Anda di halaman 1dari 12

Klasifikasi dan Etiologi

Celah Bibir dan Langit-langit

Mata kuliah Kelainan Medik Dental 2

Disusun oleh
Kelompok 2F:

Tara Marie Dermawan (201811135)


Tasha Farah Akifah (201811136)
Tasya Aprilia (201811137)
Thasia Putri N (201811138)
Tiara Fransisca (201811139)
Tiara Rostina (201811140)
Tsaniya Ghassani A (201811141)
Vidiana Tryartha R (201811142)
Gumelar Rohmat Alam (201811149)

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)


Jakarta
2019
Daftar isi

Daftar isi…………………………………………………………………………. 1
Kata pengantar…………………………………………………………………… 2

BAB I: Pendahuluan……………………….…………………………………… 3
1.1.Latar belakang....................................................................................... 3
1.2 Rumusan masalah.................................................................................. 3
1.3.Tujuan.................................................................................................... 3

BAB II: Pembahasan………………………………………………………….... 4-8


2.1 Pengertian dan klasifikasi celah bibir dan langit-langit….…………... 4
2.2 Etiologi celah bibir dan langit-langit………………….……………… 8

BAB III: Penutup………………………………………………………..………. 10


3.1 Kesimpulan…………………………………………………………… 10
3.2 Saran………………………………………………………………….. 10

Daftar pustaka……………………………………………………………………. 11

1
Kata pengantar

Puji syukur kami naikkan untuk kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan nikmat dan karunia Nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Kelainan Medik Dental mengenai Klasifikasi dan Etiologi Celah Bibir dan Langit-
langit.
Harapan kami adalah agar makalah ini dapat menambah pengetahuan sehingga dapat
mendalami mengenai topik tersebut.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, November 2019

Penyusun

2
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Celah palatum (cleft palate) dan celah bibir (cleft lip) adalah salah satu kelainan
kongenital orofasial. Kelainan tersebut terjadi karena kegagalan penyatuan prossesus fasialis
dengan sempurna sehingga terjadi celah pada bibir atau palatum. Cleft palate dan cleft lip tidak
selalu terjadi secara bersamaan. Ada tiga jenis kelainan cleft yaitu cleft lip tanpa disertai cleft
palate, cleft palate tanpa disertai cleft lip, cleft lip disertai dengan cleft palate. Data
Internasional menunujukan kasus cleft palate dan cleft lip ditemukan 1 dari 1000 bayi yang
lahir. Dari keseluruhan kasus cleft palate dan cleft lip prevalensinya adalah 45%, cleft lip 25%
dan cleft palate 35%. Insiden cleft lip sering ditemukan pada anak laki laki dibanding
perempuan dengan perbendingan 1:2 sedang cleft palate adalah sebaliknya. Untuk menangani
kasus ini, seorang dokter gigi maupun calon dokter gigi penting untuk mengetahui mengenai
etiologi dari cleft palate dan cleft lip.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan celah bibir dan langit-langit?


2. Bagaimana celah bibir dan langit-langit diklasifikasikan?
3. Mengapa dapat terjadinya celah bibir dan langit-langit?

1.3 Tujuan pembahasan

Tujuan dari makalah ini adalah agar mahasiswa dan mahasiswi dapat mengerti secara
lebih dalam mengenai Klasifikasi dan Etiologi Celah Bibir dan Langit-langit. Dengan itu,
penelitian ini juga diharap untuk dapat membantu para mahasiswa untuk menguasai topik
tersebut, sehingga dapat mempermudah mereka dalam menjalani program studinya di Fakultas
Kedokteran Gigi UPDM(B).

3
BAB II

Isi

2.1 Pengertian dan klasifikasi celah bibir dan langit-langit

Bibir dan langit-langit sumbing adalah kecacatan yang menyebabkan penampakan


wajah abnormal dan kesulitan berbicara. Bibir sumbing dengan atau tanpa langit-langit
sumbing (sekitar 1/700 kelahiran) terjadi lebih sering pada pria (65%) daripada wanita dan
insidensinya bervariasi di antara berbagai populasi. Angka kejadian tertinggi (3,5/1.000)
terdapat pada orang Asia dan Amerika asli (native American) sementara angka kejadian
terendah (1/1.000) terdapat pada orang Afrika-Amerika. Kondisi ini biasanya diklasifikasikan
sebagai: (1) bibir sumbing dengan atau tanpa langit langit sumbing; dan (2) langit-langit
sumbing dan diduga berbeda secara etiologis dan patogenesis.1 Secara umum, sumbing wajah
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kasus, seperti sebagai berikut:

1. Bibir sumbing unilateral yang meluas ke dalam hidung.

Gambar 1. Sumbing unilateral ke arah hidung.1

4
2. Sumbing unilateral yang mengenai bibir dan rahang serta meluas ke foramen
insisivum.

