periapikal
atau akibat abses akut yang terdapat sebelumnya (Grossman, 1995).
Gejala yang timbul asimtomatik, hanya dideteksi dari pemeriksaan radiografi
rutin atau adanya fistula. Abses kronis hanya menimbulkan rasa sakit ringan.
Pada gambaran radiografi terlihat kerusakan osseus, serta ligamen periodontal
yang menebal. Dapat pula terjadi diskolorasi mahkota (Grossman, 1995).
b) Granuloma
Granuloma merupakan pertumbuhan jaringan granulomatous yang
bersambung dengan ligamen periodontal. Disebabkan oleh nekrosis pulpa dan
difusi bakteri dan toksin dari saluran akar ke dalam jaringan periradikular
(Grossman, 1995).
Perkembangan granuloma dapat terjadi beberapa saat setelah nekrosis
pulpa, atau dapat juga didahulu oleh abses alveolar kronis. Gejala yang
ditimbulkan pada granuloma berupa gejala asimtomatik. Pada gigi yang terlibat
biasanya tidak peka terhadap perkusi dan tes termal, serta gigi tidak goyah.
Selain itu dijumpai pula suatu fistula (Grossman, 1995).
c) Kista Radikular
Kista tertutup yang bagian dalamnya terlapisi epitelium dan pusatnya terisi
cairan atau bahan semisolid. Kista radikular merupakan suatu kista yang
pertumbuhannya lambat pada apeks gigi yang melapisi kavitas patologik pada
tulang alveolar. Penyakit ini disebabkan akibat injuri fisis, kimiawi, atau bakterial
yang menyebabkan nekrosis pulpa, diikuti oleh stimulasi sisa epitel Malassez
yang biasa dijumpai pada ligament periodontal (Grossman, 1995).
Kista dapat menimbulkkan pergerakan, pembengkakan, dan ekstruksi pada
gigi. Pada hasil radiografi menunjukkan tidak adanya kontinuitas pada lamina
dura, terlihat daerah radiolusen yang pada umumnya berbentuk bulat, dengan
ukuran diameter lebih besar dari granuloma dan dapat meliputi lebih dari satu
gigi (Grossman, 1995).
3. Osteitis Memadat
Osteitis memadat atau osteitis yang mengalami kondensasi merupakan reaksi
terhadap suantu inflamasi kronis tingkat rendah pada daerah periradikular, dapat
disebabkan oleh rangsangan ringan dari penyakit pulpa yang menstimulasi aktivitas
osteoblastik pada tulang alveolar. Umumnya timbul tanpa gejala dan ditemukan pada
waktu pemeriksaan radiografi rutin dengan gambaran radiopak terlokalisasi yang
mengelilingi gigi yang terlibat. Perawatan yang dapat dilakukan yaitu dengan
melakukan tindakan endodontik (Grossman, 1995).
D. Teori Nyeri Pada Gigi
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan (Smeltzer dan Bare, 2002). Menurut Walton (2008) nyeri terbagi atas dua
jenis, yaitu nyeri akut dan kronik. Nyeri akut merupakan rasa tidak enak atau tidak nyaman
yang timbul dari terangsangnya jalur nyeri karena kerusakan jaringan, sedangkan nyeri kronik
adalah rasa nyeri yang muncul tanpa adanya stimulus dan kerusakan jaringan yang jelas.
Menurut Walton (2008), terdapat jenis nyeri lain, yaitu nyeri superfisial dan nyeri dalam.
Nyeri superfisial lebih mudah terdeteksi. Nyeri superfisial contohnya adalah nyeri
periodontium, sedangkan nyeri pulpa merupakan contoh dari nyeri dalam.
1. Nyeri Periodontium
Inflamasi ringan yang muncul akibat perluasan penyakit pulpa dapat menyebabkan
kepekaan gigi namun tidak menimbulkan nyeri spontan. Menentukan tempat gigi dengan
nyeri periodontium sangat mudah karena terdapat propioseptor sehingga posisi sistem
sarafnya dapat diidentifikasi.
2. Nyeri Pulpa
Suatu gigi yang terinflamasi bisa terasa sangat sakit sampai nyeri yang berdenyut,
spontan dan intens yang akan semakin hebat rasa nyerinya jika di stimulus oleh suhu
panas dan dingin. Nyeri tidak spontan yang muncul ketika dirangsang oleh stimulus dan
tidak hilang apabila stimulus dihilangkan disebut pulpitis ireversibel, sedangkan nyeri
yang muncul ketika diberi stimulus dan menghilang apabila stimulus dihentikan disebut
pulpitis reversible. Nyeri pulpa cenderung bersifat menyebar.
DAFTAR PUSTAKA
Grossman, L.I., 1995, Ilmu Endodontik dalam Praktik, EGC, Jakarta.
Harshanur, I.J., 1991, Anatomi Gigi, EGC, Jakarta.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart,
8th Ed, EGC, Jakarta.
Walton, R.E., Torabinejad, M., 2008, Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia, EGC, Jakarta.