Gambar 2. Sumbing unilateral mengenai bibir dan rahang meluas ke foramen incisivum.1

3. Sumbing bilateral yang mengenai bibir dan rahang.

Gambar 3. Sumbing bilateral bibir dan rahang1

4. Sumbing pada langit-langit saja.

Gambar 4. Sumbing Langit-langit.1

5
5. Langit-langit sumbing disertai dengan bibir sumbing anterior unilateral.

Gambar 5. Bibir sumbing anterior unilateral.1

Bibir dan langit-langit sumbing juga dapat terbagi menjadi tiga jenis, menurut letaknya
terhadap foramen insisivum, yaitu di anterior, posterior, dan di anterior-posterior.1

1. Sumbing yang terletak di anterior foramen insisivum meliputi bibir sumbing


lateral, sumbing maksila dan sumbing di antara palatum primer dan sekunder.
Kecacatan ini disebabkan oleh tidak menyatunya sebagian atau seluruh prominensia
maksilaris dengan p
2. rominensia nasalis mediana pada satu atau kedua sisi.1

Gambar 6. Sumbing anterior foramen insisivum.1

3. Sumbing yang terletak di posterior foramen insisivum meliputi langit-langit


sumbing (sekunder) dan uvula sumbing. Kecacatan ini disebabkan oleh tidak
menyatunya bilah- bilah palatum, yang mungkin akibat ukuran bilah yang kecil,
gagalnya bilah untuk meninggi, terhambatnya proses penyatuan itu sendiri, atau
gagalnya lidah untuk bergerak turun dari di antara bilah-bilah akibat mikrognasia.1

6
Gambar 7. Sumbing posterior foramen insisivum.1

4. Kategori ketiga dibentuk oleh kombinasi sumbing yang terletak di anterior dan
posterior foramen insisivum.
a. Sumbing anterior bervariasi dalam tingkat keparahannya, dari kecacatan yang
hampir tidak terlihat di vermilion bibir hingga yang meluas sampai ke dalam
hidung. Pada kasus- kasus berat, sumbing meluas lebih dalam, membentuk
sumbing di rahang atas, dan maksila terbelah di antara gigi seri lateral dan gigi
taring. Seringnya, sumbing yang demikian meluas ke foramen insisivum.1

Gambar 8. Sumbing anterior dengan kasus berbeda.1

b. Demikian pula sumbing posterior, bervariasi dalam tingkat keparahannya


dari terbelahnya seluruh palatum sekunder hingga hanya uvula yang terbelah.1

7
Gambar 9. Sumbing posterior dengan kasus berbeda.1

Adapun klasifikasi bibir dan langit-langit sumbing yang terbagi berdasarkan


posisi/arahnya.1

1. Sumbing wajah oblik disebabkan oleh kegagalan prominensia maksilaris


bergabung dengan prominensia nasalis lateralis, pasangannya. Saat hal ini terjadi,
duktus nasolakrimalis biapsanya terpajan ke permukaan.1
2. Bibir sumbing median (garis tengah) disebabkan oleh tidak sempurnanya
penyatuan kedua gangguan kognitif dan mungkin mempunyai prominensia nasalis
mediana di garis tengah abnormalitas otak yang meliputi hilangnya struktur-struktur di
garis tengah dengan tingkat keparahan yang bervariasi. Hilangnya jaringan garis tengah
dapat sangat luas sehingga menyebabkan ventrikel-ventrikel lateral menyatu
(holoprosensefalus). Defek ini dipicu pada masa awal perkembangan, di permulaan
neurulasi (hari ke-19 — ke-21) ketika garis tengah otak depan dibentuk.1

Gambar 10. Sumbing median bilateral bibir.1

8
2.2 Etiologi celah bibir dan langit-langit

Ellis (2003) penyebab terjadi celah wajah telah lama diselidiki. Penyebab celah pada
setiap kasus tidak diketahui secara pasti. Tidak ada faktor tunggal penyebab terjadinya celah.
Suatu sindrom yaitu sindrom fisik, perkembangan dan kadang – kadang karakter terjadi
secara bersamaan. Sindrom yang telah dapat diidentifikasi berhubungan dengan
terjadinya celah kurang lebih 300 sindrom. Sindrom ini kira-kira 15 % dari seluruh kasus
celah bibir dan palatum tetapi 50 % kasus diantaranya terjadi pada celah langit-langit.2

Untuk kasus celah non sindrom, herediter berperan secara nyata menjadi
penyebab terjadinya celah. Akan tetapi dari penelitian yang dilakukan hanya 20 % hingga 30
% kasus celah bibir dan palatum yang terjadi secara herediter. Faktor lingkungan juga memberi
pengaruh terjadinya celah yaitu saat perkembangan embrionik ketika penggabungan bibir dan
palatal. Defisiensi nutrisi, radiasi, beberapa obat-obatan, hipoksia, virus, dan vitamin dan
menyebabkan terjadinya celah dan wanita perokok memiliki 50%-70% lebih besar
kemungkinan memiliki anak dengan celah langit-langit dan bibir dibanding bukan perokok.2

Secara embriologis, celah langit-langit primer terjadi akibat kegagalan dari


mesoderm masuk kedalam groove di antara hidung medial dan prosesus maksila,
keadaan ini menghambat penyatuan satu dengan yang lainnya. Celah langit - langit
sekunder disebabkan oleh kegagalan lempeng palatina bergabung dengan yang lain, juga
meliputi kegagalan lidah turun rongga mulut. Sedang teori lain penyebab celah palatum
yaitu teori celah prepalatal menurut Stark tiga pulau mesenkim yaitu satu sentral dan dua lateral
berkembang dan bergabung. Kurangnya perkembangan dari satu atau lebih dari ketiga pulau
tersebut menyebabkan kondisi yang tidak stabil. Terjadinya celah lateral tergantung pada
kegagalan satu atau lebih mesenkimal lateral. Celah pada medline oleh karena kegagalan
bagian tengah bibir dan kolumela untuk berkembang dan bergabung dengan ketiga pulau
mesenkimal.2

9
BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan
sebagai berikut:

1. Bibir dan langit-langit sumbing adalah kecacatan yang menyebabkan


penampakan wajah abnormal dan kesulitan berbicara
2. Secara umum, sumbing wajah dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kasus,
seperti sebagai berikut:
a. Bibir sumbing unilateral yang meluas ke dalam hidung.
b. Sumbing unilateral yang mengenai bibir dan rahang serta meluas ke foramen
insisivum.
c. Sumbing bilateral yang mengenai bibir dan rahang.
d. Langit-langit sumbing
e. Langit-langit sumbing disertai dengan bibir sumbing anterior unilateral.
3. Bibir dan langit-langit sumbing juga dapat terbagi menjadi tiga jenis, menurut
letaknya terhadap foramen insisivum, yaitu di anterior, posterior, dan di anterior-
posterior.
a. Sumbing yang terletak di anterior foramen insisivum
b. Sumbing yang terletak di posterior foramen insisivum
c. Kombinasi sumbing yang terletak di anterior dan posterior foramen insisivum.
4. Adapun klasifikasi bibir dan langit-langit sumbing yang terbagi berdasarkan
posisi/arahnya terdapat sumbing wajah oblik dan bibir sumbing median.

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang kami buat. Kami sadar bahwa makalah ini memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami merekomendasikan pembaca mencari referensi pembanding
dari makalah yang kami buat. Kami menghargai apabila ada kritik dan saran, agar kedepannya
kami bisa lebih baik lagi dalam penulisan suatu makalah, khususnya tentang Klasifikasi dan
Etiologi Celah Bibir dan Langit-langit.

10
Daftar pustaka

1. Sadler, TW., Langman’s Medical Embryology 13th ed. Philadelphia: Wolters


Kluwer. 2015. 279-282.
2. Cholid Z. CELAH PALATUM (PALATOSCIZIS). Kalimantan. Bagian Bedah
Mulut FKG Universitas Jember. 2015.

11

Anda mungkin juga menyukai